Anda di halaman 1dari 8

ANATOMI, HISTOLOGI & FISIOLOGI

SALURAN PERNAPASAN DAN PARU-PARU


Oleh: Barzam Fathan
NPM: 1706107176
S1 Ekstensi - FIK UI (2017/2018)

A. ANATOMI & HISTOLOGI SALURAN PERNAPASAN & PARU-PARU


Sistem pernapasan manusia (respirasi) memiliki fungsi utama memperoleh oksigen
(O2) untuk digunakan oleh sel tubuh dan utukmengeluarkan (karbondioksida) CO2
yang diproduksi oleh sel. Sistem pernapasan ini terdiri dari saluran pernapasan dan
paru-paru. Berikut adalah ilustrasi dari anatomi sistem pernapasan manusia
(Sherwood, 2011):

Bila dijabarkan secara spesifik, maka anatomi dari sistem pernapasan adalah sebagai
berikut:
1. Saluran Napas Bagian Atas
a. Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri dari:
psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan
partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan
disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi
melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi
menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha.
(Sherwood, 2011)
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan tuba eustachius)
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat
pangkal lidah)
d. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

2. Saluran Napas Bagian Bawah


a. Laring
Terdiri dari tiga struktur yang penting
- Tulang rawan krikoid
- Selaput/pita suara
- Epiglotis
- Glotis
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada
lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi
sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil
suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring,
meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian
lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris
bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.
(Eroschenko, 2008)
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam
lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika
vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di
lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka).
Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi
yang berbeda-beda. (Eroschenko, 2008)
b. Trachea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm. Bagian belakang
dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan
esofagus.
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada
lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk ¾ cincin tulang rawan
seperti huruf C, yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea.
Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk
lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing.
Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap
terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk
tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos
yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.
(Eroschenko, 2008)
c. Bronchus
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut carina. Bronchus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan
trachea. (Sherwood, 2011)
Bronchus kanan bercabang menjadi: lobus superior, medius, inferior. Brochus
kiri terdiri dari: lobus superior dan inferior.
Mukosa bronchus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan
lamina propria yang mengandung kelenjar serosa, serat elastin, limfosit dan sel
otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada
trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan
mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah
bronchus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan
hialin. (Eroschenko, 2008)
d. Broncheolus
Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya.
Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal
hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih
besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin
memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris
bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil.
Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia
yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat
protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi
sebagai kemoreseptor. (Eroschenko, 2008)
e. Alveoli
Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
- Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
- Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan
surfactant.
- Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari: sel endotel, aliran darah dalam
rongga endotel
- Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh: endotel
kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
f. Pleura
Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding toraks.
Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua lapisan
terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan elastin.
(Eroschenko, 2008)

B. FISIOLOGI SALURAN PERNAPASAN & PARU-PARU


Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan
melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan
mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya
satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada
tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. (Sherwood, 2011)
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui
pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru – paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi drpd oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah
datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah
CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah.
Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan
dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2. (Tortora & Derrickson, 2012)
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan
darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.
Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
(Sherwood, 2011)
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen : 79 %
Oksigen : 20 %
Karbon dioksida :0-0,4 %
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer.
Udara yang dihembuskan:
Nitrogen :79 %
Oksigen : 16 %
Karbon dioksida : 4-0,4 %
Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama, yaitu pengendalian
oleh saraf dan kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang
terletak di dalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan
impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot diafragama dan
otot interkostalis (Tortora & Derrickson, 2012):
1. Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata
yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui
beberapa radiks saraf servikalis impuls ini di antarkan ke diafragma
oleh saraf frenikus. Dibagian yang lebih rendah pada sumsum
belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf
interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal
yang berkecepatan kira-kira 15 kali setiap menit. Impuls aferen yang
dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke
pusat pernapasan di dalam medula.
2. Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan
pengaturan frekuensi, kecepatan & kedalaman gerakan pernapasan.
Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar
alkali daah harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi
asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang
pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja
atas otot pernapasan.
Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting.
Tanpa salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot
pernapasan (interkostal dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat
pernapasan buatan yang lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus
bergerak supaya udara dapat dikeluar-masukkan paru-paru.
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot
untuk memberi energi yang diperlukan dalam pekerjaan akan menimbulkan kenaikan
pada jumlah karbon dioksida di dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-
paru. Emosi, rasa sakit,dan takut,misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang
pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat-hal yang kita
ketahui semua. Impuls aferen dari kulit mengasilkan efek serupa—bila badan di celup
dalam air dingin atau menerima guyuran air dingin, penarikan pernapasan kuat
menyusul. Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak
dapat dijalankan lama karena gerakannya otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas
dalam waktu lama akan gagal karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi
normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.
Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi
dapat diukur melalui spirometer (Sherwood, 2011).
1. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-
paru selama ventilasi normal biasa. Nilai VT pada dewasa normal
sekitar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk wanita.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu volume udara ekstra yang
masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal.
CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml pada perempuan.
3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) yaitu volume ekstra udara yang
dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak normal. VCE
berkisar 1200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan.
4. Volume residual (VR), yaitu volume sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki 1200 ml dan pada
perempuan 1000 ml. Volume residual penting untuk kelangsungan
aerasi dalam darah saat jeda pernapasan.
Sementara itu, berikut adalah kapasitas paru-paru (Sherwood, 2011):
1. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume
residual dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini merupakan
jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik setelah ekspirasi normal.
Nilai rata-ratanya adalah 2200 ml. jadi nilai (KRF=VR+VCE)
2. Kapasitas inspirasi (KI), adalah penambahan volume tidal dan volume
cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml. jadi nilai
(KI=VT+VCI)
3. Kapasitas vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi
(KV=VT+VCI+VCE). Nilai rata-ratanya sekitar 4500 ml.
4. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat
ditampung dalam paruparu dan sama dengan kapasitas vital ditambah
volume residual (KTP=KV+VR). Nilai rata-ratanya adalah 5700 ml.

REFERENSI
Eroschenko, Viktor P. Di Fiore's atlas of histology with functional correlations. 11th Ed.
Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed. 6. Jakarta: EGC.
Tortora, Gerard J. & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology. 13th Ed.
Hoboken: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai