NIM : 523126
1. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur yang mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran pernafasan. ISPA berat
apabila masuk ke jaringan paru- paru dan dapat menyebabkan pneumonia. ISPA termasuk
golongan Air Bone Disease yang penularannya melalui udara (Pitriani, 2020).
2. Etiologi
penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Patogen ini dapat masuk dan hidup di
saluran pernafasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan. Penyebab ISPA terdiri lebih
dari 300 spesies bakteri, virus, dan riketsi. Bakteri penyebab ISPA antara lain genus
corynebacterium. Virus penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) antara lain
Faktor lain yang dapat menyebabkan ISPA pada anak antara lain status gizi, status imunisasi,
3. Klasifikasi
Berdasarkan (Halimah, 2019), klasifikasi ISPA dikategorikan berdasarkan umur dan lokasi
anatomi yaitu :
sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam >38°C, pernapasan
cepat >60x/menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral pada lidah,
dapat minum.
dinding dada.
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek dan
faringitis.
4. Anatomi Fisiologi
Sistem pernapasan terdiri dari komponen berupa saluran pernapasan yang dimulai dari
1) Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Udara yang
masuk melalui hidung akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di vestibulum dan akan
2) Farings
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, mulai dasar tengkorak sampai
orofaring, dan laringorofaring. Faring berfungsi untuk jalan udara dan makanan.
3) Larings
Jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan
ligamentum yang berfungsi untuk berbicara, dan juga berfungsi sebagai jalan udara
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang makan, untuk mencegah makanan masuk ke dalam laring.
5) Trakhea
tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakea ini dilapisi oleh
selaput lendir yang terdiri epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda
asing.
6) Bronkhus
Bronkhus merupakan percabangan dari trakea, dimana bagian kanan lebih pendek dan
lebar dibanding bronkhus kiri. Bronkhus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas,
lobus tengah, dan lobus bawah. Berbeda halnya bronkhus kiri yang lebih panjang,
7) Bronkhiolus
paru-paru semakin kecil dan halus dengan dinding yang tipis. Luas permukaan
bronkiolus menentukan besar oksigen yang dapat diikat secara efektif oleh paru-paru.
Fungsi bronkiolus adalah sebagai media atau saluran yang menghubungkan oksigen agar
mencapai paru-paru.
8) Alveoli
Ujung saluran napas sesudah bronkhiolus berbentuk kantong udara yang disebut
alveoli. Kelompok-kelompok alveoli yang sangat banyak ini berbentuk seperti anggur dan
disinilah terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2. Dinding alveoli berupa selaput membran
tipis dan elastis serta diliputi oleh banyak kapiler. Membran ini memisahkan gas dari
cairan. Gas yaitu udara kita sedot saat menarik napas dan cairan adalah darah dari kapiler.
Jadi seluruh pertukaran dalam paru terjadi pada alveoli.
9) Paru-Paru
Paru merupakan organ paling besar dari organ pernapasan dan ada dua buah kiri dan
kanan. Paru kanan mempunyai 3 lobus dan sedikit lebih besar dari paru kiri yang
mempunyai 2 lobus. Kedua paru dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum yang
berisi jantung, travhea, esofagus, dan beberapa limfe-nodus. Paru dilapisi oleh selaput
pelindung yang disebut pleura dan pisahkan dari rongga abdomen oleh diafragma.
Selaput pleura yang meliputi paru terdiri dari 2 lapis, berisi cariran yang diproduksi
pleura. Fungsi cairan ini agar paru dapat bergerak leluasa dalam rongga dada selama
Pola nafas tidak efektif Kuman melepas endotoksin Peningkatan asam lambung
Hipertermi Hospitalisasi
Suplai O2 menurun Produksi mucuc oleh sel sel basilica system imun
menurun
Penurunan metabolism sel Penumpukan sekresi
Resiko infeksi
Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
mengakibatkan reaksi inflamasi dari respon immunologi. Hal ini menimbulkan reaksi
mekanisme pertahanan tubuh pada saluran pernafasan seperti filtrasi udara, inspirasi
di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, serta pembersihan mukosilier dan
fagositosis. Patogen yang menyerang tubuh, menempel pada sel epitel hidung
mengikuti proses pernafasan dan masuk kedalam saluran pernafasan. Setelah terjadi
hidung yang memfiltrasi patogen, lapisan mukosa, dan sel-sel silia. Selain itu, terdapat
amandel dan kelenjar gondok yang mengandung sel-sel imun. Jika patogen dapat
patogen akan dihalangi oleh lapisan pertahanan (sistem imun) untuk mencegah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat menyebar melalui udara yang
karena itu ISPA termasuk dalam kelompok penyakit yang ditularkan melalui udara.
