Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK RADIOGRAFI FISTULOGRAFI, APG DAN RPG

A.TEKNIK RADIOGRAFI FISTULOGRAFI


1. Indikasi Pemeriksaan
a. adanya penyakit kronik
b. infeksi anatomi post operasi
c. carcinoma
d. diverticulitis
e. cacat bawaan (kelainan kongenital)
2. Identifikasi pasien dalam identifikasi pasien dan komunikasi efektif yang yang perlu di
pastikan antara lain :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
c. Alamat
d. Bagian tubuh yang sakit dan sisi tubuh yang sakit (kanan atau kiri)
e. Ananese singkat
f. Penjelasan Prosedur
3. Persiapan Pasien
a. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus makan makanan yang lunak dan tidak
berserat.
b. Malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tabblet 6 buah.
c. Makan terakhir jam 22.00 saat pasien datang ke unit Radiologi, lakukan plain foto
(abdomen polos).
4. Persiapan Alat
a. Spuit 20 cc
b. Introducer
c. Sarung tangan
d. Kain kasa steril
e. Media kontras
f. Bengkok
g. Alcohol atau betadine
5. Proyeksi Teknik Radiografi Fistulografi
a. Proyeksi Postero Anterior (PA)
1) Posisi Pasien : Pasien supine atau prone diatas meja pemeriksaan
2) Posisi Obyek
Atur MSP tubuh tepat pada pertengahan meja atau bucky table, sentrasi
dipusatkan pada kaset setinggi L2
3) Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4) Central Point : pada L3 atau setinggi umbilicus
5) Keterangan :

 Persiapkan alat dan bahan bersihkan bagian yang ingin disuntikan bahan kontras
beri marker pada daerah tersebut suntikan media kontras secara perlahan-lahan dan
lakukan flouroskopi ambil foto I, II, dst.
b. Proyeksi lateral
1) Posisi Pasien :
a) Pasien strue lateral atau posisi miring menghadap salah satu sisi.
2) Posisi Obyek
a) Atur MCP tubuh berada pada pertengahan meja atau bucky table, sentrasi
dipusatkan pada kaset setinggi L2, fleksikan genu pasien supaya nyaman dan posisi
tangan letakan didepan kepala atau bawah kepala
3) Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4) Central Point : pada L3 atau setinggi umbilicus
5) Keterangan : -
c. Proyeksi Oblique
1) Posisi Pasien :
a) Pasien supine diatas meja pemeriksaan, lali posisikan tubuh pasen di miringkan
sebesar 45 derajat ke salah satu sisi (kiri ataupun kanan)
2) Posisi Obyek
a) Atur MSP tubuh berada pada pertengahan meja atau bucky table, sentrasi
dipusatkan pada SIAS dan symphisis pubis tubuh dimiringkan 45 derajat (kekiri atau
kekanan)
3) Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4) Central Point : pada pertengan SIAS dan symphisis pubis.
5) Keterangan : -
B. TEKNIK RADIOGRAFI ANTEGRADE PYELOGRAFI
1. Definisi
Antegrade Pyelography merupakan pemeriksaan non fungsional untuk menilai traktus
urinarius dengan memasukkan media kontras secara antegrade (searah dengan arah urin)
ke sistem pelvicokalises melalui kateter nefrostomi. Pemeriksaan ini nonfungsional karena
berfungsi menilai anatomi traktus urinarius dan menentukan lokasi obstruksi, bukan fungsi
ginjal. Pemeriksaan teknik Antegrade Pyelografi merupakan tindakan awal yang dilakukan
dalam proses pemasangan Percutaneus Nephrostomy (PCN). Nephrostomy tube yang
dipasang digunakan sebagai alat yang membantu mengeluarkan urine dari dalam ginjal.
Dengan menggunakan fluoroskopi, didapatkan hasil berupa gambaran radiografi yang akan
menunjukkan klinis yang terjadi pada organ-organ sistem saluran kemih. APG tidak hanya
digunkan untuk mendiagnosa klinis pada pasien, namun teknik ini juga digunakan untuk
memantau sistem perkemihan setelah dilakukannya tindakan operasi.

