Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PATOLOGI PADA SISTEM PERNAFASAN

Disusun oleh:

NAMA KELOMPOK
1. Nur An’nisa Fitri (2201072)
2. Riska Dwi Juniarti (2201082)
3. Febriani Eva Bani (2201034)
4. Nicolau Dee Jesus (2201068)
FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISAN MEDIS
PRODI DIII RADIOLOGI
2024/2025

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Sistem pernapasan merupakan bagian penting dari tubuh manusia yang memainkan peran krusial
dalam memastikan kelangsungan hidup dan kesejahteraan. Melalui makalah ini, kami ingin
mengajak kita semua untuk menjelajahi berbagai penyakit yang dapat memengaruhi sistem
pernapasan, yang sering kali diabaikan namun memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan
dan kualitas hidup individu.
Oleh karna itu pada makalah ini kami akan membahas mengenai beberapa patologi yang terjadi
pada sistem pernafasan,kami juga berterimkasih kepada kerja sama tim kami yang telah sama-
sama Menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh sebab itu kami
menantikan kritik dan saran dari dosen pembibing mata kuliah patologi.Sekian dari kami semoga
kita semua selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa.

Salam Hormat

Penulis
“PATOLOGI PADA SISTEM PERNAFASAN”

A. Influenza (Flu)
Influenza adalah: Infeksi virus yang menyebabkan gejala seperti demam, batuk,
pilek, sakit tenggorokan, dan kelelahan. Virus influenza dapat menyerang saluran
pernapasan bagian atas dan bawah. Influenza juga adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza. Virus ini menyerang sistem pernapasan, terutama pada
hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Gejala umumnya meliputi demam, pilek, batuk,
sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Influenza dapat menyebar
dengan mudah melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.
Penyakit ini biasanya berlangsung selama 1 hingga 2 minggu, tetapi gejalanya
dapat berat dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius, terutama pada kelompok
rentan seperti anak-anak kecil, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan yang
lemah.
Vaksinasi tahunan adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi influenza dan
mengurangi risiko penularan kepada orang lain. Selain itu, praktik kebersihan yang baik
seperti mencuci tangan secara teratur, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin,
dan menghindari kontak dengan orang yang sakit juga penting dalam mencegah
penyebaran virus influenza.

Gambar virus influenza


B. Pneumonia

Pneumonia adalah kondisi infeksi pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh
berbagai agen infeksi seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Infeksi ini mengakibatkan
peradangan pada jaringan paru-paru, yang menyebabkan gejala seperti demam, batuk
berdahak atau berdarah, sesak napas, nyeri dada, kelelahan, dan kadang-kadang
menggigil.
Pneumonia dapat mempengaruhi berbagai kelompok usia, tetapi anak-anak kecil,
orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah lebih rentan
terhadap kondisi ini. Faktor risiko lainnya termasuk merokok, kondisi medis kronis
seperti penyakit paru obstruktif kronis (COPD) atau diabetes, serta paparan terhadap
polusi udara atau asap rokok.
Pengobatan pneumonia tergantung pada penyebab infeksinya. Biasanya, antibiotik
diresepkan untuk pneumonia bakterial, sementara obat antivirus atau terapi suportif
mungkin direkomendasikan untuk pneumonia virus. Penting untuk segera mengobati
pneumonia, terutama pada individu dengan kondisi kesehatan yang rentan, untuk
mencegah komplikasi serius seperti abses paru-paru, sepsis, atau gagal napas.

Gambar virus pneumonia


C. Bronkitis

Bronkitis adalah kondisi peradangan pada saluran bronkus, yaitu saluran udara yang
menghubungkan trakea (tenggorokan) dengan paru-paru. Penyebab umum bronkitis
adalah infeksi virus, meskipun bisa juga disebabkan oleh bakteri atau faktor lainnya
seperti paparan asap rokok atau polusi udara. Berdasarkan durasi dan sifat penyakitnya,
bronkitis dapat dibagi menjadi dua jenis utama:
1. Bronkitis Akut: Ini adalah kondisi yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri. Gejalanya bisa termasuk batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan kadang-kadang
demam. Biasanya, bronkitis akut sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu
dengan perawatan yang tepat.
2. Bronkitis Kronis: Ini adalah kondisi peradangan kronis pada bronkus yang
berlangsung selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun. Penyebab utama
bronkitis kronis adalah merokok, tetapi bisa juga disebabkan oleh paparan polusi
udara atau zat iritan lainnya. Gejalanya meliputi batuk kronis yang dapat
menghasilkan lendir berlebih, sesak napas, dan kelelahan.
Pencegahan bronkitis termasuk menjaga kebersihan tangan, menghindari kontak dengan
orang yang sakit, dan menghindari paparan terhadap asap rokok atau polutan udara.
Pengobatan biasanya melibatkan perawatan simtomatik, seperti obat batuk atau obat
pereda demam, serta menjaga hidrasi yang cukup. Dalam kasus infeksi bakteri, antibiotik
mungkin diresepkan oleh dokter. Pada bronkitis kronis, manajemen terutama berfokus
pada pengelolaan gejala dan menghindari faktor risiko seperti merokok. Jika Anda
mengalami gejala bronkitis yang parah atau berkepanjangan, penting untuk berkonsultasi
dengan dokter untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.

