Tingkat : 1A
NIM : 34403519007
Pada bayi dan anak-anak, gejala lain yang mungkin bisa menyertai,
adalah sulit makan, rewel, dan gangguan tidur.
b) Faktor Risiko :
- Kebiasaan merokok
- Riwayat terpajan polusi udara (lingkungan dan tempat kerja),
- Hipereaktivitas bronkus
- Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
- Defisiensi alfa-1 anti tripsin,
- Jenis kelamin laki-laki dan ras (kulit putih lebih berisiko).
c) Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah gangguan pada otot jantung. Kardiomiopati
dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung,
penggumpalan darah, henti jantung, dan gangguan katup jantung.
d) Stroke
Stroke adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah menuju
otak terganggu akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah.
Tanpa pasokan darah yang cukup, otak tidak akan mendapatkan
asupan oksigen dan nutrisi. Akibatnya, sel-sel di otak akan rusak.
Berikut ini adalah kebiasaan hidup sehat yang dapat diterapkan untuk
menjaga kesehatan sistem kardiovaskuler Anda:
Berhenti merokok
Merokok adalah salah satu faktor risiko pada penyakit jantung. Hal
ini karena bahan kimia di rokok dapat merusak dan menyebabkan
penyempitan di pembuluh darah. Oleh karena itu, Anda sebaiknya
berhenti merokok untuk mencegah munculnya penyakit jantung.
F. GAGAL NAFAS
Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat pada sistem
respirasi berupa kegagalan sistem respirasi dalam menjalankan fungsinya,
yaitu oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida.
Patofisiologi gagal napas adalah ketidakseimbangan ventilasi dan
perfusi paru yang menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi
karbon dioksida dan gangguan pembuangan karbon dioksida yang
menyebabkan hiperkapnia.
Ketidakseimbangan Ventilasi Dan Perfusi
Paru normal memiliki rasio ventilasi dan perfusi (V/Q ratio) pada
nilai tertentu. Kelainan pada jalan napas, parenkim paru, dan sirkulasi paru
akan mempengaruhi rasio ventilasi dan perfusi sehingga dapat
menyebabkan sesak napas hingga gagal napas pada keadaan berat. Secara
garis besar, terdapat empat gambaran klinis paru berdasarkan rasio
ventilasi dan perfusi.
● Keadaan normal dengan rasio ventilasi dan perfusi seimbang
● Keadaan dead space, yaitu ventilasi normal, namun perfusi berkurang
sehingga rasio V/Q meningkat. Dampaknya, tidak terjadi pertukaran
gas pada area ini dan udara yang diventilasi menjadi sia sia
● Keadaan shunt, yaitu terjadi penurunan ventilasi namun perfusi
normal atau tidak menurun separah ventilasi sehingga rasio V/Q
menurun. Dampaknya adalah sirkulasi yang melalui area ini tidak
mendapatkan oksigenasi yang adekuat dan menyebabkan hipoksemia
dan hiperkapnia. Pada kerusakan paru luas seperti pada tuberkulosis
paru, area shunt dapat menjadi banyak dan menyebabkan hipoksemia
yang bermakna pada pasien
● Silent unit, merupakan segmen paru yang tidak mendapatkan ventilasi
dan perfusi
Penyebab utama dari gagal napas hipoksemik adalah
ketidakseimbangan V/Q. Beberapa penyebab ketidakseimbangan ini
misalnya emboli paru, obstruksi jalan napas, pneumonia, atelektasis.
Hipoksemia pada keadaan-keadaan ini umumnya dapat dikoreksi
sementara dengan bantuan terapi oksigen dan ventilasi mekanik.
- Right-To-Left Shunt
Pirau dari kanan ke kiri atau right-to-left shunt terjadi akibat
sirkulasi paru (sirkulasi kanan) yang langsung masuk ke sirkulasi
sistemik (sirkulasi kiri) tanpa melewati alveolus sehingga darah tidak
mengalami oksigenasi. Semakin besar aliran pada pirau ini, maka
akan semakin berat hipoksemia yang terjadi. Keadaan hipoksemia
pada kasus ini tidak dapat dikoreksi dengan suplementasi oksigen.
Terapi harus dengan koreksi langsung penyebab adanya pirau.
