Anda di halaman 1dari 34

PEMBERIAN OBAT INJEKSI

SUB CUTAN (SC)


Created By :
Rizki Alfa Firmansyah (30120119033)
Theresia Avilla Elisabeth Beku (30120119029)
Nadya Enjelina S (30120119026)
Frebonia Amini Jess (30120119044)
Dian Indriani Gultom (30120119042)
 
Pengertian Injeksi Sub Cutaneus (SC)

Injeksi Subcutaneus adalah pemberian obat


dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan subkutan di bawah kulit dengan
menggunakan spuit.
Sudut penusukan yang dianjurkan adalah 45
derajat. Absorpsi yang dibutuhkan pada
pemberian subkutan adalah berkisar 30 menit.
•  Karakteristik
obat-obatan yang dapat
dimasukkan per subkutan adalah obat
yang bersifat isotonik, tidak
mengiritasi (karena jaringan ini
sangat sensitif), tidak kental dan larut
dalam air, misalnya epineprin,
insulin, tetanus toksoid, obat alergi,
narkotik dan vitamin .
Letak atau Tempat
Injeksi :
 Lengan atas
bagian luar
 Paha anterior
 Daerah abdomen
 Area skapula pada
punggung atas
Tujuan & Indikasi
Pemberian Obat Injeksi Sub Cutan
Tujuan
Memasukkan sejumlah toksoid (misalnya Toksoid
Tetanus (TT)) atau obat pada jaringan subkutan di
bawah kulit untuk diabsorpsi.
Memberikan medikasi sesuai kolaborasi dokter.
Indikasi
Klien yang diberikan suntikan insulin dengan penyakit
diabetes melitus. 
Klien yang diberikan suntikan heparin dengan penyakit
jantung
Klien yang diberikan suntikan epineprin
atau adrenalin dengan reaksi alergi (tingkat
sedang sampai berat). Obat ini digunakan
dalam keadaan darurat untuk mengobati
reaksi alergi yang sangat serius seperti
sengatan atau gigitan serangga, makanan,
obat-obatan, atau zat lain. Epinefrin
bertindak cepat untuk meningkatkan
tekanan darah yang menurun, meredakan
gatal-gatal, mengurangi pembengkakkan
wajah, bibir, tenggorokan dan lainnya.
Kontraindikasi
Pemberian Obat Injeksi Sub Cutan
 Klien dengan shock
 Klien dengan penyakit pembuluh
darah
 Direkomendasikan tidak pada
anak-anak (kecuali insulin)
Proses Keperawatan Injeksi Sub Cutaneus
Pengkajian
 Alergi terhadap obat
 Kerja spesifik obat, efek samping, dan reaksi merugikan
 Pengetahuan klien dan kebutuhan belajar mengenai obat
 Status dan tampilan area sub cutaneus untuk
mengetahui adanya lesi, eritema, bengkak, ekimosis
(memar), inflamasi, dan kerusakan jaringan akibat
injeksi sebelumnya
 Kemampuan klien untuk bekerja sama selama injeksi
 Lokasi injeksi yang sebelumnya digunakan
Perencanaan (Intervensi)
• Pemberian injeksi subkutaneus
merupakan teknik invasif yang
memerlukan aplikasi pengetahuan
keperawatan, pemecahan masalah,
dan teknik steril. Injeksi Obat ini
beserta tekniknya tidak didelegasikan
kepada penderita Unstable Angina
Pectoris (UAP).
Persiapan :
 Periksa catatan pemberian obat klien
 Periksa label obat dengan cermat dan
bandingkan dengan catatan pemberian obat
klien untuk memastikan bahwa obat yang
sedang disiapkan adalah obat yang benar.
 Lakukan ketiga pemeriksaan pemberian obat.
Baca label obat (ketika mengambil obat dari
troli obat, sebelum menarik obat kedalam spuit
dan setelah obat berada didalam spuit).
 Atur perlengkapan.
Pelaksanaan :
1) Cuci tangan dan observasi prosedur
pengendalian infeksi lainnya yang sesuai
( misalnya sarung tangan bersih).
2) Siapkan obat dari ampul atau vial untuk
proses penarikan obat.
3) Berikan privasi klien.
4) Persiapkan klien :
 Baca gelang pengenal klien. Untuk memastikan
bahwa obat diberikan kepada klien yang benar.
 Bantu klien ke posisi yang membuat lengan,
tungkai, atau abdomen, dapat relaksasi,
bergantung pada lokasi yang akan digunakan.
Lokasi injeksi yang rileks akan meminimalkan
ketidaknyamanan.
 Dapatkan bantuan untuk memegang klien yang
tidak kooperatif. Hal ini untuk mencegah cedera
karena gerakan tiba-tiba setelah jarum
dimasukkan.
5) Jelaskan tujuan pemberian obat dan bagaiman obat
