Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

APPENDIKOGRAFI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Teknik Radiografi Sistem Urinarius dan Digestivus

Dosen Pengampu :
Bagus Dwi Handoko, S.ST, M.Kes.

Disusun oleh Kelompok 1 :


Aditya Pratama Putra P1337430222003
Muhammad Hafid Giofanny P1337430222012
Viandrau Margate P1337430222059
Dian Islamiyati Yusniawan P1337430222076
Farah Diva Amalia P1337430222089
Suci Amalia P1337430222100
Okma Wahyu Dwijayanti P1337430222109
Naufal Hanif Satria P1337430222205

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memvisualisasikan bagian appendix.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan pasien untuk pemeriksaan appendikografi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan appendikografi.
4. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi organ appendix untuk mengetahui kelainan
patologi anatomi.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/tanggal : Selasa, 3 Oktober 2023
Tempat : Laboratorium 1 JTRR

C. Dasar Teori
a. Prosedur pemeriksaan
1. Pemanggilan pasien
a) Pemanggilan pasien sesuai dengan nama yang ada pada lembar permintaan
foto.
b) Mencocokkan identitas pasien (nama, umur, alamat) apabila benar pasien
dipersilahkan masuk ke dalam ruangan pemeriksaan.
2. Memperkenalkan diri
a) Mahasiswa memperkenalkan diri dengan memberikan salam, menyebutkan
nama singkat dan unit tugasnya kepada pasien.
b) Contoh: “Selamat pagi, Bapak/Ibu, Perkenalkn nama saya…, saya mahasiswa
radiologi yang akan melakukan pemeriksaan radiologi pada hari ini.”
3. Anamnesa singkat (keluhan pasien dan keadaan umum pasien)
a) Mahasiswa melihat keadaan umum pasien (datang sendiri, harus dibantu orang
lain, dapat atau tidaknya berdiri, memakai alat, misal: infuse)
b) Mahasiswa menanyakan perihal keluhan yang dirasakan oleh pasien dan posisi
yang sakit tanpa menyebutkan apa yang ditulis pada lembar permintaan
foto.Contoh: “Mohon maaf Bapak/Ibu, keluhan apa yang dirasakan? Adakah
sakit atau nyeri? Sudah berapa lama? Boleh ditunjukkan dibagian mana yang
dirasakan?”.
c) Mahasiswa melihat keadaan fisik pasien (mengecek bagian mana yang sakit
dan yang mungkin tidak bisa ataupun sulit digerakkan).
d) Mahasiswa menanyakan apakah pernah dilakukan pemeriksaan radiologi yang
sama, dan apabila pernah tanyakan foto lama dari pemeriksaan tersebut.
e) Mahasiswa melakukan “recall” gambaran anatomi normal region bagian tubuh
pasien yang akan diperiksa secara radiografi mengacu pada informasi kriteria
anatomi radiologi.
4. Analisa kebutuhan pemeriksaan radiografi
Setelah dilakukannya anamnesa, mahasiswa dengan segera dapat menentukan
kesesuaian tindakan radiografi, proyeksi yang akan digunakan untuk persiapan
pasien, dan persiapan alat.
5. Penjelasan ringkas prosedur
Setelah penentuan tindakan radiografi, pasien di berikan penjelasan singkat
mengenai apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
6. Persiapan pasien
Tahapan persiapan yang harus dilakukan pasien antara lain sebagai berikut :
- 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak
berserat. Misal : bubur kecap.
- 12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien diberikan 2/3 Dulcolac.
- Pagi hari pasien diberikan Dulcolac Supositoria melalui anus atau
dilavement.
- 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan
berlangsung.
- Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok.
b. Anatomi
Appendix adalah suatu tabung kecil yang buntu berasal dari caecum pada
pertemuan tiga taenia coli (bagian distal ileocaecal junction). Appendix merupakan
bagian dari usus besar yang bentuknya seperti cacing dan dalam bahasa latin disebut
appendix vermiformis. Pada umumnya appendix vermiformis terletak di regio ossa
iliaca dextra pada titik Mc Bourney atau sepertiga dari garis yang ditarik dari spina
iliaca anterior superior dextra ke umbilicus.
Appendix memiliki panjang yaitu sekitar 8-10 cm, yang berpangkal pada
caecum. Caecum adalah bagian usus besar yang terletak diperbatasan ileum dan usus
besar. Appendix ditutupi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat pada lapisan
bawah mesentrium intestinum tenue. Lebih tepatnya, appendix terletak pada Right
Lower Quadran (RLQ).

