Anda di halaman 1dari 16

RANGKUMAN PERKULIAHAN

Nama : Alifebri Raihan Firdaus

Tingkat : 1A

NIM : 34403519007

A. PROSEDUR DIAGNOSTIC PADA PENYAKIT PERNAPASAN


Penyakit paru adalah suatu gangguan pernafasan yang cukup
umum. penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari
genetik, infeksi, risiko pekerjaan, maupun kebiasaan merokok. Tugas
utama dokter spesialis paru adalah mendiagnosis dan menentukan jenis
pengobatan yang tepat untuk berbagai masalah pada sistem pernafasan.
Ada cukup banyak gejala yang bisa muncul ketika paru-paru mengalami
gangguan mulai dari batuk yang tak kunjung sembuh, sesak nafas, hingga
batuk berdarah. pada keadaan tertentu dokter umum akan merujuk ke
dokter spesialis paru.

Cara Dokter Spesialis Paru Mendiagnosis Penyakit


Tidak hanya mengobati penyakit yang berhubungan dengan paru-
paru, dokter spesialis paru juga memiliki tugas untuk melakukan
pemeriksaan dan prosedur medis yang berkaitan dengan paru-paru dan
sistem pernapasan. Prosedur medis yang biasa mereka lakukan adalah:

 Tes fungsi paru, untuk mengetahui seberapa baik kinerja paru-paru.


 Bronkoskopi, untuk memeriksa saluran pernapasan dan melihat
kemungkinan adanya masalah pada trakea, tenggorokan, atau laring.
 Uji oksimetri nadi, untuk melihat tingkat saturasi oksigen di dalam darah.
 Thoracocentesis, untuk mengeluarkan cairan atau udara dari dalam paru-
paru.
 Sleep study, untuk mendiagnosis gangguan tidur seperti apnea tidur.
 Biopsi pada pleura dan paru, yaitu pengambilan sampel jaringan untuk
diperiksa lebih lanjut.
 Lobektomi, untuk mengangkat salah satu lobus paru-paru.
 USG dada, untuk memeriksa dan melihat struktur organ pernapasan.
 Manajemen jalan napas dan trakeostomi, untuk mengamankan jalan napas
dan memastikan fungsi pernapasan dapat berjalan dengan baik.

B. TANDA DAN GEJALA PENTING PADA PENYAKIT


PERNAPASAN
 Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan
Infeksi saluran pernapasan atau respiratory tract infections adalah
infeksi yang menyerang saluran pernapasan manusia. Infeksi ini
disebabkan oleh bakteri atau virus. Berdasarkan lokasinya, infeksi
saluran pernapasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu infeksi saluran
pernapasan atas dan bawah.
Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract
infections (URI/URTI) adalah infeksi yang terjadi pada rongga hidung,
sinus, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang termasuk dalam
infeksi ini adalah pilek, sinusitis, tonsillitis, dan laringitis.
Infeksi saluran pernapasan bawah atau lower respiratory tract
infections (LRI/LRTI) terjadi pada jalan napas dan paru-paru. Contoh
infeksi saluran pernapasan bawah adalah bronkitis, bronkiolitis, dan
pneumonia.
 Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernapasan
Infeksi saluran pernapasan dapat dialami oleh segala usia. Namun,
kondisi ini lebih rentan diidap oleh anak-anak karena sistem
pertahanan tubuh mereka terhadap virus penyebab infeksi belum
terbentuk.
 Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan
 Infeksi saluran pernapasan atas, di antaranya adalah Influenza dan
Parainfluenza, Thinoviruses, Epstein-Barr Virus (EBV),Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup A, Pertussis, serta
Diphteria.
 Infeksi saluran pernapasan bawah, di antaranya adalah Influenza
A, human metapneumovirus (hMPV), Respiratory Syncytial
Virus (RSV), Varicella-Zoster Virus(VZV), Streptococcus
pneumoniae, H. influenza, Klebsiella pneumoniae,
Enterobacteria, Staphylococcus aureus, dan bakteri anaerob.
Infeksi saluran pernapasan bisa menular jika kamu tidak sengaja
menghirup percikan air liur yang mengandung virus atau bakteri yang
dikeluarkan pengidap saat ia batuk atau bersin/benda yang terpapar.
 Gejala Infeksi Saluran Pernapasan
Gejala infeksi saluran pernapasan : 3-14 hari, antara lain:
 Batuk.
 Hidung tersumbat.
 Pilek.
 Bersin-bersin.
 Nyeri otot, tenggorokan, kepala.
 Demam.
Gejala infeksi saluran pernapasan bawah, antara lain:
 Batuk berdahak.
 Sesak napas.
 Mengi.
 Demam.

