Anda di halaman 1dari 136

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY.

S
28 TAHUN G4P2A1 USIA KEHAMILAN 40 MINGGU
DI BPM BIDAN I

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Kebidanan

Disusun Oleh :

Khairina Sabrina

NIM : P17324214053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2017
ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. S
28 TAHUN G4P2A1 USIA KEHAMILAN 40 MINGGU
DI BPM BIDAN I

Disusun Oleh :

Khairina Sabrina

NIM : P17324214053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2017
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Khairina Sabrina

Tempat/tanggal lahir : Bogor, 12 Juni 1996

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum menikah

Golongan Darah : AB

Nama ayah : Asep Sirojudin

Nama ibu : Indriani

Alamat rumah : Jalan Jentu Swadaya nomor 73 RT/RW 02/01.

Budi Agung, Kelurahan Sukadamai Kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor 16165.

No. Telepon : 081297782243

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Maulana (2000-2002)

2. SDN Sukadamai 3 Bogor (2002-2008)

3. SMPIT Al-Mawaddah 3 Ponorogo (2008-2011)

4. MAN 2 Bogor (2011-2014)

5. Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Kebidanan Bogor (2014-

2017)

iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR


LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2017

Khairina Sabrina
NIM : P17324214053
Asuhan Intranatal Pada Ny. S 28 Tahun G4 P2 A1 Usia Kehamilan 40 Minggu
Di BPM Bidan I

6 bab, 91 halaman, 4 lampiran.


ABSTRAK
Asuhan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh seorang bidan dalam
usahanya untuk kesehatan ibu, bayi, remaja, serta lansia. Dalam fokus
peningkatan kesehatan ibu dan bayi, seorang bidan harus melakukan pelayanan
pada masa ANC, INC, PNC serta BBL secara komprehensif agar terpantau secara
menyeluruh. Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk
mengaplikasikan asuhan kebidanan intranatal di BPM Bd I.
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah
studi kasus. Bentuk pendokumentasiannya adalah SOAP (Subjektif, Objektif,
Analisa dan Penatalaksanaan), teknik pengumpulan data diperoleh melalui
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
Hasil pengkajian pada saat persalinan ibu merasa mulas sejak sore pukul 16.00
WIB, sudah keluar lendir darah, belum keluar air-air. Data objektif didapatkan
keadaan umum baik, hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan
abdomen Tinggi Fundus Uteri (TFU) 33 cm, difundus teraba bokong, sebelah
kanan teraba punggung, sebelah kiri teraba ekstermitas, sudah masuk PAP,
Taksiran Berat Janin (TBJ) 3410 gram, DJJ 148x/menit teratur dengan his 4 kali
dalam 10 menit selama 50 detik, dan hasil pemeriksaan dalam portio tipis lunak,
pembukaan 8 cm, ketuban positif, presentasi kepala, penurunan kepala hodge III,
ubun-ubun kecil kanan depan, moulage 0.
Ny. S mendapatkan asuhan dari persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. Saran
untuk lahan praktik mempertahankan kualitas agar masyarakat tetap mempercayai
kinerja dari bidan dan lebih meniingkatkan mutu pelayanan agar dapat
memberikan asuhan yang lebih baik serta dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan tentang kesehatan ibu dan bayi agar dapat menerapkan setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan standar.

Kepustakaan : 34 (2008-2016)
Kata Kunci : persalinan

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
FINAL REPORT, JUNE 2017

Khairina Sabrina
NIM: P17324214053
Intranatal care at Ny. S 28 years G4P2A1 Pregnancy Age 40 week In BPM
Bidan I
6 chapters, 91 pages, 4 attachments.

ABSTRACT

Midwife care is a service provider provided by a midwife in her efforts for the health
of mothers, babies, young people and the elderly. In support of the improvement of
maternal and infant health, a midwife should provide services in the ANC, INC, PNC
and BBL services to be thoroughly monitored. The purpose of writing this final report
is to apply intranatal obstetric care in BPM Bd I.
The method used in compiling this final report is case study. The form of
documentation is SOAP (Subjective, Objective, Analysis and Management), data
collection techniques obtained through interviews, observation, physical research,
documentation study and literature study.
The results of the evaluation at the time of maternity birth to have stomach acid
after noon is blood glucose, not out of the water. Objektive data obtained good
general condition, physical examination results in normal limit, high abdominal
examination Fundus Uteri (TFU) 33 cm, diffuse diffusions, right palpable back, left
palpable extermitas, PAP, Fetal Weight Estimation (TBJ) 3410 grams, DJJ 148x /
minute regularly with its 4 times in 10 minutes for 50 seconds, and the results in soft
thin section, 8cm opening, positive amniotic, main presentation, Hodge III head
reduction, for right little crown, moulage 0.
New. S be careful about childbirth, childbirth and newborns. Suggestions for
practical practice to maintain quality so that the community continues to trust
midwife performance and further improve the quality of services to provide better
care and can follow the development of mother and infant health care to take care Of
Obstetrics in accordance with the standards.

Literature: 34 (2008-2016)
Keywords: childbirth
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Segala Puji bagi Allah swt dengan rahmat-Nya sempurnalah yang baik,
dengan karunia-Nya turunlah segala kebaikan dan dengan taufik-Nya
tercapailah segala tujuan. Bagi Allah segala puji sepenuh langit dan bumi,
dan sepenuh apa saja yang dikehendaki-Nya karena senantiasa memberi
bimbingan, tuntunan dan kebahagiaan bagi kita semua dalam menjalankan
karya dan bakti kita sebagai mahasiswi, sehingga kita dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Intranatal Pada Ny. S Usia
28 Tahun G4 P2 A1 Usia Kehamilan 40 Minggu di BPM Bd. I”. Adapun
tujuan pembuatan laporan asuhan kebidanan ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan akhir Diploma III
Kebidanan.

Penulis menyadari selama melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir


ini, banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun atas segala
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan asuhan kebidanan ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada:

1. DR. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI Bandung.
2. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, SKp, M.KM, sebagai Ketua Program
Studi Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

3. Bidan Ida Ningsih, SST yang selalu memberikan bimbingan dan


pengetahuan yang bermanfaat.

vii
4. Bu Sri Wahyuni, M. PH sebagai wali tingkat III A.
5. Ina Handayani, M. Keb selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan dan nasehat–nasehat dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
6. Ir Fauzia Djamilus, M.Kes sebagai pembimbing akademik.
7. Ny.S dan keluarga yang telah bekerjasama dengan baik dan bersedia
memberikan informasi untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materi.
9. Rekan-rekan mahasiswa jalur umum tingkat III A, B dan C, sebagai
rekan seperjuangan angkatan XVI, terima kasih atas kebersamaan yang
selalu menyejukkan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis menghaeapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan Laporan Tugas Akhir ini.
Besar harapan penulis, semoga pendokumentasian Laporan Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Bogor, Juni 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ......................................................3
C Tujuan ..........................................................................................................3
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan .........................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Persalinan .....................................................................................................5
B. Nifas ...........................................................................................................21
C. Bayi Baru Lahir ..........................................................................................28
D. Aplikasi manajemen Kebidanan ................................................................38
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS
A. Metode .......................................................................................................49
B. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................51
BAB IV TINJAUAN KASUS ..............................................................................53
BAB V PEMBAHASAN
A. Subjektif .....................................................................................................83
B. Objektif.......................................................................................................85
C. Analisa ........................................................................................................86
D. Penatalaksanaa ...........................................................................................87

ix
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................90
B. Saran ...........................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan……………….. 16


Tabel 2: Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi………………….. 22
Table 3: Lokia pada postpartum……………………………………………… 23
Tabel 4: Metode penyimpanan ASI………………………………………….. 32
Table 5: Pembagian Ikterus Menurut Metode Kremer………………………. 36
Table 6: Imunisasi Dasar.................................................................................. 37

xi
DAFTAR GAMBAR

Gerakan-gerakan utama pada persalinan ………………………………………………………. 19

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: SAP Tanda Bahaya Nifas dan Perawatan Tali Pusat

Lampiran 2: SAP Perawatan Tali Pusat

Lampiran 3: SAP Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Lampiran 4: SAP Macam-macam Metode Kontrasepsi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan
yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan
kematian.1
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2013 Angka
Kematian Ibu (AKI) di dunia 210 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di negara
berkembang 230 per 100.000 kelahiran hidup. Asia Tenggara 140 per 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indnesia
(SDKI) tahun 2012, AKI yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.2 Upaya untuk menurunkan
AKI tersebut adalah dengan deteksi dini.
Deteksi dini adalah tindakan untuk mengetahui seawal mungkin adanya
komplikasi, kelainan dan penyulit baik saat hamil, bersalin maupun nifas.
Manfat deteksi dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut atau
meminimalkan risiko terjadinya komplikasi pada kehamilan, bersalin hingga
nifas. Kematian ibu juga dapat diakibatkan oleh beberapa faktor resiko
keterlambatan yaitu terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat
mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan
dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan.
Asuhan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh seorang bidan
dalam usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan serta kualitas kesehatan
ibu, bayi, remaja, serta lansia. Dalam fokus peningkatan kesejahteraan ibu dan
bayi, seorang bidan harus melakukan pelayanan pada masa ANC, INC, PNC
serta BBL secara komprehensif agar terpantau secara menyeluruh serta dapat

1
2

terlaksananya pencegahan maupun penanganan dari hasil deteksi dini yang


dilakukan, terutama pada masa kehamilan.1
Sebagai lanjutan dari asuhan kehamilan adalah asuhan persalinan. Dasar
asuhan persalinan adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan
setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia pada bayi baru lahir. Tujuan asuhan
persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal.3,1
Setelah asuhan persalinan adalah asuhan masa nifas (puerperium). Masa
nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebekum hamil. Masa nifas dimulai sejak
2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu. Bidan memiliki
peran yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.4
Masa post partum membutuhkan perawatan karena merupakan masa yang
kritis bagi ibu dan bayinya. Untuk mencegah timbulnya infeksi atau
komplikasi pada masa nifas terutama tentang masalah pemberian ASI.
Selanjutnya tentang persiapan keluarga berencana. Keluarga berencana
adalah salah satu usahan untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi
nasihat perkawinan, dan penjarangan kehamilan.5,6
Berdasarkan data di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Bidan I pada tanggal 10
April 2017 sampai dengan 20 Mei 2017 terdapat 78% ibu yang bersalin di
BPM Bidan I dari 32 orang yang taksiran persalinannya pada bulan tersebut
dan terdapat 1 ibu yang di rujuk.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menerapkan
asuhan kebidanan dari persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada “Ny. S usia
28 tahun G4P2A1 usia kehamilan 40 minggu di BPM Bd. I”.
3

B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah


Bagaimana melakukan asuhan kebidanan pada Ny. S pada intrapartum
secara komprehensif sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan laporan kasus ini adalah agar dapat memahami dan mampu
melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada Ny. S usia
28 tahun G4P2A1 usia kehamilan 40 minggu di BPM bd. I.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya data subjektif pada Ny. S
b. Diperolehnya data objektif melalui pemeriksaan fisik pada Ny. S
c. Ditegakkan analisa pada Ny. S
d. Dibuat penatalaksanaan asuhan sesuai dengan manajemen kebidanan
untuk memenuhi kebutuhan klien dan penatalaksanaan tindakan-
tindakan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang diberikan
serta mengevaluasi hasil dari asuhan tersebut.
e. Diketahuinya faktor penghambat dan faktor pendukung dalam asuhan
kebidanan intranatal pada Ny. S 28 tahun di BPM Bidan I.
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1. Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan di BPM
Bd. IN terhadap memberikan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai
standar.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Memberikan rasa nyaman kepada ibu dan keluarga serta mendapatkan
asuhan kebidanan yang berkesinambungan pada masa persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir.
4