tersebut akan membantu klien, gunakan bahasa
yang dapat dipahami klien. Sertakan informasi
relevan tentang efek obat. Informasi memfasilitasi
penerimaan dan kepatuhan klien melakukan terapi.
6) Pilih dan bersihkan lokasi yang akan digunakan.
 Pilih lokasi yang bebas dari nyeri tekan, keras,
bengkak, jaringan parut, gatal, luka bakar, atau
inflamasi lokal. Pilih lokasi yang belum sering
digunakan. Kondisi tersebut dapat menghambat
absorpsi obat dan juga meningkatkan kemungkinan
cedera serta ketidaknyamanan pada lokasi injeksi.
 Pasang sarung tangan bersih.
 Sesuai dengan protokol institusi, bersihkan
lokasi injeksi dengan kapas antiseptik. Tindakan
mekanis membersihkan kulit mengandung
sekresi kulit, yang mengadung mikroorganisme.
 Letakkan dan pegang kapas antiseptik di antara
jari tengah dan jari manis pada tangan
nondominan, atau letakkan kapas diatas kulit
klien yang akan diinjeksi. Teknik ini
memudahkan anda menggunakan kapas ketika
jarum ditarik.
7) Siapkan spuit injeksi
 Buka tutup jarum sambil menunggu
antiseptik mengering. Tarik tutup dengan
cepat untuk menghindari kontaminasi jarum
dengan tepi luar tutup. Jarum akan
terkomtaminasi jika menyentuh apapun
selain bagian dalam tutup jarum, yang
merupakan bagian steril.
8) Injeksikan obat
9) Tarik keluar jarum
• Angkat jarum secara perlahan dan halus, tarik
sepanjang jalur injeksi sambil menekan kulit
dengan tangan nondominan anda. Penekanan
kulit memberikan kontertraksi pada kulit dan
meminimalkan ketidanyamanan klien saat
jarum ditarik.
• Jika terjadi perdarahan, tekan area injeksi
dengan kasa kering steril hingga perdarahan
berhenti. Perdarahan jarang terjadi setelah
injeksi dilakukan.
10)Buang alat dengan tepat
 Buang jarum yang tidak bertutup dan spuitnya ke
dalam wadah yang telah disediakan. Tindakan
pembuangan yang tepat melindungi perawat dan
orang lain dari cedera dan kontaminasi. Center for
Disease Control (CDC) yaitu pusat pengendalian dan
pencegahan penyakit , mereka merekomendasikan
agar menutup jarum sebelum dibuang untuk
mengurangi resiko cedera tertusuk jarum.
 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
11)Dokumentasikan semua informasi yang relevan
12) Kaji efektivitas obat pada saat obat diperkirakan
telah bekerja
Evaluasi
• Lakukan tindak lanjut yang sesuai,seperti efek
yang diinginkan (misalnya nyeri berkurang,
sedasi,penurunan kadar gula darah, waktu
protrombin dalam batas yang telah ditentukan
sebelumnya), setiap efek yang merugikan
(misalnya mual, muntah, ruam kulit), dan tanda
klinis efek samping.
• Hubungkan dengan hasil sebelumnya jika
tersedia.
• Laporkan penyimpanan dari normal kepada
dokter.
Kondisi Rawat Jalan Dan Komunitas
 Jika klien memiliki gangguan penglihatan,
pertimbangkan penggunaan spuit prefill dan simpan
di lingkungan yang sesuai (misalnya lemari
pendingin).
 Untuk injeksi yang sering dilakukan, buat rencana
rotasi lokasi injeksi dengan klien.
 Untuk klien yang bergantung pada insulin (IDDM),
pastikan bahwa paling tidak satu individu
pendukung klien berpengetahuan dalam
menginjeksikan insulin dengan benar pada saat
darurat dan mengenali serta mengatasi
hipoglikemia.
 Untuk tindakan penghematan, ajarkan klien
yang mampu untuk menggunakan kembali spuit
disposabel secara aman. Setiap klien yang
menggunakan kembali spuit disposabel harus
mampu menutup kembali jarum dengan benar
dan aman. Klien dengan higiene diri yang
buruk, penyakit penyerta yang akut, luka
terbuka pada tangan, atau penurunan ketahanan
terhadap infeksi tidak dianjurkan menggunakan
kembali spuit disposabel.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan 
 Hindari penyuntikkan di area yang
terdapat lesi dan skar, adanya luka
infeksi, di bawah otot yang besar atau
bagian tubuh yang banyak saraf.
 Jika klian takut terhadap penyuntikkan,
alihkan perhatian klien dan jangan