Pada bayi dan anak-anak, gejala lain yang mungkin bisa menyertai,
adalah sulit makan, rewel, dan gangguan tidur. 

 Komplikasi Infeksi Saluran Pernapasan


Komplikasi yang bisa terjadi akibat infeksi saluran pernapasan, antara
lain:
 Infeksi saluran pernapasan atas, meliputi pneumonia, bronkitis,
infeksi telinga tengah (otitis media), atau meningitis yang menyebar
dari sinusitis.
 Infeksi saluran pernapasan bawah, meliputi sepsis, empiema, abses
paru, dan efusi pleura. 
 Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan
Pada infeksi saluran pernapasan atas, seperti bronkitis, dan
bronkiolitis yang umumnya disebabkan oleh virus, tidak perlu diobati,
karena biasanya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Pengidap dapat meredakan gejala dengan mandi air hangat, minum air
hangat, berkumur air garam, mengompres wajah dengan air hangat,
menghindari udara dingin, banyak minum air, dan beristirahat. Pengidap
juga dapat mengonsumsi obat yang dijual bebas, seperti paracetamol untuk
demam atau obat batuk pilek lainnya.
Pada infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri,
dokter akan memberikan antibiotik. Tujuan pemberian obat tersebut
adalah untuk mengobati infeksi dan mencegah komplikasi. 
 Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan
 Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
 Berolahraga secara teratur.
 Berhenti merokok dan menghindari asap rokok.
 Mengurangi tingkat stres.
 Menghindari kontak langsung dengan pengidap infeksi.
 Mencuci tangan setelah melakukan kegiatan.

C. POLA OBSTRUKTIF PADA PENYAKIT PERNAPASAN


a) PPOK
Istilah Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau chronic
obstructive pulmonary desease (COPD) ditunjukan untuk mengelompokan
penyakit-penyakit yang mempunyai gejala yang berupa terhambatnya arus
udara pernapasan. Penyakit-penyakit yang dalam kondisi kronis dapat
masuk kategori PPOK seperti: brochitis kronis, emfisema atau
bronkiektasis. PPOK merupakan penyakit dengan ciri khas yaitu adanya
obstruksi pada saluran napas. Penyebab utama obstruksi aliran udara:
- Bronkitis Kronik
Bronkitis kronis adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit
lainnya.
Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
 Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis),batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
 Bronkitis kronis mukopurulen ( chronicmucupurulent bronchitis),
batuk berdahak kental,purulen (berwarna kekuningan).
 Bronkitis kronis dengan penyempitan salurannapas ( chronic
bronchitis with obstruction ), batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi.

Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, bronkitis akut


berlangsung kurang dari 6 minggu dengan rata-rata 10-14 hari, sedangkan
Bronkitis kronis berlangsung lebih dari 6 minggu.
- Emfisema
Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan
dinding alveoli.
 Etiologi
- Bronkhitis Kronis yang berkaitan dengan merokok
- Mengisap asap rokok/debu
- Pengaruh usia
- Asma Kronik
- Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologisyang terdiri dari
pelebaran bronkus yangabnormal dan menetap disebabkan
kerusakankomponen elastis dan muskular dinding bronkus.
Bronkiektasis diklasifikasikan dalam : bronkiektasis silindris,
fusiform, dan kistik atau sakular. Bronkiektasis biasanya didapat pada
masa anak-anak. Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit,
bronkitis akut berlangsung kurang dari 6 minggu dengan rata-rata 10-
14 hari,sedangkan Bronkitis kronis berlangsung lebih dari 6 minggu.

b) Faktor Risiko :

- Kebiasaan merokok
- Riwayat terpajan polusi udara (lingkungan dan tempat kerja),
- Hipereaktivitas bronkus
- Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
- Defisiensi alfa-1 anti tripsin,
- Jenis kelamin laki-laki dan ras (kulit putih lebih berisiko).

c) Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) mencakup:

 Semburat biru pada kulit akibat pasokan oksigen berkurang


 Batuk kronis
 Batuk berdahak
 Pusing
 Kelelahan
 Napas tersengal-sengal saat beristirahat dalam kasus yang parah
 Napas tersengal-sengal dengan mengeluarkan tenaga
 Dada terasa kaku
 Pembengkakan telapak kaki, pergelangan kaki, kaki
 Kehilangan berat badan yang tidak disengaja
 Bunyi seperti siulan di dada
d) PENGOBATAN
PPOK termasuk penyakit yang belum bisa disembuhkan.
Pengobatannya bertujuan untuk meringankan gejala dan menghambat
perkembangan penyakit ini.
Obat yang biasa diberikan adalah :
1. Teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas
2. Mukolitik untuk mengencerkan dahak atau lendir
3. Kortikosteroid untuk mengurangi peradangan saluran pernapasan
4. Antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru

D. PENYAKIT PARU RESTRIKTIF


a) Pengertian
Penyakit paru restriktif (PPR) adalah kondisi patologis yang
ditandai dengan penurunan kemampuan paru-paru untuk mengembang
sehingga udara tidak bisa mengisi paru-paru dengan maksimal.
Penyakit ini memberikan keluhan napas pendek, sesak, batuk dan
mudah lelah saat beraktivitas.Penyakit ini memberikan keluhan napas
pendek, sesak, batuk dan mudah lelah saat beraktivitas. Berdasarkan
penyebabnya, penyakit paru restriktif terbagi atas dua kategori, yaitu
yang disebabkan oleh faktor intrinsik (dari dalam) dan yang
disebabkan oleh faktor ekstrinsik (dari luar). Diagnosis penyakit ini
ditegakkan dengan pemeriksaan tes fungsi paru, foto toraks, komputasi
tomografi beresolusi tinggi dan bronkoskopi (lavase
bronkoalveolar).Pengobatan untuk penyakit ini tergantung kepada
penyakit yang mendasarinya, tipe dan stadium penyakit saat pertama
kali diagnosis ditegakkan, riwayat keluarga, riwayat pekerjaan serta
usia pasien. Pengobatan yang diberikan adalah perubahan terapi
medikamentosa, terapi oksigen, ventilator, fisioterapi hingga
transplantasi paru.
b) Fisiologi fungsi paru
Proses bernapas Proses bernapas terbagi atas tiga tahap utama,
yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses keluar
masuknya udara ke dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi). Difusi
adalah perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam darah dan diikat oleh
hemoglobin menjadi senyawa oksi-hemoglobin dan terlepasnya karbon
dioksida dari ikatan karbamino (ikatan antara CO2 dan hemoglobin)
keluar dari darah ke alveoli. Perfusi adalah distribusi oksi-hb dalam
darah ke jaringan di seluruh tubuh dan distribusi karbon dioksida dari
jaringan ke alveoli paru.Sistem inspirasi melibatkan diafragma, otot
interkostalis external dan parasternal serta otot pendukung yang hanya
bekerja dalam kondisi batuk, olahraga, bersin dan pasien dengan
PPOK. Sistem ekspirasi pada dasarnya adalah proses pasif yang berarti
relaksasi otot yang bekerja pada saat inspirasi.
c) Patofisiologi
Mekanisme bernapas melibatkan diafragma dan otot pernapasan.
Kemampuan paru untuk mengembang disebut kapasitas komplians
paru. Komplians paru berbanding lurus dengan perubahan tekanan dan
tergantung pada luas rongga dada yang sifatnya semikaku. Oleh karena
itu, komplians paru dipengaruhi oleh dinding toraks, pleura
(pembungkus paru) dan apapun proses yang ada di dalam parenkim
paru. Pada PPR intrinsik, apapun penyebabnya, akan mengurangi
volume udara yang masuk ke dalam paru karena terjadi penurunan
elastisitas. Dalam jangka waktu yang lama hal ini akan menyebabkan
aliran udara yang tidak sesuai dengan volume paru. Proses ventilasi
dan perfusi yang tidak seimbang akan menyebabkan hipoksemia
arterial yang juga diperberat oleh pirau intrapulmonal. Pada dasarnya,
penurunan kemampuan difusi paru jarang menyebaban kondisi
