PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi
atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi
Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda
adanya penyakit.
Secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5–20ml) berfungsi
termasuk Indonesia.
100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3juta orang setiap tahunnya menderita
Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia
tubercolusis. Efusi pleura seiring terjadi di negara negara yang sedang berkembang
yang sedang berkembang salah satunya indonesia. Negara negara barat efusi pleura
menyerang 1,3 juta orang per tahun (yoghie pratama 19 juni 2012).
1
Badan kesehatan dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus efusi pluera
diseluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah CA paru sekitar 10-15
juta dengan 250 ribu kematian tiap tahunya.efusi pluera suatu disease entity dan
merupakan suatu gejala penyakit yang serius dapat mengancam jiwa penderita.
Dinegara negara barat efusi pluera terutama disebabkan oleh gagal jantung kongesti
sirosis hati keganasan dan peneomia bakteri sementara di negara yang sedang
pada penderita keganasan dan disebabkan oleh kangker paru dan kangker payudara.
Efusi pluera merupakan manifestasi klinik yang dapat di jumpai pada sekitar 50-60%
(keganasan pluera primer) dapat disertai efusi pluera dan sekitar 50% penderita
19juni2012).
Di indonesia trauma dada juga bisa menjadi penyebab efusi pluera. Mortalitas
dan morbiditas efusi pluera ditentukan berdasarkan penyebab tingkat keparahan dan
jenis biochemical dalam cairan pluera. hal ini akan sejalan bila masyarakat indonesia
terbatas dari masalah kesehatan dengan gangguan system pernapasan yang salah
Sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunya. Efusi pluera suatu
kesatuan penyakit (disease enity) dna merupakan suatu gejala penyakit yang serius
yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan efusi pluera ditentukan
oleh jumlah cairan kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru.
2
Tingginya kasus efusi pluera disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksa
kesehatan sejak dini sehingga terhambat aktivitas sehari hari dan kematian akibat
Tingkat kegawat daruratan pada efusi pluera ditentukan oleh jumlah cairan kecepatan
pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi pleura exspensi paru
akan mengalami sesak nyeri dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps
lebih jauh tentang kasus “Efusi Pleura” serta memberikan Asuhan Keperawatan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
yang di rawat di ruang Cempaka RSUD Prof. Dr. W.Z. Johanes Kupang.
2. Tujuan Khusus
3
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny T.D.J di ruang Cempaka RSUD
C. Metode Penulisan
mempelajari literatur dan studi kasus yang dilakukan pada Ny T.D.J di ruang Cempaka
D. Sistematika Penulisan
dan konsep asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. BAB III TINJAUAN KASUS berisi gambaran kasus,
PEMBAHASAN berisi tentang kesanjangan antar tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
2002). Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
2. Etiologi
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
a. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal didalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan
5
b. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang sering kali
disebabkan paru-paru. Kanker, tuberculosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat,
2. Pleuritis tuberkulos.
6. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk
8. Pemesanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik
ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma.
6
3. Manifestasi Klinis
akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi
malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan
keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang
mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali
menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar di atas area
efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan
pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2) Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
3) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
5) Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena
7
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
Gram, basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih,
sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
4. Patofisiologi
Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma
(eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
keterlibatan neoplasma. Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah
jantung kongestif. Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami
efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidak dapat
sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya
menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari
8
berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas
kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding
dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke dalam
mengempis).
9
Pathway
Peradangan pleura
Transudat
Insufisiensi Oksigenasi
Suplai oksigen menurun Resiko infeksi
10
5. Klasifikasi
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang
6. Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
11
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru. Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan
yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Torakosentesis.
Pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga
2) Rontgen dada.
cairan.
3) Ct scan dada.
4) USG dada.
12
5) Biopsi pleura.
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
7) Bronkoskopi.