3. Bagi Profesi Bidan


Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu
untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif sesuai standar secara
pendokumentasian.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Persalinan

1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
terjadinya serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat
melahirkan janinya melalui jalan lahir.8
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.9
2. Tanda-tanda Persalinan
Tanda persalinan meliputi terjadi lightening, terjadi his permulaan,
terjadi his persalinan, pengeluaran lendir dan darah, dan pengeluaran
cairan ketuban.9
Tanda-tanda persalinan yaitu adanya kontraksi rahim, keluarnya
lendir bercampur darah, keluarnya air-air (ketuban) dan pembukaan
servik.12
Jadi tanda-tanda persalinan yaitu:
a. Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan oleh:
1) Kontraksi Braxton hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin dengan kepala kearah bawah.9

5
6

Masuknya kepala janin ke pintu atas panggul dirasakan ibu


hamil sebagai berikut:
1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang
2) Di bagian bawah terasa sesak
3) Terjadi kesulitan saat berjalan
4) Sering miksi.
Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan
antara power, passage, dan passenger. Pada multipara gambarannya
tidak jelas, karena masuknya kepala janin kedalam panggul terjadi
bersamaan dengan proses persalinan.10
b. His permulaan (his palsu)
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks.
Kontraksi ini dapat dianggap sebagai keluhan karena dirasakan
sakit dan menganggu. Kontraksi ini terjadi karena perubahan
keseimbangan esterogen, progesteron, dan memberikan
kesempatan rangsangan oksitosin seiring dengan usia kehamilan.
Pengeluaran esterogen dan progesteron makin berkurang sehingga
oksitosin dapat memicu kontraksi yang lebih sering, sebagai his
permulaan. His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu.9
His palsu dengan ciri- ciri sebagai berikut:
1) Tidak ada perubahan pada servik
2) Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri satu dengan
yang lain
3) Tidak ada perubahan waktu dan kekuatan kontraksi
4) Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan
5) Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
6) Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus
dengan intensitas rasa nyeri
7) Tidak ada lendir darah
8) Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
9) Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi.11
7

c. His persalinan
Sifat his pesalinan meliputi:
1) Serviks menipis dan membuka
2) Rasa nyeri dan interval teratur
3) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
4) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
5) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan
6) Dengan berjalan bertambah intensitas
7) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan
intensitas nyeri
8) Lendir darah sering tampak
9) Ada penurunan bagian kepala janin
10) Kepala janin sudah terfikasi di PAP diantara kontraksi
11) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses
persalinan sesungguhnya.10
d. Adanya Kontraksi rahim
Adanya kontraksi rahim Secara umum, tanda awal bahwa ibu
hamil akan melahirkan adalah mengencangnya rahim atau dikenal
dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, teratur dan
involuter. Umumnya kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut
lahir untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam
plasenta.12
Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu:
1) Increment : ketika intensitas terbentuk
2) Acme : puncak atau maximum
3) Decement : ketika otot relaksasi.12
Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara
teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Perut akan
mengalami kontraksi dan relaksasi. Diakhir kehamilan proses
kontraksi akan lebih sering terjadi. Mulanya kontraksi seperti sakit
pada punggung bawah perut mirip dengan mules saat haid.
8

Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas
dekat saluran telur ke seluruh rahim, kontraksi rahim terus
berlangsung sampai bayi lahir.12
Kontraksi uterus memiliki periode relaksasi yang memiliki fungsi
penting untuk mengistirahatkan otot uterus, memberikan
kesempatan istirahat bagi wanita dan mempertahankan
kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus menyebabkan
kontraksi pembuluh darah plasenta. Ketika otot uterus berelaksasi
diantara kontraksi, uterus terasa lembut dan mudah ditekan karena
uterus berkontraksi, ototnya menjadi keras dan keseluruhan uterus
terlihat naik ke atas pada abdomen sampai ketinggian yang
tertinggi. Setiap kali otot berkontraksi, rongga uterus menjadi lebih
kecil dan bagian presentasi atau kantung amnion didorong kebawah
ke dalam serviks. Serviks pertama-tama menipis, mendatar,
kemudian terbuka, dan otot pada fundus menjadi lebih tebal.12
Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan wanita tersebut. Kontraksi pada persalinan aktif
berlangsung dari 45 – 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.
Pada persalinan awal, kontraksi mungkin hanya berlangsung 15 –
20 detik.
e. Pengeluaran lendir dan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan perubahan pada
serviks yang menyebabkan pendataran dan pembukaan, pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas,
dan terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.9
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim,
sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga
menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan
bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang
membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim
9

menjadi lunak dan terbuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai


bloody slim.12
f. Pengeluaran cairan ketuban
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air
ketuban. Selama Sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang
dalam cairan amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup
banyak, berasal dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang
makin sering terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu sampai
pada saat persalinan. Kebocoran cairan amniotik bervariasi dari
yang mengalir deras sampai yang menetes sedikit demi sedikit.
Tidak ada rasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan
aliranya tergantung pada ukuran dan kemungkinan kepala bayi
telah memasuki rongga panggul ataupun belum. Normalnya air
ketuban ialah cairan yang bersih, jernih dan tidak berbau.12
g. Pembukaan servik
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama aktivitas
uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan
kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat.
Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang
berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan melakukan
pemeriksaan untuk menentukan pematangan, penipisan dan
pembukaan leher rahim.12
3. Fase-Fase Pada Persalinan
Pada persalinan normal, terdapat beberapa fase:
a. Kala I.
Kala I persalinan dimuali sejak terjadinya kontraski uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
10

Kala I dibagi menjadi:


1) Fase Laten: Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan seviks secara bertahap, pembukaan
serviks 1 cm hingga 3 cm, biasanya berlangsung sekitar 8 jam.
2) Fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi uterus umunya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih) servik membuka dari 4
cm hingga 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm lebih per
jam hingga pembukaan lengkap,terjadi penurunan bagian
terbawah janin fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
2. Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
3. Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif
dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.13
b. Kala II
Persalinan Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Diagnose persalinan kala II dapat ditegakkan
atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukan pembukaan
servik telah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada interoitus
vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-
6 cm.13
c. Kala III
Kala III yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Pelepasan plasenta terjadi karena adanya kontraksi, yang dimulai
kembali setelah berhenti sesaat menyusul kelahiran bayi. Setelah
11

bayi lahir, kontraksi berikutnya akan menyusul setiap 4-5 menit


hingga plasenta lepas dan keluar.1
d. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan 1-2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda vital,
kandung kemih, perdarahan, dan kontraksi uterus sampai uterus
kembali dalam bentuk normal.14
4. Tanda-tanda Persalinan
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/ atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol
d. Vuva dan sfingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
f. Kontraksi uterus terjadi dengan interval yang teratur. Mula-mula
timbul setiap 20 atau 30 menit, semakin lama semakin sering.
Dengan demikian lanjutnya persalinan maka kontraksi menjadi
tambah kuat dan tambah lama.
g. Keluarnya lendir bercampur darah (blood show).
h. Kontraksi uterus dirasakan nyeri
i. Nyeri dirasakan di bagian belakang maupun di bagian depan
j. Persalinan sungguhan secara efektif menyebabkan pembukaan
Serviks
k. Seringkali mengakibatkan penonjolan ketuban.15
5. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligament.12
12

1) His (kontraksi uterus)


His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding
uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi
memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat
dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah
tersebut. Pada waktu berkontraksi, otot-otot Rahim menguncup
sehingga mejadi menebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion
kea rah segmen bawah Rahim dan servik. Perubahan-
perubahan akibat his:
a) Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras atau padat
karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan
tekanan intrauteri naik serta menyebabkan servik menjadi
mendatar (affecement) dan tebuka (dilatasi).
b) Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia Rahim dan kontraksi
uterus. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
c) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenta
kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin
melambat kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis, jika benar-benar terjadi hipoksia janin yang agak
lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjaid gawat
janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 per
menit tidak teratur.12
2) Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang
sangat menentukan, yaitu passenger (janin), passage (jalan
lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan
lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam
kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti
lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik
13

akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan


mendorong bayi cepat keluar.
b. Passage (jalan lahir)
Passege atau jalan lahir terdiri dari :
1) Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum atau
promontorium, dan os coccygis).
2) Jalan lahir lunak : yang berperan dalam persalinan adalah
segmen bahwa rahim, servik uteri dan vagina, juga otot-otot,
jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat urogenital.
c. Passenger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan
passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah
kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar,
90% bayi dilahirkan dengan letak kepala. Kelainan-kelainan yang
sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran
dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak
dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun
letak sungsang.13
6. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah serangkaian perubahan posisi dari
bagian presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau
akomodasi bagian kepala janin terhadap jalan lahir.
Gerakan-Gerakan Janin:
a. Turunnya Kepala
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primi
gravida sudah terjadii bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada
multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan
sutura sagittalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Sutura
sagitalis dalam diameter anteroposterior dari pintu atas panggul,
14

maka masuknya kepala tentu lebih sukar, karena menempati


ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sutura sagittalis
berada di tengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara simphibis
dan promontorium, maka dikatakan kepala dalam atau
synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagittalis agak kedepan mendekati simpisis
atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka kita hadapi
asynclitismus. Asynclitismus posterior adalah kalau sutura
sagittalis mendekati simpibis dan os parietale belakang lebih
rendah dari os parietale depan yang disebut dengan asynclitismus
anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os paritale depan lebih rendah dari os parietale belakang.
Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus
posterior yang ringan.
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.
Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala
dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain ialah Fleksi, putaran paksi-dalam, dan extensi yang
menyebabkan majunya kepala ialah:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk Rahim.
15

Bidang bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai


di manakah bagian terendah janin turun dalam panggul dalam
persalinan.

1) Bidang Hodge I
Ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul.
2) Bidang Hodge II
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
3) Bidang Hodge III
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hogde I dan Bidang
Hodge II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.Pada
rujukan lain, Bidang Hodge III ini disebut juga bidang O.
Kepala yang berada 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
4) Bidang Hodge IV
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan , III,
terletak setinggi os koksigis.
16

Table 2.1 Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan.

Periksa luar Periksa Keterangan


dalam

⃝ = 5/5
Kepala di atas
PAP, mudah
digerakkan

⃝ = 4/5 H I - II
Sulit
digerakkan,
bagian terbesar
kepala belum
masuk panggul.

