Anda di halaman 1dari 166

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

D
DENGAN PERSALINAN LETAK SUNGSANG
DISERTAI ANEMIA SEDANG
DI RSUD KOTA BOGOR

Disusun Oleh :
Neneng Anggraeni
P17324214087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2017
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.D
DENGAN PERSALINAN LETAK SUNGSANG
DISERTAI ANEMIA SEDANG
DI RSUD KOTA BOGOR

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III kebidanan

Disusun Oleh :
Neneng Anggraeni
P17324214087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2017

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap : Neneng Anggraeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 19 Januari 1996
Golongan Darah :A
Agama : Islam
Nama Ayah : Nurjaman
Nama Ibu : Tini
Alamat : Kp. Karet Ds Situsari 01/02 Kec. Cileungsi
Kab. Bogor.

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


SDN 01 Situsari Tahun 2002 – 2008
SMPN 1 Jonggol Tahun 2008 – 2011
SMAN 1 Cileungsi Tahun 2011 – 2014
Diploma III Poltekkes Kemenkes Bandung Tahun 2014 – 2017

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR

Neneng Anggraeni, NIM : P17324214087

Asuhan Kebidanan Pada Ny. D Usia 36 tahun dengan Persalinan Letak


Sungsang disertai Anemia Sedang di RSUD Kota Bogor

Xiii Halaman , 6 BAB, 98 Halaman, 8 Lampiran, 1 Gambar

ABSTRAK
Persalinan sungsang merupakan letak memanjang dengan kepala janin di
fundus dan bokong di bagian bawah kavum uteri. yang merupakan salah satu
penyebab tidak langsung angka kematian Ibu dan bayi. Di Indonesia sendiri
menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI mengalami
penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan penulisan Laporan
Tugas Akhir ini untuk memperoleh pengetahuan dan menerapkan asuhan
kebidanan pada ibu dengan persalinan letak sungsang.
Metode yang digunakan yaitu laporan kasus dengan teknik: wawancara,
observasi partisipatif, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, studi
dokumentasi serta studi literatur.
Dari hasil pemeriksaan Ny.D mengeluh mules-mules sejak semalam pukul
02.00 WIB, sudah keluar air–air dan lendir darah dari kemaluannya pukul 03.00
WIB. Pada pemeriksaan abdomen dengan palpasi Leopold 1 TFU perabaan 3 jari
dibawah Px, teraba bulat, keras dan melenting, Leopold II teraba tahanan besar,
keras dan memanjang pada bagian kanan teraba bagian kecil janin di bagian kiri.
Leopold III teraba bulat, lunak dan tidak melenting atau tidak dapat digoyangkan.
Diagnosa ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan yaitu Ny.D, 36 tahun
G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II dengan letak sungsang disertai anemia
sedang.
Melakukan kolaborasi dengan Dr.SpOG maka dilakukan pertolongan
persalinan dengan tindakan sectio caesarea. Bayi lahir pukul 13.50 WIB,
menangis kuat beberapa menit setelah lahir, tonus otot aktif, jenis kelamin
perempuan. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil HB: 7,6gr%, maka
dilakukannya transfusi darah 1 labu untuk mengatasi anemia. Tanggal 24 Maret
2017 ibu dan bayi diperbolehkan pulang dengan keadaan baik.
Kesimpulan yang dapat diambil mulai dari asuhan INC sampai PNC dan
BBL selama 2 minggu tidak ada komplikasi dari persalinan sungsang pada ibu
dan bayi, sehingga ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Saran yang diberikan
kepada Ny.D yaitu menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi dan
memberikan imunisasi dasar kepada bayinya.

Kata Kunci : Persalinan Letak Sungsang, Asuhan Kebidanan, Anemia


Kepustakaan : 27 (2002-2015)

vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
FINAL REPORT

Neneng Anggraeni, NIM: P17324214087

Midwifery Care At Ny. D Age 36 years with Breeding Breeding accompanied


by Anemia Medium at Bogor city Hospital

Xiii Page, 6 Chapter, 98 Page, 8 attachments, 1 pictures

ABSTRACT

Breech birth is elongated with the head of the fetus on the fundus and
buttocks at the bottom of the uterine cavity. Which is one of the indirect causes of
maternal and infant mortality rates. In Indonesia alone according to the Intercensal
Population Survey (SUPAS) 2015 the AKI has decreased to 305 per 100,000 live
births. The purpose of writing this Final Report to gain knowledge and apply
midwifery care to the mother with breech delivery.
The method used is case report with technique: interview, participatory
observation, physical examination and investigation, documentation study and
literature study.
From the results of examination Ny.D complained of contraction since last
night at 02.00 pm, had come out the water and blood mucus from his cock at
03.00 pm. On the abdominal examination with palpation Leopold 1 TFU 3 finger
palm under Px, palpable round, hard and bouncy, Leopold II palpable prisoners
large, hard and elongated on the right palpable small part of the fetus on the left.
Leopold III is palpable round, soft and not bouncy or can not be shaken.
Diagnosis is made after examination is Ny.D, 36 years G1P0A0 pregnant 39
weeks inpartu second stage with breech position accompanied by moderate
anemia.
Collaborating with Dr.SpOG then performed help with cesarean delivery.
The baby was born at 13.50 WIB, weeping strongly a few minutes after birth,
active muscle tone, female sex. Performed laboratory examination with HB result:
7.6gr%, then do blood pump transfusion 1 to overcome anemia. March 24, 2017
mother and baby are allowed to go home in good condition.
Conclusions can be drawn from the upbringing of INC to PNC and BBL
for 2 weeks there is no complication of breech deliveries in the mother and baby,
so that the mother and baby are healthy. Suggestions given to Ny.D is advocated
to use contraception and provide basic immunization to the baby.

Keywords: Breechen Breeding, Midwifery Care, Anemia


Literature: 27 (2002-2015)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Hanya kepada Allah SWT Tuhan Pencipta Semesta Alam penulis
panjatkan puji dan syukur atas limpahan rahmat, nikmat dan ilmu yang
bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat
pada waktunya dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. D Dengan
Persalinan Letak Sungsang Disertai Anemia Sedang Di RSUD Kota Bogor”
Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan prodi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Tugas Akhir banyak


menemukan hambatan dan kesulitan. Namun penulis sadar berkat motivasi dan
semangat yang diberikan oleh berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih atas motivasi, semangat,


bimbingan serta ilmu yang bermanfaat ini, kepada :

1. DR. Ir H. Osman Syarief, M.KM selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Bandung
2. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, SKp, M.KM sebagai Ketua Program
Studi Kebidanan Bogor Politrknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Bandung dan sekaligus sebagai pembimbing laporan tugas akhir.
3. Dr. Dewi Basmala, MARS selaku Direktur Rumah Sakit RSUD Kota
Bogor.
4. Sri Mulyati M.KM sebagai pembimbing Praktik Kebidanan
Kopmprehensif
5. Dr. Fauzia M.KM sebagai wali tingkat III C angkatan XVI dan sekaligus
seagai Pembimbing Akademik serta dosen dosen kebidanan Bogor yang
lainnya.

vii
6. Orang tua dan saudaraku sebagai figur yang selalu memberikan semangat
dan doa disetiap sujudnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir ini.
7. Ny. D dan keluarga yang telah bekerjasama dan bersedia memberikan
informasi dalam penulisan leporan tugas akhir ini.
8. Rekan mahasiswa Jalur Umum Jurusan Kebidanan Bogor yang tak henti
mengingatkan dan berjuang bersama dalam menyelesaikan laporan tugas
akhir ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan selama penulisan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih sangat


sederhana, untuk itu kami mohon saran yang membangun untuk lebih
sempurnanya Laporan Tugas Akhir ini.

Besar harapan penulis, semoga Laporan Tugas Akhir asuhan kebidanan ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bogor, 13 Juli 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL BAGIAN DALAM ..........................................................i


PERNYATAAN..................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ..................................................5
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................5
1. Tujuan Umum ..................................................................................6
2. Tujuan Khusus..................................................................................6
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan ....................................................6
1. Bagi Pusat Layanan Kesehatan ........................................................6
2. Bagi Klien dan Keluarga ..................................................................6
3. Bagi Profesi Bidan ...........................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Persalinan dengan Letak Sungsang .........................................................8


1. Pengertian Letak Sungsang ............................................................8
2. Mekanisme Persalinan Letak Sungsang ........................................8
3. Jenis Persalinan Letak Sungsang ...................................................9
4. Etiologi Persalinan Letak Sungsang ..............................................10

ix
5. Faktor Predisposisi .........................................................................11
6. Komplikasi .....................................................................................11
7. Diagnosis .......................................................................................13
8. Faktor Risiko..................................................................................15
9. Jenis Pimpinan Persalinan Sungsang .............................................16
10. Prosedur Pertolongan Persalinan Sungsang ...................................17
11. Tahapan dan Teknik Persalinan Sungsang ....................................19
12. Penatalaksanaan .............................................................................26
13. Wewenang Bidan dalam Persalinan Letak Sungsang ....................28
B. Anemia Pada Kehamilan .........................................................................30
1. Definisi...........................................................................................30
2. Anemia Fisiologi............................................................................31
3. Patofisiologi Anemia .....................................................................31
4. Klasifikasi Anemia ........................................................................32
5. Tanda Gejala Anemia ....................................................................37
6. Penanganan Anemia ......................................................................37
7. Dampak Anemia ............................................................................38
C. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Letak Sungsang ..........................44

BAB III METODOLOGI

A. Metode.....................................................................................................49
B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................50

BAB IV TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Intranatal ..................................................................53


B. Asuhan Kebidanan Postnatal...................................................................61
C. Asuhan Kebidanan Neonatal ...................................................................74

x
BAB V PEMBAHASAN

A. Data Subjektif..........................................................................................87
B. Data Objektif ...........................................................................................88
C. Analisa.....................................................................................................90
D. Penatalaksanaan ......................................................................................90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................96
B. Saran ........................................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Observasi

Lampiran 2 : SAP Teknik Menyusui Bayi

Lampiran 3 : SAP Tanda Bahaya Nifas

Lampiran 4 : SAP Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Lampiran 5 : SAP Perawatan Tali Pusat

Lampiran 6 : SAP Nutrisi Ibu Nifas

Lampiran 7 : SAP Alat Kontrasepsi

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Macam-macam presentasi bokong ............................................................8

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan

masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Resiko kematian

ibu di negara berkembang 33 kali lebih tinggi dibandingkan di negara maju.

Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu target dari tujuh belas sasaran tujuan SDGS

(Sustainable Development Goals) yang berlangsung dari tahun 2015 – 2030.

Pencapaian SDGS (Sustainable Development Goals) untuk AKI pada 2030,

adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup. 1,2

Di Indonesia sendiri menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 AKI adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan

menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI mengalami

penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.3

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 25 per 1000 kelahiran

hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari) sebesar 15 per 1000

kelahiran hidup. Dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

pada tahun 2012 angka kematian bayi sebesar 32 kematian per 1.000

kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran

hidup.4

1
2

Berdasarkan data diatas ada lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu

perdarahan (30,1 %), hipertensi dalam kehamilan (26,9 %), infeksi (5,5 %),

partus lama/macet (1,8 %), Abortus (1,6 %) dan lain – lain (34,5 %).3

Perdarahan merupakan penyebab langsung kematian ibu. Perdarahan dapat

disebabkan adanya anemia pada ibu hamil. Selain itu anemia kehamilan juga

merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu. Menurut Rikesdas di

Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu

sekitar 50-70 juta jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan

kurang zat besi) mencapai 20%-33%.3

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester

2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,

terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.5

Faktor predisposisi terjadinya anemia pada kehamilan beberapa

diantaranya yaitu kekurangan asupan zat besi serta peningkatan kebutuhan

fisiologis. Beberapa dampak terjadinya anemia pada kehamilan yaitu

hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,

ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), hiperemesis gravidarum,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.5

Salah satu akibat dari trauma lahir disebabkannya oleh persalinan dengan

letak sungsang. Kejadian letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%, jauh

lebih tinggi pada permulaan masa kehamilan kira-kira 40% daripada

kehamilan sebelum 28 minggu antara 17 sampai 31 minggu. Janin letak


3

sungsang berada pada resiko morbilitas dan mortalitas prenatal yang lebih

tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena presentasi.6

Dalam persalinan terdapat beberapa presentasi di antaranya : presentasi

kepala 96,8%, letak sungsang 2,7%, letak lintang 0,3%, letak muka 0,05%

dan letak dahi 0,01%. Letak sungsang terjadi pada 25% persalinan yang

terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, 7% persalinan sungsang terjadi

pada umur kehamilan 32 minggu dan 1,3% persalinan sungsang yang terjadi

pada kehamilan aterm.4

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan mordibitas dan mortalitas pada

ibu dan janin yaitu persalinan sungsang. Persalinan sungsang adalah dimana

posisi kepala bayi berada di fundus uteri dan bagian terbawah janin yaitu

bokong. Malpresentasi yaitu presentasi yang bukan presentasi belakang

kepala, malpresentasi meliputi presentasi puncak kepala, presentasi dahi,

presentasi muka, presentasi bokong, presentasi bahu. Malposisi merupakan

presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil tidak berada di segmen

atau di depan, malposisi meliputi ubun-ubun kecil belakang, ubun-ubun kecil

kiri belakang, ubun-ubun kecil melintang. Letak sungsang atau presentasi

bokong merupakan letak memanjang dengan kepala janin di fundus dan

bokong di bagian kavum uteri.7

Faktor penyebab terjadinya letak sungsang yaitu prematuritas, plasenta

previa, multiparitas, kehamilan kembar, kelainan bentuk kepala,

polihidramnion, Oligohidramnion, abnormalitas struktur uterus.


4

Usia > 35 tahun dapat menjadi faktor risiko persalinan sungsang. Hal

ini kemungkinan berhubungan dengan mulai terjadinya regenerasi sel-sel

tubuh terutama endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya

penyakit yang dapat menimbulkan kelainan letak. Semakin bertambahnya

umur, sel-sel tubuh juga ikut menua, terutama dalam hal ini adalah

endometrium. Sel-sel tubuh akan terus beregenerasi selama manusia hidup,

tetapi setelah berumur lebih dari 35 tahun, proses degenerasi lebih dominan. 8

Adapun komplikasi yang dapat terjadi meliputi terjadinya impaksi bokong, prolaps tali

pusat cidera lahir, hipoksia janin dan plasenta terlepas sebelum waktunya. Oleh karena itu

peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan seperti memberikan

informasi seputar kehamilan dan dukungan moril.7

Pertolongan pada persalinan sungsang ini dapat dilakukan secara

pervaginam dan perabdominal (sectio caesarea).7

Dari data yang di dapatkan di RSUD Kota Bogor Januari sampai

Desember 2016 kelahiran dengan letak sungsang mencapai 99 kasus, 5 kasus

diantaranya dilahirkan secara pervaginam, 94 kasus lainnya dilahirkan

melalui tindakan sectio caesar. Data ini diambil dari hasil pengamatan penulis

yang didapatkan pada saat melakukan asuhan persalinan selama dalam 1

minggu didapatkan 5 kasus persalinan dengan letak sungsang Sedangkan

pada kasus kelahiran dengan disertai anemia terdapat 28 kasus.

Meskipun angka kejadian persalinan sungsang secara sectio caesarea di

RSUD Kota Bogor hampir sebagian besar dari kasus letak sungsang, akan

tetapi jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan resiko atau
5

komplikasi pada ibu dan bayi. Resiko yang dapat terjadi pada ibu yaitu

perdarahan, robekan jalan lahir, infeksi. Sedangkan resiko yang dapat terjadi

pada bayi yaitu edema dan memar pada genetalia bayi dapat terjadi akibat

tekanan pada serviks, asfiksia, fraktur humerus, klavikula atau femur atau

dislokasi bahu atau pinggul, Trauma organ internal, Kerusakan medula

spinalis atau fraktur tulang, hipoksia janin.9,10

Berlatar belakang dari hal tersebut penulis tertarik untuk membuat

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.D dengan

Persalinan Letak Sungsang Disertai Anemia Sedang di RSUD Kota Bogor”

dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dan penatalaksanaan yang

tepat, diharapkan dapat mengurangi mordibidatas dan komplikasi akibat

kasus serupa.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup.


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil rumusan
masalah yaitu Bagaimana asuhan kebidanan persalinan patologi yang
tepat pada Ny. D dengan persalinan letak sungsang disertai anemia sedang
di RSUD Kota Bogor.

2. Ruang Lingkup
Lingkup masalah asuhan kebidanan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir
ini dibatasi pada asuhan kebidanan intranatal, khususnya pada Ny. D
dengan persalinan letak sungsang diserai anemia sedang di RSUD Kota
Bogor dari tanggal 21 Maret 2017 sampai dengan kunjungan rumah
tanggal 3 April 2017 menggunakan asuhan kebidanan dengan
pendokumentasian SOAP.
6

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis dapat memperluas pemahaman, pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny. D dengan
persalinan letak sungsang disertai anemia sedang di RSUD Kota Bogor.

2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya data subjektif pada Ny. D, dengan persalinan letak
sungsang disertai anemia sedang di RSUD Kota Bogor.
b. Diperolehnya data objektif pada Ny. D, dengan persalinan letak
sungsang disertai anemia sedang di RSUD Kota Bogor.
c. Dirumuskannya analisa pada Ny. D, dengan persalinan letak sungsang
disertai anemia sedang di RSUD Kota Bogor.
d. Dibuatnya penatalaksanaan pada Ny. D, dengan persalinan letak
sungsang disertai anemia sedang di RSUD Kota Bogor.
e. Diketahuinya faktor pendorong dan penghambat dalam melakukan
asuhan kepada Ny. D, dengan persalinan letak sungsang disertai
anemia sedang di RSUD Kota Bogor.

D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan


1. Bagi pusat layanan kesehatan
Memberikan masukan kepada rumah sakit sehingga dapat meningkatkan
kualitas mengenai pendekatan manajemen kebidanan, pada persalinan
dengan letak sungsang dan disertai anemia.
2. Bagi klien dan keluarga
a. Mendapat asuhan kebidanan persalinan dengan letak sungsang
disertai anemia.
b. Mendapatkan informasi agar ibu dan keluarga mengetahui untuk
pencegahan dan tindakan segera bila terjadi selama asuhan
berlangsung.
7

3. Bagi profesi bidan


Dapat memberikan masukan informasi mengenai pelaksanaan asuhan
intranatal pada klien dengan letak sungsang, dengan standar pelayanan
yang cepat serta kemampuan yang dimiliki oleh petugas kesehatan..
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Persalinan dengan letak sungsang.

1. Pengertian letak sungsang atau persentasi bokong


Letak sungsang atau presentasi bokong adalah janin letak
memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi
keduanya.11
Letak sungsang atau Presentasi bokong merupakan letak
memanjang dengan kepala janin di fundus dan bokong di bagian bawah
kavum uteri.12
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi
merupakan bagian terendah dengan atau tanpa kaki keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri.13

2. Mekanisme persalinan letak sungsang


Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada
presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin
lainnya relatif mudah dilahirkan. Tidak demikian halnya pada presentasi
bokong. Hal ini yang menjadi persalinan vaginal pada presentasi bokong
lebih beresiko. Pemahaman tentang mekanisme persalinannya akan
membantu dalam memberikan upaya pertolongan persalinan yang
berhasil.11
Pada persalinan letak sungsang, bokong akan memasuki panggul
(engagement dan descent) dengan diameter bitrokanter dalam posisi
oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih
cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior). Dengan demikian,
pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul terlebih dahulu.
Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang

8
9

mendorong kebawah akan menghasilkan putaran paksi dalam yang


membawa sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi
diameter bitrokanter dipintu bawah panggul menjadi anteroposterior.11
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran
paksi dalam. Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul
depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami
putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah
menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi
diameter bitrokanter anteroposterior, diikuti putaran paksi luar. Putaran
paksi luar akan membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior
menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh lain akan terjadi kemudian
baik secara spontan maupun dengan bantuan (manual aid).11

3. Jenis Persalinan letak sungsang atau presentasi bokong


Jenis persalinan letak sungsang atau presentasi bokong meliputin :14
a. Bokong dengan tungkai ekstensi (frank breech)
Presentasi bokong dengan pinggul fleksi dan tungkai
ekstensi pada abdomen. 70% presentasi bokong adalah jenis ini
dan banyak terjadi terutama pada primigravida yang tonus otot
uterusnya yang baik menghambat fleksi tungkai dan putaran
bebas janin.
b. Bokong sempurna (complete breech)
Sikap janin pada posisi ini fleksi sempurna, dengan pinggul
dan lutut fleksi dan kaki terlipat ke dalam di samping bokong.
c. Bokong footling (footling breech)
Hal ini jarang terjadi. Satu atau kedua kaki menjadi bagian
presentasi karena baik pinggul atau lutut tidak sepenuhnya fleksi.
Kaki lebih rendah dari bokong, yang membedakannya dari
presentasi bokong sempurna.
10

d. Bokong lutut
Hal ini sangat jarang terjadi. Satu atau dua pinggul
mengalami ekstensi, dengan lutut fleksi.

