Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn.

A
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG ARIMBI
RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

STASE KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :
Silvi Rizki NP ( 1908080 )
Sriyanto ( 1908085 )
Umi ( )
Verlinda ( )
Windy ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Jiwa menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa ( 2014) adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Menurut Riyadi
dan Purwanto (2013), kesehatan jiwa suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu
penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan
pengendalian diri.
Menurut World Health Organization (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang.
Menurut Keliat (2011) Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu bentuk gangguan jiwa
yang sering dijumpai adalah halusinasi. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata. (Keliat,
2011).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi.
Berdasarkan hasil 2 pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan
kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap
bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Sedangkan menurut Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar
suara-suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak klien
berbicara atau melakukan sesuatu. Halusinasi jika tidak di tangani secara dini akan
berdampak pada diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Salah satu dari dampak itu adalah
resiko tinggi mencederai diri,orang lain dan lingkungan. Agar perilaku kekerasan tidak
terjadi pada klien halusinasi maka sangat dibutuhkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami gangguan halusinasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan bagaimana
penatalaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada Nn. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran di Ruang Arimbi RSJD. Amino Gondohutomo Semarang.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran

D. MANFAAT
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang telah
dilakukannya.
2. Penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat mengendalikan
jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwanya.
3. Rumah Sakit Jiwa hasil tugas akhir/ asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan acuan dalam menentukan kebijakan operasional Rumah Sakit Jiwa agar mutu
pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan
masukan dalam mengembangkan ilmu keperawatan di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI


1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan
berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu
pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali
beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal
rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik
terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa
takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego,
pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999) Jadi dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar.
Tanda dan Gejala:
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang
dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:
1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis :
 Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
 Menggerakkan bibir tanpa bicara
 Gerakan mata cepat
 Bicara lambat
 Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
 Cenderung mengikuti halusinasi
 Kesulitan berhubungan dengan orang lain
 Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
 Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
 Pasien mengikuti halusinasi
 Tidak mampu mengendalikan diri
 Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
 Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Budi Anna Keliat, 1999)

2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan
berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya
halusinasi.
Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek fisik :
 Makan dan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Tampak melamun
 Tidak peduli lingkungan
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri

3. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV,
di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam
situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak
lingkungan.
Tanda dan gejala:
▪ Muka merah
▪ Pandangan tajam
▪ Otot tegang
▪ Nada suara tinggi
▪ Berdebat
▪ Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.

B. POHON MASALAH
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
 K–P
 K – P – P lain
 K – P – P lain – K lain
 K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MASALAH GANGGUAN JIWA


I. Identitas Klien
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. A
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Demak
Agama : Islam
Tanggal dirawat : 21 Oktober 2019
Tanggal pengkajian : 28 Oktober 2019
Ruang Rawat : Ruang Arimbi
No. RM : 00122876
Diagnose Medis : F20.3 (Skizofrenia. Tak terinci)
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Hubungan : Ayah
Alamat : Demak
II. Alasan Masuk/ Keluhan Utama
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara aneh seperti burung.
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Pernah , klien mengatakan ini adalah kali kedua klien dirawat di rumah sakit jiwa.
2. Pengobatan sebelumnya :
Klien pertama kali dirawat pada tahun 2017 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo.
Setelah pulang klien mau minum obat secara teratur, tetapi 5 bulan terakhir klien
tidak mau minum obat. Klien bertingkah laku aneh, bicara sendiri. dan pernah
merusak barang-barang rumah tangga di rumahnya. Keluarga klien kalau keadaan
klien semakin memburuk sehingga akhirnya keluarga membawa klien kembali ke
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang untuk menjalani perawatan kembali.
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
IV. Faktor Presipitasi
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: sebelum masuk ke RSJ klien disuruh
menikah oleh orang tuanya, tetapi klien menolaknya.
V. Fisik
a. Tanda vital : TD : 110/80 mmHg RR : 20x/mnt N: 84x/mnt
S: 36,3C
b. Ukuran BB : 55 kg TB : 156 cm IMT: 22,6 kg/m²
c. Keluhan fisik : tidak ada keluhan fisik pada pasien.
VI. Psikososial
1. Genogram