Pada daerah abdomen dibagi menjadi empat kuadran yaitu untuk yang pertama
Right Upper Quadran (RUQ) yang terdiri dari liver, gallbladder, hepatic, duodenum,
head pancreas, right kidney, dan right suprarenal gland. Yang kedua ialah Left Upper
Quadrant (LUQ) yang didalamnya terdapat spleen, stomach, splenic, tail of pancreas,
left kidney, dan left suprarenal gland. Untuk yang ketiga Right Lower Quadrant
(RLQ) didalamnya terdapat ascending colon, appendix, dan ileocaecal valve. Untuk
yang terakhir Left Lower Quadrant (LLQ) yang terdiri dari dencending colon,
sigmoid colon, dan 2/3 jejunum.
Appendix merupakan sisa organ vestigial atau struktur yang sebelumnya
mempunyai fungsi digestivus kemudian dalam perkembangannya mengalami
rudimenter. Kejadian appendicitis meningkat pada orang yang intake makanannya
rendah serat. Beberapa penyebab obstruksi termasuk hyperplasia lymphoid atau
infeksi sering terjadi pada anak-anak dan dewasa, fecal stasis sering
terjadi pada orang tua.
Kedudukan pangkal appendix tetap, sedang ujung appendix dapat berada di
paracolica yaitu terletak pada sulcus di sisi luar caecum (8,4%), rectocaecal yaitu
terletak di belakang caecum dan mungkin sebagian atau seluruh appendix terletak
retroperitoneal (63%), pelvical yaitu appendix mengarah ke cavum pelvis (33%),
preileal yaitu appendix mengarah ke promontorium (1%), post ileal (1%),
subcaecal (2%).
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK

A. Tujuan Appendikografi
- Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appendiks dengan
menggunakan kontras media positif barium sulfat.
B. Persiapan Pasien
- 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat.
Misal: bubur kecap.
- 12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien diberikan 2/3 Dulcolac.
- Pagi hari pasien diberikan Dulcolac Supositoria melalui anus atau dilavement.
- 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan berlangsung.
- Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok.
C. Persiapan Alat dan Bahan Media Kontras
- Pesawat Sinar-X yang dilengkapi fluoroskopi
- Kaset dan film sesuai kebutuhan
- Marker
- Apron
- Kantong barium disposable
- Standar irrigator dan irrigator set lengkap dengan kanula rektal
- Vaselin dan jeli
- Handscoon
- Klem
- Tempat mengaduk media kontras
- Air hangat
- Media kontras :
Media kontras yang digunakan adalah Barium Sulfat (BaSO4), yang berupa garam
soluble. Pemasukan media kontras dapat dilakukan melalui oral maupun anal dengan
konsentrasi 50-60% Weight to Volume. Sejumlah BaSO4 dicampur dengan
sejumlah air sehingga diperoleh campuran beratnya 100 gram. Contoh : 60% Weight
to Volume
60 gram BaSO4 + Air = 100 ml larutan media kontras
D. Pemasukan Media Kontras
1. Per Oral (Barium Meal)
Pada pemeriksaan appendikografi, media kontras dimasukkan melalui mulut atau
oral. Metode barium meal ini dapat digunakan untuk pemeriksaan appendikografi,
meskipun biasanya digunakan untuk pemeriksaan organ gastrointestinal bagian atas.
Karena appendiks tidak banyak berfungsi dalam sistem pencernaan.
Cara pemasukan media kontras adalah sebagai berikut :
a. Malam hari sebelum pemeriksaan jam 20.00 WIB, pasien minum obat (Barium
Sulfat) yang diencerkan sampai satu gelas. Sebelum minum obat pasien buang air
besar terlebih dahulu.
b. Setelah minum obat dilanjutkan puasa sampai pemeriksaan dilakukan. Selama ini
pasien tidak boleh buang air besar.
c. Pagi harinya pasien datang ke Instalasi Radiologi jam 08.00 WIB untuk
dilakukan pemeriksaan.
d. Media kontras akan mengisi dan menampakkan organ appendiks setelah 6 jam
hingga 48 jam atau lebih. Eksposi dapat dilakukan beberapa waktu selama
periode tersebut, yaitu 9 jam, 12 jam, 24 jam, 48 jam. Untuk dapat
memperlihatkan organ appendiks dengan baik, dianjurkan menggunakan konus
dan film kecil.
2. Per Anal
Cara pemasukan media kontras adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan suspense barium sulfat.
b. Pasien tidur di atas meja pemeriksaan dengan posisi sims.

