Anda di halaman 1dari 23

PAPER

OSTEOMYELITIS

Disusun Oleh :

Arif Darmawan 120100383


Tiffany 120100073
Haizil Fuadi 120100133
Yolanda Hendrawan 120100415
Nor Ameera Rusli 120100480

Pembimbing :
dr. Jeff Loren

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU BEDAH ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkat dan anugerah-Nya serta telah memberi kesempatan kepada kelompok kami
untuk dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Osteomyelitis”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Jeff Loren selaku pembimbing
penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh dokter Konsulen dan dokter Residen di Departemen Ilmu
Bedah Orthopedi dan Traumatologi RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
membimbing kami selama menjalani kepaniteraan klinik senior.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan masukan yang
membangun dari semua pihak.
Akhirnya kami mengharapkan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima kasih.

Medan, Juni 2017

Penyusun
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2
2.1. Defenisi Osteomielitis .......................................................... 2
2.2. Klasifikasi Osteomielitis ...................................................... 2
2.2.1. Osteomielitis Hematogen Akut .................................. 2
2.2.2. Osteomielitis Hematogen Subakut ............................. 7
2.2.3. Osteomielitis Kronis ................................................... 9
2.2.4. Osteomielitis pada Tulang Lain ................................. 12
2.3 Diagnosis Banding ................................................................ 16
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan,


baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat
khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk
tubuh dan alat untuk bergerak.1 Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem
ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal
merupakan penyakit yang umum terjadi dapat melibatkan seluruh struktur dari
sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya
bahkan membahayakan jiwa.2
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis akut
terutama ditemukan pada anak-anak. Tulang yang sering terkena ialah femur
bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal
dan distal, serta vertebra. Osteomielitis masih merupakan permasalahan di negara
kita karena hal-hal berikut: 3,4
- Tingkat higienitas yang masih rendah dan pengertian mengenai
pengobatan yang belum baik.
- Diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan
osteomielitis kronis.
- Fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas.
- Angka kejadian tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih tinggi
sehingga kasus-kasus tuberkulosis tulang dan sendi juga masih tinggi.
- Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya
tinggi.
- Banyaknya penderita dengan fraktur terbuka yang datang terlambat dan
biasanya datang dengan komplikasi osteomielitis.
2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Osteomielitis


Osteomielitis (berasal dari kata osteo dan mielitis) adalah radang tulang
yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain
juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum.3

Gambar 1. Gambaran patosiologi osteomielitis5

2.2. Klasifikasi Osteomielitis


Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis akut, subakut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari
intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.5

2.2.1. Osteomielitis Hematogen Akut


Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum
tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen di mana mikroorganisme berasal
dari fokus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering
ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang
dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari pengobatan yang tepat
dan segera.6
3

a. Etiologi
Sebanyak 90 % disebabkan oleh Staphylococcus aureus hemoliticus
(koagulasi positif). Pada anak umur di bawah 4 tahun sebanyak 50 %
disebabkan oleh Haemophilus influenzae. Adapun organisme lain seperti B.
Colli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumococcus sp, Salmonella typhi,
Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella sp, dan bakteri
anaerobik yaitu Bacteroides fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis
hematogen akut.2,5,7
Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah sebagai berikut: 5
 Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak
 Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan
perbandingan 4:1.
 Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen
akut.
 Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah
metafisis karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya
pertumbuhan tulang.
 Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus
infeksi sebelumnya (seperti bisul, tonsilitis) merupakan faktor
predisposisi osteomielitis hematogen akut.2,3

b. Patologi dan Patogenesis


Osteomielitis dapat terjadi karena:
1. Penyebaran secara hematogen
Keadaan bacteremia dan septikemia dapat menyebabkan terjadinya
osteomielitis secara hematogen. Osteomielitis hematogenik biasanya
terjadi pada metafisis dari tulang panjang pada anak-anak atau tulang
vertebra pada dewasa.
4

2. Inokulasi langsung mikroorganisme


Penyebab inokulasi langsung mikroorganisme ke dalam tulang adalah
trauma cedera penetrasi dan kontaminasi pembedahan.
3. Penyebaran fokus infeksi
Penyebaran fokus infeksi biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit
vaskular berat.

