KASUS HANGING
SKENARIO
CONCEPT MAP
ANATOMI REGIO COLI
DESKRIPTIF
Trigonum Cervicale ant.
Trigonum Cervicale post.
FASCIA
Lamina superficialis
Lamina Prevertebralis
Lamina Pretrachealis
DRAINASE VENA EXTERNA
V. Jugularis Externa
V. Jugularis Ant.
TRIGONUM CERVICALE ANT.
Musculi
Musculi suprahyiodeus
Musculus stylohyoideus
Musculus digastricus
Musculus mylohyoideus
Musculus geniohyoideus
Musculi Infrahyoidei
Musculus sternohyoideus
Musculus omohyoideus
musculus throhyoidus
Berdasarkan Anatomi
Fungsi :
- konduksi : Mengalirkan udara ke dan
dari paru – paru
- Menyiapkan udara yang masuk :
1.debu difiltrasi / dibersihkan : rambut , silia
2.udara di lembabkan : mucus dan secret serosa
3. udara di hangatkan : pembuluh darah
VASA VASORUM
ARTERI SEDANG
MIKROSKOPIS:
TUNICA INTIMA
ENDOTEL
LAPISAN SUBENDOTEL: JARINGAN PENGIKAT DENGAN KADANG-KADANG SEDIKIT SEL-
SEL OTOT POLOS
MEMBRANA ELASTICA INTERNA : MENCOLOK (BERGELOMBANG)
TUNICA MEDIA
LAPISAN JARINGAN OTOT POLOS DAPAT MENCAPAI: 40 LAP.
DI ANTARA LAPISAN OTOT POLOS TERDAPAT LAPISAN ELASTIS BERCAMPUR SERAT
RETIKULER
OTOT POLOS TERSUSUN MELINGKAR
MEMBRANA ELASTICA EXTERNA
TUNICA ADVENTITIA
MUNGKIN LEBIH TEBAL DARIPADA TUNICA MEDIA
SERAT-SERAT ELASTIS, KOLAGEN MEMANJANG, FIBROBLAS
VASA VASORUM
ARTERI SEDANG
TUNIKA ELASTIKA PADA ARTERIA SEDANG
ARTERIOL
ARTERIOLA
BESAR
ARTERIOLA
KECIL
VENA
CIRI
MENGANGKUT DARAH KE JANTUNG
JUMLAH LEBIH BESAR DARIPADA ARTERIA
MENDEKATI JANTUNG DIAMETER MAKIN BESAR
BIASANYA BERADA DI DEKAT ARTERINYA
KETEBALAN DINDING LEBIH TIPIS DENGAN VALVULA
BIASANYA PADA SEDIAAN DALAM KONDISI KOLAPS
KLASIFIKASI:
VENA BESAR
VENA SEDANG
VENA KECIL = VENULA
DINDING
TUNICA INTIMA
TUNICA MEDIA
TUNICA ADVENTITIA
VENA BESAR
MIKROSKOPIS
TUNICA INTIMA ( 45 m - 68 m)
ENDOTEL
JARINGAN PENGIKAT SANGAT TIPIS
TUNICA MEDIA
TIDAK BERKEMBANG DENGAN BAIK
SERINGKALI TIDAK ADA
TUNICA ADVENTITIA
MERUPAKAN BAGIAN UTAMA DARI DINDING
JARINGAN PENGIKAT: SERABUT ELASTIS DAN SERABUT
KOLAGEN YANG MEMANJANG
TERUTAMA MENGANDUNG SERABUT OTOT POLOS MEMANJANG
OTOT
POLOS
OTOT
POLOS
TUNICA MEDIA
CUKUP TEBAL
VENA SEDANG (2 - 9 MM)
MIKROSKOPIS
TUNICA INTIMA (TIPIS)
SEL ENDOTEL
JARINGAN PENGIKAT TIPIS SEDIKIT SERABUT ELASTIS
SIFAT:
PERMEABILITAS CUKUP TINGGI
VENULA DENGAN KATUP (15 m - 200 m)
KATUP
KATUP
ARTERIOL DAN VENULA
MEMBRANA ELASTICA
INTERNA
Kapiler
Terdiri atas selapis sel endotel yg tergulung membentuk suatu saluran
Perisit sel yg berasal dr mesenkim yg mengelilingi lapisan endotel di sepanjang kapiler
