Anda di halaman 1dari 39

ANTIASMA, ANTITUSIF, MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN

KELOMPOK 1
Abd.gafur (1801271) Nurul asmi (1801309)
Alfia saputri (1801276) Ni ketut sudiartini (1801 301)
Dwi putri (1801280) Putri yulianti (1801313)
Fira delvana mursalim (1801284) Risma (1801317)
Indah syahrani azzahra (1801288) Sulfiani indah sari (1801324)
Junita Rusli (1801395) Silmiah (1801321)
Medan adipati (1801296) Wahida (1801329)
Nuraida (1801305)
ANTIASMA
SISTEM PERNAPASAN

1. Saluran pernafasan atas, jenis infeksinya : batuk, pilek, faringiti,


sinusitis, dan toksilitis.
2. Saluran pernafasan bawah, jenis infeksinya : asma, bronchitis k
ronik, emfizema, bronkioklialis.
ASMA
Asma adalah keadaan saluran
napas yang mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu.
Merupakan penyakit kronik
(menahun) yang menyerang
saluran pernafasan (bronchiale)
pada paru dimana terdapat
peradangan (inflamasi) dinding
rongga bronchiale sehingga
mengakibatkan penyempitan
saluran nafas yang akhirnya
seseorang mengalami sesak nafas.
Patofisiologi Asma
Pada suatu serangan asma, otot
polos dari bronki mengalami kejang
dan jaringan yang melapisi saluran
udara mengalami pembengkakan
karena adanya peradangan dan
pelepasan lendir ke dalam saluran
udara. Hal ini akan memperkecil
diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi) dan penyempitan
ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya
dapat bernafas.
Mekanisme:
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT ASMA
Faktor Dasar Faktor Pencetus

1. Faktor Genetik 1. Alergen


2. Faktor hiperaktivitas bronk 2. Virus
us 3. Polutan/lingkungan
3. Faktor alergi 4. Iklim
5. Emosi
6. Penggunaan obat tertentu
7. Kerja fisik yang terlalu berat
KLASIFIKASI ASMA
Berdasarkan penyebabnya:
1. Asma alergi
Asma alergi berhubungan dengan sejarah peny
akit alergi yang diderita seseorang dan atau keluarganya
(rhinitis, urtikaria, dan eksim) memberikan reaksi kulit po
sitif pada pemberian injeksi antigen secara intradermal, s
erta memberikan respon positif pada uji inhalasi antigen
spesifik
2. Asma non alergi
Asma dapat pula dapat terjadi pada seseora
ng yang tidak memiliki sejarah alergi, uji kulit negatif,
dan kadar IgE dalam serumnya normal. Asma jenis ini
antara lain dapat timbul ketika seseorang menderita p
enyakit saluran nafas atas
KLASIFIKASI ASMA

3. Campuran asma alergi dan non alergi


Banyak penderita asma yang tidak dapat jelas di
kelompokkan pada asma alergi dan non alergi, tapi memi
liki penyebab diantara kedua kelompok tersebut.
Tanda dan Gejala Penyakit Asma
1. Ketika sedang bernafas sering mengeluarkan bunyi
lenguhan (wheezing/mengi/bengek) .

2. Batuk yang tiada henti terutama di waktu malam


atau ketika cuaca sedang dingin.

3. Dada terasa sesak dan menjadi sempit, terutama pada


bagian paru-paru.

4. Karena nafas terganggu, maka ketika sedang


berbicara tidak bisa lancar dan tidak bisa men
gatur jalannya pernafasan dengan baik.
PENGGOLONGAN OBAT ASMA
Terapi melibatkan obat-obat asma;
 Golongan metyl xanthin
Teofilin merupakan antagonis kompetitif reseptor adenosin, maka hal ini
yang mengatasi bronkokonstriksi pasien asma. Selain itu,
penghambatan PDE mencegah pemecahan cAMP dan cGMP sampai
terjadi akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel yang mengakibatkan
relaksasi otot polos termasuk otot polos bronkus
contohnya : Teofilin, Aminofilin
 Golongan antimuskarinik
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah sebagai bronkodilatasi
dengan kompetitf menghambat reseptor muskarinik kolinergik,
menurunkan tonus intrinsik vagus, blokade reflex bronkokonstriksi
akibat zat iritan atau reflux esofagus, dan menurunkan sekresi mukus
Contohnya : ipratropium bromida, tiotropium bromida
PENGGOLONGAN OBAT ASMA
 Golongan agonis beta 2
- Short-acting
SABA memiliki mekanisme sama seperti obat β2 agonis lain yai
tu dengan merelaksasi jalan napas, meningkatkan pembersiha
n mukosilier, menurunkan permiabilitas vaskuler, dan memodul
asi penglepasan mediator dari sel mast dan eosinfil.
Yang termasuk obat golongan SABA adalah salbutamol, levalb
uterol, biltolterol, pirbuterol, isoproterol, metaproternol, terbutali
ne,epinephrine.
PENGGOLONGAN OBAT ASMA
-Long acting
Mekanisme kerja obat beta-2 agonis yaitu melalui reseptor β2 y
ang mengakibatkan relaksasi otot polos bronkus
Contohnya : Formoterol dan salmeterol

