Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OSTEOMIELITIS

OLEH :

ANDI SUHRIYANA
111 2018 2045

PEMBIMBING :
dr. Masati Muhiddin, Sp.Rad, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Andi Suhriyana

NIM : 111 2018 2045

Referat : Osteomielitis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Pare-Pare, Oktober 2019

Pembimbing

dr. Masati Muhiddin, Sp. Rad, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta

inayah-Nya kepada penyusun sehingga refarat yang berjudul “Osteomielitis” ini

dapat terselesaikan sesuai rencana yang diharapkan.

Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas

Kepaniteraan Klinik serta guna menambah ilmu pengetahuan mengenai

permasalahan penyakit khususnya Osteomielitis. Penyusun menyampaikan terima

kasih kepada dr. Masati Muhiddin, Sp.Rad, M.Kes atas segenap waktu, tenaga dan

pikiran yang telah diberikan kepada kami selama proses pembuatan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini belumlah sempurna. Untuk itu,

saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan

laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima

kasih.

Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta

rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang

kedokteran.

Makassar, Oktober 2019

Andi Suhriyana

3
BAB I

PENDAHULUAN

Osteomielitis merupakan satu dari penyakit tertua yang pernah tercatat ,

dijelaskan pada zaman Hippocrates (460-370SM). Kata seperti “obscessus in

medulla”, “necrosis” dan “a boil of the bone marrow” yang digunakan untuk

menjelaskan infeksi sampai Nelaton memperkenalkan kata “osteomielitis” pada

tahun 1844. Osteomielitis merupakan proses inflamasi yang menyertai proses

destruksi tulang yang disebabkan mikroorganisme yang bersifat infeksius.1

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I – II, tetapi dapat pula

pada bayi dan “infant”. Hampir separuh kasus pada anak terjadi pada anak dibawah

usia 5 tahun dan laki-laki beresiko dua kali lebih banyak dibandingkan anak

perempuan. Lokasi yang tersering adalah tulang – tulang panjang seperti femur,

tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per

5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per 1.000. Kejadian tahunan

pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis

vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian osteomyelitis

pada negara berkembang tidak diketahui dengan pasti, namun angka kejadian

osteomielits yang disebarkan melalui hematogen menurun. Tingkat mortalitas

osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis

berat yang mendasari.1,2

Sangat penting mendiagnosis osteomielitis ini sedini mungkin, terutama

pada anak – anak, sehingga pengobatan dengan antibiotik dapat dimulai, dan

perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan

4
penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai

seluruh tulang mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan.

Diagnosis infeksi tulang yang benar menimbulkan banyak kesulitan, karena banyak

tes yang tidak terstandarisasi secara luas. Tanda-tanda dan gejala klinis, bersama

dengan penanda inflamasi, juga tidak spesifik. Pemeriksaan pencitraan dapat

menjelaskan sangat sedikit pada fase akut penyakit dan mungkin tidak terlalu

spesifik pada fase kronis, dan mendapatkan sampel jaringan untuk kultur tidak

selalu membantu mengkonfirmasikan diagnosis. Diagnosis osteomielitis

memerlukan serangkaian tanda dan gejala klinis, tes laboratorium, studi pencitraan,

analisis histologis dan, akhirnya, identifikasi patogen melalui jaringan tulang atau

kultur darah, terutama dalam kasus osteomielitis hematogen.2,3

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi tulang

Gambar 1. Anatomi dan Histologi Tulang

Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses

“Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel – sel yang disebut

“Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.4

Secara histologis, jaringan tulang diklasifikasikan menjadi tulang kompak

dan tulang spongiosa. Tulang kompak membentuk batang tulang panjang dan

bagian luar semua tulang. Tulang spongiosa ditemukan pada ujung tulang

panjang dan membentuk tulang yang tidak teratur. Tulang kompak padat dan

tanpa rongga dan terdiri dari system Havers yang berjalan secara longitudinal

yang terdiri dari kanal Haversian yang merupakan tempat lewatnya saraf dan

pembuluh darah. Sebaliknya, tulang spongiosa terdiri dari kisi bertulang,

trabekula yang mengandung sum-sum, lebih aktif secara metabolic dan kurang

6
padat dibandingkan tulang kompak. Pusat dari kanal Haversian berjalan parallel

pada sumbu panjang tulang yang berisi suplai darah dan jaringan ikat retikuler

untuk system Havers. Tulang spongiosa juga disebut tulang cancellous atau

meduler, memiliki banyak rongga, terletak dalam di dalam rongga meduler dan

terdiri dari trabekula yang terhubung secara luasa.5

Struktur kasar dari tulang panjang dapat dibagi menjadi beberapa bagian.

