DISUSUN OLEH
NAMA : Hafidza Noor Fahrila
NIM : F320175050
KELAS : 2B
S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
Batuk dapat dipicu oleh bergbagai iritan yang memasuki cabang trakeobronkial
melalui inhlasi (asap, debu, asap rokok ) atau melalui aspirasi (sekresi jalan nafas, benda
asing, isi lambung ). Jika batuknya disebabkan karena iritasi oleh adanya sekresi jalan
nafas ( seperti postnasal drip ) atau isi lambung, faktor pemicunya mungkin tidak
dikenal dan batuknya bersifat persisten. Paparan terhadap iritan semacam itu yang
berkepanjangan dapat menimbulkan inflamasi jalan nafas, yang dapat juga memacu
batuk dan menyebabkab jalan nafas menjadi lebih sensitif.
Pilek terutama disebabkan oleh infeksi virus, ada lebih dari 200 virus yang telah
diketahui menimbulkan pilek. Pilek juga dapat disebabkan karena daya tahan tubuh
yang menurun atau adanya alergi di hidung dan kerongkongan. Pilek sangat mudah
menular, orang dengan daya tahan tubuh yang lemah mudah tertular penyakit ini.
Penularan penyakit ini bisa terjadi melalui percikan bersin atau ludah penderita yang
mengandung virus dan masuk melalui saluran pernafasan.
Walaupun pilek bukan termasuk penyakit yang berat, namun penyakit ini susah
diatasi sehingga sering kambuh. Pengobatan yang bisa dilakukan hanya untuk
meredakan gejala atau simtomnya. Hal ini karena virus yang menyebabkan pilek sangat
banyak jumlahnya dan dapat mengalami perubahan atau memiliki kesanggupan untuk
mengalami mutasi genetik sehingga dapat timbul virus-virus baru. Hal tersebut
menyebabkan virus pilek kebal terhadap vaksin tertentu atau antibodi tertentu dalam
beberapa waktu sehingga sangat sulit untuk membuat vaksin pilek.
2.3 MEKANISME
A. Mekanisme Batuk
Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau
serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.
Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura
dan saluran telinga luar dirangsang.
Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan
cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya
iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral
dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam
paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase
ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks
meninggi sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap
meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa
penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks
walaupun glotis tetap terbuka.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain.
Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang
penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang
sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam
saluran nafas atau getaran pita suara. (Anonim, 2009).
B. Mekanisme Pilek
1. Fase Pertama ( Sehari - dua hari pertama)
Ini adalah awal mula masuknya virus flu ke dalam saluran pernapasan. Virus flu
memasuki tubuh dengan berbagai cara: terhirup saat orang lain bersin atau batuk, atau
menyentuh barang yang terkontaminasi virus flu dan tangan membawanya mendekati
mulut, hidung, atau mata. Sejak saat masuk, virus akan bergabung dengan sel tubuh dan
bereplikasi.
Di hari pertama dan kedua sejak virus memasuki tubuh, tubuh belum merasakan apapun.
Namun demikian, tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari sakit flu yang akan
datang sesaat lagi. Bukan hanya karena seseorang belum merasakan sakit, tetapi juga
karena virus flu sedang menuju puncak 'kejayaannya' dalam tubuh.
Sel imun kini telah dikudeta virus flu. Mereka bereplikasi dan imunitas tubuh menjadi
turun seketika. Meski begitu, tubuh ternyata tidak mudah mengalah. Tubuh
memproduksi sel imun lebih banyak dan memperbaikin sistem imun tubuh, agar tidak
ada sel lain yang terinfeksi virus flu.
Di saat inilah, tubuh baru merasa lemas, kepala pusing, kedinginan, bahkan otot terasa
pegal-pegal. Ada beberapa hal yang bisa di lakukan untuk meredakan rasa sakit akibat
flu, misalnya minum teh hangat dan mengonsumsi obat flu.
Jika di rasa perlu, bisa mengunjungi dokter dan meminta obat yang lebih manjur. Namun,
hal terbaik yang dapat di lakukan adalah: istirahat. Beristirahatlah di rumah. Jangan
paksakan diri tetap beraktivitas, sebab selain kerja menjadi tidak optimal, juga berisiko
menularkan flu pada rekan kerja di kantor.
Akhirnya! Sistem imun tubuh berangsur pulih, virus flu pun dapat disingkirkan.
Inflamasi yang terjadi selama masa flu, kini mereda dan kembali sehat. Pada masa ini,
masih ada rasa sakit yang tertinggal, misalnya batuk-batuk dan sakit tenggorokan.
