Anda di halaman 1dari 10

PERTUSSIS

1. PENGERTIAN
Pertussis atau batuk rejan adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri yang hidup di mulut, hidung, dan tenggorokkan. Disebabkan
oleh kuman Bordetella Pertussis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita,
bahkan dapat berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun (Nelson,
2000:960)
2. ETIOLOGI
Pertussis biasanya disebabkan oleh :
a. Bordetella pertussis (hemophilis pertussis) : adalah satu satunya penyebab pertusis
yaitu bakteri gram negatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab
pada daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou (Arif
Mansjoer, 2000)
b. Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis, Bordetella Bronchiseptiea dan virus.
3. PATOFISIOLOGI
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas dan organisme hanya akan
berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan dengan
epitel bersilia dan menghasilkan toksin seperti endotoksi, pertusinogen, toksi heat
labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosit dan leukosit untuk polimorfoneklir serta
penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi
hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan
tengan bronkus tetapi bronkopneumonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel
permukaan bronkus. Obstruksi bronkiolus dan atelektasis terjadi dari penimbunan
mukosa. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
4. PENULARAN
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan percikan
ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk,
dan alat alat makan yang dicemari kuman kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan
perawatan, orang yang menderita pertussis dapat menularkannya kepada orang lain
selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
5. MANIFESTASI KLINIS
Pada pertussis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
berlangsung dalam 3 stadium, yaitu:
a. Stadium Kataralis/Stadium Prodormal/Stadium Pro Paroksimal
- Lamanya 1-2 minggu
- Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan bagian
atas, yaitu timbulnya rinore dengan lendir yang jernih
1) Kemeraha konjungtiva, lakrimasi.
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
4) Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold.
5) Batuk yang timbul mula mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket
b. Stadium Paroksimal/ Stadium Spasmodic
- Lamanya 2-4 minggu
- Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop 9batuk yang
bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada
akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5-10 kali, selama batuk anak tak
dapat bernafas dan pada kahir serangan batuk anak mulai menarik nafas
dengan cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking dan diakhiri
dengan muntah.
- Batuk ini dapat berlangsung secara terus menerus, selama beberapa bulan
tanpa adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
- Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah
terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.
- Batuk mudah dibangkitkan oleh stres emosional misalnya menangis dan
aktifitas fisik (makan, kinum, bersin, dll)
c. Stadium Konvaresens
- terjadi pada minggu ke 4-6 setelah gejala awal
- gejala yang muncul antara lain
1) batuk berkurang
2) nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang.
3) Anak merasa lebih baik
4) Pada beberapa penderita, batuk terjadi selama berbulan bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Pembiakan lendir hidung dan mulut.
b. Pembiakan apus tenggorokan
c. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang
ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara 20000-
50000 sel/m3 darah
d. Pemeriksaan serologis untuk bordetella pertussis
e. Tes ELISA (Enzyme-Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar secret Ig A.
f. Foto rontgen dada memperlihatkan adanya infiltrate perihilus, atelektasis, atau
emfisema
g. Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit
meninggi kadang sampai 15000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis,
dapat diperkuat pada waktu batuk. Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat
ditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan
imunofluoresen
7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
a. Terapi kausal
1) Anti Mikroba
Agen anti mikroba diberikan karena kemungkinan manfaat klinis dan
membatasi penyebaran infeksi. Entromisin 40-50 mg/kg/24 jam secara oral
dalam dosis terbagi empat (max.29/24 jam) selama 14 hari merupakan
pengobatan baku.
2) Salbutamol.
- Stimulan beta 2 adrenalgik
- Mengurangi proksimal.
- Mengurangi frekuensi apnea.
Dosis yang dianjurkan 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
3) Globulin Imun Pertussis
Hiperimun serum dosis intramuskuler besar, rejan sangat berkurang pada bayi
yang diobati pada minggu pertama, penggunaan preparat imunoglobulin jenis
apapun tidak dibenarkan
b. Terapi Suportif (Perawatan Pendukung)
1) Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
2) Pembersihan jalan nafas
3) Istirahat yang cukup
4) Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
5) Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah
muntah, sebagiknya diberikan cairan dan elektrolit secara parenteral
8. KOMPLIKASI
a. Pada saluran nafas :
1) Bronkopneumonia.
2) Otitis media sering pada bayi dan infeksi sekunder (pneumonia)
3) Bronkitis
4) Atelektasis.
5) Empisema pulmonum.
6) Bronkiektasis
7) Aktivase tuberculosa
b. Pada sistem saraf pusat.
1) Kejang, kongestif
2) Edema otak
3) Perdarahan otak
c. Pada sistem pencernaan
1) Muntah berat.
2) Prolaps rectum (hernia umbilikus serta inguinalis)
3) Ulkus pada frenulum lidah.
4) Stomatitis
5) Emasiasi
d. Komplikasi lain
1) Epistaksis.
2) Hemaptisis.
3) Perdarahan sub konjungtiva
9. WOC
Bordetella Pertussis

