Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FARMAKOTERAPI

BATUK & PILEK


Dosen Pengampu : Eko Retnowati, S.Si.,Apt.M.Si.,M.Farm

DISUSUN OLEH
NAMA : Hafidza Noor Fahrila
NIM : F320175050
KELAS : 2B

S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Batuk merupakan simptom umum bagi penyakit respiratori dan non-respiratori.
Batuk bisa menyebabkan morbiditas yang tinggi dan simptom seperti letargi, imsomnia,
suara serak, nyeri muskuloskeletal, berkeringat, dan inkotinensia urin. Batuk akut
merupakan salah satu simptom yang utama yang dikeluhkan penderita di praktik dokter.
Mayoritas dari kasus batuk akut ini disebabkan oleh infeksi virus saluran pernafasan
atas yang merupakan satu self-limiting disease.
Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 26
juta kasus batuk akut rawat jalan pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak yang tidak mengetahui batuk akut merupakan self-limiting symptom yang bisa
ditangani tanpa berobat ke dokter. Batuk kronis merupakan kondisi umum yang
menyebabkan morbiditas fisik dan psikologi yang tinggi. Batuk kronis yang terus-
menerus mempunyai efek pada kualitas hidup dan menyebabkan isolasi sosial serta
depresi klinis.
Obat batuk terdapat banyak jenisnya yaitu antitusif sebagai obat menekan refleks
batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan
mukolitik untuk mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita batuk
yang tidak berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan kepada
penderita batuk yang berdahak. Obat batuk banyak diiklankan dan bisa diperoleh tanpa
resep dokter atau dikenal sebagai obat bebas.
Diketahui bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk.
Oleh sebab itu, perlu dicapai pengetahuan yang benar mengenai penggunaan jenis-jenis
obat batuk terhadap jenis batuk yang diderita. Masyarakat seharusnya mendapat edukasi
tentang jenis obat batuk yang diambil, supaya penanganan sendiri simptom batuk yang
diderita dapat diobati dengan baik.
Gejala pilek ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan, tidak enak
badan, kepala terasa pening dan berdenyut-denyut, bersin-bersin, ingus yang cair
meleleh keluar dari hidung, temperatur tubuh naik atau demam ringan, mata merah dan
terasa sakit, sakit tenggorokan sehingga sulit menelan, suara serak dan batuk-batuk.
Pilek sebenarnya bukan termasuk penyakit berat namun sangat menganggu
penderitanya. Pilek biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Gejalanya akan
berangsur-angsur berkurang setelah 3-5 hari dilakukan perawatan sendiri. Namun jika
gangguan tetap tidak berkurang setelah 3-5 hari melakukan perawatan sendiri,
menandakan adanya tambahan infeksi bakteri.
Ada lebih dari 200 strain virus yang terlibat dalam penyebab
pilek; rhinovirus adalah yang paling umum. Mereka menyebar melalui udara selama
kontak dekat dengan orang yang terinfeksi dan secara tidak langsung melalui kontak
dengan benda-benda di lingkungan diikuti dengan transfer ke mulut atau hidung. Faktor
risiko termasuk pergi ke tempat penitipan anak, tidak tidur dengan baik, dan stres
psikologis. Gejala sebagian besar karena respon kekebalan tubuh terhadap infeksi
daripada kerusakan jaringan oleh virus sendiri. Penderita influenzasering menunjukkan
gejala yang sama seperti penderita pilek, meskipun gejala biasanya lebih parah di
influenza.
Tidak ada vaksin untuk pilek. Metode utama pencegahan adalah mencuci
tangan; tidak menyentuh mata, hidung atau mulut dengan tangan yang belum dicuci;
dan menjauh dari orang-orang yang sakit. Beberapa bukti mendukung penggunaan
masker wajah. Tidak ada obat untuk pilek, tetapi gejalanya dapat diobati .Obat anti-
inflamasi nonsteroid (OAINS, nonsteroidal anti-inflammatory drug, NSAID)
seperti ibuprofen dapat mengurangi rasa sakit. Antibiotik tidak boleh digunakan. Bukti
tidak mendukung manfaat dari obat batuk.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu batuk & pilek ?
2. Apa saja etiologi dari batuk&pilek tersebut ?
3. Apa saja yang gejala yang menyertai batuk &pilek?
4. Apa saja klasifikasi dari batuk&pilek ?
5. Bagaimana pelaksanaan dari batuk&pilek itu sendiri ?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Mahasiswa dapat memahami dari definisi batuk&pilek dan apa penyebab timbulnya
batuk&pilek.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya batuk&pilek.
3. Mahasiswa mengetahui apa saja gejala yang menyertai batuk&pilek.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami klasifikasi batuk&pilek.
5. Mahasiswa mampu dan mengerti cara tata pelaksanaan batuk&pilek.
BAB II

ISI

2.1 DEFINISI

Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk


mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat
perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Orang
sehat hampir tidak batuk sama sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar di
dinding bronchi, yang berfungsi untuk menggerakkan dahak keluar dari paru-paru
menuju batang tenggorok. Cillia ini membantu untuk menghindarkna masuknya zat-zat
asing ke saluran nafas (Tjay, 2007).
Pilek (common cold) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
bagian atas. Suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan
membersihkan saluran pernafasan dari mukus/lendir, debu, zat-zat perangsang asing
yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi.. Pilek merupakan penyakit
yang paling umum dan sering ditemui, dapat menyerang anak-anak maupun lanjut usia.
Penyakit pilek sering diikuti dengan peradangan tonsil/amandel dan radang
tenggorokan.

2.2 ETIOLOGI

Batuk dapat dipicu oleh bergbagai iritan yang memasuki cabang trakeobronkial
melalui inhlasi (asap, debu, asap rokok ) atau melalui aspirasi (sekresi jalan nafas, benda
asing, isi lambung ). Jika batuknya disebabkan karena iritasi oleh adanya sekresi jalan
nafas ( seperti postnasal drip ) atau isi lambung, faktor pemicunya mungkin tidak
dikenal dan batuknya bersifat persisten. Paparan terhadap iritan semacam itu yang
berkepanjangan dapat menimbulkan inflamasi jalan nafas, yang dapat juga memacu
batuk dan menyebabkab jalan nafas menjadi lebih sensitif.