Gambar 1 Anatomi Saluran Urinaria

2. Tujuan Pemeriksaan
a. Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi traktus urinarius bagian proksimal
b. Dilakukan setedslah IVP gagal menghasilkan diagnose yang informatif atau kurang
akurat; IVP gagal dilakukan; RPG tidak memungkinkan; ataupun modalitas lainnya
yang non invasive
c. Untuk menunjukkan terutama gambaran renal pelvis dan ureter
d. Bagian dari pemeriksaan nefrostomi perkutan
e. Mendeteksi adanya obstruksi yang terjadi pada organ-organ saluran kemih
f. Melihat anatomi dan keadaan organ sebelum operasi
g. Evaluasi pasca operasi terhadap ginjal dan ureter
3. Indikasi Pemeriksaan
a. Nefrolitiasis
b. Pyelonefritis
c. Nefritis
d. Urethrolitiasis
e. Hidronefrosis
f. Trauma akut traktus urinarius
4. Kontra Indikasi
a. Infeksi akut traktus urinarius
b. Alergi Media Kontras
c. Kehamilan
d. Diastasis hemoragik/ hematoma
e. Kemungkinan penyakit ginjal hidatidosa
5. Identifikasi Pasien Dalam identidikasi pasien dan komunikasi efektif yang yang perlu
dipastikan antara lain :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
c. Alamat
d. Anamnese singkat terkait riwayat alergi dan kondisi tidak hamil (pada wanita).
e. Penjelasan Prosedur
6. Persiapan Pasien
a. Tindakan nefrostomi, biasanya dilakukan di ruang operasi
b. Penandatanganan informed consent
c. Melepaskan pakaian, aksesoris dan benda logam
7. Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat sinar-X + Fluoroskopi
b. Media kontras iodium 50 cc
c. Aquabidest atau NaCl 100 ml
d. Spuit 50 cc
e. Needle 19 g
f. Klem
g. Handscoen
h. Betadine dan Alkohol
i. Film dan kaset 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm
j. Grid atau bucky
k. Marker
8. Komplikasi
a. Alergi Media Kontras
b. Perdarahan perirenal dan intrarenal
c. Hematuria
d. Pneumothoraks
e. Infeksi
f. Nyeri
g. Urinoma
h. Fistula arteriovena
i. Luka tusuk pada organ sekitar
9. Prosedur Pemeriksaan
a. Penyuntikkan media kontras ke dalam canule dengan kecepatan rata-rata 10 ml/
menit dilakukan secara perlahan agar dapat dikontrol aliran masuknya media kontras
tersebut dengan fluoroskopi.
b. Kateter yang telah terpasang diklem kemudia selang yang menghub dengan urine
dicabut.
c. Kontras medis disiapkan dengan mencampur MK dan NaCl dgn perbandingan 1:3
d. Sebelum pemasukan MK dilakukan, lakukan plain foto dengan kaset 30x40 orientasi
ginjal
e. Masukkan media kontras yang sudah diencerkan melalui kateter yang langsung
terhubung dengan pelviocalyces . Media kontras water soluble dengan konsentrasi 150
mg/cc. Jumlah tergantung pada derajat hidronefrosis. Hentikan pemberian kontras jika
pasien merasa sakit atau sensasi perih di pinggang
f. Injeksi media kontras dengan panduan fluoroskopi
g. Injeksi media kontras melalui selang nefrostomi hingga anatomi sistem pelvikokalises
terlihat.
h. Media kontras yang tertinggal di sistem PCS pada kasus obstruksi harus di aspirasi
(disedot) untuk mencegah pielits kimiawi
i. Proyeksi yang bisa dilakukan:

 AP

 RPO: melihat sistem PCS ginjal kiri secara en profile dan ginjal kanan secara en
face

 LPO: melihat sistem PCS ginjal kanan secara en profile dan ginjal kiri secara en
face

 Lateral: melihat pelvicoureteral junction pada pasien dengan hidronefrosis


j. Tahapan Pengambilan Foto

 Foto 1 fokus pada renogram dan pelviocalyceal system

 Foto 2 fokus pada ureter bagian proximal dan pelviocalyceal system

 Foto 3 fokus pada ureter distal dan vesika urinaria.

 Foto terakhir dibuat untuk melihat sekresi ginjal.