Rute penularan melalui udara yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun
benda yang terkontaminasi. Sebagian besar infeksi melalui udara dapat ditularkan
melalui kontak langsung, namun tidak jarang ISPA terjadi ketika udara yang
7. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, gejala klinis ISPA seperti demam selama 4-7 hari, pilek, batuk
disertai sputum berwarna kuning atau putih dengan konsistensi kental, dada terasa nyeri,
sesak nafas, sakit kepala, sulit menelan, dan nafsu makan menurun (Suriani, 2018).
a. Gejala ringan
1. Batuk.
b. Gejala sedang
5. Frekuensi nafas >60x/menit pada anak usia <1 tahun dan frekuensi nafas
2. Kesadaran menurun.
8. Pemeriksaan
a. CT-Scan, dilakukan untuk mengecek apakah ada penebalan pada area dinding hidung dan
b. Kultur virus, dengan mengambil sample sputum dilakukan untuk mengetahui jenis
9. Komplikasi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan
tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik
dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual,
muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan
membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terjadi pada
2) Rinosinusitis
dan sinus paranasal. Secara klinik RS adalah keadaan yang terjadi sebagai tanda dan
gejala adanya peradangan yang mengenai mukosa rongga hidung dan sinus paranasal
dengan terjadinya pembentukan cairan atau adanya kerusakan pada tulang di bawahnya.
3) Pneumonia
(alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai sesak napas atau napas cepat. Penyakit
ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua
selalu disertai batuk dan napas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam. Namun pada
4) Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis bukan
suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat
berhenti sendiri.
5) Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di dunia. Konjungtiva terpajan oleh banyak
bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat
6) Faringitis
virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi
ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang
anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak usia kurang dari 3 tahun.
Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (Wulandari & Meira, 2018).
berikut :
2. Menambah makanan yang bergizi. Berikan makanan dalam porsi sedikit, namun
yang dimasukkan kedalam air hangat atau air dengan suhu normal.
7. Berikan oksigen apabila frekuensi nafas anak melebihi batas normal. Lakukan
ISPA atas tidak selalu diobati dengan antibiotik karena sebagaian besar kasus
ISPA atas, disebabkan oleh virus. Terapi suportif diberikan untuk ISPA atas yang
1. Terapi Suportif
multivitamin.
2. Antibiotik
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses awal dalam melakukan tindakan keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam melakukan pengumpulan data untuk menilai dan mengetahui
kesehatan klien. Tujuan dari dilakukannya penilaian kesehatan klien adalah untuk
mengumpulkan informasi dan database dari klien, sehingga pengumpulan data tersebut dapat
dilakukan dalam beberapa cara melalui observasi, pemeriksaan head to toe, dan pemeriksaan
penunjang lainnya (Nursalam, 2018).
a. Identitas klien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien
b. Keluhan utama
Biasanya pasien yang mengalami ISPA di dapatkan keluhan utamanya adalah demam,
kejang, sesak napas, batuk, nafsu makan menurun, gelisah atau rewel, dan kepala terasa
sakit.
c. Riwayat Kesehatan
Biasanya pasien sebelumnya merasakan panas yang tinggi secara tiba -tiba, sakit kepala,
malise, nyeri pada area sendi dan otot, kehilangan nafsu makan, flu dan batuk, dan sakit
tenggorokan.