FISIOLOGI
PERNAPASAN
FUNGSI SISTEM PERNAPASAN
1. Pertukaran gas antara atmosfer dan darah.
2. Regulasi homeostasis pH tubuh.
3. Proteksi dari patogen & iritan yang terhirup.
4. Membantu proses vokalisasi
5. Ekskresi air dan panas tubuh.
6. Membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai pompa).
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan
Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke selsel tubuh.
RESPIRASI EKSTERNAL
1. Pertukaran udara antara udara luar dengan udara dalam alveol (ventilasi).
2. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara alveol dengan darah kapiler paru mll difusi.
4. Pertukaran O2 dan CO2 darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan mll difusi. (perfusi)
SISTEM PERNAPASAN
Tujuan Respirasi
Memperoleh O2 untuk metabolisme seluler (fosforilasi oksidatif) untuk pembentukan energi
selular (ATP).
Mengeluarkan CO2 sebagai hasil samping metabolisme.
Regulasi pH darah CO2 bila bereaksi dengan H2O akan menjadi asam yang berperan dalam
keseimbangan asam basa cairan tubuh
Komposisi udara pernapasan
Persentase komposisi gas bervariasi untuk tiap tahapan respirasi
Mekanisme Pertukaran Gas
-O2 dari udara masuk paru jantung darah
arteri jaringan terjadi respirasi selular
(metabolisme)
- CO2 sisa metabolisme dari jaringan darah vena
jantung paru expirasi
Protein Pengikat O2
1. Hemoglobin (Hb)
mengikat O2 dari paru jaringan
2. Myoglobin (Mb)
mengikat O2 di otot
3. Cytochrome
mengikat O2 dalam mitokondria dalam
transport elektron
A. Hemoglobin :
-Interaksi pada pola kooperatif yg mungkinkan
peran transporter oksigen
-Selain menghantarkan oksigen, berperan pula
untuk mengambil limbah respirasi, CO2 dan
proton, untuk dibawa ke paru
-Protein fungsional pigment yg menyebabkan
warna merah pada eritrosit
-Terdiri dari senyawa “ Heme” dan Protein
“Globin”
-Berfungsi sebagai pengikat O2 dan CO2 dalam
erytrosit
-Bila teroksidasi menjadi Fe3+ jadi tak dapat mengikat
oksigen
1. Heme
- terdiri dari Cincin porfirin yang mengandung ion Fe2+ ,
- berfungsi sebagai pengikat Oksigen - Setiap heme mampu
mengikat 1 molekul O2
2. Protein Globin
- Terdiri dari 4 rantai polypeptida (a2b2):
* 2 rantai alpha (α) dgn 141 Asam amino & 2 rantai beta (β)
dgn 146 Asam Amino
* Kesamaan komposisi AA rantai a dan b globin < 50%
- Setiap rantai terikat dengan gugus prostetik heme dengan atom 1
besi ditengahnya, sebagai pembawa elektron
-berfungsi untuk menstabilkan konformasi heme dalam
pengikatan O2
Jenis Hemoglobin
- Hb Fetal (Hb F) mayoritas Prenatal
(disintesis hati & limpa)
- Hb Adult (Hb A) mayoritas Postnatal dewasa
(disintesis oleh Sumsum tulang merah)
Komposisi hemoglobin Dewasa:
* 97,0% adalah Hb A1(a2b2)
* 2,5% adalah HbA2 (a2d2 )
* 0,5% lainnya adalah hemoglobin F (α2γ2)
* HbS ~ α2βs2
Kadar O2 rendah
Patofisiologi :
1. Obstruksi saluran nafas
2. Ketidakmampuan darah dalam mengangkut oksigen
3. Ketidakmampuan jaringan dalam mengambil oksigen dalam darah
4. Henti Sirkulasi <<<Oksigen dan Karbondioksida>>>>
ETIOLOGI ASFIKSIA
Sebab alamiah : Penyakit jantung, penyakit paru
Trauma mekanik : Pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penggantungan
Asfiksia karena tenggelam
Asfiksia karena racun
FASE ASFIKSIA
Fase dyspnea
Berlangsung kira-kira 4 menit. Terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya
kadar karbon dioksida. Tingginya kadar karbon dioksida akan merangsang medulla
oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi dan tekanan darah.
Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba cepat. Tekanan darah terukur
meningkat.
Fase konvulsi
Terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik kemudian
opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan
tekanan darah turun.
Fase Apneu
Berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat
pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.
Fase Akhir Asfiksia
Ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut jantung beberapa
saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.
TANDA – TANDA
ASFIKSIA
TANDA-TANDA ASFIKSIA
Cyanosis pada mukosa bibir, jaringan di bawah kuku, ujung-ujung jari
Dilatasi kapiler
Stasis kapiler
Peningkatan tekanan kapiler
Peningkatan permeabilitas kapiler (+) Tardieu’s spots dan relaksasi sphincter
MEKANISME
KELUARNYA URINE
DAN FESES
Mekanisme keluarnya urine dan feses terjadi saat asfiksia fase Apnea, penjelasannya
akan di terangkan di slide berikutnya
Hypoxia sel Anaerob
Paralise
Gagal
Kejang Spincher
aktivasi
tubuh
Urine dan
Feses keluar
(involunter)
PATOLOGI KAKU
MAYAT
Selama dalam tubuh ada glycogen, masih dapat terjadi resintesa ADP ATP,
sehingga otot-otot masih dalam keadaan lemas. Pada orang meninggal, terjadilah
perubahan dari ATP ADP. Bila persediaan glycogen habis, maka resintesa ADP
ATP tidak ada, Akibatnya semua ATP dirubah menjadi ADP, maka terjadilah kaku.
(ADP >>>, Ikatan Actin – miosin otot >>).
TANDA – TANDA
LEBAM MAYAT
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru kemerahan akibat terkumpulnya
darah di dalam vena kapiler yang dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah
di sepanjang penghentian sirkulasi.
Yang dinilai :
1. Distribusi:
Terdapat pada daerah yang luas, terutama pada bagian tubuh yang letaknya rendah.
2. Pinggiran: Jelas
3. Warna :
Normal : merah kebiruan/keunguan
Bila lebih gelap (asfiksia), merah terang (keracunan CO,CN), coklat (methemoglobinemia)
4. Luas: meluas (asfiksia, jantung, stroke, narkoba), minim (perdarahan)
5. Dampak setelah penekanan : Hilang/tidak hilang pada penekanan
Normal : Akan hilang walaupun hanya diberi penekanan yang ringan
TANATOLOGI
Livor mortis(lebam mayat)
Suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu pada lokasi terendah tubuh
mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh
darah dan gaya gravitasi bumi.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis.
Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam
pasca kematian klinis (Idries, 1997).
Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini
berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa
berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita
hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-
10 jam.
2. RIGOR MORTIS (KAKU MAYAT)
Selama dalam tubuh ada glycogen, masih dapat terjadi resintesa ADP ATP, sehingga
otot-otot masih dalam keadaan lemas. Pada orang meninggal, terjadilah perubahan dari ATP
ADP. Bila persediaan glycogen habis, maka resintesa ADP ATP tidak ada, Akibatnya
semua ATP dirubah menjadi ADP, maka terjadilah kaku.(ADP >>>, Ikatan Actin – miosin
otot >>).