Namun demam dan rasa pegal-pegal sudah menyingkir dari tubuh.
Fase ini boleh mulai beraktivitas biasa, namun jangan langsung bekerja normal dan
beraktivitas berat. Tubuh sudah aman dari virus dan tidak akan menulari orang lain.
2.4 GEJALA YANG MENYERTAI
- Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala
tersebut antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin,
hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namun batuk berdahak juga timbul akibat
peradangan pada paru-paru.
- Gejala pilek yang paling sering timbul termasuk batuk, hidung meler, hidung
tersumbat, dan sakit tenggorokan. Gejala lainnya bisa berupa nyeri otot (mialgia),
sakit badan ringan, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan. Sakit tenggorokan
timbul pada 40% dari penderita pilek. Batuk muncul pada sekira 50% dari
mereka. Nyeri otot terjadi pada sekira setengah dari kasus pilek tersebut. Demam
tidak termasuk gejala biasa muncul pada orang dewasa, namun muncul pada bayi
dan anak kecil. Batuk yang disebabkan oleh pilek biasanya lebih ringan daripada
batuk yang disebabkan oleh flu (influenza). Batuk dan demam pada orang dewasa
kemungkinan besar merupakan indikasi flu (influenza). Beberapa jenis virus
penyebab pilek mungkin juga tidak memunculkan gejala. Warna mukus yang
dikeluarkan saat batuk dari saluran pernapasan bagian bawah (dahak) berbeda-beda,
mulai dari kuning hingga hijau. Warna mukus tidak dapat mengindikasikan apakah
penyebab infeksi tersebut adalah bakteri atau virus.
-
2.5 KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Batuk
Batuk akut
Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu.
Meskipun belum ada studi spektrum dan frekuensi penyebab batuk akut, pengalaman
klinik menunjukkan bahwa penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas
atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rinitis
alergi, atau rinitis karena iritan. Infeksi virus saluran nafas atas merupakan penyebab
utamam batuk akut.
Batuk subakut
Batuk yang terjadi selama 3–8 minggu dikelompokkan pada batuk sub akut.
Untuk mendiagnosis terjadinya batuk jenis ini, direkomendasikan adanya
pendekatan klinik berdasarkan terapi empirik dan uji lab terbatas. Jika batuk tidak
terkait dengan infeksi pernafasan, passien harus dievaluasi dengan cara yang sama
seperti pada batuk kronis. Untuk batuk yang dimulai bersamaan dengan adanya
infeksi pernafasan dan berakhir 3-8 minggu, penyebabnya yang paling umum adalah
batuk pasca infeksi (postinfectious cough), dimulai bersamaan dengan ISPA yang
tidak bberkomplikasi dengan pneumonia ( dengan rontgen dada normal) dan
umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan. Jika batuk pasien disertai suara0suara
pernafasan seperti mengi, maka perlu pemeriksaan lenih lanjut untuk dugaan asma.
Batuk kronis
Batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak
penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau
hanya sedikit diagnosis. Karena itu perlu ada evaluasi secara sistematik, untuk
mempelajari penyebab utama dengan cara percobaab terapi empirik, percobaan
menghindari iritan dan obat yang diduga menyebabkan batuk, denngan dibantuk
dengan data-data laboratorium seperti rontgen dada atau uji metakolin atay ujia lain
yang sesuai. Diagnosis yang pasti untuk batuk kronis didasarkan pada observasi
terhadap terpai spesifik yang bisa mengurangi batuk.
Atau uji lain yang sesui. Diagnoosis yang pasti untuk batuk kronis didasarkan
pada observasi terhadap terapi spesifik yang bisa mengurangi batuk.
Algoritma diagnosis dan penatalaksanaan batuk kronis dapat dilihat pada
gambar
Gambar . Algoritma tatalaksana diagnosis dan terapi batuk kronis. Pada batuk kronis
sangat penting untuk menentukan penyebabnya, sehingga bisa diterapi sesuai dengan
penyebabnya . GERD = gastroesophagel reflux disease.