Berbagai gangguan yang menyebabkan inflamasi, konstriksi, dan kompresi jalan


nafas dapat juga menyebabkan batuk. Inflamasi biasanya disebabkan oleh infeksi
pernafasan, baik karena virus maupun bakteri. Pada bronkitis karena virus, inflamasi
biasanya menyebabkan batuk yang lama, bisa sampai berminggu-minggu. Infeksi
pertussis, kanker paru, adanya infiltrasi granulama di jalan nafas juga merupakan
penyebab batuk persisten. Penyakit paru parenkimal juga dapat memicu batuk, antara
lain : penyakit paru interstial, pneumonia, dan abses paru. Gangguan lain yang dapat
menyebabkan batuk adalah gagal jantung kongestif, diduga karena adanya edema di
daerah peribronkial dan interstisial.Penggunaan obat golongan inhibitor ACE sering
dihubungkan dengan kejadian batuk nonproduktif dan terjadi pada 5-20% pasie yang
menggunakan obat ini. Onsetnya biasanya terjadi pada waktu 1 minggu sejak
dimulainya pengobatan, namun bisa juga tertunda sampai 6 bulan setelah pengobatan.
Meskipun mekanismenya tidak diketahui secara pasti, diduga ada kaitannya dengan
akumulasi bradikinin atau substance P yang juga didegradasi oleh enzim ACE.

Pilek terutama disebabkan oleh infeksi virus, ada lebih dari 200 virus yang telah
diketahui menimbulkan pilek. Pilek juga dapat disebabkan karena daya tahan tubuh
yang menurun atau adanya alergi di hidung dan kerongkongan. Pilek sangat mudah
menular, orang dengan daya tahan tubuh yang lemah mudah tertular penyakit ini.
Penularan penyakit ini bisa terjadi melalui percikan bersin atau ludah penderita yang
mengandung virus dan masuk melalui saluran pernafasan.

Walaupun pilek bukan termasuk penyakit yang berat, namun penyakit ini susah
diatasi sehingga sering kambuh. Pengobatan yang bisa dilakukan hanya untuk
meredakan gejala atau simtomnya. Hal ini karena virus yang menyebabkan pilek sangat
banyak jumlahnya dan dapat mengalami perubahan atau memiliki kesanggupan untuk
mengalami mutasi genetik sehingga dapat timbul virus-virus baru. Hal tersebut
menyebabkan virus pilek kebal terhadap vaksin tertentu atau antibodi tertentu dalam
beberapa waktu sehingga sangat sulit untuk membuat vaksin pilek.

2.3 MEKANISME

A. Mekanisme Batuk

Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :

 Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau
serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.
Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura
dan saluran telinga luar dirangsang.
 Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan
cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya
iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral
dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam
paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase
ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
 Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks
meninggi sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap
meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa
penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks
walaupun glotis tetap terbuka.
 Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain.
Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang
penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang
sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam
saluran nafas atau getaran pita suara. (Anonim, 2009).

B. Mekanisme Pilek
1. Fase Pertama ( Sehari - dua hari pertama)

Ini adalah awal mula masuknya virus flu ke dalam saluran pernapasan. Virus flu
memasuki tubuh dengan berbagai cara: terhirup saat orang lain bersin atau batuk, atau
menyentuh barang yang terkontaminasi virus flu dan tangan membawanya mendekati
mulut, hidung, atau mata. Sejak saat masuk, virus akan bergabung dengan sel tubuh dan
bereplikasi.
Di hari pertama dan kedua sejak virus memasuki tubuh, tubuh belum merasakan apapun.
Namun demikian, tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari sakit flu yang akan
datang sesaat lagi. Bukan hanya karena seseorang belum merasakan sakit, tetapi juga
karena virus flu sedang menuju puncak 'kejayaannya' dalam tubuh.

2. Fase Kedua (Hari-hari selanjutnya, hingga satu minggu)

Sel imun kini telah dikudeta virus flu. Mereka bereplikasi dan imunitas tubuh menjadi
turun seketika. Meski begitu, tubuh ternyata tidak mudah mengalah. Tubuh
memproduksi sel imun lebih banyak dan memperbaikin sistem imun tubuh, agar tidak
ada sel lain yang terinfeksi virus flu.

Di saat inilah, tubuh baru merasa lemas, kepala pusing, kedinginan, bahkan otot terasa
pegal-pegal. Ada beberapa hal yang bisa di lakukan untuk meredakan rasa sakit akibat
flu, misalnya minum teh hangat dan mengonsumsi obat flu.

Jika di rasa perlu, bisa mengunjungi dokter dan meminta obat yang lebih manjur. Namun,
hal terbaik yang dapat di lakukan adalah: istirahat. Beristirahatlah di rumah. Jangan
paksakan diri tetap beraktivitas, sebab selain kerja menjadi tidak optimal, juga berisiko
menularkan flu pada rekan kerja di kantor.

3. Fase Ketiga (Hari-hari terakhir)

Akhirnya! Sistem imun tubuh berangsur pulih, virus flu pun dapat disingkirkan.
Inflamasi yang terjadi selama masa flu, kini mereda dan kembali sehat. Pada masa ini,
masih ada rasa sakit yang tertinggal, misalnya batuk-batuk dan sakit tenggorokan.
Namun demam dan rasa pegal-pegal sudah menyingkir dari tubuh.