Gambar 1 Macam-macam presentasi bokong

4. Etiologi persalinan letak sungsang atau presentasi bokong


Sering kali tidak ada penyebab yang bisa diidentifikasi, tetapi
berbagai kondisi berikut ini mendorong terjadinya presentasi bokong.14
a. Tungkai ekstensi. Versi serfalik spontan dapat terhambat jika
tungkai janin mengalami ekstensi dan membelit punggung.
b. Persalinan prematur. Presentasi bokong relatif banyak terjadi
sebelum usia gestasi 34 minggu sehingga presentasi bokong lebih
sering terjadi padapersalinan prematur.
c. Kehamilan kembar. Kehamilan kembar membatasi ruang yang
tersedia untuk perputaran janin, yang dapat menyebabkan salah
satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong.
d. Hidrosefalus. Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung
terakomodasi di dalam fundus.
e. Abnormalitas uterus. Distorsi rongga uterus oleh septum atau
jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi bokong.
11

f. Plasenta previa. Sebagian penulis meyakini bahwa hal ini dapat


menyebabkan presentasi bokong, tetapi sebagian lain tidak
menyetujui hal itu.

5. Faktor predisposisi
Adapun faktor predisposisi dari persalinan letak sungsang diantaranya :12
a. Dari sudut ibu
1) Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan).
2) Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan
perputaran ke posisi kepala).
3) Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa).
b. Dari sudut janin
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat.
2) Hidrosefalus atau anensefalus.
3) Kehamilan kembar.
4) Hidramnion atau oligohidramnion.
5) Prematuritas.

6. Komplikasi
Banyak komplikasi yang dapat dihindari apabila persalinan dapat
ditangani oleh operator yang berpengalaman, atau pelajar yang diawasi
dengan ketat, untuk melahirkan bayi tersebut. Komplikasi tersebut antara
lain :14
a. Impaksi bokong
Persalinan menjadi macet jika berukuran terlalu besar untuk pelvis
maternal.
12

b. Prolaps tali pusat


Hal ini lebih sering terjadi pada presentasi bokong fleksi atau
bokong kaki karena presentasi ini memiliki bagian presentasi yang
tidak pas.
c. Cidera lahir
Kerusakan jaringan superfisial. Bidan harus memperingatkan ibu
dan pasangannya tentang yang mungkin terjadi setelah pelahiran.
Edema dan memar pada genetalia bayi dapat terjadi akibat tekanan
pada serviks. Pada presentasi bokong kaki, kaki yang keluar dari
vagina atau vulva untuk waktu yang lama dapat mengalami edema
berat dan pucat. Jika pelahiran dilakukan dengan benar, hal – hal
berikut ini jarang terjadi :14
1) Fraktur humerus, klavikula atau femur atau dislokasi bahu atau
pinggul. Hal tersebut dapat terjadi selama pelahiran lengan atau
tungkai yang terekstensi.
2) Trauma organ internal. Dapat terjadi ruptur hati atau limpa,
akibat genggaman pada abdomen.
3) Kerusakan medula spinalis atau fraktur tulang. Hal ini dapat
terjadi akibat penekukan badan kearah belakang diatas simfisis
pubis saat melahirkan kepala.
d. Hipoksia janin.
Hal ini dapat terjadi akibat prolaps tali pusat
e. Plasenta terlepas sebelum waktunya
Retraksi yang cukup kuat pada uterus terjadi pada saat kepala masih
berada didalam vagina dan plasenta mulai terlepas. Keterlambatan
pelahiran kepala yang lama dapat menyebabkan hipoksia berat janin.
f. Trauma maternal
Komplikasi maternal akibat pelahiran presentasi bokong sama
dengan komplikasi pelahiran pervagina operatif lainnya.
13

7. Diagnosis
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus persalinan letak sungsang
meliputi pada pemeriksaan :14,11
a. Pemeriksaan abdomen
1) Palpasi. Pada primigravida, diagnosis lebih sulit karena otot
abdomen mereka yang keras. Pada palpasi, janin terletak
longitudinal dengan presentasi lunak, yang lebih mudah
diraba dengan menggunakan genggaman Pawlik. Kepala
biasanya dapat diraba di fundus sebagai massa bulat yang
keras, yang dapat digerakkan secara bebas dari punggung
dengan menangkupkannya pada satu atau kedua tangan. Jika
tungkai terekstensi, kaki dapat mencegah terjadinya
pembengkokkan. Jika bokong berada pada posisi anterior
dan janin terfleksi dengan baik, sulit bagi bidan untuk
menentukan letak kepala, tetapi penggunaan genggaman yang
mengombinasikan kutub atas dan bawah secara bersamaan
dapat membantu diagnosa. Ibu dapat mengeluh adanya
ketidaknyamanan pada rusuknya, teruatama dimalam hari,
akibat tekanan kepala pada diafragma.
2) Auskultasi. Jika bokong belum melewati gelang pelvis,
jantung janin terdengar paling jelas di atas umbilikus. Jika
tungkai terekstensi, bokong janin akan turun ke dalam pelvis
dengan mudah. Jantung janin kemudian dapat terdengar di
bagian yang lebih rendah.

b. Pemeriksaan vagina
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya
sutura yang terpalpasi, walaupun terkadang sakrum dapat disalah
artikan dengan kepala yang keras dan bokong disalah artikan
dengan caput sucsedaneum. Anus dapat teraba dan mekonium
segar dapa jari pemeriksa biasanya merupakan diagnostik. Jika
14

tungkai terekstensi, genetalia ekternal sangat jelas teraba, tetapi


harus diingat bahwa genetalia eksternal tersebut mengalami
edema. Vulva yang mengalami edema dapat disalahartikan
dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan
tangan. Jari-jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih
pendek daripada jari-jari tangan dan ibu jari kaki tidak dapat
direntangkan dari jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut 90o
dari tungkai, dan lutut tidak memiliki kesamaan dengan tangan.

c. USG
Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi,dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi bokong
saja belum cukup untuk membuat perkiraan besarnya risiko guna
pengambilan keputusan cara persalinan yang hendak dipilih.
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan
penilaian resiko pada presentasi bokong. Taksiran berat janin,
penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis
presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
kongenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan
ultrasonografi. Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas
bawah dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi
bokong.
Hiperekstensi kepala janin merupakan kontra indikasi untuk
persalinan vaginal. Kepala akan sulit dilahirkan sehingga beresiko
menimbulkan cedera medulla spinalis leher.
15

8. Faktor Risiko
Faktor risiko yang mungkin terjadi diantaranya :11,8,14
a. Prematuritas
Karena air ketuban masih banyak dan kepala anak mudah bergerak.
b. Plasenta previa
Letak plasenta yang berada di bawah menghalangi turunya kepala
kedalam pintu atas panggul.
c. Multiparitas
Frekuensi letak sungsang atau presentasi bokong lebih banyak
pada multipara dibandingkan primigravida. Angka paritas yang
tinggi biasanya disertai dengan relaksasi uterus.
Paritas juga merupakan faktor risiko terjadinya persalinan sungsang.
Semakin tinggi paritas yang pernah dialami ibu hamil semakin
tinggi pula risiko terjadinya persalinan sungsang. Hal ini
berhubungan dengan teregangnya dinding abdomen secara
berlebihan karena riwayat multiparitas pada ibu bersalin.
Usia > 35 tahun dapat menjadi faktor risiko persalinan sungsang.
Hal ini kemungkinan berhubungan dengan mulai terjadinya
regenerasi sel-sel tubuh terutama endometrium akibat usia biologis
jaringan dan adanya penyakit yang dapat menimbulkan kelainan
letak. Sedangkan persalinan sungsang yang terjadi pada usia < 20
tahun dipengaruhi oleh bentuk anatomi panggul ibu yang sempit dan
kematangan organ reproduksinya.
Semakin bertambahnya umur, sel-sel tubuh juga ikut menua,
terutama dalam hal ini adalah endometrium. Sel-sel tubuh akan
terus beregenerasi selama manusia hidup, tetapi setelah berumur
lebih dari 35 tahun, proses degenerasi lebih dominan.
Endometrium berfungsi untuk plasentasi hemokorial. Transformasi
endometrium menjadi desidua (endometrium khusus untuk
kehamilan) sangat dipengaruhi oleh hormon esterogen dan
progesteron. Semakin bertambahnya umur, sekresi hormon seksual
16

semakin berkurang sehingga fungsional endometrium juga akan


menurun. Hal ini akan menyebabkan plasenta terbentuk tidak
pada tempatnya dan membuat bayi mudah bergerak memposisikan
diri dengan bokong di bagian bawah cavum uteri.
d. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk
perputaran janin sehingga dapat menyebabkan salah satu janin atau
lebih memiliki presentasi bokong.
e. Kelainan bentuk kepala
Seperti hidrosefalus, anensefalus karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
f. Polihidramnion, Oligohidramnion
Cairan amnion yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat
menyebabkan letak sungsang atau presentasi bokong.
g. Abnormalitas struktur uterus
Bentuk uterus yang abnormal dan distorsi rongga uterus oleh
septum atau jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi bokong.

9. Jenis pimpinan persalinan sungsang


Jenis pimpinan persalinan sungsang meliputi 2 cara sebagai berikut :15
a. Persalinan pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan
dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara bracht.
2) Manual aid (partial breech extraction, assisted breech
delivery). Janian dilahirkan sebagian dengan tenaga dan
kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan
seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
17

b. Persalinan perabdominal (sectio caesar).

10. Prosedur pertolongan persalinan spontan


Tahapan prosedur pertolongan persalinan spontan yaitu :15
a. Tahapan
1) Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong
sampai pusar (skapula depan). Disebut fase lambat karena fase
ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang
tidak berbahaya.
2) Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala
janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan
tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera
diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut
sudah lahir, janin dapat bernapas lewat mulut.
3) Tahap ketiga : fase lambat, yaitu dimulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan
keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia
luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus
dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya
perdarahan intakranial (adanya ruptur tentorium serebelli).
b. Teknik
1) Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun
penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu
disediakan cunam piper.
2) Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di
depan vulva. Ketika waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra musculus.
Pemberian oksitosin ini ialah untuk merangsang kontraksi rahim
sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
18

3) Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera


setlah bokong lahir, bokong dicengkam secara bracht, yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jari-jari lain memegang panggul.
4) Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir
dan tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan lebih
dahulu.
5) Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan in
tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan
ekspresi kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu
panggul. Maksud dari ekspresi kristeller ini adalah :
a) Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat
segera diselesaikan.
b) Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c) Menghindari terjadinya ruang kosong sntara fundus uterus
dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6) Dengan gerakkan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar,
perut, bahu dan lengan, dagu mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7) Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten
segera menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong
tali pusat.

c. Keuntungan
1) Tangan penolong tidak masuk kedalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi.
2) Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
19

d. Kerugian
1) 5 sampai 10 % persalinan secara Bracht mengalami kegagalan,
sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
dengan cara Bracht.
2) Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya
pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.15

11. Tahapan dan teknik persalinan letak sungsang


Tahapan dan teknik pada persalinan letak sungsang meliputi :15,12
a. Tahapan persalinan sungsang
1) Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan
dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.
2) Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga
penolong, cara atau teknik untuk melahirkan bahu dan lengan
yaitu :
a) Klasik
b) Mueller
c) Lovser
d) bickenbach
3) Tahap ketiga, lahirnya kepala. Dengan cara:
a) Mauriceau (veit-smellie)
b) Najouks
c) Wigand martin-winckel
d) Prague terbalik
e) Cunam piper

b. Teknik persalinan letak sungsang


Tahap pertama dilakukan persalinan secara bracht sampai pusar
lahir.
20

1) Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan


penampang sekitar 5 cm.
2) Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah
basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari penolong berada pada bagian belakang pangkal paha dan
empat jari-jari lain berada pada bokong janin.
3) Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan
punggung janin ke perut ibu (gerakan hiperlordosis) sampai
kedua kaki janin lahir.
4) Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga
kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan paha bagian
belakang dan keempat jari-jari berada pada pinggang janin.
5) Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis
dilanjutkan (gerakan mendekatkan bokong janin pada perut ibu)
sedikit kearah kiri atau kearah kanan sesuai dengan posisi
punggung anak.
6) Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya
lahur mulut,hidung, dahi dan seluruh kepala anak.
7) Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan
suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
8) Setelah anak lahir, perawatan pervaginam pada presentasi
belakang kepala.

Tahap kedua melahirkan bahu dan lengan oleh penolong.12


1) Cara klasik
a) Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah
melahirkan lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan
belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum), baru
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah
simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka
21

lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu


dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan baru
kemudian lengan belakang ini dilahirkan.
b) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong
pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh
mungkin, sehingga perut janin mendekati perut ibu.
c) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan
kedalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai pada fosa kubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin.
d) Untuk melahirkan lengan depan, pegang pada pergelangan
kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan
ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.
e) Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
f) Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar
menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang
sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong
terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin
sedang jari-jari lain mencengkam dada. Putaran diarahkan
ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak di
belakang. Kemudian lengan belakang ini dilahirkan dengan
teknik tersebut.
2) Cara mueller
Teknik melahirkan dengan cara mueller yaitu :15
a) Prinsip melahirkan bahu lengan secara mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi,baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang.
22

b) Bokong janin dipegang secara femuro pelviks


(duimbekken greep) yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada krista iliaka dan jari jari lain mencengkam paha
bagian depan. Dengan pegangan ini badan janin ditarik
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan
tampak di bawah simfisis,dan lengan depan di lahirkan
dengan mengait lengan bawahnya.
c) Setelah bahu depan dan lengan depan lahir,maka badan
janin yang masih dipegang secara femuro pelviks di tarik
ke atas,sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang
tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua
jari dengan kedua jari penolong. Keuntungan dengan
teknik mueller ini ialah tangan penolong tidak masuk jauh
ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya infeksi minimal.

3) Cara lovset
Teknik persalinan dengan cara lovset ini meliputi :15
a) Prinsip persalinan secara lovset ialah memutar badan janin
dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan
traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada di belakang akhirnya lahir dibawah simfisis. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa adanya inklinasi antara pintu
atas panggul dengan sumbu panggul dan bentu lengkungan
panggul yang mempunyai lengkungan depan lebih pendek
dari lengkungan di belakang, sehingga setiap saat bahu
belakang selalu dalam posisi lebih rendah dari bahu depan.
b) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar
setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
23

depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin


diputar kembali.
c) Bila lengan jani tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka
lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan
bawah denga jari penolong.
4) Cara bickenbachs
Prinsip persalianan secara bickenbachs ialah merupakan
kombinasi antara mueller dengan klasik. Teknik ini hampir
sama dengan cara klasik yaitu :15
a) Melahirkan lengan menunjuk (nuchal arm)
(1) Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salah satu
lengan janin melingkar dibelakang leher dan menunjuk
ke suatu arah. Berhubung dengan posisi lengan
semacam ini tidak mungkin dilahirkan karena
tersangkut dibelakang leher, maka lengan tersebut harus
dapat diubah sedemikian rupa, sehingga terletak
didepan dada.
(2) Bila lengan belakang yang menunjuk maka badan atas
janin dicengkam dengan kedua tangan penolong,
sehingga kedua ibu jari diletakkan pada punggung janin
sejajar sumbu panjang badan. Sedang jari jari lain
mencengkam dada. Badan anak diputar searah dengan
arah lengan menunjuk kearah belakang (sakrum),
sehingga lengan tersebut terletak didepan dada dan
menjadi lengan belakang. Kemudian lengan ini
dilahirkan dengan cara klasik.
(3) Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan
dengan cara yang sama hanya cara memegang badan
atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada dan jari
lain mencengkam punggung.
24

5) Melahirkan lengan menjungkit


Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan dalam
posisi lurus keatas di samping kepala. Cara terbaik untuk
melahirkan lengan menjungkit ialah dengan cara lovset. Perlu
diingat, bila sedang melakukan pimpinan persalinan, secara
Bracht kemudian terjadi kemacetan bahu dan lengan, maka
harus dilakukan periksa dalam apakah kemacetan tersebut
karena kelainan posisi lengan tersebut diatas.15

c. Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming


head)
6) Mauricau (veit Smellie)
Teknik persalinan dengan cara mauricau meliputi :15
a) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin
dimasukkan kedalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan
kedalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat
mencengkam fosa kanina, sedang jari lain mencengkam
leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong, seolah olah janin menunggang kuda. Jari
telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkam
leher janin dari arah punggung.
b) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam
kebawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan
penolong yang mencengkam leher janin dari arah
punggung. bila suboksiput tampak di bawah simfisis,
kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata, dahi, ubun ubun besar dan akhirnya lahirlah
seluruh kepala janin.
25

7) Cara Naujoks
Tenik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari
penolong tidak dapat dimasukkan kedalam mulut janin. Kedua
tangan penolong mencengkam leher janin dari arah depan dan
belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam
kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong
kepala janin ke arah bawah. Cara ini dianjurkan karena
menimbulkan trauma yang berat pada sumsum tulang di daerah
leher.15

8) Cara Prague terbalik


Teknik prague terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun
ubun kecil berada di belakang dekat sakrum dan muka janin
menghadap simfisis. Satu tangan penolong mencengkam leher
dari arah bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua
pergelangan kaki. Kaki janin ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin, sehingga perut janin mendekati perut
ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat
dilahirkan.15

9) Cara Cunam Piper


a) Cuman piper dibuat khusus untuk melahirkan kepala janin
letang sungsang, sehingga mempunyai bentuk khusus,
yaitu:15
(1) Daun cunam berfenestra, yang mempunyai lengkungan
panggul yang agak mendatar (baik untuk pemasangan
yang tinggi).
(2) Tangkainya panjang, melengkung keatas dan terbuka,
keadaan ini dapat mengindari kompresi yang berlebihan
pada kepala janin.
26

b) Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki,


dan kedua lengan janin diletakkan di punggung janin.
Kemudian badan janin dielevasi keatas, sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
c) Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama
dengan pemasangan cunam pada letak belakang kepala.
Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah,
yaitu sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
suboksiput tampak dibawah simfisis, maka cunam dielevasi
keatas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, berturut
turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh
kepala lahir.

12. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Antenatal
Jika bidan mencurigai atau mendeteksi adanya presentasi bokong
pada usia gestasi 36 minggu atau lebih, ia harus merujuk ibu ke
dokter. Presentasi dapat dipastikan dengan pemindaian ultrasound
atau terkadang sinar-X abdomen. Terdapat perbedaan pendapat
diantara dokter spesialis obstetrik mengenai penatalaksanaan
presentasi bokong selama kehamilan dan keputusan tentang
penatalaksanaan tersebut biasanya ditangguhkan sampai mendekati
cukup bulan.14
Peran bidan :
1) Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya melahirkan
bayi.
2) Tidak melakukan asuhan atau persalinan ibu.
3) Meyakinkan bahwa ia mempunyai dukungan kuat untuk
dirinya sendiri, bidan lain yang berpengalaman dalam fisiologi,
persalinan dan kelahiran non medis.
27

4) Untuk meyakinkan dan mempertahankan pengetahuan


keterampilan dan teknik yang prima untuk membantu kelahiran
sungsang, bila kemudian perlu.
Bidan harus seirama dan mampu mengenali, mengkaji, dan
merespons bila terjadi masalah.

Menurut Mufdlilah, asuhan mandiri yang bersifat menyeluruh


dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :16
1) Beri informasi kehamilannya dan dukungan moril.
2) Lakukan postural posisi knee chest serta anjurkan untuk
dilaksanakan di rumah.
3) Bila diperlukan kolaborasi dengan dokter dan kapan ibu harus
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan.

Menurut Mufdlilah, langkah-langkah knee chest yaitu ibu dengan


posisi menungging (seperti sujud), dimana : lutut dan dada menempel
pada lantai, lutut sejajar dengan dada, lakukan 34 x/hari selama 15
menit, lakukan pada saat sebalum tidur, sesudah tidur, sebelum mandi
dan selain itu juga telah melakukan posisi knee chest secara tidak
langsung pada waktu melaksanakan sholat. Syarat-syarat knee chest,
yaitu:

1) Pada kelamilan 7-7,5 bulan masih dapat dicoba.