Keterangan : = Wanita
= Laki-laki
= Tinggal dalam satu rumah
= Meninggal
= Klien
= Menikah
= Mempunyai anak
 Pola asuh: pola asuh dalam keluarga klien cenderung otoriter, orang tua klien
menekankan kepada anak untuk patuh dan menuruti kemauan orang tua tanpa
memberi kesempatan untuk menentukan pilihannya.
 Pola komunikasi: dalam keluarga klien pola komunikasi yang berlaku adalah pola
komunikasi otoriter dimana orang tua terutama ayahnya cenderung memerintah
anak, sehingga cenderung berlaku komunikasi satu arah saja dari orang tua ke
anak. Jarang sekali orang tua klien memberi kesempatan klien untuk memberi
umpan balik terhadap suatu masalah. Sedangkan ibu klien lebih bersifat
melindungi klien dari tekanan ayahnya.
 Pola pengambilan keputusan: klien jarang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan penting dalam keluarga. Klien mengatakan tidak diberitahu saat akan
dibawa ke RSJ, tahu-tahu klien sudah berada di RSJ.
2. Konsep diri
a. Citra diri
Klien mengatakan dirinya biasa saja dan menyukai anggota tubuhnya
Masalah Keperawatan : -
b. Identitas diri
Klien menyebutkan bahwa namanya Nn. A, usianya 30 tahun sudah lulus SD,
jenis kelamin perempuan, dan puas terhadap dirinya, klien tidak bekerja, dan
belum menikah.
Masalah keperawatan : -
c. Peran diri
Peran klien sebagai anak ke 4 dalam keluarganya, klien tinggal serumah dengan
kedua orang tua dan ketiga adiknya yang belum menikah. Klien sering membantu
ibunya memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Masalah keperawatan : -
d. Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh dan bisa cepat pulang karena ingin berada di rumah
kembali dan bertemu ibunya lagi. Klien tampak sering bertanya kapan. Klien juga
mengatakan tidak ingin dirawat di RSJ lagi, ingin sehat selalu. Klien merasa
dirinya jelek dan dikucilkan dari masyarakat karena telah masuk ke RSJ.
Masalah keperawatan : Harga diri Rendah
e. Harga diri
Klien kadang merasa hidupnya biasa saja tidak ada yang istimewa.
Masalah keperawatan :-
3. Hubungan sosial
Klien mengatakan orang yang terdekat/berarti dengannya adalah ibunya, kegiatan di
masyarakat tidak ada, hambatannya klien suka menyendiri, klien mengatakan kadang