Virus bronchitis
D. Asma
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai oleh
peradangan dan penyempitan pada saluran udara, yang menyebabkan kesulitan bernapas.
Salah satu ciri khas asma adalah adanya serangan asma, di mana gejala menjadi lebih
parah dan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pada individu dengan asma, saluran udara menjadi lebih sensitif terhadap berbagai
pemicu, yang dapat menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan penyempitan pada
saluran udara. Gejala asma dapat bervariasi dari ringan hingga parah, dan meliputi:

1. Sesak Napas: Merasa kesulitan bernapas, terutama saat aktivitas fisik atau di malam
hari.
2.Batuk: Terutama batuk yang terutama terjadi pada malam hari atau dini hari.
3.Napas Berbunyi: Suara seperti siulan atau mendesis saat bernapas.
4.Dada Berat: Sensasi tertekan atau nyeri di dada.
5.Kesulitan Bernapas: Sulit untuk mengambil napas dalam-dalam.

Asma dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti alergen (misalnya debu,
serbuk sari, bulu hewan), polusi udara, infeksi saluran pernapasan, olahraga, dan stres.
Namun, penyebab pasti terjadinya asma masih belum sepenuhnya dipahami.

Pengelolaan asma melibatkan penghindaran pemicu yang memicu serangan asma,


penggunaan obat-obatan seperti inhaler bronkodilator untuk meredakan gejala akut, dan
penggunaan obat pengontrol asma untuk mengurangi peradangan dan mencegah serangan
asma. Pendidikan pasien dan pengawasan medis yang teratur juga merupakan bagian
penting dari manajemen asma untuk mengontrol gejala dan mencegah komplikasi.
E. Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah suatu kondisi penyakit paru kronis yang
ditandai oleh penyempitan permanen saluran udara, yang biasanya memburuk seiring
waktu. Penyempitan ini umumnya disebabkan oleh paparan zat-zat berbahaya, terutama
asap rokok, namun juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya seperti polusi
udara dalam ruangan dan luar ruangan.
PPOK mencakup dua kondisi utama:
1. Bronkitis Kronis: Merupakan peradangan dan iritasi kronis pada saluran udara yang
menghasilkan lendir berlebihan. Gejalanya meliputi batuk kronis yang berdahak,
sesak napas, dan produksi lendir yang berlangsung selama setidaknya 3 bulan dalam
satu tahun selama dua tahun berturut-turut.
2. Emfisema: Merupakan kerusakan pada dinding-dinding kecil dari kantong udara
(alveoli) di paru-paru. Hal ini mengakibatkan berkurangnya elastisitas paru-paru dan
kehilangan kemampuan paru-paru untuk mengembang dan mengempis dengan baik.
Gejalanya meliputi sesak napas yang bertambah berat saat aktivitas, napas dangkal,
dan kelelahan.
 Gejala PPOK dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan dapat termasuk:
 Batuk kronis yang berdahak.
 Sesak napas, terutama saat aktivitas.
 Produksi lendir berlebihan.
 Napas terengah-engah.
 Kehilangan berat badan yang tidak disengaja.
 Kelelahan.
 Keseimbangan tubuh cenderung terganggu karena kekurangan oksigen.
Pengelolaan PPOK meliputi penghindaran paparan faktor risiko yang dapat
memperburuk kondisi, seperti berhenti merokok, menghindari polusi udara, dan
memperbaiki kualitas udara dalam ruangan. Pengobatan juga termasuk penggunaan obat-
obatan bronkodilator dan anti-inflamasi, terapi oksigen, serta program rehabilitasi paru-
paru untuk membantu meningkatkan kualitas hidup dan mengelola gejala. adalah suatu
kondisi penyakit paru kronis yang ditandai oleh penyempitan permanen saluran udara,
yang biasanya memburuk seiring waktu. Penyempitan ini umumnya disebabkan oleh
paparan zat-zat berbahaya, terutama asap rokok, namun juga dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan lainnya seperti polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan.