biarkan klien melihat jarum suntik.
 Klien dengan penyakit diabetes yang perlu
penyuntikkan insulin secara teratur, ganti dan atur
lokasi penyuntikkan secara bergilir untuk
mencegah hipertrofi dan lipodistrofi (atrofi
jaringan). Lokasi yang sama tidak di
rekomendasikan untuk dipakai kembali sebelum 6-
7 minggu yang akan datang setelah penyuntikkan
terakhir.
 Jika yang disuntikan adalah klien obesitas, pijitlah
jaringan kulit klien dan gunakan jarum panjang
dan dapat mencapai kulit bagian subkutan. Sudut
jarum yang digunakan anatar 45-90 derajat.
 Jika klien sangan kurus, jangan lakukan
penyuntikkan di bagian abdomen.
 Jika yang disuntikkan adalah klien yang sangat
kurus dengan sedikit jaringan kulit, maka
dapat menggunakan aturan :
- Jika jaringan kulit yang bisa dipegang
perawat berukuran 2 inchi atau lebih, maka
gunakan sudut 90 derajat.
- Jika jaringan kulit yang bisa dipegang
perawat berukuran kurang dari 2 inci maka
gunakan sudut 45 derajat.
Jenis-Jenis Insulin
Rapid Acting Insulin
• Jenis Insulin ini sering disebut insulin kerja cepat.
Sesuai namanya, insulin jenis ini hanya butuh waktu
15 menit, setelah penggunaan untuk menurunkan
kadar gula darah klien. Peak kerja terjadi hanya
memiliki durasi kerja 2 hingga 4 jam. Jadi, biasanya
digunakan lebih dari sekali sehari. Insulin jenis ini
biasanya digunakan untuk mengontrol kadar gula
klien yang naik setelah makan. Biasanya dianjurkan
pula untuk digunakan 15 hingga 30 menit sebelum
makan. Contoh insulin kerja cepat adalah insulin
aspart, gluisine, dan sebagainya.
Short Acting Insulin
• Jenis insulin ini sering disebut insulin kerja
pendek. Insulin jenis ini memiliki onset
kerja 30 menit dan mencapai puncak kerja 2
hingga 3 jam setelah diinjeksi. Durasi
kerjanya sedikit lebih lama daripada rapid
acting insulin, yaitu sekitar 3 hingga 6 jam.
Contoh, insulin lispro.
Intermediate Acting Insulin
• Jenis insulin ini sering disebut insulin kerja
menengah. Jenis insulin ini sudah jarang
digunakan dalam praktik klinis. Jenis insulin ini
perlu waktu 2 hingga 4 jam sejak diinjeksi, untuk
dapat menurunkan gula darah dan bertahan di
dalam tubuh hingga 12 sampai 18 jam. Contoh,
insulin isophane, insulin humulin N, dan
sebagainya.
Long Acting Insulin
• Jenis insulin ini sering disebut insulin kerja panjang.
Insulin jenis ini bertahan paling lama dalam tubuh.
Durasi kerjanya 24 jam, karenanya cukup digunakan
satu kali dalam sehari. Insulin jenis ini butuh waktu
beberapa jam untuk dapat menurunkan kadar gula
darah. Contoh insulin kerja panjang adalah insulin
levemir, dan glargine. Biasanya dianjurkan disuntik
pada pagi hari atau malam hari sebelum tidur,
Karena insulin ini kerjanya 24 jam.
Insulin Aspart masuk ke dalam Insulin Isophane masuk ke dalam
jenis Rapid Acting Insulin jenis Intermediate Acting Insulin
Insulin Lipro masuk ke dalam Insulin Humulin masuk ke dalam
jenis Short Acting Insulin jenis Intermediate Acting Insulin
Insulin Actrapid masuk ke
Insulin Novorapid masuk ke dalam jenis Short Acting Insulin
dalam jenis Rapid Acting Insulin
Regular insulin masuk ke dalam
jenis Short Acting Insulin Insulin levemir masuk ke dalam
jenis Long Acting Insulin
Daftar Pustaka
 Aryani, Ratna., et al. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan
Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
 Kusyanti, Eni., et al. 2012. Keterampilan & Prosedur
Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
 Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
 Berman, Audrey., et al. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
 Pionas.pom.go.id>ioni>61-diabetes>6.1.1 Insulin PIO Nas.
 Jurnal.unpad.ac.id>download>Mengenal Jenis-Jenis Insulin
Terbaru untuk...-Jurnal Unpad.
XIE-XIE
MERCI BEAUCOUP
THANK YOU

APAKAH ADA PERTANYAAN ???

KEPERAWATAN DASAR II

Anda mungkin juga menyukai