⃝ = 3/5
Bagian terbesar
H II - III kepala belum
masuk panggul

⃝ = 2/5
H III +
Bagian terbesar
kepala sudah
masuk panggul

⃝ = 1/5
H III -
IV
Kepala di dasar
panggul

⃝ = 0/5
H IV Di Perineum

b. Fleksi
Fleksi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak,
tekanan kebawah pada aksis janin akan lebih mendesak oksiput
daripada sinsiput.
17

Efeknya adalah meningkatnya fleksi, menyebabkan diameter


presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan lebih
mudah. Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah
hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter suboccipito
bregmatica (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul,
cervix, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan
ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan
fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
c. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang
kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan ke bawah simpisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah
dan pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapin selalu
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum
kepala sampai ke Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala
sampai di dasar panggul.Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah dari kepala
18

2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling


sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara m. Levator ani kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
d. Extensi
Setelah crowning terjadi, kepala janin dapat mengalami
ekstensi, bertumpu pada region suboksipital di sekitar tulang pubik,
gerakan ini melepaskan sinsiput, wajah, dagu, menyapu perineum
dan kemudian lahir dengan gerakan ekstensi. Setelah putaran paksi
selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah extensi atau
defleksi dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus
mengadakan extensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi extensi,
kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada
kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah
dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya
ke atas. Resultantenya ialah kekuatan ke arah depan atas.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah simpisis maka
yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang
berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan
akhirnya dagu dengan gerakan extensi.Subocciput yang menjadi
pusat pemutaran disebut Hypomochlion.
e. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran
restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar). Selanjutnya putaran
19

dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber


ischiadicum sefihak (di sisi kiri).
Gerakan yang terjadi ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter
bisacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari
pintu bawah panggul.
f. Restitusi
Terpilihnya leher janin yang terjadi akibat rotasi internal, saat
ini diperbaiki dengan sedikit gerakan melepas pilinan
tersebut.Oksiput bergerak 1/8 lingkaran kearah samping tempat
pilinan tersebut di mulai.
g. Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis
dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan jalan lahir.

Gambar 2.1 Gerakan-gerakan utama pada persalinan


20

Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang sudah optimum


itu dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen akibat ibu
melakukan kontraksi diafragma dan otot-otot dinding abdomen yang
akan lebih efisien jika badan ibu dalam keadaan fleksi dan glottis
tertutup. Dagu ibu di dada, badan fleksi dan kedua tangan menarik
paha sampai lutut. Dengan demikian, kepala/bokong janin didorong
membuka diafragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan
his tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran kala uri.3
Ketuban pecah secara spontan paling sering terjadi sewaktu-
waktu pada persalinan aktif. Pecah ketuban secara khas tampak jelas
sebagai semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh,
hampir tidak berwarna dengan jumlah yang bervariasi.3
7. Laserasi Perineum
a. Pengertian
Persalinan sering kali menyebabkan perlukaan jalan lahir. Luka
yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yang
luas dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan
pemeriksaaan vulva dan perineum.15
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi
lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat.14
b. Derajat rupture perineum spontan
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu
sebagai berikut:
1) Derajat I: luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina,
komisura posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik.
2) Derajat II: robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
21

perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan laserasi


perineum
3) Derajat III: robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum hingga otot
sfingter ani.
4) Derajat IV: robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
sfingter ani sampai ke dinding depan rektum. Penolong asuhan
persalinan normal tidak dibekali keterampilan untuk reparasi
laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke
fasilitas rujukan.
B. Masa Nifas
1. Definisi
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
Rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ.16
2. Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa nifas alat-alat interna maupun eksterna berangsur-
angsur kembali ke keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat
genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai
berikut:
a. Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta, sehingga
menyebabkan serat otot atrofi.
22

2) Atrofi Jaringan
Atrofi Jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
ekstrogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
lebih panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebih lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon ekstrogen dan
progesteron.
4) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.4

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum


hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi17


Involusi Berat Uterus Tinggi Fundus Uterus
Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat
Uri lahir 750 gram 2 jari dibawah pusat
1 minggu 500 gram Pertengahan pusat dan
simfisis
2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas
simfisis
6 minggu 50 gram Bertambah kecil
8 minggu 30 gram Sebesar normal

b. Lokia
Lokia adalah eksresi cairan cairan Rahim selama masa nifas
dan mempunyai reaksi basa/ alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
23

vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak


terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta,
serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat
sebagai berikut:
Table 2.3 Lokia pada postpartum
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua,
kehitaman verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa meconium dan
sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur
bercampur lendir
merah
Serosa 7-14 Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan
hari kecoklatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit.
Alba >14 Putih Mengandung leukosit,
hari selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.

c. Vagina dan Perineum


Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta penegangan, setelah beberapa hari setelah
persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae
timbul kembali pada minggu ke tiga.ukuran vagina akan selalu
lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan perineum pasca persalinan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Meskipun demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina.6

3. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah
persalinan. Ibu harus mendapatkan nutrisi yang lengkap dengan
24

tambahan kalori sejak sebelum hamil yang akan mempercepat


pemulihan kesehatan dan kekuatan, meningkatkan kualitas dan
kuantitas ASI, serta mencegah terjadinya infeksi. Ibu nifas
memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi,
mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI
ekslusif. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas
selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.6
Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan
pemulihan kesehatan ibu. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1) Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya
2) Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas.
3) Batasi makanan yang berbau keras.
4) Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi
ASI, misalnya sayuran hijau.

Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-


60% karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat, antara lain nasi,
kentang, roti, ubi, jagung dan berbagai makanan yang berasal dari
tepung. Kebutuhan lemak sebesar 25-35% dari total makanan.
Bahan makanan sumber lemak adalah keju, susu, santan, mentega,
dan margarin. Fungsi lemak untuk ibu menyusui sebagai daya
tahan tubuh.6

Kebutuhan protein sekitar 10-15% fungsi protein untuk


membentuk jaringan baru dan memproduksi air susu. Pada wanita
dewasa, kebutuhan seharinya 51 gram, sedangkan pada ibu
menyusui perlu tambahan 16 gram pada 6 bulan pertama,
selanjutnya 12 gram. 6

Makanan sumber protein seperti tempe, tahu, kacang-kacangan,


daging, telur, hati, dan ikan. Mineral yang paling utama adalah zat
25

besi, sedangkan vitamin yang paling utama adalah vitamin C untuk


mencegah anemia, serat untuk membantu eksresi dan
meningkatkan tonus otot serta cairan yang cukup. Kebutuhan
cairan ibu menyusui minimal 2 liter sehari. 6
b. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada
kontraindikasi. Sebaiknya ibu nifas turun dari tempat tidur sedini
mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi
kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi, thrombosis vena
puerperalis, dan emboli pulmonal. 6
Ibu harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di
tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena
pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali
bangun setelah melahirkan. 6
c. Eliminasi
Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama. Anjurkan ibu
untuk minum banyak cairan dan ambulasi. 6
d. Higiene
Sering membersihkan daerah perineum akan meningkatkan
kenyamanan dan mencegah infeksi. Membersihkan daerah
perineum dari arah depan ke belakang dan membersihkan daerah
anusnya terakhir. Penggantian pembalut harus sering dilakukan,
setidaknya setelah membersihkan perineum atau setelah berkemih
atau defekasi. Payudara juga harus diperhatikan kebersihanya. Pada
masa postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk
itu, menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungannya. 6
e. Istirahat
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Menyerankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
26

beristirahat pada saat bayi tidur. Kurang istirahat akan


mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, yaitu:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.17
4. Kunjungan Nifas
a. Waktu Kunjungan Nifas
1) Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan).
Tujuan :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia
uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan terjadi.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Memberi hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
g) Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya
membubuhkan sesuatu pada tali pusat.
h) Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu
melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.18
27

2) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan).


Tujuan :
a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada
bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal
berkaitan dengan asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.19
3) Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan)
Tujuan :
Sama seperti kunjungan kedua
4) Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan :
a) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit yang dialami ibu
atau bayi.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
c) Menganjurkan/ mengajak ibu membawa bayinya ke
posyandu atau puskesmas untuk ditimbang dan
19
imunisasi.
5. Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan suatu upaya meningkatkan
kepedulian dan peran serta masyarakat, melalui Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.19
28

Tujuan dari KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai kekuatan


sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak,
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya yang dilakukan dalam
pelayanan kontrasepsi dapat bersifat sementara maupun bersifat
permanen.
C. Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram.20
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
a. Berat Badan 2.500-4.000 gram.
b. Panjang badan 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
f. Pernafasan 40-60 x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan yang
cukup.
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
j. Refleks sucking (hisap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
k. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah baik.
l. Refleks graps (menggenggam) sudah baik.
m. Genitalia Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
29

n. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam


24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.21
3. Manajemen Bayi Baru Lahir
a. Perawatan Tali Pusat
1) Lipat popok di bawah punting tali pusat
2) Jika puntungnya kotor, bersihkan dengan air air matang/ DTT
kemudian keringkan kembali.
3) Warna kemerahan atau timbulnya nanah pada pusar atau
punting.21
b. Profilaksis Mata
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama
pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual
seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian besar konjungtivitis
muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran. Pemberian
antibiotic profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah
terjadinya konjungtivitis. Obat mata perlu diberikan pada jam
pertama setelah persalinan.3,18
c. Pemberian Vitamin K
Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir untuk mencegah
perdarahan karena defisiensi vitamin K.21
d. Pengukuran Berat dan Panjang Badan Lahir
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnnya dan
panjang badan lahirnya.
e. Memandikan Bayi
Memandikan bayi meruapaka hal yang paling sering
dilakukan, tetapi masih banyak kebiasaan yang salah dalama
memandikan bayi, seperti memandikan bayi segera setelah bayi
lahir yang dapat mengakibatkan hipotermia. Saat mandi bayi
berada dalam keadaan telanjang dan basah sehingga mudah
kehilangan panas, karena itu, harus dilakukan upaya untuk
30

mengurangi terjadinya kehilangan panas. Suhu ruang saat


memandikan bayi harus hangat dan suhu air yang hangat.
Urutan memandikan bayi yang benar dimulai dari
membersihkan wajah. Mata dibersihkan dengan kapas yang telah
direndam dengan air matang. Lubang hidung dibersihkan
perlahan. Wajah bayi diusap menggunakan waslap yang telah
direndam dengan iar hangat secara perlahan. Setelah wajah
dibersihkan, bukalah baju bayi bersihkan alat kelamin dan bokong
bayi dengan kapas basah. Setelah selesai, bayi dapat dimasukkan
ke bak air hangat.3
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak
mencapai payudara. Banyak orang berfikir untuk mendapatkan ASI
yang pertama kalinya, kita harus membantu bayi dengan memasukkan
puting susu ke mulut bayi atau menyusuinya. Padahal, bayi baru lahir
belum siap menyusu sehingga jika ibu menyusui saat pertama kali
kadang bayi hanya melihat dan menjilat puting susu, bahkan menolak
tindakan yang mengganggunya ini.22
Setelah dilahirkan bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi bayi
adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh
bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi
kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial.
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang. Manfaat
bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin,
prolactin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara
ibu dan bayi.3
31

5. Tanda bayi cukup ASI


1. Bayi buang air kecil minimal 6 kali dalam sehari dan warnanya
jernih sampai kuning muda.
2. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji.
3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup.
4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusu.
6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi
mulai menyusu.
7. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi
menelan ASI.
8. Bayi bertambah berat badannya.4

6. ASI ekslusif
ASI merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat
mencerna makanan padat. Air susu ibu diproduksi karena pengaruh
hormone prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu
pertama yang keluar disebut kolostrum yang mengandung banyak
immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan
penyakit.4
ASI ekslusif adalah pemberian ASI yang dimulai sejak bayi baru
lahir sampai dengan usia 6 bulan tanpa tambahan makanan dan
minuman seperti susu formula, jeruk, madu, air gula, air putih, air teh,
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.Walaupun pada
kenyataan nya kebanyakan dari ibu yang bekerja bermasalah dengan
kebijakan ini karena hambatan waktu, namun sebagai bidan harus
berupaya untuk memberikan solusi. 24
Komposisi ASI sampai 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi, meskipun tambahan makanan ataupun produk
32

minuman pendamping. Kebijakan ini berdasarkan pada beberapa hasil


penelitian (evidance base) yang menemukan bahwa pemberian
makanan pendamping ASI justru akan menyebabkan pengurangan
kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan cairan ASI,
sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah
tergantikan oleh makanan pendamping.23

