Keperawatan Anak
Oleh :
NELLA SARI
NIM. 10218055
A. Definisi
Menurut Depkes RI (2011) Diare adalah sutau kondisi dimana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau air, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih dari tiga kali dalam satu hari. (ibnu sina, n.d.)
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja
>10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/
24 jam (Juffrie, 2010). Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
pola konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar.
Seorang anak dikatakan diare bila konsistensi feses lebih berair dari biasanya, atau
bila buang air besar lebih dari tiga kali atau lebih, atau buang air besar lebih berair tapi
tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).
B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. (Kemenkes, 2017).
1. Mulut
Rongga mulut adalah jalan masuk makanan dan air menuju saluran pencernaan.
Pemotongan dan penghalusan makanan secara mekanik oleh gigi, kemudian makanan
bercampur dengan saliva sebelum ditelan. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Disini terletak
persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang.
3. Kerongkongan (esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Organ ini berfungsi untuk
menghubungkan mulut dengan lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Gerak peristaltik kerongkongan meliputi
gerakan melebar, menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar makanan
terdorong ke lambung.
4. Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
6. Usus Besar (colon)
Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus yang
berupa umbai cacing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik
(ascending), mendatar (tranverse), dan menurun (descending). Pada usus besar tidak
terjadi pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E.
coli dan diperoleh vitamin K. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
7. Rektum
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum
ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
8. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya diare pada anak menurut (Kep. Anak Komp.) terdiri dari:
1. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana
merupakan penyebab diare pada anak. Kuman meliputi infeksi bakteri, virus, parasite,
protozoa, serta jamur dan bakteri yang paling sering menimbulkan diare adalah
vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, aeromonas, sedangkan infeksi
virus disebabkan oleh enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan infeksi
parasite disebabkan oleh cacing ascaris, trichiuris, oxyuris, strongiloide, dan protozoa
disebabkan oleh etnamoeba hystolitika, giardia lambia, trichomonas hominis serta
jamur yaitu candida albicans.
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti pada
otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis dan biasanya banyak
terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
3. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap karbohidrat seperti
disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.
D. Klasifikasi
1. Diare Akut
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare Kronik
Diare dengan durasi (lamanya) berlangsung lebih dari 14 hari.
a. Diare osmotik: terjadi peningkatan osmotiklumen usus.
b. Diare sekretorik: terjadi peningkatan sekresi cairan usus
c. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi motilitas yang lebih cepat
pembentukan micelle empedu
d. Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit: terjadi
penghentian mekanisme transpor ion aktif di enterosit, gangguan absorbsi
natrium dan air.
e. Motilits dan waktu transit usus abnormal: terjadi motilitas lebih cepat, tak teratur
sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi.
f. Gangguan permeabilitas usus
g. Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan: terjadi peradangan dan
kerusakan mukosa usus halus serta daya lekat kuman.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Menurut Kemenkes RI (2011), faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku yang meliputi:
a. Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan makanan
pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap
kuman.
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
c. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB
anak.
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2. Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci
kakus (MCK).
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
3. Di samping faktor risiko tersebut di atas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita
campak.
F. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala diare (ibnu sina, n.d.) antara lain:
1. Gejala umum
a. BAB lebih dari 3x sehari dengan konsistensi lembek atau cair
b. Muntah,biasanya menyertai pada gastrointeritis akut
c. Demam,dapat mendahului atau tidak mendahului diare
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah
2. Gejala spesifik
a. Vibro cholerae: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
b. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah
G. Patofisiologi
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. Virus
atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan akan menyebabkan
infeksi, sehingga dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan
digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga fungsi sel–sel ini masih belum
optimal. Selanjutnya, vili–vili usus halus mengalami atrofi yang mengakibatkan tidak
terserapnya cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap
akan terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makanan yang
tidak diserap tadi akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare. (Utami &
Luthfiana, 2016)
H. WOC/Pohon Masalah
I. Komplikasi
1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Tanpa dehidrasi
b. Dehidrasi ringan
c. Dehidrasi berat
2. Gangguan sirkulasi
Kehilangan cairan dalam waktu yang singkat pada diare, apabila lebih dari 10% berat
badan akan menyebabkan syok atau presyok akibat berkurangnya volume darah
(hipovolemia).
3. Gangguan asam-basa (asidosis)
Terjadi akibat hilangnya cairan elektrolit (biokarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai
kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi (gizi buruk).