Diafisis adalah batang tulang dan berisi tulang kortikal kompak dengan

periosteum di atasnya dank anal medulla yang mengandung sumsum. Metafisis

adalah daerah fungsional anatar epifisis dan diafisis. Metafisis megandung

banyak tulang trabekuler, tetapi tulang kortikal relative menipis. Epifisis adalah

bagian dari kedua ujung tulang panjang dan terdiri dari tulang trabekuler yang

melimpah dan tulang kortikal yang tipis. Pada orang dewasa, epifisis dari

sebgaian besar tulang terlibat dalam artikulasi dan ditutupi oleh periosteum dan

dilapisi lagi dengan lapisan tipis kartilago, lapisan sel sekresi yang sangat tipis

di atas stroma brous longgar yang memungkinkan terjadinya gerakan tulang

tanpa gesekan.5

Sendi tertutup oleh kapsul synovial, yang terdiri dari jaringan ikat padat dan

dilapisi sel synovial yang menghasilkan vaoran synovial. Pada beberapa sendir,

seperti bahu, pinggul, lutut, membrane sianovial meluas melampaui epifisis dan

melekat pada metafisis. Hubungan anatomi ini memungkinkan bakteri untuk

menyebar langsusng dari metafisis ke dalam sendi.5

7
2.1.1 Definisi osteomielitis

Osteomielitis dapat didefinisikan sebagai peradangan jaringan tulang yang

disebabkan oleh agen infeksi. Infeksi ini mungkin hematogenik, berdekatan

dengan fokus infeksi yang berdekatan, atau bahkan hasil inokulasi bakteri

langsung dari mekanisme traumatis. Secara umum, osteomielitis hematogen

disebabkan oleh agen tunggal, sedangkan tipe lain dapat menunjukkan infeksi

polimikroba. Osteomielitis bagi menjadi beberapa jenis yaitu akut, dan kronis

yang memiliki gambaran klinis yang berbeda, tergantung pada sifat alamiah

penyakit tersebut.3,6

2.2 Etiologi osteomielitis


Penyebab paling sering staphylococcus, penyebab lain streptococcus,
pneumococcus, salmonella, jamur dan virus.5

Tabel 1. Etiologi osteomielitis


2.3 Patogenesis
Anatomi yang unik dan sirkulasi ujung-ujung tulang panjang membuat

kecenderungan untuk lokalisasi bakteri yang ditularkan melalui darah. Dalam

metafisis, arteri nutrisi bercabang menjadi kapiler nonanastomosing di bawah

fisis, yang membuat lekukan tajam sebelum memasuki sinusoid vena yang

mengalir ke sumsum. Kecepatan aliran darah rendah di daerah ini merupakan

8
predisposisi terjadinya invasi bakteri. Setelah fokus bakteri terbentuk, fagosit

bermigrasi ke daerah tersebut dan menghasilkan eksudat (abses metafisis).