- Fraksi Oksigen Rendah
Rendahnya oksigen yang diinspirasi lebih sering ditemukan
pada orang-orang pada dataran tinggi. Tekanan parsial oksigen pada
lingkungan dataran tinggi lebih rendah dibandingkan permukaan laut.
Keadaan ini juga dapat ditemukan pada orang yang menghirup
kembali udara ekspirasi. Rendahnya fraksi oksigen juga dapat
menjadi penyebab hipoksemia pada pasien yang sudah terpasang
ventilator. Hal ini mungkin terjadi bila ventilator mengalami
malfungsi.
- Gangguan Difusi
Pada keadaan seperti edema paru akut, terjadi gangguan
pertukaran gas alveolus dengan sirkulasi paru. Gangguan seperti ini
terutama mempengaruhi pertukaran oksigen. Karbon dioksida
memiliki kelarutan di air yang besar sehingga tidak menerima dampak
sebesar oksigen.
- Hiperkapnia
Penyebab hiperkapnia pada gagal napas hiperkapnik secara
garis besar ada dua, yaitu peningkatan produksi karbon dioksida dan
gangguan pembuangan karbon dioksida. Faktor yang paling berperan
adalah pembuangan karbon dioksida. Parameter ventilasi alveolar
(VA) dipakai untuk menjelaskan pembuangan karbon dioksida.
Retensi karbon dioksida terjadi akibat hipoventilasi alveolar. Sebab-
sebab hipoventilasi alveolar adalah:
Penurunan Frekuensi Pernapasan
Penurunan frekuensi pernapasan terjadi akibat penurunan dorongan
napas (respiratory drive). Secara garis besar, depresi napas ini
disebabkan:
● Obat dengan efek sedasi
● Cedera kepala
● Infeksi intrakranial
● Tumor intrakranial
Depresi napas ini umumnya juga disertai dengan penurunan
kesadaran sehingga meningkatkan risiko aspirasi pada saluran napas.
Selain depresi napas, gangguan neuromuskular pada n. frenikus dan
otot diafragma juga dapat menyebabkan gagal napas dengan
hipoventilasi berat.
- Penurunan Volume Tidal
Penurunan volume tidal menyebabkan penurunan oksigenasi
dan penurunan pembuangan karbon dioksida. Penurunan ini dapat
disebabkan oleh kelainan neuromuskular pada otot-otot pernapasan.
Selain itu, juga dapat disebabkan karena masalah pada dinding dada
yang menganggu mekanika pernapasan, misalnya:
● Kyphoscoliosis
● Flail chest
● Distensi abdomen hebat (misalnya akibat asites masif)
● Masalah pada pleura (misalnya pneumothoraks dan efusi pleura
masif)
- Peningkatan Volume Dead Space
Pada penyakit seperti emfisema, terjadi penurunan komplians
paru dan peningkatan volume dead space. Emboli paru juga dapat
meningkatkan volume dead space karena menyebabkan tidak adanya
perfusi pada area yang disumbat embolus. Pada mulanya tubuh akan
berusaha melakukan kompensasi dengan hiperventilasi, namun lama-
kelamaan akan mengalami kelelahan sehingga mulai terjadi
hiperkapnia.
G. TUMOR GANAS
Kanker paru merupakan segala bentuk keganasan yang terdapat pada paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam
praktik klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah
tumor ganas yang berasal dari
epitel bronkus (bronchogenic
carcinoma). Paparan asap rokok
faktor risiko utama terjadinya
kanker paru. Sebagian pasien
kanker paru sel kecil maupun
kanker paru non sel kecil memiliki
riwayat paparan terhadap asap rokok.
- Etiologi
Etiologi tersering dari kanker paru adalah paparan terhadap asap
rokok. Paparan asbestos berkaitan dengan kanker paru, mesotelioma
pleura, dan fibrosis paru. Paparan asbestos meningkatkan risiko terjadinya
kanker paru sebesar 5 kali dan bersifat sinergis dengan asap rokok dalam
meningkatkan terbentuknya kanker paru. Dari seluruh jenis histologi dari
kanker paru, kanker paru sel kecil dan karsinoma sel skuamosa memiliki
korelasi terbesar dengan rokok, berhenti merokok berhubungan dengan
peningkatan kesintasan. Insiden kanker paru sel kecil juga meningkat pada
penambang uranium. Paparan terhadap gas radon yang merupakan
produksi dari peluruhan uranium dilaporkan dapat menyebabkan kanker
paru sel kecil.
