TINJAUAN PUSTAKA
pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Infeksi akut ini
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
RI, 2012). Menurut WHO, ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
faktor lingkungan, dan faktor pejamu (Ching et al., Bulletin WHO 2007).
Penyakit infeksi ini dapat menyerang siapa saja dari semua golongan
umur, akan tetapi bayi, balita, dan manula merupakan yang paling rentan
untuk terinfeksi penyakit ini. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
2.2 Klasifikasi
ISPA dibagi menjadi infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi
8
9
infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau
infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh
menurut gejala klinisnya, yaitu: Rinitis infeksi akut, Faringitis dan tonsilitis,
berdasarkan berat ringannya gejala yang ditimbulkan, yaitu tanda dan gejala
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai
bukan pneumonia.
Tidak ada TDDK, batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga
(adentis servikal).
Terdapat TDDK pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa
taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, sianosis dan adanya
2.3 Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas dan
menimbulkan reaksi inflamasi. Selain itu polusi dari bahan bakar kayu
Sulfur, Nitrogen dan Oxygen juga bisa menyebabkan ISPA karena sangat
Infeksi Saluran Pernafasan Atas disebabkan oleh bakteri dan virus yang
utama penyakit ISPA adalah virus, tetapi pada bakteri baik karena infeksi
seperempatnya saja yang menjadi sakit atau yang menimbulkan gejala klinis
2.4 Patogenesis
Proses patogenesis terkait dengan tiga faktor utama, yaitu keadaan imunitas
terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
yang melapisi saluran pernafasan. Inokulasi atau masuknya bakteri atau virus
tersebut memegang hidung atau mulut, atau ketika seseorang secara langsung
imunitas. Pertahanan fisik dan mekanikal seperti rambut halus yang melapisi
menangkap dan membawa patogen kembali ke faring dan dari situ patogen
Inflamatory cytokines dari sel host memediasi respon imun untuk menyerang
dengan fungsi imun dan humoral yang kurang optimal meningkatkan risiko
12
tertular ISPA, dan mereka berada dalam risiko tinggi untuk penyakit yang lebih
Penyebaran virus dari manusia ke manusia sering terjadi pada ISPA. Patogen
balita.
bakteri.
Rhinorea merupakan gejala klinis yang lebih khas untuk ISPA yang
terjadi pada bagian posterior faring, maka pasien akan mengalami rasa
Gejala batuk akan muncul pada infeksi laring atau merupakan hasil
hari keempat dan kelima. manifestasi lain yang sering muncul antara
Tabel 2.1
Gejala Klinis ISPA Berdasarkan Klasifikasinya
Gejala Klinis
Klasifikasi
Rinitis infeksi akut • hidung tersumbat, bersin, rhinorea
• demam, malaise (tidak enak badan), nyeri otot pada
infeksi yang berat
• kadang-kadang batuk mungkin timbul yang
mengindikasikan adanyan inflamasi pada laring,
trakea, dan bronkus
Faringitis dan • prevalensi tersiring terjadi pada usia empat sampai
tonsilitis sepuluh tahun
• sakit tenggorokan
• batuk
• demam, malaise, hidung tersumbat
• kemerahan pada faring, bengkak atau kemerahan
pada tonsil dan mengeluarkan exudat
• cervical lymphadenopathy
Otitis media • sakit telinga
• demam
• membran timpani yang bengkak dan kemerahan
• adanya cairan di telinga bagian tengah,
• telinga gatal dan keluar discharge
Sinusitis akut • purulent nasal discharge
• nyeri pada wajah dan tenderness
• bengkak periorbital
• sakit kepala atau sakit gigi
• demam
Laryngotracheobronchiti • adanya gejala infeksi saluran pernafasan atas
s • stridor
• suara parau/serak
• batuk keras
• mungkin ada distress pernafasan tapi biasanya
tidak terlalu parah
Epiglotitis • sering terjadi pada usia tiga sampai empat tahun
• demam, tidak enak badan, lesu
• menolak makan dan minum
• keluar saliva terus menerus
• mungkin ada stridor inspirasi
• batuk biasanya bukan gejala yang menonjol
15
Temuan klinis yang sering pada ISPA yang disebabkan oleh virus
antara lain: eritema faring, exudat faring dan tonsil, adanya vesikel
Temuan klinis yang sering pada ISPA yang disebabkan oleh bakteri
antara lain: eritema, bengkak, dan munculnya exudat pada faring dan
infeksi virus.
