Anda di halaman 1dari 33

MENEJEMEN INCONTINENSIA

URIN PADA WANITA DAN PRIA


MANULA
Faradillah N
Zulkarnain R
Maulidiyah US
Nanda Prayoga
 40-50% pada populasi lansia akan menderita penyakit kandung kemih
di AS

 Risiko meningkat dengan meningkatnya usia

 Penyebab faktorneurologis
CONTROL PADA BAK

1. Otonom kontrol sistem saraf


 Saraf berasal dari sumsum tulang belakang dan langsung ke kandung kemih
 Ketika kandung kemih penuh, sinyal dikirim ke otak?

2. Sistem saraf pusat


 Kontrol volunter untuk memilih kapan untuk membatalkan

 Keduanya dapat berubah oleh penuaan atau penyakit neurologis


Friedreich’s ataxia and
neurogenic bladder disorder

BLADDER MUSCLE SPHINCTER


MUSCLES
INCONTINENC Over activity: Too loose:
E Muscles squeezes Urethra is not supported
without warning

URINARY Less or none activity: Too tight:


RETENTION Muscle is too lazy Urination is difficult
4
Uncontrolled Contraction of the Bladder Muscle

Normal bladder Patients with Patients with


urge or urge
frequency incontinence

Urethral resistance Uncontrolled bladder


muscle contractions
5
Gejala Overactive Bladder

 Mengalami “kebelet” yng berlebihan / kuat

 Urinari Urgency  tiba2 ingin BAK yang kuat dan tidak tertahankan
Overactive Bladder Symptom

 Sering pergi ke kamar mandi

 Harus ke kamar mandi, “nyetor” tiap malam

 Urinary Frequency  8 atau lebih per hari, 2 atau lebih pe malam


Overactive Bladder Symptom

 Kehilangan control untuk menahan BAK

 Incontinensia Urine  Kebelet, tidak bisa menahan BAK


 Inkontinensia Urine (IU) merupakan salah satu keluhan utama pada
penderita lanjut usia. Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin
tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga
mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial. Variasi
dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai
inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses).
PEMBAGIAN INCONTINENSIA

 Tipe Luapan  Tipe ini ditandai dengan kebocoran/keluarnya urin,


biasanya dalam jumlah sedikit karena desakan mekanik akibat
kandung kemih sudah sangat tegang.

 Tipe Fungsional  Tipe fungsional ditandai dengan keluarnya urin


secar dini akibat ketidakmampuan mencapai tempat berkemih karena
gangguan fisik atau kognitif maupun gangguan lingkungan lainnya.
ETIOLOGI

 Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada


anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar
panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang
salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat
menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari
dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru
terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
 Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan
gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi
urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke
toilet. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi
PATOFISIOLOGI
 Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor
bila batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling
daerah saluran kencing.

 Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi


kandung kemih.

 Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih,


urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
ASSESMENT

 Pola asupan cairan yang masuk


 Berapa banyak
 Pola berkemih
 Kualitas yang keluar
 Berkemih completen/ total

KU  Sering ngompol & tdk disadari. Kapan : 1 minggu yang lalu Penyebab :
tdk diketahui. RPP : 2 mgg yg lalu kena stroke/melahirkan.
PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan Neurologis

 Pemeriksaan alat kelamin dan otot dasar panggul

 Pemeriksaan Rectal

 General Examination
PEMERIKSAAN FUNGSI

 Orientasi Test Suruhlah pasien untuk batuk, kemudian tanyakan


apakah saat itu terjadi BAK.

 Pemeriksaan Aktif Pasien disuruh untuk menahan BAK & BAB,


apakah pasien mampu melakukan?.

 Pemeriksaan Pasif & TIMT sulit dilakuka kecemasan tampak pada


wajahnya.
Palpasi

 Tes uji ngedan - pasien duduk dibangku, pahanya dibuka, kemudian


mengedan atau batuk. - vesika diisi dengan cairan berwarna biru
melalui kateter, kemudian pasien diberi handuk untuk mengalas
pada bagian kelaminnya, selanjutnya disuruh berjalan, batuk atau
mengedan.}Kekuatan Otot Pelvic Floor

 Muscle Endurence
The perfect scheme Merupakan anonim dari :

 P : Power

 E : Endurance

 R : Repetition

 F : Fast

 ECT : Every Contraction time


POWER :
DIGAMBARKAN DENGAN NILAI 0 – 5
 0 : Tidak ada kontrol
 1 : Ada denyutan di jari
 2 : Dirasa ada peningkatan tegangan tanpa terangkat .
 3 : Ketegangan meningkat dengan pengangkatan dinding posterior vagina
 4 : Peningkatan tegangan dengan kontraksi yang baik serta mampu
mengangkat dinding posterior vagina dengan tahanan.
 5 : Tahanan kuat dapat dilakukan dan jari penguji terjepit
ENDURANCE
 Untuk mengukur daya tahan yang menggambarkan lamanyatahanan satu kontraksi dari 0 – 10

 Repetitionmengukur pengulangan gerakan otot dasar panggul dengan nila pengulangan 1 – 10 kali
ulangan,istirahat 4 detik sebelum kontraksi berikutnya lebih dari 4 detik tanda kelelahan.

