Anda di halaman 1dari 60

Histologi

Sistem Pernafasan

Berdasarkan Anatomi

 ­Sistem Pernapasan Atas


•hidung, cavum nasal, faring, laring

 ­Sistem Pernapasan Bawah


•trakea, bronkus, bronkiolus, pulmo
Sistem Pernafasan
Berdasarkan Histologi dan Fungsi
• ­Zona Konduksi
cavum nasal, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus terminalis
­Zona Respirasi
bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli

Fungsi :
- konduksi : Mengalirkan udara ke dan
dari paru – paru
- Menyiapkan udara yang masuk :
1.debu difiltrasi / dibersihkan : rambut , silia
2.udara di lembabkan : mucus dan secret serosa
3. udara di hangatkan : pembuluh darah

- respirasi : tempat berlangsungnya


pertukaran gas
Sistem Respirasi
Zona Konduksi:
EPITEL RESPIRATORIUS
ØEpitel silindirs berlapis semu bersilia
dan bersel goblet
ØMelapisi hampir seluruh zona
konduksi
Ø sel yang menempel pada membrane basal:
•Sel silindris bersilia (mengalirkan lapisan mucus yg
menyelimutinya)

•Sel goblet(musin= melapisi dnding sal. nafas-=menangkap


partikel debu)

•Sel basal (sel punca yg mmbtk sel lain)

•Sel sikat (brush cell) (trdpt ujung saraf aferen=reseptor


kemosensoris, makna fisiologis belum diketahui)

•Sel granul kecil (DNES cell/Kulchitsky cell) (mrpkn sel


neuroendokrin=trdpt granula neurosekretori)
EPITEL OLFAKTORIUS
Melapisi: concha superior, dengan ketebalan 60 μm.
Terdiri atas tiga jenis sel :
1. Sel basal : sel kecil, sferis, merupakan sel punca untuk
sel lain

2. Sel penyokong: brbentuk kolumnar, u/ memelihara


lingkungan mikro yang kondusif u/fungsi penghidu

3. Neuron olfaktorius: adalah neuron bipolar yang berada


di seluruh epitel olfaktorius. Trdapat sel reseptor penghidu
yg berespon thd zat pembau dan menimbulkan potensial
aksi –bersatu di saraf kecil di lamina propria.
 Lamina proprianya terdapat:
• Bowman’s gland (mensekresi serosa= menghasilkan
aliran cairan disekitar silia penghidu dan memudahkan
akses zat pembau yang baru)
• kaya akan pleksus vaskular,
• Serta tempat pengumpulan akson dari sel olfaktori.
Hidung

Terdiri dari 2 struktur:


1. Vestibulum : terdapat :
A . Kelenjar keringat, kelenjarsebasea,, dan vibrissa (bulu
hidung) u/ menyaring partikel besar dari udara inspirasi agar
tidak masuk ke dalam sal. Nafas lainnya.
B . Memiliki epitel berlapis gepeng tanpa keratin
2. Rongga hidung (fossa nasalis):
A . Dipisah oleh septum nasi oseosa
B .Terdapat konka media dan inferior dilapisi sel epitel
berlapis gepeng , sedangkan konka superior dilapisi epitel
olfaktorius.
Faring (naso-oro-laringo)

• Tempat persimpangan antara saluran pernapasan pada


bagian depan (anterior) dan saluran pencernaan
pada bagian belakang (posterior).
• dilapisi oleh sel epitel berlapis gepeng.
• Lamina propria:
• Vaskularisasi
• Kelenjar seromucous
• Jaringan lymphoid-posterior: tonsil pharyngealis
Laring
• Laring adalah saluran kaku yang pendek yang terletak
diantara faring dan trakea.
• Dinding nya diperkuat o/ kartilago hialin dan kartilago
elastis (epiglotis) yang dihubungkan o/ ligamen.
• Pergerakan kartilago berperan pada produksi suara.
• Terdapat Epiglotis : sbg katup u/ mencegh masuknya
makanan/cairan yang ditelan ke dalam saluran
pernafasan.
Epiglotis
• Permukaan lingual: sel epitel berlapis gepeng
tanpa kreatin
• Permukaan laryngeal: sel epitel respiratorik (sel
epitel silindris berlapis semu bersilia dengan sel
goblet)
• Trdapat 2 plica (lipatan ke lumen laring):
1. Plica vestibularis (pita suara palsu): terdiri dari
sel epitel respiratorik dan kelenjar seromucous.
2. Plica vocalis (pita suara sejati) : trdiri dr sel
epitel respiratorik, ligamentum vocalis. Saat
udara masuk menyebabkan tegangan pd pita
suara yg menghasilkan berbagai jenis suara.
Trakea

• Ø Epitel respiratorius (sel epitel berlapis semu


bersilia dengan sel goblet)
• Ø Lamina propria:vaskularisasi, kelenjar
campuran (seromucous)
• Ø Pars kartilaginea : kartilago hialin yang
berbentuk cincin
• Ø Pars membranasea : otot polos dan kelenjar
campuran (seromucous)
Bronkus
• Bronkus primer: adalah trakea yang menjadi 2 bagian bronkus yang
memasuki hilus paru beserta dengan arteri, vena, dan pembuluh limfe.
• Diameter 5mm.
• Sel epitel respiratorik
• Cincin kartilago mulai tidak beraturan.
• Bronkus sekunder (lobaris): per cabangan bronkus primer yang menyusur
ke arah bawah dan terus bercabang hingga membentuk Bronkus Tersier.
• Trdpt 3 lobaris pada paru kanan dan 2 lobaris pada paru kiri
• Diameter semakin mengecil
• Cincin kartilago semakin tidak beraturan
• Otot polos semakin terlihat
• Sel epitel semakin berlipat (krn otot polos semkin byk, pd saat
kontraksiepitel semkin trlihat berlipat)

• Bronkus Tersier (segmental) : bronkus dengan ukuran yang semakin


mengecil
Bronkiolus
• Ukuran bronkiolus semakin ujung semakin
kecil (D:<1mm)
• Sel epitel respiratorik yang kemudian
menjadi epitel kuboid selapis bersilia, dan sel
goblet yang dimiliki akan semakin
berkurang.
• Sudah tidak memiliki lempengan kartilago
hialin dan kelenjar campuran
• Terdapat arteri dan vena
• Terdapat Sel Clara: sel yang aktif bermitosis
dan men sekresi komponen surfaaktan yg
memiliki fungsi pertahanan.
• Terdapat 2 bagian:
1. Bronkiolus terminalis: Merupakan bagian akhir
sistem respirasi zona konduksi
2. Bronkiolus respiratorius: merupakan zona
respiratorik system pernafasan.
Sistem Pernafasan : Zona Respirasi

Bronkiolus respiratorius
• Dinding nya diselingi oleh bnyaak
alveolus tempat terjadinya
pertukaran gas
• epitel kuboid bersilia, tetapi pada
bagian yang lebih distal silia sudah
tidak ditemukan.
• Semakin ke arah distal bronkiolus,
akan semkain banyak alveolus
Ductus Alveolaris

• Merupakan saluran dari percabangan bronkiolus


respiratorius
• Epitel gepeng selapis
• Terdapat otot polos pd sekitar dinding alveolus
• Bermuara di saccus alveolaris
Saccus alveolaris & Alveolus