8. Penatalaksanaan
serta dipsnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal
specimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea. Namun bila
penyebab dasar adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
elektrolit, dan kadang pneumotoraks. Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi
pengembangan paru.
dalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi
cairan lebih lanjut. Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu
13
untuk mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata
dilepaskan klemnya sesuai yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan
beberapa hari lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk
14
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas / istirahat
b. Sirkulasi
Tanda :
1. Takikardia
tegangan penumotorak
e. Nyeri/ Kenyamanan
spontan)
2. Tajam dan nyeri, menusuk yang di perberat oleh nafas dalam , kemungkinan
15
b. Prilaku distraksi
c. Mengkerutkan wajah
f. Pernafasan
b. Riwayat bedah dada/ Trauma; Penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru
Tanda Pernafasan :
abdominal kuat.
5. Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
dengan palpasi )
16
g. Keamanan
Gejala :
2. Diagnosa Keperawatan
lemah)
3. Intervensi
Kriteria hasil :
17
Intervensi dan Rasional
yang terjadi.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
paru-paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta
foto thorax.
18
dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang
paru.
Kriteria hasil :
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
makan.
19
e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
lemah).
Kriteria hasil :
a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas
aktivitas.
20
Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan
selanjutnya.
penuh.
istirahat.
Kriteria hasil :
Istirahat cukup
21
c. Kolaborasi pemberian obat analgetik
4. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon klien. Pada tahap implementasi ini merupakan
aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi
22
5. Evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan
tujuan pasien:
sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau
23
BAB III
TINJAUAN KASUSU
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang perawatan pasien dengan Efusi Pleura
maka di lakukan pengkajian tanggal 15 Agustus 2019, jam 08.00 pada Ny. T.D.J yang
berumur 54 tahun. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Agustus 2019 dengan
nomor RM 517494. Dengan diagnosa masuk Efusi Pleura. Pasien beragama Kristen
Katolik, pendidikan SD, pekerjaan Ibu Rumah Tngga (IRT), pasien berasal dari suku
Naibonat dan tinggal di Naibonat, bangsa Indonesia (WNI). Pasien Suda Menikah,
peroleh dari pendetita, anak, catatan medic, dan catatan perawatan, pasien di rawat di
a. Keluhan utama :
Pasien mengatakan masuk rumah sakit karena demam mengigil, Batuk – batuk, dan
Sesak nafas.
b. Riwayat keluhan :
Pasien di rujukan dari Rumah Sakit Leona dengan Dispnea, batuk kurang lebih 2 minggu
Pasien mengatakan, batuk berlendir, dan nyeri dada bagian kiri dengan skala nyeri
24
d. Penyakit yang pernah di derita :
Pasien mengatakan baru pertamakali menderita penyakit yang dideritanya saat ini
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang diderita pasien
Pasien adalah anak kelima dari lima bersaudara. Pasien memiliki dua saudara laki-
laki dan dua saudara perempuan. Orang tua kandung pasien serta semua saudara-
saudara dari orang tua pasien juga sudah meninggal dunia. Ayah kandung pasien
memiliki anak pertama dari lima bersaudara. Ayah kandung pasien memiliki dua
saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Sedangkan ibu kandung pasien
adalah anak tunggal. Kakek dan nenek pasien juga telah mennggal dunia.
2. Observasi
mmHg, Nadi 85x/menit, Pernapasan : 26 x/menit, Suhu : 36,5 ˚c, tinggi badan pasien
saat di kaji : 149 cm, berat badan : 44 kg, berat badan ideal 44,1 kg.