hipoksemia karena selalu ada cukup waktu untuk menyeimbangkan
kadar oksigen dan karbon dioksida. Namun jika transpor oksigen dan
karbon dioksidanya memendek (yang terjadi saat aktivitas dengan
peningkatan frekuensi inspirasi), akan terjadi penurunan saturasi
oksigen. Untuk penyakit fibrosis paru, tahapannya adalah terjadi
pembentukan fibroblas dan miofibroblas, proliferasi kedua jenis sel
tersebut yang berujung pada produksi komponen matriks ekstraseluler
yang berlebihan terutama kolagen.
D) Tanda dan gejala
Gejala atau keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah sesak napas,
nyeri dada, batuk kering (kadang timbul batuk darah pada pasien
dengan vaskulitis dan sindrom hemoragik alveolar difus), mudah lelah
saat beraktivitas dan nyeri dada jarang dikeluhkan namun bila timbul
di daerah substernal perlu dicurigai sarkoidosis. Tanda yang terlihat
adalah napas yang cepat dan pendek, pengembangan rongga dada yang
menurun saat inspirasi, hipertrofi ujung jari atau clubbing fingers dan
sianosis. Untuk penderita penyakit paru restriktif ekstrinsik akibat
kelainan tulang belakang, dapat ditemukan postur tubuh yang
bungkuk. Untuk penyakit paru restriktif karena masalah
neuromuskular, akan ditemukan kelemahan pada otot yang lain selain
otot pernapasan.
a. Etiologi
Penyakit paru restriktif (PPR) bukanlah diagnosis satu penyakit
melainkan suatu kondisi yang timbul karena beberapa penyakit yang
mendasarinya. Secara anatomis, penyebab penyakit paru restriktif
terbagi atas dua, akibat faktor ekstrinsik (dari luar paru) dan akibat
faktor intrinsik (dari dalam paru). Faktor intrinsik bisa dibedakan
dalam 5 kategori, yaitu PPR karena penyakit paru interstisiel (ada lebih
dari 100 penyakit dari kelompok ini), PPR karena penyakit paru
alveolar, PPR karena gangguan neuromuskular, PPR karena masalah
pleura dan PPR karena gangguan di rongga toraks.
b. Penatalaksanaan
Pemberian obat sangat tergantung kepada penyakit yang mendasari
kondisi ini. Obat yang pemberiannya bersifat umum adalah
kortikosteroid seperti prednison dan kortikosteroid inhalasi seperti
flunisolid, budesonide dan siklesonid. Selain sebagai antiinflamasi,
kortikosteroid juga menekan progresifitas penyakit fibrosis paru dan
sarkoidosis. Pada beberapa pasien dengan produksi lendir berlebih
dapat diberikan ekspektoran seperti guaifenisin. Selain itu dapat
diberikan mikofenolat mofetil untuk sarkoidosis dan fibrosis paru.
Terapi obat antifibrotik seperti kolkisin direkomendasikan untuk
penyakit paru restriktif akibat penyakit fibrosis paru. Dan ini juga
terbukti mampu mengurangi penurunan FVC, memperbaiki kualitas
hidup dan mengurangi kemungkinan eksaserbasi. Pirfenidon sebagai
penghambat TGF-β dapat digunakan untuk PPR karena fibrosis paru.
 Terapi oksigen
 Terapi sitotoksik
 Terapi ventilator
 Transplantasi paru
 Fisioterapi

E. PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PARU


a) Aritmia
Aritmia adalah kondisi ketika jantung memiliki detak atau ritme
yang tidak normal, seperti terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur.
Aritmia terjadi ketika implus elektrik yang berfungsi sebagai
pengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik.

b) Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyumbatan atau penyempitan di
pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan plak.
Kondisi ini membuat pasokan darah menuju ke jantung menjadi
berkurang. Jika tidak segera ditangani, PJK dapat menyebabkan
serangan jantung, aritmia, dan gagal jantung.

c) Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah gangguan pada otot jantung. Kardiomiopati
dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung,
penggumpalan darah, henti jantung, dan gangguan katup jantung.

d) Stroke
Stroke adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah menuju
otak terganggu akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah.
Tanpa pasokan darah yang cukup, otak tidak akan mendapatkan
asupan oksigen dan nutrisi. Akibatnya, sel-sel di otak akan rusak.

e) Deep vein thrombosis (DVT)


Deep vein thrombosis atau trombosis vena dalam adalah kondisi
adanya gumpalan darah di pembuluh darah vena. Biasanya kondisi
ini terjadi di bagian paha dan betis. Pada beberapa kasus, gumpalan
darah ini dapat mengalir ke paru-paru dan menyebabkan
komplikasi serius, seperti emboli paru.

f) Penyakit arteri perifer


Peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah
kondisi ketika aliran darah menuju kaki tersumbat akibat
penumpukan plak di pembuluh darah arteri. Hal ini membuat kaki
kekurangan suplai darah, sehingga menimbulkan rasa sakit ketika
berjalan.

Cara Menjaga Kesehatan Sistem Kardiovakuler

Berikut ini adalah kebiasaan hidup sehat yang dapat diterapkan untuk
menjaga kesehatan sistem kardiovaskuler Anda:

 Berhenti merokok
Merokok adalah salah satu faktor risiko pada penyakit jantung. Hal
ini karena bahan kimia di rokok dapat merusak dan menyebabkan
penyempitan di pembuluh darah. Oleh karena itu, Anda sebaiknya
berhenti merokok untuk mencegah munculnya penyakit jantung.

 Batasi makanan berlemak


Terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh dan lemak trans dapat
meningkatkan kolesterol di dalam darah. Kolesterol yang
menumpuk ini berpotensi menyumbat pembuluh darah jantung.

 Olahraga secara rutin


Melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin dapat
mengurangi risiko penyakit jantung. Jadi, luangkan waktu
setidaknya 30 menit setiap hari untuk berolahraga.

 Konsumsi banyak serat


Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dapat menurunkan
kadar kolesterol jahat (LDL) di dalam darah. Untuk itu, penuhilah
kebutuhan serat setidaknya 30 gram per hari. Anda bisa
mendapatkan asupan serat dari sayuran, buah-buahan, dan kacang-
kacangan.