Gambar 2. Skema perjalanan penyakit osteomielitis2

Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis


a) Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini
menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
b) Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat
inflamasi yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis di
bawah jaringan lunak
c) Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi
menembus periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak di
mana abses dapat mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit.
Nekrosis tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan
infeksi akan berlanjut kedalam kavum medula.
5

Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung


pada umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman.
Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada
fase bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia.9 Embolus infeksi
kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang
panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah metafisis
disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam
tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan
terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang
yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Di samping itu pembentukan
tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang
diafisis (terutama anak-anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang
seperti peti mayat yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum
didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus
menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus (discharge) dari involucrum
keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan
lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis
kronis. Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi
oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronik yang disebut
abses Brodie. 3,5

c. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada
kulit dan saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan
pada daerah infeksi, nyeri tekan, dan terdapat gangguan fungsi anggota
gerak yang bersangkutan.
6

Gejala-gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa


panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya gejala nyeri tekan dan gangguan pergerakan sendi
oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan bertambah berat bila
terjadi spasme lokal.

d. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak.3,5,10

Gambar 3. Proyeksi AP pada tibia dan fibula proksimal; terlihat gambaran


destruksi awal kortikal diafisis fibula11

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2


minggu) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan
pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat. Sedangkan
pemeriksaan ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.5
7

Gambar 4. Radiografi tulang tibia dengan osteomielitis; tampak destruksi tulang pada
tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal11

e. Pengobatan
 Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
Staphylococcus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju
endap darah penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu
setelah laju endap darah normal.
 Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk menghilangkan
nyeri.
 Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal
(tidak ada perbaikan keadaan umum), maka dapat dipertimbangkan
drainase bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk
mengurangi tekanan intra-oseus kemudian dilakukan pemerikasaan
biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan
menggunakan cairan NaCl 0,9% dan dengan antibiotik.1,3,5

2.2.2. Osteomielitis Hematogen Subakut


Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena
organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
8

a. Etiologi
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur dan
proksimal tibia.

b. Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi
yang terdiri atas sel-sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat
penebalan trabekula.

c. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri
lokal, sedikit pembengkakan, dan dapat pula penderita menjadi pincang.
Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu
atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh biasanya normal.2,5,9

d. Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto Rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang
pada daerah diafisis tulang panjang.

Gambar 5. Radiologi abses Brodie pada epifisis distal tibia pada anak usia 3 tahun5
9

2.2.3. Osteomielitis Kronis


Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga
dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.

a. Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Staphylococcus
aureus (75 %), atau E. colli, Proteus sp atau Pseudomonas sp.

b. Patologi
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal
pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan
mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada
kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat
keluar/dibersihkan dari tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses
selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada
foto Rontgen.

c. Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai
demam dan nyeri yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu.
Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas
operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang
menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka
atau osteomielitis pada penderita.3,5
10

d. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto polos
Pada foto Rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi periosteum dan
mungkin adanya sekuestrum.

Gambar 6. Gambaran sekuestrum pada tibia dengan osteomielitis kronis5

2. CT Scan dan MRI


Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta
untuk melihat sejauh mana kerusakan tulang terjadi.
11

Gambar 7. Radiografi osteomielitis kronis; tampak reaksi sklerorik (a) dan


abses yang meluas dari tulang hingga jaringan lunak (b & c)11

e. Pengobatan
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas pemberian antibiotik dan
tindakan operatif.
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-
mata. Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
 Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat
 mengontrol eksaserbasi akut.

2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda
setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan
bertujuan untuk:
12

 Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak


maupun jaringan tulang (sekuestrum) sampai ke jaringan sehat
sekitarnya. Selanjutnya dilakukan drainase dan dilanjutkan secara
kontinu selama beberapa hari
 Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik
mencapai sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih
lanjut.2,5

2.2.4. Osteomielitis pada Tulang Lain


a. Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat
perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi
setempat atau difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit
sekali. Di bawah ini adalah gambaran CT Scan kepala pada pasien
dengan osteomielitis tuberkulosis.

Gambar 8. Gambaran radiologis osteomielitis pada tulang tengkorak11


13

b. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi.
Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut.
Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan
diikuti higienitas oral yang buruk dan kerusakan gigi.

c. Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap
tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka
jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas,
bentuk tak teratur, biasanya dengan sekuester yang multipel. Sering
terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan
fistula.
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat,
dan pada tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis
diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis
pubis yang merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung
kemih atau, jarang akibat operasi pelvis lainnya.1,5
14

Gambar 9. Osteomielitis pada tulang pelvis; pada MRI potongan koronal tampak
osteomielitis luas dengan artritis seprik pada pinggul kanan (*), tampak dislokasi pada
pinggul kanan dan gas dalam sendi akibat komunikasi dari ulkus dekubitus luas
(tanda panah)11

d. Osteomielitis pada Tulang Belakang


Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi
osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang
memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar
dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan
vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih (terutama di
kalangan pria di atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan
suntikan intravena yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia tersebut
tidak tampak pada lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki
riwayat penyakit sendi degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan
beberapa melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi.
Luka tembus dan prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat
15

menyebabkan osteomielitis vertebral nonhematogen atau infeksi lokal pada


diskus vertebra.