ASI dapat disimpan beberapa saat dengan sarat sebagai berikut:

Tabel 2.4 Metode penyimpanan ASI

Metode Penyimpanan Waktu Penyimpanan Maksimal


Suhu kamar/ udara bebas/ terbuka 6-8 jam
Lemari pendingin (40) 24 jam
Lemari pendingin/ pembeku 2 bulan

7. Tahapan ASI:
a. Kolostrum
Merupakan ASI yang diproduksi oleh tubuh beberapa hari
setelah bersalin. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama
sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi yang berwarna
kuning keemasan/jingga yang mengandung nutrisi dengan
konsentrasi tinggi. Lebih banyak mengandung antibodi yang
disebut immunoglobulin (kelompok protein yang memberikan
kekebalan tubuh terhadap penyakit). Immunoglobulin dalam
kolostrum ada tiga macam, yaitu IgA (Immunoglobulin A), IgG
(Immunoglobulin G), dan IgM (Immunoglobulin M). diantara
ketiga immunoglobulin, IgA adalah yang konsentrasinya tertinggi.
IgA inilah yang menlindungi bayi dari serangan kuman di daerah
membrane mucus tenggorokan, paru-paru, juga melindungi system
pencernaan bayi, termasuk usus. Selain antibodi kolostrum juga
kaya leukosit (sel darah putih yang bertugas menghancurkan
bakteri jahat dan virus).24
33

b. ASI Masa Peralihan Transisi


Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI
mature. Dari hari keempat sampai kesepuluh dari masa laktasi.
Kolostrum berubah menjadi ASI transisi sekitar 4-6 hari setelah
kelahiran bayi. Selama proses transisi ini, kandungan antibody
dalam ASI menurun dan volume ASI meningkat drastis. ASI
transisi mengandung lemak yang tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan, perkembangan otak, mengatur kadar gula darah, dan
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.4, 25
c. ASI Mature
ASI transisi kemudian berubah menjadi ASI matang sekitar 10
hari sampai 2 minggu setelah kelahiran bayi. ASI matang memiliki
kandungan natrium, potasium, protein, dan mineral yang lebih
rendah. Sedangkan, kandungan lemak dan laktosanya lebih tinggi
daripada kolostrum.25

Alasan mengapa pemberian ASI harus diberikan selama 6 bulan


adalah:

1. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk


menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan.
2. Bayi di bawah umur 6 bulan belum mempunyai enzim
pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna
makanan dengan baik, karena ginjal bayi yang masih muda
belum mampu bekerja dengan baik.
3. Makanan tambahan seperti susu sapi biasanya mengandung
banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjalnya
yang belum sempurna pada bayi.
4. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang
berbahaya bagi bayi, misalnya zat pewarna dan zat pengawet.
5. Makanan tambahan bagi bayi yang muda mungkin
menimbulkan alergi.
34

8. Kandungan ASI
a. Air
Bayi yang minum ASI tidak perlu menerima tambahan air putih
atau sejenisnya. Kolostrum yang jumlahnya hanya beberapa tetes
cukup untuk menjaga bayi tetap terhidrasi dengan baik.
Menambahkan cairan lain, seperti air putih, air gula, susu formula,
dan cairan selain ASI tidak boleh dilakukan pada bayi baru lahir.
b. Protein
Kualitas dan kuantitas protein dalam ASI berbeda dengan susu
mamalia lain. ASI mengandung whey protein dan casein. Casein
adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein
yang membantu makanan menjadi mudah dicerna oleh usus bayi.
Rasio whey-casein yang tinggi pada ASI membantu pencernaan
bayi dengan pembentukan hasil akhir pencernaan yang lebih
lembut.25
Beberapa asam amino dan nukleotida yang berperan pada
perkembangan jaringan otak, saraf, kematangan usus, penyerapan
besi, dan daya tahan tubuh berada dalam jumlah yang lebih besar
dibanding dalam susu formula. Konsentrasi protein dalam ASI
adalah 0,9 gram/ 100 ml, lebih rendah kadarnya dari susu mamalia
lain.25
Kandungan protein yang tinggi dalam susu mamalia lain dapat
membebani ginjal bayi yang belum matang. ASI mengandung
kasein yang lebih rendah sehingga jauh lebih mudah dicerna
dibanding susu mamalia lain. ASI mengandung alfa-laktalbumin,
sedangkan susu sapi mengandung beta-laktoglobulin yang dapat
membuat tubuh bayi sulit menerima susu sapi tersebut. Susu
formula tidak dapat menyamai laktoferin, yaitu kandungan protein
dalam ASI yang berperan melindungi bayi dari infeksi saluran
cerna. 25
35

c. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang merupakan
komponen utama ASI. Laktosa memenuhi 40-45% kebutuhan
energi bayi. ASI mengandung 7 gram laktosa per 100 ml, jauh
lebih tinggi dari susu lain dan merupakan sumber energi yang
utama dan paling penting.25
d. Lemak dan DHA/ARA
ASI mengandung 3,5 gram lemak per 100 ml. lemak sangat
dibutuhkan sebagai sumber energy, dan sebanyak 50% kebutuhan
energy bayi diperoleh dari lemak ASI. Kandungan lemak ASI
meningkat bertahap dalam setiap sesi menyusui. Lemak ASI
mengandung DHA (docosahexaenoic acid) dan ARA (arachidonic
acid). Kedua asam lemak ini sangat penting untuk perkembangan
syaraf dan visual bayi/anak.25
e. Vitamin
ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. Kadar
vitamin D dalam ASI cukup rendah sehingga bayi juga
memerlukan paparan sinar matahari pagi. 25
f. Mineral
Kandungan mineral dalam ASI cukup rendah karena ginjal bayi
masih berkembang. Kalisum dalam ASI dapat terserap tubuh lebih
efektif diabnding susu formula. Kandungan zat besi dalam ASI
juga dapat terserap lebih efektif dibanding susu formula karena
ASI mengandung vitamin C yang tinggi. Bayi dapat menyerap
hingga 60% zat besi dalam ASI, sementara bila mengonsumsi susu
formula hanya 4% zat besi yang diserap tubuh bayi. 25
f. Enzim
ASI mengandung 20 enzim aktif. Salah satunya lysozyme yang
berperan sebagai factor antimikroba. ASI mengandung lysozyme
300 kali lebih banyak disbanding susu sapi. Selain lysozyme, ASI
juga mengandung lipase (berperan dalam mencerna lemak dan
36

mengubahnya menjadi energi yang dibutuhkan bayi) dan amilase


(berperan dalam mencerna karbohidrat). 25
9. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
a. Tidak dapat menyusu
b. Kejang
c. Mengantuk atau tidak sadar
d. Napas cepat (>60 per menit)
e. Merintih
f. Retraksi dinding dada bawah
g. Sianosis sentral.15
10. Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa
yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada
hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh.
Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti
menjadi darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat
kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang mampu
menarik O2 dan udara dan mengeluarkan CO2 melalui paru-paru.
Penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadinya
ikterus yang bersifat fisiologis.21
2.5 Pembagian Ikterus Menurut Metode Kremer
Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan Kada
Bilirubin
Daerah kepala dan 5,0 mg%
I leher
Sampai badan atas 9,0 mg%
II
Sampai badan bawah 11,4 mg%
III hingga tungkai
Sampai daerah lengan, 12,4 mg%
IV kaki bawah, lutut
Sampai daerah telapak 16, 0 mg%
V tangan dan kaki
37

Penanganan kuning pada bayi baru lahir:

a. Meningkatkan asupan ASI


Meningkatkan frekuensi menyusui dan kefektifan bayi
menyusu sangat penting dalam menurunkan kadar bilirubin
bayi karena bayi dapat terpicu untuk mengeluarkan feses
semakin sering yag pada akhirnya mengurangi penyerapan
bilirubin dalam usus bayi.16
b. Melakukan Phototherapi
Ketika kadar bilirubin bayi mencapai nilai yang memerlukan
penanganan agresif maka bayi akan mendapatkan
phototherapy. Bayi ditempat di dalam boks khusus dan
menerima bili-light, ketika bayi hanya mengenakan popok dan
matanya ditutup agar terlindungi dari paparan lampu. 16
11. Imunisasi Dasar
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Interval
Pemberian Minimal

Hepatitis B 0 - 7 Hari 1 -

BCG 1 Bulan 1 -

Polio / IPV 1, 2, 3, 4 Bulan 4 4 Minggu

DPT-Hb-Hib 2, 3, 4 Bulan 3 4 Minggu

Campak 9 Bulan 1 -

Table 2.6 Imunisasi Dasar


a. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi terutama jalur penularan ibu-bayi. (Dwienda, 2014).
Dosis pemberian 0,5 ml atau 1(buah) HB PID, secara intra-
muskulerpada paha bayi.
b. Imunisasi BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette
38

Guerin), strain paris. Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap


tuberkulosis. Vaksin diberikan sebanyak 0.05 ml disuntikkan
secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
c. Imunisasi Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah
dilemahkan.Untuk kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. Cara
pemberian Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu.
d. Imunisasi DPT – hB – Hib
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap
difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b secara simultan. Vaksin harus
disuntikkan secara intramuscular sebanyak 0,5 ml.
e. Vaksin Campak
Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Cara
pemberian disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas
sebanyak 0,5 ml. tidak diberikan pada individu yang mengidap
penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
D. Aplikasi Manajemen Kebidanan
1. INC
a. Kala I
1) Data Subjektif
Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat dari
keluhan pasien adalah kapan mulai terasa kencang-kencang
diperut atau terasa mulas, bagaimana intensitas
frekuensinya pada saat berbaring dibandingkan saat
berkeliling, apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang
berbeda dari air kemih, apakah ada pengeluaran lendir yang
39

disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan


kesejahteraan serta menanyakan kapan tanggal taksiran
kelahiran ibu untuk menentukan ibu sudah waktunya
melahirkan atau belum, riwayat persalinan sebelumnya,
apakah ada penyulit selama kehamilan, kapan terakhir bab
dan bak. 10
2) Data Objektif
a) Keadaan umum
Data ini didapatkan dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan.12
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan komposmentis sampai dengan koma.
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
d) Mata
Pemeriksaan warna pada konjungtiva dan sclera.
e) Abdomen
Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya terlebih dahulu, kemudian minta ibu untuk
berbaring tetapi jangan biarkan ibu dalam posisi
terlentang lebih dari sepuluh menit dan meminta ibu
untuk menekuk lututnya.
(1) Menentukan Tinggi Fundus Uterus (TFU)
Melakukan pengukuran dilakukan pada saat uterus
sedang tidak berkontraksi. Ukur fundus
menggunakan pita pengukur. Pengukuran dimulai
dari tepi atas simpisis pubis hingga ke puncak
fundus mengikuti linea medialis dinding abdomen.
40