Golongan kortikosteroid
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
BATUK
Batuk adalah suatu refleks fisiologi p
rotektif yang bermanfaat untuk meng
eluarkan dan membersihkan saluran
pernapasan dari dahak, debu,zat-zat
perangsang asing yang dihirup, parti
kel-partikel asing dan unsur-unsur inf
eksi.
PENYEBAB BATUK
Batuk secara garis besarnya dapat disebabkan oleh rangsang
sebagai berikut:

 Rangsang inflamasi seperti edema mukosa dengan sekret


trakeobronkial yang banyak.
 Rangsang mekanik seperti benda asing pada saluran nafas
seperti benda asing dalam saluran nafas, post nasal drip,
retensi sekret bronkopulmoner.
 Rangsang suhu seperti asap rokok ( merupakan oksidan ),
udara panas/ dingin, inhalasi gas.
Mekanisme Batuk
Iritasi

Inspirasi:
secara singkat dan cepat

Kompresi:
Glotis akan tertutup selam 0,2 s

Tekanan paru dan abdomen ↑

Secara aktif glotois meningkat

Ekspirasi :
Udara terdorong keluar

BATUK
JENIS JENIS BATUK
Akut

Berdasar kan
Subakut
Durasi

Kronik
BATUK
Batuk
Produktif
Berdasarkan
Tanda Klinik
Batuk Non
produktif
ANTITUSI

OBAT MUKOLITIK

BATUK

EKSPEKTORAN
Antitusif
ANTITUSIF
Antitusif disebut juga batuk keri
ng yang disebabkan oleh adany
a rasa gatal dibagian tenggorok
an dan tidak ada dahak atau
lendir.
Obat antitusif menghambat atau
menekan batuk dengan cara m
enekan pusat batuk serta menin
gkatkan ambang rangsang sehi
ngga akan mengurangi iritasi.
ANTITUSIF

Antitusif yang bekerja Antitusif yang bekerja


secara perifer secara sentral
Antitusif yang bekerja secara perifer

Obat golongan ini menekan batuk dengan menguran


gi iritasi lokal di saluran nafas, yaitu pada reseptor irit
an perifer dengan cara anestesi langsung atau secar
a tidak langsung mempengaruhi lendir saluran napas

contoh obat benzokain, benzilalkohol, fenol, dan gar


am fenol digunakan dalam pembuatan lozenges.
Antitusif yang bekerja secara sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan amba
ng rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat bat
uk. Dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.

 Golongan narkotik
Golongan obat ini mempunyai beberapa macam ef
ek farmakologik salah satunya sebagai antitusif contohnya
kodein
 Golongan non narkotik;
Dekstrometorfan, Noskapin, Butamirat sitrat, Difen
hidramin, Asetilsistein,
Kodein
Kodein merupakan antitusif golongan opioid yang bekerja se
ntral meningkatkan ambang rangsangan refleks batuk. Obat
ini dapat menimbulkan adiksi

Dekstrometorpan
Dekstrometorpan bekerja dengan meningkatkan ambang ra
ngsangan batuk secara sentral. Berbeda dengan codein, zat
ini jarang menimbulkan kantuk dan gangguan saluran cerna.
Mukolitik
MUKOLITIK

Mukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan


cara membuat hancur bentuk dahak sehingga dahak tidak la
gi memiliki sifat-sifat alaminya.
Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang mukopr
otein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir, dahak tidak
lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan di tenggorok
an lagi seperti sebelumnya. Membuat saluran nafas bebas dari dahak.
Mekanisme kerja adalah dengan cara membuka ikatan gugus sulfidril pa
da mucoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus
Obat- obat Mukolitik
1. Karbosistein
Karbosistein (Broncholit, Rhinatiol) dapat memu
tuskan jembatan – jembatan sulfur dari mukopo
lisakarida di selaput lendir lambung, sehingga m
ucus menjadi lebih cairDosisnya : 2-3 dd 1 g