2) Melakukan posisi knee chest 3-4 x/hari selama 15 menit.
3) Latihan ini hanya efektif jika usia kehamilan maksimal 35-36
minggu.
4) Situasi yang masing longgar diharapkan dapat memberikan
peluang kepala turun menuju pintu atas panggul.
5) Dasar pertimbangan kepala lebih berat dari pada bokong
sehingga dengan hukum alam akan mengarah ke pintu atas
panggul.
28

b. Penatalaksanaan persalinan per-abdominam


1) Persalinan letak sungsang dengan sectio caesarea sudah tentu
merupakan cara yang terbaik di tinjau dari janin. Banyak ahli
melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-
gejalanya akan tampak baik pada waktu persalinan maupun
baru di kemudian hari.
2) Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus
dilahirkan perabdominan, untuk melakukan penilaian apakah
letak sungsang dapat melahirkan pervaginam atau harus
perabdominan kadang-kadang sukar.
3) Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak
sungsang harus dilahirkan per abdominan, misalnya:
a) Primigravida tua
b) Nilai social janin tinggi
c) Riwayat persalinan yang buruk
d) Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4kg
e) Dicurigai adanya kesempitan panggul
f) Prematuritas.15

13. Wewenang Bidan dalam Pesalinan Letak Sungsang


Batasan Kewenangannya dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan letak sungsang terdapat dalam Kepmenkes 369/MENKES/SK
2007 tentang praktek bidan mengenai wewenang bidan yaitu pasal 14
bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan
pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencanan, pelayanan
kesehatan masyarakat. Pasal 15 ayat 2 pelayanan kepada ibu diberikan
pada masa pra nikah, pra hamil, masa kehamilan, masa persalinan,
masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval). Pasal 16 ayat 1
pelayanan kebiadanan pada ibu meliputi : Penyuluhan dan konseling,
pemeriksaan fisik, pelayanan pada kehamilan abnormal yang mencakup
29

ibu hamil dengan abortus imminens, hiperemesis tingkat 1, sungsang,


pre eklamsi ringan dan anemia ringan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur
kewenangan bidan menyebutkan bahwa bidan dalam menjalankan
praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan antenatal pada
kehamilan.
Sesuai Kepmenkes No.900/2012 disebutkan bahwa bidan yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam
Kepmenkes ini dapat dikenakan sangsi berupa teguran lisan, teguran
tertulis sampai pencabutan ijin praktik. Sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2012. Bidan dalam menjalankan
praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi :
Pelayanan kebidanan kepada ibu pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Meliputi :
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
1) Penyuluhan dan konseling
2) Pemeriksaan fisik
3) Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal
4) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup
abortus imminens, Hiperemesis gravidarum tingkat I, pre
eklampsia ringan dan anemia ringan.
5) Pertolongan persalinan normal
6) Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban
pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum,
laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri, post term dan
pre term.
30

7) Pelayanan ibu nifas normal


8) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio
plasenta dan infeksi ringan.
9) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
mengalami keputihan, perdarahan tidak teratur dan
penundaan haid.

B. Anemia pada kehamilan


1. Definisi
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,
menurut WHO (World Health Organization) kejadian anemia hamil
berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr
% sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr
% disebut anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat.17
Menurut WHO (World Health Organization) anemia merupakan
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin < 11 gr% pada trimester I dan
III, serta < 10,5 gr% pada trimester II. Jika anemia pada ibu hamil tidak
segera ditangani, maka anemia tersebut akan menjadi anemia yang lebih
parah yaitu menjadi anemia sedang yang dapat berlanjut menjadi anemia
berat.12
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr
% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester
2.18
Anemia adalah turunya kadar sel darah merah atau hemoglobin
dalam darah. Adanya anemia akan menyebabkan transportasi oksigen
terganggu sehingga jaringan tubuh orang yang mengalami anemia akan
kekurangan oksigen, yang diperlukan untuk menghasilkan energi. Orang
yang menderita anemia akan merasa cepat lelah, lemas, pucat, gelisah
dan terkadang sesak.19
31

2. Anemia fisiologis dalam kehamilan


Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain
hipervolemia yang terjadi saat kehamilan. Pada wanita hamil saat volume
darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi
peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit.16
Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu
450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume
plasma sehingga terjadi hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma
meningkat pesat dari usia gestasi 6 minggu, kemudian laju peningkatan
melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan
lajunya memuncak pada trimester ketiga.20
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa
fungsi penting antara lain : mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan
pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga
mengurangi efek pengeluaran hemogloblin pada persalinan. Penurunan
kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga kerja
jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari
penyebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil.
Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester
dua (puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi
hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga hemoglobin
akan mengalami penurunan, mengakibatkan anemia kehamilan
fisiologis.20

3. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta
dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65 % dimulai
pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9.21
Tubuh mengalami perubahan yang signifikan saat hamil. Jumlah
darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30 %, sehingga memerlukan
32

peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat


hemoglobin. Ketika hamil, tubuh membuat lebih banyak darah untuk
berbagi dengan bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah hingga 30%
lebih banyak daripada ketika tidak hamil. Jika tubuh tidak memiliki
cukup zat besi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang
dibutuhkan untuk membuat darah ekstra. Hemoglobin adalah protein
dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel lain dalam
tubuh. Banyak wanita mengalami defisiensi besi pada trimester kedua
dan ketiga. Ketika tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi
dibandingkan dengan yang telah tersedia, maka dapat berpotensi terjadi
anemia. Anemia selama kehamilan akibat peningkatan volume darah
merupakan anemia ringan. Anemia yang lebih berat bagaimanapun dapat
meningkatkan risiko tinggi anemia pada bayi. Selain itu, jika secara
signifikan terjadi anemia selama dua trimester pertama, maka beresiko
lebih besar untuk memiliki bayi lahir permatur atau berat badan bayi lahir
rendah. Anemia pada ibu hamil juga meningkatkan risiko kehilangan
darah selama persalinan dan membuatnya lebih sulit untuk melawan
infeksi. 21

4. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia meliputi :19
a. Anemia karena produksi yang terganggu
Sel darah merah manusia diproduksi di sumsum tulang atas
rangsangan dari hormon eritopoitin yang dihasilkan oleh ginjal.
Untuk membentuk sel-sel darah merah dan hemoglobinnya
dibutuhkan juga bahan baku utama berupa zat besi, vitamin,B12 dan
asam folat, sehingga kekurangan zat-zat tersebut akan menyebabkan
anemia.
33

1) Anemia defisiensi besi (anemia kekurangan zat besi)


Anemia defisiensi besi ini merupakan jenis anemia yang
paling banyak. Kekurangan zat besi akan menimbulkan anemia
jenis ini, karena zat besi diperlukan untuk membuat hemoglobin.
Pada anemia defisiensi besi sel darah merah ukurannya lebih
kecil dari normal (mikrositer) dan warnanya lebih pucat
(hipokrom) sehingga disebut juga anemia hipokrom mikrositer.
Kadar zat besi dalam tubuh bisa rendah karena kehilangan
darah dan asupan zat besi yang kurang. Pada wanita, sel darah
merah dan besi hilang ketika perdarahan menstruasi yang
berlebihan dan ketika melahirkan. Anemia pada kehamilan juga
merupakan jenis anemia defisiensi besi, maka jangan lewatkan
menu harian dengan makanan yang kaya zat besi seperti daging,
ikan, telur, produksi susu, atau makanan yang diperkaya zat besi
dan jika diperlukan diberi tambahan suplemen zat besi (atas
petunjuk dokter).19

2) Anemia defisiensi vitamin B12 (Anemia pernisiosa)


Vitamin B12 diperlukan untuk membentuk sel darah merah
dan menjaga kenormalan fungsi saraf. Sehingga apabila
seseorang mengalami anemia pernisiosa ini biasanya disertai
dengan gangguan saraf, seperti sering kesemutan, rasa baal atau
kebas pada tangan dan kaki, gangguan daya ingat, dan
ganggguan penglihatan.
Tubuh bisa kekurangan vitamin B12 karena gangguan
absorbsi (autoimun dan gangguan usus) atau karena kurangnya
asupan makanan yang mengandung vitamin B12. Untuk
mencegah dan mengobati anemia penisiosa ini, jangan lewatkan
makanan yang kaya vitamin B12 yaitu terdapat pada makanan
produk hewani. Bila diperlukan suplemen vitamin B (atas
petunjuk dokter).19
34

3) Anemia defisiensi asam folat (anemia megaloblastik)


Anemia kekurangan asam folat disebut juga sebagai anemia
megaloblastik, karena apabila dilihat dibawah mikroskop sel-sel
darah merah ukurannya lebih besar dari normal. Anemia
megaloblastik dapat terjadi jika anda tidak cukup mengkonsumsi
asam folat atau jika anda memiliki masalah penyerapan vitamin
B9. Hal ini juga dapat terjadi selama trimester ketiga kehamilan,
ketika tubuh anda membutuhkan folat tambahan. Folat adalah
vitamin B yang ditemukan dalam makanan seperti sayuran
berdaun hijau, buah-buahan, kacang kering dan kacang polong.
Asam folat juga ditemukan dalam roti yang diperkaya, pasta,
dan sereal.19

4) Anemia aplastik
Terjadi ketika tubuh berhenti atau tidak cukup membuat sel
darah baru. Pada anemia aplastik ini tidak hanya kekurangan sel
darah merah, tetapi juga sel darah putih, dan trombosit.
Rendahnya tingkat sel darah merah menyebabkan anemia.
Dengan rendahnya tingkat sel darah putih, tubuh kurang mampu
melawan infeksi. Dengan terlalu sedikitnya trombosit, darah
tidak bisa membeku secara normal.19
Beberapa penyebab anemia aplastik, yaitu :
a) Pengobatan kanker (radiasi atau kemotrapi)
b) Paparan bahan kimia beracun (seperti yang digunakan
dalam beberapa instektisida, cat, dan pembersih rumah
tangga)
c) Beberapa obat (obat rheumatoid arthritis)
d) Penyakit autoimun (penyakit lupus)
e) Infeksi virus
f) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti anmeia
19
fanconi.
35

5) Anemia pada gagal ginjal


Untuk membentuk sel darah merah tubuh memerlukan
hormon erotropoitin sebagai sinyal tubuh yang merangsang
pembentukan eritrosit. Hormon ini dihasilkan oleh ginjal, jadi
apabila seseorang mengalami gangguan pada ginjal dalam kurun
waktu yang lama (gagal ginjal kronis) maka bisa menimbulkan
anemia.19

6) Anemia karena sel darah merah abnormal (mudah rusak atau


mati). Disebut juga anemia sel sabit karena memang Sel-sel
darah merah berbentuk seperti sabit yaitu memiliki tepi yang
runcing dan tengahnya melengkung seperti huruf C. Sel-sel
darah merah yang berbentuk sabit ini lebih rapuh sehingga
berumur lebih pendek dibanding normal (usia normal sel darah
merah= 120 hari), sedangkan kecepatan produksi sel darah
merah tidak dapat mengimbanginya maka terjadilah anemia.
Sel-sel darah berbentuk sabit ini dapat berbahaya karena bisa
terjebak dalam pembuluh darah kecil, sehingga menghalangi
aliran darah ke organ-organ tubuh.19

7) Talasemia
Orang dengan talasemia memproduksi hemoglobin dan sel
darah merah yang lebih sedikit dari biasanya. Hal ini
menyebabkan anemia ringan atau berat. Salah satu bentuk yang
berat dari kondisi ini adalah cooley Anemia.19

b. Anemia karena kehilangan darah


Kehilangan darah yang banyak akan menurunkan jumlah darah
dalam tubuh sehingga akan terkena anemia.
Perdarahan yang banyak bisa terjadi karena:
36

1) Trauma = luka, atau kecelakaan.


2) Menstruasi yang berlebihan.
3) Melahirkan dengan perdarahan hebat.
4) Perdarahan tersembunyi, seperti perdarahan saluran cerna.

Pengobatan Anemia.

Pengobatan anemia disesuaikan dengan penyebab anemia dan derajat


ringan atau beratnya. Untuk urusan pengobatan ini sebaiknya
konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan
apakah anda anemia atau tidak, identifikasi jenis anemia, derajat
berat ringannya anemia, kemudian menentukan pengobatannya
termasuk transfusi darah jika diperlukan.19

c. Klasifikasi Anemia akibat Gangguan Eritropoieses


Anemia jika diklasifikasikan berdasarkan akibat gangguan
Eritropoieses yang mereka miliki adalah:

1) Anemia defisiensi Besi: Tidak cukupnya suplai besi


mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya
sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
2) Anemia Megaloblastik: Defisiensi folat atau vitamin B12
mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada
replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel
darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak
efektif, dan pansitopenia.
3) Anemia Aplastik: Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah
akibat hiposelularitas, hiposelularitas ini dapat terjadi akibat
paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek
pada perbaikan DNA serta gen.
37

4) Anemia Mieloptisik: Anemia ini terjadi akibat penggantian


sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma,
yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal.19

d. Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel.


Anemia jika diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel yang mereka
miliki adalah:19

1) Anemia mikrositik: penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan


talasemia (gangguan Hb).
2) Anemia normositik: contohnya yaitu anemia akibat penyakit
kronis seperti gangguan ginjal.
3) Anemia makrositik: penyebab utama yaitu anemia pernisiosa,
anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.19

5. Tanda gejala anemia


a. Letih, sering mengantuk, malaise
b. Pusing, lemah
c. Nyeri kepala
d. Luka pada lidah
e. Kulit pucat
f. Membran mukosa pucat (konjungtiva)
g. Bantalan kuku pucat
h. Tidak nafsu makan, mual dan muntah. 22

6. Penanganan anemia berdasarkan tingkatan anmeia


Penanganan yang dapat diberikan yaitu :23

1) Anemia Ringan
Dengan kadar hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan,
sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan
400 mg asam folat peroral sekali sehari.
38

2) Anemia Sedang
Pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg
asam folat peroral sekali sehari.
3) Anemia Berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan fero dextrin
sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler.
Transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun
sangat jarang diberikan mengingat resiko transfusi bagi ibu dan
janin.
4) Transfusi darah.
keadaan anemia yang memerlukan tindakan transfusi, ialah :
a) Anemia karena perdarahan
Biasanya diambil batas Hb 7-8 gr%. Bila Hb telah turun
sampai 4,5 gr%, maka penderita tersebut telah sampai ke dalam
fase yang membahayakan dan transfuse darah harus segera
dilakukan dengan hati-hati.
b) Anemia hemolitik
Biasanya kadar Hb dipertahankan sampai batas penderita dapat
mengatasi diri, umumnya Hb sekitar 5gr%. Hal ini untuk
menghindari seringnya transfuse darah.
c) Anemia aplastik, leukekmia dan anemia refrakter.
d) Anemia karena sepsis.
e) Anemia pada orang yang akan mengalami operasi.
f) Anemia pada kehamilan yang dekat saat kelahiran.
7. Dampak anemia
Dampak pada anemia tergantung dari beratnya anemia. Jika
anemia masih ringan biasanya hanya mudah lelah, akan tetapi jika
anemia yang dialami sudah berat, maka akan lebih beresiko misalnya
kerusakan pada otak, gangguan fungsi jantung bahkan bisa menyebabkan
kematian.12
39

Dampak atau pengaruh anemia menurut Gde Manuaba, 2010 antara lain
sebagai berikut : 12
a. Saat hamil
1) Abortus atau keguguran
2) IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
3) BBLR
4) Fetal Distres
Pada ibu hamil dengan anemia jumlah eritrosit atau sel darah
merah akan berkurang, hal ini akan mempengaruhi jumlah
hemoglobin yang membawa oksigen dan sari-sari makanan
ke janin. Apabila jumlah oksigen yang dibawa tidak
mencukupi maka pembuluh darah akan mengalami atrofi atau
pengecilan, kalsifikasi bahkan infark yang akan
menyebabkan gangguan pada fungsi plasenta. Hal tersebut
mengakibatkan jumlah oksigen dan sari-sari makan yang
dibawa melalui hemoglobin tidak mampu mencukupi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta janin kekurangan
oksigen.
b. Saat bersalin
1) Inersia Uteri
Inersia uteri ini terjadi karena jumlah oksigen yang dibawa
ke uterus kurang atau tidak mampu mencukupi untuk
kontraksi uterus, sehingga kontraksi tidak adekuat.
2) Partus Lama
Partus lama terjadi karena adanya inersia uteri yang
menyebabkan pembukaan berlangsung lebih lama.
3) Fetal distress
Proses pembukaan yang lama tersebut akan mengakibatkan
fetal distress, karena janin terlalu lama berada di dalam
panggul. Selain itu ibu yang bersalin dalam kondisi anemia
40

jumlah tenaganya juga lebih sedikit bila dibandingkan dengan


ibu bersalin yang tidak anemia.
4) Persalinan dengan tindakan.

c. Saat post partum


1) Retensio sisa plasenta
2) Subinvolusio uteri
3) Perdarahan post partum
4) Infeksi masa nifas
5) Gagal jantung bahkan kematian.

8. Wewenang bidan dalam penanganan anemia


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, salah
satu komponen didalamnya berisi mengenai standar kompetensi bidan
di Indonesia, sebagai acuan untuk melakukan asuhan kebidanan pada
individu, keluarga dan masyarakat. Dalam kompetensi-3, pengetahuan
dasar yang harus dimiliki bidan salah satunya yaitu mengenal tanda
dan gejala anemia ringan dan berat dan dapat menilai dari
pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin dalam darah, tes gula,
protein, aceton, dan bakteri dalam urin.

9. Standar pelayanan kebidanan dalam pengelolaan anemia kehamilan


Tujuan dari standar pelayanan kebidanan ini menemukan anemia
secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk
mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Dalam
pengelolaan anemia kehamilan ini, bidan harus :
a. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan
pertama, dan pada minggu ke-28. Bila alat pemeriksaan tidak
tersedia, periksa kelopak mata dan perkirakan ada atau
tidaknya anemia.
41

b. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet
selama 90 hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11 gr%
teruskan pemberian zat besi.
c. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang
perlunya minum zat besi, makanan yang mengandung zat besi
dan kaya vitamin C, serta menghindari minum teh, kopi atau
susu dalam 1jam sebelum/sesudah makan.
d. Jika diduga anemia untuk pemeriksaan terhadap cacing/parasit
atau penyakit lainnya, dan sekaligus untuk pengobatannya.
e. Jika diduga anemia berat (misalnya; wajah pucat, cepat lelah,
kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat) segera rujuk
ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutny. Ibu
hamil dengan anemia pada trimester ketiga perlu diberi zat
besi dan asam folat secara Intra Muscular (IM).
f. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk
bersalin di rumah sakit.
g. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet
zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

10. Penanganan anemia kehamilan menurut tingkat pelayanan


a. Polindes
1) Membuat diagnosis; klinik dan rujuka pemeriksaan
laboratorium
2) Memberikan terapi oral; besi 60 mg/hari
3) Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.
b. Puskesmas
1) Membuat diagnosis dan terapi
2) Menentukan penyakit kronik (TBC, Malaria) dan
penanganannya.
42

c. Rumah sakit
1) Membuat diagnosis dan terapi.
2) Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu
ternyata pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk
menentukan risiko pada bayi.24

11. Konsep dasar transfusi


a. Pengertian transfusi
Transfusi adalah darah lengkap atau komponen darah yang
dimasukkan ke dalam sirkulasi vena, biasanya untuk
mengobati abnormalitas klinis.
Kemajuan teknologi memungkinkan suatu unit darah utuh
dipisah menjaid berbagai komponen. Dengan demikian,
masing-masing unit darah pendonor dapat menghasilkan
eritrosit (sel darah merah, atau red blood cells), trombosit
pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat, dan plasma
segar beku (fresh frozen plasma).25
b. Indikasi transfusi
Menurut Saifudin (2002) indikasi transfusi darah dalam
obstetrik adalah :
1) Perdarahan pascapersalinan dengan syok.
2) Kehilangan darah saat operasi
3) Anemia berat pada kehamilan lanjut ( Hb< 8 gr% atau
timbul gagal jantung)
c. Risiko transfusi
Menurut Saifudin (2002) risiko transfusi adalah:
1) Reaksi transfusi
2) Infeksi HIV, hepatitis C, sifilis, malaria
3) Kontaminasi bakteri lainnya jika dibuat atau disimpan
secara tidak benar.
43

d. Prinsip Transfusi Darah


Transfusi darah hanya merupakan satu elemen dari penangan
kasus secara keseluruhan
e. Pemantauan Pasien Yang di Transfusi :
1) Pemantauan dilakukan pada tahap ;
a) Sebelum transfusi dimulai.
b) Pada saat transfusi dimulai.
c) 15 menit sesudah transfusi
d) Setiap 1 jam selama transfusi
e) Setiap 4 jam setelah transfusi selesai
2) Periksa dan catat hal-hal berikut pada setiap tahap :
Keadaan umum, suhu, nadi, tekanan darah pernafasan
dan keseimbangan cairan.
3) Catat pula :
a) Waktu transfusi dimulai
b) Waktu transfusi selesai
c) Volume dan jenis produk darah yang ditransfusi
d) Efek samping
e) Nomor.26
f. Penanganan Reaksi Transfusi
Reaksi transfusi dapat ringan (ruam kulit, gatal) sampai
berat (gagal ginjal, hemolisis, syok anafilaktik). Hentikan
transfusi, berikan cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) sementara membuat penilaian awal dari reaksi
transfusi akut dan cari bantuan medis. Jika reaksinya tergolong
minor, berikan prometazin 10 mg melalui oral dan observasi.

g. Peran dan tanggung jawab Bidan.


