PENGENALAN
STRUKTUR & Fig
. I
MEKANIK PARU-PARU
s
Venu
ANATOMI PARU-PARU DAERAH SALURAN PERNAPASAN
Aliran udara melalui system pernapasan dapat dibagi menjadi 3 wilayah yang saling berhubungan yaitu
saluran napas bagian atas, jalan napas melakukan, dan saluran napas alveolus ( parenkin paru atau
jaringan asinar ). Saluran napas atas terdiri dari sistem masuk, hidung/rongga hidung dan mulut yang
menuju ke faring. Laring memanjang dari bagian bawah faring untuk melengkapi jalan napas atas.
Hidung adalah titik masuk utama untuk udara yang dihirup; oleh karena itu, epitel mukosa yang melapisi
saluran udara nasofaring terkena konsentrasi tertinggi dari alergen yang dihirup, toksikan, dan materi
partikulat. Dengan pemikiran ini, mudah dipahami bahwa selain penciuman, hidung dan saluran napas
bagian atas menyediakan dua fungsi penting tambahan dalam aliran udara—(1) menyaring partikel
besar untuk mencegahnya mencapai saluran udara konduksi dan alveolus dan (2) berfungsi untuk
menghangatkan dan melembabkan udara saat masuk ke dalam tubuh. Partikulat berukuran lebih besar
dari 30-50 m cenderung tidak terhirup melalui hidung sedangkan partikel berukuran 5-10 m berdampak
pada nasofaring dan masuk ke saluran napas konduksi. Sebagian besar partikel terakhir ini menetap di
selaput lendir di hidung dan faring. Karena momentumnya, mereka tidak mengikuti aliran udara saat
melengkung ke bawah ke paru-paru, dan mereka berdampak pada atau dekat amandel dan kelenjar
gondok, kumpulan besar jaringan limfoid aktif secara imunologis di belakang faring.
MELAKUKAN ALIRAN JALAN
Jalan napas konduksi dimulai dari trakea dan bercabang-cabang secara dikotomis untuk memperluas luas permukaan
jaringan di paru-paru. 16 generasi pertama saluran membentuk zona konduksi saluran udara yang mengangkut gas dari
dan ke saluran napas atas yang dijelaskan di gambar (Gambar 34-1). Cabang-cabang ini terdiri dari bronkus, bronkiolus,
dan bronkiolus terminal. Saluran udara konduksi terdiri dari berbagai sel khusus yang menyediakan lebih dari sekadar
saluran udara untuk mencapai paru-paru (Gambar 34-2). Epitel mukosa melekat pada membran basal tipis, dan di
bawahnya, lamina propria. Secara kolektif ini disebut sebagai "mukosa saluran napas." Sel-sel otot polos ditemukan di
bawah epitel dan jaringan ikat yang membungkus juga diselingi dengan tulang rawan yang lebih dominan di bagian
saluran napas konduksi yang berkaliber lebih besar. Epitel tersusun sebagai epitel berlapis semu dan mengandung
beberapa jenis sel, termasuk sel bersilia dan sel sekretorik (misalnya, sel goblet dan asinus kelenjar) yang menyediakan
komponen kunci untuk imunitas bawaan saluran napas, dan sel basal yang dapat berfungsi sebagai sel progenitor
selama cedera. Sebagai transisi jalan napas konduksi ke terminal dan bronkiolus transisional, tampilan histologis dari
tabung konduksi berubah. Kelenjar sekretori tidak ada pada epitel bronkiolus dan bronkiolus terminal, otot polos
memainkan peran yang lebih menonjol dan tulang rawan sebagian besar tidak ada pada jaringan di bawahnya. Sel klub
(sebelumnya disebut "sel Clara"), sel epitel kuboid tidak bersilia yang mensekresi penanda pertahanan penting dan
berfungsi sebagai sel progenitor setelah cedera, membentuk sebagian besar lapisan epitel di bagian akhir saluran
napas konduksi.
Zona konduksi dan pernapasan di jalan napas.
• Bercabang 23 x
• 7 percabangan terakhir membentuk :
Bronkiolus transisional dan respiratorik
Zona transisional dan respirasi tempat
pertukaran gas.
Duktus Alveolaris dan Alveolus
Alveolus
1.
Manusia memiliki 300 juta Alveolus , memiliki luas total dinding alveolus yang bersentuhan dengan kapiler di
kedua paru sekitar 70
2. Alveolus dilapisi oleh 2 jenis sel epitel.
a. Sel tipe I berupa sel gepeng dengan tonjolan sitoplasma besar dan merupakan sel sel utama
yang melapisi alveolus, menutupi sekitar 95% luas permukaan alveolus.
b. Sel tipe II (pneumosit granular) lebih tebal dan banyak mengandung banyak badan inklusi
lamellar. Sel ini berperan penting dalam perbaikan alveolus dan fisiologi sel lainnya, salah
satunya ialah membentuk sulfaktan. Sel tipe II membentuk badan lamellar khusus, yaitu
organel terbungkus membrane yang mengandung gelungan fosfolipid, yang disekresikan
kedalam lumen alveolus melalui eksositosis. Setelah sekresi, fosfolipid surfaktan akan
berjajar di alveolus dengan ekor asam lemak hidrofobiknya menghadap lumen alveolus.
c. Lapisan surfaktan berperan penting dalam mempertahankan struktur alveolus dengan
mengurangi tegangan permukaan (surface tension). Saat alveolus mengembang saat
isnpirasi, molekul- molekul sulfaktan saling menjau dan tegangan semakin meningkat,
begitu pula sebaliknya.
1. Alveolus dikelilingi oleh kapiler paru. Di sebagian besar alveolus, udara dan darah dipisahkan hanyua oleh epitel
alveolus dan endotel kapiler (terpisah sebesar 0,5 um).
2. Alveolus mengandung sel-sel khusus, seperti makrofag alveolus paru (pulmonary alveolar macrophage, PAM atau
AM), limfosit sel plasma, sel neuroendokrin, dan sel mast.
3. Sel-sel tersebut juga membantu proses antigen inhalan untuk membentuk serangan imunologik, serta menyekresi
zat-zat yang menarik granulosit ke paru dan zat-zat yang merangsang pembentukan granulosit dan monosit di
sumsum tulang.
OTOT-OTOT PERNAPASAN
1. Paru berada pada rongga toraks,yang di batasi oleh sangkar iga (rib cage) dan kolumna spinalis .
2. Diafragma terdiri atas tiga bagian yaitu: pars costalis ,di bentuk oleh saraf otot yang melekat ke
iga di sekeliling dasar sangkar iga;pars crural (pars lumbalis), di bentuk oleh saraf otot yang
melekat di liga mentum sepanjang tulang belakan ;dan centrum tendineum,tempat insersi serat-
serat pars lumbalis.centrum tendineum juga mrupakan bagian inferior pericardium.serat – serat
paers lumbalis diafragma dipersarafi oleh cabang nervus phernicus.
3. Untuk memasuki kanal nafas penghantar,udara harus melewati glottis,yaitu daera di dalam dan di
antara pita suara dan membuka glottis.sewaktu menelan atau btersedak ,kontrak reflex otot otot
adductor.
PARU - PARU