Fase ini boleh mulai beraktivitas biasa, namun jangan langsung bekerja normal dan
beraktivitas berat. Tubuh sudah aman dari virus dan tidak akan menulari orang lain.
2.4 GEJALA YANG MENYERTAI

- Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala
tersebut antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin,
hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namun batuk berdahak juga timbul akibat
peradangan pada paru-paru.
- Gejala pilek yang paling sering timbul termasuk batuk, hidung meler, hidung
tersumbat, dan sakit tenggorokan. Gejala lainnya bisa berupa nyeri otot (mialgia),
sakit badan ringan, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan. Sakit tenggorokan
timbul pada 40% dari penderita pilek. Batuk muncul pada sekira 50% dari
mereka. Nyeri otot terjadi pada sekira setengah dari kasus pilek tersebut. Demam
tidak termasuk gejala biasa muncul pada orang dewasa, namun muncul pada bayi
dan anak kecil. Batuk yang disebabkan oleh pilek biasanya lebih ringan daripada
batuk yang disebabkan oleh flu (influenza). Batuk dan demam pada orang dewasa
kemungkinan besar merupakan indikasi flu (influenza). Beberapa jenis virus
penyebab pilek mungkin juga tidak memunculkan gejala. Warna mukus yang
dikeluarkan saat batuk dari saluran pernapasan bagian bawah (dahak) berbeda-beda,
mulai dari kuning hingga hijau. Warna mukus tidak dapat mengindikasikan apakah
penyebab infeksi tersebut adalah bakteri atau virus.
-

2.5 KLASIFIKASI

A. Klasifikasi Batuk

Menurut Irwin dan Madison, Durasi batuk digolongkan menjadi 3 kategori :

1. Akut, batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu


2. Sub akut, batuk yang tterjadi selama 3-8 minggu
3. Kronis, batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu

 Batuk akut

Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu.
Meskipun belum ada studi spektrum dan frekuensi penyebab batuk akut, pengalaman
klinik menunjukkan bahwa penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas
atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rinitis
alergi, atau rinitis karena iritan. Infeksi virus saluran nafas atas merupakan penyebab
utamam batuk akut.

 Batuk subakut

Batuk yang terjadi selama 3–8 minggu dikelompokkan pada batuk sub akut.
Untuk mendiagnosis terjadinya batuk jenis ini, direkomendasikan adanya
pendekatan klinik berdasarkan terapi empirik dan uji lab terbatas. Jika batuk tidak
terkait dengan infeksi pernafasan, passien harus dievaluasi dengan cara yang sama
seperti pada batuk kronis. Untuk batuk yang dimulai bersamaan dengan adanya
infeksi pernafasan dan berakhir 3-8 minggu, penyebabnya yang paling umum adalah
batuk pasca infeksi (postinfectious cough), dimulai bersamaan dengan ISPA yang
tidak bberkomplikasi dengan pneumonia ( dengan rontgen dada normal) dan
umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan. Jika batuk pasien disertai suara0suara
pernafasan seperti mengi, maka perlu pemeriksaan lenih lanjut untuk dugaan asma.

 Batuk kronis

Batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak
penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau
hanya sedikit diagnosis. Karena itu perlu ada evaluasi secara sistematik, untuk
mempelajari penyebab utama dengan cara percobaab terapi empirik, percobaan
menghindari iritan dan obat yang diduga menyebabkan batuk, denngan dibantuk
dengan data-data laboratorium seperti rontgen dada atau uji metakolin atay ujia lain
yang sesuai. Diagnosis yang pasti untuk batuk kronis didasarkan pada observasi
terhadap terpai spesifik yang bisa mengurangi batuk.

Atau uji lain yang sesui. Diagnoosis yang pasti untuk batuk kronis didasarkan
pada observasi terhadap terapi spesifik yang bisa mengurangi batuk.
Algoritma diagnosis dan penatalaksanaan batuk kronis dapat dilihat pada
gambar

Gambar . Algoritma tatalaksana diagnosis dan terapi batuk kronis. Pada batuk kronis
sangat penting untuk menentukan penyebabnya, sehingga bisa diterapi sesuai dengan
penyebabnya . GERD = gastroesophagel reflux disease.

Berdasarkan sebabnya, batuk diklasifikasikan menjadi :


1. Batuk berdahak
Batuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak, sehingga
menyumbat saluran pernafasan.
2. Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga
merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu kenyamanan, bila
batuknya terlalu keras akan dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.
3. Batuk yang khas
 Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa menyebabkan pita
suara radang dan suara parau.
 Batuk penyakit TBC, berlangsung berbulan-bulan, kecil-kecil, timbul sekali-
sekali, kadang seperti hanya berdehem. Pada TBC batuk bisa disertai bercak
darah segar.
 Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak dihasilkan. Lendir
inilah yang merangsang timbulnya batuk.
 Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru,
menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru ini yang
merangsang timbulnya batuk.
 Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidak sembuh. Batuknya tidak
tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuk semakin tambah.
 Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat saluran pernafasan berusaha
mengeluarkan benda asing maka akan menimbulkan batuk. (Anonim, 2009).

B. Klasifikasi Pilek

1. Pilek akibat kontak fisik dengan zat iritan dan disebabkan adanya gangguan
keseimbangan fungsi-fungsi saraf pada hidung disebut juga pilek non alergi. Artinya,
permukaan dalam hidung mudah mengalami pembengkakan yang menimbulkan
keluhan hidung tersumbat, memudahkan timbulnya rangsangan pada permukaannya
dan keluarnya cairan yang berlebihan sehingga timbul pilek. Pilek non alergi yang
diduga akibat gangguan pada saraf, secara prinsip, sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti penyebabnya. Diduga terjadi ketidakseimbangan fungsi saraf, di mana
keadaan ini juga disertai dengan beberapa faktor pencetus. Faktor-faktor pencetus
yang telah diketahui antara lain keadaan fisik lingkungan (udara yang terlalu lembab,
suhu udara yang dingin), faktor psikis (stres), gangguan hormonal, dan pemakaian
obat-obatan seperti obat anti hipertensi. Gejala yang ditimbulkan hampir sama
seperti pilek alergi, hanya saja saat dilakukan tes alergi hasilnya negatif.