Pembentukan enzim proteolitik, radikal oksigen toksik, dan sitokin

menyebaban terjadinya penurunan tekanan oksigen, penurunan pH, osteolisis,

dan kerusakan jaringan. Ketika proses inflamasi berlangsung, tekanan

meningkat dan menyebar melalui ruang metaphyseal melalui sistem Haversian

dan kanal-kanal Volkmann ke dalam ruang subperiosteal. Purulensi di bawah

periosteum dapat mengangkat membran periosteal ke permukaan tulang, yang

selanjutnya akan mengganggu suplai darah ke korteks dan metafisis.7

Pada bayi baru lahir dan bayi muda, pembuluh darah transphyseal

menghubungkan metafisis dan epifisis, sehingga nanah dari metafisis sering

memasuki ruang sendi. Ekstensi melalui fisis memiliki potensi untuk

menghasilkan pertumbuhan abnormal dan kelainan tulang atau sendi. Selama

episode terakhir dari tahun pertama kehidupan, physis terbentuk, melenyapkan

pembuluh darah transphyseal. Keterlibatan sendi dapat terjadi pada sendi di

mana metafisis menjadi intraartikular (pinggul, pergelangan kaki, bahu, dan

siku), dan nanah subperiosteal pecah ke dalam ruang sendi.7

Pada masa kanak-kanak, periosteum menjadi lebih lengket, mendukung

nanah untuk melakukan dekompresi melalui periosteum. Setelah plate

pertumbuhan ditutup pada akhir masa remaja, osteomielitis hematogen lebih

sering dimulai pada diafisis dan dapat menyebar ke seluruh saluran

intramedullar. Artritis septik yang bersebelahan dengan lokasi osteomielitis

juga terlihat pada anak yang lebih tua dengan S. aureus osteomielitis, yang

9
mungkin terkait dengan inokulasi hematogen simultan dari tulang dan ruang

sendi.7

2.4 Klasifikassi osteomielitis

Klasifikasi osteomielitis didasarkan pada banyak kriteria, seperti durasi

dan mekanisme infeksi dan jenis respon inang terhadap infeksi. Osteomielitis

dapat diklasifikasikan sebagai akut, subakut, atau kronis, tergantung pada

lamanya gejala. Akan tetapi, batas waktu penentuan kelas-kelas ini adalah

alami. Mekanisme infeksi dapat bersifat eksogen atau hematogen.

Osteomielitis eksogen disebabkan oleh fraktur terbuka, pembedahan

(iatrogenik), atau penyebaran yang berdekatan dari jaringan lokal yang

terinfeksi. Bentuk hematogen dihasilkan dari bakteremia. Osteomielitis juga

dapat diklasifikasikan sebagai piogenik atau nonpyogenik berdasarkan respons

inang terhadap penyakit. Cierny dan Mader mengusulkan sistem klasifikasi

untuk osteomielitis kronis berdasarkan faktor host dan kriteria anatomi. Sistem

ini dijelaskan lebih lanjut pada bagian osteomielitis kronis. Klasifikasi dalam

referat ini didasarkan pada durasi gejala (akut, subakut, dan kronis) dan

mekanisme infeksi (eksogen atau hematogen).8

1. Osteomielitis Hematogen Akut

Osteomielitis hematogen akut merupakan tipe infeksi tulang yang

paling sering dan biasanya didapatkan pada anak-anak. Kejadian

osteomielitis hematogen akut telah menurun secara drastis selama beberapa

dekade terakhir. Standar hidup yang lebih tinggi dan peningkatan

kebersihan mungkin telah berkontribusi terhadap hal ini. Osteomielitis

10
hematogen akut lebih sering terjadi pada pria pada semua kelompok umur

yang terkena. Ini disebabkan oleh bakteremia, yang merupakan kejadian

umum pada anak-anak. Ada banyak penyebab dari bakteremia. Pembibitan

bakteri pada tulang umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor lain seperti

trauma lokal, penyakit kronis, kekurangan gizi, atau sistem kekebalan tubuh

menurun. Dalam banyak kasus, penyebab pasti penyakit tidak dapat

diidentifikasi.8

Gambar 2. Patofisiologi osteomyelitis hematogen akut.

Pada anak-anak, infeksi umumnya melibatkan metafisis dari tulang

panjang yang tumbuh cepat. Penyemaian bakteri menyebabkan reaksi

inflamasi, yang dapat menyebabkan nekrosis iskemik lokal tulang dan

pembentukan abses selanjutnya. Saat abses membesar, tekanan

intramedullary meningkat yang menyebabkan iskemia kortikal, yang

memungkinkan bahan purulen keluar melalui korteks ke ruang

subperiosteal. Abses subperiosteal kemudian berkembang. Jika tidak

diobati, proses ini pada akhirnya menghasilkan formasi sequestra yang luas

dan osteomielitis kronis. Distribusi usia osteomielitis hematogen akut pada

11
anak-anak adalah bimodal, umumnya mempengaruhi anak-anak yang lebih

muda dari usia 2 tahun dan anak-anak antara usia 8 hingga 12 tahun.