Penyakit kardiovaskular tidak boleh dianggap remeh, karena dapat


menimbulkan masalah yang serius pada seluruh bagian tubuh. Oleh
karena itu, jagalah kesehatan jantung dan pembuluh darah Anda
sebelum mengalami gangguan. Namun jika Anda sudah memiliki
gangguan pada sistem kardiovaskular, jalani pengobatan dan
lakukanlah pemeriksaan rutin ke dokter sebelum terjadi komplikasi

F. GAGAL NAFAS
Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat pada sistem
respirasi berupa kegagalan sistem respirasi dalam menjalankan fungsinya,
yaitu oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida.
Patofisiologi gagal napas adalah ketidakseimbangan ventilasi dan
perfusi paru yang menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi
karbon dioksida dan gangguan pembuangan karbon dioksida yang
menyebabkan hiperkapnia.
Ketidakseimbangan Ventilasi Dan Perfusi
Paru normal memiliki rasio ventilasi dan perfusi (V/Q ratio) pada
nilai tertentu. Kelainan pada jalan napas, parenkim paru, dan sirkulasi paru
akan mempengaruhi rasio ventilasi dan perfusi sehingga dapat
menyebabkan sesak napas hingga gagal napas pada keadaan berat. Secara
garis besar, terdapat empat gambaran klinis paru berdasarkan rasio
ventilasi dan perfusi.
● Keadaan normal dengan rasio ventilasi dan perfusi seimbang
● Keadaan dead space, yaitu ventilasi normal, namun perfusi berkurang
sehingga rasio V/Q meningkat. Dampaknya, tidak terjadi pertukaran
gas pada area ini dan udara yang diventilasi menjadi sia sia
● Keadaan shunt, yaitu terjadi penurunan ventilasi namun perfusi
normal atau tidak menurun separah ventilasi sehingga rasio V/Q
menurun. Dampaknya adalah sirkulasi yang melalui area ini tidak
mendapatkan oksigenasi yang adekuat dan menyebabkan hipoksemia
dan hiperkapnia. Pada kerusakan paru luas seperti pada tuberkulosis
paru, area shunt dapat menjadi banyak dan menyebabkan hipoksemia
yang bermakna pada pasien
● Silent unit, merupakan segmen paru yang tidak mendapatkan ventilasi
dan perfusi
Penyebab utama dari gagal napas hipoksemik adalah
ketidakseimbangan V/Q. Beberapa penyebab ketidakseimbangan ini
misalnya emboli paru, obstruksi jalan napas, pneumonia, atelektasis.
Hipoksemia pada keadaan-keadaan ini umumnya dapat dikoreksi
sementara dengan bantuan terapi oksigen dan ventilasi mekanik.
- Right-To-Left Shunt
Pirau dari kanan ke kiri atau right-to-left shunt terjadi akibat
sirkulasi paru (sirkulasi kanan) yang langsung masuk ke sirkulasi
sistemik (sirkulasi kiri) tanpa melewati alveolus sehingga darah tidak
mengalami oksigenasi. Semakin besar aliran pada pirau ini, maka
akan semakin berat hipoksemia yang terjadi. Keadaan hipoksemia
pada kasus ini tidak dapat dikoreksi dengan suplementasi oksigen.
Terapi harus dengan koreksi langsung penyebab adanya pirau.
- Fraksi Oksigen Rendah
Rendahnya oksigen yang diinspirasi lebih sering ditemukan
pada orang-orang pada dataran tinggi. Tekanan parsial oksigen pada
lingkungan dataran tinggi lebih rendah dibandingkan permukaan laut.
Keadaan ini juga dapat ditemukan pada orang yang menghirup
kembali udara ekspirasi. Rendahnya fraksi oksigen juga dapat
menjadi penyebab hipoksemia pada pasien yang sudah terpasang
ventilator. Hal ini mungkin terjadi bila ventilator mengalami
malfungsi.
- Gangguan Difusi
Pada keadaan seperti edema paru akut, terjadi gangguan
pertukaran gas alveolus dengan sirkulasi paru. Gangguan seperti ini
terutama mempengaruhi pertukaran oksigen. Karbon dioksida
memiliki kelarutan di air yang besar sehingga tidak menerima dampak
sebesar oksigen.
- Hiperkapnia
Penyebab hiperkapnia pada gagal napas hiperkapnik secara
garis besar ada dua, yaitu peningkatan produksi karbon dioksida dan
gangguan pembuangan karbon dioksida. Faktor yang paling berperan
adalah pembuangan karbon dioksida. Parameter ventilasi alveolar
(VA) dipakai untuk menjelaskan pembuangan karbon dioksida.
Retensi karbon dioksida terjadi akibat hipoventilasi alveolar. Sebab-
sebab hipoventilasi alveolar adalah:
Penurunan Frekuensi Pernapasan
Penurunan frekuensi pernapasan terjadi akibat penurunan dorongan
napas (respiratory drive). Secara garis besar, depresi napas ini
disebabkan:
● Obat dengan efek sedasi
● Cedera kepala
● Infeksi intrakranial
● Tumor intrakranial
Depresi napas ini umumnya juga disertai dengan penurunan
kesadaran sehingga meningkatkan risiko aspirasi pada saluran napas.
Selain depresi napas, gangguan neuromuskular pada n. frenikus dan
otot diafragma juga dapat menyebabkan gagal napas dengan
hipoventilasi berat.
- Penurunan Volume Tidal
Penurunan volume tidal menyebabkan penurunan oksigenasi
dan penurunan pembuangan karbon dioksida. Penurunan ini dapat
disebabkan oleh kelainan neuromuskular pada otot-otot pernapasan.
Selain itu, juga dapat disebabkan karena masalah pada dinding dada
yang menganggu mekanika pernapasan, misalnya:
● Kyphoscoliosis
● Flail chest
● Distensi abdomen hebat (misalnya akibat asites masif)
● Masalah pada pleura (misalnya pneumothoraks dan efusi pleura
masif)
- Peningkatan Volume Dead Space
Pada penyakit seperti emfisema, terjadi penurunan komplians
paru dan peningkatan volume dead space. Emboli paru juga dapat
meningkatkan volume dead space karena menyebabkan tidak adanya
perfusi pada area yang disumbat embolus. Pada mulanya tubuh akan
berusaha melakukan kompensasi dengan hiperventilasi, namun lama-
kelamaan akan mengalami kelelahan sehingga mulai terjadi
hiperkapnia.

G. TUMOR GANAS
Kanker paru merupakan segala bentuk keganasan yang terdapat pada paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam
praktik klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah
tumor ganas yang berasal dari
epitel bronkus (bronchogenic
carcinoma). Paparan asap rokok
faktor risiko utama terjadinya
kanker paru. Sebagian pasien
kanker paru sel kecil maupun
kanker paru non sel kecil memiliki
riwayat paparan terhadap asap rokok.
- Etiologi
Etiologi tersering dari kanker paru adalah paparan terhadap asap
rokok. Paparan asbestos berkaitan dengan kanker paru, mesotelioma
pleura, dan fibrosis paru. Paparan asbestos meningkatkan risiko terjadinya
kanker paru sebesar 5 kali dan bersifat sinergis dengan asap rokok dalam
meningkatkan terbentuknya kanker paru. Dari seluruh jenis histologi dari
kanker paru, kanker paru sel kecil dan karsinoma sel skuamosa memiliki
korelasi terbesar dengan rokok, berhenti merokok berhubungan dengan
peningkatan kesintasan. Insiden kanker paru sel kecil juga meningkat pada
penambang uranium. Paparan terhadap gas radon yang merupakan
produksi dari peluruhan uranium dilaporkan dapat menyebabkan kanker
paru sel kecil.
Rokok maupun asap rokok mengandung lebih dari 60 zat beracun yang
dapat memicu perkembangan kanker (karsinogenik). Jenis zat beracun
tersebut antara lain adalah nikotin dan tar. Nikotin dipakai sebagai bahan
insektisida, sedangkan tar digunakan dalam pembuatan aspal jalanan.
Pada tahap awal, zat beracun ini tidak memengaruhi fungsi organ paru.
Namun semakin banyak rokok yang dihisap, kerusakan pada jaringan
paru-paru juga akan makin bertambah. Kerusakan inilah yang
mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal dan tidak terkendali,
hingga akhirnya muncul sel kanker.
- Faktor Risiko
 Riwayat kesehatan keluarga
Risiko seseorang untuk terkena kanker paru-paru akan makin tinggi
jika salah satu anggota keluarganya pernah menderita kanker ini.
 Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang tinggi paparan bahan kimia berbahaya, seperti
arsen, asbes, nikel, dan batu bara, berisiko menyebabkan pekerjanya
mengalami kerusakan pada paru-paru.
 Lingkungan tempat tinggal
Batuan dan tanah dapat mengandung gas beracun alami (radon). Radon
juga bisa ditemukan di bangunan tua. Jika sering dihirup, radon dapat
merusak paru-paru.
 Polusi udara
Paparan polusi udara dalam aktivitas sehari-hari, misalnya asap
kendaraan di jalan raya atau asap pabrik di lingkungan kerja, akan
meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru-paru.
 Terapi radiasi
Pasien kanker jenis lain yang menjalani pengobatan dengan metode
radioterapi memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru-
paru.
- Gejala Kanker Paru
1. Batuk kronis yang dapat disertai dahak atau darah
2. Suara serak
3. Tubuh lemas
4. Berat badan turun drastis
5. Nyeri dada
6. Sesak napas
Jika kanker telah menyebar hingga ke organ atau bagian tubuh lain, dapat muncul
gejal-gejala tambahan, seperti:
1. Sakit kepala
2. Nyeri tulang dan sendi
3. Mata dan kulit menguning
4. Pembengkakan di leher dan wajah
5. Penurunan daya ingat
6. Mati rasa di lengan atau tungkai
7. Gangguan keseimbangan
- Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan kanker dilakukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, dan stadium
kanker, serta kondisi pasien secara keseluruhan. Ada beberapa jenis pengobatan
yang dapat dilakukan dokter, yaitu: operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi target.
- Pencegahan Kanker Paru
Kanker paru-paru dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko munculnya kanker ini. Cara yang dapat dilakukan adalah:
1. Jangan merokok, berhentilah merokok, dan hindari asap rokok. Ini
merupakan cara utama untuk mencegah kanker paru-paru.
2. Gunakan alat pelindung diri di tempat kerja yang banyak paparan bahan
kimia berbahaya.
3. Lakukan pemeriksaan secara rutin, terutama bila Anda memiliki riwayat
merokok atau bekerja di lingkungan yang tinggi paparan bahan kimia.
4. Perbanyak konsumsi buah dan sayur, serta hindari mengonsumsi suplemen
vitamin dalam dosis besar.
5. Lakukan olahraga secara teratur selama 30 menit tiap harinya.
H. TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC
merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan
terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil
dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis sendiri dapat
menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum
adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru.
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui orang yang telah
mengidap TBC. Kemudian, batuk atau bersin menyemburkan air liur yang
telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang sehat yang kekebalan
tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Walaupun biasanya
menyerang paru-paru, penyakit ini dapat memberi dampak juga pada
tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening,
dan lainnya.
- Penyebab Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara
melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB. Nama
bakteri TB adalah Mycobacterium tuberculosis. Berikut ini beberapa
kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB:
 Orang yang sistem kebebalan tubuhnya menurun. Contohnya,
pengidap diabetes, orang yang menjalani rangkaian kemoterapi, atau
pengidap HIV/AIDS.
 Orang yang mengalami malanutrisi atau kekurangan gizi.

Anda mungkin juga menyukai