Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ega Fitri

Nim : 191440108

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengajar : Ns. Eny Erlinda W, M. Kep.,Sp.Kep.MB

MEKANISME INFEKSI PADA PERNAFASAN

A. Pengertian Infeksi Pernafasan


Infeksi saluran pernapasan atau respiratory tract infections adalah infeksi yang menyerang
saluran pernapasan manusia. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri atau virus. Berdasarkan
lokasinya, infeksi saluran pernapasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu infeksi saluran pernapasan
atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract infections
(URI/URTI) adalah infeksi yang terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa
penyakit yang termasuk dalam infeksi ini adalah pilek, sinusitis, tonsillitis, dan laringitis. Infeksi
saluran pernapasan bawah atau lower respiratory tract infections (LRI/LRTI) terjadi pada jalan
napas dan paru-paru. Contoh infeksi saluran pernapasan bawah adalah bronkitis, bronkiolitis,
dan pneumonia.
B. Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan
Beberapa jenis virus atau bakteri yang biasanya menjadi penyebab infeksi saluran pernapasan,
antara lain:
 Infeksi saluran pernapasan atas, di antaranya adalah Influenza dan Parainfluenza,
Thinoviruses, Epstein-Barr Virus (EBV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup
A, Pertussis, serta Diphteria.
 Infeksi saluran pernapasan bawah, di antaranya adalah Influenza A, human
metapneumovirus (hMPV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Varicella-Zoster Virus (VZV),
Streptococcus pneumoniae, H. influenza, Klebsiella pneumoniae, Enterobacteria,
Staphylococcus aureus, dan bakteri anaerob.
 Infeksi saluran pernapasan bisa menular jika kamu tidak sengaja menghirup percikan air liur
yang mengandung virus atau bakteri yang dikeluarkan pengidap saat ia batuk atau bersin.
Selain itu, infeksi saluran pernapasan juga bisa menular melalui media perantara, yaitu
barang-barang yang sudah terpapar virus atau bakteri dari pengidap.
C. Infeksi Saluran Pernafasan Atas ( ISPA)
Patofisiologi terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah invasi patogen sehingga
terjadi reaksi inflamasi akibat respon imun. Penyakit yang termasuk ISPA adalah rhinitis
(common cold), sinusitis, faringitis, tonsilofaringitis, epiglotitis, dan laringitis. ISPA melibatkan
invasi langsung mikroba ke dalam mukosa saluran pernapasan. Inokulasi virus dan bakteri dapat
ditularkan melalui udara, terutama jika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Setelah
terjadi inokulasi, virus dan bakteri akan melewati beberapa pertahanan saluran napas, seperti
barrier fisik, mekanis, sistem imun humoral, dan seluler. Barrier yang terdapat pada saluran
napas atas adalah rambut-rambut halus pada lubang hidung yang akan memfiltrasi patogen,
lapisan mukosa, struktur anatomis persimpangan hidung posterior ke laring, dan sel-sel silia.
Selain itu, terdapat pula tonsil dan adenoid yang mengandung sel-sel imun.
Patogen dapat masuk dan berhasil melewati beberapa sistem pertahanan saluran napas melalui
berbagai mekanisme, seperti produksi toksin, protease, faktor penempelan bakteri, dan
pembentukan kapsul untuk mencegah terjadinya fagositosis. Hal ini menyebabkan virus maupun
bakteri dapat menginvasi sel-sel saluran napas dan mengakibatkan reaksi inflamasi. Beberapa
respon yang dapat terjadi adalah pembengkakan lokal, eritema, edema, sekresi mukosa
berlebih, dan demam sebagai respon sistemik.
Penularan virus atau bakteri penyebab ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan air liur
orang yang terinfeksi. Virus atau bakteri dalam percikan liur akan menyebar melalui udara,
masuk ke hidung atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat menyebar melalui
sentuhan dengan benda yang terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan penderita.
Walaupun penyebarannya mudah, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan tertular
ISPA, yaitu:
1. Anak-anak dan lansia
Anak-anak dan lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga rentan
terhadap berbagai infeksi. Selain itu, penyebaran virus atau bakteri ISPA di kalangan anak-
anak dapat terjadi sangat cepat karena anak-anak banyak berinteraksi secara dekat dan
melakukan kontak dengan anak-anak yang lain.
2. Orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh lemah
Sistem kekebalan tubuh sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri.
Ketika kekebalan tubuh menurun, maka risiko terinfeksi akan semakin meningkat. Salah
satunya adalah penderita AIDS atau kanker.
3. Penderita gangguan jantung dan paru-paru
ISPA lebih sering terjadi pada orang yang sudah memiliki penyakit jantung atau gangguan
pada paru-paru sebelumnya.
4. Perokok aktif
Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan saluran pernapasan, sehingga
rentan mengalami ISPA dan cenderung lebih sulit untuk pulih.