Setengah dari semua anak-anak dengan osteomielitis berusia lebih muda

dari 5 tahun. Efek osteomielitis pada anak-anak bervariasi berdasarkan usia

berdasarkan perbedaan pasokan darah dan struktur anatomi tulang.8

Setelah physes tertutup, osteomielitis hematogen akut jauh lebih jarang.

Meskipun dapat terjadi di mana saja dan di bagian mana pun dari tulang,

umumnya vertebral terpengaruh. Pada pasien ini, abses menyebar perlahan

dan sequestra besar jarang terbentuk. Jika terjadi kerusakan tulang kortikal

yang terlokalisasi, fraktur patologis dapat terjadi.8

Gambar 3. Fraktur patologis setelah destruksi kortikal tulang

Penyebaran infeksi pada sendi yang berdekatan juga dipengaruhi oleh

usia pasien. Pada anak-anak di bawah 2 tahun, suplai darah umum dari

metafisis dan epifisis melintasi fisis dan dapat memungkinkan penyebaran

abses metafisis ke dalam epifisis dan akhirnya ke dalam sendi. Sendi

12
panggul adalah yang paling sering terkena pada pasien muda; Namun,

physes humerus proksimal, columna radial, dan bula distal juga bersifat

intraartikular, dan infeksi pada area ini juga dapat menyebabkan artritis

septik. Pada infeksi berat, pemisahan epifisis dapat terjadi pada anak di

bawah 2 tahun. Pada anak yang lebih besar, sirkulasi umum ini tidak lagi

ada, dan artritis septik jarang terjadi. Setelah physes tertutup, infeksi dapat

meluas langsung dari metafisis ke epifisis dan melibatkan sendi. Artritis

septik akibat osteomielitis hematogen akut umumnya hanya terlihat pada

bayi dan orang dewasa.8

Gambar 4. Epifisis yang terpisah karena infeksi pada anak

Gambar 5. Osteomielitis tibia pada penderita Sickle cell.

13
Radiografi standar umumnya negatif tetapi mungkin menunjukkan

adanya pembengkakan. Meskipun pembengkakan jaringan dapat terlihat 1

sampai 3 hari setelah dimulainya infeksi, perubahan kerangka, seperti reaksi

periosteal atau kerusakan tulang, umumnya tidak terlihat pada foto polos

sampai 10 hingga 12 hari setelah infeksi. Kondisi yang mungkin keliru

untuk osteomielitis pada radiografi polos termasuk artritis septik, sarkoma

Ewing, osteosarkoma, artritis remaja, krisis sel sabit, penyakit Gaucher, dan

fraktur stres. MRI dapat menunjukkan perubahan awal pada perubahan

sumsum tulang dan jaringan dan sangat berguna untuk mendeteksi abses

intraoseus dan subperiosteaal. Satu studi menemukan bahwa hampir 60%

dari sambungan sendi septik tanpa komplikasi menunjukkan intensitas

sinyal sumsum abnormal pada osteomielitis. Meskipun MRI bermanfaat

untuk diagnosis dini dan merupakan modalitas pencitraan utama untuk

osteomielitis di institusi kami, MRI berulang belum ditemukan sangat

berguna dalam menilai kemajuan pengobatan. Namun, pengulangan MRI

mungkin diperlukan, pada pasien yang gagal merespons pengobatan awal

atau mereka yang protein C-reaktifnya tetap tinggi.8

14
Gambar 6. Destruksi tulang

Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan

kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan

pembengkakan jaringan lunak.9

Gambar 7. Menunjukkan Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran

sklerotik di diametafisis tibia. Dan Proyaksi AP pada tibia terlihat gambaran

sklerotik di lateral diametafisis tibia.