Osteomielitis pada vertebra jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh


infeksi tulang dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman penyebab
terbanyak ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pasien yang
menderita penyakit ini sering memiliki riwayat infeksi kulit atau pelvis.
Penyebaran infeksi biasanya menuju badan vertebra daripada bagian yang
lainnya, dan pada bagian yang mengandung banyak darah. Badan vertebrae
memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di bawah end plate di mana
terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga berpotensi untuk
terjadi infeksi.3,5

Gambar 10. Radiografi osteomielitis pada tulang belakang;


tampak abses prevertebral (*) dan destruksi pada area diskus T9-10
yang juga meluas hingga kanalis spinalis11
16

2.3. Diagnosa Banding


Biasanya, gambaran radiografi osteomielitis sangat karakteristik dan
diagnosis mudah dibuat sesuai dengan riwayat klinis, dan pemeriksaan radiologis
tambahan. Namun demikian, osteomielitis dapat juga meniru kondisi lainnya
seperti tumor tulang.

1. Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun.
Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang –
tulang yang sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus
proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai
bagian metafisis. Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang
menembusnya.5
Gambaran radiologik tampak destruksi tulang yang berawal pada
medula dan terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang
tidak tegas. Pada stadium dini terlihat reaksi periosteal seperti garis-garis
tegak (Sunray appearance).12 Dengan membesarnya tumor, selain korteks
juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang meluas ke luar
tulang, berbentuk segitiga (segitiga Codman). Pada stadium dini Gambaran
tumor ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.
17

Gambar 11. Radiografi dan spesimen periosteal osteosarkoma femur


proksimal anteroposterior dan lateral; pada wanita 67 tahun dengan periosteal
osteosarkoma5

2. Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang.
Kebanyakan diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan
tulang iga. 75% dari penderita di bawah umur 20 tahun, paling sering
antara 5-15 tahun.
Gambaran radiologik tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang
berawal di medula, pada foto terlihat sebagai daerah-daerah radiolusen.
Tumor cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis-
garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit bawang (onion peel
appearance). Tumor membesar dengan cepat, biasanya dalam beberapa
minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan
lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.2,3,5

Gambar 12. Radiografi fibula sinistra anteroposterior dan lateral; pada anak perempuan
usia 7 tahun dengan Sarkoma Ewing5
18

BAB 3
KESIMPULAN

Osteomielitis adalah infeksi tulang atau sumsum tulang. Osteomielitis


dapat menyerang orang pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan
yang dapat dilakukan adalah foto polos, CT Scan, dan MRI yang memiliki
keunggulan masing-masing. Pada pemeriksaan foto polos radiologi akan kita
dapatkan hilangnya gambaran fasia, gambaran litik pada tulang (radiolusen),
sekuester, dan involukrum. Pada CT Scan pun akan didapatkan gambaran serupa,
namun gambaran tampak lebih jelas, gambaran didapat dari segala arah . Jaringan
yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT Scan. Gambaran MRI
lebih jelas menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya.
Sedangkan pemeriksaan Scan radioisotop sensitif untuk osteomielitis disebabkan
sifat radioisotop pada bone Scan akan memperlihatkan daerah kerusakan sel
tulang atau gambaran kehitaman yang memusat pada daerah sel-sel yang rusak,
namun tidak spesifik, karena kerusakan sel tidak hanya ditunjukan oleh
osteomielitis saja.

Gambaran radiografi foto polos osteomielitis sangat khas dan diagnosis


dapat mudah dibuat disesuaikan dengan riwayat klinis, sehingga pemeriksaan
radiologis tambahan lainnya seperti CT Scan dan MRI jarang diperlukan.2,3,5
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku ajar ilmu bedah, edisi revisi. Jakarta:


EGC. 1997; 1058-64.

2. Wilson Scott C. Chapter 8 – orthopedic infections. Dalam: Current


diagnosis & treatment in orthopedics, fourth edition. New Orleans: The
McGraw-Hill Companies. 2006

3. Rasjad Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif


Watampone. 2007

4. Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian II. Jakarta: EGC. 2000.

5. Canale ST, Beaty JH. Chapter 16 – Osteomyelitis. Dalam: Campbell's


operative orthopaedics, 11th ed. Pennsylvania: Saunders Elsevier
Publishing. 2007.

6. Brinker. Review of orthopaedic infections. Pennsylvania: Saunders


Company. 2001.

7. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah.
Jakarta: EGC. 2000.

8. Thompson JC. Chapter 7 – thigh and hip. Dalam: Netter's concise atlas of
orthopaedic anatomy, 1st ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Publishing.
2002.

9. Wittman Dietmar, Condon Robert E. Surgical infections. Dalam: Oxford


textbook of surgery. Oxford: Oxford University Press. 2002.

10. Sjahriar R, dkk. Radiologi diagnostik. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. 2001.
20

11. Reinus William R. Chapter 10 – imaging approach to musculoskeletal


infections. Dalam: Diagnostic imaging of musculoskeletal diseases.
Philadelphia: Springer. 2010.

12. Sutton, David. Textbook of radiology and imaging, volume 2, seventh


edition. Philadelphia: Springer. 2010.

Anda mungkin juga menyukai