2. Selesma
Selesma merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh virus. Biasanya menular
melalui kontak langsung atau melalui sekret yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk
atau bersin. Virus memasuki tubuh melalui mulut atau hidung, sesudah berjabatan
tangan dengan seseorang yang sedang pilek dan menggunakan barang-barang secara
bersama seperti gelas, handuk, telepon. Biasanya selesma tidak berbahaya tetapi
menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderita.
Gejala selesma :
 Hidung gatal
 Hidung tersumbat
 Sulit bernafas melalui hidung
 Batuk
 Nyeri tenggorokan

3. Rhinitis alergi
Pilek alergi dikenal dengan istilah rhinitis alergi. Pada pilek alergi, faktor kepekaan
penderita merupakan kunci utama timbulnya keluhan ini. Kepekaan penderita terhadap
suatu bahan, zat, makanan tertentu, dan udara dapat mencetuskan keluhan ini. Penyakit
pilek alergi timbul apabila seseorang (pernah) kontak dengan suatu bahan/zat tertentu
baik dengan cara dihirup, dimakan, kontak kulit maupun disuntikkan. Selang beberapa
saat, tubuh akan mengadakan reaksi dengan jalan membentuk zat anti. Zat anti ini akan
bereaksi dengan bahan tadi sehingga menimbulkan respon berlebihan atau alergi. Pilek
alergi umumnya bersifat menahun, gejala yang ditimbulkannya bersifat hilang timbul
berupa bersin-bersin yang mengganggu, hidung terasa tersumbat, disertai keluar cairan
encer dan bening. Keluhan ini berlangsung tiap kali penderita kontak dengan bahan yang
menjadi penyebab alergi.

4. Sinusitis
Sinusitis selintas memang mirip pilek. Sehingga banyak pasien yang tidak sadar bahwa
dirinya tidak hanya menderita pilek, melainkan sinusitis. Karena salah satu penyebab
sinusitis adalah pilek terutama pilek yang menahun.
Prosesnya, ketika pilek, hidung menjadi tersumbat. Sementara itu, di dalam sinus
terdapat lubang drainase, jika sering pilek maka lubang drainase ini akan tertutup.
Sehingga terjadi gangguan drainase yang bisa menyebabkan sinusitis.
Sinus sendiri adalah rongga atau ruang yang terdapat di sekitar hidung. Setiap manusia
mempunyai empat pasang sinus, yakni sinus frontalis yang berada di dahi, sinus
ethmoidalis yang terletak di antara hidung dan mata, sinus maksilaris yang terdapat di
daerah pipi dan merupakan sinus terbesar. Dan yang terakhir adalah sinus sfenoidalis
yang terletak di bawah otak.
Selain pilek, ada faktor lain yang terkait dengan hidung, sebagai penyebab sinusitis.
Semisal polip di hidung, atau bengkoknya sekat rongga hidung, yang membagi hidung
bagian kanan dan kiri. Bengkoknya rongga hidung ini bisa terjadi karena trauma ataupun
kecelakaan. Ini bisa menyebabkan hidung tersumbat.
Seperti pilek, sinusitis pun ada yang berlangsung sebentar dan lama. Durasinya ada yang
sampai tiga minggu lebih, namun bila sudah kronis bisa berlangsung bulanan hingga
tahunan. Seseorang terkena sinusitis akut karena dia sering mengalami pilek yang akut.
Bedanya dengan pilek biasa, gejala ditambah dengan adanya meriang, badan lesu dan
demam. Gejala ini merupakan gejala secara sistemik luar. Secara lokal, seseorang
merasakan nyeri di bagian sinusitis menyerang. Semisal nyeri di daerah pipi jika yang
terkena adalah sinus maksilaris. Pipi tampak kemerahan. Selain itu juga muncul
bengkak dan terasa sakit saat disenggol.
Jika yang terkena sinus frontalis, nyeri biasanya dirasakan di dahi. Sedangkan jika yang
terkena adalah sinus ethmoidalis, nyeri akan terasa di bagian belakang dan antara mata,
serta dahi.
Sementara gejala sinusitis kronis pada dasarnya mirip dengan akut, seperti nyeri di pipi
atau tempat lain yang sakit. Hanya bila ditekan tidak sesakit sinusitis akut. Namun,
kepala sering terasa sakit, batuk serta ada banyak lendir di tenggorokan. Karena sudah
kronis dan iritasi, hidung pun jadi tersumbat. Sehingga lendir tersedot ke arah belakang.
Bahkan tidak jarang lendir jatuh sendiri ke tenggorokan. Pada beberapa kasus bahkan
terdapat nanah pada sinus sehingga memunculkan bau busuk.

2.6 PENATALAKSANAAN

A. Batuk

Tujuan pengobatan batuk adalah untuk meminimalkan gejala dan


menghilangkan atau mengatasi penyebab batuk.

Terapi Non-Farmakologi

Untuk batuk akut dan subakut umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, terapi
non farmakologi dilakukan dengan cara menghindari pemicu/perangsang batuk yang
dapat dikenali, seperti meroko, makan makanan berminyak, dll. Minum air banyak-
banyak cukup membantu agar kerongkongan tidak kering yang dapat memicu batuk.

Untuk batuk kronis, jika penyebabnya diketahui dan dapat dihindarkan, maka
dilakukan penghindaran terhadap penyebabnya. Misalnya, batuk yang disebabkan oleh
penggunaan obat golongan inhibitor ACE, dapat diatasi dengan penghentian atau
penggantian obat tersebut. (Ikawati, 2008).

Terapi Farmakologi

Pada dasarnya penatalaksanaan batuk disesuaikan dengan dugaan penyebabnya,


disamping untuk mengurangi gejala itu sendiri. Pada batuk akut dan sub akut, biasanya
digunakan obat-obat simptomatik untuk mengurangi gejala-gejala batuk. Obat batuk
digolongkan menjadi dua, yaitu antitusif dan ekspektoran. Antitusif bekerja menekan
refleks batuk, sedangkan ekspektoran bekerja memudahkan ekspetorasi/batuk. Golongan
obat lain yang digunakan pada batuk adalah mukolitik, yang bekerja mengencerkan
mukus/dahak sehingga lebih mudah diekspetorasikan. (Ikawati, 2008).

a. Antitusif

Antitusif bekerja untuk menekan batuk. Contohnya adalah dekstrometorfan,


naskapin, etilmorfin, dan kodein. Obat-obat ini merupakan derivat senyawa opioid,
sehingga juga memiliki efek samping seperti senyawa opiat, meliputi konstipasi,
sedatif, dll. Perlu diketahui bahwa antitusif sebaiknya tidak digunakan pada batuk
berdahak, karena batuk yang tertahan pada cabang trakea bronkial dapat
mengganggu ventilasi dan bisa saja meningkatkan kejadian infeksi, misalnya pada
penyakit bronkitis kronis dan bronkiektasis. (Ikawati, 2008).

