Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA KLIEN USIA TODDLER

Untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing : Herni Susanti, S.Kp., MN., Ph.D.

Disusun Oleh :
Fitri Astriana Lestari
NPM 1706107270
KELAS A – S1 EKSTENSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN
2017
I. KESEHATAN JIWA PADA USIA TODLER
1. Pengertian toddler dan tugas perkembangan jiwa
Toddler adalah periode perkembangan anak usia 12-36 bulan. Anak usia toddler
merujuk konsep periode pertumbuhan sel otak yang cepat dalam waktu singkat
sehingga sering disebut sebagai “Golden period” (kesempatan emas) untuk
meningkatkan kemampuan setinggi-tingginya serta peka terhadap stimulasi dan
pengalaman yang sangat mempengaruhi periode tumbuh kembang selanjutnya.
Anak pada usia ini harus mendapatkan perhatian yang serius dalam arti tidak
hanya mendapatkan nutrisi yang memadai tetapi memperhatikan juga intervensi
stimulasi dini untuk membantu anak meningkatkan potensi dengan memperoleh
pengalaman yang sesuai dengan perkembangannya. Anak pada masa ini bersifat
egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu itu
dianggap sebagai miliknya (Hockenberry & Wilson, 2014).
2. Karakteristik toddler yang sehat Jiwa
a. Perkembangan fisik
Pertumbuhan sel otak yang cepat membuat anak dapat melihat, mencium,
merasa dan mendengar lebih baik lagi sehingga memiliki rentang perhatian
yang luas (Hockenberry & Wilson, 2014). Keterampilan motorik yang
berkembang cepat memungkinkan anak melakukan kegiatan perawatan diri
seperti makan, berjalan sendiri, memakai baju dan toilet training.
b. Perubahan kognitif
Anak mengalami peningkatan untuk mengingat peristiwa dan menuangkan
pikiran ke dalam kata-kata pada usia 2 tahun. Anak membangun alasan
berdasarkan pengalamannya terhadap suatu peristiwa.
c. Bahasa
Anak dapat menggunakan kalimat sederhana berdasarkan tata bahasa yang
cukup dan belajar menggunakan lima sampai enam kata tiap harinya. Anak
dapat menggunakan gerak tubuh/ gesture untuk mengungkapkan sesuatu
seperti menggelengkan kepala saat menyatakan “tidak” atau menunjuk pada
mulut nya saat sedang kosong dan perlu makanan.
d. Perkembangan moral
Anak usia toddler belum memahami konsep benar dan salah. Anak memahami
bahwa beberapa tingkah laku menimbulkan hasil yang menyenangkan
(positif) dan lainnya menimbulkan hasil yang menyedihkan (negatif).
e. Perubahan psikososial
Menurut Erikson, rasa otonomi timbul pada usia 1-3 tahun. Anak berusaha
mencapai kemandirian dengan penggunaan ototnya untuk melakukan semua
hal sendiri dan menjadi penguasa dari fungsi tubuhnya. Batasan yang tegas
dan konsisten, kesabaran, dan dukungan memungkinkan anak mencapai
tingkah laku yang baik serta menghadapi rasa frustrasi selama belajar
mengendalikan diri. Anak mulai belajar berinteraksi dengan orang lain selain
orangtuanya dan berkomunikasi.
f. Spiritual
Anak mulai mengetahui tentang konsep Tuhan dengan meniru orangtua atau
keluarga yang sedang beribadah atau berdoa. Anak melakukan rutinitas
spiritual seperti yang orangtua atau keluarga lakukan seperti berdoa dengan
mengangkat tangan sebelum tidur dan makan, tanpa memahami lebih detail
tentang proses dan maknanya.
3. Upaya meningkatkan kesehatan jiwa pada toddler
1. Memberikan ruang yang aman dan nyaman untuk anak mengeksplorasi
dirinya sendiri dalam belajar berjalan, makan dan melakukan aktivitas sendiri.
2. Berkomunikasi secara intens dengan anak untuk lebih memahami apa yang
anak ingin sampaikan dan memberi stimulasi terhadap proses perkembangan
bahasanya.
3. Mempersiapkan orang tua terhadap beberapa perubahan perilaku yang
mungkin terjadi pada usia toddler seperti negativisme yaitu perilaku yang
bertentangan atau menolak terhadap segala perintah.
4. Mengatur perubahan pemberian makan dari yang lunak menjadi lebih padat
sehingga anak tetap dapat menikmati perubahan pada proses makan.
5. Mengatur pola tidur anak saat siang dan malam hari sehingga anak terbiasa
dengan pola teratur yang orangtua terapkan.
6. Mengajak anak untuk memilih mainan yang baik dan mengedukasi serta
menstimulasi perkembangan motorik, bahasa, kognitif, dan sosial.
7. Mengatur kesiapan anak untuk belajar toilet training
8. Mulai menerapkan disiplin atau peraturan yang baik untuk anak dan yang
tidak boleh dilakukan/buruk dengan memberikan hadiah/ pujian bila anak
melakukan hal yang benar dan baik, tetapi tidak memberikan hukuman bila
melakukan hal yang buruk karena hanya diperlukan penjelasan saja oleh
orangtua.
9. Mulai menanamkan nilai spiritual dengan mengajarkan anak untuk berdoa
atau diikutsertakan dalam ibadah yang dilakukan oleh orangtua.
4. Faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa toddler
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak,
