Anda di halaman 1dari 151

PBL 2

KASUS HANGING
SKENARIO
CONCEPT MAP
ANATOMI REGIO COLI
DESKRIPTIF
Trigonum Cervicale ant.
Trigonum Cervicale post.
FASCIA
Lamina superficialis
Lamina Prevertebralis
Lamina Pretrachealis
DRAINASE VENA EXTERNA
V. Jugularis Externa
V. Jugularis Ant.
TRIGONUM CERVICALE ANT.
Musculi
 Musculi suprahyiodeus
 Musculus stylohyoideus
 Musculus digastricus
 Musculus mylohyoideus
 Musculus geniohyoideus
 Musculi Infrahyoidei
 Musculus sternohyoideus
 Musculus omohyoideus
 musculus throhyoidus

Os. Hyoideum, Cartilago thyroidea, Cartilago Cricohyoidea


Topografi
 Sistema Caroticum
 A. Carotis Communis
 A. Carotis Communis dex.
 A. Carotis Communis sin.
 Drainase Vena
 Sinus Sigmoid (sinus venosus duralis) – V. Jugularis interna – V. Subclavia
 Persarafan
 N. Facialis (motor face)
 N. Glossopharyngeus (pharyngeal musculate, sensory posterior part tongue)
 N. Vagus (sensory larynx pharynx trachea)
 N. Accessorius (motory sternocleidomastoideus dan trapezius)
 N. Hypoglosus (motory M. of the toungue)
 N. tranversus colli (percabangan dari N. thoracalis)

Glandula Thyroidea dan parathyroidea


Elemen Sistema digestorium dan Respiratorium
 Esophagus
 Trachea
 Pharynx dan Larynx
HISTOLOGI SISTEM
PERNAFASAN
SISTEM PERNAFASAN

Berdasarkan Anatomi

 ­Sistem Pernapasan Atas


•hidung, cavum nasal, faring, laring

 ­Sistem Pernapasan Bawah


•trakea, bronkus, bronkiolus, pulmo
SISTEM PERNAFASAN
Berdasarkan Histologi dan Fungsi
­Zona Konduksi
cavum nasal, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
terminalis
­Zona Respirasi
bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli

Fungsi :
- konduksi : Mengalirkan udara ke dan
dari paru – paru
- Menyiapkan udara yang masuk :
1.debu difiltrasi / dibersihkan : rambut , silia
2.udara di lembabkan : mucus dan secret serosa
3. udara di hangatkan : pembuluh darah

- respirasi : tempat berlangsungnya


pertukaran gas
SISTEM RESPIRASI
ZONA KONDUKSI:
EPITEL RESPIRATORIUS
ØEpitel silindirs berlapis semu bersilia
dan bersel goblet
ØMelapisi hampir seluruh zona
konduksi
Ø sel yang menempel pada membrane basal:
•Sel silindris bersilia (mengalirkan lapisan mucus yg
menyelimutinya)

•Sel goblet(musin= melapisi dnding sal. nafas-=menangkap


partikel debu)

•Sel basal (sel punca yg mmbtk sel lain)

•Sel sikat (brush cell) (trdpt ujung saraf aferen=reseptor


kemosensoris, makna fisiologis belum diketahui)

•Sel granul kecil (DNES cell/Kulchitsky cell) (mrpkn sel


neuroendokrin=trdpt granula neurosekretori)
EPITEL OLFAKTORIUS
Melapisi: concha superior, dengan ketebalan 60 μm.
Terdiri atas tiga jenis sel :
1. Sel basal : sel kecil, sferis, merupakan sel punca untuk
sel lain

2. Sel penyokong: brbentuk kolumnar, u/ memelihara


lingkungan mikro yang kondusif u/fungsi penghidu

3. Neuron olfaktorius: adalah neuron bipolar yang berada


di seluruh epitel olfaktorius. Trdapat sel reseptor penghidu
yg berespon thd zat pembau dan menimbulkan potensial
aksi –bersatu di saraf kecil di lamina propria.
 Lamina proprianya terdapat:
• Bowman’s gland (mensekresi serosa= menghasilkan
aliran cairan disekitar silia penghidu dan memudahkan
akses zat pembau yang baru)
• kaya akan pleksus vaskular,
• Serta tempat pengumpulan akson dari sel olfaktori.
HIDUNG
Terdiri dari 2 struktur:
1. Vestibulum : terdapat :
A . Kelenjar keringat, kelenjarsebasea,, dan vibrissa (bulu
hidung) u/ menyaring partikel besar dari udara inspirasi agar
tidak masuk ke dalam sal. Nafas lainnya.
B . Memiliki epitel berlapis gepeng tanpa keratin
2. Rongga hidung (fossa nasalis):
A . Dipisah oleh septum nasi oseosa
B .Terdapat konka media dan inferior dilapisi sel epitel
berlapis gepeng , sedangkan konka superior dilapisi epitel
olfaktorius.
FARING (NASO-ORO-LARINGO)
Tempat persimpangan antara saluran pernapasan pada
bagian depan (anterior) dan saluran pencernaan
pada bagian belakang (posterior).
dilapisi oleh sel epitel berlapis gepeng.
Lamina propria:
 Vaskularisasi
 Kelenjar seromucous
 Jaringan lymphoid-posterior: tonsil pharyngealis
LARING
Laring adalah saluran kaku yang pendek yang terletak
diantara faring dan trakea.
Dinding nya diperkuat o/ kartilago hialin dan kartilago
elastis (epiglotis) yang dihubungkan o/ ligamen.
Pergerakan kartilago berperan pada produksi suara.
Terdapat Epiglotis : sbg katup u/ mencegh masuknya
makanan/cairan yang ditelan ke dalam saluran
pernafasan.
Epiglotis
 Permukaan lingual: sel epitel berlapis gepeng
tanpa kreatin
 Permukaan laryngeal: sel epitel respiratorik (sel
epitel silindris berlapis semu bersilia dengan sel
goblet)
 Trdapat 2 plica (lipatan ke lumen laring):
1. Plica vestibularis (pita suara palsu): terdiri dari sel epitel
respiratorik dan kelenjar seromucous.
2. Plica vocalis (pita suara sejati) : trdiri dr sel epitel
respiratorik, ligamentum vocalis. Saat udara masuk
menyebabkan tegangan pd pita suara yg menghasilkan
berbagai jenis suara.
TRAKEA
Ø Epitel respiratorius (sel epitel berlapis semu
bersilia dengan sel goblet)
Ø Lamina propria:vaskularisasi, kelenjar campuran
(seromucous)
Ø Pars kartilaginea : kartilago hialin yang
berbentuk cincin
Ø Pars membranasea : otot polos dan kelenjar
campuran (seromucous)
BRONKUS
Bronkus primer: adalah trakea yang menjadi 2 bagian bronkus yang
memasuki hilus paru beserta dengan arteri, vena, dan pembuluh limfe.
 Diameter 5mm.
 Sel epitel respiratorik
 Cincin kartilago mulai tidak beraturan.