25
3. Pemeriksaan fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan, pasien mengatakan bahwa pasien tidak merasa
sesak napas, dan batuk berlendir berwarna putih. Hasil pemeriksaan fisik dada dan
ditemukan retraksi pada dinding dada. Tidak ditemukan adanya napas cuping
hidung, irama napas pasien tidak teratur, jenis napas dispnea. Perkusi : ditemukan
bunyi dinding thoraks adalah resonan (dug, dug, dug). Saat auskultasi : di temukan
Pada saat dilakukan pemeriksaan pada system ini, pasien mengatakan bahwa
adanya nyeri pada daerah dada, karena adanya penumpukan cairan di pleura,
nyerinya seperti tertusuk-tusuk, dibagian dada sebela kiri, dengan skala nyeri 5 (4-
5-6) nyeri sedang, nyeri timbul ketika menarik napas dalam, batuk, dan
beraktivitas, nyeri hilang timbul selama 2 menit. Hasil pemeriksaan fisik pada dada
atau thoraks melalui inspeksi : ditemukan tidak ada pembesaran vena jugularis,
capillary Rate Time < 3 detik, dan akral pasien teraba hangat. Palpasi : ditemukan,
tidak ada nyeri saat di tekan. Auskultasi : ditemukan bunyi jantung pasien normal
atau regular.
26
c. Persyarafan dan penginderaan (Brain /B3)
Pada saat di lakukan pemeriksaan, pasien mengatakan bahwa tidak ada keluhan
berada dalam posisi sadar penuh, dengan hasil observasi nilai GCS : Eye : 4 (saat
di suruh membuka mata, pasien dapat membuka mata secara spontan), Verbal : 5
(saat ditanya tentang nama pasien, nama anggota keluarga, nama tempat ia dirawat,
alamat tempat tinggalnya, nama orang yang saat itu disekitarnya, nama hari,
tanggal dan waktu. Pasien dapat menyebutkan semuanya dengan baik dan benar),
spontan tanpa bantuan). Jadi, total GCS : 15 atau kemampuan GCS paien normal.
Palpasi pada pemeriksaan sensori perifer ditemukan : sensasi nyeri normal, dan
pada pemeriksaan suhu di temukan : pasien mampu membedakan suhu panas dan
bisep, trisep, radius, dan achiles : positif, artinya, reflex yang ditunjukan pasien
babinski, brudinski, serta reflex kernig sign yang ditunjukan oleh pasien juga
normal. Hasil pemeriksaan pada mata melalui inspeksi : reflex terhadap cahaya :
normal atau pupil tampak isokor. Ukuran kedua pupil mata : 3 mm, saat dilakukan
pemeriksaan pada pupil dengan menggunakan pen light, pupil mata pasien tampak
isokor, konjungtiva tampak berwarna merah muda, sclera mata tampak berwarna
putih, dan jernih, tidak ditemukan adanya ikterik. Hasil pemeriksaan pada telinga
ditemukan kedua telinga pasien (kiri dan kanan) masih dapat mendengar dengan
jelas dan tidak ada gangguan. Pemeriksaan pada indera penciuman di temukan
pasien masih dapat membedakan antara bau parfum, minyak kayu putih, dan bau
27
aneh lainnya. Pemeriksaan pada indera pengecapan, pasien masih bisa
Pada saat pemeriksaan, pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam berkemih,
pasien bisa menyadari keinginan untuk berkemih. Pengeluaran urin secara spontan.
Frekuensi 3-4 kali dalam sehari, urin yang dikeluarkan tiap kali berkemih adalah
banyak dan warna urin jernih (pasien mengatakan), baunya khas atau amoniak.
Pada saat dilakukan pemeriksaan pasien mengatakan nafsu makannya baik, tidak
ada keluhan nyeri saat menelan, tidak ada mual muntah, dan selama dirawat di
rumah sakit pasien menggatakan 2 kali buang buang air besar dalam sehari.
Frekuensi makan 3 x /hari porsi makan dihabiskan, minum air 4-5 gelas / hari.
