A
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG ARIMBI
RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
DISUSUN OLEH :
Silvi Rizki NP ( 1908080 )
Sriyanto ( 1908085 )
Umi ( )
Verlinda ( )
Windy ( )
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Jiwa menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa ( 2014) adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Menurut Riyadi
dan Purwanto (2013), kesehatan jiwa suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu
penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan
pengendalian diri.
Menurut World Health Organization (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang.
Menurut Keliat (2011) Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu bentuk gangguan jiwa
yang sering dijumpai adalah halusinasi. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata. (Keliat,
2011).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi.
Berdasarkan hasil 2 pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan
kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap
bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Sedangkan menurut Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar
suara-suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak klien
berbicara atau melakukan sesuatu. Halusinasi jika tidak di tangani secara dini akan
berdampak pada diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Salah satu dari dampak itu adalah
resiko tinggi mencederai diri,orang lain dan lingkungan. Agar perilaku kekerasan tidak
terjadi pada klien halusinasi maka sangat dibutuhkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami gangguan halusinasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan bagaimana
penatalaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada Nn. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran di Ruang Arimbi RSJD. Amino Gondohutomo Semarang.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran
D. MANFAAT
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang telah
dilakukannya.
2. Penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat mengendalikan
jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwanya.
3. Rumah Sakit Jiwa hasil tugas akhir/ asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan acuan dalam menentukan kebijakan operasional Rumah Sakit Jiwa agar mutu
pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan
masukan dalam mengembangkan ilmu keperawatan di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan
berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya
halusinasi.
Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek fisik :
Makan dan minum kurang
Tidur kurang atau terganggu
Penampilan diri kurang
Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
Merasa malu, bersalah
Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
Duduk menyendiri
Selalu tunduk
Tampak melamun
Tidak peduli lingkungan
Menghindar dari orang lain
Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
Putus asa
Merasa sendiri, tidak ada sokongan
Kurang percaya diri
3. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV,
di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam
situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak
lingkungan.
Tanda dan gejala:
▪ Muka merah
▪ Pandangan tajam
▪ Otot tegang
▪ Nada suara tinggi
▪ Berdebat
▪ Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
B. POHON MASALAH
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Keterangan : = Wanita
= Laki-laki
= Tinggal dalam satu rumah
= Meninggal
= Klien
= Menikah
= Mempunyai anak
Pola asuh: pola asuh dalam keluarga klien cenderung otoriter, orang tua klien
menekankan kepada anak untuk patuh dan menuruti kemauan orang tua tanpa
memberi kesempatan untuk menentukan pilihannya.
Pola komunikasi: dalam keluarga klien pola komunikasi yang berlaku adalah pola
komunikasi otoriter dimana orang tua terutama ayahnya cenderung memerintah
anak, sehingga cenderung berlaku komunikasi satu arah saja dari orang tua ke
anak. Jarang sekali orang tua klien memberi kesempatan klien untuk memberi
umpan balik terhadap suatu masalah. Sedangkan ibu klien lebih bersifat
melindungi klien dari tekanan ayahnya.
Pola pengambilan keputusan: klien jarang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan penting dalam keluarga. Klien mengatakan tidak diberitahu saat akan
dibawa ke RSJ, tahu-tahu klien sudah berada di RSJ.
2. Konsep diri
a. Citra diri
Klien mengatakan dirinya biasa saja dan menyukai anggota tubuhnya
Masalah Keperawatan : -
b. Identitas diri
Klien menyebutkan bahwa namanya Nn. A, usianya 30 tahun sudah lulus SD,
jenis kelamin perempuan, dan puas terhadap dirinya, klien tidak bekerja, dan
belum menikah.
Masalah keperawatan : -
c. Peran diri
Peran klien sebagai anak ke 4 dalam keluarganya, klien tinggal serumah dengan
kedua orang tua dan ketiga adiknya yang belum menikah. Klien sering membantu
ibunya memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Masalah keperawatan : -
d. Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh dan bisa cepat pulang karena ingin berada di rumah
kembali dan bertemu ibunya lagi. Klien tampak sering bertanya kapan. Klien juga
mengatakan tidak ingin dirawat di RSJ lagi, ingin sehat selalu. Klien merasa
dirinya jelek dan dikucilkan dari masyarakat karena telah masuk ke RSJ.
Masalah keperawatan : Harga diri Rendah
e. Harga diri
Klien kadang merasa hidupnya biasa saja tidak ada yang istimewa.