diantaranya faktor mikrokosmos dan makrokosmos (Yusuf, Ah,et.al,2015)
1. Faktor mikrokosmos (Nature)
Faktor mikrokosmos adalah faktor yang ada dalam diri anak, seperti kondisi
genetika dan berbagai masalah intrauterin. Kondisi genetika ditentukan oleh
komposisi kromosom, yang akan mempengaruhi identitas gender,
kecenderungan perlakuan berikutnya, dan pewarisan sifat orangtuanya.
Masalah intrauterin meliputi usia (ibu dan janin), nutrisi, obat-obatan yang
dikonsumsi ibu, radiasi dan berbagai komplikasi kehamilan lainnya.
2. Faktor makrokosmos (Nurture)
Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari anak yang juga akan
mempengaruhi perkembangan anak dimana faktor tersebut meliputi pola asuh
ayah, ibu, saudara, atau teman di lingkungannya.
 Asuhan lingkungan
Keluarga dan teman lebih sering mendidik anak seperti keinginannya.
Menginginkan anak menjadi seperti dirinya, pola asuh yang diberikan,
cara hidup, dan strategi menghadapi kehidupan diajarkan sesuai
pengalaman mereka. Padahal zaman orangtua dengan zamannya anak
berbeda. Beda zaman beda tantangan dan strategi menghadapi kehidupan,
sehingga pola asuh orangtua harus mengajarkan strategi kehidupan yang
akurat dengan memberikan figur ayah dan ibu dalam menghadapi
kehidupan.
 Lingkungan
Lingkungan dengan berbagai macam keadaannya menuntut anak mampu
beradaptasi, serta membandingkan dengan ajaran yang telah diperoleh
atau dipelajari dari rumah untuk dikembangkan dalam lingkungan sosial.
Lingkungan adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan perilaku
anak.
5. Peran perawat dalam perkembangan jiwa Toddler
1. Hubungan terapeutik
Dalam hubungan terapeutik, caring merupakan batasan yang didefinisikan
dengan baik memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat
positif dan profesional dan akan meningkatkan kendali keluarga atas
perawatan kesehatan anak.
2. Advokasi/ caring keluarga
Sebagai advokat atau pembela, perawat membantu anak-anak dan keluarga
mereka dalam menentukan berbagai pilihan yang diberitahukan dan bertindak
dalam memberikan yang terbaik kepada anak. Advokasi meliputi jaminan
bahwa keluarga akan mengetahui semua pelayanan kesehatan yang tersedia,
diinformasikan secara tepat tentang pengobatan dan prosedurnya,dilibatkan
dalam perawatan anak dan didorong untuk berubah atau mendukung praktik
pelayanan kesehatan yang ada.
3. Pencegahan penyakit/ promosi kesehatan
Tren pelayanan kesehatan masa depan adalah kearah pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan bukan perawatan penyakit atau ketidakmampuan.
Pencegahan juga melibatkan lebih sedikit aspek perawatan anak. Disamping
mencegah penyakit fisik atau cedera, peran perawat adalah mempromosikan
kesehatan mental. Sebagai contoh, tidak cukup hanya memberi imunisasi
tanpa memperhatikan trauma psikologis yang berhubungan dengan prosedur.
4. Penyuluhan kesehatan
Sebagai pendidik yang efektif perawat berfokus pada pemberian penyuluhan
kesehatan yang tepat dengan umpan balik dan evaluasi yang tulus untuk
meningkatkan pembelajaran.
5. Dukungan/ konseling
Dukungan dapat diberikan dengan cara : mendengar, menyentuh dan
kehadiran fisik. Sentuhan dan kehadiran fisik paling menolong anak karena
cara ini memudahkan komunikasi nonverbal. Konseling melibatkan
pertukaran pendapat dan ide yang memberi dasar untuk pemecahan masalah
bersama.
6. Peran restoratif
Peran paling dasar dari semua peran keperawatan adalah restorasi kesehatan
melalui aktivitas pemberian asuhan. Perawat secara langsung terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi anak, termasuk makan, mandi, toileting
, berpakaian, keamanan dan sosialisasi.
7. Koordinasi/ kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan berkolaborasi dan mengkoordinasi
pelayanan keperawatan dengan aktifitas profesional lain.
8. Pengambilan keputusan etis
Peran peraawat sebagai anggota tim kesehatan memastikan keikutsertaan
mereka di dalam pengambilan keputusan etis kolaboratif.
9. Riset
Perawat harus berperan pada riset karena mereka adalah individu yang
mengamati respon manusia terhadap kesehatan dan kesakitan.
10. Perencanaan pelayanan kesehatan
Perencanaan pelayanan kesehatan melibatkan tidak hanya menyediakan
pelayanan yang baru tetapi juga meningkatkan kualitas yang paling tinggi atas
pelayanan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A.T., Snyder, S. & Frandsen , G. (2010). Kozier & Erb’s Fundamental
keperawatan : konsep, proses dan praktik. (10th ed). Jakarta : EGC.
Hockenberry, Marilyn.J & Wilson, David. (2014). Wong’s Nursing Care of Infants and
Children. (10th ed). St.Louis : Elsevier Mosby.
Yusuf, AH, et.al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba.

Anda mungkin juga menyukai