15
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2

minggu) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan

pembentukan tulang baru dibawah periosteum yang terangkat.9

Gambar 8. Tampak destruksi tulang dan tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal

2. Osteomielitis Hematogen Subakut

Dibandingkan dengan osteomielitis akut, osteomielitis hematogen

subakut memiliki onset yang lebih berbahaya dan tidak memiliki keparahan

gejala, yang membuat diagnosis gangguan ini sulit. Osteomielitis subakut

relatif umum, dilaporkan terjadi pada lebih dari sepertiga pasien dengan

infeksi tulang primer. Saat ini, tidak ada pedoman definitif untuk diagnosis,

dan rekomendasi didasarkan pada pendapat para ahli dan seri kasus.8

Karena perjalanan osteomielitis subakut yang lamban, diagnosis

biasanya ditunda selama lebih dari 2 minggu. Tanda dan gejala sistemik

minimal. Suhu hanya sedikit meningkat jika sama sekali. Nyeri ringan

hingga sedang adalah satu-satunya tanda konsisten yang menunjukkan

diagnosis. Jumlah sel darah putih umumnya normal. Tingkat sedimentasi

eritrosit meningkat hanya pada 50% pasien, dan kultur darah biasanya

negatif. Bahkan dengan aspirasi tulang atau spesimen biopsi yang memadai,

16
patogen diidentifikasi hanya 60%. Radiografi polos dan pemindaian tulang

umumnya positif.8

Gambar 9. Osteomielitis subakut pada proximal humerus

Klasifikasi radiografi osteomielitis hematogen subakut dijelaskan oleh

Gledhill dan dimodifikasi oleh Roberts et al. Membedakan lesi ini dari

tumor tulang primer kadang-kadang bisa sulit. Tidak ada seri besar yang

melaporkan temuan MRI pada osteomielitis sub-akut, tetapi MRI

diperlukan untuk membantu mempersempit diagnosis banding dan

membantu perencanaan bedah. Diagnosis harus ditegakkan dengan biopsi.

Bahan purulen tidak selalu diperoleh dari biopsi, tetapi jaringan granulasi

sering ditemukan. S. aureus dan Staphylococus epidermidis adalah

organisme dominan yang diidentifikasi dalam osteomielitis subakut.8

17
Tabel 2. Klasifikasi osteomyelitis subakut

Gambar 10. Klasifikasi osteomyelitis subakut

Abses Brodie adalah bentuk lokal dari osteomielitis subakut yang

terjadi paling sering pada tulang panjang ekstremitas bawah pada dewasa

muda. Sebelum penutupan physeal, metafisis paling sering dipengaruhi.

Pada orang dewasa, area metafisis-epifisis terlibat. Rasa sakit yang hilang-

timbul dalam waktu lama adalah keluhan yang muncul, bersama dengan

softening lokal di daerah yang terkena dampak.8

Pada foto polos, abses Brodie umumnya muncul sebagai lesi litik

dengan tepi tulang sklerotik, tetapi dapat memiliki penampilan yang sangat

bervariasi. MRI dapat membantu dalam diagnosis karena abses Brodie

sering di diagnosis keliru dengan berbagai neoplasma pada radiografi

polos.8

Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm

terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang- kadang

pada daerah diafisis tulang panjang.9

18
Gambar 11. Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada

osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh

daerah sclerosis

Gambar 12. Abses Brodie pada distal tibia kanan

19
Gambar 13. A sampai C Sinar-X polos (A dan B) CT aksial (C) menunjukkan

abses Brodie di ujung atas tibia.

3. Osteomielitis Kronik

Terjadi apa bila :10

1. Pengobatan infeksi terlambat atau tidak adekuat.

2. Ada squester.

3. Terdapat osteomielitis yang kronis sejak dari permulaan, misalnya

pada abses Brodie.

