Tansion pneumotoraks
Disusun oleh:
Kelas : 2A Keperawatan
Kelompok 3
Nama :
1. Renaldy 201801034
2. Sukmawaty 201801044
3. Ulan sari 201801046
4. Faradilah 201801016
5. Anggi arista 2018010
B. Definisi
Tension pneumothorax adalah suatu keadaan dimana keadaan terdapat
akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga pluera viscera dan varenteral ,
yang dapat menyebabkan timbulnya polaps paru pada keadaan normal rongga
pluera tidak berisi udara agar paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga
dada ( Nanda,2013).
C. Konsep medis
1. Aspek epidemiologi
Kekerapan pneumothoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000
penduduk pertahun. Menurut barrie dkk,sex ratio laki-laki: perempuan 5 :
1.
Pneumothoraks lebih sering di temukan pada hemithorak kanan daripada
hemithoraks kiri.Pneumothoraks bilateral kira-kira 2% dari seluruh
pneumothoraks sepontan. Kekerapan pneumothoraks pentil 3-5% dari
pneumothoraks spontan.
Laki-laki lebih sering daripad wanita (4:1); paling sering pada usia 20-
30 (4,14) tahun pneumothoraks spontan yang timbul pada umur lebih dan
40 tahun sering di sebabkan oleh adanya bronkhitis kronik dan empisema
lebih sering dari orang-orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi
(astenikus) terutama pada mereka kebiasaan merokok (2,4).
Pneumothoraks kanan lebih sering terjadi dari pada kiri.
2. Penyebab
Tension pneumothorax terjadi ketika cedera pada dinding dada atau
paru memungkinkan udara masuk keruang pleura, tetapi mencegah udara
keluar. Tekanan dalam ruang pleura menjadi positif dalam kaitannya
dengan tekanan atmosfer karena udara secara cepat berakumulasi dengan
setiap usaha napas. Paru pada sisis yang terkena kolapas, dan tekanan pada
mediastinum menggeser organ toraks ke sisi dada yang tidak terkena,
memberi tekanan pada paru yang berlawanan. Ventilasi menurun secara
hebat dan aliran balik vena kejantung terganggu. Tension pneumothorax
merupakan kedaruratan medis yang memerlukan intervensi segera untuk
mempertankan pernapasan curah jantung.
3. Patofisiologi
Tension pneumothorax menurut biotta 2012, adalah yaitu udara
terakumuasi dan memisahkan pluera fiserar dan fluera parietal. Tekanana
negatif hilang, yang mempengaruhi daya rekoil elastis, paru rekoil dan
kolaps ke hilus . pada pnemothoraks terbuka udara atmosfir mengalir
langsung ke rongga pluera yang mengakibtkan kolaps paru pada area
terkena. Pada pneumothoraks tertutup, udara masuk ke rongga pluera dari
pada paru, sehingga meningkatkan tekanan pluera dan mencegah ekspansi
paru. Pada tensions pnumothoraks udara pada rongga pluera memiliki
tekanan yang lebih tinggi dari udara di paru. Udara masuk ke rongga
pluera melalui ruptur pluera hanya ketika inspirasi. Tekanana udara ini
menyebabkan tekanan-tekanan barometriks, menyebabkan atelektasis
kompesi. Peningkatan tekanan dapat menggeser jantung dan pembuluh
darah beserta menyebabkan pergeseran mediastinum.
4. Pathway
Nyeri akut
Merangsang reseptor
nyeri pada pleura
viseralis dan parietalis
5. Manifestasi klinik
Gambaran klinis dari klien dengan pnemothoraks menurut nanda (2013)
meliputi:
a. Klien mengeluh mendadak nyeri dada pleuritik akut yang terlokalisasi
pada paru yang sakit .
b. Nyeri dada pluritik biasanya di sertai sesak napas peningkatan kerja
pernapasan, dan dispenea.
c. Gerakan dinding dada mungkin tidk sama karena sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat.
d. Suara nafas jauh atau tidak ada
e. Perpusi dada menghasilkan suara hipersonan.
f. Takikardi sering terjadi menyertai tipe pneumotoraks
g. Hypoksimia
h. Ketakutan
i. Gawat nafas
j. Peningkatan tekanan jalan nafas puncak dan rerata, penurunan
komplian, dan auto tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada
klien yang terpasang ventilasi mekanis.
k. Kolaps kardiovaskuler.
6. Klasifikasi
Klasifikasi pneumothoraks menurut muttakin (2013) diklasifikasikan
menjadi:
a. Pneumothoraks terbuka
Terjadi akibat adanya hubungan terbuka rongga pleura dan bronkhus
dengan lingkungan luar sehingga tekanan intra pleura sama dengan
tekanan baromoter (luar). Tekanan intrapluera di sekitar nol (0) sesuai
dengan gerakan pernapasan.
b. Pneumothoraks tertutup
Rongga pluera tertutup dan tidak berhubungan dengan dunia luar.
Udara yang dulunya ada di rongga pluera (tekanan positif ) karena
reabsorpsi dan tidak ada hubungannya lagi dengan dunia luar maka
tekanan udara di rongga pleura menjadi negatif. Tetapi paru paru tidak
bisa berkembang penuh. Sehingga masi ada rongga pleura yang
tampak meskipun tekanannya sudah normal.
c. Pneumothoraks pentil
Merupakan pnemothoraks yang mempunyai tekanan positif
berhubungan adanya pistel di pleura fiseralis yang bersifat pentil.
Udara yang melalui bronkhus terus kepercabangannya dan menuju ke
arah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi, udara masuk ke
rongga pleura yang permulaannya masa negatif.
7. Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah paru yang kolaps, meskipun resiko
kekambuhannya dapat dikurankan.
Beebrapa cara untuk mencegah kekambuhan pneumothoraks :
a. Berhenti merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko pneomhothoraks, sehingga pasien
di anjurkan berhenti.
b. hindari perjalanan udara selama sampai 1 minggu setelah resulusi
lengkap telah di konfirmasi oleh ronthgen dada.
c. Harus berhenti mlakukan olahraga menyelam nyelam secara permanen
kecuali strategi pencegahan definisi yang sangat aman telah di lakukan
seperti operasi.
d. Tindak lanjuti dengan dokter pasien jika melakukan gangguan
pernapasan jadwalkan kunjungn dokter .
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Wahit & Suprapto 2013, yaitu, jika
diduga tension pnemotoraks, klien harus segera diberikan oksigen dengan
konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksia. Dalam keadaan darurat,
tenstion pneumotoraks dapat diubah dengan cepat menjadi pneumotoraks
dengan memasangkan jarum berdiameter besar pada garis midklavikular
ruang intercostal ke dua pada sisi yang sakit. Tindakan ini akan
menghilanhkan tekanan dan mengalirkan udara dan cairan sisanya dan
mengembangkan kembali paru.
Jika paru mengembang dan kebocoran dari paru berhenti, drainase
lebih lanjut mungkin tidak diperlukan lagi. Jika paru terus bocor, seperti
yang ditunjukan dengan penumpukan kembali volume udara yang tidak
dapat dikeluarkan selama terasitasis, udara harus dikeluarkan dengan
selang dada menggunakan drainase water seal.
9. Komplikasi
Masalah yang lazim menurut Nanda (2013) meliputi :
a. Atelektasis
b. Pnemonitis
c. Kegagalan pernapasan
d. Tension pnemotoraks
e. Pnemotoraks bilateral
f. Emfisema
D. Terapi komplementer
Penelitian mengindikasikan bahwa sejumlah besar pasien yang didiagnosis
kanker paru menggunakan medikasi komplementer dan alternatif
(complementary and alternative,CAM). Pada tinjauan sistematis CAM pada
kanker paru, antara 10% dan lebih dari 60% pasien kanker menggunakan
minimal satu bentuk CAM (Cassileth er al., 2007). Pengobatan CAM
menggunakan obat herbal, the obat, homeopati, ekstrak binatang, dan terapi
spiritual. Ketika terapi ini dapat aman ketika di gunakan sendiri, kemungkinan
interaksi dengan terapi medis konvensional harus di pertimbangkan. Tanyakan
pasien mengenai pengggunaan terapi komplementer dan alternatif yang
mereka gunakan serta informasikan anggota tim asuhan kesehatan ketika ada.
E. Pencegahan
1. Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum sistem bereaksi terhadap stressor,
meliputi: promosi kesehatan dan mempertahankan derajat kesehatan.
Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of
defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko.
Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah didentifikasi.
Strateginya mencakup: health promotion atau penyuluhan kesehatan dan
general dan specifik projection.
Terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasar, keadaan ini
terjadi karena robeknya kantong udara dekat pleura viseralis. Sering pada
usia 20-40, pria > wanita , kadang ditemukan blep atau bulla dilobus
superior. Pneumothoraks yang terjadi pada individu tanpa adanya riwayat
penyakit yang mendasarinya. Umumnya terjadi pada dewasa muda,tidak
ada riwayat menderita penyakit paru sebelumnya,tidak berhubungan
aktivitas fisik tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan penyebabnya
tidak diketahui( Azziman,1995). Walaupun secara klinis pneumothoraks
spontan primer tidak didapatkan adanya kelainan paru tapi lesur dan Co
dalam light (1993) melaporkan bahwa dengan pemeriksaan CT-scan dada
pada 20 pasien dengn pneumothoraks spontan. Primer di dapatkan 16
pasien (80%) adanya efisema subpleura di apeks. Shan dkk (2000)
mendapatkan adanya bulla subpleura 76-100% pada pasien
pneumothoraks saat dilakukan video-assisted thoracoscopic surgey dan
dengan CT-Scan dada di dapatkan adanya bulla ipsilateral pada 89%
pasien dengan pneumothoraks primer.
2. Sekunder
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of
resintance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten
sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat
sesuai gejala. Tujuannya untuk memperoleh kestabilan sistem secara
optimal dan memelihara energi
Terjadi dengan penyakit paru yang mendasarinya misalnya :
a) COPD
b) Focus TB kaseosa
c) Blep emfisema
d) Ca primer/ metastase
e) Pneumoni
Dari 41 pasien dalam penelitian ini, etiologi yang sering yaitu PSS sebanyak
18 pasien (43,9). Pada pneumotoraks traumatik PSP ditemukan 7 pasien
(17,1%). Pada PSS di temukan kasus tuberkulosis sebanyak 16 pasien dan
kasus pneumotoraks traumatik ditemukan akibat KLL sebanyak 9 kasus dan
akibat luka tusuk sebanyak 7 kasus.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tension pneumothorax adalah suatu keadaan dimana keadaan terdapat
akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga pluera viscera dan
varenteral , yang dapat menyebabkan timbulnya polaps paru pada keadaan
normal rongga pluera tidak berisi udara agar paru-paru leluasa
mengembang terhadap rongga dada, Tension pneumothorax terjadi ketika
cedera pada dinding dada atau paru memungkinkan udara masuk keruang
pleura, tetapi mencegah udara keluar. Tekanan dalam ruang pleura
menjadi positif dalam kaitannya dengan tekanan atmosfer karena udara
secara cepat berakumulasi dengan setiap usaha napas. Paru pada sisis yang
terkena kolapas, dan tekanan pada mediastinum menggeser organ toraks
ke sisi dada yang tidak terkena, memberi tekanan pada paru yang
berlawanan. Ventilasi menurun secara hebat dan aliran balik vena
kejantung terganggu. pada pnemothoraks terbuka udara atmosfir mengalir
langsung ke rongga pluera yang mengakibtkan kolaps paru pada area
terkena. Pada pneumothoraks tertutup, udara masuk ke rongga pluera dari
pada paru, sehingga meningkatkan tekanan pluera dan mencegah ekspansi
paru. Pada tensions pnumothoraks udara pada rongga pluera memiliki
tekanan yang lebih tinggi dari udara di paru. Udara masuk ke rongga
pluera melalui ruptur pluera hanya ketika inspirasi. Tekanana udara ini
menyebabkan tekanan-tekanan barometriks, menyebabkan atelektasis
kompesi.
B. SARAN
Demi lengkapnya isi dan pembahasan mengenai makalah ini, maka
kami sebagai penyusun mengharapkan saran dari para pembaca dan
pendengar demi kelengkapan isinya. Untuk itu penyusun berharap saran
yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Brend M.s & Bethel susan, (2011), Manual Of Critical Care Nursing, Edisi 16
Amerika:PJM
Kusuma, H, & Nurarif, A. (2012). Handbok Health Student. Yogyakarta
Medication Publising.
Nanda (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Ediji
Revisi jilid II. Jakarata: Media Action.
Smelzer , S.C & Bare, BG (2013). Buku Ajara Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Ed. 8 Vol. 1. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi Ediji 4. Jakarta: EGC.
Wahid, A. & Suprapto, I (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Respirasi. Jakarta: TIM.