Anda di halaman 1dari 3

Antitusif

Definisi
Antitusif adalah obat yang menekan batuk dengan mengurangi aktivitas dari pusat batuk di
otak.
Antitusif biasanya digunakan dalam batuk kering
Jenis Antitusif
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi menjadi 2 yaitu antitusif yang
bekerja di sentral dan perifer.
Menurut tempat kerjanya:
1. Antitusif yang bekerja di perifer
Obat ini bekerja dengan menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran
nafas yaitu pada iritan perifer dengan cara anestesi langsung atau tidak langsung pada
saluran nafas. Obat ini juga bekerja dengan melapisi mukosa faring dan mencegah
kekeringan selaput lendir. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukan bahwa
obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna
a. Levodropropizine
Merupakan derivat non opioid dari phenylpiperazinopropane. Merupakan agen
antitusif yang memiliki efek terhadap modulasi sensoris dalam traktus
respiratorius. Obat ini memiliki efek yang mirip dengan dextromethorphan dan
dihydrocodeine dalam mengobati pasien batuk.
b. Benzonatate
Merupakan derivat polyglycol rantai panjang yang berhubungan dengan procaine.
Obat ini bekerja di perifer dengan menginhibisi ujung eferen dari saraf yang
mengurus reflek batuk. Dosis yang direkomendasikan adalah 100 mg 3 kali sehari
dengan dosis maksimum 600 mg sehari.
c. Inhaled anesthetics
Contohnya adaah lidocaine yan sering digunakan dalam bronkoskopi untuk
mengurangi efek batuk. Walaupun telah dilakukan beberapa studi mengenai efek
lidocaine dalam mengurangi batuk, masih dibutuhkan banyak evaluasi mengenai
kegunaan penggunaan lidocaine inhalasi dalam pengobatan batuk.
2. Antitusif yang bekerja di sentral
Obat ini bekerja dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan untuk
merangsang pusat batuk.
a. Opioid
Obat-obatan seperti morfin yang merupakan derivat dari opium umumnya disebut
opioid. Dimana obat ini memiliki efek sedatif. Obat opioid yang digunakan
sebagai antitusif meliputi kodein, hydrocodone, dan hydromorphone. Kodein
merupakan obat antitusif golongan narkotik yang terpilih karena memiliki efek
ketergantungan yang minimal dan efek samping sedasi dan depresi pernafasan
yang lebih sedikit. Kodein terkadang disebut sebagai gold standar pengobatan
melihat dari keefektifannya dalam mengatasi berbagai masalah batuk.
Dosis anjurannya adalah 10-20 mg setiap 4-6 jam tidak boleh lebih dari 120
mg dalam 24 jam. Walaupun ada beberapa studi yang mengatakan bahwa kodein
tidak efektif dalam pengobatan batuk karena ISPA.
Efek samping yang sering dijumpai adalah depresi pusat nafas, konstipasi,
jarang terjadi mual, muntah, dan sifat adiksi

b.

c.

d.

e.