Bronkus sekunder (lobaris): per cabangan bronkus primer yang menyusur ke


arah bawah dan terus bercabang hingga membentuk Bronkus Tersier.
 Trdpt 3 lobaris pada paru kanan dan 2 lobaris pada paru kiri
 Diameter semakin mengecil
 Cincin kartilago semakin tidak beraturan
 Otot polos semakin terlihat
 Sel epitel semakin berlipat (krn otot polos semkin byk, pd saat
kontraksiepitel semkin trlihat berlipat)

Bronkus Tersier (segmental) : bronkus dengan ukuran yang semakin


BRONKIOLUS
Ukuran bronkiolus semakin ujung semakin kecil
(D:<1mm)
Sel epitel respiratorik yang kemudian menjadi
epitel kuboid selapis bersilia, dan sel goblet
yang dimiliki akan semakin berkurang.
Sudah tidak memiliki lempengan kartilago hialin
dan kelenjar campuran
Terdapat arteri dan vena
Terdapat Sel Clara: sel yang aktif bermitosis dan
men sekresi komponen surfaaktan yg memiliki
fungsi pertahanan.
Terdapat 2 bagian:
1. Bronkiolus terminalis: Merupakan bagian akhir
sistem respirasi zona konduksi
2. Bronkiolus respiratorius: merupakan zona
respiratorik system pernafasan.
SISTEM PERNAFASAN : ZONA
RESPIRASI
Bronkiolus respiratorius
• Dinding nya diselingi oleh bnyaak
alveolus tempat terjadinya pertukaran gas
• epitel kuboid bersilia, tetapi pada bagian
yang lebih distal silia sudah tidak
ditemukan.
• Semakin ke arah distal bronkiolus, akan
semkain banyak alveolus
DUCTUS ALVEOLARIS
Merupakan saluran dari percabangan bronkiolus
respiratorius
Epitel gepeng selapis
Terdapat otot polos pd sekitar dinding alveolus
Bermuara di saccus alveolaris
SACCUS ALVEOLARIS
& ALVEOLUS
Saccus alveolaris: ruangan yang dibatasi oleh 2 atau
> alveolus
Alveolus
 Tonjolan keluar dari bronkiolus respiratorius,
ductus alveolaris, dan saccus alveolaris
 Jumlah: +- 300juta
 Membentuk permukaan: 70-80 m2
 Makrofag alveolus/sel debu: ditemukan dalam
alveolus dan septum interalveolus. Makrofag yang
aktif akan berwarna lebih gelap akibat kandungan
debu dan karbon pada udara yang terdapat pada
paru.
 Dinding:
 Sel gepeng=sel alveolus tipe I= pneumosit tipe I (97%)
 Dihubungkan dengan sel didekatnya o/ desmosome
 Inti gepeng
 Sitoplasma menipis untuk pertukaran gas
 Fungsi utama: membentuk sawar ygdapat dilalui gas
dengan mudah
 Sel septal=sel alveolar tipe II (3%)
 Membentuk tight junction dengan sel tipe I
 Bentuk: kuboid bulat
 Sitoplasma ber vesikel,vesikel disebut Badan Lamela
(menghasilkan surfaktan paru yang berfungsi untuk
menjaga tegangan permukaan paru.
BLOOD AIR
BARRIER
ØSawar gas udara, tempat berdifusinya O2
dan CO2, antara alveolus dan kapiler
paru.
ØTersusun atas 2 permukaan:
•Permukaan udara yang berisi lapisan
surfaktan, pneumosit I dan mebran
basalnya.
•Permukaan darah yang berisi membran
basal endotel dan endotel kapiler paru.
PLEURA
Terdapat 2 lapisan:
 Pleura visceral : membran yang melekat pada jaringan paru
 Pleura parietal: membran yang melapisi ddg thorax
 Kedua lapisan terdiri dari sel mesotel gepeng selapis dan
jaringan ikat tipis yg mengandung serat kolagen dan elastin
 Rongga pleura yg terdapat di antara lapisan visceral dan
parietal, tardapat cairan serosa tipis sebagai pelumas yang
memudahkan pergeseran antara permukaan pleura selama
gerakan pernapasan
PEMBULUH DARAH PARU

A/V PULMONALIS • A/V BRONCHIALIS


 Arteri pulmonalis membawa – Bersifat nutritif memberi makan
darah yang miskin oksigen, paru
berjalan mengikuti – Berasal dari aorta, berjalan pada
percabangan bronchus tunika adventitia bronchus dan
 Vena pulmonalis membawa bronchiolus → setelah br.
darah yang kaya oksigen, Respiratorius beranastomose
berjalan di septum dengan kapiler cabang A.
interlobularis pulmonalis
CABANG ARTERIA
PULMONALIS

Cabang2 arteria pulmonalis


berjalan mengikuti bronchial tree
sampai bronchiolus respiratorius
sbg terminal arteriole.
Kemudian membentuk plexus
kapiler di dlm septum
interalveolaris.
CABANG VENA PULMONALIS

Kembali sbg venule yg membw


darah oxygenated (kaya O2 ),
berjln sendiri di dlm jar ikat
septum interlobularis
Mulai apex lobulus, cab vena
pulmonalis berjln berdampingan
dng cab arteria pulmonalis dan
berjln bertiga bersm dng bronchus
intra pulmonalis
PERSARAFAN
Cabang n. vagus u/ bronchoconstrictor.
Cabang thoraxic sympathetic ganglia u/ bronchodilator.

Sabut-sabut saraf mengikuti bronchial tree.


PEMBULUH DARAH
Lapisan PD:
1. Tunika intima
 selapis sel endotel yg ditopang o/selapis tipis subendotel jar.ikat longgar yg kadang
mengandung otot polos
Pada arteri, intima dipisahkan dr tunika media o/ lamina elastica interna
2. Tunika media
 terdiri dr otot polos yg tersusun berpilin
Pd arteri, tunika media memiliki lamina elastica eksterna
3. Tunika adventitia
Terdiri atas serat kolagen tipe I dan elastin
ARTERI BESAR
MIKROSKOPIS DINDING
 TUNICA INTIMA
 ENDOTEL
 LAPISAN SUB-ENDOTELIAL
 JARINGAN PENGIKAT LONGGAR, KADANG-KADANG SEL
OTOT POLOS
 SEDIKIT SERABUT KOLAGEN, ELASTIS DAN FIBROBLAS
 TUNICA MEDIA ( TEBAL: 500 m)
 MEMBRANA ELASTICA INTERNA
 40 - 70 LEMBAR LAMINA ELASTICA BERJARAK: 5 m - 15 m
 CELAH-CELAH DIISI: SEL OTOT POLOS, FIBROBLAS, SERAT KOLAGEN,
 MEMBRANA ELASTICA EXTERNA (TIPIS)
 TUNICA ADVENTITIA (TIPIS)
 JARINGAN PENGIKAT , SERABUT KOLAGEN MEMANJANG, VASA VASORUM

CONTOH: AORTA, A. SUBCLAVIA, A. ANONIMA, A. CAROTIS COMMUNIS, A.