 Fast mengukur kecepatan otot dengan nilai 1 – 10 kali kontraksi (kontraksi cepat)

 Prosedur pengukuran higienis : - perhatikan kebersihan tangan untuk mencegah transmisi infeksi.
- Cuci bersih jari dan tangan penguji atau gunakan sarung tangan. - Perhatikan untuk tidak
menyentuh bagian atau benda lain selama pemeriksaan dengan jari yang digunakan untuk
memeriksa. - Bersihkan tangan sebelum memeriksa satu pasien.

 Posisi pasien : -tidur terlentang dengan kepala tersanggah bantal. - Hip fleksi, abduksi dan lutut
fleksi. - Pasien relaks/tidak tegang

 Penguji : - memberikan informed consen untuk persetujuan pemeriksaan. - Masukkan jari je


vagina sedalam 4 – 6 cm - posisi jari ada di jam 4 dan 8.
DIAGNOSA FISIOTERAPI

 Gangguan fungsional BAK akibat kelemahan pelvic floor muscle post


stroke.

 Inconentia urine akibat kelemahan pelvic floor muscle post trauma


capitis.
INTERVENSI

 Kegels Exercise:

Latihan Kegels diciptakan pertama kali lebih dari 40 tahun yang lalu
oleh seorang gynecologist bernama Arnold Kegel, M.D., yang melihat
perlunya latihan ini bagi perempuan sehabis melahirkan. Diketahui
bahwa latihanini juga perlu bagi perempuan selama masa kehamilan.
Teknik Latihan Kegels Exercise :

 Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks.

 Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga paha.

 Konsentraksikan kontraksi pada daerah vagina, uretra dan rektum.

 Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan berkemih.5.Rasakan kontraksi otot dasar panggul.

 Pertahankan kontraksi sebatas kemampuan (+10 detik).

 Rilekskan otot dasar panggul.

 Kontraksikan lagi (tanpa kontraksi abdominal musc dan tdk menahan napas). Letakkan tangan pada
perut.

 Rileks lagi.

 Sesekali kontraksi dipercepat. Tahap awal 3X pengulangan.

 Lakukan kontraksi sambil beraktivita (seperti, tertawa, batuk, bangun dari kursi, jogging, dll).

 Lakukan kontraksi 10x lambat, 10x cepat. Tiap kontraksi ditahan selama 10 hitungan, 6-8 dalam sehari.
Electrical Stimulation :

 Teknik Electrical Stimulation (ES) :

 Electrode indefenden ditempatkan pada sistem persarafan segmental


regio sacral atau thoracal.

 Electrode aktif ditempatkan pada regio sedekat mungkindengan pelvic


floor muscle.

 Apabila kontraksi dirasakan tidak nyaman atau kurangkuat dpt


dilakukan secara internal dengan electrodekhusus dan higienis.
Tujuan ES :

 Melatih pelvic floor musc(Pelvic floor reeducation).

 Memfasilitasi kontraksi.

 Mempertahankan sifat fisiologis otot dasar panggul.

 Mengevaluasi program terapi.


Dosis :

 Intensitas : tergantung dari kontraksi yang muncul (perhatikan nyeri yang muncul).

 Durasi pulsa : durasi pendek untuk merangsang serabut motorik.

 Frekuensi arus : 10-40 Hz.

 Waktu : 10-30 menit/hari selama 3 bln.

Biofeedback :

 Digunakan untuk membantu pasien dalam mengontrol kontraksi & rileksasi pada pelvic
floor
 VAGINAL CONES :Vaginal Cones digunakan untuk perempuan
dalam hal membantu menguatkan pelvic floormuscle.Vaginal cones
dimasukkan ke dalam vagina dan otot dasar panggul dikontraksikan
untuk mencegah vaginal cones keluar. Beban selalu ditambah
berdasarkan kemajuan pasien.
Home Program :

 Latihan menahan BAB.

 Latihan menahan BAK. (Bisa dilakukan secara bersamaan BAB & BAK)

 Vaginal Cones (Jika pasien memiliki alatnya)


EVALUASI

 Kekuatan otot??

 Endurance??

 Kontrol perkemihan??

Anda mungkin juga menyukai