5. Gangguan gizi
Terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan.
J. Penatalaksanaan
WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut lintas
penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, obat-obatan, dan edukasi
orangtua/pengasuh). (Rendang Indriyani & Putra, 2020)
1. Rehidrasi yang adekuat Oral Rehydration Therapy (ORT)
a. Oralit untuk pasien diare tanpa dehidrasi diberikan sebanyak 10ml/kgbb tiap
BAB.
b. Rehidrasi pada pasien diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dapat diberikan
sesuai dengan berat badan penderita. Volume oralit yang disarankan adalah
sebanyak 75 ml/KgBB. Buang Air Besar (BAB) berikutnya diberikan oralit
sebanyak 10ml/KgBB. Pada bayi yang masih mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI),
ASI dapat diberikan.
c. Selanjutnya kasus diare dengan dehidrasi berat dengan atau tanpa tanda-tanda
syok, diperlukan rehidrasi tambahan dengan cairan parenteral. Bayi dengan usia
<12 bulan diberikan ringer laktat (RL) sebanyak 30ml/KgBB selama satu jam,
dapat diulang bila denyut nadi masih terasa lemah. Apabila denyut nadi teraba
adekuat, maka ringer laktat dilanjutkan sebanyak 70 ml/KgBB dalam lima jam.
Anak berusia >1 tahun dengan dehidrasi berat, dapat diberikan ringer laktat (RL)
sebanyak 30ml/KgBB selama setengah sampai satu jam. Jika nadi teraba lemah
maupun tidak teraba, langkah pertama dapat diulang. Apabila nadi sudah kembali
kuat, dapat dilanjutkan dengan memberikan ringer laktat (RL) sebanyak
70ml/KgBB selama dua setengah hingga tiga jam.
2. Suplemen Zinc
Suplement zinc digunakan untuk mengurangi durasi diare, menurunkan risiko
keparahan penyakit, dan mengurangii episode diare. Pemberian zinc selama 10-14
hari dapat mengurangi durasi dan keparahan diare. Selain itu, zinc dapat mencegah
terjadinya diare kembali. Meskipun diare telah sembuh, zinc tetap dapat diberikan
dengan dosis 10 mg/hari (usia < 6 bulan) dan 20 mg /hari (usia > 6 bulan).
3. Nutrisi adekuat
Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat anak sehat diberikan guna
mencegah penurunan berat badan dan digunakan untuk menggantikan nutrisi yang
hilang. Pasien tidak perlu untuk puasa, makanan dapat diberikan sedikit demi sedikit
namun jumlah pemerian lebih sering (>6 kali/hari) dan rendah serat.
4. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi: Asetosal 25mg/tahun dengan dosis minimun 30mg, dan
Klorpromazin 0,5-1 mg/kgBB/hari.
b. Obat anti spasmolitik: pada umumnya papaverine, ekstrak beladona, opium,
loperamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.
c. Antibiotika: pada umumnya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali
jika penyebabnya jelas.
5. Edukasi orang tua
Orangtua diharapkan dapat memeriksakan anak dengan diare puskesmas atau dokter
keluarga bila didapatkan gejala seperti: demam, tinja berdarah, makan dan atau
minum sedikit, terlihat sangat kehausa, intensitas dan frekuensi diare semakin sering,
dan atau belum terjadi perbaikan dalam tiga hari. Orang tua maupun pengasuh
diberikan informasi mengenai cara menyiapkan oralit disertai langkah promosi dan
preventif yang sesuai dengan lintas diare.
K. Asuhan Keperawatan Secara Teori
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
< 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung
<14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung
selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Nursalam, 2008).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. Tinja makin cair, mungkin
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan
karena bercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila pasien telah banyak
kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Diuresis:
terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada
diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang.
Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan anak tidak mendapat imunisasi campak Diare, adanya riwayat
alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan makanan basi,
riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu,
tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat
menjamah makanan, riwayat batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama, atau setelah diare.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular
ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak.
e. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan atau ASI sebelum anak mengalami diare. Perasaan
haus pada anak.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah, rewel (dehidrasi
ringan), lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).
2) Berat badan anak
g. Pemeriksaan Head toToe
Pengkajian mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan lidah, leher, dada,
abdomen, ekstremitas, serta genetalia untuk mengetahui tanda-tanda diare pada
anak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare
b. Nyeri Akut
c. Hipovolemia
d. Hipertermia
e. Defisit Nutrisi
f. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ...x... jam maka [Luaran
keperawatan][ekspektasi] dengan kriteria hasil ...
a. Diare
Intervensi utama: Manajemen diare
b. Nyeri Akut
Intervensi utama: Manajemen nyeri
c. Hipovolemia
Intervensi utama: Manajemen hipovolemia
d. Hipertermia
Intervensi utama: Manajemen Hipertermia
e. Defisit Nutrisi
Intervensi utama: Manajemen Nutrisi
f. Ansietas
Intervensi utama: Reduksi Ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Aman, M. C. U., Manoppo, J. I. C., & Wilar, R. (2015). Gambaran Gejala Dan Tanda Klinis
Diare Akut Pada Anak Karena Blastocystis Hominis. E-CliniC, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.7483
Kemenkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Departemen Kesehatan
RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 1–40.
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Rendang Indriyani, D. P., & Putra, I. G. N. S. (2020). Penanganan terkini diare pada anak:
tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis, 11(2), 928.
https://doi.org/10.15562/ism.v11i2.848
Soenarto Y. (2012). Diare Kronis dan Diare Persisten. Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi, 122.
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada
Anak. Majority, 5, 101–106. Retrieved from https://www.mendeley.com/catalogue/fdd61f29-
e548-30b4-9a02-3d11c3c9b4aa/
ASUHAN KEPERAWATAN AN. K DENGAN DIARE
Kasus
An. K berusia 5 tahun di bawa ke IGD dengan keluhan BAB cair 5x/hari, setelah dilakukan
pengjkajian didapatkan data bahwa An. K sakit sudah mulai 2 hari yang lalu, BAB cair
6x/hari, perut nyeri dengan skala 5, nadi 100x/menit, TD 130/90MmHg , Suhu 37,5°C
A. PENGKAJIAN
FAKULTAS KESEHATAN
I. IDENTITAS
Imunisasi :
BCG (umur 1 tahun) Polio …..x (umur 2 tahun) DPT ….x (umur 1 tahun)
Campak (umur 1 tahun) Hepatitis ….x (umur 1 tahun)
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : An. K suka membeli jajan di pinggir jalan
Riwayat pertumbuhan :
Riwayat perkembangan :
Penampilan umum :
Palatum : Bibir :
Warna kulit :
Ekstremitas :
Genitalia :
IV. B1 (BREATH)
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya Tidak
Produktif : Ya Tidak
Substernal Intraklavikula
Lain-lain : ...................................................................................
V. B2 (BLOOD)
Lain-lain : ...................................................................................
VI. B3 (BRAIN)
Penglihatan (mata):
Strabismus
Lain-lain :
Pendengaran (telinga):
Penciuman (hidung):
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan :
Lain-lain:
VII. B4 (BLADDER)
Kandung kemih :
Membesar : Ya Tidak
Lain-lain : ...................................................................................
VIII. B5 (BOWEL)
Mual Muntah
Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Abdomen :
Teratur : Ya Tidak
Frekuensi : 6x/hr
Lain-lain :
IX. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot :
Kulit :
Lain-lain :
X. ENDOKRIN
Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Lain-lain :
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2. Nyeri Akut
( Nella sari )
ANALISA DATA
No Masalah
Data Etiologi
. Keperawatan
1. DS: Faktor infeksi Diare
1) Ibu pasien mengatakan
pasien datang dengan masuk dan berkembang
keluhan BAB cair 5x/hari di usus
DO:
1) BAB 6x/hari Peradangan
2) Feses cair
3) Nyeri abdomen merusak sel-sel epitel usus
Diare
2. DS: Faktor infeksi Nyeri Akut
1) Klien mengeluh nyeri
DO: masuk dan berkembang
1) Perut nyeri dengan skala 5 di usus
2) Nadi= 100x/menit,
3) TD= 130/90 mmHg , hipersekresi air dan elektrolit
4) Suhu= 37,5°C
volume usus meningkat
nyeri abdomen
Nyeri Akut
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal d.d BAB 6x/hari dengan konsistensi cair dan nyeri
abdomen.
2. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis: inflamasi d.d perut nyeri dengan skala 5, nadi
100x/menit, TD 130/90MmHg , Suhu 37,5°C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
P:
Lanjutkan intervensi 3, 4,
dan 6
P:
Intervensi dilanjutkan