Hydrocodone hanya tersedia dalam bentuk kombinasi dengan obat lain. Obat
ini bekerja secara sentral dengan menekan pusat batuk. Obat ini tidak dianjurkan
untuk diberikan pada anak-anak. Efek samping yang dapat terjadi berupa: nausea,
vomit, konstipasi, pusing, kerongkongan terasa kering, rash, gatal-gatal, dan efek
samping yang serius berupa nafas yang melambat atau iregular dan rasa berat di
dada.
Dextromethorphan adalah golongan opioid non narkotik dengan efek
analgesik dan depresi pernafasan yang tidak cukup bermakna, walaupun memberi
efek sedasi yang cukup kuat. Dosis yang direkomendasikan adalah 10-30 mg tiap
4-8 jam tidak boleh lebih dari 120 mg dalam 24 jam.
Diphenhydramine
Merupakan generasi pertama dari antagonis reseptor H1 dan dipercaya memiliki
efek antitusif secara sentral. Dalam sebuah studi mengatakan bahwa obat ini
efektif dalam mengobati bronkitis, walaupun beberapa studi yang lain mengatakan
bahwa obat ini gagal dalam mengobati batuk pada anak-anak. Dosis yang
dianjurkan adalah 25 mg tiap 4 jam dan tidak boleh lebih dari 150 mg dalam 24
jam. Obat ini memiliki efek sedasi dan antikolinergik yang nyata.
Caramiphen
Merupakan golongan non-opioid yang bekerja secara sentral dengan efek
antikolinergik yang lemah. Obat ini dianggap tidak cukup adekuat untuk menjadi
obat antitusif tunggal. Caramiphen biasanya dikombinasikan dengan dekongestan
phenylpropanolamine.
Baclofen
GABA merupakan neurotransmiter penginhibisi sentral. Baclofen merupakan
golongan agonis GABA. Diamana dalam beberapa penelitian terhadap binatang
telah membuktikan efeknya untuk menghinhibisi batuk melalui mekanisme
sentral. Walau bagaimanapun, peran baclofen untuk pengobatan terhadap batuk
masih harus menunggu penelitian-penelitian lebih lanjut.
Noskapin
Merupakan alkaloid alam yang bersama papaverin tergolong derivat
benzilisokinolin yang didapat dari candu. Pada dosis terapi, obat ini tidak
berpengaruh terhadap SSP, kecuali sebagai antitusif.
Noskapin merupakan pelepas histamin yang poten sehingga dosis besar akan
mengakibatkan bronkonstriksi dan hipotensi sementara. Zat ini tidak
menimbulkan habituasi maupun adiksi
Dosis yang dianjurkan 15-30 mg per hari

Menurut golongannya antitusif dibagi menjadi golongan narkotik dan non narkotik
a. Narkotik:
- Morfin
- Hydromorfin
- Codein
- Hydrocodon
b. Non Narkotik
- Noskapin
- Dextromethorphan
- Baclofen
- Benzonatate
- Caramifen Eosilat

Overdosis Antitusif
Biasanya overdosis antitusif akan menimbulkan gejala:
- Sesak nafas
- Rasa kantuk yang berlebihan
- Penurunan kesadaran
- Kulit teraba dingin
- Pingsan
- Pusing
- Denyut jantung melambat
Kontra Indikasi
Kontraindikasi dari antitusif antara lain adalah pada pasien yang hipersensitif terhadap obatobatan tersebut dan kodein merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil.
Semua antitusif diberikan kepada pasien dengan batuk kronik persisten. Antitusif
yang mengandung kodein tidak dianjurkan bagi pasien asma dan COPD.
Antitusif narkotik tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien dengan trauma pada kepala,
peningkatan tekanan intrakranial, acute abdominal disorder, convulsive disorder, hepatic atau
renal impairment, hipertrofi prostat, dan asma.
Antitusif, Ekspektoran, dan Dekongestan yang umumnya digunakan
Generic Name
Benzonatate
Codeine
Dextromethorphan
Guaifenesin
Guaifenesin-dextromethorphan
Guaifenesin-codeine
Guaifenesine-psuedoephedrine
Hydrocodone-chlorpheniramine
Hydrocodone-guaifenesin

Type of Drug
Antitussive
Antitussive
Antitussive
Expectorant
Expectorant/
Antitussive
Expectorant/
Antitussive
Expectorant/
Antitussive
Antitussive/decongesta
nt
Antitussive/
expectorant
Daftar Pustaka

H Sardjono, O Santoso, Hedi R Dewoto. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Spina Domenico, Page Clive P., Metzger William J, OConnor Brian J. 2003. Drugs for the
Treatment of Respiratory Diseases. University of Cambridge: Cambridge
Oguefiojo
Ngozi.
Antitussive
Side
Effets.
ehow
Health.
http://www.ehow.com/about_5565847_antitussive-side-effects.html
American Society of Health-System Pharmachists. 2011. Hydrocodone. MedlinePlus.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a601006.html

Anda mungkin juga menyukai