Hasil pemeriksaan pada mulut melalui inspeksi, Kondisi mulut pasien tampak
ditemukan bentuk abdomen tampak datar dan simetris, tidak ditemukan hepatoma
28
f. Muskuloskeletal (Bone / B6)
kemampuan pergerakan sendi (ROM) pasien : bebas, Kekuatan otot : kiri atas 5,
kanan atas 5, kiri bawah 5, kanan bawah 5. Tonus otot normal, tidak adanya edema
dibagian ektemitas, warna kulit normal, turgor kulit baik. Bentuk tulang belakang
g. Sistem Endokrin
Pada saat melakukan inspeksi tidak ditemukan adanya pembesaran tiroid, tidak ada
h. Pola Aktivias
Pada saat pemeriksaan pola aktivitas ditemukan data sebagai berikut : pasien
mengatakan sebelum sakit, pasien biasa makan 3 atau 4 x/hari, pasien makan nasi,
sayur, lauk pauk dalam porsi yang banyak, pasien tidak memiliki pantangan atau
alergi makanan apapun. Saat sakit pasien tetap makan 3 x/hari dan teratur, sebelum
sakit, pasien minum air putih sekita 8-9 gelas/ hari, pasien suka kopi yang manis
dengan frekuensi perhari 3-4 gelas, dan pasien tidak memilik pantangan dan alergi
terhadap minuman apapun. Sebelum sakit pasien biasa mandi 2 x/hari, sikat gigi
setiap kali mandi, mencuci rambut 3 x/minggu, pasien memotong kuku jika
kukunya suda panjang. Saat sakit, pasien mandi 1 x/hari, pasien belum mencuci
rambut sejak masuk rumah sakit, pasien membersihkan mulut setiap kali mandi.
29
Sebelum sakit pasien biasa beraktivitas selama 7-8 jam, mulai dari jam 06.00 pagi
sampai jam 10.00, lalu pasien istirahat siang dari jam 11.00 sampai jam 14.00 dan
mulai lanjut kerja dari jam 15.00 18.00. saat sakit pasien tidak beraktivitas sama
sekali karena betrest total. Sebelum sakit pasien biasanya tidur pada malam hari 8-
10 jam mulai dari pukul 20.00 atau 21.00 sampai 05.00 dan begitupun pada saat
sakit. Sebelum sakit pasien biasa tidur siang 2-3 jam mulai pukul 11.00 atau 12.00
sampai 14.00 dan begitupun pada saat sakit. sebelum sakit pasien tidak memiliki
Pada system Pola Aktivias tidak ditemukan adanya penyimpangan data sehingga
i. Psikososial
yang baik dengan tetangga di lingkungan tempat tingalnya dan juga keluarganya,
pasien tidak meiliki masalah dengan perannya sebagai ibu rumah tangga. Pasien
tampak mendapat dukungan yang aktif dari keluarga, teman, maupun tetangga di
j. Spiritual
Pada pengkajian spiritual, pasien mangatakan bahwa ia yakin dan percaya kepada
Pada system Spiritual tidak ditemukan adanya penyimpangan data sehingga system
30
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin Hasil 10.9, Satuan g/dL, Nilai rujukan 10.0 – 12.0, Jumlah Eritrosit Hasil 4.12,
Satuan 10^6/uL, Nilai rujukan 4.20 – 5.40, Hematokrit Hasil 32.6, Satuan %, Nilai rujukan
37.0 – 47.0, MCV Hasil 79.1, Satuan fL, Nilai rujukan 81.0 – 96.0, MCH Hasil 26.5, Satuan
Pg, Nilai rujukan 27.0 – 36.0, RDW – SD Hasil 35.5, Satuan fL, Nilai rujukan 37 – 54,
Esinofil Hasil 0.4, Satuan %, Nilai rujukan 1.0 – 5.0, Neutrofil Hasil 81.6, Satuan %, 50 – 70,
Limfosit Hasil 8.3, Satuan %, Nilai rujukan 20 – 40, Monosit Hasil 9.2, Satuan %, 2 – 8,
Jumlah Limfosit Hasil 0.70, Satuan 10^3/ul, Nilai rujukan 1.00 – 3.70, Jumlah Monosit Hasil
0.77, Satuan 10^3/ul, Nilai rujukan 0.00 – 0.70, Glukosa Sewaktu Hasil 182, Satuan mmg/dL,
Nilai rujukan 70 – 150, Kreatinin Darah Hasil 0.41 Satuan mmg/dL, Nilai rujukan 0.6 – 4.5,
Kalium Darah Hasil 3.2, Satuan mmol/dL, 3.5 – 4.5 Nilai rujukan.