Menurut Johnson (2005) peran dan tanggung jawab bidan :
1) Bertanggung jawab memeriksa darah sesuai protokol
unit
44

2) Menghitung waktu transfusi.


3) Mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi.
4) Melakukan rujukan bila perlu.
5) Memberikan asuhan dan melakukan observasi yang
kontinyu selama dan sedudah transfusi.
6) Melakukan pencatatan dengan benar.25

C. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada kasus letak sungsang dengan disertai


anemia.
1. Data subjektif
Ibu merasa perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak
dibawah.
Riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.27

2. Data objektif
a. Pada pemeriksaan fisik
Tampak terlihat kulit pucat, konjungtiva pucat hal ini sesuai
dengan teori menurut morgan (2009) tanda dan gejala anemia adalah
dasar kuku pucat, pusing, atau kelemahan. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium hematologi dasar, HB hasil 8,7 gr% hal ini sesuai dengan
teori (Manuaba, 2009) bahwa hasil hemoglobin anamia sedang adalah
dengan hasil Hb 7 – 8 gr %.

Pemeriksaan abdominal
a. Leopold I : kepala janin yang teraba keras, bulat dan dapat diraba
dengan ballotemen sudah menempati bagian fundus uteri.
b. Leopold II : Menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi
abdomen dan bagian –bagian kecil janin berada pada sisi yang
lain.
45

c. Leopold III : bila engagement sudah melewati pintu atas panggul,


bokong janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul
teraba bulat, lunak dan tidak melenting.
d. Leopold IV : menunjukkan posisi bokong sudah masuk di pintu
atas panggul atau belum.
e. Djj : suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada
daerah sedikit di atas umbilikal
f. USG : untuk memastikan perkiraan untuk mengidentifikasi
adanya anomali janin. 28

Pemeriksaan dalam

1) Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas isciadika,


sacrum maupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi
penurunan lebih lanjut, genetalia eksterna dapat dikenali.
2) Pada presentasi bokong sempurna, kaki dapat diraba setelah
bokong.
3) Presentasi kaki, letak salah satu atau kedua kaki lebih rendah dari
pada bokong.28

3. Analisa
Setelah mendapatkan data subjektif dan objektif kemudian menentukan
masalah potensial yang memerlukan tindakan, selanjutnya disimpulkan
dengan pernyataan :
Ny.... usia.....tahun, G... P...A..., hamil... minggu inpartu kala..., janin
tunggal hidup dengan persalinan letak sungsang disertai Anemia sedang.

4. Pentalaksanaan
a. Setelah diketahui dari hasil ANC trimester III di BPS atau
Puskesmas letak sungsang maka harus segera rujuk ke rumah sakit
b. Penangaanan letak sungsang sesuai dengan buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ada prosedur-prosedur
46

yang dapat dilakukan pada persalinan letak sungsang dengan


presentasi bokong sempurna atau bokong dengan ekstraksi kai,
langkah-langkah itu adalah :
1) Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan
lengkap, anjurkan ibu untuk mengedan bersamaan dengan
his.
2) Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomy
3) Biarkan bokong turun sampai scapula terlihat.
4) Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan penarikan
5) Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan
cara:
a) Tekan belakang lutut
b) Genggam tumit dan lahirkan bayi
c) Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
6) Pegang pinggul bayi tapi jangan tarik dan lahirkan lengan
dengan teknik bracht.
c. Perawatan pasca persalinan sungsang
1) Isap lendir dan mulut bayi
2) Klem dan potong tali pusat
3) Berikan oksitosin 10 unit IM dalam 1 menit sesudah bayi
lahir
4) Lanjutkan penanganan aktif kala III
5) Periksa keadaan pasien dengan baik.
6) Lakukan penjahitan robekan servik atau episiotomi.24

d. Persalinan diakhiri dengan sectio caesarea bila :


1) Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya
2) Tali pusat menumbung pada primi / multigravida
3) Didapatkan distosia
4) Umur kehamilan : prematur (berat badan = 2000), post date
(umur kehamilan 42 minggu)
47

5) Riwayat persalinan yang lalu : riwayat persalinan buruk,


nilai sosial janin tinggi
6) Komplikasi kehamilan dan persalinan : hipertensi dalam
persalinan dan ketuban pecah dini.
e. Hal – hal berikut ini harus telah dilakukan sebelum melakukan
pertolongan persalinan pervaginam, yaitu :
1) Pemeriksaan abdominal yang hati-hati, jika perlu USG
2) Dilatasi serviks lengkap
3) Eliminasi setiap pertanyaan mengenai keadekuatan pelvis
4) Pengosongan kandung kemih
5) Pemotongan episiotomi jiak meusatkan hal itu perlu
dilakukan
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir dalam
skala lengkap.
7) Wanita sebaiknya berada pada posisi litotomi
denganpenyangga kaki di tepi tempat tidur.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharunya telah diberi tahu
dan sebaiknya juga hadir atau segera datang jika
dibutuhkan.29
f. Menurut Rukiyah 2010, asuhan kebidanan yang dapat kita lakukan
adalah:
1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2) Memotivasi ibu untuk banyak memakan makanan yang
mengandung banyak zat besi seperti telur, susu, hati, ikan ,
daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang kedelai),
sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, dun katuk)
dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang) dan perhatikan
pula pola makan yang teratur 3 x 1 hari.
3) Memberikan selebaran mengenai makanan tinggi zat besi,
menganjurkan ibu minum zat besi lebih baik pada keadaan
lambung kosong, minum 1 jam sebelum makan atau 2 jam
48

sesudahnya, disertai jus yang tinggi vitamin C atau teblet


vitamin C menurut Morgan. Sedangkan teh, kopi dan
kalsium dapat menghambat absorpsi zat besi menurut
Sinclair. Menganjurkan ibu untuk sering beristirahat yaitu
tidur pada malam hari kurang lebih 7-8 jam dan siang
selama 1-2 jam juga hindari istirahat yang berlebihan dan
bekerja terlalu berat.
4) Merujuk pasien ke ahli gizi.
5) Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk penanganan
anemia :
6) Memberikan terapi oral sesuai dengan etiologi anemia
yaitu:
a) Anemia defisiensi besi Fe sulfat 200-300 mg 1-3
kali sehari / Fe fumarat 200 mg 1-2 kali sehari/ Fe
glukonat 300 mg 4-6 kali sehari.
b) Anemia megaloblastik pemberian asam folat 1
mg/hari secara oral.
7) Memberikan transfusi terutama jika Hb < 8-10 gr/dl atau
hematokrit <20-25%, penanganan anemia akibat kehilangan
darah dan anemia hemolitik.27
BAB III

METODOLOGI

A. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah
dengan metode studi kasus. Metode yang digunakan sebagai upaya
pendekatan manajemen kebidanan yaitu salah satu proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus dari klien. Studi
kasus adalah metode dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu
objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus.30
Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang bersifat mengumpulkan
suatu peristiwa atau gejala yang saat ini dialami pasien tertuju pada proses
pemecahan masalah melalui manajemen kebidanan yang meliputi tahap
pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah, tindakan segera atau
kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan dan evaluasi.31
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam bentuk SOAP.
Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian berdasarkan
teori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya. Pendokumentasian
SOAP terdiri dari:

1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh
dari hasil anamnesa (Wawancara)
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang
menjadi data fokus untuk ,endukung pemberian asuhan.

49
50

3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data
objektif yang didapat.
4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pendokumentasian asuhan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan analisa.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini adalah :

1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data sebanyak mungkin yang ditujukan kepada klien,
keluarga dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini secara lisan dari seseorang atau sasaran penelitiab,
atau bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut.Jadi
data tersebut diperoleh langsung melalui suatu pertemuan atau
percakapan. Data ini berhubungan dengan sudut pandang pasien,
ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan langsung
dengan diagnosis yang akan disusun.32

2. Pemeriksaan fisik dan laboratorium


Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh data objektif
klien yang sebenarnya, yang dilakukan secara sistematis dan teliti
sehingga didapatkan hasil yang akurat.31 Pemeriksaan fisik pada
Laporan Tugas Akhir ini meliputi pemeriksaan fisik fokus pada
pemeriksaan fisik kehamilan, pemeriksaan fisik dilakukan secara
headtotoe.
51

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian skrining rutin yang


bervariasi berdasarkan usia klien, status risikonya (misal bila jika
terpajan penyakit menular seksual atau tuberkulosis). Nilai
laboratorium yang diperoleh bervariasi dari satu laboratorium ke
laboratorium lain. Oleh karena itu setiap laboratorium menerbitkan
tentang nilai untuk setiap uji dilakukan di dalam laboratorium
tersebut.21 Pemeriksaan laboratorium pada Laporan Tugas Akhir ini
meliputi pemeriksaan darah rutin seperti : hemoglobin bertujuan untuk
mendeteksi anemia, leukosit yang dapat mendeteksi adanya infeksi
dan penyebabnya yang disebabkan oleh bakteri atau virus serta dapat
melihat kekebalan tubuh dan potensi alergi, trombosit, dan hematokrit.

3. Observasi
Observasi adalah prosedur yang berencana, yang antara lain
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang
ada hubungnnya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu metode
pengumpulan data tentanf perilaku manusia, dilakukan tanpa
melakukan interview kepada klien.32 Obserasi pada Laporan Tugas
Akhir ini meliputi observasi kesejahteraan ibu dan janin serta
kemajuan persalinan yang meliputi pemantauan keadaan umum,
tanda-tanda vital, DJJ, his, dan pembukaan servik.

4. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis
dengan cara mencari informasi dan memelajari catatan medis pasien
dengan mencatat data yang ada dan sudah didokumentasikan dalam
catatan medis pasien.Dilakukan dengan mecari informasi data yang
ada dan mencatat data yang berhubungan dengan gangguan kesehatan
reproduksi melalui status pasien maupun rekam medis.32,30
Studi dokumentasi pada Laporan tugas Akhir ini dengan mencari
informasi dengan cara anamnesa dan mencari informasi melalui
52

catatan medis pasien dengan mencatat data yang ada dan sudah
didokumentasikan dalam catatan madis pasien tersebut.

5. Studi literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep
yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan data yang
diperoleh dari berbagai informasi, baik berupa teori, generalisasi,
maupun konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli.33 Teori
pada Laporan Tugas Akhir ini diambil dari 28 literatur dan 5 jurnal.
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN INTRANATAL
Hari / Tanggal Pengkajian : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu Pengkajian : 07.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Klien
Istri Suami
Nama : Ny. D Tn. A
Usia : 36 tahun 40 tahun
Suku bangsa : Jawa Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SD
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Kp. Sawah Murti Kp.Sawah Murti

b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mules-mules sejak pukul 02.00 WIB. Sudah keluar air –
air dan lendir bercampur darah dari kemaluannya.
c. Riwayat masuk rumah sakit
Ibu datang ke RSUD Kota Bogor pukul 03.00 WIB atas rujukan BPM,
pasien tidak diantar oleh bidan, dalam surat rujukan terdapat diagnosa
G1P0A0 hamil aterm dengan letak sungsang, pembukaan 8 cm. Pada saat
di IGD sudah terpasang infus RL 500 ml + 2 ampul bricasma di tangan
kiri.

53
54

d. Riwayat kehamilan sekarang


Ini merupakan kehamilan pertamanya, Hari Pertama Haid Terakhir
tanggal 20-06-2016, taksiran persalinan tanggal 27-3-2017, gerakan janin
terakhir kali dirasakan 10 menit yang lalu, sampai saat ini gerakan
janinnya aktif, ibu mengaku jarang mengkonsumsi tablet penambah
darah, periksa hamil ke bidan 1x pada usia kehamilan 1 bulan.
e. Riwayat kesehatan Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, ashma,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, diabetes melitus, malaria maupun
penyakit lainnya. Ibu mengatakan dari pihak suami, keluarga ibu ataupun
keluarga suami tidak mempunyai penyakit tersebut dan tidak memiliki
riwayat keturunan kembar.
f. Riwayat Menstruasi
Menstruasi terakhir pada bulan juni, secara teratur, lamanya 6 hari
dengan frekwensi cukup banyak.
g. Riwayat Bio Psiko Sosial Ekonomi
1) Biologi
a) Pola nutrisi
Ibu terakhir makan pukul 19.00 WIB dengan menu nasi, telur,
sayur tahu sebanyak 1 porsi. Tidak ada pantangan apapun.
b) Pola hidrasi
Terakhir minum 1 gelas air putih pada pukul 06.00 WIB.
c) Eliminasi
Ibu buang air besar terakhir kemarin pada pagi hari pukul 05.00
WIB, dengan konsistensi lunak dan buang air kecil terakhir melalui
cateter, tidak ada keluhan
d) Pola hidup sehat
Ibu tidak merokok, minum-minuman keras, dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
55

2) Psikologi
Ini merupakan kehamilan yang direncanakan, suami dan keluarga
mendukung atas kehamilan ini.
3) Sosial
Ibu menikah sudah 1 tahun ,ini perkawinan pertamanya, perkawinan
sah, suami dan keluarga senang dan mendukung atas kehamilan ibu,
pengambilan keputusan oleh suami, ibu tinggal bersama suami dan
keluarga, tidak ada budaya dan kepercayaan apapun.
4) Ekonomi
Ibu merasa penghasilan suami cukup untuk kehidupan sehari-hari,
persalinan di tanggung oleh BPJS.

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b) Nadi : 88 x /menit
c) Respirasi : 21 x /menit
d) Suhu : 36,8 oC

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Wajah : Pucat, tidak terdapat oedema, tidak terdapat cloasma. Mata :
Konjungtiva tampak pucat, sklera putih.
2) Abdomen
Tidak terdapat luka bekas jahitan, TFU 29 cm, teraba bulat, keras,
melenting di fundus, bagian kanan teraba keras memanjang, bagian kiri
teraba bagian kecil janin (puka), bagian terendah teraba bulat, lunak
tidak melenting. Tafsiran Berat Janin (TBJ) 2635 gram. Denyut Jantung
56

Janin (DJJ) 138 x / menit reguler, his 2x dalam 10 menit lamanya 35


detik. Kandung kemih kosong.
3) Ekstremitas
Tangan kanan dan kiri tidak ada oedema, kuku tampak pucat. Kaki
kanan dan kiri tidak terdapat oedema pada kedua kaki, tidak ada
varices, terpasang infus RL 300 ml + 2 ampul bricasma di tangan kiri.
4) Genetalia
Vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada varices, tidak terdapat
pengeluaran cairan pada kelenjar Skene, tidak terdapat pembengkakan
kelenjar Bartholine, tidak ada nyeri tekan, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba, teraba sakrum,
presentasi bokong, hodge III
5) Anus
Tidak terdapat haemorhoid
6) Pemeriksaan penunjang
HB : 8,7 g%, Hematokrit : 28,6 %, Leukosit : 11,28 , Trombosit: 241,
Masa perdarahan: 3, Masa pembekuan : 5, GDS : 105
Hasil CTG : Reaktif (DJJ dalam batas normal, laju jantung ibu dalam
batas normal, gerakan janin aktif dan his ringan 1x10 menit x 25-30
detik).
Hasil USG : Terlihat posisi kepala berada di fundus dan bokong di
bawah, plasenta berada di atas, air ketuban cukup, denyut jantung janin
baik.

3. ANALISA
Ny. D 36 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, inpartu kala II
Dengan letak sungsang disertai anemia sedang.
57

4. PENATALAKSANAAN

a. Menjelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa


keadaan kehamilan ibu letak sungsang, kemungkinan akan
dilakukan sectio caesarea.
b. Konsultasi kepada dokter SpOG. Advice rencana Sectio Caesarea.
c. Melakukan informed consent kepada keluarga bahwa ibu akan
dilakukan sectio caesarea hari ini (Selasa, 21 Maret2017) pada
pukul 12.00 WIB. Ibu dan keluarga setuju akan dilakukannya sectio
caesarea.
d. Melakukan CTG ulang. Hasil reaktif (DJJ dalam batas normal, laju
jantung ibu dalam batas normal, gerakan janin aktif dan his ringan
1x10 menit x 30 detik)
e. Persiapan operasi :
. Menganjurkan ibu untuk puasa sejak pukul 07.15
. Mencukur mons pubis ibu
. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian OK
d. Melakukan observasi keadaan ibu. Meliputi tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu, DJJ dan his.
e. Diberikan antibiotik Cefotaxime 1 gr. Dilarutkan dalam 10 cc
larutan aquabidest secara IV/bolus.

CATATAN PERKEMBANGAN pukul 11.00

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulesnya berkurang, mengeluh nyeri di bagian perut bawah
seperti tertekan. Ibu sudah tidak makan dan minum karena dianjurkan untuk
puasa. Gerakan janin di rasakan masih aktif.
58

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 110/60mmHg
b) Nadi : 88 x /menit
c) Respirasi : 22 x /menit
d) Suhu : 37,0 oC

b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva tampak anemis, sklera putih.
2) Abdomen
Djj 150 x/menit reguler, punctum maksimum di bagian kanan bawah,
his 1x dalam 10 menit, lamanya 30 detik, lemah., kandung kemih
kosong.
3) Genetalia
Tampak pengeluaran lendir darah ± 10cc, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba, teraba sakrum,
presentasi bokong, hodge III.

3. ANALISA
Ny. D 36 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, inpartu kala II Dengan
letak sungsang disertai anemia sedang dan persiapan operasi.

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum
ibu baik.
b. Konsultasi kepada dokter SpOG. Advice rencana Sectio Caesarea
pukul 13.00 WIB.
59

c. Melakukan observasi keadaan ibu.


Tekanan darah, nadi, resfirasi, suhu, DJJ dan his
d. Pada pukul 12.00, Menyiapkan peralatan persalinan Sectio
caesarea (paket persalinan SC, alas bokong sekali pakai, kain ,
pampers).
e. Memindahkan ibu ke brangkar dan memberitahu suami bahwa ibu
akan masuk ke ruang operasi pukul 13.00 WIB
f. Mengantar ibu ke ruang operasi dan memindahkan ibu ke tempat
operasi.
g. Dilakukan pemasangan kateter di ruang OK.
h. Menyiapkan alat resusitasi (suction, umbilical klem, klem tali
pusat, gunting tali pusat, handscoon steril, 2 kain, stetoskop, kasa
steril, betadin).
i. Dilakukan anastesi spinal oleh dokter anastesi
j. Operasi dimulai pada pukul 13.40 WIB, oleh Dr Sp.OG dan Tim.
k. Bayi lahir pukul 13.50 WIB secara SC menangis beberapa saat
setelah lahir, tonus otot aktif, jenis kelamin perempuan.
l. Memindahkan bayi ke meja resusitasi. Dilakukan :
Jaga kehangatan, dilakukan suction, di jepit dan di potong tali
pusat, mengeringkan serta melakukan pemeriksaan pernapasan dan
laju jantung oleh Dr. Sp.A. Bayi menangis kuat.
m. Bayi di bungkus dengan kain pernel
n. Bayi dibawa ke ruang perinatologi untuk dilakukan pemeriksaan
fisik.
o. Mengikuti kelanjutan operasi. Dilakukan penutupan luka
abdomen.
p. Merapihkan alat resusitasi
q. Memindahkan ibu keruang pemulihan.
60

r. Melakukan observasi . TTV, TFU, Perdarahan dan pengeluaran


urine. (TD : 110/ 70 mmHg, nadi : 89x/menit, respirasi :22x/menit,
suhu :35,6 C. TFU 1 jari dibawah pusat, perdarahan ±50 cc,
pengeluaran urine ± 950 cc)
61

B. ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL


Hari / Tanggal Pengkajian : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu Pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Operasi
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Merasa dingin di seluruh tubuh, kedua kaki terasa berat ketika di angkat atau
digeser. Belum minum obat-obatan, minum, dan makan. Sudah BAK saat
operasi melalui polycateter, belum BAB sejak tadi pagi, belum bisa tidur
setelah melahirkan, sudah melakukan IMD di ruang operasi, bayi belum
mengisap kuat, ibu belum dapat miring kanan dan kiri.

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah :110/70 mmHg
b) Nadi : 86 x /menit
c) Respirasi : 22 x /menit
d) Suhu : 36,4 oC
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva tampak pucat, sklera putih.
2) Payudara
Kedua payudara simetris, kedua puting susu menonjol, areola hitam,
kolostrum sudah keluar dan banyak.
3) Ekstremitas
Terpasang infus RL 200 ml 20 tpm di tangan kiri kolf ke 3
62

4) Abdomen
Terdapat luka jahitan tertutup oleh perban, TFU sepusat, kontraksi baik.
5) Genetalia
Pengeluaran darah ± 10 cc, pengeluaran lochea rubra, jumlah urine
1000 cc.