Lebar pita harus menempel pada dinding abdomen


ibu.
(2) Memantau Kontraksi Uterus
Pada saat memantau kontraksi uterus, pemeriksa
dapat menggunakan jarum detik dan letakkan tangan
diatas uterus. Kemudian palpasi jumlah kontraksi
yang terjadi dalam 10 menit dan tentukan durasi atau
lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif,
minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit. Lama
kontraksi 40 detik atau lebih.
(3) Memantau denyut jantung janin
Untuk memantau denyut jantung janin dapat
menggunakan doppler, sedangkan untuk menghitung
jumlah denyut jantung per menit dapat
menggunakan jam tangan. Penilaian DJJ dilakukan
pada sebelum puncak kontraksi.
(4) Menentukan Presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi apakah presentasi
kepala atau bokong dengan cara menganjurkan ibu
untuk menekuk lututnya dan memegang bagian
bawah abdomen (simpisis pubis) untuk menentukan
presentasi janin. Jika bagian terbawah janin dapat
digerakan maka janin belum masuk ke dalam rongga
panggul. Untuk menentukan presentasi perhatikan
bentuk , ukuran serta kepadatannya. Apabila kepala
maka bagiannya berbentuk bulat, keras dan mudah
digerakkan jika belum masuk ronga panggul.
(5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan
menghitung proporsi bagian terbawah janin yang
masih berada di tepi atas simpisis dengan
41

menggunakan lima jari tangan pemeriksa


(perlimaan). Bagian di atas simpisis adalah proporsi
yang belum masuk dan sisanya yang tidak teraba
menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin
telah masuk ke dalam rongga panggul.
f) Genetalia
Melakukan inspeksi pada genetalia eksterna apakah ada
lesi atau massa kemudian nilai cairan dan tentukan
apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam
ataupun meconium dan nilai vagina apakah ada luka
parut yang mengindikasikan adanya riwayat robekan
perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya.
Melakukan pemeriksaan dalam pada dinding vagina
apakah ada bagian yang menyempit atau edema atau
tumor pada jalan lahir, nilai pembukaan dan penipisan
serviks, memeriksa apakah selaput ketuban sudah pecah
atau belum dan pastikan tali pusat atau bagian terkecil
janin tidak teraba pada saat pemeriksaan dalam.
Memeriksa presentasi janin serta penurunannya dan
tentukan apakah bagian tersebut sudah masuk rongga
panggul kemudian membandingkan tingkat penurunan
kepala dengan hasil pemeriksaan dalam dengan hasil
perlimaan.
3) Analisa
4) Penatalaksanaan
a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi
b) Persiapan bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
c) Memberikan asuhan sayang ibu seperti memberikan
dukungan emosional, membantu ibu mengatur posisi.
42

d) Pengurangan rasa sakit dengan cara menghadirkan


seseorang yang dapat memberikan dukungan selama
persalinan, relaksasi pernapasan, istirahat dan privasi,
sentuhan dan masase.
b. Kala II
1) Data Subjektif
Terdapat keluhan tanda gejala kala II pada ibu seperti ibu
merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan meningkatnya tekanan pada
rectum atau vagina dan merasakan peningkatan pengeluaran
lendir darah dari vagina ibu.
2) Data Objektif
a) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang di ukur adalah tekanan darah,
suhu, nadi dan pernapasan setiap 30 menit
b) Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan perlimaan, pemeriksaan DJJ setiap 30
menit, pemeriksaan kontraksi setiap 30 menit dan
pemeriksaan pada kandung kemih ibu
c) Pemeriksaan genetalia
Pemeriksaan tanda gejala kala II seperti perineum
menonjol, vulva membuka serta kemajuan persalinan
meliputi pembukaan dan penipisan serviks, selaput
ketuban apabila selaput ketuban sudah tidak ada maka
periksa karakteristik air ketuban, presentasi dan
penurunan kepala.
d) Pemeriksaan anus
Terdapat penonjolan pada anus
43

3) Analisa
Persalinan Kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
atau kepala janin sudah nampak di depan vulva dengan
diameter 5-6 cm.13
4) Penatalaksanaan
a) Pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada
ibu bahwa ibu dapat melewati proses persalinan
b) Membantu teknik meneran
c) Ikut sertakan keluarga untuk menemani
d) Penuhi kebutuhan hidrasi
e) Memastikan kandung kemih kosong
f) Mengatur posisi ibu
g) Memimpin mengedan
h) Pemantauan denyut jantung janin. 10
c. Kala III
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir
b) Pasein mengatakan bahwa ia merasa mulas
2) Data Objektif
a) Abdomen
Pemeriksaan bentuk dan tinggi uterus, pemeriksaan
adanya janin kedua, pemeriksaan kandung kemih
b) Genetalia
Pemeriksaan adanya tali pusat memanjang di depan
vulva serta terdapat semburan darah secara tiba-tiba. 10
3) Analisa
Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala III yang
dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit beserta kondisi
44

normalnya dan mengkaji adanya diagnosis masalah atau


tidak. 10
4) Penatalaksanaan
a) Berikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya
dalam melahirkan janinya
b) Lakukan manajemen aktif kala III:
(1) Pemberian oksitosin
Oksitosin merangsang uterus untuk berkontraksi
yang juga mempercepat pelepasan plasenta dengan
dosis 10 IU diberikan secara IM di 1/3 atas paha
pasien setelah dipastikannya tidak ada janin kedua
(2) Melakukan PTT
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi
(3) Melakukan masase uteri
Untuk mencegah perdarahan yang berlebihan dan
merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis
cepat terjadinya atonia uteri.
c) Pantau kontraksi uterus
d) Mengecek kelengkapan plasenta
e) Mengecek adanya laserasi
f) Memberi dukungan mental pada pasien
g) Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan
pasien dan pendampingnya
h) Menjaga kenyamanan pasien.10

d. Kala IV
1) Data Subjektif
Ibu merasakan mulas setelah plasenta lahir. 12
45

2) Data Objektif
a) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan. 12
b) Abdomen
Pemeriksaan tinggi fundus yang diperiksa setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan karena pada saat kelahiran
plasenta tinggi funsus uterus berada 1-2 jari dibawah
pusat dan akhirnya hilang pada hari ke 10 kelahiran.
serta pemeriksaan kandung kemih dan pemeriksaan
kontraksi pada uterus. 12
c) Genetalia
Pemeriksaan genetalia dilakukan pemeriksaan
pengeluaran darah untuk menentukan apakah
perdarahan lebih dari 500 cc dan memeriksa vagian
serta perineum ibu apakah ada laserasi yang
12
membutuhkan jahitan.
3) Analisa
Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala IV yang
dimulai setelah lahirnya plasenta beserta kondisi normalnya
dan mengkaji adanya diagnosis masalah atau tidak.10
4) Penatalaksanaan
a) Memeriksan fundus uteri ,tanda-tanda vital, kandung
kemih dan pengeluaran darah setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat maka lakukan masase uterus hingga
uterus teraba keras. Apabila uterus berkontraksi otot
uterus akan mejepit pembulu darah untuk menghentikan
perdarahan.
46

b) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi


c) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang
kering dan bersih
d) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi
e) Mengajarkan ibu dan keluarga masase fundus
f) Mejelaskan tanda bahaya bagi ibu dan bayi.12
2. PNC
a. Data Subjektif
Pada data subjektif ditemukan perubahan ukuran uterus,
berhentinya pengeluaran darah (lochia), pengeluaran ASI,
adanya tanda bahaya pada ibu. 34
b. Data Objektif
1) Keadaan Umum Untuk mengetahui keadaan ibu secara
umum nifas normal biasanya baik. 34
2) Tanda-tanda Vital
a) Suhu Badan Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu
badan akan naik sedikit (37,5oC – 38◦C), normalnya
36,4oC – 37,4oC sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya,
pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium
(mastitis, tractus, genitalis, atau sistem lain). 34
b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah
60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan
biasanya lebih cepat. Setiap denyut nadi yang lebih dari
100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini
meunjukkan adanya kemungkinan infeksi. 34
47

c) Tekanan Darah Tekanan darah biasanya tidak berubah.


Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya
pre eklampsi postpartum normalnya 120/80 mmHg.
d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak
normal maka pernafasan juga akan mingikutinya,
pernapasan normalnya 16-20 x/menit. 34
3) Payudara
Payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol, atau
tidak, pengeluaran kolostrum. 34
4) Abdomen
Memeriksa involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus
pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil serta
kandung kemih karena akan menghambat terjadinya
kontraksi. 34
5) Vagina dan perineum
Untuk mengetahui seberapa banyak pengeluaran darah yang
terjadi dan apakah ada perineum bekas jahitan atau tidak,
juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga
tidak ada, perineumnya bersih atau tidak. 34
c. Analisa
Masa nifas ditegakkan yag terjadi dari 2 jam setelah bayi lahir
hingga selama 6 minggu pasca melahirkan beserta masalah
yang terjadi pada ibu.34
d. Penatalaksanaan
1) Menjaga kebersihan ibu
2) Menganjurkan ibu untuk istirahat
3) Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
48

4) Mengajarkan ibu perawatan tali pusat


5) Menganjurkan ibu untuk senam nifas untuk mengembalikan
otot perut agar kembali normal
6) Melakukan penyuluhan tentang gizi pada masa nifas
7) Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara
8) Melakukan konseling tentang KB secara dini.34
BAB III
METODOLOGI

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, metode yang digunakan adalah metode
studi kasus. Metode yang dilakukan sebagai upaya pendekatan manajemen kebidanan
yaitu salah satu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus dari klien. Studi kasus adalah metode dengan memusatkan diri secara
intensif terhadap suatu objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang bersifat mengumpulkan suatu


peristiwa atau gejala yang saat ini dialami pasien tertuju pada proses pemecahan
masalah melalui manajemen kebidanan yang meliputi tahap pengkajian, interpretasi
data, antisipasi masalah, tindakan segera atau kolaborasi, rencana manajemen,
pelaksanaan dan evaluasi.26

Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam bentuk SOAP.


Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian berdasarkan teori
yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya. Pendokumentasian SOAP terdiri
dari:
A. Subjektif (S)
1. Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh
dari hasil anamnesa (wawancara).
2. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat kb,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup.

49
50

3. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi


pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.12
B. Objektif (O)
1. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil
laboratorium dan hasil tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung analisa. 12
2. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan
umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi. 12
3. Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnose. Data fisiologis, hasil observasi, informasi
kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar-X, rekaman CTG, dan lain-
lain) serta informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan. Apa
yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari
diagnose yang akan ditegakkan.12
C. Analisa (A)
1. Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data
objektif yang didapat. 12
2. Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena
keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif
maupun objektif, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang
dinamik. 12
D. Penatalaksanaan (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan analisa. Untuk perencanaan dan evaluasi dimasukkan dalam
penatalaksanaan.
51

1. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk
mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin. Proses ini
termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai
dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu
mencapai kemajuan dalam kesehatan. 12
2. Implementasi
Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan klien. Bila kondisi klien berubah,
intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. 12
3. Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting
untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang
dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan
tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan. 12

A. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapat keterangan atau informasi secara lisan
dari klien. Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan cara
menanyakan sesuatu kepada klien, berdasarkan apa yang diketahui
tentang suatu fakta, suatu kepercayaan, alasan dan sebagainya. Jadi data
tersebut diperoleh langsung melalui suatu pertemuan atau percakapan.
52

Metode ini dilakukan penulis saat melakukan pengkajian awal untuk


mendapatkan data subjektif.27
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk memperoleh data objektif klien yang sebenarnya, yang
dilakukan secara sistematis dan teliti sehingga didapatkan hasil yang
akurat.28
3. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada klien. Observasi
dilakukan penulis sejak klien datang untuk melahirkan sampai
postpartum 40 hari.29
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, table atau daftar periksa.30
5. Studi Literatur
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah
penelitian yang dipilih, maka penulis perlu banyak membaca buku
literature baik berupa buku teks (teori) maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi, baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang
telah dikemukakan oleh berbagai ahli.30
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 26 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 01.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd. IN
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. S Tn. Y
Umur : 28 tahun 35 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Buruh
Agama : Islam Islam
Suku : Sunda Sunda
Alamat : Cilubang Sabit Cilubang Sabit
2. Keluhan Utama
Mulas sejak sore pukul 16.00 WIB, sudah keluar lendir darah, belum
keluar air-air.
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ini merupakan kehamilan yang keempat, pernah keguguran pada tahun
2013. HPHT 21 Juli 2016 (Taksiran Persalinan 28 April 2017),
gerakan janin aktif, ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke BPM
dan posyandu setiap bulannya. Ibu mengkonsumsi obat yang diberikan
bidan. Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu.