3. ALGOR MORTIS (PENURUNAN SUHU MAYAT)
Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan
terjadinya pengeluaran panas secara terus menerus.
Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan
lingkungannya.
4. PEMBUSUKAN
Proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii.
Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA.
H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS(sulf hemoglobin) yang
berwarna hijau kehitaman.
Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik.
Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah
kira-kira 18-24 jam kematian.
Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan
bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan
disertai bau busuk.
Faktor yang menyebabkan terjadinya pembusukan
1. Mikroorganisme
2. Suhu 21-37 derajat c mempercepat pembusukan
3. Kelembaban udara tinggi mempercepat pembusukan
4. Umur
5. Konstitusi tubuh
6. Sifat medium udara : air : tanah (1:2:8)
7. Keadaan saat mati edema mempercepat pembusukan
8. Penyebab kematian radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan
9. Seks wanita baru melairkan
Strangulasi (strangulation)
Strangulasi atau penjeratan adalah bentuk asfiksia berupa penutupan pembuluh darah
dan/atau jalur napas pada leher akibat tekanan eksternal pada leher. Terdapat beberapa
jenis penjeratan yaitu strangulasi manual (manual strangulation), stranulasi dengan
pengikat (ligature strangulation), dan penggantungan (hanging).
Strangulsai Manual (manual strangulation)
Strangulasi manual mencakup tekanan paksa pada leher oleh tangan atau lengan yang
disebut dengan arm-lock. Kulit leher korban sering memperlihatkan tanda kekerasan,
memar, lecet, dan bekas kuku jari. Pada saat autopsi, didapati adanya fraktur pada
tulang hyoid atau kartilago tiroid
PERBEDAAN GANTUNG
DIRI DAN DIGANTUNG
Pembeda Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
Usia Lebih sering terjadi pada usia remaja dan Tidak mengenal batas usia, karena tindakan
dewasa pembunuhan dilakuakn oleh musus/ lawan dari
korban dan tidak bergantung pada usia
Tanda jejak jeratan Bentuknya miring, berupa lingkaran Berupa lingkaran tidak teputus, mendatar, dan
terputus dan terletak pada bagian atas leher letaknya di bagian tengah leher, karena usaha
pembunuh untuk membuat simpul tali
Simpul tali Biasanya hanya satu simpul yang letaknya Biasanya lebih dari satu pada bagian depan
pada bagian samping leher leher dan simpul tali terikat kuat
Riwayat korban Biasanya korban mempunyai riwayat untuk Sebelumnya korban tidak memiliki riwayat
bunuh diri dengan cara lain untuk bunuh diri
Cedera Luka luka pada tubuh korban yang Cedera berupa luka luka pada tubuh korban
menyebabkan kematian mendadak tidak biasanya mengarah pada pembunuhan
ditemukan pada kasus bunuh diri
Pembeda Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
Tangan Tidak dalam keadaan terikat, karena Tangan yang dalam keadaan terikat ,
sulit unutk gantung diri dalam keadaan mengarah dugaan pada pembunuhan
tangan terikat
kemudahan Pada kasus bunuh diri, mayat biasanya Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan
tergantung pada tempat yang mudah tergantung pada tempat yang sulit dicapai
dicapai oleh korban atau disekitarnya oleh korban dan alat yang digunakan
ditemukan alat yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan
mencapai tempat tersebut
Tempat kejadian Jika kejadian berlangsung dalam kamar , Ruangan terkunci dari luar
dimana pintu, jendela, ditemukan dalam
keadaan tertutup dan terkunci dari dalam
Tanda tanda Tidak ditemukan Tanda tanda perlawanan hampir selalu ada
perlawanan kecuali jika korban sedang tidur, tidak
sadarkan diri, atau masih anak anak
Pembeda Penggantungan pada bunuh diri Penggantungan pada pembunuhan
Tanda asfiksia Kurang jelas Jelas
Fraktur laring dan Jarang Sering
trachea
Perdarahan pada Sangat jarang Ada, bersama buih dari mulut dan hidung
saluran nafas
Air ludah Mengalir dari salah satu sudut mulut Tidak ada
Keluarnya air mani dan Ada Tidak ada
tinja
VISUM ET REPERTUM
1. PRO JUSTISIA : Kiri atas, VeR tdk perlu materai ( pasal 136 KUHAP. )
2. PENDAHULUAN : Identitas pemohon, Identitas dokter pemeriksa / pembuat, Tempat dilakukannya
pemeriksaan, Tgl & jam pemeriksaan, Identitas korban/BB.