SUBCLAVIA
GAMBARAN HISTOLOGIS ARTERI
BESAR

VASA VASORUM
ARTERI SEDANG
MIKROSKOPIS:
TUNICA INTIMA
 ENDOTEL
 LAPISAN SUBENDOTEL: JARINGAN PENGIKAT DENGAN KADANG-KADANG SEDIKIT SEL-
SEL OTOT POLOS
 MEMBRANA ELASTICA INTERNA : MENCOLOK (BERGELOMBANG)

TUNICA MEDIA
 LAPISAN JARINGAN OTOT POLOS DAPAT MENCAPAI: 40 LAP.
 DI ANTARA LAPISAN OTOT POLOS TERDAPAT LAPISAN ELASTIS BERCAMPUR SERAT
RETIKULER
 OTOT POLOS TERSUSUN MELINGKAR
 MEMBRANA ELASTICA EXTERNA

TUNICA ADVENTITIA
 MUNGKIN LEBIH TEBAL DARIPADA TUNICA MEDIA
 SERAT-SERAT ELASTIS, KOLAGEN MEMANJANG, FIBROBLAS
 VASA VASORUM
ARTERI SEDANG
TUNIKA ELASTIKA PADA ARTERIA SEDANG
ARTERIOL

ARTERIOLA
BESAR

ARTERIOLA
KECIL
VENA
CIRI
 MENGANGKUT DARAH KE JANTUNG
 JUMLAH LEBIH BESAR DARIPADA ARTERIA
 MENDEKATI JANTUNG DIAMETER MAKIN BESAR
 BIASANYA BERADA DI DEKAT ARTERINYA
 KETEBALAN DINDING LEBIH TIPIS DENGAN VALVULA
 BIASANYA PADA SEDIAAN DALAM KONDISI KOLAPS

KLASIFIKASI:
 VENA BESAR
 VENA SEDANG
 VENA KECIL = VENULA

DINDING
 TUNICA INTIMA
 TUNICA MEDIA
 TUNICA ADVENTITIA
VENA BESAR

MIKROSKOPIS
TUNICA INTIMA ( 45  m - 68  m)
 ENDOTEL
 JARINGAN PENGIKAT SANGAT TIPIS

TUNICA MEDIA
 TIDAK BERKEMBANG DENGAN BAIK
 SERINGKALI TIDAK ADA

TUNICA ADVENTITIA
 MERUPAKAN BAGIAN UTAMA DARI DINDING
 JARINGAN PENGIKAT: SERABUT ELASTIS DAN SERABUT
KOLAGEN YANG MEMANJANG
 TERUTAMA MENGANDUNG SERABUT OTOT POLOS MEMANJANG

CONTOH: VENA CAVA, VENA PORTAE, V. LIENALIS.


VENA BESAR

OTOT
POLOS
OTOT
POLOS

TUNICA MEDIA
CUKUP TEBAL
VENA SEDANG (2 - 9 MM)
MIKROSKOPIS
TUNICA INTIMA (TIPIS)
 SEL ENDOTEL
 JARINGAN PENGIKAT TIPIS SEDIKIT SERABUT ELASTIS

TUNICA MEDIA (LEBIH TIPIS DARIPADA ARTERI SEDANG)


 TERUTAMA SEL OTOT POLOS SIRKULER
 OTOT POLOS DIPISAHKAN SER. KOLAGEN MEMANJANG
 SEDIKIT FIBROBLAS

TUNICA ADVENTITIA (LEBIH TEBAL DARIPADA TUNICA MEDIA)


 JARINGAN PENGIKAT LONGGAR DENGAN BERKAS TEBAL SERABUT
KOLAGEN MEMANJANG DAN ANYAMAN SERABUT ELASTIS
 BAGIAN DALAM SERING ADA BERKAS SEL-SEL OTOT POLOS
MEMANJANG
VENA SEDANG (2 - 9 mm)
VENULA (15 M - 200 M)

MENERIMA DARAH DARI KAPILER


DINDING:
 TUNICA INTIMA
 ENDOTEL
 JARINGAN PENGIKAT, BEBERAPA SEL OTOT POLOS, MAKIN BESAR
DIAMETER: SEL-SEL MAKIN RAPAT
 TUNICA MEDIA
 1 ATAU BEBERAPA LAPIS SEL-SEL OTOT POLOS
 TUNICA ADVENTITIA
 FIBROBLAS DAN SERABUT TIPIS ELASTIS DAN KOLAGEN
MEMANJANG

SIFAT:
 PERMEABILITAS CUKUP TINGGI
VENULA DENGAN KATUP (15 m - 200 m)

KATUP

KATUP
ARTERIOL DAN VENULA

MEMBRANA ELASTICA
INTERNA
Kapiler
 Terdiri atas selapis sel endotel yg tergulung membentuk suatu saluran
 Perisit sel yg berasal dr mesenkim yg mengelilingi lapisan endotel di sepanjang kapiler
FISIOLOGI
PERNAPASAN
FUNGSI SISTEM PERNAPASAN
1. Pertukaran gas antara atmosfer dan darah.
2. Regulasi homeostasis pH tubuh.
3. Proteksi dari patogen & iritan yang terhirup.
4. Membantu proses vokalisasi
5. Ekskresi air dan panas tubuh.
6. Membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai pompa).
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

 Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.

 Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke selsel tubuh.
RESPIRASI EKSTERNAL

1. Pertukaran udara antara udara luar dengan udara dalam alveol (ventilasi).

2. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara alveol dengan darah kapiler paru mll difusi.

3. Pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah.

4. Pertukaran O2 dan CO2 darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan mll difusi. (perfusi)
SISTEM PERNAPASAN