Tabel .Dosis oral nbeberapa antitusif

Obat Dosis dan interval


Dewasa Anak-anak
Kodein 10-20 mg setiap 4-6 jam 6-12 th : 5-10 mg setiap 4-6 jam jika
jika pelu ( tidak boleh perlu ( tidk boleh lebih dari 60
lebih dari 120 mg/hari) mg/hari)
Noskapin 25 mg atau 5 ml sirop 0-4 th : 1,25 ml
setiap 8 jam 4-10 th : 2,5 ml
10-15 th : 3,75 ml
Setiap 8 jam
dekstrometorfan 10-20 mg tiap 4 jam atau 1 mg/hari dalam 3-4 dosis terbagi
30 mg tiap 6-8 jam, maks
120 mg/hari
b. Ekspektoran

Ekspektoran (dari bahassa latin ex = keluar dan pectoris = dada) ditujukan


untuk merangsang batuk sehingga memudahkan untuk mengeluarkan dahak/
ekspektorasi. Obat bebas yang paling sering digunakan adalah gilseril gualkolat atau
guaifenesin. Namun dalaam beberapa studi, efektivitas ekspektoran ini masih
dipertanyakan (IONI, 2000: Schroeder dan Fehey, 2002). Bahkan sebuah studi
menyarankan menggunakaan air saja sebagai ekspektoran, karena air dapat
membantu mengencerkan dahak sehingga dahak dapat dibatukan dengan mudah.
(Ikawati, 2008).

c. Mukolitik

golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mukus/dahak, sehingga


mndapatkan ekspektorasi. Biasanya digunakan pada kondisi diaman dahak cukup
kental dan banyak, seperti pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), asma,
bronsifektosis, dan sistik fibrosis. Beberapa contoh mukolitik adalah : N-asetilsistein,
karbosistein, ambroksol, bromheksin, dan mesistein. (Ikawati, 2008).

Tabel. Dosis oral beberapa mukolitik (Ikawati, 2008).

OBAT Dosis dan Interval


Dewasa Anak-anak
Asetilsistein 200 mg, 3x sehari 100 mg, 3x sehari
Karbosistein Awal : 750 mg 3x sehari, 2-5 th : 65,5-125 4x sehari
kemudian : 1,4 g sehari 6-12 th: 250 mg 3x sehari
dosis terbagi
Ambroxol HCl 60 mg 2x sehari 6-12 th: 30 mg. 2-3x
sehari,
2-6 th : 15 mg 3x sehari
Bromheksin 8 mg. 3-4x sehari >10 th: 8 mg 3x sehari
3-10 th : 4 mg 3x sehari
Studi mengenai efek mukolitik terhadap penurunan frekuensi batuk
menjukan hasil yang inkonsisten, dimana sebagian studi melaporkan bahwa mukolik
sperti bromheksin misalnya, tidak memiliki efek terhadap batuk pada pasien
bronkitis kronis. Efek terhadap batuk baru dapat terdeteksi pada populasi penelitian
yang lebih besar. Sementara pada studi lain dilaporkan bahwa karbosistein dapat
menurunkan viskosistas sputum pada pasien bronkitis kronis, sehingga memudahkan
ekspektorasi, walaaupun tidak mempengaruhi secara signifikan frekuensi dan
keparahan btuknya. (Ikawati, 2008).

Terapi pada batuk kronis

Untuk batuk kronis, disamping obat-obat diatas, maka penatalaksanaannya


disesuaikan dengan penyebabnya. Pada tabel dibawah ini, disajikan secara singkat
terapi spesifik untuk penyebab umum batuk kronis, yaitu terapi untuk batuk
postnosal drip. Asma, GERD, dan bronkitis kronis. (Ikawati, 2008).

Tabel. Terapi spesifik penyebab paling umum batuk kronis (Ikawati, 2008).

Penyebab batuk Terapi


Postnosal drip
Rhinitis alergi Penghindaran iritasi lingkungan
Sterois spray intranasal
Kombinasi antihistamin-dekongestan
Intranasal ipratropium bromida (Atrovent), untuk rhinitis
vasomotor
Sinusitis Antibiotik
Denkongestan nasal
Kombinasi antihistamin-dekongestan
Asma Bronkodilator
Inhalasi kortikosteroid
Terapi asma lainnya
GERD Makanan tinggi protein, rendah lemak, makan 3x sehari, tidak
makan atau minum 2-3 jam sebelum berbaring.
Antagonis reseptor H2: simetidin, ranitidin,famotidin
Inhibitar pompa proton : omeprazol,lansoprazol
Agen prokinetik : cisaprid
Bronkitis kronis Berhenti meroko, mengurangi/menghindari iritan/polutan

Evaluasi Dan Pemantauan Terapi

Pasien dengan batuk kronis perlu dipantau secara hati-hati dan sistemik terhadap
beberapa indikator diagnostik spesifik, seperti radiografi dada atau uji fungsi paru dengan
spirometri. Jika batuknya produktif disertai dengan dahak yang porulen, perlu
dipertimbangkan adanya bronkiektasis. Pada pasien dengan batuk nonspesifik dan
memiliki faktor resiko asma, perlu dicoba penggunaan obat jangka pendek ( short trial:
2-4 minggu) mialnya dengan beklometason atau buudenosid. Jika batuk tidak sembuh
pada waktu yang diharapkan, pengobatan dihentikan dan perlu dipertimbangkan diagnosa
lain.

Untuk tujuan penelitian klinis, efek pengobtan pada batuk dapat dievaluasi dengan
metode subtektif maupun obyektif. Beberapa contoh metode subyektif antara lain adlah
diary pasien, visual analog scoles, cough scoving system dan symptom scole (BCSS=
breathiesness, cough, and sputum scoles). Selain itu, dapat pula dengan kuisioner untuk
menilai kualitas hidup pasien. Diantara metode subyektif ini, CQLQ telah diuji dan cukup
valid dan reliable untuk mengevaluasi batuk.