c. Mengolesi kanula dengan vaselin kemudian memasukkannya ke dalam anus, lalu


memasang klem.
d. Pasien tidur terlentang kembali. Klem dibuka, media kontras masuk dengan
diikuti fluoroskopi.
E. Proyeksi Pemeriksaan Appendikografi
1. Proyeksi Plain Abdomen atau BNO
a. Posisi Pasien
1) Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan berikan bantalan pada kepala,
lengan di samping tubuh, dan berikan fiksasi di bagian bawah knee.
b. Posisi Objek
1) MSP berada pada pertengahan meja pemeriksaan.
2) Pastikan tidak ada rotasi tubuh dan pelvis.
3) Objek diatur dengan menentukan batas atas proc xiphoideus dan batas bawah
symphisis pubis.

c. Arah Sinar
1) CR : vertikal tegak lurus dengan IR.
2) CP : pada pertengahan kedua crista illiaca.
3) FFD : 100 cm.
4) Eksposi saat ekspirasi tahan nafas.
d. Tujuan foto plain abdomen :
Untuk melihat persiapan pasien dan dapat mendiagnosa kelainan-kelainan yang
lain pada abdomen (seperti perforasi, obstruksi usus atau batu ureter). Temuan
spesifik pada foto polos abdomen adalah adanya apendikolith
2. Proyeksi AP atau PA post media kontras
a. Posisi Pasien
Pasien supine atau prone berikan bantalan pada kepala, lengan disamping tubuh.
b. Posisi Objek
1) MSP sejajar dengan pertengahan meja pemeriksaan.
2) Pastikan tidak ada rotasi tubuh dan pelvis.
3) Objek diatur dengan menentukan batas atas proc xiphoideus dan batas bawah
symphisis pubis.

c. Arah Sinar
1) CR : vertikal sinar vertikal tegak lurus.
2) CP : pada pertengahan crista illiaca.
3) FFD : 100 cm.
4) Eksposi saat ekspirasi tahan nafas.
d. Struktur yang tampak :
1) Colon bagian transversum harus diutamakan terisi barium sulfat pada posisi
PA dan terisi udara pada posisi AP.
2) Seluruh luas usus harus nampak termasuk fleksura olik kiri.
3. Proyeksi RAO post media kontras
a. Posisi Pasien
1) Pasien prone di atas meja pemeriksaan
b. Posisi Objek
1) Tubuh pasien dirotasikan ke kiri ±35 derajat-45 derajat.
2) Lengan kanan harus disamping tubuh dan tangan kiri diletakkan di dekat
kepala.
3) Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.
c. Arah Sinar
1) CR : Vertikal tegak lurus dengan IR.
2) CP : pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengan kedua crista illiaca.
3) FFD : 100 cm.
4) Eksposi saat ekspirasi tahan nafas.
d. Struktur yang tampak :
1) Memperlihatkan fleksura hepatica yang sedikit superposisi, lebih membuka
pada proyeksi PA.
2) Menampakkan colon ascendent, caecum, dan colon sigmoid.
4. Proyeksi LAO post media kontras
a. Posisi Pasien
1) Pasien prone di atas meja pemeriksaan
b. Posisi Objek
1) Tubuh pasien dirotasikan ke kanan ±35 derajat-45 derajat.
2) Lengan kiri harus disamping tubuh dan tangan kanan diletakkan di dekat
kepala.
3) Kaki kiri lurus ke bawah dan kaki kanan sedikit ditekuk untuk fiksasi.
c. Arah Sinar
1) CR : Vertikal tegak lurus dengan IR.
2) CP : pada 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengan kedua crista illiaca.
3) FFD : 100 cm.
4) Eksposi saat ekspirasi tahan nafas.
d. Struktur yang tampak :
1) Memperlihatkan fleksura lienalis yang sedikit superposisi, bila dibanding
dengan proyeksi PA.
2) Menampakkan colon ascendent, colon transversum dan colon descendent.
5. Proyeksi RPO post media kontras
a. Posisi Pasien
1) Pasien supine di atas meja pemeriksaan
b. Posisi Objek
1) Tubuh pasien dirotasikan ke kanan ±35 derajat-45 derajat.
2) Lengan kanan harus disamping tubuh dan lengan kiri menyilang di atas dada.
3) Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.