Sistem konduksi/ jalan napas yang menghubungkan lingkungan dengan paru-paru

Sistem alveol paru tempat pertukaran O2 dan CO2udara dan darah

Tulang-tulang dan otot-otot thorak yang membantu ventilasi


Sistem Pernapasan THORAKS
pada Manusia terdiri
atas:
Tulang-tulang pembentuk rongga thoraks:
1. Hidung
spinal dan iga
2. Faring
3. Trakea Otot-otot pernapasan
Ekspirasi normal  proses pasif
4. Bronkus Otot Inspirasi Utama: oleh karena daya recoil paru.
5. Bronkiouls 1. Diafragma n phrenicus (Cervical
3,4,5) Ekspirasi paksa,
6. Paru-paru ex. Bersih, Batuk, Mengejan, dll 
2. m. intercotalis externus  n intercosta kontraksi otot abdomen (m. Rektus
Otot tambahan
Abdominis dan m. Obliqus
Abdominis) dan m. intercostalis
 Jika inspirasi dalam internus  tekanan intrathorax
meningkat
3. m. Sternocleido mastoideus
mengangkat sternum ke atas
4. m. Scalenus  (mengangkat costa 1,2)
FISIOLOGI VENTILASI PARU
Tekanan atmosfer = tekanan yang ditimbulkan oleh udara di atmosfer pada benda di
permukaan bumi, termasuk tubuh manusia. Pada ketinggian permukaan laut, tekanan
atmosfer sama dengan 760 mmHg atau 1 atm.
Tekanan intrapleura = dikenal juga sebagai tekanan intrathoraks adalah tekanan cairan di
dalam kantung pleura (ruang antara pleura parietalis dan pleura visceralis).
Tekanan intra-alveolus = nama lainnya tekanan intrapulmonal adalah tekanan di dalam
alveolus. Arah dari aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan
tekanan intra-alveolus
Tekanan Transpulmonal = perbedaan antara tekanan alveolus dan tekanan pleura. tekanan
transpulmonal yang merupakan perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada
permukaan luar paru. Perbedaan tekanan menerminkan nilai daya elastic dalam paru yang
cenderung mengempiskan paru pada setiap pernapasan atau disebut juga tekanan daya
lenting paru
MEKANISME BERNAPAS
INSPIRASI (aktif) EKSPIRASI
Kontraksi m.intercostalis externus dan Diafragma mengalami relaksasi dan sifat
diafragma akan mendatarkan dasar rongga elastic daya lenting paru (elastic recoil),
dada volume rongga dada ↑  tekanan tulang rusuk kembali ke posisi semula 
intrapleura ↓ Tekanan intrapulmonal ↓ tekanan intrapleura ↑  tekanan
aliran udara mengalir dari luar tubuh dan intrapulmonal ↑udara terdorong ke luar
masuk ke dalam tubuh tubuh
VOLUME UDARA PERNAFASAN
1. Volume Tidal = Adalah volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu
kali bernapas normal, besarnya yaitu 6-7 ml/kgBB atau rerata sekitar 500 ml pada
orang dewasa.
2. Volume cadangan inspirasi = Adalah volume udara cadangan tambahan yang
masih dapat secara maksimal dihirup diatas volume tidal. IRV dicapai dengan
inspirasi paksa.
3. Volume cadangan ekspirasi = Adalah volume udara cadangan tambahan yang
secara aktif dapat dihembuskan dengan mengkontraksikan otot-otot ekspirasi
(ekspirasi paksa) melebihi udara yang secara normal dihembuskan secara pasif.
4. Volume Residu (sisa) = Volume udara yang tetap tersisa dalam paru meskipun
telah dilakukan ekspirasi maksimal
KAPASITAS PARU
Kapasitas Vital (vital capacity)
Volume udara yang dapat diinspirasi maksimal dan diekspirasi maksimal pada satu
siklus nafas, merupakan penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi, volume tidal,
dan volume cadangan inspirasi. volumenya 4500 ml pada lakilaki dan 3500 ml pada
perempuan.

Kapasitas Paru Total (total lung capacity)


Volume paru total yang dihitung dari jumlah kapasitas vital dan volume sisa.
Kapasitas paru total pada laki-laki 6000 ml dan pada perempuan 4500 ml.
BIOKIMIA DIFUSI DAN
TRANSPORT
Respirasi :
Pertukaran gas O2 dari atmosfer dengan CO2 sebagai hasil samping metabolisme dalam tubuh

Tujuan Respirasi
Memperoleh O2 untuk metabolisme seluler (fosforilasi oksidatif)  untuk pembentukan energi
selular (ATP).
Mengeluarkan CO2 sebagai hasil samping metabolisme.
Regulasi pH darah  CO2 bila bereaksi dengan H2O akan menjadi asam yang berperan dalam
keseimbangan asam basa cairan tubuh
Komposisi udara pernapasan
Persentase komposisi gas bervariasi untuk tiap tahapan respirasi
Mekanisme Pertukaran Gas
-O2 dari udara masuk paru  jantung  darah
arteri  jaringan terjadi respirasi selular
(metabolisme)
- CO2 sisa metabolisme dari jaringan  darah vena
 jantung  paru  expirasi

Protein Pengikat O2
1. Hemoglobin (Hb)
 mengikat O2 dari paru  jaringan
2. Myoglobin (Mb)
 mengikat O2 di otot
3. Cytochrome
mengikat O2 dalam mitokondria dalam
transport elektron
A. Hemoglobin :
-Interaksi pada pola kooperatif yg mungkinkan
peran transporter oksigen
-Selain menghantarkan oksigen, berperan pula
untuk mengambil limbah respirasi, CO2 dan
proton, untuk dibawa ke paru
-Protein fungsional  pigment yg menyebabkan
warna merah pada eritrosit
-Terdiri dari senyawa “ Heme” dan Protein
“Globin”
-Berfungsi sebagai pengikat O2 dan CO2 dalam
erytrosit
-Bila teroksidasi menjadi Fe3+ jadi tak dapat mengikat
oksigen
1. Heme
- terdiri dari Cincin porfirin yang mengandung ion Fe2+ ,
- berfungsi sebagai pengikat Oksigen - Setiap heme mampu
mengikat 1 molekul O2
 
2. Protein Globin
- Terdiri dari 4 rantai polypeptida (a2b2):
* 2 rantai alpha (α) dgn 141 Asam amino & 2 rantai beta (β)
dgn 146 Asam Amino
* Kesamaan komposisi AA rantai a dan b globin < 50%
- Setiap rantai terikat dengan gugus prostetik heme dengan atom 1
besi ditengahnya, sebagai pembawa elektron
-berfungsi untuk menstabilkan konformasi heme dalam
pengikatan O2
Jenis Hemoglobin
- Hb Fetal (Hb F)  mayoritas Prenatal
(disintesis hati & limpa)
- Hb Adult (Hb A)  mayoritas Postnatal  dewasa
(disintesis oleh Sumsum tulang merah)
 
Komposisi hemoglobin Dewasa:
* 97,0% adalah Hb A1(a2b2)
* 2,5% adalah HbA2 (a2d2 )
* 0,5% lainnya adalah hemoglobin F (α2γ2)
* HbS ~ α2βs2

-jumlah besi hanya 0,35% dari berat protein


keseluruhan
B. Mioglobin (MB)
Mengikat dan menyimpan O2 di dalam sel otot  MbO2
Memberi warna merah pada otot, semakin tinggi kadar Mb maka otot makin merah
Ikat oksigen lebih kuat,
Myoglobin dapat menyimpan oksigen dalam otot dan baru melepas O2
pada saat respirasi selular tinggi (di mitokondria)  selama latihan (exercise)
Pada saat istirahat Myoglobin akan mengikat O2 kembali
C. Cytochrome C
-protein transport elektron di membran mitokondria
- Siklus Krebs (fosforilase oksidatif)
- terjadi di mitokondria
- menbutuhkan O2  transport electron
-Protein pengangkut O2 ke dalam mitokondria  Cytocrome –C
Transport O2
1. Pada paru
- O2 dari Alveolus berdifusi ke kapiler darah;
* 2-3 % terlarut dalam plasma
* 97-98% berdifusi ke erytrosit  terikat dengan Hb  Hb O2 diangkut dalam sirkulasi (darah) oleh hemoglobin (Hb)
- ikatan Hb dengan O2 bersifat reversibel
- Setiap molekul Hb maksimal mampu mengikat 4 molekul O2  oxyhemoglobin
Hb + 4O2  Hb.4O2  sering ditulis HbO8