3. ANALISA
P1A0 Post sectio caesarea 2 jam,

4. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum


ibu baik dan ibu masih dalam pengaruh obat anastesi
b. Melakukan informed consent kepada keluarga bahwa ibu akan di
pindahkan ke ruang perawatan.
c. Melakukan alih ruangan ke ruang perawatan nifas pada pukul 16.15
WIB.
d. Mengobservasi 2 jam postpartum yaitu mengobservasi tanda-tanda
vital, TFU, Kontraksi Uterus, Kandung Kemih serta perdarahan
setiap 1 jam pertama. Hasil terlampir pada lembar observasi.
e. Observasi pengeluaran urine. Urine di buang ± 1000 cc
f. Advice dokter lanjutkan terapi sesuai saran dokter. Lakukan
pemeriksaan Hb ulang.
g. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini setelah sudah dapat
menggerakkan kedua kaki.
63

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Pengkajian : Rabu, 22 Maret 2017


Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perawatan
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mengeluh nyeri pada luka operasi, sudah makan tadi pagi 1
porsi nasi, lauk , sayur. Minum 2 gelas air putih. Belum BAB sejak kemarin,
pengeluaran urine melalui polycateter ± 50 cc. Sudah minum obat cefixim
2x1, marostan 3x1. Air susu ibu sudah keluar.

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah :100/60 mmHg
b) Nadi : 88 x /menit
c) Respirasi : 21 x /menit
d) Suhu : 37,4 oC
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva tampak pucat, sklera putih.
2) Payudara
Kedua payudara bersih dan terdapat pengeluaran ASI
3) Ekstremitas
Terpasang infus RL 400 ml 20 tpm di tangan kiri, kolf ke 5.
4) Abdomen
TFU 2 jari dibawah pusat, luka operasi tertutup oleh kasa steril.
64

5) Genetalia
Vulva / vagina bersih, terdapat pengeluaran darah merah kecoklatan ±
10 cc.
6) Pemeriksaan penunjang
Pukul 07.07 ( 22 Maret 2017). HB : 7,6 gr%, golongan darah : B positif.

3. ANALISA
P1A0 Post sectio caesarea 1 hari

4. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu


tampak terlihat pucat.
b. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan seperti menggerakkan
kedua kaki dan tidur miring ke kanan dan ke kiri dan belajar
untuk duduk di tempat tidur serta teknik relaksasi. Ibu
melakukan perlahan.
c. Memberitahu ibu tanda bahaya pada ibu nifas seperti:
pengeluaran darah semakin banyak, keluar cairan berbau dari
jalan lahir, mengalami demam, payudara terasa bengkak,
terdapat bengkak di daerah wajah, tangan dan kaki hingga
mengalami sakit kepala hebat bahkan kejang.
d. Rencana up cateter pada pukul 14.00 WIB
e. Memberitahu ibu mengenai perawatan tali pusat pada bayi. Tali
pusat harus dalam keadaan kering dan bersih.
f. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
g. Mengajarkan ibu teknik menyusui dengan benar pada posisi
tidur miring.
h. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru
lahir seperti, bayi tidak dapat menyusu, mengantuk atau tidak
sadar, nafas cepat (lebih dari 60 kali/menit), merintih,
65

tarikan dada bagian bawah, tampak biru pada ujung jari tangan,
kaki, dan bibir, kejang, badan bayi kuning, kaki dan tangan
terasa dingin, demam, tali pusat kemerahan sampai dinding
perut, mata bayi bernanah banyak. Segera lapor kepada bidan
jaga.
i. menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya kurang lebih 15
menit di pagi hari.
j. Melakukan informed consent bahwa akan dilakukan transfusi
darah pada ibu. Menunggu persetujuan dari pihak suami pasien.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Pengkajian : Kamis, 23 Maret 2017


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang nifas ( Lavender )
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mengeluh masih nyeri pada luka bekas operasinya, ibu sudah
dapat duduk dan berjalan ke kamar mandi di bantu oleh suami. Sudah makan
1 porsi nasi, telur, sayur pada pukul 07.00 WIB. Minum 1 gelas air putih
pukul 07.00 WIB. Sudah BAK 2 x, terakhir BAK pukul 05.00 WIB, namun
ibu belum BAB sejak 2 hari yang lalu. Sudah tidak terpasang cateter dan
infus. Sudah transfusi darah 1 kantong (1 labu).

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
66

3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 100/60 mmHg
b) Nadi : 86x /menit
c) Respirasi : 20 x /menit
d) Suhu : 36,2 oC
a. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva tampak pucat, sklera putih
2) Payudara
Simetris, puting susu menonjol, areola hitam, sudah ada pengeluaran
ASI, tidak ada nyeri tekan
3) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi tertutup dengan kasa steril, TFU 2 jari
dibawah pusat.
4) Genetalia
Vulva/vagina bersih, perdarahan ± 2cc.
5) Pemeriksaan Penunjang
Pukul 07.27 pemeriksaan lab hasil Hemoglobin : 8,9g%.

3. ANALISA
P1A0 Post sectio caesarea 2 hari

4. PENATALAKSANAAN
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik
b. Tetap menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dan teknik relaksasi
dengan gerakan ringan. Ibu sudah dapat berjalan ke kamar mandi
di bantu oleh suami.
c. Memberitahu kembali tanda bahaya pada ibu nifas kepada ibu. Ibu
mengerti dan dapat menjelaskan kembali tanda bahaya.
67

d. Menganjurkan dan mengingatkan ibu mengenai teknik


membersihkan kemaluan setiap kali BAK, dengan cara
membersihkannya dari depan sampai belakang. Serta mengajarkan
mengenai perawatan luka pada abdomen, usahakan luka dalam
keadaan kering dan bersih.
e. Melakukan konseling tentang teknik menyusui yang benar,
sebelum menyusui asi di keluarkan sedikit kemudian dioleskan ke
puting susu, lalu susui kepada bayi.
f. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin,
ketika bayi menangis dan jika bayi tertidur bangunkan ± 2 jam
sekali.
g. Mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan
bayi, pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan
terhadap bayi. Ibu mengerti.

h. menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya kurang lebih 15 menit


di pagi hari. Ibu melakukannya di bantu oleh suami

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Pengkajian : Jumat, 24 Maret 2017


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang nifas ( Lavender )
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mengeluh masih nyeri pada luka bekas operasinya, ibu sudah
dapat duduk dan berjalan ke kamar mandi di bantu oleh suami. Sudah makan
1 porsi nasi, ikan, sayur pada pukul 07.00 WIB. Minum 1 gelas air putih
pukul 07.00 WIB. belum BAK, terakhir BAK pukul 20.00 WIB, namun ibu
belum BAB sejak 3 hari yang lalu.
68

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
b) Nadi : 84x /menit
c) Respirasi : 20 x /menit
d) Suhu : 36,2 oC

b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva tampak pucat, sklera putih
2) Payudara
Simetris, puting susu menonjol, areola hitam, sudah ada pengeluaran
ASI, tidak ada nyeri tekan.
3) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi tertutup dengan kasa steril, TFU 2 jari
dibawah pusat.
4) Genetalia
Vulva/vagina bersih, terdapat pengeluaran darah ±1 cc.

3. ANALISA
P1A0 Post sectio caesarea 3 hari

4. PENATALAKSANAAN

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu


dengan keadaan baik.
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat tidur siang dengan cara ikut tidur
ketika bayinya tertidur. Ibu dan keluarga mengerti.
69

c. Memberitahu ibu kembali tanda bahaya pada masa nifas.


d. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai nutrisi yang diperlukan bagi
ibu yang sedang menyusui, tidak ada pantangan makanan untuk
membantu mempercepat proses pemulihan, dan memberitahu ibu
untuk porsi makanan ibu menyusui lebih banyak daripada ibu hamil
agar air susu yang keluar lebih banyak. Ibu mengerti.
e. Menganjurkan ibu untuk memandikan bayinya 2 x sehari
f. Mengajarkan kembali teknik menyusui yang benar dan menganjurkan
ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya.
g. Menganjurkan ibu untuk minum minimal 3 liter perhari serta minum
1 gelas air putih sebelum dan sesudah menyusui. Ibu mengerti.
h. Memberitahu ibu tentang kebersihan diri terutama pada luka operasi,
payudara dan genetalia. Ibu mengerti.
i. Advice dokter. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet
penambah darah 2x1, antibiotik 2x1 150 mg, methylergometrine 3x1
125 mg.
j. Rencana pulang sore ini. Menunggu visite dokter.
k. Pasien dipulangkan pukul 21.00, dengan keadaan umum baik dan
tidak ada keluhan.
l. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang post sc 1 minggu tanggal 27-
3-2017.
70

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Pengkajian : Selasa, 28 Maret 2017


Waktu Pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan, obat yang diberikan dokter sudah
habis, dan rencana akan menebus resep baru besok. Sehari ibu makan 3x
dengan menu nasi, telur, sayur. Tidak ada pantangan. Minum ± 6 gelas sehari.
Dalam satu hari ibu BAB 1x dan BAK ± 4x sehari, tidak ada keluhan apapun.
Saat tidur malam ibu sering terbangun untuk menyusui bayinya, tidur ± 6
jam. Pada siang hari ibu jarang tidur siang karena tidak terbiasa tidur siang.
Dalam sehari ibu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali dan setiap bayi
menangis, menyusu kuat dan lamanya ± 10 menit. Ibu sudah melakukan
rutinitas rumah tangga kembali secara bertahap namun tetap dibantu oleh
suami dan keluarga lainnya.

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b) Nadi : 84x /menit
c) Respirasi : 20 x /menit
d) Suhu : 36,6 oC
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva merah muda, sklera putih.
71

2) Payudara
Bersih, simetris, kedua puting susu menonjol, tidak terdapat massa dan
nyeri tekan. Pengeluaran ASI banyak dan lancar. Tidak ada keluhan.
3) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi tertutup dengan kasa steril, TFU
pertengahan pusat symfisis, diastasi rekti 2/3, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.
4) Genetalia
Vulva/vagina bersih, perdarahan ± 1cc. lochea sanguinolenta berwarna
merah kecoklatan.

3. ANALISA
P1A0 Post sectio caesarea 1 minggu.

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu baik.
b. Memberitahu kembali ibu mengenai perawatan luka bekas operasi.
Agar bagian tepi luka tetap di bersihkan
c. Memberitahu kembali tanda bahaya pada masa nifas.
d. Memberitahu kembali ibu agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi
seperti nasi, lauk, sayur, dan tempe karena yang ibu makan akan
disalurkan juga ke bayinya melalui ASI yang diberikan ibu. Tidak ada
pantangan makanan.
e. Tetap menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi obat dari dokter.
f. Tetap menganjurkan ibu memberikan ASI secara eksklusif.
g. Evaluasi teknik menyusui ibu. Ibu dapat menyusui bayinya dengan
benar.
h. Menganjurkan ibu untuk tetap memandikan bayi 2 x sehari, dan
membersihkan bagian pusar,serta lipatan leher dan paha bayi.
72

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Pengkajian : Selasa, 4 April 2017


Waktu Pengkajian : 14.20 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan terasa gatal pada bagian luka operasi, ibu rutin
mengkonsumsi obat sesuai dengan saran dokter. Sehari ibu makan 3x dengan
menu nasi, telur, tahu, tempe, sayur. Tidak ada pantangan. Minum ± 3 liter
sehari termasuk mium 1 gelas air putih sbelum dan sesudah menyusui. Dalam
satu hari ibu BAB 1x dan BAK ± 4x sehari, tidak ada keluhan apapun. Saat
tidur malam ibu sering terbangun untuk menyusui bayinya, tidur ± 6 jam.
Pada siang hari ibu jarang tidur siang karena tidak terbiasa tidur siang. Dalam
sehari ibu menyusui bayinya setiap 2 jam dan setiap bayi menangis, menyusu
kuat dan lamanya kurang lebih 10 menit. Ibu berencana memakai KB setelah
40 hari namun masih belum tahu alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu.

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 110/70mmHg
b) Nadi : 84x /menit
c) Respirasi : 20 x /menit
d) Suhu : 36,6 oC
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Konjungtiva merah muda, sklera putih.
73

2) Payudara
Bersih, simetris, kedua puting susu menonjol, tidak terdapat massa dan
nyeri tekan. Produksi ASI banyak. Tidak ada keluhan.
3) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi tertutup dengan kasa steril, TFU sudah
tidak teraba, diastasi rekti ½, kontraksi baik, kandung kemih baik.
4) Genetalia
Vulva/vagina bersih, perdarahan ± 1cc. lochea serosa berwarna coklat
kekuningan

3. ANALISA
P1A0 Post sectio caesarea 2 minggu.

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu baik.
b. Memberitahu kembali ibu mengenai perawatan luka bekas operasi
membersihkan tepian luka operasi dengan air dingin atau dengan baby
oil agar tetap terjaga kebersihannya.
c. Memberitahu kembali tanda bahaya pada masa nifas.
d. Memberitahu kembali ibu agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi
seperti nasi, lauk, sayur, dan tempe karena yang ibu makan akan
disalurkan juga ke bayinya melalui ASI yang diberikan ibu. Tidak ada
pantangan makanan.
e. Tetap menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi obat dari dokter.
f. Tetap menganjurkan ibu memberikan ASI secara eksklusif.
g. Memberitahu macam-macam alat kontrasepsi beserta efek sampingnya.
Ibu mengerti.
h. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menggunakan metode KB. Ibu mengerti.
74

A. ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL

Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 21 Maret 2017

Waktu Pengkajian : 15.00 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Klien
Nama Bayi : Bayi Ny. D
Tanggal Lahir : 21, Maret 2017
Jam Lahir : 13.50 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Ibu tinggal di kawasan pemukiman padat penduduk dengan ventilasi
rumah yang cukup. Sehari-hari ibu menggunakan air sumur, membuang
sampah di tempat pembuangan sampah, dan tidak memiliki binatang
peliharaan di rumahnya .
c. Riwayat Perinatal
Saat persalinan, usia kandungan ibu 39 minggu. Saat lahir, bayi
menangis beberapa saat setelah lahir, gerakannya aktif.
d. Riwayat Neonatal
Bayinya sudah mencoba menyusu, bayi belum BAB, sudah BAK, sudah
tidur, dan bergerak aktif.

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum
Ukuran kepala, badan, dan ekstremitas proporsional. Tonus otot aktif,
tangisan kencang, warna kulit kemerahan pada seluruh tubuh bayi.
75

b. Tanda-Tanda Vital
1) Laju jantung : 148 kali/menit
2) Laju nafas : 48 kali per menit
3) Suhu : 36,8 0 C
c. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat badan : 2800 gram
2) Panjang badan : 47 cm
3) Lingkar kepala : 33 cm
4) Lingkar dada : 33 cm
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, sutura tidak ada molage, permukaan fontanel
mayor mendatar, konsistensi fontanel lunak, kulit kepala bersih,
rambut hitam bersih. Tidak ada kelainan.
2) Telinga
kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar dengan sudut mata,
tulang rawan teraba lunak dan cepat kembali saat dilipat. terdapat
lubang pada kedua telinga, tidak terdapat pengeluaran cairan
berwarna kuning atau kehijauan.
3) Mata
Mata kanan dan kiri tampak simetris, tidak ada perdarahan dan pus,
konjungtiva merah muda, skelera putih, tidak ada kelainan.
4) Hidung
Bentuk hidung simetris, terdapat septum, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada kelainan.
5) Mulut
Warna bibir kemerahan, mukosa mulut lembab, lidah bersih, gusi
merah muda, tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis, tidak ada
kelainan.
6) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
76

7) Dada
Bentuk dada simetris, puting sejajar, menonjol, areola berwarna
kecoklatan, tidak ada retraksi. Bunyi jantung normal dan nafas
teratur.
8) Abdomen
Bentuk abdomen sedikit membuncit, konsistensi lembut/supel, tali
pusat segar dan tidak ada perdarahan, tidak ada tonjolan di sekitar
tali pusat saat menangis, bising usus positif.
9) Ekstremitas
Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap, gerakan aktif
dan normal, teraba hangat. Jumlah jari lengkap, gerakan terlihat
lambat , teraba hangat.
10) Punggung
Tidak ada benjolan dan cekungan,
11) Genetalia
Labia mayora menutupi labia minora, terdapat lubang uretra dan
lubang vagina, sudah BAK.
12) Anus
Terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan
13) Kulit
Verniks caseosa sedikit di daerah lipatan paha dan punggung, warna
kulit merah, tidak keriput, tidak ada tanda lahir, tidak terdapat bercak
mongol di sekitar bokong.
14) Reflex
a) Refleks glabella positif, bayi berkedip ketika disentuh di antara
kedua alis mata bayi.
b) Refleks rooting positif, bayi mencari puting sus ibu dan
membuka mulutnya ketika ingin menyusu.
c) Refleks moro positif, Bayi terkaget dengan gerakan kedua
tangan seperti memeluk, ketika bayi dikejutkan
77

d) Refleks grab positif, tangan bayi menggenggam saat diberi


sentuhan.
e) Refleks plantar positif, jari-jari menggenggam saat diberi
sentuhan.
f) Refleks babinski positif, jari-jari mengembang dan fleksi ketika
disentuh sepanjang tumit hingga jari.

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, usia 1 jam, dengan keadaan
umum baik.

4. PENATALAKSANAAN
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa bayi
dalam keadaan baik.
b. Menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan baju, popok, topi,
dan membedong bayi.
c. Memberikan salep mata Fenikol 1 % dan menyuntikkan vitamin K1
NeoK 0,5 mg di sepertiga luar paha kiri secara IM pada pukul 14.30
WIB
d. Bayi tetap dilakukan observasi selama ± 4 jam
e. Rencana rawat gabung dengan ibu apabila keadaan bayi baik.
78

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 22 Maret 2017


Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Lavender
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sudah BAK dan BAB, sudah mencoba menyusu ±
sudah 4 kali di pagi ini. Bayi sudah mendapatkan imunisasi Hb0 pada pukul
15.50 WIB. Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun pada bayinya.

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik, kesadaran : composmentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Laju jantung : 148 kali/menit
2) Laju nafas : 49 kali per menit
3) Suhu : 36,7 0 C
c. Pemeriksaan Fisik
Mata, sclera putih konjungtiva merah muda. Hidung dan Mulut, tidak ada
secret, lidah bersih. Dada, tidak ada tarikan dinding dada. Abdomen,
bentuk abdomen cembung, konsistensi lembut/supel, tidak ada
pembesaran hepar, tali pusat segar dan tidak ada perdarahan, tidak ada
tonjolan di sekitar tali pusat saat menangis, bising usus positif.
Genetalia, bersih, labia mayora menutupi labia minora, terdapat lubang
uretra dan lubang vagina, sudah BAK. Refleks, refleks rooting positif,
bayi mencari sentuhan ketika disentuh bagian sudut bibir, refleks sucking
positif, bayi menghisap kuat saat menyusu, refleks swallowing positif,
bayi seperti menelan ASI.
79

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, usia 1 hari, dengan keadaan
umum baik.

4. PENATALAKSANAAN
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
bayi dalam keadaan baik.
b. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi.
c. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir
seperti, bayi tidak dapat menyusu, mengantuk atau tidak sadar,
nafas cepat (lebih dari 60 kali/menit), merintih, tarikan dada
bagian bawah, tampak biru pada ujung jari tangan, kaki, dan bibir,
kejang, badan bayi kuning, kaki dan tangan terasa dingin, demam,
tali pusat kemerahan sampai dinding perut, mata bayi bernanah
banyak. SAP terlampir
d. Membweitahu ibu mengenai perawatan bayi baru lahir, meliputi:
1. Mencuci tangan sebelum memegang bayinya.
2. Selalu menjaga kehangatan bayi.
3. Segera mengganti popok bayi jika basah.
4. Menjaga kebersihan kulit bayi terutama di daerah lipatan
seperti paha, leher, dan ketiak.
5. Tidak menyimpan benda tajam di dekat bayi.
6. Tidak menyimpan bantal besar atau boneka di tempat tidur
bayi karena dikhawatirkan akan menutup jalan nafas bayi.
7. Memberitahu ibu mengenai perawatan tali pusat.
e. Memberitahu ibu cara memandikan bayi yaitu dimandikan 2 kali
sehari, pagi dan sore dengan menggunakan air hangat kemudian di
jemur kurang lebih 15 menit.
80

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 23 Maret 2017
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Lavender
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan apapun, ibu senang karena
bayinya tidak rewel.BAK ±6x sehari dan BAB ±2x berwarna coklat
kekuningan konsistensi lunak. Bayi tidur ± 12 jam sehari.

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Laju jantung : 138 kali/menit
2) Laju nafas : 48 kali per menit
3) Suhu : 36,5 0 C
c. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 2800 gram
d. Pemeriksaan Fisik
Mata, simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak terdapat
pengeluaran pus. Dada, simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Abdomen, terdapat kotoran di daerah sekitar pusat, tidak kemerahan,
pusar tidak menonjol saat bayi menangis, terdengar bising usus.
Genetalia, bersih, labia mayora menutupi labia minora, terdapat lubang
uretra, vagina dan anus, sudak BAK dan BAB. Refleks, refleks rooting
positif, bayi mencari sentuhan ketika disentuh bagian sudut bibir, refleks
sucking positif, bayi menghisap kuat saat menyusu, refleks swallowing
positif, bayi menelan ASI dan tidak dimuntahkan.
81

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan , usia 2 hari dengan keadaan
umum baik.