53
54

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan yang Lalu


Tah- Jenis Usia Tempat Jenis Penolong Berat Penyulit
un kela- kehami persalin persalin Badan selama
min lan -an an Lahir kehamilan
dan
persalinan

2008 Laki- Cukup BPM Normal Bidan 2900 g Tidak ada


laki bulan
2013 - Kegugu - - - - -
ran
2014 pere Cukup BPM Normal Bidan 4000 g Tidak ada
mpua bulan
n

5. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga


Ibu dan keluarga tidak memiliki penyakit hipertensi, diabetes, malaria,
HIV/AIDS, ginjal, Asthma dan penyakit menular lainnya. Ibu tidak
memiliki keturunan kembar.
6. Riwayat Biologis-Psikologis-Sosial dan Ekonomi
a. Biologis
Makan terakhir 1 porsi nasi dengan lauk ayam goreng dan sayur
bayam pukul 18.00 WIB, minum terakhir 1 gelas air putih pukul
00.45 WIB. Buang air besar (BAB) terakhir kemarin siang (25-04-
2017) pukul 14.00 WIB serta buang air kecil (BAK) terakhir pukul
23.30 WIB. Ibu tidak bisa tidur karena merasa mulas.
b. Psikologis
Ibu tidak tenang menghadapi proses persalinan.
c. Sosial
Ibu telah menikah selama 11 tahun, dengan status pernikahan
pertama, kehamilan ini tidak direncanakan karena ibu tidak
menggunakan KB selama 1 tahun. Suami dan keluarga senang
dengan kehamilan ini.
d. Ekonomi
55

Ibu dan suami telah mempersiapkan dana persalinan.


B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 120/70 mmHg
2) Nadi : 84x/menit
3) Respirasi : 22x/menit
4) Suhu : 36,4o C
2. Ukuran Antropomentri
a. Berat badan sebelum : 58 kg
hamil
b. Berat badan : 69 kg
c. Tinggi badan : 155 cm
d. Lingkar lengan atas : 24 cm
e. Indeks Masa Tubuh : 24,14 ( penambahan berat badan
(IMT) sesuai IMT = 11,3 – 15,9 ).

3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera
putih.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan thyroid.
c. Abdomen : Tinggi Fundus Uteri 3 jari
dibawah px (33 cm), difundus
teraba bokong, sebelah kanan
teraba punggung, dan sebelah
kiri teraba ekstermitas, sudah
masuk PAP. Taksiran Berat
Janin (TBJ) 3410 gram. Denyut
56

Jantung Janin (DJJ) 148x/menit,


teratur. Kandung kemih kosong.
His: 4 kali dalam 10 menit
selama 50 detik.

d. Ekstremitas
1) Atas : Kuku tidak pucat, teraba hangat.
2) Bawah : Tidak ada oedema, dan varices.
e. Genetalia : Vulva dan vagina tidak ada
kelainan, tidak ada varices,
portio tipis lunak, pembukaan 8
cm, selaput ketuban positif,
presentasi kepala, penurunan
kepala hodge III, ubun-ubun
kecil kanan depan, moulage 0.

f. Anus : Terdapat hemorhoid.

C. Analisa
Ny. S usia 28 tahun G4 P2 A1 usia kehamilan 40 minggu inpartu kala I fase
aktif. Janin tunggal hidup presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2. Memberitahu ibu untuk tetap tenang menghadapi proses persalinan.
3. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang pada saat his.
4. Membantu ibu makan dan minum diantara his sesuai dengan keinginan
ibu, pukul 01.10 minum 1 gelas teh manis hangat.
5. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman, ibu memilih posisi
berbaring miring ke kiri.
6. Meminta keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan memberikan
dukungan pada ibu.
57

7. Memantau kesejahteraan ibu dan bayi.

Cacatan Perkembangan

Pukul 01.40 WIB

A. Data Subjektif
Terdapat pengeluaran air-air dari kemaluan berwarna jernih. Mulesnya
semakin kuat dan lama, ibu sudah ingin mengedan dan buang air besar.
B. Data Objektif

1. Perlimaan 0/5, DJJ: 146x/menit teratur, his 5x dalam 10 menit selama


50 detik. Kandung kemih kosong.

2. Genetalia, terdapat pengeluaran air-air berwarna jernih, portio tidak


teraba, pembukaan lengkap, ketuban negatif, presentasi kepala,
penurunan kepala hodge IV, ubun-ubun kecil depan, molage 0.

C. Analisa
Inpartu kala II janin hidup.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dipimpin
persalinan
2. Menganjurkan ibu untuk tenang dan bersabar dalam menghadapi
proses persalinan.
3. Memberikan minuman sesuai keinginan ibu, minum 20 cc teh manis
4. Membantu ibu memilih posisi persalinan yang nyaman, memilih
posisi Lithotomy
5. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan benar
6. Memimpin persalinan, bayi lahir spontan pukul 01.50 WIB, menangis
kuat, tonus otot baik, jenis kelamin perempuan.
7. Memeriksa janin kedua, tidak ada janin kedua.
58

Cacatan Perkembangan

Pukul 01.50 WIB

A. Data Subjektif

Ibu senang bayinya sudah lahir, ibu merasa mulas.

B. Data Objektif

TFU satu jari di atas pusat, uterus teraba keras dan bundar, tidak ada janin
kedua. Tampak semburan darah tiba-tiba berwarna merah kehitaman, tali
pusat memanjang didepan vulva. Kandung kemih kosong.

C. Analisa
Inpartu kala III

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin, menyuntikan
oksitosin 10 IU di 1/3 paha luar paha atas secara intra muscular pukul
01.51 WIB
2. Menjepit dan memotong tali pusat, pukul 01.52 WIB
3. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, terdapat tanda-tanda
pelepasan plasenta
5. Melahirkan plasenta, Plasenta lahir pukul 02.00 WIB
6. Massage fundus uterus, fundus berkontraksi
7. Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lengkap
8. Memeriksa laserasi jalan lahir, terdapat laserasi pada mukosa vagina,
kulit perineum dan otot perineum
9. Mengajarkan ibu massage fundus uteri, ibu melakukannya dengan
benar.
59

Cacatan Perkembangan

Pukul 02.00 WIB

A. Data Subjektif
Ibu senang ari-arinya sudah lahir, ibu merasa haus.
B. Data Objektif
TFU 2 jari dibawah pusat, uterus globuler teraba keras, kontraksi baik. Di
perineum tampak ada robekan (laserasi) pada mukosa vagina, kulit
perineum, dan otot perineum. kandung kemih kosong.
C. Analisa
Inpartu kala IV dengan laserasi derajat II
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa ada robekan dan akan dilakukan penjahitan
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik di bagian robekan,
Menyuntikkan Lidocain 1% pukul 02.00 WB
3. Melakukan penjahitan secara jelujur pada otot perineum dan secara
putus-putus pada kulit perineum
4. Melakukan pemantauan kala IV, tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
30 menit pada 1 jam kedua.
5. Menilai keberhasilan IMD, Bayi berhasil mencapai puting susu pada
1 jam pertama.
6. Membersihkan ibu dan membantu ibu menggunakan pakaian
7. Meminta suami memberikan makanan dan minuman sesuai keinginan
ibu, ibu makan sepotong roti dan satu gelas teh manis.
8. Merapihkan, mendekontaminasikan dan membersihkan alat dan
bahan.
9. Melakukan pendokumentasian dan melengkapi partograf.
10. Memberikan terapi oral kepada ibu yaitu Amoxicilin sebanyak
1x500mg, parasetamol 1x 500mg, FE 1 tablet.
60

Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 26 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 03.50 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd. IN
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu merasa lelah karena kurang tidur.
2. Konsumsi obat-obatan
Ibu sudah minum parasetamol, amoxicilin dan Fe setelah bersalin.
3. Nutrisi
Sudah minum 1 gelas air putih dan makan 1 potong roti.
4. Eliminasi
Ibu belum BAK dan belum BAB.
5. Istirahat
Ibu belum istirahat sejak melahirkan
6. Riwayat laktasi
Ibu sudah menyusui bayinya sambil berbaring sebanyak 1 kali selama
±5 menit.
7. Budaya dan kepercayaan yang berkaitan dengan masa nifas
Tidak ada budaya dan kepercayaan yang berkaitan dengan masa nifas
8. Dukungan keluarga
Ibu tinggal dengan suami, ibu dan kedua anaknya. Suami dan keluarga
senang atas kelahiran anaknya.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 83x/menit
61

c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,6o C
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih.
5. Payudara : Simetris, bersih, putting susu sebelah
kiri menonjol sedangkan sebelah kanan
mendatar, terdapat pengeluaran
kolostrum.
6. Abdomen : TFU dua jari di bawah pusat, kontraksi
baik.

7. Ekstremitas
a. Atas : Kuku tidak pucat
b. Bawah : Tidak ada oedema.
8. Genetalia : Pengeluaran darah ±30 cc, terdapat luka
jahitan, masih basah.