2. Pada Jaringan Perifer


- HbO2 dalam eritrosit terurai kembali menjadi Hb+ dan O2
- O2 dalam eritrosit dan plasma darah berdiffusi ke dalam sel jaringan
-Pada sel otot O2 akan diikat Myglobin (Mb), setiap molekul Mb hanya mampu mengikat 1 molekul oksigen menjadi
Mb + O2  MbO2
-Selanjutnya Oksigen masuk ke mitokondria diikat oleh Cytochrome-C sebagai aseptor ion H+ dalam oxidasi NADH dan
FADH
Faktor yang berpengaruh pada Afinitas Hb

- Ketika Hb terikat dengan O2 disebut Oxyhemoglobin  Relaxed (R)


- Jika Hb tidak mengikat O2 disebut Deoxyhemoglobin  Tense (T)
-Jika Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+  maka Hb tidak dapat mengikat O2 
Methemoglobin
-CO dan NO mempunyai affinitas Fe2+ lebih tinggi dari dengan O2, sehingga dapat
menggantikan kedudukan O2 dalam Hb  bersifat toksik
 
Methemoglobin (MetHb)
Jika Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+, maka Hb tidak dapat mengikat O2
maka harus selalu direduksi menjadi Fe2+ dengan bantuan enzim
MetHb-Reductase
 
Penyebab terbentuknya MetHb:
1. Senyawa sulfonamida  obat golongan Sulfa, Dpt mengoksidasi Fe2+  Fe3+
2. Kelainan herediter HbM (AA Histidin F8 diganti AA Tyrosin)
3. Menurunnya aktivitas enzim metHb reduktase yang berperan untuk mereduksi Fe3+ 
Fe2+
 
Efektor HB
- Komponen yang berpengaruh pada kapasitas afinitas Hb terhadap O2
 
Terdiri dari:
* efektor positif
- meningkatkan affinitas Hb terhadap Oksigen
- menggeser kurva saturasi ke kiri
ex : - Oksigen (di Paru-Paru)
* efektor negatif
- menurunkan affinitas Hb terhadap Oksigen  oksigen mudah lepas (jaringan)
- menggeser kurva saturasi ke kanan
ex.: - Enzim 2,3-biphosphogliserat (2-3-BPG)
- H+
- CO2
1. 2,3-BPG (2,3-biphosphoglycerat )  Efektor HB -
bahan yang terdapat di dalam sel darah merah dan interaksi dengan Hb sub unit beta,yang
berfungsi untuk menurunkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen, sehingga picu
pelepasan oksigen (allosteric effector ) dari hemoglobin.
berperan dalam proses glykolisis dlm sitopalsma
Membuat Hb stabil dalam kondisi T state (deoxygenated),
2. Ion Hydrogen
- jika ion H+ meningkat  pH darah menurun
- affinitas Hb terhadap O2 menurun  efek Bohr
 
3. Ikatan kovalen dengan CO2
- CO2 hasil metabolisme di jaringan didalam eritrosit sebagian akan terikat
dengan Hb  carbaminohemoglobin (HbCO)
MEKANISME ASFIKSIA
Pada kasus bunuh diri dengan
menggantung diri
Bila pengikatan tali di atas kartilago tiroid maka basis lidah akan ditolak ke atas dan
ke belekang terhadap posterior faring, hingga saluran nafas tertutup dan akhirnya
terjadi asfiksia (in-case)
Bila pengikatan di bawah kartilago tiroid maka secara langsung akan menekan
laring dan menimbulkan tanda- tanda asfiksia lebih jelas
Pengikatan tali di atas Terjadi pelebaran
kartilago tiroid pembuluh darah kapiler
basis lidah akan ditolak ke atas dan ke
belekang terhadap posterior faring Tardieu’s spot (ptechiae)
pada konjungtiva bulbi,
Penutupan jalan nafas otak kaliks kedua ginjal dan
limpa

Kadar O2 rendah

Perfusi di paru mengalami


Fase Dyspnea
gangguan
Fungsi difusi juga terganggu dan menyebabkan
Peningkatan RR jaringan kekurangan O2 (Hipoksia)

Hipoksia terjadi lama dan Kebiruan pada :


menjadi Sianosis - Kedua tangan + kuku
- Kedua tungkai bawah
Asfiksia - Mukosa bibir
- Ujung lidah
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pertukaran udara pada saluran
pernafasan sehingga di dalam darah kekurangan oksigen dan terjadi penumpukan
karbondioksida

Patofisiologi :
1. Obstruksi saluran nafas
2. Ketidakmampuan darah dalam mengangkut oksigen
3. Ketidakmampuan jaringan dalam mengambil oksigen dalam darah
4. Henti Sirkulasi  <<<Oksigen dan Karbondioksida>>>>
ETIOLOGI ASFIKSIA
Sebab alamiah : Penyakit jantung, penyakit paru
Trauma mekanik : Pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penggantungan
Asfiksia karena tenggelam
Asfiksia karena racun
FASE ASFIKSIA
Fase dyspnea
Berlangsung kira-kira 4 menit. Terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya
kadar karbon dioksida. Tingginya kadar karbon dioksida akan merangsang medulla
oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi dan tekanan darah.
Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba cepat. Tekanan darah terukur
meningkat.
Fase konvulsi
Terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik kemudian
opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan
tekanan darah turun.
Fase Apneu
Berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat
pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.
Fase Akhir Asfiksia
Ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut jantung beberapa
saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.
TANDA – TANDA
ASFIKSIA
TANDA-TANDA ASFIKSIA
Cyanosis pada mukosa bibir, jaringan di bawah kuku, ujung-ujung jari
Dilatasi kapiler
Stasis kapiler
Peningkatan tekanan kapiler
Peningkatan permeabilitas kapiler  (+) Tardieu’s spots dan relaksasi sphincter
MEKANISME
KELUARNYA URINE
DAN FESES
Mekanisme keluarnya urine dan feses terjadi saat asfiksia fase Apnea, penjelasannya
akan di terangkan di slide berikutnya
  Hypoxia sel   Anaerob

       

Paralise
Gagal
  Kejang Spincher
aktivasi
tubuh

Urine dan
Feses keluar
(involunter)
PATOLOGI KAKU
MAYAT
Selama dalam tubuh ada glycogen, masih dapat terjadi resintesa ADP  ATP,
sehingga otot-otot masih dalam keadaan lemas. Pada orang meninggal, terjadilah
perubahan dari ATP  ADP. Bila persediaan glycogen habis, maka resintesa ADP 
ATP tidak ada, Akibatnya semua ATP dirubah menjadi ADP, maka terjadilah kaku.
(ADP >>>, Ikatan Actin – miosin otot >>).
TANDA – TANDA
LEBAM MAYAT
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru kemerahan akibat terkumpulnya
darah di dalam vena kapiler yang dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah
di sepanjang penghentian sirkulasi.