Gejala ispa akan berlangsung antara 1-2 minggu. Sebagian besar penderita akan mengalami
perbaikan gejala setelah minggu pertama. Gejala tersebut adalah:
1. Batuk
2. Bersin
3. Pilek
4. Hidung tersumbat
5. Nyeri tenggorokan
6. Sesak napas
7. Demam
8. Sakit kepala
9. Nyeri otot
D. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah (lower respiratory tract infections/ LRTI), yaitu infeksi yang
menyerang saluran pernapasan bawah, seperti pita suara, trakea, bronkus, bronkiolus, dan
paru-paru. Infeksi saluran pernapasan bawah umumnya lebih serius dibandingkan infeksi
saluran pernapasan atas. LRTI adalah penyebab utama kematian di antara semua penyakit
infeksi. Dua infeksi yang paling umum terjadi di saluran napas bagian abwah adalah bronkitis
dan pneumonia. Sementara itu, influenza menyerang saluran pernapasan atas ataupun bawah.
Namun, stran virus influenza yang lebih berbahaya, seperti H5N1 (flu babi) yang sangat merusak
cenderung berdampak fatal di paru-paru. Infeksi saluran pernapasan bawah, meliputi bronkitis,
bronkiolitis, pneumonia, aspergilosis, atau tuberkulosis (TBC). Patofisiologi infeksi saluran
pernapasan bawah (ISPB) diawali dengan masuknya patogen melalui proses inhalasi, aspirasi,
ataupun penyebaran secara hematogen. Patogen akan berinokulasi dan multiplikasi pada epitel
saluran pernapasan kemudian menimbulkan reaksi inflamasi dan respon sistemik. Reaksi
inflamasi pada saluran pernapasan tersebut akan menimbulkan gejala seperti batuk produktif,
sesak, dan perubahan bunyi napas. Respon sistemik yang paling sering muncul adalah demam.
Gejala infeksi saluran pernapasan bawah, antara lain:

1. Batuk berdahak.
2. Sesak napas.
3. Mengi.
4. Demam.

Komplikasi yang bisa terjadi akibat infeksi saluran pernapasan, antara lain Infeksi saluran
pernapasan bawah, meliputi sepsis, empiema, abses paru, dan efusi pleura. Dokter akan
mendiagnosis infeksi saluran pernapasan dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
1. Foto Rontgen dada untuk melihat corakan dan kondisi paru-paru serta jalan napas.
2. Pemeriksaan darah untuk melihat peningkatan jumlah sel darah putih dalam darah yang
merupakan tanda infeksi.
3. Pemeriksaan dahak atau kultur dari sampel dahak untuk melihat pertumbuhan bakteri.
E. Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan
Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pada hidung,
tenggorokan, leher, dan dinding dada. Untuk memastikan penyebab infeksi saluran napas dan
untuk mengetahui tingkat keparahan kondisi pasien, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang, seperti:
1. Pemeriksaan darah, untuk melihat peningkatan jumlah sel darah putih dalam darah yang
merupakan tanda infeksi.
2. Pemindaian dengan Rontgen dan CT scan, untuk memeriksa kondisi paru-paru serta jalan
napas.
3. Pemeriksaan dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman, termasuk bakteri penyebab
infeksi saluran pernafasan, termasuk pneumonia atau TBC
4. Pemeriksaan pulse oximetry, untuk mendeteksi adanya gangguan pernapasan dan
memeriksa banyaknya oksigen yang masuk ke paru-paru
5. Pemeriksaan molekular, seperti tes PCR juga terkadang dibutuhkan untuk mendeteksi
penyakit akibat infeksi virus, seperti COVID-19.

F. Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan


Pengobatan infeksi saluran pernapasan akan disesuaikan dengan kondisi penderitanya. Sebagian
kasus infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus terkadang tidak membutuhkan
perawatan spesifik dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, untuk membantu meredakan
keluhan dan gejalanya, penderita disarankan untuk beristirahat dengan cukup, mandi dengan air
hangat, mengonsumsi makanan atau minuman yang hangat, berkumur dengan air garam,
minum air putih dalam jumlah yang cukup, dan menghindari paparan udara dingin. Jika
penderita mengalami demam, mengonsumsi obat pereda demam, seperti paracetamol juga bisa
dilakukan.
Namun, jika gejala infeksi saluran pernapasan tidak sembuh dan bertambah parah, segera ke
dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ada beberapa pilihan pengobatan yang
akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan, di antaranya:
1. Obat-obatan
Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala infeksi saluran pernapasan.
Beberapa jenis obat yang biasanya diberikan adalah:
 Obat antipiretik-analgetik, seperti paracetamol dan ibuprofen, untuk meredakan
demam dan mengurangi nyeri.
 Obat antibiotik, salah satunya amoxicillin, jika infeksi saluran pernapasan disebabkan
oleh bakteri.
 Obat antihistamin, seperti diphenhydramine, untuk mengurangi pengeluaran lendir
pada hidung jika infeksi saluran pernapasan disertai alergi.
 Obat antitusif, untuk mengurangi batuk
 Obat dekongestan, seperti pseudoefedrin atau phenylephrine, untuk meredakan hidung
tersumbat.
 Obat kortikosteroid, seperti dexamethason atau prednison, untuk mengurangi
peradangan pada saluran napas dan mengurangi pembengkakan.
2. Operasi
Meski jarang dilakukan, prosedur operasi dapat dilakukan jika seseorang menderita infeksi
sinus (sinusitis) yang parah, sumbatan jalan napas, atau terbentuknya kumpulan nanah atau
abses di belakang tenggorokan (abses peritonsil).

Anda mungkin juga menyukai