takut dengan orang jahat. Klien tampak menyendiri, melamun dan jarang berbicara
dengan teman-temannya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam, pasien mengatakan yakin di rawat
supaya sembuh. Saat pengkajian klien mampu menghafal surat pendek.
b. Kegiatan beribadah : Klien mengatakan kadang melakukan ibadah sholat. Saat
makan klien tampak berdoa dahulu bersama-sama.
Masalah Keperawatan : -
VI. Status Mental
1. Penampilan
Cara berpakaian sesuai dengan seragam RSJ. Klien nampak rapi, klien mengatakan
berganti pakaian 1 kali sehari
Masalah Keparawatan : -
2. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian klien sedikit berbicara, pembicaraan kadang tidak
nyambung. Kadang nada suara tinggi dan nada pelan, tidak marah-marah, kadang
suka menyanyi kalau ditanya, sering senyum-senyum sendiri.
Masalah Keperawatan : -
3. Aktivitas motorik
Klien tidak ada masalah dengan motoriknya baik dalam keadaan diam maupun
beraktivitas. Klien tampak sehat dan berjalan tegap
Masalah keperawatan:-
4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih bila ingat dirinya dipaksa menikah oleh orang tuannya
terutama ayahnya. Klien juga mengatakan ingn bertemu ibunya. Klien Nampak
murung saat bercerita
Masalah Keperawatan : gangguan alam perasaan: sedih
5. Afek
Labil, terkadang pasien telihat melamun bingung dan menyendiri
Masalah Keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif, kontak mata klien tidak berfokus pada lawan bicara, klien
sering mengalihkan pandangan ke arah luar
Masalah keperawatan :-
7. Persepsi
Klien mengatakan sering terganggu oleh suara-suara aneh seperti burung yang
muncul ketika klien akan tidur malam. Suara itu sering muncul saat klien sendirian,
melamun dan saat klien mau tidur, frekuensi munculnya suara ± 3 kali dalam sehari
bahkan lebih, dan lamanya sekitar 2 menit. Saat mendengar suara tersebut klien
merasa takut dan gelisah.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi : Halusinasi Pendengaran
8. Proses pikir
Pembicaraan klien dapat dimengerti perawat, namun terkadang ngelantur
Masalah keperawatan :-
9. Isi pikir
Klien mengatakan selalu berpikir mengapa suara aneh seperti burung itu sering
muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya
Masalah keperawatan : -
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak tidak banyak bicara, pandangan mata kurang fokus. Klien mengetahui
kalau saat ini di RSJD Dr. Amino Gondohutomo. Klien mampu mengenali siapa yang
mengajak bicara yaitu perawat. Klien mengetahui kalau sekarang hari Senin.
Masalah keperawatan : -
11. Memori
Daya ingat jangka panjang : klien mampu mengingat kejadian waktu klien di SD,
klien dapat menyebutkan tempat sekolahnya.
Daya ingat jangka pendek : klien mampu mengingat kejadian yang dialaminya 1
minggu yang lalu yaitu saat di antar oleh keluarganya ke RSJD Dr.Amino
Gondohutomo..
Daya ingat saat ini : klien dapat mengingat kejadian hari ini yaitu saat klien senam
pagi bersama teman-temannya.
Masalah keperawatan :-
12. Tingkat konsentrasi & berhitung
Konsentrasi klien fokus. Klien mampu berhitung mundur 10 angka dari 100. Klien
tampak berhitung mundur 10 angka dari 100 dengan baik tetapi secara perlahan.
Klien dapat menghitung umur klien (mengurangi tahun sekarang dengan tahun lahir
klien).
Masalah keperawatan : -
13. Kemampuan penilaian
Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana, saat diberikan pilihan klien
ngobrol sebelum makan atau setelah makan, klien menjawab makan dulu sebelum
ngobrol biar kenyang.
Masalah keperawatan:-
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya berada di Rumah Sakit Jiwa. Ia dibawa ke rumah sakit jiwa
karena ia bertingkah laku aneh.
Masalah Keperawatan : -

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

V Bantuan minimal Bantuan total



Jelaskan : klien makan 3 kali sehari dengan menu yang di sediakan dari Rumah Sakit,
V
saat makan klien habis 1 porsi, klien makan dengan menggunakan sendok.
2. BAB / BAK

√ Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan : Klien mampu mengontrol untuk BAB/BAK di tempat yang sesuai,
membersihkan diri dan merapikan pakainnya sendiri.
3. Mandi

√ Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan : Selama di Rumah Sakit, tubuh klien cukup bersih, tidak bau. Setelah masuk
RS klien mandi 2 kali sehari karena klien mampu mandi, sikat gigi.
4. Berpakaian / berhias

√ Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan : Klien mengatakan mengenakan pakaian sendiri secara tepat, pakaian sesuai
dengan pasangannya, merapikan rambut sendiri.
5. Istirahat dan Tidur
a. Tidur siang, lama :14.00 s/d 15.00
b. Tidur malam, lama : 21.00 s/d 05.00
Jelaskan : selama di Rumah Sakit sehari klien tidur selama + 8 jam, tidur malam
mulai sekitar jam 21.00 – 05.00 WIB. Namun klien sering terbangun bila suara aneh
itu muncul. Klien kadang tidur siang bila mengantuk.
6. Penggunaan Obat

√ Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan :klien selalu minum obat tepat waktu, setelah makan pagi dan pada sore hari.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
a. Perawatan lanjutan √
b. Sistem pendukung √
Jelaskan : pasien memerlukan perawatan lanjutan
8. Kegiatan di dalam Rumah
Ya Tidak
a. Mempersiapkan makanan v
b. Menjaga kerapian rumah √v
c. Mencuci pakaian √
d. Mengatur keuangan √
Jelaskan :pasien jika dirumah sering membantu ibunya memasak, membersihkan rumah
seperti menyapu, dan mengepel.
9. Kegiatan di luar Rumah
Ya Tidak
a. Belanja √
b. Transportasi