c. Arah Sinar
1) CR : Vertikal tegak lurus dengan IR.
2) CP : pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengan kedua crista illiaca.
3) FFD : 100 cm.
4) Eksposi saat ekspirasi tahan nafas.
d. Struktur yang tampak :
1) Memperlihatkan gambaran colon ascendent, fleksura lienalis dan colon
descendent.
2) Menampakkan colon transversum, fleksura hepatica, colon sigmoid, dan
caecum.
6. Proyeksi LPO post media kontras
a. Posisi Pasien
1) Pasien supine di atas meja pemeriksaan
b. Posisi Objek
1) Tubuh pasien dirotasikan ke kiri ±35 derajat-45 derajat.
2) Lengan kiri harus disamping tubuh dan lengan kanan menyilang di atas dada.
3) Kaki kiri lurus ke bawah dan kaki kanan sedikit ditekuk untuk fiksasi.

c. Arah Sinar
1) CR : Vertikal tegak lurus dengan IR.
2) CP : pada 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengan kedua crista illiaca.
3) FFD : 100 cm.
4) Eksposi saat ekspirasi tahan nafas.
d. Struktur yang tampak :
1) Memperlihatkan gambaran fleksura hepatica yang sedikit superposisi, terlihat
lebih membuka pada proyeksi AP.
2) Menampakkan colon ascendent, caecum, dan colon sigmoid.
BAB III
ISI

A. Evaluasi Anatomi Radiologi


1. Proyeksi Plain Abdomen

Kriteria :
- Tak tampak adanya appendicolith.
- Tampak margin psoas kanan dan kiri pada abdomen.
- Tak tampak pola bayangan usus “sentinel loop” menunjukkan tidak adanya
abses atau perforasi pada peradangan organ appendiks.
2. Proyeksi AP atau PA post media kontras
Kriteria :
- Tampak media kontras mengisi ileum distal hingga colon ascendent.
- Tak tampak adanya pengisian media kontras pada organ appendiks.
3. Proyeksi RPO post media kontras

Kriteria :
- Tampak media kontras mengisi distal ileum hingga colon ascendent.
- Tampak media kontras melapisi ileocaecal junction.
- Tak tampak adanya pengisian media kontras pada organ appendiks.
BAB IV
KESIMPULAN

Appendix adalah suatu tabung kecil yang buntu berasal dari caecum pada pertemuan
tiga taenia coli (bagian distal ileocaecal junction). Appendix merupakan bagian dari usus
besar yang bentuknya seperti cacing dan dalam bahasa latin disebut appendix vermiformis.
Pada umumnya appendix vermiformis terletak di regio ossa iliaca dextra pada titik Mc
Bourney atau sepertiga dari garis yang ditarik dari spina iliaca anterior superior
dextra ke umbilicus.
Appendikografi adalah Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan
appendiks dengan menggunakan kontras media positif barium sulfat. Diperlukan persiapan
pasien khusus sebelum dilakukkan pemeriksaan appendikografi ini, tujuannya agar organ
abdomen bersih dan terbebas dari proses pencernaan. Setelah melakukan persiapan, perlu
dilakukan foto plain abdomen untuk memastikan persiapan pasien sudah dilakukan dengan
benar.
Setelah itu, dilakukan pemasukan media kontras dan dilanjutkan pengambilan foto
radiograf dengan berbagai proyeksi. Proyeksi-proyeksi tersebut adalah proyeksi AP dan PA
post media kontras, proyeksi RPO dan LPO post media kontras, serta proyeksi RAO dan
LAO post media kontras. Setiap proyeksi menampilkan gambaran antomi yang berbeda.
REFERENSI

Bontrager, K. L. (2015). Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Fifth


edition. London: Mosby.
Retno, N. (2019). PROSEDUR PEMERIKSAAN APPENDIKOGRAFI PADA KASUS
APPENDICITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD RAA SOEWONDO PATI.
Semarang: DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.
Shelly, A., Agus, S., & Saidatia, A. H. (2022). PENATALAKSANAAN
APPENDICOGRAM DENGAN KLINIS APENDISITIS DI INSTALASI
RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD. Medical Imaging and Radiation
Protection Research Journal, Volume 2, Issue 1, 22-26.

Anda mungkin juga menyukai