7. Teknik Pemeriksaan
a. AP
1) Kaset dan film : 30x40 cm (membujur + grid)
2) Posisi Pasien : supine
3) Posisi Objek : MSP tegak lurus pertengahan kaset
4) Central Ray : vertikal tegak lurus
5) Central Point : pertengahan kedua crista illiaca pada MSP
6) FFD : 90-100 cm
C. TEKNIK RADIOGRAFI RETROGRADE PYELOGRAFI
1. Definisi
Retrograde Pyelography merupakan pemeriksaan radiologi untuk mengevaluasi renal
pelvis dan ureter dengan menyuntikkan media kontras secara retrograde (berlawanan arah
dengan fisiologis) melalui saluran ureter. Pemeriksaan ini dapat dilakukan jika ada obstruksi
ureter dan lesi intrinsik pada ureter dan ginjal yang tidak bisa diperlihatkan secara jelas
melalui IVP
2. Indikasi Pemeriksaan
a. Hasil pemeriksaan IVU pada saluran perkencingan tidak maksimal.
b. Unexplained hematuria, dimana ureter tidak bisa terlihat secara komplit dalam
pemeriksaan IVU
c. Evaluasi persistent intraureteral atau intrapelvic filling defects pada IVU
d. Menunjukkan posisi tepat ureteral fistule
e. Biopsi pada curiga lesi
f. Evaluasi saluran perkencingan pada pasien yang tidak bisa menerima media kontras
secara intravena
g. Evaluasi curiga obstruksi seperti tumor, batu, pembekuan darah, atau penyempitan
pada ureter
h. Evaluasi penempatan kateter atau stent ureter (tabung berongga yang
memungkinkan keluarnya urin di sekitar obstruksi).
3. Kontra Indikasi
a. Infeksi akut pada saluran urinaria
b. Kehamilan
c. Perforasi dan perdarahan pada bladder
4. Identifikasi Pasien Dalam identidikasi pasien dan komunikasi efektif yang yang perlu
dipastikan antara lain :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
c. Alamat
d. Anamnese singkat terkait riwayat alergi.
e. Penjelasan Prosedur
5. Persiapan Pasien
Biasanya pasien diminta untuk berpuasa sebelum pemeriksaan. Pasien dapat untuk
berhenti makan dan minum setelah tengah malam pada hari prosedur (4 hingga 12 jam
sebelum prosedur). Pasien mungkin juga diberi pencahar oral atau enema untuk
memastikan sistem pencernaannya bersih.
6. Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat sinar-X + Fluoroskopi
b. Media kontras iodium, dengan konsentrasi 150-200 mg/ml, sebanyak 20 cc. Media
kontras tidak boleh terlalu pekat karena akan mengaburkan lesi di dalam ureter dan pelvis
c. Spuit
d. Needle
e. Film dan kaset 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm
f. Grid atau bucky
g. Marker
h. Kateter ureter (yang sudah dipasang secara cystoscopy oleh dokter bedah urologi)
i. Desinfektan

7. Prosedur Pemeriksaan
Pemasangan kateter ureter dilakukan oleh dokter urologi dengan menggunakan bantuan
cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sebelum
pemeriksaan mulai dilakukan. Kateter ureter dipasang hingga ke renal pelvis.

8. Teknik Pemeriksaan
a. AP Foto Pendahuluan
1) Tujuan : Evaluasi posisi kateter ureter; persiapan pasien; factor eksposi dan posisi
pasien
2) Kaset dan film : 30x40 cm (membujur + grid)
3) Posisi Pasien : supine
4) Posisi Objek : kaki diatur dalam posisi litotomi, kedua tangan samping tubuh, MSP
tegak lurus pertengahan kaset
5) Central Ray : vertikal tegak lurus
6) Central Point : pertengahan kedua crista illiaca pada MSP
7) FFD : 90-100 cm
b. Fase Nefrogram/ Pyelogram Beberapa dokter merekomendasikan posisi meja disudutkan
10-15 derajat dengan posisi kepala lebih rendah. Media kontras dimasukkan 3- 5 cc.
1) Kaset : 30x40 cm atau 35x43 cm (membujur + grid)
2) Posisi Pasien : supine
3) Posisi Objek : kaki diatur dalam posisi litotomi, kedua tangan samping tubuh, MSP
tegak lurus pertengahan kaset
4) Central Ray : vertical tegak lurus
5) Central Point : setinggi crista illiaca pada MSP
6) FFD : 90-100 cm

d. Penyuntikan sisa media kontras hingga habis, dan kateter ditarik hingga proximal urethra.
Kemudian ekspose kembali.
e. Tambahan proyeksi yang bisa dilakukan yaitu:

 Oblique (RPO atau LPO)

 Lateral, dengan posisi miring ke arah yang dicurigai. Proyeksi ini bertujuan untuk
menunjukkan displacement anterior ginjal atau ureter, dan perinephric abscess.

 Lateral dengan ventral atau dorsal decubitus juga bisa dilakukan untuk menunjukkan
daerah ureteropelvic pada pasien hidronefrosis.

Anda mungkin juga menyukai