3. PEMBERITAAN :
- Identitas korban menurut pemeriksaan (umur, sex,TB/BB), serta KU.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.
Kaidah pemberitaan:
- Memakai bhs Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup (empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka, (luka bacok dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif .
Deskripsi korban hidup:
- Informasi dari anamnesa
Pemeriksaan Fsik dan Laboratorium
Prosedur medis
Informasi selama korban dirawat di Rumah Sakit
Keadaan terakhir korban
4. KESIMPULAN :
- Pendapat pribadi /opini dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang
sebaikbaiknya. Bersifat ilmiah, dibuat berdasarkan data yang dapat diterima dengan menggunakan keilmuan
- Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
- Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima
jabatan”.
- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP/STR dokter.
TEKNIK AUTOPSI
Hal – hal yang perlu di perhatikan saat melakukan autopsy :
Letak ikatan pada leher penting untuk membedakan hanging dan strangulasi.
Pada hanging :
1. 85% di atas cartilago thyroidea.
2. 15% setinggi cartilago thyroidea.
3. 5% di bawah cartilago thyroidea.
a. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik (miring) seperti ”V” terbalik pada bagian depan leher, dimulai
pada leher bagian atas diantara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang
bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian belakang. Kadang-kadang disertai
luka lecet dan vesikel kecil di pinggir jeratan.
b. Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit
terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda parchmentasi. Bila jeratan tali keras, mula- mula akan
menimbulkan warna pucat kemudian berubah menjadi coklat seperti warna kertas perkamen. Pada pinggir ikatan
dijumpai daerah hiperemis dan ekimosis. Ini menunjukkan bahwa pengikatan terjadi sewaktu korban masih
hidup. Bila pengikatan degan bahan yang lembut seperti selendang maka terlihat bekasnya lebar dan tidak ada
lekukan ikatan, biasanya miring dan kontinu. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit lebih gelap
karena adanya lebam mayat
a. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah telinga, tampak daerah
segitiga pada kulit di bawah telinga, yaitu di bagian yang tidak ada bekas jeratan. Kadang- kadang
didapati juga bekas tekanan simpul di kulit.
b. Pinggirannya berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi di sekitarnya
c. Jumlah tanda penjeratan Pada keadaan lain bisa didapati leher dililiti beberapa kali secara horizontal
baru kemudian digantung, dalam keadaan ini didapati beberapa bekas jeratan yang lengkap, tetapi
pada satu bagian tetap ada bagian yang menunjukkan titik simpul.
2. Kedalaman dari bekas penjeratan juga menunjukkan lamanya tubuh tergantung, berat badan korban
(komplit atau inkomplit) dan ketatnya jeratan.
3. Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang.
4. Tanda- tanda asfiksia. Muka pucat atau bisa bengkak, mata menonjol keluar, perdarahan berupa ptekia
tampak pada wajah dan subkonjuntiva (Tardeou's spot pada conjuntiva bulbi dan palpebra).
5. Lidah. Jika posisi tali di bawah cartilago thyroidea maka lidah akan terlihat menjulur ke luar dan berwarna
lebih gelap akibat proses pengeringan.
6. Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat simpul tali. Keadaan ini
merupakan tanda pasti penggantungan ante-mortem.
7. Lebam mayat Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati dikaki dan tangan
bagian bawah terutama di ujungujung jari tangan dan kaki. Bila segera diturunkan lebam mayat bisa
didapati di bagian depan atau belakang tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan.
8. Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam.
9. Urin dan feses bisa keluar.
10. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah.
PEMERIKSAAN DALAM
Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus
kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu
melingkari pusat.
Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan kemudian.
Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini
dibuat sayatan melingkari bagian leher
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat :
Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak
langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras juga
menunjukkan adanya pembesaran.
Bentuk
Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat dengan kapsul
pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau
kekeruhan.
Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya dengan
memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang
(robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang
kuat.
Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang
dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh
jumlah darah yang terdapat pada organ tersebut. Warna kekuningan, infiltrasi lemak, lipofisi,
hemosiferin atau bahan pigmen bisa merubah warna organ. Warna yang pucat merupakan tanda anemia.
FOTOGRAFI DAN
PENYIMPANAN
BARANG BUKTI
FOTOGRAFI FORENSIK
1.Foto seluruh tubuh (whole body)
Posisikan pasien dalam posisi anatomis, baik berdiri maupun berbaring
Letakkan alat pengukur tinggi/panjang badan di samping tubuh pasien
Letakkan label identitas yang telah diisi di tempat yang dapat terlihat jelas (di samping kepala
pasien, di dada atau perut pasien)
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap titik pusat tubuh
pasien (pusar)
Foto harus memuat keseluruhan tubuh pasien (ujung kepala hingga ujung kaki), menampakkan
wajah pasien (diambil dari depan), dan pasien tetap mengenakan pakaian (kecuali alas kaki jika
pasien dalam posisi berdiri untuk pengukuran tinggi badan), label identitas dan alat ukur
Dapat dilakukan pengambilan foto tambahan dari sisi kanan/kiri/belakang
2.Foto regional
Bebaskan regio anatomis yang ingin didokumentasikan dari pakaian
Letakkan alat pengukur dan label identitas yang telah diisi sebidang dengan
bagian tubuh yang akan difoto
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap titik
pusat dari bagian tubuh (regio anatomis) yang akan difoto
Foto harus memuat keseluruhan regio yang ingin didokumentasikan, yakni ada
penanda (marker) anatomis dan harus jelas sisi atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan
belakang, label identitas dan alat ukur.
3.Foto close up
Identifikasi objek/luka yang ingin didokumentasikan dan bebaskan dari penutup
tubuh
Letakkan alat pengukur dan label identitas yang telah diisi sebidang dengan luka
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap titik
pusat luka
Foto harus memuat keseluruhan luka dan dapat memberikan keterangan mengenai
karakteristik luka, label identitas dan alat ukur
Dapat dilakukan pengambilan foto tambahan dengan posisi kamera miring
45°terhadap titik pusat luka, baik dari sisi atas, bawah, kanan, kiri, maupun diagonal,
jika dirasa perlu
4.Foto objek lain (barang bukti pakaian, bercak darah, anak peluru, senjata, dokumen,
dan lain-lain)
Letakkan alat pengukur dan label identitas yang telah diisi sebidang
dengan objek yang akan difoto
Lakukan pengambilan foto dengan posisi kamera tegak lurus 90°terhadap
titik pusat objek
Foto memuat keseluruhan objek, label identitas dan alat ukur
Jika objek mengandung tulisan, tulisan harus dapat dibaca dengan jelas
PENGUMPULAN BARANG
BUKTI
1. Pakaian.
a. Pakaian jenazah adalah pakaian yang dipakai oleh jenazah saat pemeriksaan.
b. Foto pakaian saat masih melekat pada tubuh jenazah.
c. Lepas pakaian dari tubuh jenazah sambil menilai kakumayat.