16
terjadi melalui udara yang telah tercemar. Patogen yang masuk ke dalam
penularan melalui udara, dapat pula menular melalui kontak langsung ketika
hidung atau mulut. Namun penyakit ini sebagian besar penularannya adalah
penyebab.
2.7 Diagnosis
terinfeksi ISPA, akan tetapi berdasarkan telah dari berbagai sumber, dalam
penelitian ini secara umum faktor yang berperan dalam penularan ISPA
asap rokok, tingkat pendidikan ibu, pola pemberian ASI, dan kepadatan
hunian.
yang berhubungan dengan ISPA pada balita di Gujarat pada tahun 2012,
dengan status imunisasi dan BBLR. Hasil yang sama juga didapatkan untuk
status gizi. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit ISPA
dengan status gizi pasien (Pore et al., 2010). Akan tetapi hasil yang berbeda
bayi pada tahun 2005. hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara penyakit ISPA dengan status imunisasi dan
status gizi pasien. Mungkin hal ini disebabkan oleh perbedaan demografis
tempat penelitian.
dengan paparan asap rokok (Trisnawati dan Juwarni, 2012; Sharbatti dan
Aljumaa, 2012). Untuk faktor pola pemberian ASI dan tingkat pendidikan
budaya, dan lain-lain. Faktor internal seperti usia, kondisi fisik, infeksi
dengan Antropometri.
status gizi anak adalah sebagai mana terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori Ambang Batas
Status Gizi
Indeks Masa Tubuh Sangat kurus <-3 SD
Menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
anak Umur 0 – 60 Bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
19
Pada penelitian ini, status gizi anak dianggap baik apabila kategori
status gizinya normal atau lebih, atau berada pada ambang batas diatas
apabila kategori status gizinya kurus atau sangat kurus, atau berada
tahun agar tumbuh kembang anak dapat optimal, menjadi anak yang
sehat, kuat, cerdas, kreatif, dan berprilaku baik (Depkes RI, 2009).
B diberikan pada umur kurang dari tujuh hari sebanyak satu kali yang
Imunisasi BCG diberikan satu kali pada umur satu bulan yang
Imunisasi DPT – Hepatitis B diberikan tiga kali pada umur dua bulan,
diberikan empat kali pada bulan pertama, kedua, ketiga, dan keempat
Campak diberikan satu kali pada umur 9 bulan yang bermanfaat untuk
imunisasi dasar lengkap ini. Hal ini sangat besar pengaruhnya untuk
serta komplikasinya.
BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
RI, 2008). Rata-rata berat badan bayi normal apabila dilahirkan cukup
bulan adalah 3200 gram atau diatas 2500 gram (Soetjhiningsih, 1995).
dibanding bayi dengan bayi berat lahir normal (BBLN) dan hal itu
berat lahir rendah sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan
(Mochtar, 2008).
terutama pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok. Nikotin
dan lain-lain. Penularan penyakit ISPA bisa saja dicegah apabila tanda
22
yang optimal.
Air susu ibu (ASI) sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik
bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap saat, ASI
tercukupi, maka kesehatan anak juga akan lebih baik. ASI juga
mengandung sel. Sembilan puluh persen sel dalam ASI terdiri dari
diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni ≥ 9
bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni <
9 m²/orang.
2.9.2 Manajemen
di rumah, dan bisa sembuh tanpa peresepan obat. Maka dari itu pasien
lokal, dapat menjadi kunci untuk pemilihan terapi yang sesuai dengan
jenis patogen.
2.10 Prognosis
ISPA terdiagnosis dan ditangani sendiri di rumah, dan bisa sembuh tanpa