• Saccus alveolaris: ruangan yang dibatasi oleh 2


atau > alveolus
• Alveolus
• Tonjolan keluar dari bronkiolus respiratorius,
ductus alveolaris, dan saccus alveolaris
• Jumlah: +- 300juta
• Membentuk permukaan: 70-80 m2
• Makrofag alveolus/sel debu: ditemukan dalam
alveolus dan septum interalveolus. Makrofag
yang aktif akan berwarna lebih gelap akibat
kandungan debu dan karbon pada udara yang
terdapat pada paru.
• Dinding:
• Sel gepeng=sel alveolus tipe I= pneumosit tipe I
(97%)
• Dihubungkan dengan sel didekatnya o/
desmosome
• Inti gepeng
• Sitoplasma menipis untuk pertukaran gas
• Fungsi utama: membentuk sawar ygdapat
dilalui gas dengan mudah
• Sel septal=sel alveolar tipe II (3%)
• Membentuk tight junction dengan sel tipe I
• Bentuk: kuboid bulat
• Sitoplasma ber vesikel,vesikel disebut Badan
Lamela (menghasilkan surfaktan paru yang
berfungsi untuk menjaga tegangan permukaan
paru.
BLOOD AIR
BARRIER
ØSawar gas udara, tempat berdifusinya O2
dan CO2, antara alveolus dan kapiler
paru.
ØTersusun atas 2 permukaan:
•Permukaan udara yang berisi lapisan
surfaktan, pneumosit I dan mebran
basalnya.
•Permukaan darah yang berisi membran
basal endotel dan endotel kapiler paru.
Pleura

• Terdapat 2 lapisan:
• Pleura visceral : membran yang melekat
pada jaringan paru
• Pleura parietal: membran yang melapisi ddg
thorax
• Kedua lapisan terdiri dari sel mesotel
gepeng selapis dan jaringan ikat tipis yg
mengandung serat kolagen dan elastin
• Rongga pleura yg terdapat di antara lapisan
visceral dan parietal, tardapat cairan serosa
tipis sebagai pelumas yang memudahkan
pergeseran antara permukaan pleura selama
gerakan pernapasan
Pembuluh darah Paru

• A/V PULMONALIS • A/V BRONCHIALIS


• Arteri pulmonalis membawa – Bersifat nutritif memberi makan
darah yang miskin oksigen, paru
berjalan mengikuti – Berasal dari aorta, berjalan pada
percabangan bronchus tunika adventitia bronchus dan
• Vena pulmonalis membawa bronchiolus → setelah br.
darah yang kaya oksigen, Respiratorius beranastomose
berjalan di septum dengan kapiler cabang A.
interlobularis pulmonalis
Cabang arteria pulmonalis

• Cabang2 arteria pulmonalis


berjalan mengikuti bronchial tree
sampai bronchiolus respiratorius
sbg terminal arteriole.
• Kemudian membentuk plexus
kapiler di dlm septum
interalveolaris.
CABANG VENA PULMONALIS

• Kembali sbg venule yg membw


darah oxygenated (kaya O2 ),
berjln sendiri di dlm jar ikat
septum interlobularis
• Mulai apex lobulus, cab vena
pulmonalis berjln berdampingan
dng cab arteria pulmonalis dan
berjln bertiga bersm dng bronchus
intra pulmonalis
PERSARAFAN
• Cabang n. vagus u/ bronchoconstrictor.
• Cabang thoraxic sympathetic ganglia u/ bronchodilator.
• Sabut-sabut saraf mengikuti bronchial tree.
Pembuluh darah
• Lapisan PD:
1. Tunika intima
 selapis sel endotel yg ditopang o/selapis tipis subendotel jar.ikat
longgar yg kadang mengandung otot polos
Pada arteri, intima dipisahkan dr tunika media o/ lamina elastica
interna
2. Tunika media
 terdiri dr otot polos yg tersusun berpilin
Pd arteri, tunika media memiliki lamina elastica eksterna
3. Tunika adventitia
Terdiri atas serat kolagen tipe I dan elastin
ARTERI BESAR
• MIKROSKOPIS DINDING
• TUNICA INTIMA
• ENDOTEL
• LAPISAN SUB-ENDOTELIAL
• JARINGAN PENGIKAT LONGGAR, KADANG-KADANG SEL
OTOT POLOS
• SEDIKIT SERABUT KOLAGEN, ELASTIS DAN FIBROBLAS
• TUNICA MEDIA ( TEBAL: 500 m)
• MEMBRANA ELASTICA INTERNA
• 40 - 70 LEMBAR LAMINA ELASTICA BERJARAK: 5 m - 15 m
• CELAH-CELAH DIISI: SEL OTOT POLOS, FIBROBLAS, SERAT
KOLAGEN,
• MEMBRANA ELASTICA EXTERNA (TIPIS)
• TUNICA ADVENTITIA (TIPIS)
• JARINGAN PENGIKAT , SERABUT KOLAGEN MEMANJANG, VASA
VASORUM
• CONTOH: AORTA, A. SUBCLAVIA, A. ANONIMA, A. CAROTIS COMMUNIS,
A. SUBCLAVIA
GAMBARAN HISTOLOGIS ARTERI
BESAR