Yang dinilai :
1. Distribusi:
Terdapat pada daerah yang luas, terutama pada bagian tubuh yang letaknya rendah.
2. Pinggiran: Jelas
3. Warna :
Normal : merah kebiruan/keunguan
Bila lebih gelap (asfiksia), merah terang (keracunan CO,CN), coklat (methemoglobinemia)
4. Luas: meluas (asfiksia, jantung, stroke, narkoba), minim (perdarahan)
5. Dampak setelah penekanan : Hilang/tidak hilang pada penekanan
Normal : Akan hilang walaupun hanya diberi penekanan yang ringan
TANATOLOGI
Livor mortis(lebam mayat)
Suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu pada lokasi terendah tubuh
mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh
darah dan gaya gravitasi bumi.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis.
Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam
pasca kematian klinis (Idries, 1997).
Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini
berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa
berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita
hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-
10 jam.
2. RIGOR MORTIS (KAKU MAYAT)

Selama dalam tubuh ada glycogen, masih dapat terjadi resintesa ADP  ATP, sehingga
otot-otot masih dalam keadaan lemas. Pada orang meninggal, terjadilah perubahan dari ATP
 ADP. Bila persediaan glycogen habis, maka resintesa ADP  ATP tidak ada, Akibatnya
semua ATP dirubah menjadi ADP, maka terjadilah kaku.(ADP >>>, Ikatan Actin – miosin
otot >>).
3. ALGOR MORTIS (PENURUNAN SUHU MAYAT)
Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan
terjadinya pengeluaran panas secara terus menerus.
Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan
lingkungannya.
4. PEMBUSUKAN
Proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii.
Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA.
H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS(sulf hemoglobin) yang
berwarna hijau kehitaman.
Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik.
Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah
kira-kira 18-24 jam kematian.
Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan
bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan
disertai bau busuk.
Faktor yang menyebabkan terjadinya pembusukan
1. Mikroorganisme
2. Suhu 21-37 derajat c mempercepat pembusukan
3. Kelembaban udara  tinggi mempercepat pembusukan
4. Umur
5. Konstitusi tubuh
6. Sifat medium  udara : air : tanah (1:2:8)
7. Keadaan saat mati  edema mempercepat pembusukan
8. Penyebab kematian  radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan
9. Seks wanita baru melairkan
Strangulasi (strangulation)
Strangulasi atau penjeratan adalah bentuk asfiksia berupa penutupan pembuluh darah
dan/atau jalur napas pada leher akibat tekanan eksternal pada leher. Terdapat beberapa
jenis penjeratan yaitu strangulasi manual (manual strangulation), stranulasi dengan
pengikat (ligature strangulation), dan penggantungan (hanging).
Strangulsai Manual (manual strangulation)
Strangulasi manual mencakup tekanan paksa pada leher oleh tangan atau lengan yang
disebut dengan arm-lock. Kulit leher korban sering memperlihatkan tanda kekerasan,
memar, lecet, dan bekas kuku jari. Pada saat autopsi, didapati adanya fraktur pada
tulang hyoid atau kartilago tiroid
PERBEDAAN GANTUNG
DIRI DAN DIGANTUNG
Pembeda Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
 
Usia Lebih sering terjadi pada usia remaja dan Tidak mengenal batas usia, karena tindakan
dewasa pembunuhan dilakuakn oleh musus/ lawan dari
korban dan tidak bergantung pada usia
Tanda jejak jeratan Bentuknya miring, berupa lingkaran Berupa lingkaran tidak teputus, mendatar, dan
terputus dan terletak pada bagian atas leher letaknya di bagian tengah leher, karena usaha
pembunuh untuk membuat simpul tali

Simpul tali Biasanya hanya satu simpul yang letaknya Biasanya lebih dari satu pada bagian depan
pada bagian samping leher leher dan simpul tali terikat kuat
Riwayat korban Biasanya korban mempunyai riwayat untuk Sebelumnya korban tidak memiliki riwayat
bunuh diri dengan cara lain untuk bunuh diri
Cedera Luka luka pada tubuh korban yang Cedera berupa luka luka pada tubuh korban
menyebabkan kematian mendadak tidak biasanya mengarah pada pembunuhan
ditemukan pada kasus bunuh diri
Pembeda Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan

Tangan Tidak dalam keadaan terikat, karena Tangan yang dalam keadaan terikat ,
sulit unutk gantung diri dalam keadaan mengarah dugaan pada pembunuhan
tangan terikat

kemudahan Pada kasus bunuh diri, mayat biasanya Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan
tergantung pada tempat yang mudah tergantung pada tempat yang sulit dicapai
dicapai oleh korban atau disekitarnya oleh korban dan alat yang digunakan
ditemukan alat yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan
mencapai tempat tersebut

Tempat kejadian Jika kejadian berlangsung dalam kamar , Ruangan terkunci dari luar
dimana pintu, jendela, ditemukan dalam
keadaan tertutup dan terkunci dari dalam

Tanda tanda Tidak ditemukan Tanda tanda perlawanan hampir selalu ada
perlawanan kecuali jika korban sedang tidur, tidak
sadarkan diri, atau masih anak anak
Pembeda Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
Tanda asfiksia Kurang jelas Jelas
Fraktur laring dan Jarang Sering
trachea

Fraktur os. Hyoid Sering Jarang


Dislokasi vertebra Ada pada juridicial hanging (hukum Jarang
gantung )

Perdarahan pada Sangat jarang Ada, bersama buih dari mulut dan hidung
saluran nafas

Air ludah Mengalir dari salah satu sudut mulut Tidak ada
Keluarnya air mani dan Ada Tidak ada
tinja
VISUM ET REPERTUM
1. PRO JUSTISIA : Kiri atas, VeR tdk perlu materai ( pasal 136 KUHAP. )
2. PENDAHULUAN : Identitas pemohon, Identitas dokter pemeriksa / pembuat, Tempat dilakukannya
pemeriksaan, Tgl & jam pemeriksaan, Identitas korban/BB.
3. PEMBERITAAN :
- Identitas korban menurut pemeriksaan (umur, sex,TB/BB), serta KU.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.
Kaidah pemberitaan:
- Memakai bhs Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup (empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka, (luka bacok dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif .
Deskripsi korban hidup:
- Informasi dari anamnesa
 Pemeriksaan Fsik dan Laboratorium
 Prosedur medis
 Informasi selama korban dirawat di Rumah Sakit
 Keadaan terakhir korban

4. KESIMPULAN :
- Pendapat pribadi /opini dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang
sebaikbaiknya. Bersifat ilmiah, dibuat berdasarkan data yang dapat diterima dengan menggunakan keilmuan
- Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
- Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima
jabatan”.
- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP/STR dokter.
TEKNIK AUTOPSI
Hal – hal yang perlu di perhatikan saat melakukan autopsy :

Tempat untuk melakukan otopsi adalah pada kamar jenazah.


Otopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk otopsi oleh pihak yang berwenang.
Otopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk otopsi.
Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu sebelum memulai
otopsi. Tetapi kesimpulan harus berdasarkan temuan-temuan dari pemeriksaan fisik.
Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan otopsi.
Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan. Pada kasus jenazah
yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, photo, sidik jari, dan lain-lain harus diperoleh.
Ketika dilakukan otopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang.
Pencatatan perincian pada saat tindakan otopsi dilakukan oleh asisten.
Pada laporan otopsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diotopsi.
PEMERIKSAAN LUAR
1. Tanda penjeratan pada leher.
a. Tanda penjeratannya jelas dan dalam jika bahan penggantung yang digunakan kecil dan keras dibandingkan jika
menggunakan bahan yang lembut dan lebar seperti selendang, maka bekas jeratan tidak begitu jelas

Letak ikatan pada leher penting untuk membedakan hanging dan strangulasi.

Pada hanging :
1. 85% di atas cartilago thyroidea.
2. 15% setinggi cartilago thyroidea.
3. 5% di bawah cartilago thyroidea.
a. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik (miring) seperti ”V” terbalik pada bagian depan leher, dimulai
pada leher bagian atas diantara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang
bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian belakang. Kadang-kadang disertai
luka lecet dan vesikel kecil di pinggir jeratan.
b. Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit
terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda parchmentasi. Bila jeratan tali keras, mula- mula akan
menimbulkan warna pucat kemudian berubah menjadi coklat seperti warna kertas perkamen. Pada pinggir ikatan
dijumpai daerah hiperemis dan ekimosis. Ini menunjukkan bahwa pengikatan terjadi sewaktu korban masih
hidup. Bila pengikatan degan bahan yang lembut seperti selendang maka terlihat bekasnya lebar dan tidak ada
lekukan ikatan, biasanya miring dan kontinu. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit lebih gelap
karena adanya lebam mayat
a. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah telinga, tampak daerah
segitiga pada kulit di bawah telinga, yaitu di bagian yang tidak ada bekas jeratan. Kadang- kadang
didapati juga bekas tekanan simpul di kulit.
b. Pinggirannya berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi di sekitarnya
c. Jumlah tanda penjeratan Pada keadaan lain bisa didapati leher dililiti beberapa kali secara horizontal
baru kemudian digantung, dalam keadaan ini didapati beberapa bekas jeratan yang lengkap, tetapi
pada satu bagian tetap ada bagian yang menunjukkan titik simpul.
2. Kedalaman dari bekas penjeratan juga menunjukkan lamanya tubuh tergantung, berat badan korban
(komplit atau inkomplit) dan ketatnya jeratan.
3. Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang.
4. Tanda- tanda asfiksia. Muka pucat atau bisa bengkak, mata menonjol keluar, perdarahan berupa ptekia
tampak pada wajah dan subkonjuntiva (Tardeou's spot pada conjuntiva bulbi dan palpebra).
5. Lidah. Jika posisi tali di bawah cartilago thyroidea maka lidah akan terlihat menjulur ke luar dan berwarna
lebih gelap akibat proses pengeringan.
6. Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat simpul tali. Keadaan ini
merupakan tanda pasti penggantungan ante-mortem.
7. Lebam mayat Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati dikaki dan tangan
bagian bawah terutama di ujungujung jari tangan dan kaki. Bila segera diturunkan lebam mayat bisa
didapati di bagian depan atau belakang tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan.
8. Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam.
9. Urin dan feses bisa keluar.
10. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah.
PEMERIKSAAN DALAM
Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus
kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu
melingkari pusat.
Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan kemudian.
Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini
dibuat sayatan melingkari bagian leher
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat :
Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak
langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras juga
menunjukkan adanya pembesaran.
Bentuk
Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat dengan kapsul
pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau
kekeruhan.
Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya dengan
memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang
(robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang
kuat.
Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang
dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh
jumlah darah yang terdapat pada organ tersebut. Warna kekuningan, infiltrasi lemak, lipofisi,
hemosiferin atau bahan pigmen bisa merubah warna organ. Warna yang pucat merupakan tanda anemia.
FOTOGRAFI DAN
PENYIMPANAN
BARANG BUKTI
FOTOGRAFI FORENSIK
1.Foto seluruh tubuh (whole body)
Posisikan pasien dalam posisi anatomis, baik berdiri maupun berbaring
Letakkan alat pengukur tinggi/panjang badan di samping tubuh pasien
Letakkan label identitas yang telah diisi di tempat yang dapat terlihat jelas (di samping kepala
pasien, di dada atau perut pasien)
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap titik pusat tubuh
pasien (pusar)
Foto harus memuat keseluruhan tubuh pasien (ujung kepala hingga ujung kaki), menampakkan
wajah pasien (diambil dari depan), dan pasien tetap mengenakan pakaian (kecuali alas kaki jika
pasien dalam posisi berdiri untuk pengukuran tinggi badan), label identitas dan alat ukur
Dapat dilakukan pengambilan foto tambahan dari sisi kanan/kiri/belakang
2.Foto regional
Bebaskan regio anatomis yang ingin didokumentasikan dari pakaian
Letakkan alat pengukur dan label identitas yang telah diisi sebidang dengan
bagian tubuh yang akan difoto
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap titik
pusat dari bagian tubuh (regio anatomis) yang akan difoto
Foto harus memuat keseluruhan regio yang ingin didokumentasikan, yakni ada
penanda (marker) anatomis dan harus jelas sisi atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan
belakang, label identitas dan alat ukur.
3.Foto close up
Identifikasi objek/luka yang ingin didokumentasikan dan bebaskan dari penutup
tubuh
Letakkan alat pengukur dan label identitas yang telah diisi sebidang dengan luka
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap titik
pusat luka
Foto harus memuat keseluruhan luka dan dapat memberikan keterangan mengenai
karakteristik luka, label identitas dan alat ukur
Dapat dilakukan pengambilan foto tambahan dengan posisi kamera miring
45°terhadap titik pusat luka, baik dari sisi atas, bawah, kanan, kiri, maupun diagonal,
jika dirasa perlu
4.Foto objek lain (barang bukti pakaian, bercak darah, anak peluru, senjata, dokumen,
dan lain-lain)
Letakkan alat pengukur dan label identitas yang telah diisi sebidang
dengan objek yang akan difoto
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap
titik pusat objek
Foto memuat keseluruhan objek, label identitas dan alat ukur
Jika objek mengandung tulisan, tulisan harus dapat dibaca dengan jelas
PENGUMPULAN BARANG
BUKTI
1. Pakaian.

