OSTEOMYELITIS
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Jeff Loren
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkat dan anugerah-Nya serta telah memberi kesempatan kepada kelompok kami
untuk dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Osteomyelitis”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Jeff Loren selaku pembimbing
penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh dokter Konsulen dan dokter Residen di Departemen Ilmu
Bedah Orthopedi dan Traumatologi RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
membimbing kami selama menjalani kepaniteraan klinik senior.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari semua pihak.
Akhirnya kami mengharapkan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2
2.1. Defenisi Osteomielitis .......................................................... 2
2.2. Klasifikasi Osteomielitis ...................................................... 2
2.2.1. Osteomielitis Hematogen Akut .................................. 2
2.2.2. Osteomielitis Hematogen Subakut ............................. 7
2.2.3. Osteomielitis Kronis ................................................... 9
2.2.4. Osteomielitis pada Tulang Lain ................................. 12
2.3 Diagnosis Banding ................................................................ 16
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Etiologi
Sebanyak 90 % disebabkan oleh Staphylococcus aureus hemoliticus
(koagulasi positif). Pada anak umur di bawah 4 tahun sebanyak 50 %
disebabkan oleh Haemophilus influenzae. Adapun organisme lain seperti B.
Colli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumococcus sp, Salmonella typhi,
Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella sp, dan bakteri
anaerobik yaitu Bacteroides fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis
hematogen akut.2,5,7
Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah sebagai berikut: 5
Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak
Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan
perbandingan 4:1.
Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen
akut.
Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah
metafisis karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya
pertumbuhan tulang.
Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus
infeksi sebelumnya (seperti bisul, tonsilitis) merupakan faktor
predisposisi osteomielitis hematogen akut.2,3
c. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada
kulit dan saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan
pada daerah infeksi, nyeri tekan, dan terdapat gangguan fungsi anggota
gerak yang bersangkutan.
6
d. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak.3,5,10
Gambar 4. Radiografi tulang tibia dengan osteomielitis; tampak destruksi tulang pada
tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal11
e. Pengobatan
Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
Staphylococcus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju
endap darah penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu
setelah laju endap darah normal.
Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk menghilangkan
nyeri.
Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal
(tidak ada perbaikan keadaan umum), maka dapat dipertimbangkan
drainase bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk
mengurangi tekanan intra-oseus kemudian dilakukan pemerikasaan
biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan
menggunakan cairan NaCl 0,9% dan dengan antibiotik.1,3,5
a. Etiologi
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur dan
proksimal tibia.
b. Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi
yang terdiri atas sel-sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat
penebalan trabekula.
c. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri
lokal, sedikit pembengkakan, dan dapat pula penderita menjadi pincang.
Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu
atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh biasanya normal.2,5,9
d. Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto Rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang
pada daerah diafisis tulang panjang.
Gambar 5. Radiologi abses Brodie pada epifisis distal tibia pada anak usia 3 tahun5
9
a. Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Staphylococcus
aureus (75 %), atau E. colli, Proteus sp atau Pseudomonas sp.
b. Patologi
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal
pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan
mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada
kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat
keluar/dibersihkan dari tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses
selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada
foto Rontgen.
c. Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai
demam dan nyeri yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu.
Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas
operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang
menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka
atau osteomielitis pada penderita.3,5
10
d. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto polos
Pada foto Rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum dan
mungkin adanya sekuestrum.
e. Pengobatan
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas pemberian antibiotik dan
tindakan operatif.
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-
mata. Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat
mengontrol eksaserbasi akut.
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda
setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan
bertujuan untuk:
12
b. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi.
Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut.
Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan
diikuti higienitas oral yang buruk dan kerusakan gigi.
c. Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap
tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka
jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas,
bentuk tak teratur, biasanya dengan sekuester yang multipel. Sering
terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan
fistula.
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat,
dan pada tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis
diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis
pubis yang merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung
kemih atau, jarang akibat operasi pelvis lainnya.1,5
14
Gambar 9. Osteomielitis pada tulang pelvis; pada MRI potongan koronal tampak
osteomielitis luas dengan artritis seprik pada pinggul kanan (*), tampak dislokasi pada
pinggul kanan dan gas dalam sendi akibat komunikasi dari ulkus dekubitus luas
(tanda panah)11
1. Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun.
Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang –
tulang yang sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus
proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai
bagian metafisis. Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang
menembusnya.5
Gambaran radiologik tampak destruksi tulang yang berawal pada
medula dan terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang
tidak tegas. Pada stadium dini terlihat reaksi periosteal seperti garis-garis
tegak (Sunray appearance).12 Dengan membesarnya tumor, selain korteks
juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang meluas ke luar
tulang, berbentuk segitiga (segitiga Codman). Pada stadium dini Gambaran
tumor ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.
17
2. Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang.
Kebanyakan diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan
tulang iga. 75% dari penderita di bawah umur 20 tahun, paling sering
antara 5-15 tahun.
Gambaran radiologik tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang
berawal di medula, pada foto terlihat sebagai daerah-daerah radiolusen.
Tumor cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis-
garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit bawang (onion peel
appearance). Tumor membesar dengan cepat, biasanya dalam beberapa
minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan
lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.2,3,5
Gambar 12. Radiografi fibula sinistra anteroposterior dan lateral; pada anak perempuan
usia 7 tahun dengan Sarkoma Ewing5
18
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4. Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian II. Jakarta: EGC. 2000.
7. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah.
Jakarta: EGC. 2000.
8. Thompson JC. Chapter 7 – thigh and hip. Dalam: Netter's concise atlas of
orthopaedic anatomy, 1st ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Publishing.
2002.