Dalam penatalaksanaan batuk, terutama untuk batuk akut, farmasi dapat turut
berperan dalam pemilihan jenis obat batuk yang tepat dengan jenis batuknya. Untuk batuk
kronis, pasien perlu direkomendasikan untuk pemeriksaan dokter lenih lanjut untuk
memastikan etiologinya. (Ikawati, 2008).

Algoritma BATUK

 Batuk Berdahak

(MIMS, 2011).
 Batuk Kering
 TBC

(PDPI, 2006)
B. Pilek

1. Terapi Non farmakologi :


 Selesma
 Istirahat total. Menggunakan masker, terutama jika pasien hendak berinteraksi
dengan orang yang mengidap penyakit kronik atau mengalami penurunan sistem
imun.
 Minum banyak cairan, terutama yang hangat.
 Terapi inhalasi uap panas dapat membantu menghilangkan gejala hidung
tersumbat dan mempermudah pengeluaran lendir.
 Udara yang hangat dan lembab dapat membantu meredakan gejala.
 Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air.
 Hindari pemakaian bersam gelas minum dan benda-benda lainnya untuk
mencegah terjadinya penularan.
 Rhinitis allergi
 Sedapat mungkin hindari allergen
 Mengendalikan gejala-gejala pada hidung seringkali membantu memperbaiki
gejala pada mata yang disebakan oleh rhinitis allergi
 Influenza
 Minum banyak cairan dan cukup istirahat selama 1 sampai 3 hari sampai tubuh
pulih
 Hindari tempat-tempat umum untuk mencegah terjadinya penularan
 Hubungi dokter jika tidak ada perbaikan gejala dalam 2 hari atau kondisi tidak
juga pulih total dalam waktu 1 minggu
 Sinusitis
 Minum banyak cairan untuk membantu mengencerkan lendir yang terdapat di
dalam saluran pernafasan
 Terapi dengan inhalasi uap panas juga dapat membantu meredakan rongga sinus
yang meradang
 Jika kondisi memburuk sesudah 2 hari hubungi dokter
2. Terapi Farmakologi :
Pilihan obat merupakan preparat kombinasi untuk pilek biasanya mengandung
komponen berikut :
a. Dekongestan
Bekerja dengan melakukan penyempitan pembuluh darah kapiler. Misalnya pada
kondisi influenza, terjadi pelebaran pada pembuluh darah kecil (kapiler) pada
daerah hidung sehingga dapat mengakibatkan sumbatan. Dengan adanya
penyempitan dari pembuluh darah kapiler (kerja dekongestan), maka hidung
dapat menjadi lega kembali.
Macam-macam Dekongestan:
• Dekongestan Sistemik, seperti pseudoefedrin, efedrin, dan
fenilpropanolamin. Dekongestan sistemik diberikan secara oral (melalui
mulut). Meskipun efeknya tidak secepat topikal tapi kelebihannya tidak
mengiritasi hidung. Dekongestan sistemik harus digunakan secara hati-hati
pada penderita hipertensi, pria dengan hipertrofi prostat dan lanjut usia. Hal
ini disebabkan dekongestan memiliki efek samping sentral sehingga
menimbulkan efek samping takikardia (frekuesi denyut jantung
berlebihan), aritmia (penyimpangan irama jantung), peningkatan tekanan
darah atau stimulasi susunan saraf pusat.
• Dekongestan Topikal, digunakan untuk rinitis akut yang merupakan radang
selaput lendir hidung. Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam,
inhaler, tetes hidung atau semprot hidung. Dekongestan topikal (semprot
hidung) yang biasa digunakan yaitu oxymetazolin, xylometazolin,
tetrahydrozolin, nafazolin yang merupakan derivat imidazolin karena
efeknya dapat menyebabkan depresi SSP bila banyak terabsorbsi terutama
pada bayi dan anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-
anak. Penggunaan dekongestan topikal dilakukan pada pagi dan menjelang
tidur malam, dan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 24 jam.
Efedrin
• Efedrin adalah alkaloid yang dikenal sebagai obat simpatomimetik aktif
pertama secara oral. Efedrin sebagai obat adrenergik dapat bekerja
ganda dengan cara melepaskan simpanan norepinefrin dari ujung saraf
dan mampu bekerja memacu secara langsung di reseptor α dan β.
• Pada sistem kardiovaskuler, efedrin meninggikan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik melalui vasokonstriksi dan terpacunya
jantung. Efedrin berefek bronkodilatasi tetapi lebih lemah dan lebih
lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin memacu
ringan SSP sehingga menjadi sigap, mengurangi kelelahan, tidak
memberi efek tidur dan dapat digunakan sebagai midriatik.
• Efedrin digunakan sebagai dekongestan hidung, bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal bila diberikan secara topikal pada permukaan
mukosa hidung, karena itu bermanfaat dalam pengobatan kongesti
hidung pada Hay fever, rinitis alergi, influenza dan kelainan saluran
napas atas lainnya.

Pseudoefedrin

• Isomer dekstro dari efedrin dengan mekanisme kerja yang sama, namun
daya bronkodilatasinya lebih lemah, tetapi efek sampingnya terhadap
SSP dan jantung lebih ringan. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan
kombinasi untuk flu.
Dosis dewasa = 60 mg (4 x 1)

Dosis anak-anak = 2-5 thn; 15 mg (4-6 jam)

6-12 thn; 30 mg (4-6 jam)