Osteomielitis kronis sulit diatasi sepenuhnya. Gejala sistemik bisa

mereda, tetapi satu atau lebih fokus dalam tulang mungkin mengandung bahan

purulen, jaringan granulasi yang terinfeksi, atau sequestrum. Eksaserbasi akut

intermiten dapat terjadi selama bertahun-tahun. Osteomielitis kronis masih

merupakan penyebab utama morbiditas muskuloskeletal pada anak-anak di

seluruh dunia. Ciri osteomielitis kronis adalah tulang mati yang terinfeksi di

dalam kantung vascular. Fokus yang terinfeksi di dalam tulang dikelilingi oleh

sklerotik, tulang yang relatif rata yang ditutupi oleh periosteum yang menebal

20
dan jaringan parut otot dan bekas luka. adalah amplop avaskular dari jaringan

parut yang meninggalkan antibiotik sistemik yang pada dasarnya tidak efektif.8

Gambar 14. Sequestrum dari Osteomielitis kronik pada tibia

Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat

terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang.

Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya

penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit). Squestrum diselimuti oleh

involucrum yang tidak dapat keluar atau dibersihkan dari medula tulang kecuali

dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang

yang dapat terlihat pada foto rontgen.8

Cierny dan Mader mengembangkan sistem klasifikasi untuk osteomielitis

kronis, berdasarkan kriteria fisiologis dan anatomi, untuk menentukan tahap

infeksi. Kriteria fisiologis dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan tiga jenis host.

Host Kelas A memiliki respons normal terhadap infeksi dan pembedahan. Host

21
kelas B terganggu dan memiliki kemampuan penyembuhan luka yang efisien.

Ketika hasil pengobatan berpotensi lebih merusak daripada kondisi saat ini, pasien

dianggap sebagai host kelas C.8

Kriteria anatomi terdiri dari empat jenis. Tipe I, lesi medula, ditandai dengan

penyakit endosteal. Pada tipe II, osteomielitis superficial terbatas pada permukaan

tulang dan infeksi sekunder akibat defek. Tipe III adalah infeksi lokal yang

melibatkan lesi yang stabil dan berbatas tegas ditandai dengan sekuestrasi kortikal

dan kavitasi dengan ketebalan penuh (pada tipe ini, debridemen lengkap area tidak

akan menyebabkan ketidakstabilan). Tipe IV adalah lesi osteomielitis yang

digunakan yang menciptakan ketidakstabilan mekanik, baik pada presentasi atau

perawatan yang sesuai, dan membutuhkan rekonstruksi yang kompleks.8

Tabel 3. Klasifikasi Osteomielitis Kronik

22
Gambar 15. Klasifikasi Osteomielitis Kronik

Radiografi polos dapat menghasilkan informasi berharga dalam

menetapkan diagnosis osteomielitis kronis. Tanda-tanda kerusakan kortikal dan

reaksi periosteal sangat menunjukkan diagnosis osteomielitis. Sinografi dapat

dilakukan jika terdapat sinus track dan dapat menjadi tambahan yang berharga

untuk perencanaan bedah.8

Foto polos rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan

sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya

sequestrum.9

23
Gambar 16. Osteomielitis lanjut pada tibia kanan. Ditandai dengan adanya

gambaran sekuestrum

2.5 Tatalaksana Osteomielitis

Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan untuk penatalaksanaan

osteomielitis hematogen. Bila terdapat abses perlu dilakukan drainase untuk

menghindari nekrosis tulang. Jika terjadi keterlambatan pemberian antibiotic

dan sudah terjadi nekrosis pada tulang disertai sekuestrasi harus dilakukan

pembedahan. Terapi pada osteomyelitis akut melalui penyebaran hematogen

dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik parenteral selama 4 hari dan

dilanjutkan dengan antibiotik oral sampai 4 minggu tebukti mencegah

rekurensi. Pada pasien-pasien immunocompromised, transisi menuju antibiotik

oral ditunda dan lama terapi ditambah menjadi 6 minggu.11

24
Tabel 4. Pilihan terapi antibiotic pada penderita Osteomielitis

Terapi osteomyelitis kronis terdiri dari terapi antibiotik dan

pembedahan. Pilihan antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur, namun jika

tidak ada informasi hasil kultur, antibiotik spektrum luas dapat diberikan.

Antibiotik ini diberikan parenteral selama 2 – 6 minggu yang kemudian

dilanjutkan dengan antibiotik oral sampai total waktu terapi 4-8 minggu.