2.Bromheksin
Derifat-sikloheksil ini berkhasiat mukolitis pada dosis yang cukup tinggi. Viskositas
dahak dikurangi dengan jalan depolimerisasi serat-serat mukopolisaccharidanya. Bi
la digunakan perinhalasi efeknya sudah tampak setelah 20 menit, sedangkan bila p
er oral baru setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan batuk.
Dosis : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida), anak-anak 3 dd 1,6-8 mg, tergantung dari usia
3. Ambroxol
Digunakan sebagai mukolitik
pada batuk berdahak. Merupakan
metabolit dari bromheksin.
Efek samping: efek samping ringan
pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
Indikasi:
Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan k
ronis khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronki
tis asmatik dan asma bronkial.
Interaksi:
Pemberian bersamaan dengan antibiotik (amoksisilin sefurok
sim, eritromisin, doksisiklin) menyebabkan peningkatan pene
rimaan antibiotik kedalam jaringan paru-paru.
4. Erdosteine
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Indikasi:
mukolitik, pembasah pada afeksi saluran nafas akut dan kronis.
Peringatan:
hamil, menyusui, diabetes mellitus (untuk granul).
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap produk, pasien sirosis hati dan kekurangan en
zim crystathionine sintetase, fenilketonuria (hanya pada granul), pasi
en gagal ginjal (dengan klirens keratin < 25mL/min).
Efek Samping:
tidak ditemukan efek terhadap saluran pencernaan dan efek sistemik
Dosis:
Dewasa: 150-350 mg 2-3 kali sehari. Anak: Berat badan 15-19 kg: 1
75 mg 2 kali sehari; 20-30 kg: 175 mg 3 kali sehari; > 30 kg: 350 mg
2 kali sehari.
5. Asetilsistein
Asetilsistein memecah
ikatan disulfida pada dahak.
Indikasi:
terapi hipersekresi mukus kental
dan tebal pada saluran pernapasan.
Peringatan:
pasien yang sulit mengeluarkan sekret, penderita asma bronkial, berb
ahaya untuk pasien asma bronkial akut.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap N-asetilsistein.
Efek Samping:
pada penggunaan sistemik: menimbulkan reaksi hipersensitif seperti
urtikaria dan bronkospasme (jarang terjadi). Pada penggunaan aeros
ol, iritasi nasofaringeal dan saluran cerna seperti pilek (rinore), stomat
itis, mual, muntah.
Dosis:
Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5-10 hari.
6. Mesistein
Indikasi:
mengurangi viskositas sputum.
Peringatan:
lihat keterangan di atas.
Efek Samping:
mual, rasa terbakar pada jantung.
Dosis:
200 mg 4 kali sehari selama 2 hari, selanjutnya 200 mg 3 k
ali sehari selama 6 minggu, selanjutnya 200 mg 2 kali seha
ri; Anak berusia di atas 5 tahun 100 mg 3 kali sehari
Ekspektoran
Ekspektoran

Zat-zat ini memperbanyak produksi dahak(yang encer)


dan dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehi
ngga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
Mekanisme kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor
di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan
kelenjarsekresi dari saluran lambung-usus dan sebagai refl
eks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di sal
uran nafas. Diperkirakan bahwa kegiatan ekspektoransia ju
ga dapat dipicu dengan meminum banyak air.

Contoh : Amonium Klorida, Kalium atau Natrium Iodida, Suk


us Liquiritae, Gliseril Guaiakolat, Kalium Sulfoguaiakolat, Mi
nyak Anisi, Minyak Timi, dan Bromheksin.
1. Amoniumklorida
Amonium klorida jarang digunakan sendiri sebagai ekspek
toran, tetapi biasanya dalam bentuk campuran dengan ek
spektoran lain atau antitusif. Ammonium klorida dosis bes
ar dapat menimbulkan asidosi metabolik dan harus diguna
kan secara hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati,
ginjal dan paru-paru

2. Gliseril guaiacolate (guaifenesin)


Guaifenesin memiliki aktivitas sebagai ekspektoran denga
n meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputu
m yang terdapat di trakea dan bronkus. Obat ini membuat
batuk menjadi produktif dan memudahkan pengeluaran sp
utum
3. Kalium iodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggoroka
n dan mencairkannya, tetapi sebagai batuk (hampir) tidak
efektif. Namun obat ini banyak digunakan dalam sediaan
batuk, khususnya pada asma.

Anda mungkin juga menyukai