Anda di halaman 1dari 5

OBAT BATUK

Dosen :Defirson

Tujuan umum pengobatan penyakit saluran nafas adalah mengurangi obstruksi/sumbatan dengan
- memperbaiki diameter saluran nafas
- menghilangkan sekresi yang tertahan
- memberantas infeksi
- memperbaiki ventilasi yang abnormal

Batuk adalah mekanisme fisiologis untuk membersihkan dan melindungi saluran nafas dari
sekret, benda asing, dan zat lainnya.

Mekanisme  batuk :
 terjadi secara reflektoris karena  rangsangan  pada reseptor  batuk (terutama terdapat
dalam saluran nafas) yang dialirkan melalui serabut aferen (serat sensorik) ke  pusat
batuk  dan kemudian diteruskan keserat eferen (serat motorik).  

Pusat batuk
(Medula Oblongata)

Serabut.aferen Serabut.eferen
(sensorik) (motorik)

Reseptor Efektor
(sal.nafas, dll) (otot-otot pernafasan)

Gambar.Mekanisme batuk

Rangsangan yang dapat mencetuskan terjadinya reflex batuk dapat berasal dari :
a. dalam paru ; seperti inflamasi, secret trakea bronkus, alergi zat kimia (asap, gas iritan),
termal (udara panas, dingin)
b. luar paru ; seperti radang saluran nafas atas, toraks
c. sentral
2 jenis batuk :
1. batuk produktif, atau batuk yang bermanfaat, menghasilkan pengeluaran
sekret/dahak
2. batuk tidak produktif, atau batuk yang tidak bermanfaat ,atau batuk kering, tidak
menghasilkan apa-apa. Sering menimbulkan kelelahan dan gangguan istirahat/tidur
penderita.

Obat yang digunakan untuk batuk dapat dibedakan atas antitusif, ekspektoran, dan
mukolitik:
A. ANTITUSIF (obat penekan batuk)
 Adalah obat yang secara spesifik menghambat atau menekan batuk.
 Menurut tempat kerjanya digolongkan menjadi :
a. Antitusif yang bekerja sentral,
Umumnya bekerja menekan reflex batuk dengan meningkatkan ambang rangsang
pusat reflex batuk di medulla oblongata (bagian dari otak mengatur gerak reflex
seperti bersin, batuk, dan berkedip) sehingga kurang peka terhadap rangsangan
batuk.
Antitusif yang bekerja sentral dibagi menjadi 2 :
1. Antitusif narkotik
 Berpotensi mendatangkan adiksi/ketergantungan dan berpotensi untuk
disalahgunakan
 Contoh : codein, morfin, meperidin.
 Secara klinis, yang dapat digunakan sebagai antitusif adalah codein,
yang lainnya tidak lebih baik dari codein dalam hal efektifitas dan
keamanannya sebagai penekan batuk.

Codein (metilmorfin);
- Untuk terapi simptomatis batuk tidak produktif
- Dalam dosis antitusif, memiliki efek analgesic ringan dan sedasi
- Efek samping : mual, pusing, sedasi, anoreksia, sakit kepala
2. Antitusif non-narkotik  tidak adiksi dan potensi untuk disalahgunakan kecil.
Contoh :
 Dekstrometorfan
- Derivate morfin sintetis
- Potensinya lebih kurang sama dengan codein
- Tidak memiliki efek analgesic dan sedasi
- Dosis berlebihan menimbulkan pusing, mual, muntah, sakit kepala, depresi
nafas

 Noscapain
- Derivat benzilisokuinolin (alkaloid opium)
- Tidak mempunyai efek analgesik
- Selain sebagai antitusif, tidak mempengaruhi SSP
- Potensinya lebih kurang sama dengan codein
- Efek samping : konstipasi ringan, depresi ( > 90 mg),

 Levopropoksifen
- Tidak mempunyai efek analgesic
- Potensinya menyamai dektrometorfan

 Difenhidramin
- Antihistamin H1 dengan efek sedasi dan menekan batuk
- Harus diberikan dalam dosis yang juga menyebabkan sedasi sehingga sering
dikombinasi dengan obat lain

 Pipazetat, dll
b. Antitusif yang bekerja perifer
 Bekerja langsung pada reseptor di saluran nafas bagian atas melalui efek
anastesi lokal, atau secara tidak langsung mengurangi iritasi/rangsangan local
melalui pengaruhnya pada saluran nafas bagian atas.
 Mekanisme lain dengan mengatur kelembaban udara saluran nafas dan
relaksasi otot polos bronkus pada saat spasme bronkus (tegang otot).
 Contoh :
1. Anastesi lokal (lidokain, lignokain, tertrakain, kokain)
- Secara inhalasi (nebulizer) efektif menekan batuk
- Efek samping : aspirasi (tertahannya secret dalam paru) beberapa jam
setelah pemberian, alergi
2. Demulsen (pelega tenggorokan)
Bekerja secara tidak langsung pada ujung serabut aferen dari reflex batuk
dengan melapisi mukosa dinding faring, laring, dan trakea sehingga
mengurangi iritasi/rangsangan saluran nafas.
- Contoh : gliserin, madu, kayu manis,asam sitrat
- Efektif untuk batuk kering karena iritasi faring yang disebabkan oleh
infeksi virus pada saluran nafas

B. EKSPEKTORAN
Adalah obat yang memperbanyak batuk yang produktif dengan meningkatkan volume
secret bronkial. Mekanisme kerja dengan merangsang kelenjar sekretori saluran nafas bagian
bawah. Yang termasuk ekspektoran :
1. Gliseril Guaiakolat (GG) / Guafenesin
2. Sirup ipekak
3. OBH
4. OBP
C. MUKOLITIK
 Adalah obat yang dapat menurunkan viskositas sputum, khususnya dari saluran
nafas bawah.
 Mekanisme kerja dengan cara membuka ikatan disulfide pada mukus (yang
menyebabkan sputum jadi kental dan liat) dan DNA.
 Berguna untuk mengencerkan sekret/sputum yang kental dan liat, dan dapat
mencegah penumpukan sekret yang berlebihan dalam saluran nafas, seperti pada
radang paru, asma, atelectasis (penyumbatan saluran nafas akibat lendir).
 Contoh mukolitik :
1. Bromheksin
- Dapat diberikan secara inhalasi
- Efek samping :iritasi saluran cerna, mual, muntah
2. Ambroksol, derivate sintetik dari bromheksin
3. Asetilsestein, erdosteine, karbosistein
- Dapat diberikan secara inhalasi
- Efek samping : iritasi saluran cerna, mual, muntah
- Reaksi alergi : hipotensi, bronkospasme, angioedema (pembengkakan/mirip
urtikaria)

Anda mungkin juga menyukai