Anda di halaman 1dari 30

TUBERCULOSIS PARU

OLEH :
Fachrizal Achmad
Nanda Prayoga Pamungkas
DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim
paru karena infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah
batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan
lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke
bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Smeltzer, 2002).
TERMINOLOGI
• TB paru ditularkan melalui proses batuk. Dari
batuk dari penderita TB paru akan mengeluarkan
dahak (droplet nuclei). Dari droplet tersebut akan
terhirup orang sehat di sekitar penderita TB paru
yang mana pada droplet sendiri terdapat 2 jenis
yaitu droplet kecil dan besar. Pada droplet besar
akan masuk ke saluran nafas atas dan pada droplet
kecil akan masuk ke alveolus di lobus manapun.
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman
berbentuk batang berukuran panjang 1 sampai 4 mm
dengan tebal 0,3 sampai 0,6 mm. Mikroorganisme
ini bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu Mycobacterium
tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-
paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007).
PATOFISIOLOGI
• Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu
sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari
sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
Lanjutan..
• Tuberkulosis Post Primer
Tuberkulosis postprimer akan muncul
bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis
primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang
bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,
localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan
sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang
terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat,
karena dapat menjadi sumber penularan.
Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini,
yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior.
EPIDEMIOLOGI
• Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada
tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah
kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal
ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto
risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum
obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan
yang merokok.
PREVENTIVE
PENATALAKSANAAN

Assessment
• Nama : Tn. X
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 26 tahun ( 21-12-1987)
• Pekerjaan : Mahasiswa
• No. RM : 697062
Lanjutan..
 ANAMNESIS
• Keluhan utama : Sesak yang dirasakan memberat dalam
beberapa hari terakhir.
• Riwayat penyakit : Dialami sejak 3 minggu terakhir, awalnya
pasien merasa kadang-kadang sesak dan tidak mengganggu aktivitas,
tapi berapa hari terakhir semakin sesak dan mengganggu aktivitas
sehari-hari, pasien masih bisa tidur dengan menggunakan satu bantal,
memberat saat pasien batuk dan melakukan aktivitas, batuk dialami 1
bulan sebelum masuk rumah sakit, memberat dalam 3 minggu ini, ada
lendir berwarna kuning kehijauan, tidak ada darah, nyeri dada ada bila
batuk sangat keras saja. Ada demam, sejak dua minggu terakhir, terus
menerus dan berkurang bila minum obat penurun demam (paracetamol),
menggigil ada dan berkeringat banyak terutama pada malam hari. Nyeri kepala
tidak ada, pusing tidak ada, nyeri menelan tidak ada, Mual tidak ada, muntah
tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, nyeri perut tidak ada. Nafsu makan
menurun, ada penurunan berat badan sekitar 15 kg dalam 2 bulan terakhir
tanpa penyebab yang jelas.
• Riwayat penyerta :-
PEMERIKSAAN

Pemeriksaaan fisik
• Tekanan darah : 100 / 70 mmhg
• Denyut nadi : 88X / menit
• Pernafasan : 30X / menit
• Temperature : 36 C
• Tinggi Badan : 156 cm
• Berat Badan : 50 kg
Lanjutan..
Inspeksi:
• Statis :
Wajah pasien terlihat pucat dan sesak
nafas
• Dinamis :
– Pola nafas pasien tidak teratur
– Pasien terbatas untuk melakukan aktifitas
sehari-hari
PEMERIKSAAN SPESIFIK

• Pemeriksaan Antropometri
Lanjutan..
• INDEKS SKALA SESAK (MRC)