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi
baik.
b. Memotivasi kembali ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif yaitu
bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan
c. Memberitahu kembali mengenai tanda bahaya pada bayi seperti, bayi
tidak mau menyusu, bayi mengalami kejang, lemah, nafas sesak, tali
pusat kemerahan, demam atau panas tinggi, mata bernanah, diare lebih
dari 3 kali sehari, dan kulit serta mata berwarna kekuningan.
d. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya kurang lebih 15 menit di
pagi hari
e. Mengajarkan kembali tenknik menyusui yang benar dengan posisi
duduk.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 24 Maret 2017


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Lavender
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan apapun, ibu senang karena
bayinya tidak rewel. BAK ±5x sehari dan BAB ±2x berwarna coklat
kekuningan konsistensi lunak. Bayi tidur ± 12 jam sehari.
82

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Laju jantung : 142 kali/menit
2) Laju nafas : 48 kali per menit
3) Suhu : 36,5 0 C
c. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan : 2850 gram
4. Pemeriksaan Fisik
Mata, simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak terdapat
pengeluaran pus. Dada, simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Abdomen, tidak terdapat kotoran di daerah sekitar pusat, tidak
kemerahan, pusar tidak menonjol saat bayi menangis, terdengar bising
usus. Genetalia, bersih, labia mayora menutupi labia minora, terdapat
lubang uretra, vagina dan anus, sudak BAK dan BAB.

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan , usia 3 hari dengan keadaan
umum baik.

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi
baik.
b. Memberitahu kembali mengenai tanda bahaya pada bayi seperti, bayi
tidak mau menyusu, bayi mengalami kejang, lemah, nafas sesak, tali
pusat kemerahan, demam atau panas tinggi, mata bernanah, diare lebih
dari 3 kali sehari, dan kulit serta mata berwarna kekuningan.
c. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjemur bayinya kurang lebih
15 menit di pagi hari. Keluarga sudah menjemur bayinya tadi pagi
d. Mengajarkan kembali tenknik menyusui yang benar dengan posisi
duduk. Ibu dapat mempraktikannya dengan baik.
83

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 28 Maret 2017
Waktu Pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah ibu
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan apapun, ibu senang karena
bayinya tidak rewel. BAK ±5x sehari dan BAB ±2x berwarna coklat
kekuningan konsistensi lunak. Bayi tidur ± 12 jam sehari.
2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Laju jantung : 142 kali/menit
2) Laju nafas : 48 kali per menit
3) Suhu : 36,5 0 C
c. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat badan : tidak diperiksa
d. Pemeriksaan Fisik

Mata, simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak terdapat


pengeluaran pus. Dada, simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Abdomen, tali pusat sudah puput sejak kemarin, pusat tampak kotor,
tidak kemerahan, pusar tidak menonjol saat bayi menangis, terdengar
bising usus. Genetalia, bersih, labia mayora menutupi labia minora,
terdapat lubang uretra, vagina dan anus, sudak BAK dan BAB. Refleks,
refleks rooting positif, bayi mencari sentuhan ketika disentuh bagian
sudut bibir, refleks sucking positif, bayi menghisap kuat saat menyusu,
refleks swallowing positif, bayi seperti menelan ASI.
84

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan , usia 1 minggu dengan
keadaan umum baik.

4. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi


baik.
b. Menganjurkan ibu untuk membersihkan pusar bayi saat mandi atau
dibersihkan menggunakan kapas dengan air hangat dan usahakan tetap
kering.
c. Memotivasi kembali ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif yaitu
bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan
d. Menganjurkan ibu memberikan ASI setiap 2 jam sekali, jika bayi
sedang tidur maka bangunkan bayi untuk di susui.
E Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya pada bayi seperti, bayi
tidak mau menyusu, bayi mengalami kejang, lemah, nafas sesak, tali
pusat kemerahan, demam atau panas tinggi, mata bernanah, diare lebih
dari 3 kali sehari, dan kulit serta mata berwarna kekuningan. SAP
terlampir
f. Mengingatkan kembali ibu mengenai perawatan bayi baru lahir,
meliputi:
1. Mencuci tangan sebelum memegang bayinya.
2. Selalu menjaga kehangatan bayi.
3. Segera mengganti popok bayi jika basah.
4. Menjaga kebersihan kulit bayi terutama di daerah lipatan seperti
paha, leher, dan ketiak.
5. Tidak menyimpan benda tajam di dekat bayi.
6. Tidak menyimpan bantal besar atau boneka di tempat tidur bayi
karena dikhawatirkan akan menutup jalan nafas bayi.
7. Memberitahu ibu mengenai perawatan tali pusat.
85

g. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjemur bayinya kurang lebih


15 menit di pagi hari

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa , 4 April 2017
Waktu Pengkajian : 14.20 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah ibu
Nama Pengkaji : Neneng Anggraeni

1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan apapun, ibu senang karena
bayinya tidak rewel. BAK ±5x sehari dan BAB ±2x berwarna coklat
kekuningan konsistensi lunak. Bayi tidur ± 12 jam sehari.

2. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Laju jantung : 142 kali/menit
2) Laju nafas : 48 kali per menit
3) Suhu : 36,5 0 C
c. Pemeriksaan Fisik
Mata, simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak terdapat
pengeluaran pus. Dada, simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Abdomen, tali pusat sudah puput, pusat bersih, tidak kemerahan, pusar
tidak menonjol saat bayi menangis, terdengar bising usus. Genetalia,
bersih, labia mayora menutupi labia minora, terdapat lubang uretra,
vagina dan anus, sudak BAK dan BAB.
86

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan, usia 2 minggu dengan keadaan
umum baik.

4. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi


baik.
b. Menganjurkan ibu untuk membersihkan pusar bayi saat mandi atau
dibersihkan menggunakan kapas dengan air hangat dan usahakan
tetap kering.
c. Memotivasi kembali ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif
yaitu bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan
d. Menganjurkan ibu memberikan ASI setiap 2 jam sekali, jika bayi
sedang tidur maka bangunkan bayi untuk di susui.
e Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya pada bayi seperti,
bayi tidak mau menyusu, bayi mengalami kejang, lemah, nafas sesak,
tali pusat kemerahan, demam atau panas tinggi, mata bernanah, diare
lebih dari 3 kali sehari, dan kulit serta mata berwarna kekuningan.
f. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjemur bayinya kurang
lebih 15 menit di pagi hari
g Mengingatkan ibu kunjungan ulang atau pergi ke bidan terdekat
untuk imunisasi BCG pada saat bayi berusia 1 bulan. ibu mengerti.
BAB V
PEMBAHASAN KASUS

Dalam bab ini, penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. D usia 36 tahun dengan letak
sungsang dan disertai anemia di RSUD Kota Bogor. Dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan penulis menggunakan manajemen kebidanan dengan
pendokumentasian SOAP sehingga penulis mampu memahami dan menerapkan
manajemen kebidanan secara optimal.

A. Data Subjektif
Untuk mendapatkan data subjektif, dilakukan pengkajian dengan teknik
wawancara kepada pasien dengan cara melakukan tanya jawab langsung
dengan pasien, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan.
Dari hasil pengkajian tanggal 21 Maret 2017 jam 07.00 WIB, diperoleh
data bahwa Ny. D usia 36 tahun, mengaku hamil 9 bulan (39 minggu), dilihat
dari HPHT tanggal 20-06-2016, (TP 27-3-2017) mengatakan mules-mules
yang dirasakan sering sejak semalam pukul 02.00 WIB tanggal 21 Maret
2017 , sudah keluar air-air dan lendir darah dari kemaluannya sejak pukul
03.00 WIB. Ibu datang ke IGD RSUD Kota Bogor pukul 03.00 WIB (21
Maret 2017), ibu datang bersama keluarga dan mengaku dirujuk oleh bidan
BPM atas indikasi letak sungsang dengan pembukaan 8 cm.
Pada kasus ini usia ibu perlu dikaji karena usia > 35 beresiko tinggi pada
persalinan letak sungsang, hal ini sesuai dengan teori dimana usia > 35 tahun
dapat menjadi faktor risiko persalinan sungsang. Hal ini kemungkinan
berhubungan dengan mulai terjadinya regenerasi sel-sel tubuh terutama
endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya penyakit yang dapat
menimbulkan kelainan letak.8
Keluarnya air air pada kemaluan merupakan tanda dan gejala yang
mengindikasikannya robeknya selaput ketuban. Menurut teori hal ini bisa

87
88

terjadi karena bayi dengan letak sungsang akan merusak lapisan ketuban
karena posisi janin yang memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri sehingga ketuban sering pecah
sebelum waktunya. Teori lain menyebutkan letak sungsang dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat sehingga membuat selaput
ketuban pecah.
Ini merupakan kehamilan pertamanya bagi ibu dan tidak pernah
keguguran sebelumnya. Gerakan janin masih sering dirasakan, merasakan
gerakan janin lebih banyak di bagian bawah sekitar di bawah pusat dan sakit
pada perut bagian bawah seperti tertekan. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Rukiyah. Pergerakan janin terasa oleh ibu dibagian perut
bawah, ibu sering merasa ada benda keras yang mendesak tulang iga dan rasa
nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin.
Dari hasil anamnesa ditemukan juga keluhan ibu yang berupa lemas serta
ibu mengaku tidak rutin mengkonsumsi tablet penambah darah yang
diberikan oleh bidan, sesuai teori menurut morgan bahwa salah satu tanda dan
bahaya anemia adalah sakit kepala, pusing dan lemas. Menurut Manuaba jika
persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras
persediaan Fe tubuh. Dapat disimpulkan bahwa ibu tergolong dalam anemia
defisiensi zat besi.

B. Data Objektif
Pada data objektif didapatkan hasil pemeriksaan kepada Ny. D bahwa
keadaan umum ibu baik, kesadaran dapat berkomunikasi dengan baik
(composmentis). Diperoleh hasil dari pemeriksaan tanda-tanda vital masih
dalam batas normal.
Ibu dinyatakan hamil dengan letak sungsang karena didapatkan dari hasil
pemeriksaan meliputi, pemeriksaan abdomen dengan inspeksi tidak
didapatkan luka bekas operasi, TFU Mc Donald 29 cm TBJ (29-12) x 155 =
2635 gram dengan palpasi abdomen menggunakan Leopold 1 TFU perabaan
3 jari dibawah Px, teraba bulat, keras dan melenting, Leopold II teraba
89

tahanan besar, keras dan memanjang pada bagian kanan dan teraba bagian –
bagian kecil janin di bagian kiri. Leopold III teraba bulat, lunak dan tidak
melenting atau tidak dapat digoyangkan. Dilakukan pemeriksaan DJJ : 138
x/menit reguler. His 2x dalam 10 menit, lamanya 35 detik, kekuatan sedang.
Maka kasus ini dalam pemeriksaan palpasi abdomen sesuai dengan teori
yang diungkapkan Cuningham yaitu pada pemeriksaan Leopold I kepala
janin yang teraba keras, bulat dan dapat diraba dengan ballotemen sudah
menempati bagian fundus uteri. Leopold II, menunjukkan punggung sudah
berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang
lain. Leopold III, bila engagement belum menjadi diameter intertrokanterika
panggul janin belum melewati pintu atas panggul, bokong janin masih dapat
digerakkan di atas pintu atas panggul.
Dengan pemeriksaan yaitu pemeriksaan auskultasi bunyi denyut jantung
janin ditemukan paling jelas pada tempat yang lebih tinggi (sejajar atau lebih
tinggi dari pusat). Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Cuningham yaitu, jika bokong belum melewati gelang pelvis, jantung janin
terdengar paling jelas di atas umbilikus. Jika tungkai terekstensi, bokong
janin akan turun ke dalam pelvis dengan mudah. Jantung janin kemudian
dapat terdengar di bagian yang lebih rendah.
Pada pemeriksaan genetalia, didapatkan hasil pemeriksaan vulva tidak ada
oedema, tidak ada varises vagina, adanya lendir bercampur darah, terlihat
adanya rembes air ketuban dari vagina. VT : tidak terdapat benjolan pada
dinding vagina, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak
teraba, teraba sakrum dan tubero ossis ischii, bokong di hodge III. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fraser yaitu Bokong teraba lunak dan
tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang terpalpasi, walaupun terkadang
sakrum dapat disalah artikan dengan caput sucsedanum. Anus dapat teraba
dan mekonium segar terdapat di jari pemeriksa biasanya merupakan
diagnostik.
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil Hb 8,7 g% dan Leukosit
dalam darah 11,280/mm3. Sesuai dengan teori menurut Manuaba bahwa dari
90

hasil pemeriksaan penunjang yang didapatkan bahwa Hb 7-8 g%


dikategorikan dalam anemia sedang, dan hasil leukosit dalam batas normal
dimana yang bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi dan penyebabnya
yang disebabkan oleh bakteri atau virus serta dapat melihat kekebalan tubuh.
Hasil USG didapatkan terlihat posisi kepala berada di fundus dan bokong
di bawah, plasenta berada di atas, air ketuban cukup, denyut jantung janin
baik. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rukmono, dimana
pemeriksaan USG itu sangat penting dalam mendiagnosis dan menilai resiko
pada persalinan presentasi bokong, yang dapat menghasilkan taksiran berat
janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis
presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi, sehingga
petugas kesehatan dapat memastikan dengan jelas dan pasti keadaan janin
didalam rahim.

C. Analisa
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah:
Ny. D, 36 tahun G1P0A0 hamil 39 min ggu inpartu kala II dengan letak
sungsang disertai anemia sedang.

D. Penatalaksanaan
Sebelum ibu dipindahkan ke ruang bersalin ibu telah dipasang infus
dengan cairan RL 500 ml yang di drip 2 ampul bricasma. Menurut teori yang
dikemukakan oleh Oxorn, dimana pemberian bricasma atau obat golongan
tokolitik ini bertujuan untuk menghentikan kontarksi uterus sehingga
persalinan dapat dihambat. Pemberian terapi ini sesuai dengan saran dokter.
Tindakan ini tidak sesuai dengan teori.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data
subjektif dan data objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh
diagnosa untuk menentukan masalah dan kebutuhan potensial pada Ny. D
maka penalataksanaan atau rencana asuhan yang diberikan yaitu melakukan
91

kolaborasi dengan dokter SpoG dan hasilnya adalah rencana tindakan Sectio
caesarea. Menurut teori yang diungkapkan Prawirohardjo bahwa prosedur
persalinan sungsang yang harus dilahirkan secara perabdominal yaitu
primigravida tua, riwayat persalinan yang buruk, janin besar, dicurigai adanya
kesempitan panggul, dan prematuritas. Pada kasus ini sesuai dengan teori
bahwa pasien tergolong pada salah satu kriteria persalinan letak sungsang
yang harus dilahirkan dengan perabdominal yaitu primigravida tua.
Melakukan informed consent bahwa ibu akan dilakukan operasi sectio
caesarea sesuai dengan advice dari dokter. Sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan maka pasien dilakukan pemeriksaan CTG ulang untuk
memantau perkembangan janin. Sesuai advice dokter dengan hasil CTG :
DJJ dalam batas normal, laju jantung ibu dalam batas normal, gerakan janin
aktif dan his ringan dengan frekuensi 1x dalam 10 menit lamanya 30 detik.
Dan dianjurkannya untuk puasa sebelum operasi berlangsung.
Sebelum dilakukannya tindakan bedah caesar diberikan antibiotik
Cefotaxime 1 gr. Dilarutkan dalam 10 cc larutan aquabidest secara IV/bolus.
Diberikannya antibiotik golongan profilaksis ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka operasi.
Melakukan konsultasi dengan dokter SpoG, advice dari dokter rencana
sectio caesarea pukul 13.00 WIB (tanggal 21 Maret 2017). Menyiapkan
paket persalinan sectio caesarea,dan persiapan sectio caesarea. Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo kriteria yang dapat
dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan perabdominal yaitu
salah satunya adalah primigravida tua dan menurut varney persalinan diakhiri
dengan Sestio Caesarea.
Tetap melakukan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi,
resfirasi, suhu, DJJ maupun his. Dan hasil pemeriksaan dalam batas normal.
Memindahkan ibu ke brangkar dan memberitahu kelurga bahwa ibu akan
masuk ke ruang operasi dan mengantarkan ibu ke ruang operasi. Dilakukan
pemasangan kateter yang bertujuan untuk memantau seberapa banyak
pengeluaran cairan pada saat operasi yang mana sesuai dengan prosedur
92

dilakukannya sectio caesarea. Dan menyiapkan alat resusitasi untuk bayi


baru lahir.
Setelah pasien sudah di dalam ruang operasi dan semua persiapan sudah
lengkap, maka dilakukannya pemberian anastesi spinal oleh dokter anastesi
dan operasi segera dimulai oleh Dokter SpOG pada pukul 13.40 WIB
(tanggal 21 Maret 2017). Operasi berlangsung dan pada pukul 13.50 WIB
(tanggal 21 Maret 2017), bayi lahir secara sectio caesarea, menangis
beberapa saat setelah bayi lahir, tonus otot aktif, jenis kelamin perempuan.
Menurut JNPK-KR setelah dilakukan penilaian apakah bayi cukup bulan,
bayi menangis atau bernafas, tonus otot baik, maka lakukan asuhan bayi baru
lahir yaitu: menjaga kehangatan, keringkan dan tetap jaga kehangatan,
potong dan jepit tali pusat tanpa membubuhi apapun, bayi dibungkus dengan
kain pernel. Pada kasus ini dalam perawatan bayi baru lahir sesuai dengan
teori yang ada, setelah selesai maka bayi dibawa ke ruang perinatologi untuk
dilakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut.
Setelah bayi lahir maka, segera dilakukan penutupan luka abdomen oleh
dokter SpoG. Operasi sudah selesai, pindahkan pasien keruang pemulihan
untuk dilakukannya observasi mengenai keadaan ibu seperti, tanda-tanda
vital, TFU, perdarahan, dan pengeluaran urine. Dan hasil pemeriksaan dalam
batas normal.
Memindahkan pasien ke ruang nifas setelah 2 jam post sectio caesaea.
Melakukan pmeriksaan fisik dan observasi keadaan umum ibu, dan hasil
pemeriksaan dalam batas normal. Melakukan konseling mengenai mobilisasi
dini setelah sudah dapat menggerakkan kedua kaki.
Melakukan kolaborasi dengan dokter mengenai hasil laboratorium terakhir
ibu , yaitu Hb= 8,7 g%. Advice dokter yaitu lakukan cek laboratorium ulang.
Dan memberikan terapi obat peroral yaitu Cefixime 2x1 200 mg dimana obat
ini termasuk antibiotik golongan cephalosporin yang digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri, antibiotik ini bekerja
dengan cara membunuh bakteri atau mencegah pertumbuhan bakteri.
Marostan 3x1 500 mg, obat ini merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi
93

non-steroid, obat ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga
menegah, serta mengurangin inflamasi atau peradangan. Anti inflamasi ini
bekerja menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
cyclooxygenase.
Pada tanggal 22 Maret 2017 hasil pemeriksaan laboratorium yang didapat
bahwa Hb = 7,6 g%, yang menunjukkan bahwa ibu tergolong anemia sedang
menurut teori yang dikemukakan oleh Manuaba. Melakukan konsultasi
kepada Dokter SpOG bahwa Hb ibu masih rendah. Advice dokter akan
dilakukan transfusi darah 1 labu pada tanggal 22 Maret 2017, menurut
Saifudin indikasi transufi darah yaitu adanya perdarahan pasca persalinan dan
adanya kehilangan darah saat operasiserta anemia berat pada kehamilan lanjut
(Hb < 8 gr%). Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga bahwa
akan dilakukan tarnsfusi.
Setelah di transfusi darah dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali
dengan hasil pemeriksaan Hb = 8,9 g%. Pada tanggal 24 Maret 2017, pukul
21.00 WIB pasien diperbolehkan pulang dengan keadaan umum baik, hasil
pemeriksaan : Nadi 80 x/menit, resfirasi 20x/menit, tekanan darah 100/70
mmHg. Advice dokter diberikan terapi teblet penambah darah 2x1, antibiotik
2x sehari 150 mg untuk mengobati infeksi bakteri yang disebabkan oleh
bakteri. Obat ini bekerja untuk menghentikan pertumbuhan bakteri,
methylergometrine 3x sehari 125 mg untuk mengatasi perdarahan setelah
melahirkan. Obat ini bekerja dengan meningkatkan kontraksi rahim.
Pada kasus ini peran petugas kesehatan sangat penting dalam memberikan
asuhan kebidanan baik berupa keputusan dalam menindaklanjuti suatu kasus
ataupun dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap pasien. Dimana
pada kasus ini tergambar bahwa terdapat kesenjangan dalam memberikan
asuhan kepada pasien yaitu dalam hal merujuk pasien ke rumah sakit. Adapun
teori menurut Diane Fraser mengatakan bahwa, jika bidan mencurigai atau
mendeteksi adanya presentasi bokong pada usia gestasi 36 minggu atau lebih,
ia harus merujuk ibu ke dokter tanpa harus menunggu pasien dalam keadaan
inpartu.
94