c. Kegiatan lain √
Jelaskan :pasien jika dirumah hanya membantu ibu nya dirumah dan jarang pergi
kemana – mana.
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif : Apabila klien mempunyai masalah klien berbicara dengan orang lain yaitu ibunya.
Masalah keperawatan: -
IX. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Klien mengatakan kalau di rumahnya, klien merasa didiamkan oleh keluarganya, kadang
dimarahi karena bertingkah laku aneh. Saat suara suara aneh itu muncul klien merasa takut
dan gelisah, bahkan kadang klien sering berteriak-teriak dan akhirnya mengamuk. Biasanya
ibunya yang akan menenangkan klien.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
X. Pengetahuan
Klien tidak mengetahui sakit apa yang sebenarnya dialami oleh klien dan bagaimana cara
mengatasinya. Klien tampak bingung kenapa bisa di bawa ke RSJ.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakitnya
XI. Aspek Medik
1. Diagnosa Medik : Skizofermia tak terinci
2. Terapi medik : Senin tanggal 28 Oktober 2019
Risperidone 2mg/12 jam
Indikasi : obat yang digunakan untuk menangani gangguan mental dengan gejala
psikosis, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar, selain itu juga digunakan
untuk menangani alzaimer atau gangguan tingkah laku.
XII. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. Data Subyektif : Isolasi sosial
• Klien mengatakan sering melamun dan
mengurung diri dikamar.
• Klien mengatakan takut sama orang yang jahat
• Klien mengatakan sering didiamkan dan
dimarahi oleh keluarganya.
Data Obyektif:
• Klien jarang berbicara dengan temannya
• Klien nampak suka menyendiri
• Klien terkadang nampak diam saat diajak
berbicara oleh temannya.
2. Data Subyektif: Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan sering terganggu oleh suara-
suara aneh seperti burung yang muncul ketika
klien akan tidur malam. Suara itu sering muncul
saat klien sendirian, melamun dan saat klien mau
tidur, frekuensi munculnya suara ± 3 kali dalam
sehari bahkan lebih, dan lamanya sekitar 2 menit.
Data Obyektif:
• Klien kadang nampak berbicara sendiri
• Klien tampak sering tersenyum sendiri,
• Saat diajak berbicara klien sering mengalihkan
pandangan ke arah jendela
 Klien nampak mondar mandir
3 Data Subyektif: Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan saat mendengar suara-suara
aneh klien merasa takut, gelisah, berteriak-teriak
dan bahkan mengamuk
Data Obyektif:
Klien berbicara dengan nada tinggi saat ditanya
respon terhadap suara suara aneh yang
didengarnya

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan

XIV. POHON MASALAH


Resiko Perilaku Kekerasan Akibat

Perubahan sensori perseptual: halusinasi Core problem (Masalah utama)

Isolasi sosial : menarik diri Penyebab


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. A Nama Mahasiswa : Sri Yanto


Ruang : Arimbi NIM : 1908085
No. CM : 00122876
Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl/
Dx. Kep Tujuan Dan Kriteria Ttd
Jam Tindakan Keperawatan
Evaluasi
28/10/ Perubahan Setelah dilakukan 3x tatap 1. Klien dapat membina hubungan Sri
2019 persepsi muka dengan waktu 1 x 20 saling percaya Yanto
Pukul sensori: menit, diharapkan klien: Tindakan :
13:00 halusinasi - Klien dapat membina a. Bina hubungan saling percaya
WIB hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
- Klien dapat mengenal komunikasi terapeutik dengan
halusinasinya cara :
- Klien dapat mengontrol 1) Sapa klien dengan ramah
halusinasinya baik verbal maupun non
- Klien mendapat verbal
dukungan dari keluarga 2) Perkenalkan diri dengan
dalam mengontrol sopan
halusinasinya 3) Tanyakan nama lengkap
- Klien memanfaatkan obat klien dan nama panggilan
dengan baik yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasinya:
bicara dan tertawa tanpa stimulus
memandang ke kiri/ke kanan/
kedepan seolah-olah ada teman
bicara
2.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara
yang didengar
b. Apa yang dikatakan
halusinasinya
c. Katakan perawat percaya
klien mendengar suara itu ,
namun perawat sendiri tidak
mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga
ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih,
senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara
tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang
digunakan klien, jika bermanfaat
ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “saya tidak mau
dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
d.
Memintakeluarga/teman/
perawat untuk menyapa jika
klien tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang telah
dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian
jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK,
orientasi, realita, stimulasi
persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari
keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk
memberitahu keluarga jika
mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga
(pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang
dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu follow
up atau kenapa perlu
mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol,
dan resiko mencederai diri
atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan
baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan
keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat minum
obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri
obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan
dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang
dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti
obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar.
IMPLEMENTASI

