Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Laporan Pendahuluan Hipertermi dan Hipotermi"

DISUSUN OLEH:

EGA FITRI 191440108

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Abdul Kadir Hasan, M.Kes

PRODI DIII KEPERAWATAN PANGKALPINANG

POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


A. DEFINISI
1. Hipertermi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
kenaikan suhu tubuh <37,8 C (100oF) per oral atau 38,8 C (101 F) per rektal yang sifatnya
menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall, 2012).Hipertermi adalah peningkatan suhu
tubuh di atas kisaran normal (NANDA, 2012). Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh
seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya (NIC NOC, 2007). Hipertermi adalah
peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan mekanisme termoregulasi (Ensiklopedia
Keperawatan). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan
normal (Doenges Marilynn E.). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertermi adalah keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga
menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu.
2. Hipotermia
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah bayi
dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah  36,5-37,5
C. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36 C atau kedua kaki dan tangan  teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah  mengalami hipotermia sedang (suhu
320-36C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32 C diperlukan termometer ukuran rendah
yang dapat mengukur sampai 25o C. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu
gejala,hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Menurut
Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai
dibawah 35 C.

B. ETIOLOGI
1. Hipertermi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin
polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit. Faktor penyebabnya :
a) Dehidrasi
b) Penyakit atau trauma
c) Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
d) Pakaian yang tidak layak
e) Kecepatan metabolisme meningkat
f) Pengobatan/ anesthesia
g) Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
h) Aktivitas yang berlebihan
2. Hipotermi
Penyebab Utama kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan
pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Resiko untuk terjadinya hipotermia.
a) Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b) Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
c) Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
d) Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan,
hipoglikemia perdarahan intra kranial.

C. PATOFISIOLOGI
1. Hipertermi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen maupun
endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen
adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag,
pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di
hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism
di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila
seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada
pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus
anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit
mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan
termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
2. Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas
di  hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib rown fat memacu
pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam
lemak. Blood gliserol  level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk
menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke
beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan
oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh
tetap hangat. Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem
syaraf sentral,kecukupan dari brownfat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan
fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier
dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi
yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan
halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah
otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas
EEG.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah
satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang
dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki
dan tangan teraba dingin. Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
a) Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objek yang dingin.
b) Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin.
c) Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.
4.  Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bay

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Hipertemi
a) Suhu tinggi 37,8 C (100 F) per oral atau 38,8 C (101 F)
b) Takikardia
c) Hangat pada sentuhan
d) Menggigil
e) Dehidrasi
f) Kehilangan nafsu makan
g) Turgor kulit menurun
2. Hipotermi
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
a) Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
b) Bayi tidak mau minum atau menetek.
c) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
d) Tubuh bayi teraba dingin.
e) Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras
(sklerema).
f) Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
g) Lebih diam dari biasanya
h) Hilang kesadaran.
i) Pernapasannya cepat.
j) Denyut nadinya melemah.
k) Gangguan penglihatan.
l) Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
a) Tanda-tanda hipotermia sedang :
 Aktifitas berkurang.
 Tangisan lemah.
 Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
 Kemampuan menghisap lemah.
 Kaki teraba dingin.
 Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
b) Tanda-tanda hipotermia berat :
 Aktifitas berkurang, letargis.
 Bibir dan kuku kebiruan.
 Pernafasan lambat.
 Bunyi jantung lambat.
 Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
 Risiko untuk kematian bayi.
c) Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :
 Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
 Bagian tubuh lainnya pucat.
 Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung,kaki dan
tangan(sklerema)

E. PATHWAYS

F. KOMPLIKASI
1. Hipertermi
a) Kerusakan sel-sel dan jaringan
b) Kematian
2. Hipotermi
Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat akan menyebabkan
beberapa gangguan yang akan menyertai yakni:
a) Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
b) Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya   tekanan
darah sistolik
c) Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
d) Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi
2. Pemeriksaan urine
3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid
4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5. Uji tourniquet
H. PENATALAKSANAAN
1. Hipertermi
Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu :
a) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
b) Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
c) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional : membantu mempermudah penguapan panas
d) Anjurkan pasien banyak minum
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
e) Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional : meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
f) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas
g) Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian, penanganan,
dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien da keluarganya
h) Penatalaksanaan medis yang diberikan Beri obat penurun panas seperti paracetamol,
asetaminofen
Rasional : membantu dalam penurunan panas
2. Hipotermi
Pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa kehilangan suhu
tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi yang mengalami
hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara penanganan
hipotermia untuk bayi :
a) Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat.     Bungkuslah
tubuhnya dengan selimut tebal.
b) Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh           anda.
c) Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
d) Jika ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna kulitnya telah
kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya dengan handuk tebal atau
selimut.
e) Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut yang cukup
banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam ruangan cukup hangat.
Temani anak.
f) Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat. Jangan
tinggalkan anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu tubuhnya telah
kembali normal
g) Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
h) Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas ke kulit
anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
i) Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya. Jika
anak bernapas,baringkan ia pada posisi pemulihan, jika  tidak bernapas,mulailah
bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon ambulans.

I. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI


1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan data, analisa data,
merumuskan masalah, anilsa masalah.
a) Data Subjektif
 Pasien mengeluh panas
 Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
b) Data Objektif
 Suhu tubuh >37 C
 Takikardia
 Mukosa bibir kering
2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu
tubuh pasien >37 C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
b) Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap usia
yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.
c) Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas yang berat yang
ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan pasien panas, dehidrasi dan mukosa bibir
kering.
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan , tindakan,
dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisa pengkajian
agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya (Azis, 2004). Tahap awal
perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa
pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.
a) Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil
 Menunjukkan penurunan suhu tubuh
 Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
 Pasien tampak tidak lemas
 Mukosa bibir lembab
 Rencana Tindakan
NO INTERVENSI NO RASIONAL
1 Observasi keadaan umum pasien 1 Mengetahui perkembangan keadaan
umum dari pasien
2 Observasi tanda-tanda vital pasien 2 Mengetahui perubahan tanda-tanda
vital pasien
3 Anjurkan pasien untuk banyak minum 3 Mencegah terjadinya dehidrasi
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat sewaktu panas
Anjurkan pasien untuk memakai pakaian 4 Meminimalisir produksi panas yang
4 yang tipis diproduksi oleh tubuh
Beri kompres hangat di beberapa bagian 5 Membantu mempermudah penguapan
5 tubuh panas
Beri Health Education ke pasien dan 6
6 Mempercepat dalam penurunan
keluarganya mengenai pengertian,
7 produksi panas
penanganan, dan terapi yang diberikan
7
tentang penyakitnya Meningkatkan pengetahuan dan
Kolaborasi/ delegatif dalam pemberian pemahaman dari pasien dan
obat sesuai indikasi, contohnya : keluarganya
8
paracetamol
8 Membantu dalam penurunan panas

4. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu :
a) Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5 - 37,4 C)
b) Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
c) Pasien tampak tidak lemas
d) Mukosa bibir lembab
J. ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTERMI
1. Pengkajian
a) Pemeriksaan Fisik
 Daya tahan tubuh rendah.
 Bentuk tubuh.
 Fungsi organ tubuh.
 Pengaturan Suhu Tubuh belum stabi
 Hipotermi : karena lemak sub kutan tipis, permuukaan tubuh luas, produksi panas
berkurang.
 Hipertermi : mekanisme produksi keringat belum stabil (jika terjadi karena adanya
infeksi).
 System pencernaan.
 System pernafasan.
 System Hematopoetik.
 Ginjal
 System saraf pusat.
 Tanda – Tanda fisik premature dan neurologis : Dubowitz Score.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat usia
b) Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat
hipotermi
c) Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat cidera
termal
d) Resiko kejang b.d kekurangan cadangan glikogen
e) Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu
tubuh bayi
3. Intervensi
a) Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat usia
Intevensi:
 Kaji factor penunjang
 Kurangi atau hilangkan sumber penyebab kehilanngan panas:
 Evaporasi dalam kamar bersalin, keringkan dengan cepat bagian kulit dan rambut
dengan handuk hangat dan tempatkan bayi pada lingkungan yang hangat. Pada saat
memandikan berikan lingkungan yang hangat, Mandikan dan keringkan bayi di
dalam ruangan untuk mengurangi evaporasi
 Konveksi kurangi aliran udara di dalam ruangan kamar bersalin. Hindari aliran udara
pada bayi (pendingin ruangan, kipas, jendela)
 Konduksi hanngatkan semua peralatan yang digunakan dalam perawatan
( stetoskop, alat timbangan, tangan perawat, pakaian, linen tempat tidur, tempat
tidur bayi)
 Radiasi tempatkan bayi disamping ibu di dalam ruang bersalin. Kurangi benda di
dalam ruangan yang dapat mengabsorbsi panas (logam). Tempatkan tempat tidur
bayi isollete sejauh mungkin dari dinding (luar) atau jendela jika memungkinkan.
Dan hangatkan incubator.
 Pantau suhu tubuh bayi baru lahir
 Pengkajian suhu aksila
 Lakukan pemeriksaan setiap 30 menit sampai kondisi bayi stabil, kemudian lakukan
setiap 4-8 jam
 Jika suhu kurang dari 36,3 c bungkus bayi dengan menggunakan 2 selimut. Pasang
topi rajutan. Kajji sumber lingkungan yang menyebabkan kehilangan panas.
 Jika keadaan hipotermia tetap berlangsung 1 jam laporkan pada dokter.
 Kaji adanya komplikasi stress dingin : hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi,
ketidakseimbanga cairan dan elektrolit, penurunan berat badan.
b) Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat
hipotermi
Intervensi:
 Anjurkan agar bayi diberi baju hangat
 Berikanterpi O2 sesuai kebutuhan
 Hindari factor pencetus hipotermi

c) Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat cidera
termal
Intervensi:
 Kaji tanda-tanda bayi kekurangan nutrisi
 Berikan terapi cairan IV D 1O%
 Kolaborasi dengan tim Gizi untuk pemberian diit
 Anjurkan agar ibu sering memberikan asi
d) Resti kejang b.d kekurangan cadangan glikogen
Intervensi:
 Tempat tidur harus empuk
 Pantau selalu jika ada tanda-tanda kearah kejang
e) Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu
tubuh bayi
Intervensi :
 Berikan health-edukation pada keluarga tentang hal-hal yang mencetuskan
hipotermi
 Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan yang di berikan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.

Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman 90-91)


Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir. Jakarta (halaman 75-76)

Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno


Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman 123-126).

Anda mungkin juga menyukai