Adapun indikasi dilakukannya terapi pembedahan ialah terapi antibiotik tidak

menunjukkan perbaikan, terdapat peralatan yang terpasang pada tulang dan

mengalami infeksi, serta osteomyelitis kronis dengan nekrosis tulang dan

jaringan lunak.11

2.6 Komplikasi

Infeksi supuratif mencakup struktur tulang yang berdekatan, seperti

misalnya persendian dan jaringan lunak yang menyebabkan terbentuknua

saluran sinus. Osteolisis dan freaktur patologis telah dijelaskan sebagai

25
komplikasi yang jarang dengan adanya temuan penyakit dan terapi

osteomyelitis sejak dini.1

a. Abses jaringan lunak

b. Fistula

c. Penyatuan epifisis premature

d. Deformitas

Artritis piogenik yang menyebabkan ankilosis tulang (misalnya penyatuan

panggul)12

26
BAB III

RINGKASAN

Osteomielitis merupakan proses inflamasi yang menyertai proses destruksi

tulang yang disebabkan mikroorganisme yang bersifat infeksius. Infeksi ini

mungkin hematogenik, berdekatan dengan fokus infeksi yang berdekatan, atau

bahkan hasil inokulasi bakteri langsung dari mekanisme traumatis. Secara umum,

osteomielitis hematogen disebabkan oleh agen tunggal, sedangkan tipe lain dapat

menunjukkan infeksi polimikroba.

Penyebab paling sering staphylococcus, penyebab lain streptococcus,

pneumococcus, salmonella, jamur dan virus. Infeksi dapat terjadi secara

hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok, kontaminasi dari luar : (a)

fraktur terbuka (b) tindakan operasi pada tulang, perluasan infeksi jaringan ke

tulang di dekatnya. Pada osteomielitis, bakteri mencapai daerah metafisis tulang

melalui darah dan tempat infeksi di bagian tubuh yang lain seperti pioderma atau

infeksi saluran nafas atas. Trauma ringan yang menyebabkan terbentuknya

hematoma diduga berperan dalam menentukan timbulnya infeksi didaerah metafisis

yang kaya akan pembuluh darah.

Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan untuk penatalaksanaan

osteomielitis hematogen. Bila terdapat abses perlu dilakukan drainase untuk

menghindari nekrosis tulang. Jika terjadi keterlambaran pemberian antibiotic dan

sudah terjadi nekrosis pada tualng sisertai sekuestrasi harus dilakukan pembedahan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Achadiono, Deddy. Richardo M. Osteomielitis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Interna Publishing. 2014

2. David R, Barron BJ, Madewell JE. Osteomyelitis, Acute and Chronic. Radio Clin

North Am ;25:1171-1201. 2009

3. Lima, Ana Lucia,et al. Recommendations For The Treatment Of Osteomyelitis. The

Brazillian Journal of Infectious Diseases. Elsevier. Vol. 18(5). 2014

4. Wibowo S. Daniel. Anatomi Tubuh Manusia. Singapore: Elsevier. 2011

5. Raukar, Neha P, Zink, Brian J. 2018. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts an

Clinical Practice 9th Edition, Chapter 128: Bone and Joint Infections. Elsevier. P1693-

1709

6. Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in

Emergency Medicine. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall

7. Robinette, Eric, dkk. 2019. Nelson Textbook of Pediatric, Chapter 704: Osteomyelitis.

Elsevier. P3670-6

8. Dabov, Gregory D. 2017. Campbell’s Operative Orthopedics, Chapter 21:

Osteomyelitis 13th Edition. Elsevier. P764-787

9. Rasjad, Chairuddin Prof, MD, Ph.D. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif

Watampone

10. Giurato L, Meloni M, Izzo V, et al. Osteomyelitis in diabetic foot: A comprehensive

overview. World J Diabetes. 2017; 8(4): 135–42.

11. Wu JS, Gorbachova T, Morison WB and Hains AH. Imaging-Guided Bone Biopsy for

Osteomyelitis: Are There Factors Associated with Positive or Negative Cultures?

AJR. 188: 1529-1534. 2007

28
12. Patel, Pradip. Osteomyelitis. Lectures Note Radiology. Jakarta: Erlangga Medical

Series. 2007

29

Anda mungkin juga menyukai