d. Foto pakaian secara utuh dari depan dan belakang. e.Foto label, merek, dan ukuran pakaian.
f. Catat model, bahan, warna, corak, merek, dan ukuran.
g. Dapat ditambahkan keterangan lain seperti tulisan, saku,dan kondisi pakaian (robekan, basah, pengotoran,
berpasir,dan lain-lain )
h. Bila di dalam saku terdapat benda-benda maka harus dicatatsecara detail. Misal pada celana bagian depan
sisi kananterdapat saku yang berisi dompet bahan kulit, warna hitam,merek GUESS. Di dalam dompet berisi
satu lembar uangkertas pecahan seribu rupiah dan KTP dengan NIK 001113atas nama MUKIDI.
2. Perhiasan.
a. Perhiasan yang dimaksud adalah yang melekat pada tubuh jenazah yang berguna sebagai
hiasan seperti, cincin, gelang, jam tangan, kalung, anting, ikat rambut dan sebagainya.
b. Foto saat perhiasan masih melekat pada tubuh jenazah.
c.Catat lokasi, jenis, bahan, warna, dan detail dari perhiasan tersebut.
d. Lepas perhiasan dari tubuh jenazah, lalu dimasukkan ke dalam plastik bening, dilabel
dengan nama pemeriksa, nama jenazah, jenis kelamin, tanggal lahir/ umur, serta tanggal dan
waktu pemeriksaan, kemudian diserah kan kepada petugas administrasi untuk disimpan dan
dicatat dalam buku serahterima barang bukti.
3. Benda disamping jenazah.
a. Benda disamping jenazah adalah benda-benda disekitar tubuh jenazah yang tidak melekat
pada tubuhnya dan batasnya adalah keranda jenazah.
b. Foto dan catat jenis, bahan, warna, corak atau tulisan.
c. Termasuk benda disamping jenazah adalah belatung(tempayak), pasir, dan lain-lain.
d. Pada pasir dicatat warna dan agregatnya (halus ataukasar ).
e. Pada belatung ambil yang paling besar, rendam dalam alkohol minimal 70%, setelah mati,
ukur panjang belatung.
Semua properti jenazah seperti pembungkus, pakaian, dan bendadi samping jenazah
dimasukan ke dalam plastik, diberi label berisinama jenazah, jenis kelamin, umur dan
tanggal pemeriksaan.Plastik berisi properti jenazah diletakkan di atas tubuh
jenazah.Sampel darah dan urin disimpan dalam lemari pendingin di
ruanglaboratorium. Semua properti jenazah seperti perhiasan, pembungkus, pakaian
dan benda di samping jenazah dicatat ulang di buku serahterima barang bukti.
SURAT KEMATIAN
Surat keterangan kematian (SKK) adalah surat yang menerangkan bahwa
seseorang telah meninggal dunia. Surat keterangan kematian berisi identitas,
saat kematian dan sebab kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan
kematian ini adalah dokter yang telah diambil sumpahnya dan memenuhi
syarat administratif untuk menjalankan praktik kedokteran.
FUNGSI SURAT
KETERANGAN KEMATIAN
Untuk kepentingan pemakaman jenazah
Kepentingan pengurusan asuransi
Kepentingan pengurusan warisan
Pengurusan pensiunan janda/duda
Persyaratan menikah lagi
Pengurusan hutang piutang
Untuk tujuan hukum, pengembangan kasus kematian tidak wajar
Kepentingan statistic
MACAM-MACAM SURAT
KETERANGAN KEMATIAN
1. Surat Keterangan Kematian Biasa
Surat ini mencatat kematian individu yang meninggal secara alamiah/wajar dan
tidak berhubungan dengan suatu kekerasan, tetapi berada dalam pengawasan dokter.
Dimana dokter harus mengawasi selama waktu tertentu sebelum meninggal dan telah
mengadakan kunjungan profesional alam waktu 24 jam di saat kritis waktu cedera.