Inhalasi droplet

alveolus

Peningkatan aktivitas
Tuberkel pecah Reaksi radang pada paru seluler

eksudasi Peningkatan produksi Metabolisme meni


sekret

Iskemia jaringan paru Pemecahan karbohidrat,


Akumulasi sekret
protein, lemak, dan adanya
penekanan pasa saraf pusat
Merangsang reseptor saraf lapar di otak
Obstruksi jalan nafas
untuk mengeluarkan
neurotransmiter bradikinin,
serotonin dan histamin Batuk batuk Kurang nafsu makan

MK : Pola Napas Tidak Asupan berkurang


MK: Nyeri
Efektif

BB menurun
MK: Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
MK :
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN

1) Identitas
a) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenaik anak umur 1-5 tahun.
b) Lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan.
2) Keluhan utama.
Batuk disertai muntah.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi siang dan
malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih cair disertai panas ringan, lama kelamaan
batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering, maka tampak benjolan, lidah
menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub conjungtiva.
4) Riwayat penyakit dahulu
a) Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.
b) Batuk dan panas ringan, batuk mula mula timbul pada malam hari, kemudian
siang hari dan menjadi hebat.
5) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya, biasanya didapatkan ada yang menderita
penyakit pertussis
6) Riwayat imunisasi

JENIS UMUR CARA JUMLAH


BCG 0-2 bulan IC 1x
DPT 2,3,4 bulan IM 3x
Polio 1-5 bulan 4x
Campak 9 bulan SC 4x
Hepatitis 0,1,6 bulan IM 3x

7) Riwayat Tumbuh kembang


a) Personal sosial
b) Motorik halus
c) Motorik kasar.
d) Motorik halus
8) ADL
a) Nutrisi : muntah, anoreksia
b) Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas/lelah.
c) Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang dan berulang ulang.
d) Personal hygiene : lidah menjulur keluar dan gelisah yang berakibat keluar liur
berlebihan.
e) Eliminasi : sering terberak-berak, terkencing kencing bila sedang batuk
9) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk dalam waktu
yang lama dan berkeringat.
b) Kesadaran : composmentis
c) Nadi meningkat (120-125x/mnt), respirasi meningkat (30-35x/mnt)
d) Head to toe
 Kepala : tidak ada bekas luka ataupun bengkak.
 Rambut : warna rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak terdapat
ketombe.
 Wajah : bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit.
 Hidung : lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat pernafasan
cuping hidung.
 Mulut : mukosa lembab, lidah menjulur.
 Telinga : daun telinga simetris, membran timpani putih mengkilat,
tidak ada benda asing.
 Leher : tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda tanda
pembesaran kaku kuduk dan pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada
 Inspeksi : terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan cepat.
 Palpasi : tidak ada krepitasi.
 Auskultasi : sonor, dullness, wheesing inspirasi.
 Abdomen
 Inspeksi : terdapat distensi abdomen.
 Palpasi : tidak terdapat pembesaran linen dan hepar, turgor kulit bisa
menurun bisa normal.
 Perkusi : perut tidak kembung
 Ekstremitas
 genitalia
 Anus
10) Pemeriksaan penunjang
(1) Melakukan pemeriksaan hapusan sekret di nasofaring / lendir yang dimuntahkan.
(2) Pada hapusan darah tepi akan dijumpai (20000-50000 sel /mm3 darah) dengan
limfositosis yang predominan
(3) Pemeriksaan serologis (imunofluorecent antibody) yaitu untuk mengetahui ada
tidaknya kuman
11) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