F. Tuberkolosis(TB)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga
dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang, dan otak.
Tuberkulosis terjadi melalui penularan udara ketika seseorang yang terinfeksi TB
paru-paru mengeluarkan bakteri melalui batuk, bersin, atau berbicara, kemudian bakteri
tersebut masuk ke udara dan dihirup oleh orang lain. Meskipun tuberkulosis biasanya
menyerang paru-paru (TB paru), ada juga jenis lain, seperti TB tulang, TB ginjal, TB
kelenjar getah bening, TB usus, dan TB otak.
Gejala umum tuberkulosis paru-paru termasuk:
 Batuk berkepanjangan, terkadang dengan dahak berdarah.
 Demam dan kedinginan yang terus-menerus.
 Penurunan berat badan yang tidak disengaja.
 Berkeringat di malam hari.
 Kelelahan dan kelemahan yang berkelanjutan.
 Nyeri dada.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang terpapar bakteri TB akan
sakit tuberkulosis. Dalam beberapa kasus, bakteri TB dapat diam-diam berada dalam
tubuh tanpa menyebabkan gejala aktif. Ini disebut sebagai infeksi TB laten, di mana
orang tersebut tidak merasakan gejala dan tidak menularkan penyakit ke orang lain,
namun bakteri tetap berada dalam tubuh dan dapat menjadi aktif di masa depan.
Diagnosis tuberkulosis biasanya melibatkan tes tuberkulin atau tes interferon
gamma release untuk mendeteksi paparan TB, serta pemeriksaan dahak atau tes darah
untuk mengkonfirmasi infeksi aktif. Pengobatan tuberkulosis melibatkan penggunaan
regimen antibiotik yang tepat dan teratur selama beberapa bulan hingga tahun, tergantung
pada jenis tuberkulosis dan tingkat keparahan penyakitnya. Penting untuk mengikuti
rencana pengobatan dengan ketat untuk mencegah resistensi obat dan mencegah
penyebaran infeksi ke orang lain.
G. Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai oleh berhentinya napas secara berulang
selama tidur. Ada dua jenis utama sleep apnea:
1. Obstruktif Sleep Apnea (OSA): Jenis sleep apnea yang paling umum terjadi. Pada
OSA, saluran napas tersumbat atau terhalang secara parsial selama tidur,
menyebabkan pernapasan terhenti atau menjadi dangkal. Hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti relaksasi otot tenggorokan yang berlebihan atau struktur
tubuh yang menyebabkan penyempitan saluran napas.

2. Central Sleep Apnea (CSA): Jenis sleep apnea yang kurang umum terjadi. Pada CSA,
otak tidak mengirimkan sinyal yang tepat kepada otot pernapasan, menyebabkan
berhentinya napas sementara. Ini dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan sistem
saraf pusat, seperti stroke atau penyakit neurologis lainnya.
Gejala sleep apnea termasuk:
 Berhenti bernapas (apnea) selama tidur, sering kali diamati oleh pasangan tidur.
 Napas yang terhenti atau dangkal selama tidur.
 Kebisingan napas yang keras dan berisik saat tidur (sering disebut sebagai
mendengkur).
 Pilek atau kesulitan bernapas saat terbangun.
 Bangun dengan sakit kepala pagi, rasa lelah, atau kantuk berlebihan di siang hari.
 Kesulitan berkonsentrasi dan masalah memori.
 Sering buang air kecil di malam hari (nokturia).
Sleep apnea dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan yang serius jika tidak
diobati, termasuk penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes, dan masalah kesehatan
mental. Oleh karena itu, diagnosis dini dan pengobatan sleep apnea sangat penting.
Pengobatan sleep apnea dapat melibatkan berbagai pendekatan, termasuk perubahan gaya
hidup (seperti penurunan berat badan atau menghindari alkohol dan obat-obatan tertentu),
penggunaan alat bantu pernapasan seperti Continuous Positive Airway Pressure (CPAP),
atau dalam kasus yang lebih parah, pembedahan untuk mengoreksi struktur saluran napas
yang mungkin menyebabkan penyumbatan. Pilihan pengobatan tergantung pada jenis
sleep apnea, keparahan gejala, dan kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai