Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA DENGAN KEBUTUHAN

“MANAJEMEN NYERI”

Di Susun Oleh :

Kelompok III

1. Siti Sahira 2201043


2. Furqanul Setyani Fiqrah 2201019
3. Safitri Hi Muhlis 2201040
4. Alfarizi Alimuddin 2201050

PRAKTEK KERJA LAPANGAN ANGKATAN 2022


YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKANG
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S
DENGAN EFUSI PLEURA KEBUTUHAN

“MANAJEMEN NYERI”

DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL DI RUANGAN

ISOLASI KAMAR 220

CI LAHAN CI INSTITUT

(…………………….) (…………………….)
BAB 1

PEMBAHASAN EFUSI PLEURA

A. Pengertian

Efusi pleura adalah suatu kondisi ketika terdapat cairan abnormal dalam
rongga pleura. Pleura merupakan selaput tipis yang melapisi paru-paru dan
dinding dada. Di antara pleura yang melapisi paru-paru dan dinding dada,
terdapat rongga pleura. Normalnya, terdapat sedikit cairan dalam rongga ini
yang berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura saat pergerakan paru-paru
ketika bernapas. Kondisi ini bisa ringan ataupun serius yang tergantung pada
penyebabnya. Infeksi virus, pneumonia, dan gagal jantung adalah beberapa
kondisi yang bisa menyebabkan efusi pleura.
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan
cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah selaput tipis yang
melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di luar paru-
paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara lapisan pleura. Biasanya,
jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam ruang pleura yang
memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar dalam rongga dada
selama pernapasan (Philip, 2017).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain
(Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini
disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012) :
Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik Peningkatan
permeabilitas kapiler Penurunan tekanan osmotic koloid darah Peningkatan
tekakanan negative intrapleura Kerusakan drainase limfatik ruang pleura.
Penyebab efusi pleura:
a. Infeksi :Tuberkulosis Pneumonitis Abses paru Perforasi esophagus
Abses sufrenik
b. Non infeksi : Karsinoma paru Karsinoma pleura: primer, sekunder
Karsinoma mediastinum Tumor ovarium Bendungan jantung: gagal
jantung, perikarditiskonstriktiva Gagal hati Gagal ginjal Hipotiroidisme
Kilotoraks Emboli paru.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragi.

a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal


jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena
kava superior, tumor dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru dan tuberculosis.
C. Anatomi Fisiologis

a. Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung yang
menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah tabung berotot kaku
terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci panjang dan lebar 1 inci.
b. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira
veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi bronkus utama
(primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek lebih lebar dan lebih
vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri disebut lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di
bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah.
c. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini kemudian
menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara
udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai titik ini, jalan udara
konduksi mengandung sekitar 150 ml udara dalam percabangan trakeobronkial
yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas.
d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral
Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada disebut
pleura parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru disebut pleura
visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang dindingnya berisi
cairan serosa yang berguna sebagai pelumas sehingga tidak menimbulkan sakit
bila antara dinding rongga dada dan paru-paru terjadi gesekan pada waktu
respirasi.
e. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian yaitu
paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior) dan paru
kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius dan lobus
inferior). Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura
yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya
mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :
a. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada
permukaan pulmo.
b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding
thoraks.
Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis sebagai
ligamen Pulmonal (pleura penghubung). Di antara kedua lapisan. pleura ini
terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura. Dimana di dalam
cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi
gesekan antara pleura ketika proses pernapasan. (Wijaya & Putri, 2013). Paru-
paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga lobus terdiri dari
bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus
yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru disebut apeks yang
menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru dilapisi
oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya, permukaan rongga pleura
berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga
ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga
kosong diantara kedua pleura, karena biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang
merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Cairan ini
berfungsi untuk pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah
bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup
untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan
dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke mediastinum.
Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura parietalis,
memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura oleh pleura
parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu, rongga pleura
disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnyabergerak secara
teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura
tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup
untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan
dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke mediastinum.
Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura parietalis,
memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura oleh pleura
parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu, rongga pleura
disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya begitu sempit,
sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin, 2011).
D. Klasifikasi

Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Efusi pleura transudate

Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membrane


pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.

b. Efusi pleura eksudat

Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh


kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)
Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah
pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

E. Patofisiologi

Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 10 cc -
20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur. Cairan
yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura
tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di
absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura
parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan
diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh
system kapiler pulmonal.
Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah
terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam
rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi.
Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotickoloid Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah
satunya adalah infeksi tuberkulosa paru. Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang
pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju
alveoli, terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga
diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas
membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya
efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek
atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan
aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang bisa
juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit
antara 500-2000. Mula-mula yang dominan adalah sel-sel polimorfonuklear,
tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman
tubukolusa. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena adanya bakteri
tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain: Irama pernapasan tidak teratur, frekuensi
pernapasan meningkat, pergerakan dada asimetris, dada yang lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal - hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015).
F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)


a. Tirah baring

Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena


peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dispneu akan semakin meningkat pula.

b. Thoraksentesis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti


nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.

c. Antibiotic

Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya


infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.

d. Pleurodesis

Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura atau rongga pleura.

G. Pemeriksaan Penunjang

a) Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi


pleura, dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b) CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi
dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses
paru atau tumor.
c) USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan
dalam jumlah kecil.
d) Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk
diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa
membantu untuk menentukan penyebabnya.
e) Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar
diambil untuk dianalisa.
f) Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung
untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g) Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan
penyebab efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka
rongga dada.
Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
H. Komplikasi

a. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan


drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks.
Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang
berat pada jaringan - jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran
- membran pleura tersebut.
b. Atalektasis

lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang


disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

c. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan


ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.

d. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan


ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

e. Empiema

Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang


mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi
yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah
dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas
bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas
dan rasa sakit (Morton, 2012).
I. Pathway Efusi Pleura
BAB 2
PEMBAHASAN KEBUTUHAN
“MANAJEMEN NYERI”
A. Pengertian

Manajemen nyeri pada pasien efusi pleura biasanya melibatkan


penggunaan analgesik atau obat pereda nyeri. Terapi tergantung pada
tingkat keparahan nyeri dan kondisi kesehatan pasien. Dokter akan
menentukan pengobatan yang tepat berdasarkan faktor-faktor ini. Selain
obat pereda nyeri, terapi fisik dan intervensi non-obat juga dapat digunakan
sebagai bagian dari manajemen nyeri. Penting untuk berkonsultasi dengan
dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dan tepat.

B. Tujuan

Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang sampai


mengganggu aktivitas penderita. Manajemen nyeri akan diberikan ketika
seorang merasakan sakit yang signifikan atau berkepanjangan.

C. Manfaat

Tindakan manajemen nyeri pada efusi pleura dapat memberikan beberapa


manfaat, seperti mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pengelolaan nyeri pada efusi pleura biasanya melibatkan pemberian
analgesik (obat pereda nyeri) dan tindakan medis untuk mengurangi tekanan
atau volume cairan di rongga pleura.

Pemberian analgesik dapat membantu meredakan rasa nyeri yang


disebabkan oleh akumulasi cairan di rongga pleura, sehingga pasien merasa
lebih nyaman dan mampu beraktivitas dengan lebih baik. Selain itu, dengan
mengurangi nyeri, pasien dapat bernapas dengan lebih baik, karena rasa
nyeri dapat mempengaruhi pola pernapasan.

Tindakan medis untuk mengurangi cairan di rongga pleura, seperti


paracentesis atau pemasangan kateter pleura, juga dapat membantu
mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi paru-paru. Dengan
menghilangkan atau mengurangi cairan yang menyebabkan tekanan pada
paru-paru, pasien dapat merasakan perbaikan dalam fungsi pernapasannya.
D. Tindakan

Tindakan medis untuk mengurangi cairan di rongga pleura, seperti


paracentesis atau pemasangan kateter pleura, juga dapat membantu
mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi paru-paru. Dengan
menghilangkan atau mengurangi cairan yang menyebabkan tekanan pada
paru-paru, pasien dapat merasakan perbaikan dalam fungsi pernapasannya.

1. Pemberian Obat Analgesik: Menggunakan obat-obatan pereda nyeri


seperti parasetamol, ibuprofen, atau naproksen dapat membantu
meredakan nyeri ringan hingga sedang. Untuk nyeri yang lebih
parah, dokter dapat meresepkan opioid atau kombinasi analgesik
yang lebih kuat.
2. Terapi Fisik: Terapi fisik, seperti pemanasan atau pendinginan,
pijatan, atau latihan khusus, dapat membantu meredakan ketegangan
otot atau memperkuat otot yang melemah dan menyebabkan rasa
nyeri.
3. Tindakan Non-Obat: Penggunaan teknik relaksasi, meditasi, terapi
kognitif, atau terapi perilaku dapat membantu mengurangi perasaan
nyeri atau meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
4. Terapi Okupasional: Terapi okupasional dapat membantu pasien
menyesuaikan diri dengan rasa nyeri dan mempelajari cara
mengatasi aktivitas sehari-hari dengan lebih efisien.
5. Blokade Nyeri: Pada beberapa kondisi, dokter dapat melakukan
blokade saraf atau injeksi lokal untuk menghambat sinyal nyeri dari
mencapai otak.
6. Tindakan Bedah: Untuk beberapa kasus nyeri yang disebabkan oleh
masalah fisik tertentu, operasi mungkin diperlukan untuk mengatasi
akar penyebab nyeri.

Penting untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis terlatih untuk


menentukan tindakan manajemen nyeri yang paling tepat berdasarkan kondisi
kesehatan individu. Pengobatan yang sesuai akan membantu mengurangi atau
mengatasi rasa nyeri secara efektif.
ASUHAN KEPERAWATAN

Tn.S DENGAN EFUSI PLEURA KEBUTUHAN


“MANAJEMEN NYERI”

Di Susun Oleh :

Kelompok III

1. Siti Sahira 2201043


2. Furqanul Setyani Fiqrah 2201019
3. Safitri Hi Muhlis 2201040
4. Alfarizi Alimuddin 2201050

PRAKTEK KERJA LAPANGAN ANGKATAN 2022


YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKANG
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S
DENGAN EFUSI PLEURA KEBUTUHAN
“MANAJEMEN NYERI”
DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL DI RUANGAN
ISOLASI KAMAR 220

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………….) (…………………….)
ASUHAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL

HARI/TANGGAL : SELASA, 01 AGUSTUS 2023


JAM : 12.30
RUANG : Isolasi
PERAWAT : Perawatan 2

1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Tn. Sufri
b. Jenis Kelamin : lak-laki
c. Umur : 40 tahun
d. Agama : islam
e. Status Perkawinan : kawin
f. Pekerjaan : pegawai negeri /sipil
g. Pendidikan terakhir : S1 Ekonomi
h. Alamat :Jl. KH AGUS SALIM 1 NO.58
i. No.CM :202933
j. Diagnostik Medis : Efusi Pleura

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny.Lidyawati
b. Umur : 37 tahun
c. Pendidikan : S1 PGSD
d. Pekerjaan : Guru SD
e. Alamat : Jl. KH AGUS SALIM I NO. 58

Anda mungkin juga menyukai