Dari hasil pemeriksaan indeks MRC untuk skala sesak didapatkan skala 2
(berjalan lebih lambat karena merasa sesak.
Lanjutan..
• Palpasi
Fremitus raba : menurun pada hemithorax
sinistra dan dextra setinggi ICS IX
• Perkusi
Paru : redup pada ICS III kiri dan
kanan dan pekak pada ICS IX paru kiri
dan kanan
Lanjutan..
• Auskultasi (paru-paru)
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh +/+ (rhonki basah
kasar pada apeks dan medial paru kanan,
rhonki basah pada apeks dan basal paru
sinistra) Wh -/-
• Auskultasi (punggung)
Rh +/+ (rhonki basah kasar pada apeks
dan medial paru kanan, rhonki basah
pada apeks dan basal paru sinistra)Wh-/-
Lanjutan..
Pemeriksaan penunjang :
• Chest X-ray
• Bronkography
• Sputum Culture
DIAGNOSA FISOTERAPI
 IMPAIRMENT
• Sesak nafas dan disertai batuk berdahak
• Penurunan ekspansi thorak
• Spasme pada otot-otot bantu pernafasan dan otot
pernafasan
 DISABILITY
• Pasien belum bias kembali ke aktivitas social dan aktivitas
pekerjaannya
 FUNGSIONAL LIMITATION
• Pasien belum mampu berjalan dengan jarak yang jauh, kerena masih
mudah lelah dan sesak nafas.
PROBLEMATIKA

• Sesak nafas
• Batuk berdahak
• Spasme pada otot bantu nafas
• Terbatas pada aktifitas sehari-hari
PROGRAM FISIOTERAPI

• Infra Red (pre excercise)


• Latihan Batuk Efektif
• Breathing Exercise (Pulse Lip Breathing
Exercise )
• Thoracic Expansion Excercise ( TEE ).
• ACBT(active cycle breathing tehniques)
Lanjutan..

 INFRA RED
• Tujuan : merileksasi otot-otot yang spasme
sehingga mempermudah saat pemberian
intervensi TEE .
• Dosis :
 F : 4 x semingu
 I : sesuai toleransi pasien
 T : 10 -15 menit
 T : co planar
Lanjutan..

 BATUK EFEKTIVE
• Tujuan : berfungsi untuk mengeluarkan
sekret dan partikel- partikel pada faring dan
saluran napas.
• Dosis :
 F : 4 x seminggu
 I : sesuai toleransi pasien
 T : 8 kali pengulangan
 T : batuk efekive
Lanjutan..

 BREATHING EXERCISE
• Tujuan : mengaktifkan otot-otot perut saat
ekspirasi sehingga memperbaiki pertukaran
gas.
• Dosis :
 F : 4 x seminggu
 I : sesuai intensitas pasien
 T : 8 kali pengulanggan
 T : purse lips breathing excerxise
Lanjutan…

 THORACIC EXPANSION EXC


• Tujuan : memperbaiki ventilasi,
meningkatkan pertukaran gas, membantu
melebarkan jalan udara dan memobilisasi
sangkar thorak.
• Dosis :
 F : 4 x seminggu
 I : sesuai toleransi pasien
 T : 8 kali pengulangan
 T : Thoracic expansion excercise
Lanjutan..

 ACTIVE CYCLE BREATHING


TEHNIQUE
• Tujuan : mengurangi sesak nafas, nyeri
gerak pada dada saat gerakan protaksi dan
retraksi, spasme pada otot m.sternocleido
mastoideus, penurunan ekspansi thoraks,
dan jalan nafas yang terganggu akibat
sekresi yang berlebihan.
Lanjutan…

• Dosis :
 F : 4 x seminggu
 I : sesuai toleransi pasien
 T : 8 kali pengulangan
 T : huffing, thoracic expansion exercise,
batuk efektive
KEMITRAAN

• Pada kasus ini bermitra dengan Dokter


Spesialis Paru
EVALUASI

Sesaat :
• Sesak nafas menurun
• Spasme menurun
Berkala
• Sesak nafas hilang
• Spasme hilang
• Batuk berdahak hilang
REFERENSI
• https://www.academia.edu/118678/LAPORAN_K
LINIS
• http://eprints.ums.ac.id/36554/1/NASKAH%20PU
BLIKASI.pdf
• http://eprints.ums.ac.id/39682/17/NASKAH%20P
UBLIKASI.pdf
• http://eprints.ums.ac.id/35811/1/NASKAH%20PU
BLIKASI.pdf
• https://www.academia.edu/27980866/LAPORAN
_KASUS_TB_PARU

Anda mungkin juga menyukai