C. Analisa
P3 A1 Post partum 2 jam dalam keadaan baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan turun dari tempat tidur dan
berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil
3. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB serta tidak
perlu khawatir pada jahitan saat BAK dan BAB, pukul 04.00 WIB
mengantar ibu buang air kecil di kamar mandi.
4. Memberitahu untuk membersihkan daerah kemaluannya dengan air
bersih.
62

Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 26 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 08.50 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd. IN
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
Ibu merasa tenaga sudah pulih, masih sedikit mulas dan darah yang
keluar tidak terasa banyak. Ibu sudah mengonsumsi seporsi bubur dan
dua gelas teh manis hangat pukul 07.00. Ibu sudah BAK 2x dan belum
BAB dan tidak ada keluhan. ibu sudah tidur ± 4 jam setelah melahirkan.
Ibu sudah mobilisasi ringan seperti duduk, berdiri, dan berjalan kecil. Ibu
sudah menyusui bayinya 2x selama ±5 menit.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 78x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,6o C
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera
putih.
5. Payudara : Bersih, putting susu sebelah kiri
menonjol sedangkan sebelah kanan
mendatar, terdapat pengeluaran
kolostrum.
6. Abdomen : TFU dua jari di bawah pusat,
kontraksi baik, kandung kemih
kosong.
63

7. Ekstremitas
a. Atas : Kuku tidak pucat
b. Bawah : Tidak ada oedema.
8. Genetalia : Lochea Rubra ±20cc

C. Analisa
P3 A1 postpartum 6 jam dalam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Mengajarkan kepada ibu teknik Hoffman
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam satu kali.
4. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif untuk bayinya
selama 6 bulan.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada ibu nifas.
6. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah
kemaluannya.
7. Mengingatkan ibu untuk tidak menahan BAB.
8. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada
tanggal 03-05-2017
64

Hari/ Tanggal Pengkajian : Sabtu, 29 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
Ibu masih mengonsumsi tablet penambah darah dan amoxicilin yang
diberikan bidan. Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya nifas
seperti yang pernah dijelaskan. Sehari ibu makan 3x sehari dengan lauk
pauk dan sayuran. Minum ± 8x sehari. Buang air kecil ±5 kali sehari,
Buang air besar 1 kali sehari dan tidak ada keluhan saat BAK maupun
BAB. Ibu mandi 2x sehari, mengganti pembalut 2 kali dalam sehari. Saat
malam hari ibu sering terbangun untuk menyusui bayinya, tidur malam
±7 jam, setiap hari ibu tidur siang ±1 jam. Ibu melakukan pekerjaan
rumah seperti menyapu, dan mencuci piring serta mengurus anaknya
dibantu dengan suami dan ibunya. Ibu menyusui bayinya ±14 kali dalam
sehari lamanya 5-10 menit, dibantu dengan susu formula 2 kali dalam
sehari karena ibu merasa bayinya belum kenyang dan bayinya terus saja
menangis. ASInya banyak, ibu menyusui bayinya menggunakan
payudara sebelah kiri saja, karena puting susu yang sebelah kanan tidak
menonjol.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 76x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,8o C
65

4. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera


putih.
5. Payudara : Bersih, kedua payudara simetris,
tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat retrasi dan nyeri tekan.
Puting susu sebelah kiri menonjol
sedangkan sebelah kanan mendatar,
terdapat pengeluaran kolostrum.
6. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, diastasis
rekti 2/5. kandung kemih kosong.

7. Ekstremitas
a. Atas : Kuku tidak pucat
b. Bawah : Tidak ada oedema.
8. Genetalia : Lochea Rubra ±20cc, luka jahitan
utuh, tidak ada tanda-tanda infeksi.

C. Analisa
P3 A1 postpartum 3 hari dalam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu manfaat ASI
3. Memberitahu ibu tentang tanda bayi cukup ASI
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya di kedua payudara
secara bergantian.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan tanpa memberikan makanan apapun.
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein seperti telur, ikan.
66

7. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut setiap kali terasa


lembab.
8. Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya pada ibu nifas.
9. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah
kemaluannya.
10. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada
tanggal 03-05-2017
67

Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 05 Mei 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd IN
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya nifas seperti yang pernah
dijelaskan. Sehari ibu makan 3x sehari dengan lauk pauk dan sayuran.
Ibu masih mengkonsumsi tablet penambah darah yang diberikan bidan 1
kali dalam sehari. Minum ± 8x sehari, tidak ada keluhan. Buang air kecil
±5 kali sehari, buang air besar 1 kali sehari dan tidak ada keluhan saat
BAK maupun BAB. Ibu mandi 2x sehari, mengganti pembalut 3-4 kali
dalam sehari. Saat malam hari ibu sering terbangun untuk menyusui
bayinya, tidur malam ±7 jam, setiap hari ibu tidur siang ±1 jam, tidak ada
keluhan. Ibu melakukan pekerjaan rumah dibantu dengan suami dan
ibunya. Ibu menyusui bayinya ±15 kali dalam sehari lamanya 10-15
menit ditambah dengan susu formula 1 kali dalam sehari. Ibu sudah
mencoba menyusui bayinya menggunakan payudara yang sebelah kanan
namun masih merasa kesulitan.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 78x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,7o C
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera
putih.
68

5. Payudara : Bersih, putting susu sebelah kiri


menonjol sedangkan sebelah kanan
mendatar, terdapat pengeluaran
ASI.
6. Abdomen : TFU pertengahan pusat dan
sympisis, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.

7. Ekstremitas
a. Atas : Kuku tidak pucat
b. Bawah : Tidak ada oedema, tanda human
negatif
8. Genetalia : Lochea Sanguilenta ±20cc.

C. Analisa
P3 A1 postpartum 1 minggu dalam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan.
3. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya di kedua payudara secara
bergantian.
4. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif tanpa
memberikan susu formula
5. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bayi cukup ASI
6. Mengingatkan kembali kepada ibu manfaat ASI
7. Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya pada ibu nifas.
8. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada
tanggal 10-05-2017
69

Hari/ Tanggal Pengkajian : Selasa, 09 Mei 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd IN
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
Obat yang diberikan bidan sudah habis. Ibu menyusui bayinya ±15 kali
dalam sehari lamanya 10-15 menit, ASI nya banyak, namun ibu masih
memberikan tambahan susu formula 1 kali dalam sehari kepada bayinya
karena bayinya hanya dapat menghisap menggunakan payudara sebelah
kiri saja. Sebelumnya ibu menggunakan KB suntik 3 bulan sekali,
mengeluh berat badannya meningkat karena menggunakan KB suntik.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,7o C
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera
putih.
5. Payudara : Bersih, puting susu sebelah kiri
menonjol sedangkan sebelah kanan
mendatar, terdapat pengeluaran
ASI.
6. Abdomen : TFU sudah tidak teraba, kontraksi
baik, kandung kemih kosong.
70

7. Ekstremitas
a. Atas : Kuku tidak pucat
b. Bawah : Tidak ada oedema
8. Genetalia : Lochea Serosa ±10cc, luka jahitan
utuh.

C. Analisa
P3 A1 postpartum 2 minggu dalam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu tentang berbagai macam alat kontrasepsi
3. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif tanpa
memberikan susu formula
4. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bayi cukup ASI
5. Mengingatkan kembali kepada ibu manfaat ASI
6. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada
tanggal 05-06-2017
71

Hari/ Tanggal Pengkajian : Selasa, 05 Juni 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
Ibu menyusui bayinya ±18 kali dalam sehari lamanya 10-15 menit, ASI
nya banyak, ibu sudah bisa menyusui bayinya menggunakan kedua
payudaranya, tidak ada keluhan. Ibu dan suami ingin menggunakan
kontrasepsi jangka panjang seperti yang sudah dijelaskan kemarin.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 76x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,8o C
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera
putih.
5. Payudara : Bersih, puting susu sebelah kiri
menonjol sedangkan sebelah kanan
mendatar, terdapat pengeluaran
ASI.
6. Abdomen : TFU tidak teraba.

7. Ekstremitas
a. Atas : Kuku tidak pucat
b. Bawah : Tidak ada oedema
8. Genetalia : luka jahitan utuh.
72

C. Analisa
P3 A1 postpartum 40 hari dalam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Melakukan konseling pra kontrasepsi. Menjelaskan kembali cara
kerja kontrasepsi IUD, efek samping, cara pemasangan dan
efektivitas dari kontrasepsi IUD.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap menyusui bayinya
menggunakan ASI saja selama 6 bulan.
73

Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 26 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 02.50 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Ida Ningsih
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. S
Usia : 1 jam
Jenis kelamin : Perempuan
b. Identitas Orang Tua
Nama Ibu/Ayah : Ny. S/ Tn. Y
Usia : 28 tahun/35 tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT/ Buruh
Alamat : Cilubang Sabit
2. Keluhan Utama
By. Ny S sudah disusui 1 kali pada 1 jam pertama setelah lahir. Sudah
BAK 1x dan BAB 1x mekonium.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Respirasi : 44x/menit
d. Laju Jantung : 136 x/menit
e. Suhu : 36,7 º C
2. Pemeriksaan Antropometri
a. Panjang Badan : 49 cm
b. Berat Badan : 3800 gram
74

c. Lingkar Kepala : 33 cm
d. Lingkar Dada : 32 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak terdapat moulage, fontanel
mendatar teraba lembut.

b. Mata : Kanan dan kiri simetris, tidak ada


pus, conjungtiva merah muda,
sclera putih.

c. Hidung : Terdapat septum, lubang simetris,


tidak ada pernafasan cuping
hidung

d. Telinga : Kanan dan kiri simetris, sejajar


dengan ujung mata, tulang rawan
teraba lunak dan cepat kembali
saat dilepas

e. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada


kelainan seperti labioskiziz atau
labiopalatoskizis.

f. Dada : Bentuk normal, kedua putting susu


sejajar, menonjol dan areola
berwarna kecoklatan, tidak ada
retraksi dinding dada, pernafasan
teratur, bunyi jantung teratur

g. Abdomen : Perut sedikit buncit, tali pusat


masih basah, tidak ada perdarahan
sekitar tali pusat dan tidak ada
75

tanda-tanda infeksi.

h. Punggung : Tidak ada benjolan atau cekungan

i. Ekstremitas : Jari lengkap, permukaan kuku


merah muda.

j. Genetalia : Genetalia bersih, labia mayora


sudah menutupi labia minora.

k. Anus : Terdapat lubang anus

l. Kulit : Warna kulit kemerahan

m. Reflex

1) Glabela Positif

2) Graps Positif

3) Palmar Positif

4) Plantar Positif

5) Babinski Positif

6) Morro Positif

C. Analisa
By. Ny. S usia 1 jam neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan salep mata oxytetracycline 1%
3. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntik vitamin K1 di paha
kiri, pukul 03.00 WIB menyuntikkan vitamin K1 di paha kiri bayi
secara intra muscular.
76

4. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir


5. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif untuk bayinya
selama 6 bulan dan tidak memberikan makanan lain seperti madu atau
pisang
6. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi
7. Memberitahu ibu untuk mengganti popok bayi setiap kali basah.
8. Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan imunisasi HB0 pada bayi,
pukul 08.00 menyuntikkan vaksin HB0 di paha kanan secara
intramuscular di sepertiga luar paha atas.
9. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan tali pusat
10. Memberitahu ibu kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada tanggal
03-05-2017
77

Hari/ Tanggal Pengkajian : Sabtu, 29 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
By. Ny S menyusu setiap 1-2 jam ± 14-15 kali dalam sehari
menggunakan payudara sebelah kiri saja ditambah dengan susu
formula 3 kali dalam sehari karena ibu merasa bayinya tidak kenyang.
Buang air besar ±5 kali dalam sehari konsistensi lunak. Buang air kecil
±8 kali dalam sehari. Tidur ± 12 jam dalam sehari. Setiap pagi bayinya
di jemur dari jam 08.30 – 09.00. Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda
bahaya pada bayi seperti yang pernah dijelaskan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Respirasi : 44x/menit
d. Laju Jantung : 136 x/menit
e. Suhu : 36,7 º C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak terdapat moulage, fontanel
mendatar teraba lembut.

b. Mata : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

e. Mulut : Bibir merah muda.