B. Klasifikasi Pilek
1. Pilek akibat kontak fisik dengan zat iritan dan disebabkan adanya gangguan
keseimbangan fungsi-fungsi saraf pada hidung disebut juga pilek non alergi. Artinya,
permukaan dalam hidung mudah mengalami pembengkakan yang menimbulkan
keluhan hidung tersumbat, memudahkan timbulnya rangsangan pada permukaannya
dan keluarnya cairan yang berlebihan sehingga timbul pilek. Pilek non alergi yang
diduga akibat gangguan pada saraf, secara prinsip, sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti penyebabnya. Diduga terjadi ketidakseimbangan fungsi saraf, di mana
keadaan ini juga disertai dengan beberapa faktor pencetus. Faktor-faktor pencetus
yang telah diketahui antara lain keadaan fisik lingkungan (udara yang terlalu lembab,
suhu udara yang dingin), faktor psikis (stres), gangguan hormonal, dan pemakaian
obat-obatan seperti obat anti hipertensi. Gejala yang ditimbulkan hampir sama
seperti pilek alergi, hanya saja saat dilakukan tes alergi hasilnya negatif.
2. Selesma
Selesma merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh virus. Biasanya menular
melalui kontak langsung atau melalui sekret yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk
atau bersin. Virus memasuki tubuh melalui mulut atau hidung, sesudah berjabatan
tangan dengan seseorang yang sedang pilek dan menggunakan barang-barang secara
bersama seperti gelas, handuk, telepon. Biasanya selesma tidak berbahaya tetapi
menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderita.
Gejala selesma :
Hidung gatal
Hidung tersumbat
Sulit bernafas melalui hidung
Batuk
Nyeri tenggorokan
3. Rhinitis alergi
Pilek alergi dikenal dengan istilah rhinitis alergi. Pada pilek alergi, faktor kepekaan
penderita merupakan kunci utama timbulnya keluhan ini. Kepekaan penderita terhadap
suatu bahan, zat, makanan tertentu, dan udara dapat mencetuskan keluhan ini. Penyakit
pilek alergi timbul apabila seseorang (pernah) kontak dengan suatu bahan/zat tertentu
baik dengan cara dihirup, dimakan, kontak kulit maupun disuntikkan. Selang beberapa
saat, tubuh akan mengadakan reaksi dengan jalan membentuk zat anti. Zat anti ini akan
bereaksi dengan bahan tadi sehingga menimbulkan respon berlebihan atau alergi. Pilek
alergi umumnya bersifat menahun, gejala yang ditimbulkannya bersifat hilang timbul
berupa bersin-bersin yang mengganggu, hidung terasa tersumbat, disertai keluar cairan
encer dan bening. Keluhan ini berlangsung tiap kali penderita kontak dengan bahan yang
menjadi penyebab alergi.
4. Sinusitis
Sinusitis selintas memang mirip pilek. Sehingga banyak pasien yang tidak sadar bahwa
dirinya tidak hanya menderita pilek, melainkan sinusitis. Karena salah satu penyebab
sinusitis adalah pilek terutama pilek yang menahun.
Prosesnya, ketika pilek, hidung menjadi tersumbat. Sementara itu, di dalam sinus
terdapat lubang drainase, jika sering pilek maka lubang drainase ini akan tertutup.
Sehingga terjadi gangguan drainase yang bisa menyebabkan sinusitis.
Sinus sendiri adalah rongga atau ruang yang terdapat di sekitar hidung. Setiap manusia
mempunyai empat pasang sinus, yakni sinus frontalis yang berada di dahi, sinus
ethmoidalis yang terletak di antara hidung dan mata, sinus maksilaris yang terdapat di
daerah pipi dan merupakan sinus terbesar. Dan yang terakhir adalah sinus sfenoidalis
yang terletak di bawah otak.
Selain pilek, ada faktor lain yang terkait dengan hidung, sebagai penyebab sinusitis.
Semisal polip di hidung, atau bengkoknya sekat rongga hidung, yang membagi hidung
bagian kanan dan kiri. Bengkoknya rongga hidung ini bisa terjadi karena trauma ataupun
kecelakaan. Ini bisa menyebabkan hidung tersumbat.
Seperti pilek, sinusitis pun ada yang berlangsung sebentar dan lama. Durasinya ada yang
sampai tiga minggu lebih, namun bila sudah kronis bisa berlangsung bulanan hingga
tahunan. Seseorang terkena sinusitis akut karena dia sering mengalami pilek yang akut.
Bedanya dengan pilek biasa, gejala ditambah dengan adanya meriang, badan lesu dan
demam. Gejala ini merupakan gejala secara sistemik luar. Secara lokal, seseorang
merasakan nyeri di bagian sinusitis menyerang. Semisal nyeri di daerah pipi jika yang
terkena adalah sinus maksilaris. Pipi tampak kemerahan. Selain itu juga muncul
bengkak dan terasa sakit saat disenggol.