Masalah keperawatan :-
3. Hubungan sosial
Klien mengatakan orang yang terdekat/berarti dengannya adalah ibunya, kegiatan di
masyarakat tidak ada, hambatannya klien suka menyendiri, klien mengatakan kadang
takut dengan orang jahat. Klien tampak menyendiri, melamun dan jarang berbicara
dengan teman-temannya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam, pasien mengatakan yakin di rawat
supaya sembuh. Saat pengkajian klien mampu menghafal surat pendek.
b. Kegiatan beribadah : Klien mengatakan kadang melakukan ibadah sholat. Saat
makan klien tampak berdoa dahulu bersama-sama.
Masalah Keperawatan : -
VI. Status Mental
1. Penampilan
Cara berpakaian sesuai dengan seragam RSJ. Klien nampak rapi, klien mengatakan
berganti pakaian 1 kali sehari
Masalah Keparawatan : -
2. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian klien sedikit berbicara, pembicaraan kadang tidak
nyambung. Kadang nada suara tinggi dan nada pelan, tidak marah-marah, kadang
suka menyanyi kalau ditanya, sering senyum-senyum sendiri.
Masalah Keperawatan : -
3. Aktivitas motorik
Klien tidak ada masalah dengan motoriknya baik dalam keadaan diam maupun
beraktivitas. Klien tampak sehat dan berjalan tegap
Masalah keperawatan:-
4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih bila ingat dirinya dipaksa menikah oleh orang tuannya
terutama ayahnya. Klien juga mengatakan ingn bertemu ibunya. Klien Nampak
murung saat bercerita
Masalah Keperawatan : gangguan alam perasaan: sedih
5. Afek
Labil, terkadang pasien telihat melamun bingung dan menyendiri
Masalah Keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif, kontak mata klien tidak berfokus pada lawan bicara, klien
sering mengalihkan pandangan ke arah luar
Masalah keperawatan :-
7. Persepsi
Klien mengatakan sering terganggu oleh suara-suara aneh seperti burung yang
muncul ketika klien akan tidur malam. Suara itu sering muncul saat klien sendirian,
melamun dan saat klien mau tidur, frekuensi munculnya suara ± 3 kali dalam sehari
bahkan lebih, dan lamanya sekitar 2 menit. Saat mendengar suara tersebut klien
merasa takut dan gelisah.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi : Halusinasi Pendengaran
8. Proses pikir
Pembicaraan klien dapat dimengerti perawat, namun terkadang ngelantur
Masalah keperawatan :-
9. Isi pikir
Klien mengatakan selalu berpikir mengapa suara aneh seperti burung itu sering
muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya
Masalah keperawatan : -
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak tidak banyak bicara, pandangan mata kurang fokus. Klien mengetahui
kalau saat ini di RSJD Dr. Amino Gondohutomo. Klien mampu mengenali siapa yang
mengajak bicara yaitu perawat. Klien mengetahui kalau sekarang hari Senin.
Masalah keperawatan : -
11. Memori
Daya ingat jangka panjang : klien mampu mengingat kejadian waktu klien di SD,
klien dapat menyebutkan tempat sekolahnya.
Daya ingat jangka pendek : klien mampu mengingat kejadian yang dialaminya 1
minggu yang lalu yaitu saat di antar oleh keluarganya ke RSJD Dr.Amino
Gondohutomo..
Daya ingat saat ini : klien dapat mengingat kejadian hari ini yaitu saat klien senam
pagi bersama teman-temannya.
Masalah keperawatan :-
12. Tingkat konsentrasi & berhitung
Konsentrasi klien fokus. Klien mampu berhitung mundur 10 angka dari 100. Klien
tampak berhitung mundur 10 angka dari 100 dengan baik tetapi secara perlahan.
Klien dapat menghitung umur klien (mengurangi tahun sekarang dengan tahun lahir
klien).
Masalah keperawatan : -
13. Kemampuan penilaian
Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana, saat diberikan pilihan klien
ngobrol sebelum makan atau setelah makan, klien menjawab makan dulu sebelum
ngobrol biar kenyang.
Masalah keperawatan:-
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya berada di Rumah Sakit Jiwa. Ia dibawa ke rumah sakit jiwa
karena ia bertingkah laku aneh.
Masalah Keperawatan : -
Dermawan D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Keliat, B. A dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN ( BasicCourse ).
Jakarta : EGC
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan.(2014) Undang Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2014/uu18-2014bt.pdf ( di akses tgl 1 Oktober
2019 )
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Mamnuah, Nurjanah, I., Prabandari, Y. S., & Marchira, C. R. (2010). Literature Reviw of Mental
Health Recovery in Indonesia. GSTF Journal of Nursing and Health Care (JNHC) Vol.3
No.2, June , 20-25
Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA ILMU