DIAGNOS NOC NIC RASIONAL


A
Bersihan Tujuan : a) Kaji a. takipnea,
frekuensi/kedal pernapasan
jalan nafas Setelah
aman dangkal,dan
tidak efektif dilakukan pernafasan dan gerakan dada tak
gerakan dada simetriks sering
berhubunga tindakan
b) Auskultasi area terjadi karena
n dengan keperawatan paru ketidak nyamanan
c) Bantu pasien gerakan dinding
akumulasi selama 1x24
latihan napas dada dan/ cairan
sekret jam, status sering. paru
Tunjukkan/ b. penurunan aliran
ventilasi bantu pasien udara terjadi pada
melakukan area konsulidasi
saluran
batuk misalnya dengan cairan.
pernafasan menekan dada Bunyi napas
dan batuk bronchial (normal
baik
efektif. pada bronkus)
Kriteria Hasil : d) Lakukan dapat juga terjadi
suctioning pada area
1. Keluarga
untuk konsulodasi.
mampu membersihan Krekes,ronki,dan
dahak/sekret. mengi terdengar
mengetahui
e) Berikan cairan pada inspirasi dan/
tentang sakit sedikitnya 2500 ekspirasi pada
ml/hari. respon terhadap
yang dialami
Tawarkan air pengumoulan
klien. hangat dari cairan, secret
pada air dingin. c. Napas dalam
2. Pasien
memudahkan
mengungkapka ekspansi
maksimum paru-
n pernafasan
paru/jalan napas
menjadi mudah lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme
3. Pasien
pembersihan jalan
mampu napas alami,
membantu silia
melakukan
untuk
batuk efektif mempertahankan
jalan napas paten.
4. Rata-rata
Penekanan
pernafasan
menurunkan
normal(16-
ketidaknyamanan
24x/mnt)
dada dan posisi
duduk
memungkinkan
upaya napas lebih
dalam dan kuat.
d. merangsang batuk
atau pembersihan
jalan napas secara
mekanik pada
pasien
e. Cairan (khususnya
yang hangat)
memobilisasi dan
mengeluarkan
secret.
Pola napas Setelah 1. kaji 1. kecepatan biasanya
tidak efektif dilakukan frekuensi,kedal meningkat. Dispnea
berhubunga tindakan aman dan terjadi
n dengan keperawatan pernafasan, peningkatan kerja
dispnea selama 1x24 ekspansi dada. napas (padaawal
jam, klien Catat upaya /hanya tanda EP
menunjukkan pernafasan, subakut).
pola napas termasuk Kedalaman
efektif penggunaan pernafasan biasanya
dengan kriteria otot bantu bervariasi
hasil : nafas. tergantung derajat
1. Keluarga 2. Auskultasi gagal napas.
mampu bunyi napas Ekspansi dada
mengerti ttg 3. Tinggikan terbatas yang
sesak yg kepala dan berhubungan
dialami bantu dengan atelektasis
anaknya mengubah dan/ nyeri dada
2. Pasien posisi. pleuritik.
mengungkapka Bangunkan 2. bunyi napas
n sesak pasien turun menurun/ tak ada
berkurang tempat tidur bila jalan napas
3. Pasien dan ambulasi obstruksi sekunder
mampu sesegera terhadap
melakukan mungkin perdarahan,bekuan
napas dalam 4. Observasi pola atau kolaps jalan
4.Pengembanga batuk dan napas kecil
n dada normal karakter secret. (atelaktasis). Ronki
antara inspirasi 5. Dorong/bantu dan mengi menyertai
dan ekspirasi pasien dalam obstruksi jalan
napas/kegagalan
napas dalam
pernafasan
dan latihan
3. Duduk tinggi
batuk.
memungkinkan
Pengisapan
ekspansi paru
peroral atau memudahkan
naso trakeal pernafasan.
bila Pengubahan posisi
diindikasikan. dan ambulasi
6. Kolaborasi meningkatkan
dalam pengisian udara
pemberian segmen paru
oksigen berbeda sehingga
tambahan bila memperbaiki difusi
diindikasikan. gas.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan
batuk kering/iritasi.
Sputum berdarah
dapat diakibatkan
oleh kerusakan
jaringan (infark
paru) atau
antikoagulan
berlebihan
5. Dapat
meningkatkan/banak
nya sputum dimana
gangguan ventilasi
dan ditambah
ketidak nyamanan
upaya bernafas.
6. Memaksimalkan
bernapas dan
menurunkan kerja
napas

ntervensi :
1. kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk
penggunaan otot bantu.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas (pada
awal /hanya tanda EP subakut). Kedalaman pernafasan biasanya bervariasi tergantung derajat
gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan/ nyeri dada
pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas
Rasional : bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan,bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelaktasis). Ronki dan mengi menyertai
obstruksi jalan napas/kegagalan pernafasan
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan. Pengubahan
posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki
difusi gas.
4. Observasi pola batuk dan karakter secret
Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputu berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau antikoagulan berlebihan
5. Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. Pengisapan peroral atau naso
trakeal
bila diindikasikan.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyamanan upaya bernafas.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila diindikasikan.
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul.
a) 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
b) 2) Pola napas tidak efektif b/d dispnea
c) 3) Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang
d) 4) Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan muntah
e) yang lebih dan anoreksi.

Anda mungkin juga menyukai