Diagnosa dapat ditegakkan dengan benar melalui ultrasound atau


terkadang sinar-X abdomen. Salah satu peran bidan meliputi :
1. Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya melahirkan bayi.
2. Tidak melakukan asuhan atau persalinan ibu.
3. Meyakinkan bahwa ia mempunyai dukungan kuat untuk dirinya
sendiri, bidan lain yang berpengalaman dalam fisiologi, persalinan dan
kelahiran non medis.
4. Untuk meyakinkan dan mempertahankan pengetahuan keterampilan
dan teknik yang prima untuk membantu kelahiran sungsang, bila
kemudian perlu.
5. Bidan harus seirama dan mampu mengenali, mengkaji, dan merespons
bila terjadi masalah
Dalam kasus ini pasien mengatakan memeriksakan kehamilannya hanya 1
kali di usia kehamilan 1 bulan, hal ini telah tergambar bahwa kurangnya
pengetahuan ibu dapat menyebabkan terjadinya persalinan letak sungsang.
Maka dari itu tidak hanya peran petugas kesehatan saja yang sangat penting,
namun perilaku pasien pun penting dalam menerima asuhan yang diperoleh
dari petugas kesehatan. Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur, maka
pasein dapat mendeteksi dini kehamilannya dan menambah pengetahuan serta
pengalaman untuk kehamilan yang akan datang.
Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Mufdlilah, asuhan mandiri
pada letak sungsang yang bersifat menyeluruh dari langkah-langkah
sebelumnya yaitu : Beri informasi kehamilannya dan dukungan moril,
lakukan postural posisi knee chest serta anjurkan untuk dilaksanakan di
rumah, bila diperlukan kolaborasi dengan dokter dan kapan ibu harus segera
datang ke tempat pelayanan kesehatan.
Adapun langkah-langkah knee chest yaitu ibu dengan posisi menungging
(seperti sujud), dimana : lutut dan dada menempel pada lantai, lutut sejajar
dengan dada, lakukan 34 x/hari selama 15 menit, lakukan pada saat sebalum
tidur, sesudah tidur, sebelum mandi dan selain itu juga telah melakukan posisi
95

knee chest secara tidak langsung pada waktu melaksanakan sholat. Syarat-
syarat knee chest, yaitu:
1. Pada kelamilan 7-7,5 bulan masih dapat dicoba.
2. Melakukan posisi knee chest 3-4 x/hari selama 15 menit.
3. Latihan ini hanya efektif jika usia kehamilan maksimal 35-36 minggu.
4. Situasi yang masing longgar diharapkan dapat memberikan peluang
kepala turun menuju pintu atas panggul.
5. Dasar pertimbangan kepala lebih berat dari pada bokong sehingga
dengan hukum alam akan mengarah ke pintu atas panggul.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan serta diagnosa masalah sesuai kebutuhan
dan dilakukan rencana, tindakan lanjut dan evaluasi asuhan serta telah
dibahas kesesuaian serta kesenjangan yang ada antara teori dan kenyataan
yang ada maka dibuatlah sebuah kesimpulan sebagai berikut:

1. Data subjektif
Ny. D usia 36 tahun, usia kehamilan 39 minggu. Hari pertama haid
terakhir tanggal 20-06-2016. Ini merupakan kehamilan pertamanya,
tidak pernah keguguran. Mengeluh mules-mules sejak pukul 02.00
WIB. Sudah keluar air – air dan lendir bercampur darah dari
kemaluanya pukul 03.00 WIB. Merasakan gerakan janin semakin
sering dan aktif.

2. Data objektif
Leopold 1 TFU perabaan 3 jari dibawah Px, teraba bulat, keras dan
melenting, Leopold II teraba tahanan besar, keras dan memanjang
pada bagian kanan dan teraba bagian – bagian kecil janin di bagian
kiri. Leopold III teraba bulat, lunak dan tidak melenting atau tidak
dapat digoyangkan. Dilakukan pemeriksaan DJJ : 138 x/menit reguler.
His 2x dalam 10 menit, lamanya 35 detik, kekuatan sedang.
Pada pemeriksaan genetalia : Vulva dan vagina tidak ada kelainan,
tidak ada varices, tidak terdapat pengeluaran cairan pada kelenjar
Skene, tidak terdapat pembengkakan kelenjar Bartholine, tidak ada
nyeri tekan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban
tidak teraba, teraba bagian lunak, presentasi bokong, Hodge III.

96
97

3. Analisa
Ny. D 36 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, inpartu kala II
Dengan letak sungsang disertai anemia sedang.

4. Penatalaksanaan
Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dan kesejahteraan
janin. Melakukan asuhan persalinan dengan tindakan Sectio Caesarea,
mengobservasi keadaan umum ibu. Melakukan kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk pemberian terapi obat dan dilakukanya
pemeriksaan ulang lab (Hb). Dengan hasil yang didapatkan bahwa Hb
ibu masih rendah, advice dari dokter lakukan transfusi darah 1 labu
dan lakukan pemeriksaan ulang Hb setelah selesai transfusi darah.

5. Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam memberikan asuhan antara lain, adanya
kerjasama yang baik dan keterbukaan dari Ny. D dan keluarga.
Dukngan, bimbingan dan kerjasama yang baik dari bidan yang ada di
RSUD Kota Bogor.

6. Faktor penghambat dalam melakukan asuhan pada Ny. D


Tidak ditemukannya faktor penghambat dalam melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. D

B. SARAN
1. Pihak rumah sakit
Diharapkan pihak rumah sakit untuk tetap mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan kebidanan,
diantaranya dengan memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan kepada klien dan keluarga sehingga dapat menambah
pengalaman dan pengetahuan.
98

2. Klien
Memberikan konseling mengenai nutrisi yang di konsumsi sesuai
gizi yang seimbang untuk pemulihan masa nifasnya, menyarankan ibu
untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah 40 hari nifas,
menyarankan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan,
menyarankan ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap di
tempat pelayanan kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Health Observatory (GHO) Data Maternal Mortality; 2015.


2. UNICEF Indonesia. Ringkasan Kajian. UNICEF; 2012
3. Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Apriyanti, Fitri. Hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang. Riau
:Jurnal Kebidanan ; 2013.
5. Cunningham, F.G. dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC ; 2005.
6. Oxorn Harry, Forte William R .Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica ; 2010
7. JNPK-KR.2008. Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:Depkes RI.h.155
8. Firdausi Riskiviawinanda, Reny Aditya, Noor Mutmainnah. Hubungan Usia
Dan Paritas Dengan Kejadian Persalinan Sungsang Di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2013. Banjarmasin: Fakultas Kedokteran Universitas
Lambang Mangkurat Banjarmasin.
9. Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. Buku ajar asuhan kebidanan volume 1.
Jakarta: EGC; 2007.h.814-820.
10. Sulistyawati.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.jakarta: Salemba
Medika; 2010
11. Siswishanto, Rukmono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo ; 2013. 588-590.
12. Manuaba, I Bagus Gede, dkk. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Jakarta: EGC; 2010.
13. Marmi. Buku Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar ;2011
14. Fraser, Diane. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC ;2009. 551-554.
15. Setjalilakusuma, listya. Dkk. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 104-115.
16. Mufdlilah. Konsep Kebidanan . Yogyakarta: Mitra Cendikia Press; 2013
17. Manuaba, I Bagus Gede, dkk. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB. Jakarta: EGC; 2009.
18. Cunningham, F.G. dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC ; 2005.
19. Al-Maqassary, Ardi. Klasifikasi Anemia. Jakarta : e-jurnal; 2013.
20. Budiarti Tri, Susanti. Panduan Praktik Klinik Kebidanan 1. Jakarta: Nuha
Medika 1; 2009
21. Rukiyah,Ai Yeyen. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta: TIM ;2010
22. Varney, Helen. dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC ;
2005.
23. Prawirohardjo, Sarwono. Dkk. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo ; 2010.
24. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Manternal dan Neonatus. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2011
25. Johnson, Ruth. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC; 2005
26. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Manternal dan Neonatus. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2002
27. Wiknjosastro H. Letak sungsang. In: Ilmu Bedah Kebidann (1st ed). Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2005
28. Cuningham, F.Gary. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 21. Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2006.h.560-577
29. Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 vol 2. Jakarta : EGC :
2008
30. Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.
Jakarta : EGC : 2006
31. Swarjana, I Ketut, Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).
Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2015
32. Nawawi, Hadiri. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press : 2007.
33. Baston, Helen. Midwifery Essentials Praktik Dasar Volume I. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC : 2012.
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

TGL TD N R S DJJ HIS KET


/JAM

07.00 120/70 88 x/m 21 36,80 130x/m 2 x 10’ x 35”


mmHg x/m C reguler

08.30 120/70 88 x/m 21 138x/m 2 x 10’ x 35”


mmHg x/m reguler

09.00 120/70 89 x/m 21 37,20 140x/m 2 x 10’ x 30”


mmHg x/m C reguler

09.30 120/70 87 x/m 21 150x/m 2 x 10’ x 30”


mmHg x/m reguler

10.00 120/70 90 x/m 22 37,00 160x/m 2 x 10’ x 30”


mmHg x/m C reguler

10.30 100/60 88 x/m 22 160x/m 2 x 10’ x 30”


mmHg x/m reguler

11.00 100/60 88 x/m 22 37,00 150x/m 1 x 10’ x 30”


mmHg x/m C reguler

11.30 100/60 90 x/m 20 145x/m 1 x 10’ x 30”


mmHg x/m reguler

12.00 100/60 91 x/m 20 37,20 153x/m 2 x 10’ x 30”


mmHg x/m C reguler
Lampiran 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK MENYUSUI

Pokok Bahasan : Teknik Menyusui


Sub Pokok bahasan: Pengetahuan Teknik menyusui yang baik dan benar
Hari/Tanggal : Disesuaikan
Waktu : 15 menit
Sasaran : Ny. D
Tempat : RSUD Kota Bogor
Penyuluh : Neneng Anggraeni

A. Latar Belakang
Pada umumnya banyak ibu yang belum mengetahui teknik menyusui yang
baik dan benar terutama ibu-ibu muda agar kebutuhan asi banyinya tercukupi
dan payudara ibu tidak lecet menjadi salah satu latar belakang penyuluhan ini
dilaksanakan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu nifas, diharapkan ibu nifas
memahami tentang teknik menyusui dan dapat mempaktikkannya.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan ibu nifas
mampu :
a. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
b. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
c. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
e. Lama dan frekuensi menyusui
C. Media
Buku KIA

D. Metode
1. Ceramah
2. Praktik
3. Tanya jawab

E. Lampiran
1. Materi

F. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Penyuluh Audien


1. 1 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam Menjawab

2. 7 Inti :
Menit 1. Menjelaskan Memperhatikan
pengertian teknik
menyusui yang baik
dan benar Memperhatikan
2. Menjelaskan posisi
dan perlekatan
menyusui yang baik Mempraktikan
3. Persiapan
memperlancar
pengeluaran asi Memperhatikan
4. Menjelaskan
langkah-langkah
cara menyusui yang
benar
5. Menjelaskan lama
frekuensi menyusui
3. 4 menit Evaluasi : Menjawab pertanyaan
- Mengevaluasi penyuluh
tentang materi yang
telah disampaikan
4. 2 menit Kesimpulan : Memperhatikan
Menyimpulkan kegiatan
penyuluhan
5. 1 menit Penutup : Menjawab salam
1. Mengucapkan
terima kasih
2. Mengucapkan salam
penutup

G. Evaluasi
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
1. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Lama dan frekuensi menyusui

H. Daftar Pustaka
Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Salemba Medika: Jakarta
Nurheti, Yuliarti. 2010. Keajaiban ASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan,
Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV And
Suradi, R dan Hesti.2004.Manajemen Laktasi.Jakarta:Program Manajemen
Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indones
MATERI PENYULUHAN
TEKNIK MENYUSUI

1. Pengertian Tekhnik Menyusui yang benar


Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan
Hesti, 2004)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan
bagi ibu sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak
dengan cara yang benar (Yuliarti, 2010).
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu
dan memperkuat refleks menghisap bayi.
Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk
menyusu.

2. Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar


Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti
ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu
dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI


Persiapan mempelancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak , sehingga epital yang
lepas tidak menumpuk.
b. Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
c. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.

4. Langkah –langkah menyusui yang benar


a. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
b. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
c. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan hanya
leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan
bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu,
biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu sampai terbuka
lebar .
d. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan
benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar
dan bibir bayi membuka lebar.
e. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah
kanan sampai bayi merasa kenyang.
f. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan
dengan lap bersih yang telah direndam dengan air hangat.
g. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang
terhisap bisa keluar.
h. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain
supaya ASI berhenti keluar.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara


Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

Gambar 12. Perlekatan benar


Gambar 13. Perlekatan salah

5. Lama dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu
harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab lain
(BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur
dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan menyusui tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah
timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih
sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari
akan memicu produksi ASI.
(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Masa Nifas


Sub pokok bahasan : Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Hari/tanggal : Di Sesuaikan
Waktu : 15 menit
Sasaran : Ny. D
Tempat : RSUD Kota Bogor
Penyuluh : Neneng Anggraeni

A. Tujuan Umum
Setelah diberi penjelasan tentang tanda pada masa nifas, diharapkan
ibu dapat mengenali tanda bahaya yang mungkin terjadi sehingga dapat
menjadi salah satu upaya deteksi dini tanda bahaya nifas.

B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan ibu dan keluarga dapat
menyebutkan kembali :
1. Apa pengertian masa nifas
2. Apa saja tanda bahaya ibu nifas.
3. Bagaimana penatalaksanaan tanda-tanda bahaya ibu nifas.

C. Materi
Terlampir

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Alatdan Media
Buku KIA

F. KegiatanPenyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1 2 menit Pembukaan :  Menjawab salam
a) Memberikan salam  Menerima kehadiran
b) Memperkenalkan diri penyuluh kesehatan
c) Kontrak waktu  Memperhatikan
d) Menjelaskan maksud dan tujuan  Menjawab pertanyaan
o Mengkaji pengetahuan mengenai
tanda-tanda bahaya ibu nifas

2 7 menit Isi :  Mendengarkan dan


a) Menjelaskan pengertian masa nifas. memperhatikan
b) Menjelaskan apa saja tanda-
tandabahaya ibu nifas
c) Menjelaskan bagaimana
penatalaksanaan tanda bahaya ibu
nifas
3 6 menit Penutup :  Menanyakan yang
a) Tanya jawab belum jelas atau
b) Kesimpulan belum dimengerti
c) Memberikan salam  Menyimak
kesimpulan
 Menjawab salam
G. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian masa nifas.
2. Apa saja tanda bahaya ibu nifas.
3. Bagaimana penatalaksanaan tanda-tanda bahaya ibu nifas.

H. DaftarPustaka
a. Varney Helen,dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2 edisi
4. Jakarta: EGC.
b. Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
c. http://id.scribd.com/doc/77754653/SATUAN-ACARA-
PENYULUHAN#download
MATERI TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk


pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Masa nifas pun harus
diketahui berbagai tanda bahayanya yaitu :
a. Demam
Demam merupakan tanda gejala yang terjadi pada 24 jam setelah melahirkan
dengan suhu ±380 C. Penangannya adalah dengan istirahat baring, kompres
dengan air hangat, perbanyak minum air putih, jika ada syok segera bawa ibu
ke fasilitas kesehatan.

b. Pusing
Pusing merupakan sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh
bagian kepala. Kepala berasa berdenyut dan disertai rasa mual san muntah.
Penangannya adalah istirahat baring, pemberian obat penenang, dan
mengajarkan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatiannya terhadap
pusing yang diderita misalnya dengan diajak melakukan kegiatan yang
digemarinya.

c. Nyeri perut
Nyeri perut biasanya disertai dengan adanya demam dan ibu mengeluh nyeri
pada bagian perut. Penanganannya yaitu dengan istirahat baring, bila nyeri
tidak hilang segera periksa ke pelayanan kesehatan.

d. Thromboplebitis
Penanganannya yaitu dengan melakukan istirahat baring dan pada anggota
tubuh bagian bawah yang bengkak lebih ditinggikan, bisa dengan bantal atau
guling ketika merebahkan badan.
e. Penyulit dalam menyusui
Penyulit dalam menyusui bisa ditandai dengan adanya demam dan suhu
meningkat sampai dengan 380C. Payudara berwarna merah, bengkak, keras
dan nyeri bila ditekan serta adanya lecet disekitar puting susu.
1) Penanganannya yaitu dengan melakukan perawatan payudara,
menggunakan BH yang menopang payudara atau yang dapat
menampung payudara secara keseluruhan dan tidak berkawat.
f. Bau busuk dari vagina
Bau busuk dari vagina merupakan pengeluaran caira vagina yang berbau
sangat menyengat dan disertai demam tinggi hingga suhu 380C.
2) Penangannya yaitu dengan menjaga selalu kebersihan alat
genetalia, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan segeralah
periksakan diri ke fasilitas kesehatan
g. Perdarahan
Perdarahan bila darah yang keluar 500cc atau lebih, perdarahan
dikategorikan menjadi 2 yaitu ;
1. Perdarahan primer
Yaitu terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan
2. Perdarahan sekunder
Yaitu terjadi setelah 24 jam setelah persalinan
3) Penanganannya yaitu perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau
perdarahan tiba-tiba merupakan suatu kegawat daruratan, segera
bawa ke fasilitas kesehatan terdekat jika terjadi perdarahan.
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Bayi Baru Lahir


Sub pokok bahasan : Tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
Hari/Tanggal : Disesuaikan
Waktu : 15 Menit
Tempat : RSUD Kota Bogor
Penyuluh : Neneng Anggraeni

A. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan memahami
tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien mampu:
1. Mengetahui tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
2. Mengetahui cara mengatasi tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
C. Materi
Terlampir
D. Metode
Diskusi
E. Media dan alat
Leaflet
F. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 Pembukaan  Salam pembuka  Menjawab salam
(2 Menit)  Menjelaskan tujuan
2 Pembahasan  Menjelaskan tanda –tanda  Menyimak
materi bahaya pada bayi dan cara  Bertanya dan
(10 Menit) mengatasinya  menjawab
 Memberikan kesempatan pertanyaan
kepada ibu untuk bertanya

3 Penutup  Menyimpulkan  Menjawab salam


(3 Menit)  Menutup dengan salam

G. Evaluasi
Mengajukan pertanyaan :
1. Sebutkan tanda – tanda bahaya pada bayi?
2. Apa yang harus dilakukan apabila ditemui salah satu tanda tersebut?