5. Terapi Medik
Omeprazole, Dosis : 2 x 1 gr, indikasi : Pengobatan jangka pendek tukak usus dan
tukak lambung, refluks esofagitis yang erosif, Kontraindikasi : Sakit kepala, Sembelit
atau konstipasi, Diare, Sakit perut, Nyeri sendi, Sakit tenggorokan, Kram otot.
Amirofluid, Dosis : 1000 cc/ 24 jam, indikasi : kejang demam dan demam dengue,
kontraindikasi : koma akibat gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal kronis,
kadar nitrogen dalam darah tinggi, gagal jantung karena penyempitan jantung.
infeksi sinus (sinusitis), infeksi kulit, infeksi lambung, radang panggul, kontra
indikasi : mual atau muntah, mulas atau sakit perut diare atau sembelit (konstipasi)
batuk hidung tersumbat iritasi, nyeri, rasa terbakar, bengkak, dan kemerahan di sekitar
daerah penyuntikkan.
31
Ceftriaxone, Dosis : 2 x 1 gr dalam Na Cl 100 cc, indikasi : Untuk mengobati
berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa
diare, feses menjadi hitam, napas pendek, perdarahan atau memar yang terjadi
Corditam, Dosis : 2x1 gr, indikasi : meredakan rasa nyeri ringan hingga berat, obat
ini bekerja secara langsung pada sistem saraf pusat untuk mengurangi rasa sakit yang
dialami, kontraindikasi : pusing, limbung, mulut kering, mual dan muntah, kehilangan
nafsu makan, mudah merasa lelah, konstipasi, merasa nyeri pada perut, muncul ruam
Na Cl, Dosis : 500 cc/24 jam, indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
Combivent, Dosis : 2,5 ml/ 8 jam, indikasi : digunakan untuk mengatasi penyakit
kepala, pusing, rasa mual, mulut kering, tremor, gejala pilek seperti bersin, hidung
32
B. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny. T.D.J dengan gangguan system
Pernapasan : Efusi Pleura, di ruangan Cempaka RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang,
Data objektif : Terlihat adanya lendir berwarna putih dan kental, bunyi napas:
2. Data subjektif : Pasien mengatakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, Seperti
tertusuk-tusuk dan nyerinya muncul saat batuk, saat tidur, maupun beraktivitas,
Data objektif : Pasien tampak meringis, karena ada penumpukan cairan di pleura,
skala nyeri 5 (Nyeri Sedang, 4-5-6). Masalah keperawatan yang muncul : Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan dinding pleural oleh cairan efusi
pleura.
33
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di tandai dengan sesak napas dan batuk
2. Gangguan rasa nyaman nyeri di tandai dengan adanya penumpukan cairan di pleura,
nyeri di dada sebelah kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dengan skala nyeri 5 (Nyeri
sedang, 4-5-6), nyeri hilang timbul selama waktu 2 menit berhubungan dengan
34
D. Perencanaan Tindakan Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di tandai dengan sesak napas dan batuk
a. Tujuan : GOAL : klien akan mempertahankan kepatenan jalan napas yang efektif
Objektif : Dalam jangka waktu 2×24 jam jalan napas pasien kembali efektif
dengan
b. Kriteria hasil :
4. Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan latihan napas dalam dengan posisi
35
5. Lakukan fisiotrapi dada.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan dinding pleura oleh
a. Tujuan : GOAL : Pasien akan menunjukan rasa nyaman selama dalam perawatan.
b. kriteria hasil :
nyeri.
4. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
36
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien NY. T.D.J di ruang Cempaka/III wanita, dengan
Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di tandai dengan sesak napas dan
Respon : TD :110/70 mmHg, Suhu : 36,8◦C, nadi :85 x/menit, RR :26x/menit, Spo2 :
98%
Respon : Pasien merasa nyaman saat di berikan posisi semi fowler atau tinggi
tempat tidur 40 derajat.