Nama pasien : Nn. A Nama Mahasiswa : Sri Yanto


Ruang : Arimbi NIM : 1908085
No. CM : 00122876
Tgl/ Dx
Implementasi Evaluasi Ttd
Jam Keperawatan
28/10/ Halusinasi Menghardik halusinasi S : Klien mengatakan bersedia Sri
2019 pendengaran a. Membina hubungan saling berbincang-bincang dan yanto
Pukul percaya dengan diajarkan cara menghardik
13:00 mengungkapkan prinsip halusinasi.
WIB komunikasi terapeutik. O : Saat wawancara konsentrasi
b. Mengidentifikasi halusinasi klien mudah teralih ketika
klien : jenis, isi, waktu, halusinasinya muncul. Klien
frekuensi, dan situasi saat akan terdiam, melamun, dan
halusinasi timbul mengalihkan pandangannya ke
c. Mengidentifikasi respon arah luar.
klien terhadap halusinasi Klien bisa mempraktikkan cara
d. Mengajarkan klien cara menghardik halusinasi.
mengontrol halusinasi A:Klien mampu mempraktikkan
dengan cara menghardik cara menghardik halusinasi.
halusinasi P:Klien: latihan menghardik
e. Membimbing klien halusinasi apabila mendengar
memasukkan dalam jadwal suara-suara.
kegiatan harian Perawat : bantu klien latihan
menghardik halusinasi. Lanjut
cara kontrol halusinasi dengan
obat
29/10/ Halusinasi Minum Obat S : Klien mengatakan masih
2019 pendengaran a. Mempertahankan hubungan mendengar suara-suara aneh Sri
Pukul saling percaya seperti burung tetapi tidak yanto
17.00 b. Memvalidasi masalah dan sesering sebelumnya
WIB latihan sebelumnya terutama malam hari saat
c. Menjelaskan cara control mau tidur. Klien mengatakan
halusinasi dengan teratur melakukan menghardik saat
minum obat (jelaskan 6 mendengar suara suara itu.
benar: jenis, guna, dosis, Klien mengatakan minum
frekuensi, cara, kontinuitas obat Risperidone untuk
minum obat) menghilangkan suara suara
d. Membimbing pasien aneh
memasukan dalam jadwal O: Klien mampu mempraktikan
kegiatan harian kembali cara menghardik
tanpa dibimbing.
A: Klien mampu menyebutkan
nama obat yang diminum,
kapan waktu minum obat dan
fungsi obat
P : Anjurkan klien rajin minum
obat dan lanjutkan cara
control halusinasi dengan
bercakap-cakap.
30/10/ Halusinasi Mengontrol Halusinasi dengan S : Klien bersedia latihan
2019 pendengaran bercakap-cakap bercakap-cakap, klien Sri
Pukul a. Mempertahankan masih ingat cara yanto
17.00 hubungan saling percaya menghardik dan melakukan
WIB b. Memvalidasi masalah hardik saat datang suara
latihan sebelumnya aneh, serta selalu minum
c. Melatih pasien cara control obat secara teratur.
halusinasi dengan O:Klien tampak kooperatif, bisa
bercakap-cakap mempraktikkan ulang cara
d. Memasukkan pada jadwal menghardik halusinasinya,
kegiatan untuk latihan mampu menyebutkan fungsi
menghardik, minum obat obat yang diminum
dan bercakap-cakap A: Klien mampu mempraktikkan
cara bercakap-cakap tetapi
harus ada yang memulai.
P: Klien: latihan bercakap-cakap
2x sehari
Perawat: Bimbing klien latihan
bercakap-cakap
BAB IV
PEMBAHASAN