Jika yang terkena sinus frontalis, nyeri biasanya dirasakan di dahi. Sedangkan jika yang
terkena adalah sinus ethmoidalis, nyeri akan terasa di bagian belakang dan antara mata,
serta dahi.
Sementara gejala sinusitis kronis pada dasarnya mirip dengan akut, seperti nyeri di pipi
atau tempat lain yang sakit. Hanya bila ditekan tidak sesakit sinusitis akut. Namun,
kepala sering terasa sakit, batuk serta ada banyak lendir di tenggorokan. Karena sudah
kronis dan iritasi, hidung pun jadi tersumbat. Sehingga lendir tersedot ke arah belakang.
Bahkan tidak jarang lendir jatuh sendiri ke tenggorokan. Pada beberapa kasus bahkan
terdapat nanah pada sinus sehingga memunculkan bau busuk.
2.6 PENATALAKSANAAN
A. Batuk
Terapi Non-Farmakologi
Untuk batuk akut dan subakut umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, terapi
non farmakologi dilakukan dengan cara menghindari pemicu/perangsang batuk yang
dapat dikenali, seperti meroko, makan makanan berminyak, dll. Minum air banyak-
banyak cukup membantu agar kerongkongan tidak kering yang dapat memicu batuk.
Untuk batuk kronis, jika penyebabnya diketahui dan dapat dihindarkan, maka
dilakukan penghindaran terhadap penyebabnya. Misalnya, batuk yang disebabkan oleh
penggunaan obat golongan inhibitor ACE, dapat diatasi dengan penghentian atau
penggantian obat tersebut. (Ikawati, 2008).
Terapi Farmakologi
a. Antitusif
c. Mukolitik
Tabel. Terapi spesifik penyebab paling umum batuk kronis (Ikawati, 2008).
Pasien dengan batuk kronis perlu dipantau secara hati-hati dan sistemik terhadap
beberapa indikator diagnostik spesifik, seperti radiografi dada atau uji fungsi paru dengan
spirometri. Jika batuknya produktif disertai dengan dahak yang porulen, perlu
dipertimbangkan adanya bronkiektasis. Pada pasien dengan batuk nonspesifik dan
memiliki faktor resiko asma, perlu dicoba penggunaan obat jangka pendek ( short trial:
2-4 minggu) mialnya dengan beklometason atau buudenosid. Jika batuk tidak sembuh
pada waktu yang diharapkan, pengobatan dihentikan dan perlu dipertimbangkan diagnosa
lain.
Untuk tujuan penelitian klinis, efek pengobtan pada batuk dapat dievaluasi dengan
metode subtektif maupun obyektif. Beberapa contoh metode subyektif antara lain adlah
diary pasien, visual analog scoles, cough scoving system dan symptom scole (BCSS=
breathiesness, cough, and sputum scoles). Selain itu, dapat pula dengan kuisioner untuk
menilai kualitas hidup pasien. Diantara metode subyektif ini, CQLQ telah diuji dan cukup
valid dan reliable untuk mengevaluasi batuk.
Dalam penatalaksanaan batuk, terutama untuk batuk akut, farmasi dapat turut
berperan dalam pemilihan jenis obat batuk yang tepat dengan jenis batuknya. Untuk batuk
kronis, pasien perlu direkomendasikan untuk pemeriksaan dokter lenih lanjut untuk
memastikan etiologinya. (Ikawati, 2008).
Algoritma BATUK
Batuk Berdahak
(MIMS, 2011).
Batuk Kering
TBC
(PDPI, 2006)
B. Pilek
Pseudoefedrin
• Isomer dekstro dari efedrin dengan mekanisme kerja yang sama, namun
daya bronkodilatasinya lebih lemah, tetapi efek sampingnya terhadap
SSP dan jantung lebih ringan. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan
kombinasi untuk flu.
Dosis dewasa = 60 mg (4 x 1)
c. Antihistamin
Antagonis reseptor H1 berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasi reseptor,
yang mencegah ikatan dan kerja histamine. Antihistamin lebih efektif dalam
mencegah respon histamine daripada melawannya.
Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua katogori utama: nonselektif (generasi
pertama atau antihistamin sedasi) dan selektif perifer (generasi kedua atau
antihistamin nonsedasi). Akan tetapi, masing-masing obat harus dipandang dari efek
sedasi spesifiknya karena ada variasi antar obat dalam kategori yang luas. Efek
sedative sentral mungkin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak.