4. Jam 08.10 : Menganjurkan pasien minium air hangat 250 cc/gelas.
kali sehari.
keluarkan.
37
Diagnosa II : Gangguan rasa nyaman nyeri di tandai dengan adanya penumpukan cairan
di pleura, nyeri di dada sebelah kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dengan skala nyeri 5
(Nyeri sedang, 4-5-6), nyeri hilang timbul selama waktu 2 menit berhubungan dengan
Q: Seperti tertusuk-tusuk
S: 5 (Nyeri Sedang, 4 - 5 - 6)
berlebihan.
3. Jam 09.40 : Mengajarkan teknik napas dalam, Tarik napas dalam lewat hidung
lalu tahan 3 detik kemudia hembuskan perlahan-lahan Jam 09.50. lewat mulut dan
Respon : pasien mampu melakukan teknik napas dalam saat nyeri timbul
4. Jam 09.55 : Menganjurkan pasien dalam teknik menekan dada saat batuk.
Spo2 : 98%
38
F. Evaluasi
dilakukan kepada pasien. Evaluasi ini dilakukan dalam bentuk SOAP yang terdiri atas :
Subjektif : keluhan atau masalah yang masih dirasakan oleh pasien. Objektif : data yang
Planning : rencana tindakan lanjut keperawatan terhadap masalah kesehatan yang belum
teratasi.
Evaluasi Ny. T.D.J di lakukan pada Tanggal 15 Agustus 2019, Jam 13.00
Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di tandai dengan sesak napas dan
O : Terlihat adanya lendir, berwarna putih yang kental, bunyi napas : Ronchi
- TTV :
TD :110/70 mmHg
Suhu : 36,8◦C
Nadi : 85 x/menit
RR : 26x/menit
Spo2 : 98%
P : Lanjutkan intervensi
39
Evaluasi Ny. T.D.J di lakukan pada Tanggal 15 Agustus 2019, Jam 13.30
Diagnosa II : Gangguan rasa nyaman nyeri di tandai dengan adanya penumpukan cairan
di pleura, nyeri di dada sebelah kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dengan skala nyeri 5
(Nyeri sedang, 4-5-6), nyeri hilang timbul selama waktu 2 menit berhubungan dengan
Q : Seperti tertusuk-tusuk
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8◦C
Nadi : 85 x/menit
RR : 26x/menit
Spo2 : 98%
P : Lanjutkan intervensi
40
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE 1
Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di tandai dengan sesak napas dan batuk
O : Terlihat adanya lendir, berwarna putih yang kental, bunyi napas : Ronchi.
- TTV :
TD :110/70 mmHg
Suhu : 36,8◦C
Nadi : 85 x/menit
RR : 26x/menit
Spo2 : 98%
P : Lanjutkan intervensi.
I:
Respon : TD :110/70 mmHg, Suhu : 36,8◦C, nadi :85 x/menit, RR :26x/menit, Spo2 :
98%
Respon : Pasien merasa nyaman saat di berikan posisi semi fowler atau tinggi tempat
tidur 40 derajat.
41
4. Jam 08.10 : Menganjurkan pasien minium air hangat 250 cc/gelas.
kali sehari.
keluarkan.
E : Pasien mengatakan masi terasa sesak napas dan batuk berlendir, berwarna putih kental,
dengan bunyi napas Ronchi, Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, Suhu : 36,8◦C, Nadi :
85 x/menit, RR : 26x/menit, Spo2 : 98%.
42
Ny. T.D.J di lakukan pada Tanggal 16 Agustus 2019, Jam 13.30
Diagnosa II : Gangguan rasa nyaman nyeri di tandai dengan adanya penumpukan cairan di
pleura, nyeri di dada sebelah kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dengan skala nyeri 5 (Nyeri
sedang, 4-5-6), nyeri hilang timbul selama waktu 2 menit berhubungan dengan penekanan
dinding pleura.