VASA VASORUM
ARTERI SEDANG
MIKROSKOPIS:
• TUNICA INTIMA
• ENDOTEL
• LAPISAN SUBENDOTEL: JARINGAN PENGIKAT DENGAN KADANG-
KADANG SEDIKIT SEL-SEL OTOT POLOS
• MEMBRANA ELASTICA INTERNA : MENCOLOK (BERGELOMBANG)
• TUNICA MEDIA
• LAPISAN JARINGAN OTOT POLOS DAPAT MENCAPAI: 40 LAP.
• DI ANTARA LAPISAN OTOT POLOS TERDAPAT LAPISAN ELASTIS
BERCAMPUR SERAT RETIKULER
• OTOT POLOS TERSUSUN MELINGKAR
• MEMBRANA ELASTICA EXTERNA
• TUNICA ADVENTITIA
• MUNGKIN LEBIH TEBAL DARIPADA TUNICA MEDIA
• SERAT-SERAT ELASTIS, KOLAGEN MEMANJANG, FIBROBLAS
• VASA VASORUM
ARTERI SEDANG
TUNIKA ELASTIKA PADA ARTERIA SEDANG
ARTERIOL

ARTERIOLA
BESAR

ARTERIOLA
KECIL
VENA
• CIRI
• MENGANGKUT DARAH KE JANTUNG
• JUMLAH LEBIH BESAR DARIPADA ARTERIA
• MENDEKATI JANTUNG DIAMETER MAKIN BESAR
• BIASANYA BERADA DI DEKAT ARTERINYA
• KETEBALAN DINDING LEBIH TIPIS DENGAN VALVULA
• BIASANYA PADA SEDIAAN DALAM KONDISI KOLAPS
• KLASIFIKASI:
• VENA BESAR
• VENA SEDANG
• VENA KECIL = VENULA
• DINDING
• TUNICA INTIMA
• TUNICA MEDIA
• TUNICA ADVENTITIA
VENA BESAR

MIKROSKOPIS
• TUNICA INTIMA ( 45  m - 68  m)
• ENDOTEL
• JARINGAN PENGIKAT SANGAT TIPIS
• TUNICA MEDIA
• TIDAK BERKEMBANG DENGAN BAIK
• SERINGKALI TIDAK ADA
• TUNICA ADVENTITIA
• MERUPAKAN BAGIAN UTAMA DARI DINDING
• JARINGAN PENGIKAT: SERABUT ELASTIS DAN SERABUT
KOLAGEN YANG MEMANJANG
• TERUTAMA MENGANDUNG SERABUT OTOT POLOS
MEMANJANG
CONTOH: VENA CAVA, VENA PORTAE, V. LIENALIS.
VENA BESAR

OTOT
POLOS
OTOT
POLOS

TUNICA MEDIA
CUKUP TEBAL
VENA SEDANG (2 - 9 mm)
MIKROSKOPIS
• TUNICA INTIMA (TIPIS)
• SEL ENDOTEL
• JARINGAN PENGIKAT TIPIS SEDIKIT SERABUT ELASTIS
• TUNICA MEDIA (LEBIH TIPIS DARIPADA ARTERI SEDANG)
• TERUTAMA SEL OTOT POLOS SIRKULER
• OTOT POLOS DIPISAHKAN SER. KOLAGEN MEMANJANG
• SEDIKIT FIBROBLAS
• TUNICA ADVENTITIA (LEBIH TEBAL DARIPADA TUNICA MEDIA)
• JARINGAN PENGIKAT LONGGAR DENGAN BERKAS TEBAL
SERABUT KOLAGEN MEMANJANG DAN ANYAMAN SERABUT
ELASTIS
• BAGIAN DALAM SERING ADA BERKAS SEL-SEL OTOT POLOS
MEMANJANG
VENA SEDANG (2 - 9 mm)
VENULA (15 m - 200 m)