Rokok maupun asap rokok mengandung lebih dari 60 zat beracun yang
dapat memicu perkembangan kanker (karsinogenik). Jenis zat beracun
tersebut antara lain adalah nikotin dan tar. Nikotin dipakai sebagai bahan
insektisida, sedangkan tar digunakan dalam pembuatan aspal jalanan.
Pada tahap awal, zat beracun ini tidak memengaruhi fungsi organ paru.
Namun semakin banyak rokok yang dihisap, kerusakan pada jaringan
paru-paru juga akan makin bertambah. Kerusakan inilah yang
mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal dan tidak terkendali,
hingga akhirnya muncul sel kanker.
- Faktor Risiko
Riwayat kesehatan keluarga
Risiko seseorang untuk terkena kanker paru-paru akan makin tinggi
jika salah satu anggota keluarganya pernah menderita kanker ini.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang tinggi paparan bahan kimia berbahaya, seperti
arsen, asbes, nikel, dan batu bara, berisiko menyebabkan pekerjanya
mengalami kerusakan pada paru-paru.
Lingkungan tempat tinggal
Batuan dan tanah dapat mengandung gas beracun alami (radon). Radon
juga bisa ditemukan di bangunan tua. Jika sering dihirup, radon dapat
merusak paru-paru.
Polusi udara
Paparan polusi udara dalam aktivitas sehari-hari, misalnya asap
kendaraan di jalan raya atau asap pabrik di lingkungan kerja, akan
meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru-paru.
Terapi radiasi
Pasien kanker jenis lain yang menjalani pengobatan dengan metode
radioterapi memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru-
paru.
- Gejala Kanker Paru
1. Batuk kronis yang dapat disertai dahak atau darah
2. Suara serak
3. Tubuh lemas
4. Berat badan turun drastis
5. Nyeri dada
6. Sesak napas
Jika kanker telah menyebar hingga ke organ atau bagian tubuh lain, dapat muncul
gejal-gejala tambahan, seperti:
1. Sakit kepala
2. Nyeri tulang dan sendi
3. Mata dan kulit menguning
4. Pembengkakan di leher dan wajah
5. Penurunan daya ingat
6. Mati rasa di lengan atau tungkai
7. Gangguan keseimbangan
- Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan kanker dilakukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, dan stadium
kanker, serta kondisi pasien secara keseluruhan. Ada beberapa jenis pengobatan
yang dapat dilakukan dokter, yaitu: operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi target.
- Pencegahan Kanker Paru
Kanker paru-paru dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko munculnya kanker ini. Cara yang dapat dilakukan adalah:
1. Jangan merokok, berhentilah merokok, dan hindari asap rokok. Ini
merupakan cara utama untuk mencegah kanker paru-paru.
2. Gunakan alat pelindung diri di tempat kerja yang banyak paparan bahan
kimia berbahaya.
3. Lakukan pemeriksaan secara rutin, terutama bila Anda memiliki riwayat
merokok atau bekerja di lingkungan yang tinggi paparan bahan kimia.
4. Perbanyak konsumsi buah dan sayur, serta hindari mengonsumsi suplemen
vitamin dalam dosis besar.
5. Lakukan olahraga secara teratur selama 30 menit tiap harinya.
H. TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC
merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan
terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil
dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis sendiri dapat
menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum
adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru.
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui orang yang telah
mengidap TBC. Kemudian, batuk atau bersin menyemburkan air liur yang
telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang sehat yang kekebalan
tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Walaupun biasanya
menyerang paru-paru, penyakit ini dapat memberi dampak juga pada
tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening,
dan lainnya.
- Penyebab Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara
melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB. Nama
bakteri TB adalah Mycobacterium tuberculosis. Berikut ini beberapa
kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB:
Orang yang sistem kebebalan tubuhnya menurun. Contohnya,
pengidap diabetes, orang yang menjalani rangkaian kemoterapi, atau
pengidap HIV/AIDS.
Orang yang mengalami malanutrisi atau kekurangan gizi.