No Nama Generik & Latin Nama Sediaan Pabrik


Dagang
1 Fenilpropanolamin + Nalgestan Tablet Medifarma
fenilefrin + CTM
2 Xilometazin Otrivin Tetes Novartis
Hidroklorida hidung
3 Dimethindene Maleat Fenistril Tetes Novartis
hidung Ind
4 Menthol + Camphora Vick Inhaler Inhalasi Procter &
Gamble
b. Penekan batuk, obat yang digunakan untuk menekan terjadinya batuk. Obat ini
tidak diperkenankan dipergunakan secara rutin. Infeksi virus menyebabkan pasien
memproduksi sekret dalam jumlah besar pada saluran pernapasan sehingga
meningkatkan kemungkinan untuk batuk berdahak. Fungsi dari batuk ini adalah
mengeluarkan sputum dan juga bakteri. Beberapa pasien, selama masa
penyembuhan, masih mengalami gatal pada tenggorokkan atau keinginan untuk
batuk bila terpapar oleh zat irritan dari luar seperti asap, debu, dan lain-lain. Gejala
ini, dikenal sebagai batuk kering lebih serius pada malam hari dan mempengaruhi
kualitas tidur pasien. Sirup batuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 Ekspektoran  untuk meningkatkan sekresi saluran pernapasan. Sekresi tidak
hanya melindungi mukosa saluran pernapasan, tetapi juga mengurangi
kekentalan sputum. Sputum yang tipis lebih mudah mengalir dan dikeluarkan.
Contoh: gliseril guaiakolat, ambroxol HCl.
 Antitusif  untuk nenyembuhkan batuk dengan menekan sistem saraf pusat.
Beberapa antitusif mengandung kodein yang berefek anestetik dan menyebabkan
pusing. Contoh: kodein HCl, dekstrometorfan.

c. Antihistamin
 Antagonis reseptor H1 berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasi reseptor,
yang mencegah ikatan dan kerja histamine. Antihistamin lebih efektif dalam
mencegah respon histamine daripada melawannya.
 Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua katogori utama: nonselektif (generasi
pertama atau antihistamin sedasi) dan selektif perifer (generasi kedua atau
antihistamin nonsedasi). Akan tetapi, masing-masing obat harus dipandang dari efek
sedasi spesifiknya karena ada variasi antar obat dalam kategori yang luas. Efek
sedative sentral mungkin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak.
Kebanyakan antihistamin lama bersifat larut lemak dan melewati sawar ini dengna
mudah. Obat yang selektif ke perifer memiliki sedikit atau tidak sama sekali efek ke
system saraf pusat atau otonom.
 Perbedaan gejala sebagian disebabkan oleh sifat antikolinergik, yang bertanggung
jawab pada efek pengeringan yang mengurangi hipersekresi kelenjar hidung, saliva
dan air mata. Antihistamin mengantagonis permeabilitas kapiler, pembentukan
bengkak dan rasa panas serta gatal.
 Mengantuk adalah efek samping yang paling sering dan dapat mengganggu
kemampuan mengemudi atau aktivitas kerja. Efek sedative bias menguntungkan
pada pasien yang sulit tidur karena gejala rhinitis.
 Walaupun efek antikolinergik (pengeringan) berperan dalam efikasi, efek samping
seperti mulut kering, kesulitan mengeluarkan urin, konstipasi dan efek
kardiovaskular potensial dapat terjadi. Antihistamin harus diberikan hati-hati pada
pasien yang berkecendrungan retensi urin dan pada mereka yang mengalami
peningkatan tekanan intraocular, hipertiroidisme dan penyakit kardiovaskular.
 Efek samping lainnya termasuk hilang nafsu makan, mual, muntah dan gangguan ulu
hati. Efek samping pada system pencernaan dapat dicegah dengan mengkonsumsi
obat bersama makanan atau segelas penuh air.
 Antihistamin lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum diperkirakan terjadinya
paparan pada allergen

Antihistamin Sedatif

No Nama Generik & Latin Nama Sediaan Pabrik


Dagang
1 Difenhidramin Benadryl 25 mg/caps Parke Davis
Hidroklorida
2 Dimenhidrinat Antimo 50 mg/tab Phapros
3 Tripelenamin Tripel Cream 2 % Corsa
Hidroklorida
4 Klorfeniramin Maleat Chlorphenon 4 mg/ tab Soho
/CTM 10 mg/ml vial
5 Prometazin Phenergan 1 mg/ml sirup Rhone Poulenc
Hidroklorida
6 Siproheptadin Pronicy 4 mg/ kaplet Kalbe F
Hidroklorida Alphahist salut Apex F
Antihistamin Non Sedatif

No Nama Generik & Latin Nama Sediaan Pabrik


Dagang
1 Terfenadine Terfin 60 Interbat
mg/tablet
2 Mebhydrolin Interhistin 50 Interbat
Napadisylate Histapan mg/tablet Sanbe F
3 Cetirizine Incidal-OD 10 mg/caps Bayer
Dihydrochloride

d. Analgesik dan anti inflamasi topikal


Analgesik bekerja membantu meredakan nyeri atau demam. Seperti parasetamol dan
aspirin. Anti inflamasi topical (salisilat topical) seperti methyl salicylate.

e. Nasal Steroid
Nasal steroid merupakan pengobatan yang efektif dengan efek samping
minimun. Beberapa ahli menyatakan bahwa nasal steroid dipercaya untuk
digunakan sebagai terapi awal untuk hay fever karena efisiensinya jika digunakan
secara tepat dan sambil menghindari alergen. Nasal steroid bekerja secara lokal
pada mukosa hidung dan tidak masuk ke dalam aliran sistemik.

Adapun mekanisme kerja dari nasal steroid adalah sebagai berikut:


• Menurunkan inflamasi dengan jalan menurunkan pengeluaran mediator inflamasi
• Menekan kemotaksis neutrofil
• Menurunkan edema intraseluler
• Menyebabkan vaskonstriksi menengah
• Menghambat reaksi fase akhir yang diperantarai oleh sel mast
Jenis Obat Dosis dan Interval
Beklometason diproprionat > 12 th: 1inhalasai (42 mcg) per lubang
hidung 2-4 kali sehari (max 336 mcg/hari)
6-12 th: 1 inhalasi per lubang hidung 3 kali
sehari
Beklometason diproprionat > 12 th: 1-2 inhalasi sekali sehari
monohidrat 6-12 th: 1 inhalasi sekali dalam dua hari
(dosis permulaan)
Budesonide > 6 th: 2 semprot (64 mcg) per lubang hidung
pagi dan malam atau 4 semprot pagi hari (max
256 mcg)
Flunisolide Dewasa: 2 semprot (50 mcg) per lubang
hidung sekali dalam dua hari
Fluticasone Dewasa: 2 semprot (100 mcg) per lubang
hidung sekali sehari, setelah bbrp hari
turunkan menjadi 1 semprot per lubang
hidung
Anak > 4th dan remaja: 1 semprot per lubang
hidung sekali sehari
Mometasone furoate > 12 th: 2 semprot (100 mcg) per lubang
hidung sekali sehari
Triamcinolone acetonide > 12 th: 2 semprot (110 mcg) per lubang
hidung sekali sehari (max 440 mcg/hari)

Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, nasal steroid memiliki


efek samping yang minor, seperti bersin, stinging, sakit kepala dan epitaksis.
Ada beberapa informasi mengenai penggunaan nasal steroid yang harus
disampaikan kepada pasien. Salah satunya adalah informasi bahwa nasal steroid
tidak langsung menunjukkan efek terapi sesaat setelah pemakaian, melainkan
harus menunggu sekitar 2-3 minggu hingga respon optimal dapat dilihat. Oleh
karena itu, pasien harus diberi pengertian mengenai hal ini dan dianjurkan untuk
meneruskan terapi. Setelah respon yang diinginkan tercapai, dosis penggunaan
dapat diturunkan. Perlu diperhatikan pula bahwa sebaiknya pasien diberikan
dekongestan terlebih dahulu apabila saluran napasnya tersumbat. Hal ini
dilakukan untuk memastikan penetrasi obat ini mencukupi. Pasien juga
disarankan untuk menghindari bersin atau membuang ingus minimal 10 menit
setelah pemberian obat.
Informasi penting lain yang harus disampaikan kepada pasien adalah
mengenai bagaimana cara menggunakan inhaler dengan baik dan benar untuk
memastikan bahwa obat mencapai daerah sasaran yang diharapkan. Adapun
beberapa langkah penggunaan inhaler yang tepat adalah sebagai berikut:
1. Buka tutup tromol dan pegang inhaler tegak lurus
2. Kocok inhaler
3. Agak miringkan kepala ke belakang dan hembuskan napas
4. Posisi inhaler dengan salah satu cara berikut ini (posisi gambar 1 optimal,
sedangkan posisi gambar 3 dapat diterima jika pasien mengalami kesulitan
dengan posisi yang ditunjukkan dalam gambar 1 atau 2) :
a. Buka mulut dengan jarak 1 – 2 inci dari inhaler
b. Gunakan spacer (dianjurkan terutama untuk anak-anak)
c. Masukkan ke dalam mulut
5. Tekan inhaler ke bawah untuk melepaskan obat bersamaan dengan mulai
menarik napas perlahan
6. Tarik napas perlahan (3 – 5 detik)
7. Tahan napas selama 10 detik untuk membiarkan obat mencapai bagian dalam
paru
8. Ulangi isapan (puff) seperti di atas. Tunggu selama 1 menit di antara isapan
(puff) sehingga isapan (puff) ke dua penetrasi lebih baik ke dalam paru

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


f. Suplemen
Diantaranya asam askorbat, jus lemon, teh herbal, bioflavonoid, beta karoten,
Echinaceae. Vitamin C dalam dosis tinggi (3-4 dd 1000 mg) berkhasiat meringankan
gejala dan mempersingkat lamanya infeksi. Dosis di atas 2,5 g sehari.
Algoritma Pilek
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1.Batuk
- Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan
dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing
yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi.
- Batuk dapat dipicu oleh bergbagai iritan yang memasuki cabang trakeobronkial
melalui inhlasi (asap, debu, asap rokok ) atau melalui aspirasi (sekresi jalan nafas,
benda asing, isi lambung ).
- Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu : Fase iritasi, Fase
inspirasi, Fase kompresi, Fase ekspirasi/ ekspulsi.
- Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala
tersebut antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-
bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan.
- Durasi batuk digolongkan menjadi 3 kategori :
Akut, batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu
Sub akut, batuk yang tterjadi selama 3-8 minggu
Kronis, batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu
- Berdasar sebabnya :
Batuk kering
Batuk berdahak
Batuk yang khas

2. Pilek

- Pilek (common cold) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian
atas
- Pilek terutama disebabkan oleh infeksi virus,daya tahan tubuh yang menurun atau
adanya alergi di hidung dan kerongkongan. Penularan penyakit ini bisa terjadi
melalui percikan bersin atau ludah penderita yang mengandung virus dan masuk
melalui saluran pernafasan.
- Mekanisme Pilek dibagi menjadi 3 fase : Fase Pertama (Sehari-dua hari pertama),
Fase Kedua (Hari-hari selanjutnya),Fase Ketiga (Hari-hari terakhir)
- Gejala pilek ditandai dengan tersumbatnya saluran pernapasan, tidak enak badan,
kepala terasa pening dan berdenyut-denyut, bersin-bersin, ingus yang cair meleleh
keluar dari hidung, temperatur tubuh naik atau demam ringan, mata merah dan terasa
sakit, sakit tenggorokan sehingga sulit menelan, suara serak dan batuk-batuk.
- Klasifikasi pilek :
1. Pilek non alergi
2. Selesma
3. Rhinitis Alergi
4. Sinusitis

3.2 SARAN
Sebagai seorang apoteker kita harus dapat menentukan obat yang digunakan
oleh pasien sesuai dengan keadaan kliniknya, dosis yang dibutuhkannya, dan jangka
penggunaan yang sesuai, juga harga yang terjangkau sehingga diperoleh pengobatan
yang rasional untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 10. Jakarta : PT. Info Master.

Anonim.2007. The Common Cold. University of Connecticut Student Health Services.

BMJ Group. 2009. The Common Cold. Publishing Group Limited.

Compass Pharma Edition. 2008. Batuk & Pilek. PT. Jardine Lloyd Thompson.

Hemila, H. and Z.S. Herman. 1995. Vitamin C and The Common Cold: A Retrospective
Analysis of Chalmers’ Review. Journal of the American College of Nutrition 14 (2) :
116-123. American College of Nutrition.

Ikawati, Zullies. 2008. Farmakologi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Pustaka


Adiputra.
Jensen, Susan. 2003. The Common Cold.Health&Safety Notes California Childcare Health
Program.

PDPI. 2006. Tuberculosis. Jakarta : PDPI.


Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II, Edisi IV . Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi keenam. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
USCD Student Health Service. 2007. Influenza.

Anda mungkin juga menyukai