a. Pakaian jenazah adalah pakaian yang dipakai oleh jenazah saat pemeriksaan.
b. Foto pakaian saat masih melekat pada tubuh jenazah.
c. Lepas pakaian dari tubuh jenazah sambil menilai kakumayat.
d. Foto pakaian secara utuh dari depan dan belakang. e.Foto label, merek, dan ukuran pakaian.
f. Catat model, bahan, warna, corak, merek, dan ukuran.
g. Dapat ditambahkan keterangan lain seperti tulisan, saku,dan kondisi pakaian (robekan, basah, pengotoran,
berpasir,dan lain-lain )
h. Bila di dalam saku terdapat benda-benda maka harus dicatatsecara detail. Misal pada celana bagian depan
sisi kananterdapat saku yang berisi dompet bahan kulit, warna hitam,merek GUESS. Di dalam dompet berisi
satu lembar uangkertas pecahan seribu rupiah dan KTP dengan NIK 001113atas nama MUKIDI.
2. Perhiasan.

a. Perhiasan yang dimaksud adalah yang melekat pada tubuh jenazah yang berguna sebagai
hiasan seperti, cincin, gelang, jam tangan, kalung, anting, ikat rambut dan sebagainya.
b. Foto saat perhiasan masih melekat pada tubuh jenazah.
c.Catat lokasi, jenis, bahan, warna, dan detail dari perhiasan tersebut.
d. Lepas perhiasan dari tubuh jenazah, lalu dimasukkan ke dalam plastik bening, dilabel
dengan nama pemeriksa, nama jenazah, jenis kelamin, tanggal lahir/ umur, serta tanggal dan
waktu pemeriksaan, kemudian diserah kan kepada petugas administrasi untuk disimpan dan
dicatat dalam buku serahterima barang bukti.
3. Benda disamping jenazah.

a. Benda disamping jenazah adalah benda-benda disekitar tubuh jenazah yang tidak melekat
pada tubuhnya dan batasnya adalah keranda jenazah.
b. Foto dan catat jenis, bahan, warna, corak atau tulisan.
c. Termasuk benda disamping jenazah adalah belatung(tempayak), pasir, dan lain-lain.
d. Pada pasir dicatat warna dan agregatnya (halus ataukasar ).
e. Pada belatung ambil yang paling besar, rendam dalam alkohol minimal 70%, setelah mati,
ukur panjang belatung.
Semua properti jenazah seperti pembungkus, pakaian, dan bendadi samping jenazah
dimasukan ke dalam plastik, diberi label berisinama jenazah, jenis kelamin, umur dan
tanggal pemeriksaan.Plastik berisi properti jenazah diletakkan di atas tubuh
jenazah.Sampel darah dan urin disimpan dalam lemari pendingin di
ruanglaboratorium. Semua properti jenazah seperti perhiasan, pembungkus, pakaian
dan benda di samping jenazah dicatat ulang di buku serahterima barang bukti.
SURAT KEMATIAN
Surat keterangan kematian (SKK) adalah surat yang menerangkan bahwa
seseorang telah meninggal dunia. Surat keterangan kematian berisi identitas,
saat kematian dan sebab kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan
kematian ini adalah dokter yang telah diambil sumpahnya dan memenuhi
syarat administratif untuk menjalankan praktik kedokteran.
FUNGSI SURAT
KETERANGAN KEMATIAN
Untuk kepentingan pemakaman jenazah
Kepentingan pengurusan asuransi
Kepentingan pengurusan warisan
Pengurusan pensiunan janda/duda
Persyaratan menikah lagi
Pengurusan hutang piutang
Untuk tujuan hukum, pengembangan kasus kematian tidak wajar
Kepentingan statistic
MACAM-MACAM SURAT
KETERANGAN KEMATIAN
1. Surat Keterangan Kematian Biasa
Surat ini mencatat kematian individu yang meninggal secara alamiah/wajar dan
tidak berhubungan dengan suatu kekerasan, tetapi berada dalam pengawasan dokter.
Dimana dokter harus mengawasi selama waktu tertentu sebelum meninggal dan telah
mengadakan kunjungan profesional alam waktu 24 jam di saat kritis waktu cedera.

2. Surat Keterangan Kematian Oleh Dokter Forensik


Surat keterangan kematian yang dikeluarkan oleh dokter forensik dibuat apabila
dokter tidak dapat menentukan kematian ersebut karena alamiah/wajar atau tidak
alamiah/tidak wajar,
SYARAT SURAT
KETERANGAN KEMATIAN
Surat keterangan kematian alamiah harus dihadiri oleh dokter
sebelum surat tersebut dikeluarkan. Pada surat keterangan kematian ini
juga harus dicantumkan penyebab dari kematiannya.
Dokter yang membuat surat keterangan kematian tersebut harus
yakin bahwa orang tersebut benar-benar meninggal dan/atau tidak dalam
mati suri, serta yakin penyebab kematiannya adalah sebab alamiah.
Jika di curigai adanya penyebab kematian yang tidak alamiah/tidak
wajar, dokter harus melakukan pemeriksaan luar atau memberikan opsi
untuk dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi) kepada jenazah.
ISI SURAT KETERANGAN
KEMATIAN
Berisi:
1. Identitas jenazah
2. (Nama, NIK,jenis kelamin, ttl, agama, tk pendidikan, pekerjaan, alamat, status
kependudukan)
3. Deklarasi Kematian
4. Waktu meninggal
5. Umur saat meninggal
6. Tempat meninggal
7. Rencana pemulasaraan
8. Dokter pemeriksa dan keluarga penerima jenazah
CONTOH SURAT KE
DIFFERENTIAL
DIAGNOSE
MANUAL
STRANGULATION
•Strangulasi (strangulation)
Strangulasi atau penjeratan adalah bentuk asfiksia berupa penutupan pembuluh darah
dan/atau jalur napas pada leher akibat tekanan eksternal pada leher. Terdapat beberapa
jenis penjeratan yaitu strangulasi manual (manual strangulation), stranulasi dengan
pengikat (ligature strangulation), dan penggantungan (hanging).
•Strangulsai Manual (manual strangulation)
Strangulasi manual mencakup tekanan paksa pada leher oleh tangan atau lengan yang
disebut dengan arm-lock. 29 Kulit leher korban sering memperlihatkan tanda
kekerasan, memar, lecet, dan bekas kuku jari. Pada saat autopsi, didapati adanya
fraktur pada tulang hyoid atau kartilago tiroid
Manner of Death : Bunuh diri (gantung diri)
Mechanism of Death : Asfiksi
Cause of Death : Asfiksi
ANTE-MORTEM DAN
POST-MORTEM

Anda mungkin juga menyukai