O:
karakreristik nyeri:
Q : Seperti tertusuk-tusuk
- TTV :
TD :110/70 mmHg
Suhu : 36,8◦C
Nadi : 85 x/menit
RR : 26x/menit
Spo2 : 98%
P : Lanjutkan intervensi
I :
43
Respon : P: Penumpukan cairan di pleura
Q: Seperti tertusuk-tusuk
berlebihan.
3. Jam 09.40 : Mengajarkan teknik napas dalam, Tarik napas dalam lewat hidung
lalu tahan 3 detik kemudia hembuskan perlahan-lahan Jam 09.50. lewat mulut dan
Respon : pasien mampu melakukan teknik napas dalam saat nyeri timbul
4. Jam 09.55 : Menganjurkan pasien dalam teknik menekan dada saat batuk.
Spo2 : 98%
E : Pasien mengatakan nyeri di bagian dada, pasien tampak meringis karena ada penumpukan
cairan di pleura, nyeri seperti tertusuk-tusuk di bagian dada sebelah kiri, Skala nyeri 5
(sedang 4-5-6) nyeri hilang timbul selama 2 menit, Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg,
Suhu : 36,8◦C, Nadi : 85 x/menit, RR : 26x/menit, Spo2 : 98%.
44
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE 2
Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di tandai dengan sesak napas dan batuk
O : Terlihat adanya lendir, berwarna putih yang kental, bunyi napas : Ronchi.
- TTV :
TD :110/70 mmHg
Suhu : 36,8◦C
Nadi : 85 x/menit
RR : 26x/menit
Spo2 : 98%
P : Lanjutkan intervensi.
I:
Respon : TD :110/70 mmHg, Suhu : 36,8◦C, nadi :85 x/menit, RR :26x/menit, Spo2 :
98%
Respon : Pasien merasa nyaman saat di berikan posisi semi fowler atau tinggi tempat
tidur 40 derajat.
45
11. Jam 08.10 : Menganjurkan pasien minium air hangat 250 cc/gelas.
kali sehari.
keluarkan.
E : Pasien mengatakan masi terasa sesak napas dan batuk berlendir, berwarna putih kental,
dengan bunyi napas Ronchi, Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, Suhu : 36,8◦C, Nadi :
85 x/menit, RR : 26x/menit, Spo2 : 98%.
46
Ny. T.D.J di lakukan pada Tanggal 17 Agustus 2019, Jam 13.30
Diagnosa II : Gangguan rasa nyaman nyeri di tandai dengan adanya penumpukan cairan di
pleura, nyeri di dada sebelah kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dengan skala nyeri 5 (Nyeri
sedang, 4-5-6), nyeri hilang timbul selama waktu 2 menit berhubungan dengan penekanan
dinding pleura.
O:
karakreristik nyeri:
Q : Seperti tertusuk-tusuk
- TTV :
TD :110/70 mmHg
Suhu : 36,8◦C
Nadi : 85 x/menit
RR : 26x/menit
Spo2 : 98%
P : Lanjutkan intervensi
47
I :
Q: Seperti tertusuk-tusuk
berlebihan.
8. Jam 09.40 : Mengajarkan teknik napas dalam, Tarik napas dalam lewat hidung
lalu tahan 3 detik kemudia hembuskan perlahan-lahan Jam 09.50. lewat mulut dan
Respon : pasien mampu melakukan teknik napas dalam saat nyeri timbul
9. Jam 09.55 : Menganjurkan pasien dalam teknik menekan dada saat batuk.
Spo2 : 98%
E : Pasien mengatakan nyeri di bagian dada, pasien tampak meringis karena ada penumpukan
cairan di pleura, nyeri seperti tertusuk-tusuk di bagian dada sebelah kiri, Skala nyeri 5
(sedang 4-5-6) nyeri hilang timbul selama 2 menit, Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg,
48