Anda di halaman 1dari 6

MODUL

FARMAKOLOGI II

Tim Penyusun :

apt.Humaira Fadhilah, M.Farm


apt.Dra. Setianti Haryani, M.Farm

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG
2021
BAB IV. OBAT BATUK

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan


gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya
lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.

Batuk terjadi karena rangsangan tertentu misalnya debu di reseptor batuk (hidung,
saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat
syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Disini akan memberi sinyal kepada otot-
otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi hingga terjadilah batuk.

Penyebab Batuk :

1. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA)

2. Alergi

3. Asma

4. Tuberculosis

5. Benda asing yang masuk ke dalam saluran napas

6. Tersedak akibat minum susu

7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar

Tipe Batuk :

a. Batuk kering

b. Batuk Berdahak

Jenis Batuk :

a. Batuk akut

b. Batuk kurang dari 14 hari

c. Batuk kronis

d. Batuk asma, tuberkulosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari)
Penggolongan Obat Batuk :

1. Ekspektoransia

Yaitu obat yang khasiatnya mempertinggi sekresi saluran pernapasan dan atau
mencairkan dahak sehingga mudah mengeluarkannya. Contoh : zat pencair dahak
(NH4CL, Guaiacolat, Kreosot, Minyak Kayu Putih). Zat pengeluar dahak (kamfer,
liquiritiae radix).

2. Zat pereda batuk (Antitusif)

Obat ini menekan batuk yang meliputi :

a. Zat penekan sentral, adiktif

Terdiri dari alkaloid dan turunannya, misal kodein, metadion, dikodid

b. Zat penekan sentral, non adiktif

Zat ini mempertinggi ambang pusat batuk terhadap rangsangan batuk tanpa
memiliki kegiatan membius, misal : dekstrometorfan, noskapin

c. Zat penekan perifer

Berkhasiat menghambat reseptor sensibel di saluran napas sehingga


rangsangan batuk berkurang. Misal : oksalamin, benzonatate

Antitusif yang bekerja diperifer

Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal disaluran napas
yaitu pada reseptor iritasi perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak
langsung mempengaruhi lendir saluran napas.

Antitusif yang bekerja sentral

Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang
dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk.

a. Golongan narkotik

Kodein

 Obat ini merupakan antitusif narkotik yang paling efektif. Pada orang
dewasa dosis 20-60 mg atau 40-160 mg per hari biasanya efektif

 Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit sekali menimbulkan


ketergantungan
 Sangat sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat napas dan pembersihan
mukosilier

 Efek samping pada dosis biasa jarang ditemukan. Pada dosis agak besar
dapat timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi, palpitasi, gatal-gatal,
banyak keringat dan agitasi.

Antitusif yang bekerja sentral

b. Golongan non narkotik

1. Dekstrometorfan

 Obat ini tidak mempunyai efek analegesik dan ketergantungan

 Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam

 Dosis dewasa 10-20 mg setiap 4 jam, anak anak umur 6-11 tahun 5-10
mg sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5-5 mg setiap 4 jam.

2. Noskapin

 Noskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun termasuk golongan


alkaloid opiat

 Efektivitas dalam menekan batuk sebanding dengan kodein

 Kadang kadang efek samping berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut
dan konjungtivitis

 Dosis dewasa 15-30 mg setiap 4-6 jam, dosis tunggal 60 mg aman


dalam menekan batuk paroksismal

 Anak berumur 2-12 tahun dosisnya 7,5-15 mg setiap 3-4 jam dan tidak
melebihi 60 mg per hari.

3. Difenhidramin

 Obat ini termasuk golongan antihistamin

 Manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis

 Efek samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulut


dan hidung, kadang kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf
pusat.
 Obat ini mempunyai efek antikolinergik karena itu harus digunakan
secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin dan gangguan
fungsi paru

 Dosis 25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari untuk dewasa

 Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan
tidak melebihi 50 mg/hari

 Anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25
mg/hari

Ekspektoran

Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
napas (ekspektorasi)

Mekanisme kerja : berawal dari stimulus lambung dan secara refleks


merangsang sekresi kelenjer saluran napas neuron vagus sehingga menurunkan
viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak

Contoh : amonium klorida, gliseril guaiakolat

Gliseril guaiakolat

 Penggunaan obat ini didasarkan tradisi dan kesan subyektif pasien dan
dokter

 Efek samping dengan dosis besar : kantuk, mual dan muntah

 Dalam bentuk sirup 100 mg/5 ml

 Dosis dewasa 2-4 kali 200-400 mg sehari

 Sirup ipekak dan kalium klorida sebaiknya tidak digunakan sebagai


ekspektorans karena tidak jelas kebutuhan dan menyebabkan efek
samping yang serius

Mukolitik

Mukolitik adalah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.

Contoh : bromheksin, asetilsistein, ambroksol


a. Bromheksin

 Bromheksin adalah derivat sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari
adhatoda vasica

 Digunakan sebagai mukolitik pada bronkitis atau kelainan saluran napas

 Digunakan untuk mempermudah pengeluaran dahak pasien di UGD

 Efek samping : pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminase


serum

 Dosis oral : dewasa 3 kali 4-8 mg sehari

b. Asetilsistein

 Asetilsistein diberikan secara semprotan (nebulization) atau obat tetes


hidung

 Asetilsistein menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru

 Aktivitas zat ini langsung terhadap mukoprotein dengan melepaskan


ikatan disulfidanya sehingga menurunkan viskositas sputum

 Setelah inhalasi sputum menjadi encer dalam waktu 1 menit dan efek
maksimal dicapai dalam waktu 5-10 menit

 Efek samping : spasme bronkus terutama pasien asma, mual, muntah,


stomatisis, pilek, hemoptisis dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga
perlu disedot.

 Larutan yang digunakan asetilsistein 10-20%.

Anda mungkin juga menyukai