Nn. A mengalami halusinasi dengan tanda-tanda bicara sendiri, senyum-senyum sendiri,


terlihat sedang asyik sendiri, senang menyendiri, kurang perhatian dengan sekitarnya, saat
mengobrol sering melamun, pandangan mata sering beralih, mudah tersinggung dan respon
verbal yang lambat. Halusinasi yang dialami klien adalah halusinasi dengar yaitu suara burung.
Suara itu sering muncul saat klien sendirian, melamun dan saat klien mau tidur, frekuensi
munculnya suara ± 3 kali dalam sehari bahkan lebih, dan lamanya sekitar 2 menit. Saat
mendengar suara tersebut klien merasa takut dan gelisah.
Perawat melakukan pendekatan pada klien untuk menerapkan strategi pelaksanaan (SP)
bagi klien halusinasi. Perawat telah melaksanakan identifikasi isi halusinasi, waktu, frekuensi,
situasi yang memunculkan halusinasi klien dan perasaan klien saat halusinasi muncul. Respon
yang ditunjukkan adalah klien bisa membedakan halusinasi yang dirasakannya itu sebenarnya
tidak nyata. Klien juga dapat mempraktekkan cara menghardik apabila halusinasinya datang.
Pada pertemuan berikutnya perawat mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
teratur minum obat (6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) .
Sebelumnya perawat melakukan validasi latihan sebelumnya, yaitu cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Respon klien mengatakan masih mendengar suara-suara aneh seperti
burung tetapi tidak sesering sebelumnya terutama malam hari saat mau tidur. Klien mengatakan
melakukan menghardik saat mendengar suara-suara itu. Klien mengatakan minum obat
Risperidone untuk menghilangkan suara-suara aneh.
Pada pertemuan ketiga perawat memvalidasi terlebih dahulu latihan sebelumnya. Respon
klien masih ingat cara menghardik dan melakukan hardik saat datang suara aneh, serta selalu
minum obat secara teratur. Kemudian perawat mengajarkan cara mengontrol halusinasi yaitu
dengan bercakap-cakap. Respon klien mampu mempraktikkan cara bercakap-cakap tetapi harus
ada yang memulai.
Selama melakukan interaksi dan menerapkan tindakan keperawatan pada klien, perawat
mengalami kesulitan diantaranya tidak ada dukungan dari keluarga, selama klien dirawat di
ruang Arimbi sejak tanggal 21 Oktober hingga laporan ini di buat, klien belum pernah
dikunjungi oleh keluarga, klien sangat berharap keluarganya datang berkunjung atau mengikuti
perkembangan kesehatan klien.
Keluarga merupakan support sistem yang diandalkan oleh klien ketika berada di rumah.
Pengetahuan yang adekuat terhadap kondisi klien diharapkan dapat membantu mengontrol
halusinasi yang dialami oleh klien. Perawat berharap apabila keluarga mengetahui tanda dan
gejala ketika klien mulai kambuh, diharapkan dapat memberikan pertolongan segera sehingga
kondisi klien tidak bertambah parah. Pengetahuan tentang pengobatan yang diterima oleh klien
diharapkan keluarga mampu mengawasi klien dalam minum obat. Efek samping obat juga perlu
disampaikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan keluarga dalam menangani
efek samping obat yang dialami oleh klien. Pemberian kegiatan pada klien ditujukan untuk
mengalihkan perhatian klien terhadap kegiatan yang konstruktif dan mencegah klien melamun.
BAB V
PENUTUP

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi dengar, hendaknya dilakukan dengan


melaksanakan 4 SP untuk klien, yaitu dengan mengidentifikasi halusinasi yang dialami oleh
klien, menghardik, berbicara dengan orang lain, mengatur jadwal kegiatan dan selalu minum
obat secara teratur dan tepat. Akan tetapi dalam pelaksaan asuhan keperawatan kepada klien
harus disesuaikan dengan kondisi klien.
Keluarga sebagai support system juga harus selalu memberikan dukungan kepada klien,
selain kebutuhan akan pengobatan, keluarga juga diharapkan ikut serta dalam penyembuhan
penyakit klien dengan memberikan stimulus-stimulus external, seperti mengajak klien
berkomunikasi, memberikan pekerjaan yang sekiranya dapat dikerjakan oleh klien, memberikan
pujian terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan klien, dan mencoba mengikutkan klien pada
kegiatan sosial yang ada di lingkungan rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Keliat, B. A dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN ( BasicCourse ).
Jakarta : EGC
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan.(2014) Undang Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2014/uu18-2014bt.pdf ( di akses tgl 1 Oktober
2019 )
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Mamnuah, Nurjanah, I., Prabandari, Y. S., & Marchira, C. R. (2010). Literature Reviw of Mental
Health Recovery in Indonesia. GSTF Journal of Nursing and Health Care (JNHC) Vol.3
No.2, June , 20-25
Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA ILMU

Anda mungkin juga menyukai