H. Daftar pustaka
 Kosim, M. Sholeh.2003.Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan
Dasar.Jakarta
 Vivian, Nanny Lia Dewi.2011.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita.Jakarta:Salemba Medika.
MATERI PENYULUHAN
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Tanda – tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir dan cara
mengatasinya:

1. Malas Menyusu
Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Kondisi
ini terjadi karena bayi mengalami gangguan yang tidak ringan atau infeksi
berat. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
2. Gerak dan tangis lemah atau tidak ada
Keadaan umum bayi paling mudah dikenali dari gerakan dan
tangisnya. Bila gerakan melemah dan tangisan lemah atau tidak ada maka
harus diwaspadai kondisi bayi sedang dalam keadaan umum yang tidak
baik. Kondisi tubuh lemah, bayi bergerak saat hanya dipegang, hal ini
menandai bayi sakit berat. Cara mengatasinya dengan segera membawa ke
tempat pelayanan kesehatan.
3. Demam
Apabila suhu tubuh lebih dari 38oC, bayi dipastikan mengalami
demam. Kondisi ini dapat terjadi sebaliknya jika tubuhnya terasa dingin
dengan suhu tubuh kurang dari 36oC. Cara penanganan hipertermi yaitu,
letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal, lepaskan
sebagian pakaian bayi, periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai
suhu dalam batas normal, bayi dapat dikompres selama 10 – 15 menit
dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
4. Merintih dan Sesak
Sesak napas dan terus menerus merintih ini menandakan bayi
mengalami sakit serius. Sesak napas dikenali dengan gerakan napas bayi
yang cepat bila dihitung dalam semenit gerakan napas di dada lebih dari
60 kali permenit. Cara penanganannya yaitu lakukan segera rangsangan
bayi untuk bernafas dengan menggosok dada atau punggung dan segera
bawa ke bidan atau dokter.
5. Warna Kulit Kuning
Warna kuning ini terjadi akibat penumpukan zat kimia yang disebut
bilirubin. Kuning pada bayi akan berbahaya bila muncul kurang dari 24
jam setelah lahir, pada umur lebih dari 14 hari, dan kuning sampai ke
telapak tangan atau kaki. Pada bayi terutama yang lahir kurang bulan,
kadang terlihat agak kuning pada beberapa hari setelah kelahiran. Hal ini
disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kurangnya asupan susu, golongan
darah anak dan ibu berbeda yang menyebabkan hemolisis, hingga infeksi.
Jika bayi menderita kuning dalam 24 jam pertama kelahiran, harus
segera dibawa ke rumah sakit. Jika kuning muncul pada hari ke-2 atau
lebih, sebaiknya diperiksakan dahulu ke dokter. Beberapa keadaan kuning
pada bayi dapat dilakukan terapi sinar dan yang lainnya dapat dilakukan
rawat jalan. Namun, semuanya setelah melewati pemeriksaan dokter.
Terapi sinar dilakukan bervariasi lamanya, setiap harinya bayi akan
dilakukan pemeriksaan bilirubin untuk mengetahui apakah kadar
bilirubinnya sudah turun atau belum. Rata-rata bayi diberikan terapi sinar
antara 2-5 hari.
6. Infeksi Tali Pusat
Tali pusat kemerahan hingga ke dinding perut dan berbau tajam.
Kebersihan tali pusat yang masih basah perlu dijaga. Tali pusat tidak perlu
diberi alkohol, obat merah atau antiseptik. Yang perlu dilakukan adalah
membersihkannya dengan air matang dan sabun, keringkan dengan kain
bersih dan dapat ditutup longgar dengan kain kasa steril atau dibiarkan
terbuka. Jangan berikan bedak, abu gosok, atau lainnya karena hanya bisa
membuatnya terinfeksi. Umumnya, tali pusat puput dalam 1-2 minggu.
Jika tali pusat tidak puput juga, berbau, berlendir, atau berdarah, segera
bawa ke dokter terdekat. Dalam keadaan seperti itu dapat diberi alkohol
atau betadine sebelum dibawa ke dokter.
7. Infeksi mata
Mata bayi bernanah banyak apabila tidak segera diobati, bayi terancam
kebutaan. Cara mengatasinya yaitu, bersihkan kelopak mata bayi 4 kali
sehari, mulai dari tepi dalam mata sampai tepi luar. Gunakan air bersih
(dimasak dan didinginkan) dan gunakan kasa bersih yang berbeda untuk
setiap mata.
8. Diare dan Dehidrasi
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran feses yang
tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk. Neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar. Jika kulit perut bayi
dicubit kembali dengan lambat, hal ini menandakan dia mengalami
kekurangan cairan dalam tahap kronis. Kadangkala menilai tanda
kekurangan cairan pada bayi baru lahir tidak mudah. Salah satu yang dapat
dinilai adalah penurunan berat badan dalam 1-7 hari menurun drastis
kurang dari 10%. Jika bayi mengalami dehidrasi, ASI diberikan lebih
sering dan lebih lama.

9. Hipotermia (suhu rendah)


Bayi baru lahir terutama bayi dengan berat lahir rendah (< 2.500 gram)
beresiko mengalami kedinginan karena luas permukaan bayi relatif lebih
luas sehingga mengalami paparan yang lebih banyak. Hipotermia adalah
keadaan suhu tubuh bayi dibawah 36°C. Untuk menghindari dan
mengatasi masalah hipotermia dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti lakukan skin-to-skin-contact atau kontak kulit bayi ke kulit ibu.
Tubuh ibu akan bertindak sebagai termoregulator dan menstabilkan
suhu bayi. Perhatikan suhu ruangan, jaga agar tetap hangat. Berikan
pakaian yang cukup hangat untuk bayi. Jika perlu, berikan selimut ekstra
saat malam hari untuk mencegah kedinginan. Pada bayi berat lahir rendah
dapat dilakukan perawatan metode kangguru. Jika suhu tubuh bayi tetap
dingin, segera bawa ke dokter.
10. Kejang
Kejang kadang – kadang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Jika
melihat gejala atau gerakan yang tidak biasa terjadi berulang-ulang dan
tidak berhenti saat bayi disentuh, kemungkinan besar bayi mengalami
kejang. Gejalanya berulang-ulang dalam rupa menguap, mengunyah,
mengisap, bola mata berputar-putar, kaki seperti mengayuh sepeda, mata
mendelik, dan berkedip. Cara mengatasinya segera membawa ke tempat
pelayanan kesehatan.
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Bayi Baru Lahir

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Tali Pusat

Hari/Tanggal : Di sesuaikan

Waktu : 10 Menit

Sasaran/ Jumlah : Ny.D

Tempat : RSUD Kota Bogor

Penyaji : Neneng Anggraeni

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ibu diharapkan mampu mengerti dan
memahami tentang pentingnya perawatan tali pusat.

B. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan klien dapat :

1. Menyebutkan tujuan perawatan tali pusat


2. Menjelaskan cara perawatan tali pusat
3. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan tali pusat
4. Menyebutkan tanda-tanda infeksi pada tali pusat
C. Materi (terlampir)

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

E. Media dan Alat


Kassa Steril dan leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 Pembukaan  Salam Pembuka  Menjawab salam


 Memberi kesempatan
(2 menit)
kepada klien untuk
menjelaskan yang telah
diketahui oleh klien
2 Pengembangan  Menyebutkan tujuan  Mendengarkan
materi perawatan tali pusat  Memperhatikan
 Menjelaskan cara
(5 menit)
perawatan pada tali
pusat
 Menyebutkan hal-hal
yang harus diperhatikan
pada perawatan tali
pusat
 Menyebutkan tanda-
tanda infeksi pada tali
pusat
3 Tanya jawab  Memberi kesempatan  Bertanya
untuk bertanya
(3 menit)

G. Evaluasi
Contohkan bagaimana perawatan tali pusat yang baik dan benar

H. Daftar Pustaka
 Jumiarni, Dra. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. EGC: Jakarta
 Majalah Nakita. 2002. Bulan pertama Kehidupan, Persalinan dan
Perawatan Bayi Baru Lahir. Jakarta.

MATERI PERAWATAN TALI PUSAT

1. Tujuan perawatan tali pusat


a. Mencegah terjadi infeksi

b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat

c. Mempercepat terlepasnya tali pusat

2. Cara perawatan tali pusat


a. Setelah tali pusat disabuni saat bayi dimandikan, tali pusat dikeringkan
dengan kassa steril.
b. Tali pusat dibungkus dengan kassa steril.
c. Seluruh pakaian bayi dipakaikan.
d. Tali celana bayi, diikatkan di bawah tali pusat.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan tali pusat
a. Perawatan tali pusat harus dilakukan setiap hari sesudah mandi atau
sewaktu-waktu bila diperlukan
b. Daerah tali pusat harus selalu dalam keadaan bersih dan kering untuk
mencegah infeksi
c. Dilarang menggunakan plester sebagai penutup sebagai penutup tali pusat
4. Tanda-tanda infeksi pada tali pusat
a. Badan bayi panas.
b. Tali pusat basah, sekitar tali pusat merah dan berbau.
c. Bayi tidak mau menetek.
d. Bila berlanjut terjadi mulut mencucu, kaku kuduk, sampai kejang-kejang.
5. Penyebab infeksi pada tali pusat
Luka tali pusat dan tindakan yang tidak memenuhi syarat seperti
pemotongan tali pusat dengan menggunakan bambu atau gunting yang tidak
steril di mana setelah pemotongan, tali pusat dibubuhi dengan abu, tanah dan
daun-daunan.
Lampiran 6
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Kebutuhan nutrisi ibu nifas


Penyuluh : Neneng Anggraeni
Hari, Tanggal : disesuaikan
Sasaran/ jumlah : Ny. D
Tempat : RSUD Kota Bogor

I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami gizi atau nutrisi
pada masa nifas. Sehingga kesehatan tubuh dan kebutuhan energy mereka
tetap terjaga.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian gizi atau nutrisi dan kebutuhan gizi ibu nifas
2. Menjelaskan dan menyebutkan kandungan pada menu-menu seimbang, serta
contoh-contoh bahan makananya
3. Menjelaskan petunjuk pengolahan makanan sehat

II. Materi
Terlampir

III. Metode
1. Ceramah

IV. Media
1. Buku KIA
V. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan nutrisi ?
2. Sebutkan kandungan pada menu seimbang dan contoh makanannya?
3. Bagaimana cara pengolahan makanan sehat ?

VI. Daftar Pustaka


Suherni, dkk, 2009.Perawatan Masa Nifas. CetakanKeempat. Yogyakarta:
Fitramaya
KEBUTUHAN NUTRISI PADA IBU NIFAS

A. Pengertian gizi atau nutrisi


Pengertian Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25 % , karena berguna untuk proses pemulihan fisik
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Kebutuhan energy ibu nifas pada 6 bulan pertama +500 kkal dan 6 bulan kedua
+400 kkal sedangkan kebutuhan pada ibu hamil kalori sebesar 285-300 kalori.
Dan pada ibu yang tidak hami membutuhkan kalori sebanyak 2200 kalori.
B. Kandungan pada menu-menu seimbang, serta contoh- contoh
bahan makananya
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratu, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol,
nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung :
1. Sumber tenaga ( energi )
Untuk pembakaran tubuh, pembentukkan jaringan baru,
penghematan protein ( jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan
sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi ). Zat gizi sebagai
sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani ( lemak, mentega, keju )
dan nabati ( kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarin )
2. Sumber pembangun ( Protein )
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani ( ikan, ,udang, kerang,
kepiting, daging,ayam, hati, telur, susu dan keju ) dan protein nabati (
kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe ).
Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga
makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B3.
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari.
Satu protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur,
120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-
240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
3. Sumber pelindung (air )
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari seranganp
enyakit dan pengatur kelancaran metabolism dalam tubuh. Ibu menyusui
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap
kali habis menyusui) .
4. Sumber pengatur ( Mineral)
a. Sayuran berwarna hijau dan kuning (daun pepaya, daun singkong, daun
katuk, bayam, sawihijau, wortel
b. Labu kuning, pepaya, jambu biji, mangga jeruk, semangka, alpukat.
5. Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.
Vitamin yang diperlukan antara lain:

a. Vitamin A
Berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati, wortel, dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300
mg.
b. Vitamin B6
Membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapatditemui
di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
c. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan,meningkatkan stamina dan
daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan,
minyak nabati dan gandum.

C. Petunjuk pengolahan makanan sehat


1. Pilih sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang segar .
2. Cuci tangan samapai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan.
3. Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong- potong.
4. Masak sayuran sampai layu.
5. Lalu makanan sampai matang.
6. Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet ( vetsin ).
7. Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai.
8. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan.
9. Jika dikemas dalam kaleng, jangan memilih kaleng yang telah penyok atau
karatan.
10. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman.
11. Jangan biarkan binatang berkeliaran didapur.
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (Keluarga

Berencana)
Sub Pokok Bahasan : Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
Hari/Tanggal : Di sesuaikan
Waktu : (15 Menit)
Sasaran/Jumlah : Ny.D
Tempat : Rumah Pasien
Penyuluh : Neneng Anggraeni

A. Tujuan instruksional umum


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasangan usia subur dapat
memahami alat kontrasepsi dan memilih alat kontrasepsi pasca persalinan.

B. Tujuan Instruksional Khusus


1. Menjelaskan pengertian KB pasca bersalin
2. Menyebutkan keuntungan KB pasca persalinan
3. Menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi pasca persalinan
4. Menjelaskan indikasi, kontraindikasi dari setiap metode kontrasepsi

C. Materi
Terlampir

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
E. Media dan Alat
1. Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan
1 Pembukaan - Memberi salam pembuka
(5 menit) - Menyampaikan tujuan pertemuan
- Review pengetahuan peserta
2 Pengembangan - Menjelaskan pengertian KB pasca
Materi bersalin
(15 menit) - Menyebutkan keuntungan KB pasca
persalinan
- Menyebutkan macam-macam metode
kontrasepsi pasca persalinan
- Menjelaskan indikasi, kontraindikasi
dari setiap metode kontrasepsi
3 Penutup - Melakukan evaluasi dengan kuis
- Menyampaikan kesimpulan
- Menutup dengan salam.

G. Evaluasi
1. Menjelaskan pengertian KB pasca bersalin
2. Menyebutkan keuntungan KB pasca persalinan
3. Menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi pasca persalinan
4. Menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan efek samping dari setiap
metode kontrasepsi
H. Daftar Pustaka
 Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
 Affandi, Biran. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
 Speroff, Leon dan Philip Darney. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi.
Jakarta: EGC.
MATERI MACAM-MACAM METODE KONTRASEPSI PASCA
MELAHIRKAN

A. Pengertian KB pasca bersalin


Pemanfaatan atau penggunaan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan
sampai 6 minggu/ 42 hari sesudah melahirkan. Prinsip pemilihan metode
kontrasepsi yang digunakan tidak mengganggu produksi ASI.

B. Keuntungan KB pasca persalinan


1. Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat (minimal
2 tahun setelah melahirkan)
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita
4. Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak
dan keluarga

C. Macam-macam metode kontrasepsi pasca persalinan


1. Metode kontrasepsi jangka pendek
a. Suntik
1) 1 bulan
2) 3 bulan\
b. Pil
c. Kondom

2. Metode jangka panjang


a. MOW
b. MOP
c. AKDR
d. IMPLAN
D. Menjelaskan indikasi, kontraindikasi dari setiap metode kontrasepsi
1. Metode kontrasepsi jangka pendek
a. Suntik
1) 3 bulan
a) Indikasi
a. KB suntik diberikan kepada wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka pendek , atau wanita yang telah
mempunyai cukup anak tetapi dia engganatau tidak bisa
untuk dilakukan sterilisasi.
b. Bisa diberikan kepada ibu yang menyusui karena
progesteron tidak mengganggu laktasi.
c. Pada wanita yang medekati menopause, dan karena adanya
larangan menggunakan pil maka KB suntik lebih baik
karena ia tidak mengandung esterogen
b) Kontraindikasi
a. Tumor hati aktif.
b. pemyakit kuning (ikterus).
c. hipertensi (> 160/90 mmHg).
d. kelainan tromboembolik.
e. penayakit kardiovaskuler.
f. perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
g. tummor (massa) payudara.
h. kanker genital.
i. Diabetes.
j. hiperlipidemia kongenital
c) efek samping
a. Siklus haid memanjang atau memendek.
b. Perdarahan banyak ataupun sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur ataupun bercak.
d. Tidak haid sama sekali.
e.
2) 1 bulan
a) Indikasi
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki
anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang
tinggi.
d. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
e. Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Haid teratur.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

b) Kontraindikasi
a. Hamil atau di duga hamil.
b. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d. Penyakit hati akut.
e. Usia > 35 yang merokok.
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan
darah tinggi ( >180/110 mmHg).
g. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala atau migrain.
h. Keganasan pada payudara

c) Efek samping
a. Terjadi perubahan pola haid, seperti pola haid tidak
teratur.
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan,
c. Penambahan berat badan.
d. Efek samping yang serius kemungkinan akan terjadi,
timbulnya tumor hati.
e. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.

b. Pil
1) Indikasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan
pil kb diperbolehkan, seperti:
a) Wanita dalam usia reproduksi.
b) Wanita yang telah atau belum memiliki anak.
c) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
d) Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan
efektifitas tinggi.
e) Wanita pasca keguguran/abortus.
f) Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga
menyebabkan anemia.
g) Wanita dengan siklus haid tidak teratur.

2) Kontraindikasi
a) Hamil atau di curigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam
d) Penyakit hati akut
e) Perokok dengan usia >35 tahun
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah tinggi.
g) Riwayat kencing manis >20 tahun
h) Kanker payudara
i) Migrain
3) Efek samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil KB ini
antara lain:
a) Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
b) Kembung.
c) Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan
pertama).
d) Pusing.
e) Amenorea.
f) Nyeri payudara.

c. Kondom
Manfaat menggunakan alat kontrasepsi kondom
1) Efektif bila digunakan secara benar
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak mengganggu kesehatan klien
4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
5) Murah dan dapat dibeli secara umum
6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan secara
khusus.
7) Dapat mencegah penularan IMS

Keterbatasan

1) Efektivitas tidak terlalu tinggi


2) Cara menggunakan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
3) Agak mengganggu hubungan seksual
4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
2. Metode jangka panjang
a. MOW
1) Indikasi
a) Wanita dengan usia > 26 tahun
b) Paritas > 2
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga sesuai dengan
kehendaknya
d) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko yang serius.
e) Pascapersalinan.
f) Pascakeguguran
g) Paham dan secara sukarela setuju dengan tindakan ini.

2) Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil .
b) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e) Belum memberikan persetujuan tertulis.

3) Efek samping
a) Terjadinya infeksi luka
b) Demam pascaoprasi
c) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
d) Perdarahan superfisial

b. MOP
1) Indikasi
a) Dari semua usia reproduksi ( biasanya < 50 tahun)
b) Keyakinan tidak ingin mempunyai anak lagi, dan ingin
menggunakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan
permanen.
c) Yang istrinya mempunyai masalah dengan usia, paritas atau
kesehatan dimana kehamilan dapat menimbulkan risiko.
d) Yang merasa yakin bahwa sudah memiliki jumlah keluarga
yang diinginkannya.
2) Kontraindikasi.
a) Riwayat atau menderita hernia inguinalis.
b) Riwayat bedah skrotum atau testis sebelumnya.
c) Infeksi akut saluran kemih atau genital.
d) Infeksi kulit di tempat insisi atau area pembedahan

c. AKDR
1) Indikasi
a) AKDR diberikan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi efektif yang berjangka panjang tetapi belum
menginginkan atau masih takut menggunakan metode
strelisasi
b) AKDR juga diberikan pada wanita yang tidak mau repot
minum pil setiap hari.
c) AKDR sangat cocok untuk wanita menyususi, karena AKDR
sama sekali tidak mengganggu produksi ASI.
d) AKDR cocok utnuk wanita yang usianya lebih dari 35 tahun.

2) Kontraindikasi
a) AKDR tidak boleh dipasang pada wanita hamil atau ada
kecurigaan hamil karena dapat mengakibatkan keguguran dan
infeksi yang sangat serius.
b) Wanita dengan penyakit radang panggul (PRP) akut atau
berulang, atau mengeluarkan discharge yang perulent tidak
boleh menggunakan AKDR karena akan memperberat
infeksinya.
c) Pada wanita dengan mempunyai riwayat endometritis
postpartum sebaiknya ditunda setelah tiga bulan sebelum
mereka boleh menggunkan AKDR.
d) Adanya perdarahan vaginal yang belum diketahui juga
merupakan kontraindikasi karena AKDR sendiri dapat
menyebabkan perdarahan intermesntrual, sehingga adanya
kelainan yang sebenarnya menjadi sulit dikenal.
e) Wanita yang mempunyai penyakit kanker serviks.
f) Wanita yang mempunyai penyakit mioma, karena mioma
sering menyebabkan distorsi rongga rahim sehingga
pemasangan AKDR tidak bisa tepat pada tempatnya.
g) Wanita yang berisiko tinggi terhadap penyakit menular
seksual (PMS) seperti wanita penghibur dll, sebaiknya tidak
menggunakan AKDR karena kemungkinan terkena PRP
sangat besar.

3) Efek samping
a) Perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama.
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Saat haid lebih sakit

d. IMPLAN
1) Indikasi
a) Implant diberikan kepada wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka panjang, atau wanita yang telah
mempunyai cukup anak tetapi ia enggan untuk menerima
sterilisasi dan enggan menggunakan KB suntik karena harus
suntik tiga bulan.
b) Implant diberikan kepada wanita yang mempunyai
kontraindikasi terhadap estrogen, atau enggan minum pil
setiap hari.
c) Implant juga diberikan kepada ibu yang menyusui yang
menginginkan KB karena progesteron tidak mengganggu
laktasi.
d) Pada wanita yang mendekati menopause, dan karena adanya
larangan menggunakan pil maka implant ataupun KB suntik
dalam hal ini lebih baik karena ia tidak mengandung estrogen

2) kontraindikasi

a) Pemakaian implant antara lain adalah kehamilan , penyakit


hati aktif, tumor hati, penyakit hati (ikterus), hipertensi
(>160)90 mmHg), kelainan tromboebolik, penyakit
kardiovaskuler, perdarahan vagina yang tidak diketahui
sebabnya, tumor (massa) payudara, kanker genital, diabetes
dan hiperlipidemia kongenital.

b) Pada wanita yang sedang dalam pengobatan rifampisin atau


fenitoin, keefektifan implant menurun.

c) Pada wanita yang menderita migran, sakit kepala yang berat,


epilepsi, atau depresi, pemakaiannya harus diawasi dengan
sangat ketat.

d) Pada wanita dengan hipertensi dan diabetes sebenarnya masih


bisa memakai implant tetapi harus dengan pengawasan ketat
bahwa hipertensi dan diabetesnya dapat diatasi.

3) Efek samping
a) Perubahan pola haid , terjadi perdarahan bercak atau
terusmenerus pada 6-9 bulan pertama.
b) Sakit kepala.
c) Perubahan berat badan.
d) Mual, perubahan selera makan, berjerawat.

Anda mungkin juga menyukai