Kebanyakan antihistamin lama bersifat larut lemak dan melewati sawar ini dengna
mudah. Obat yang selektif ke perifer memiliki sedikit atau tidak sama sekali efek ke
system saraf pusat atau otonom.
Perbedaan gejala sebagian disebabkan oleh sifat antikolinergik, yang bertanggung
jawab pada efek pengeringan yang mengurangi hipersekresi kelenjar hidung, saliva
dan air mata. Antihistamin mengantagonis permeabilitas kapiler, pembentukan
bengkak dan rasa panas serta gatal.
Mengantuk adalah efek samping yang paling sering dan dapat mengganggu
kemampuan mengemudi atau aktivitas kerja. Efek sedative bias menguntungkan
pada pasien yang sulit tidur karena gejala rhinitis.
Walaupun efek antikolinergik (pengeringan) berperan dalam efikasi, efek samping
seperti mulut kering, kesulitan mengeluarkan urin, konstipasi dan efek
kardiovaskular potensial dapat terjadi. Antihistamin harus diberikan hati-hati pada
pasien yang berkecendrungan retensi urin dan pada mereka yang mengalami
peningkatan tekanan intraocular, hipertiroidisme dan penyakit kardiovaskular.
Efek samping lainnya termasuk hilang nafsu makan, mual, muntah dan gangguan ulu
hati. Efek samping pada system pencernaan dapat dicegah dengan mengkonsumsi
obat bersama makanan atau segelas penuh air.
Antihistamin lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum diperkirakan terjadinya
paparan pada allergen
Antihistamin Sedatif
e. Nasal Steroid
Nasal steroid merupakan pengobatan yang efektif dengan efek samping
minimun. Beberapa ahli menyatakan bahwa nasal steroid dipercaya untuk
digunakan sebagai terapi awal untuk hay fever karena efisiensinya jika digunakan
secara tepat dan sambil menghindari alergen. Nasal steroid bekerja secara lokal
pada mukosa hidung dan tidak masuk ke dalam aliran sistemik.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.Batuk
- Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan
dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing
yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi.
- Batuk dapat dipicu oleh bergbagai iritan yang memasuki cabang trakeobronkial
melalui inhlasi (asap, debu, asap rokok ) atau melalui aspirasi (sekresi jalan nafas,
benda asing, isi lambung ).
- Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu : Fase iritasi, Fase
inspirasi, Fase kompresi, Fase ekspirasi/ ekspulsi.
- Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala
tersebut antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-
bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan.
- Durasi batuk digolongkan menjadi 3 kategori :
Akut, batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu
Sub akut, batuk yang tterjadi selama 3-8 minggu
Kronis, batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu
- Berdasar sebabnya :
Batuk kering
Batuk berdahak
Batuk yang khas
2. Pilek
- Pilek (common cold) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian
atas
- Pilek terutama disebabkan oleh infeksi virus,daya tahan tubuh yang menurun atau
adanya alergi di hidung dan kerongkongan. Penularan penyakit ini bisa terjadi
melalui percikan bersin atau ludah penderita yang mengandung virus dan masuk
melalui saluran pernafasan.
- Mekanisme Pilek dibagi menjadi 3 fase : Fase Pertama (Sehari-dua hari pertama),
Fase Kedua (Hari-hari selanjutnya),Fase Ketiga (Hari-hari terakhir)
- Gejala pilek ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan, tidak enak badan,
kepala terasa pening dan berdenyut-denyut, bersin-bersin, ingus yang cair meleleh
keluar dari hidung, temperatur tubuh naik atau demam ringan, mata merah dan terasa
sakit, sakit tenggorokan sehingga sulit menelan, suara serak dan batuk-batuk.
- Klasifikasi pilek :
1. Pilek non alergi
2. Selesma
3. Rhinitis Alergi
4. Sinusitis
3.2 SARAN
Sebagai seorang apoteker kita harus dapat menentukan obat yang digunakan
oleh pasien sesuai dengan keadaan kliniknya, dosis yang dibutuhkannya, dan jangka
penggunaan yang sesuai, juga harga yang terjangkau sehingga diperoleh pengobatan
yang rasional untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 10. Jakarta : PT. Info Master.
Compass Pharma Edition. 2008. Batuk & Pilek. PT. Jardine Lloyd Thompson.
Hemila, H. and Z.S. Herman. 1995. Vitamin C and The Common Cold: A Retrospective
Analysis of Chalmers’ Review. Journal of the American College of Nutrition 14 (2) :
116-123. American College of Nutrition.