• MENERIMA DARAH DARI KAPILER


• DINDING:
• TUNICA INTIMA
• ENDOTEL
• JARINGAN PENGIKAT, BEBERAPA SEL OTOT POLOS, MAKIN
BESAR DIAMETER: SEL-SEL MAKIN RAPAT
• TUNICA MEDIA
• 1 ATAU BEBERAPA LAPIS SEL-SEL OTOT POLOS
• TUNICA ADVENTITIA
• FIBROBLAS DAN SERABUT TIPIS ELASTIS DAN KOLAGEN
MEMANJANG
• SIFAT:
• PERMEABILITAS CUKUP TINGGI
VENULA DENGAN KATUP (15 m - 200 m)

KATUP

KATUP
ARTERIOL DAN VENULA

MEMBRANA ELASTICA
INTERNA
• Kapiler
• Terdiri atas selapis sel endotel yg tergulung membentuk suatu saluran
• Perisit sel yg berasal dr mesenkim yg mengelilingi lapisan endotel di sepanjang kapiler
Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pertukaran udara pada saluran
pernafasan sehingga di dalam darah kekurangan oksigen dan terjadi penumpukan
karbondioksida

Patofisiologi :
1. Obstruksi saluran nafas
2. Ketidakmampuan darah dalam mengangkut oksigen
3. Ketidakmampuan jaringan dalam mengambil oksigen dalam darah
4. Henti Sirkulasi  <<<Oksigen dan Karbondioksida>>>>
Etiologi Asfiksia
• Sebab alamiah : Penyakit jantung, penyakit paru
• Trauma mekanik : Pembekapan, pencekikan, penjeratan dan
penggantungan
• Asfiksia karena tenggelam
• Asfiksia karena racun
Fase Asfiksia

• Fase dyspnea
Berlangsung kira-kira 4 menit. Terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan
tingginya kadar karbon dioksida. Tingginya kadar karbon dioksida akan
merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan,
nadi dan tekanan darah. Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba
cepat. Tekanan darah terukur meningkat.
• Fase konvulsi
Terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik
kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut jantung
lambat, dan tekanan darah turun.
• Fase Apneu
Berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati berupa
adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran
menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.
• Fase Akhir Asfiksia
Ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut
jantung beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian
mati.
Tanda-tanda Asfiksia
• Cyanosis pada mukosa bibir, jaringan di bawah kuku, ujung-ujung jari
• Dilatasi kapiler
• Stasis kapiler
• Peningkatan tekanan kapiler
• Peningkatan permeabilitas kapiler  (+) Tardieu’s spots dan
relaksasi sphincter
Pada kasus bunuh diri dengan
menggantung diri
• Bila pengikatan tali di atas kartilago tiroid maka basis lidah akan
ditolak ke atas dan ke belekang terhadap posterior faring,
hingga saluran nafas tertutup dan akhirnya terjadi asfiksia (in-
case)
• Bila pengikatan di bawah kartilago tiroid maka secara langsung
akan menekan laring dan menimbulkan tanda- tanda asfiksia
lebih jelas
Pengikatan tali di atas Terjadi pelebaran pembuluh
kartilago tiroid darah kapiler
basis lidah akan ditolak ke atas dan ke
belekang terhadap posterior faring Tardieu’s spot (ptechiae)
pada konjungtiva bulbi, otak
Penutupan jalan nafas kaliks kedua ginjal dan limpa

Kadar O2 rendah

Perfusi di paru mengalami


Fase Dyspnea
gangguan
Fungsi difusi juga terganggu dan menyebabkan
Peningkatan RR jaringan kekurangan O2 (Hipoksia)

Hipoksia terjadi lama dan Kebiruan pada :


menjadi Sianosis - Kedua tangan + kuku
- Kedua tungkai bawah
Asfiksia - Mukosa bibir
- Ujung lidah
Teknik Autopsi
Hal – hal yang perlu di perhatikan saat melakukan autopsy :

• Tempat untuk melakukan otopsi adalah pada kamar jenazah.


• Otopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk otopsi oleh pihak yang berwenang.
• Otopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk otopsi.
• Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu sebelum
memulai otopsi. Tetapi kesimpulan harus berdasarkan temuan-temuan dari pemeriksaan fisik.
• Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan otopsi.
• Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan. Pada kasus
jenazah yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, photo, sidik jari, dan lain-lain harus
diperoleh.
• Ketika dilakukan otopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang.
• Pencatatan perincian pada saat tindakan otopsi dilakukan oleh asisten.
• Pada laporan otopsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
• Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diotopsi.
Pemeriksaan Luar
• Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat.
Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label
selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus tetap
ada pada tubuh mayat.
• Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup
mayat.
• Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari bungkus
mayat. Catat tali pengikatnya bila ada.
• Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas sampai di bawah, dari
yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil,
bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit, cap binatu, monogram/inisial, dan tambalan/tisikan
bila ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau robekan.
Saku diperiksa dan dicatat isinya.
• Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta ukiran nama/inisial pada
benda perhiasan tersebut.
• Mencatat benda di samping mayat.
• Mencatat perubahan tanatologi :
• Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam.
• Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada tidaknya spasme
kadaverik.
• Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dam dicatat juga suhu ruangan pada saat tersebut.
• Pembusukan
• Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.
• Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit, status
gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding perut.
• Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus, meliputi
rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat pada tubuh.
• Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut. Rambut kepala harus
diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong dan mencabut sampai ke akarnya,
paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam
kantungan yang telah ditandai sesuai tempat pengambilannya.
• Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan, kelainan. Periksa
selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik
perdarahan, atau bercak perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau
patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, bandingkan
kiri dan kanan.
• Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.
• Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan lengkap, termasuk
jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya.
• Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran pembuluh darah.
Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara menyeluruh.
• Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan bawaan yang
ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita dicatat keadaan selaput darah dan
komisura posterior, periksa sekret liang sanggama. Perhatikan bentuk lubang pelepasan,
perhatikan adanya luka, benda asing, darah dan lain-lain
• Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas
pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh.
• Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap. Setiap luka pada tubuh harus
diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi, ukuran, dll. Dalam luka diukur
dan panjang luka diukur setelah kedua tepi ditautkan. Lokalisasi luka dilukis dengan mengambil
beberapa patokan, antara lain : garis tengah melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang
belakang, garis mendatar melalui kedua puting susu, dan garis mendatar melalui pusat.
• Contoh :
• Luka panjang dua setengah sentimeter dan masuk ke dalam dada. Ujung yang satu letaknya dua
sentimeter sebelah kiri dari garis tengah melalui tulang dada dan dua sentimeter di atas garis
mendatar melalui kedua puting susu. Sedangkan ujung yang lain lima sentimeter sebelah kiri dari
garis tengah melalui tulang dada dan empat sentimeter di atas garis mendatar melalui kedua puting
susu. Saluran tusuk dilukis di bagian pemeriksaan dalam, ditulis organ apa saja yang tertusuk.
• Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya.
Pemeriksaan Dalam
• Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian
2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat.
• Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan kemudian.
• Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini dibuat
sayatan melingkari bagian leher
• Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat :
• Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak
langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras juga
menunjukkan adanya pembesaran.
• Bentuk
• Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat dengan
kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan yang kasar ,
penumpulan atau kekeruhan.
• Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
• Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya dengan
memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan yang mudah
teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan
kohesi yang kuat.
• Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ
yang dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-abuan, tapi hal ini juga
dipengaruhi oleh jumlah darah yang terdapat pada organ tersebut. Warna kekuningan, infiltrasi
lemak, lipofisi, hemosiferin atau bahan pigmen bisa merubah warna organ. Warna yang pucat
merupakan tanda anemia.

Anda mungkin juga menyukai