Klien yang mengalami ISPA biasanya memiliki riwayat penyakit infeksi, seperti TBC,
Pneumonia, dan Ifeksi saluran pernafasan lainnya. Bahkan kemungkinan keluarga klien
f. Pemeriksaan fisik
h. Pemeriksaan laboratorium
2. Diagnose keperawatan
pasien. Diagnosis keperawatan adalah kunci perawat membuat rencana perawatan yang
tepat akan membantu pasien mencapai kesehatan optimal. Dengan demikian, penilaian
menjadi lebih komprehensif dan disesuaikan dengan masalah dan diagnosis pasien (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan pada ISPA yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
(D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005)
lingkungan (D.0142)
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif (I.01006)
efektif (D.0001) b.d keperawatan selama 3x Observasi :
hipersekresi jalan nafas d.d pertemuan diharapkan 1.1. Identifikasi kemampuan
bersihan jalan nafas batuk
Gejala dan tanda mayor (L.01001) meningkat dengan 1.2. Monitor tanda dan gejala
Subjektif : kriteria hasil : infeksi saluran napas
(tidak tersedia) - Batuk efektif Terapeutik :
Objektif : meningkat (5) 1.3 Atur posisi semi- fowler atau
1. Batuk tidak efektif - Produksi sputum fowler
2. Tidak mampu batuk menurun (5) Edukasi :
3. Sputum berlebih - Mengi menurun (5) 1.4 Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Mengi, wheezing, ronkhi - Wheezing menurun batuk efektif
kering (5) 1.5 Anjurkan tarik napas dalam
- Dispnea menurun (5) 1.6 Anjurkan
Gejala dan tanda minor - Sulit bicara menurun (5) mengulangi tarik napas
Subjektif : - Sianosis menurun (5) 1.7 Anjurkan batuk dengan
1. Dispnea - Gelisah menurun (5) kuat
2. Sulit bicara - Frekuensi nafas
Objektif : membaik (5)
1. Gelisah - Pola nafas membaik (5)
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
(D.0005) b.d hambatan upaya keperawatan selama 3x (I.01011)
nafas d.d pertemuan diharapkan pola Observasi :
nafas (L.01004) membaik 2.1 Monitor pola nafas (frekuensi,
Gejala dan tanda mayor dengan kriteria hasil : kedalam, usaha napas)
Subjektif : - Tekanan inspirasi 2.2 Monitor bunyi nafas tambahan
1. Dispnea meningkat (5) (wheezing/ronkhi)
- Tekanan ekspirasi Terapeutik :
Objektif : meningkat (5) 2.3 Posisikan semi- fowler
1. Penggunaan otot bantu - Dispnea menurun (5) atau fowler
nafas - Penggunaan otot bantu Edukasi :
2. Fase ekspirasi memanjang nafas menurun (5) 2.4 Ajarkan teknik batuk efektif
3. Pola nafas abnormal - Pemanjangan fase
(takipnea, bradipnea, ekspirasi menurun (5)
hiperventilasi, kussmaul, - Pernafasan cuping
cheyne-sokes) hidung menurun (5)
- Frekuensi nafas
Gejala dan tanda minor membaik (5)
Subjektif :
1. Ortopnea
6. Nausea b.d Efek Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual (I.03117)
Farmakologis (SDKI D.0076 keperawatan selama 3x24jam Observasi :
Hal: 170) diharapkan nausea menurun 6.1 Identifikasi pengalam mual
(SLKI, L.08065) 6.2 Identifikasi isyarat non
Gejala dan tanda mayor : dengan kriteria hasil : verbal
Subjektif : - Nafsu makan meningkat 6.3 ketidaknyamanan
1. Mengeluh mual (1) 6.4 Identifikasi dampak mual
2. Merasa ingin muntah - Keluhan mual menurun terhadap kualitas hidup
3. Tidak berminat makan (5) 6.5 Identifikasi faktor peyebab
Objektif : - Sensasi panas menurun mual
(tidak tersedia) (5) 6.6 Monitor mual
- Pucat menurun (1) 6.7 Monitor asupan nutrisi dan
Gejala dan tanda minor : kalori
Subjektif : Terapiutik
1. Merasa asam di mulut 6.8 Kendalikan faktor penyebab
2. Sensasi panas/dingin mual
3. Sering menelan Edukasi
Objektif : 6.9 Anjurkan makanan tinggi
1. Salva meningkat karbohidrat dan rendh lemak
2. Pucat Kolaborasi
3. Diaforesis 6.10 Kolaborasi pemberian obat
antiemetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, M. F. F. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
An. P Dengan Diagnosa Medis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Ruang D
2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. 2(8.5.2017), 2003–2005.
Amaliyyah, R. (2021). Asuhan Keperawatan pada An. R Usia Bayi dengan Diagnosa
Medis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Poli Umum Puskesmas Kebonsari
Surabaya. February, 6.
Ariana, R. (2016). Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Anak Balita yang
Mengalami ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru Samarinda. 1– 23.
Aziz, N. L. (2019). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA
Pada Balita di desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi. Skripsi Kesehatan
Masyarakat Stikes BHM Madiun, 116. http://repository.stikes-bhm.ac.id/614/1/1.pdf
Lazamidarmi, D., Sitorus, R. J., & Listiono, H. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian ISPA pada Balita. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
21(1), 299. https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i1.1163
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Setiawan, P. A. (2021). Diagnosa dan Tatalaksana Hemoragik. Jurnal Medika Hutama , 1660-
1665.