78

f. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada,


pernafasan teratur, bunyi jantung
teratur.

g. Abdomen : Tidak ada perdarahan sekitar tali


pusat dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.

h. Ekstremitas : Permukaan kuku merah muda

i. Genetalia : Genetalia bersih.

j. Kulit : Warna kulit kekuningan

C. Analisa
By. Ny. S usia 3 hari neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaaan bayinya baik namun
kulit bayi sedikit kekuningan.
2. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap bayinya.
3. Memberitahu ibu untuk sering menyusui bayinya
4. Memberitahu ibu tanda bayi cukup ASI.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya menggunakan kedua
payudaranya secara bergantian.
6. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif untuk bayinya
selama 6 bulan tanpa diberi tambahan susu formula maupun makanan
lainnya.
7. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi
baru lahir.
8. Menjadwalkan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada tanggal 03
Mei 2017
79
80

Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu, 03 Mei 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 09.10 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Ida Ningsih
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
By. Ny S menyusu setiap 1-2 jam ± 15 kali dalam sehari lamanya 5-10
menit menggunakan payudara sebelah kiri saja, ibu sudah mencoba
menggunakan payudara sebelah kanan namun bayinya tidak bisa
menyusu karena puttingnya tidak menonjol. Tali pusat sudah lepas
pada hari ke 5 setelah mandi pagi. Buang air besar ±4 kali dalam sehari
konsistensi lunak. Buang air kecil ±8 kali dalam sehari. Tidur ± 12 jam
dalam sehari. Setiap pagi bayinya di jemur dari jam 08.30 – 09.00. Ibu
mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi seperti yang
pernah dijelaskan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Respirasi : 48x/menit
d. Laju Jantung : 130 x/menit
e. Suhu : 36,8 º C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak terdapat moulage, fontanel
mendatar teraba lembut.

b. Mata : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Tidak ada tanda-tanda infeksi.


81

e. Mulut : Bibir merah muda.

f. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada,


pernafasan teratur, bunyi jantung
teratur

g. Abdomen : Tali pusat sudah lepas.

h. Ekstremitas : Permukaan kuku merah muda

i. Genetalia : Genetalia bersih.

j. Kulit : Warna kulit kemerahan

C. Analisa
By. Ny. S usia 1 minggu neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya menggunakan kedua
payudaranya secara bergantian.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi
baru lahir.
4. Menjadwalkan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada tanggal 10
Mei 2017
82

Hari/ Tanggal Pengkajian : Selasa, 09 Mei 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 10.20 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd IN
Nama Pengkaji : Khairina Sabrina

A. Data Subjektif
By. Ny S menyusu setiap 1-2 jam ± 15 kali dalam sehari lamanya 5-10
menit menggunakan payudara sebelah kiri saja, ditambah dengan susu
formula 1 kali dalam sehari karena takut bayinya belum kenyang. Ibu
sudah mencoba menggunakan payudara sebelah kanan namun bayinya
tidak bisa menyusu karena putingnya tidak menonjol. Ibu sudah mencoba
memompa ASI yang sebelah kanan. Buang air besar ±4 kali dalam sehari
konsistensi lunak. Buang air kecil ±8 kali dalam sehari. Tidur ± 12 jam
dalam sehari. Setiap pagi bayinya di jemur dari jam 08.30 – 09.00. Ibu
mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi seperti yang pernah
dijelaskan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Respirasi : 46x/menit
d. Laju Jantung : 130 x/menit
e. Suhu : 36,7 º C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Fontanel mendatar teraba lembut.

b. Mata : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

e. Mulut : Bibir merah muda.


83

f. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada,


pernafasan teratur, bunyi jantung
teratur

g. Ekstremitas : Permukaan kuku merah muda

h. Genetalia : Genetalia bersih.

i. Kulit : Warna kulit kemerahan

C. Analisa
By. Ny. S usia 2 minggu neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya menggunakan kedua
payudaranya secara bergantian.
3. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bayi cukup ASI
4. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang manfaat ASI ekslusif
5. Menjadwalkan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan pada tanggal 03
Juni 2017 untuk imunisasi BCG dan polio 1.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 26 April 2017 jam 01.00 WIB
Ny. S datang dibawa oleh suami ke BPM dengan keluhan mulas-mulas sejak
sore (25 April 2017) pukul 16.00 WIB, sudah keluar lendir darah, belum
keluar air-air. Berdasarkan data tersebut ibu sudah memasuki persalinan yang
ditandai dengan, adanya kontraksi rahim, keluarnya lendir bercampur darah,
dan pembukaan servik. Ibu tidak tenang menghadapi proses persalinan,
menurut megasari hal ini dipengaruhi oleh pengalaman persalinan yang lalu
atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan
persalinan akan mempengaruhi psikologi ibu.12
Pada pukul 01.40 WIB ibu merasa keluar air-air dari kemaluan berwarna
jernih, Mulasnya semakin kuat dan lama, ibu ingin meneran dan ingin buang
air besar. Keluarnya air-air dari kemaluan, berasal dari ketuban yang pecah
akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Berdasarkan data tersebut ibu
sudah memasuki tanda-tanda persalinan yang ditandai dengan gejala dibawah
ini, yaitu (1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi (2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/
atau vaginanya.31
Pada pukul 01.50 WIB ibu senang bayinya sudah lahir. Ibu merasa mulas.
Pelepasan plasenta terjadi karena adanya kontraksi, yang dimulai kembali
setelah berhenti sesaat menyusul kelahiran bayi. Setelah bayi lahir, kontraksi
berikutnya akan menyusul setiap 4-5 menit hingga plasenta lepas dan
keluar.1,12
Pada hari ketiga postpartum ibu menyusui bayinya ±15 kali dalam sehari
lamanya 5-10 menit, dibantu dengan susu formula 2 kali dalam sehari karena

88
89

ibu merasa bayinya belum kenyang dan bayinya terus saja menangis. ASInya
banyak, ibu menyusui bayinya menggunakan payudara sebelah kiri saja,
karena puting susu yang sebelah kanan tidak menonjol. Pada kunjungan 1
minggu ibu masih memberikan susu formula kepada bayinya 1 kali karena ibu
merasa bayinya belum kenyang. Ibu sudah mencoba menyusui bayinya
menggunakan payudara yang sebelah kanan namun masih merasa kesulitan.
Pada kunjungan 2 minggu ibu masih memberikan tambahan susu formula 1
kali dalam sehari kepada bayinya karena bayinya hanya dapat menghisap
menggunakan payudara sebelah kiri saja. Banyak faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan. Hasil penelitian
Februhartanty menunjukkan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat
penting dalam menentukan pemberian ASI ekslusif pada bayinya. Ibu juga
memberikan susu formula kepada kedua anaknya pada saat usia 2 hari.
Pemberian ASI eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tingkat pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, kondisi kesehatan ibu,
umur ibu, sikap ibu, penolong persalinan, dan lingkungan keluarga. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Susanto sebanyak 50 responden atau semua
(100%) ibu yang memberikan susu formula mendapatkan dukungan orang
terdekat dalam bentuk informasi pemberian susu formula terutama dukungan
dari keluarga keluarga yang memberikan susu formula. Keputusan
memberikan ASI sering dipengaruhi oleh keluarga terutama, teman, dan
lingkungan sosial ibu daripada pengetahuan ibu. Dalam kasus ini faktor yang
mempengaruhi ibu memberikan susu formula adalah faktor dari lingkungan
keluarga, suami dan ibu nya mendukung ibu untuk memberikan susu formula
karena pengalaman anak sebelumnya.32
Pada kunjungan 40 hari postpartum ibu menyusui bayinya ±18 kali dalam
sehari lamanya 10-15 menit, ASI nya banyak, ibu sudah bisa menyusui
bayinya menggunakan kedua payudaranya, tidak ada keluhan. Sebelumnya
ibu menggunakan KB suntik 3 bulan sekali namun ibu mengeluh berat
90

badannya bertambah. Ibu dan suami memutuskan ingin menggunakan


kontrasepsi jangka panjang seperti yang sudah dijelaskan kemarin. Metode
kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi yang dalam
penggunaannya memiliki tingkat efektivitas dan tingkat kelangsungan
pemakaiannya yang tinggi dan angka kegagalan yang rendah.19
B. Data Objektif
Pada kasus diatas hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu berada dalam
batas normal, pada pemeriksaan Abdomen TFU 33 cm kepala sudah masuk
PAP maka didapatkan taksiran berat badan janin (TBJ) sebesar 3410 gram.
Denyut jantung janin normal yaitu 148x/ menit dan teratur. Sudah terdapat
mulas yaitu 4 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik. Pada pemeriksaan
genetalia didapatkan portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban belum
pecah. Menurut Prawirohardjo, frekuensi dan lama kontraksi uterus umunya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
servik membuka dari 4 cm hingga 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm
lebih per jam hingga pembukaan lengkap, terjadi penurunan bagian terbawah
janin.
Pada pemeriksaan anus terdapat hemorrhoid. Wasir atau hemoroid adalah
pembesaran vena di bagian bawah rectum dan anus. Sering timbul saat
kehamilan dan biasanya menghilang tanpa pengobatan setelah persalinan.
Pada proses melahirkan secara normal ketika mengejan, biasanya wasir ini
akan membengkak dan nyeri.33
Ketuban pecah secara spontan pukul 01.40 WIB, berwarna jernih dan tidak
berbau, kemudian dilakukan pemeriksaan dalam hasilnya pembukaan lengkap.
Ketuban pecah secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan aktif. Pecah ketuban secara khas tampak jelas sebagai semburan
cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir tidak berwarna
dengan jumlah yang bervariasi. Berdasarkan data tersebut ibu sudah
91

memasuki kala II yang ditandai dengan tanda gejala vulva membuka,


perineum menonjol, dan terdapat dorongan pada anus.6,31
Bayi lahir spontan pukul 01.50 WIB menangis kuat, tonus otot baik, jenis
kelamin perempuan. Setelah bayi lahir dilakukan pemeriksaan hasilnya TFU
satu jari di atas pusat, uterus teraba keras dan bundar, tidak ada janin kedua,
kandung kemih kosong. Tampak semburan darah tiba-tiba berwarna merah
kehitaman, tali pusat memanjang didepan vulva. Kala III adalah waktu untuk
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Tanda-tanda terlepasnya plasenta, uterus
menjadi berbentuk bundar, uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas
ke segmen bawah Rahim, tali pusat semakin memanjang dan terjadinya
perdarahan.4
Pada pukul 02.00 WIB plasenta lahir spontan, lengkap. Dilakukan
pemeriksaan genetalia tampak ada robekan (laserasi) pada mukosa vagina,
kulit perineum, dan otot perineum. Pada kasus ini ibu mengalami laserasi
jalan lahir derajat II.12
Pada 2 sampai 6 jam postpartum hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan fisik payudara didapatkan hasil puting susu sebelah
kanan mendatar, terdapat pengeluaran kolostrum. Bentuk puting susu ada
empat, yaitu normal, pendek, panjang dan terbenam. Kolostrum merupakan
ASI yang diproduksi oleh tubuh beberapa hari setelah bersalin. Disekresi oleh
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa
laktasi yang berwarna kuning keemasan/jingga yang mengandung nutrisi
dengan konsentrasi tinggi.
92

C. Analisa
Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif yang dilakukan dapat
ditarik analisa:
1. Persalinan:
Ny. S usia 28 tahun G4P2A1 usia kehamilan 40 minggu inpartu kala I fase
aktif, janin tunggal, hidup. Keadaan ibu dan janin baik
2. Nifas
P3A1 postpartum 2 jam dalam keadaan baik.

D. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta analisa yang
telah dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan. Pada pukul 01.40 WIB memimpin persalinan dengan teknik
asuhan persalinan normal. Bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus otot aktif,
jenis kelamin perempuan. Setelah memastikan tidak ada janin kedua maka
dilakukan penatalaksanaan Manajemen aktif kala III, yaitu, pemberian
oksitosin IM segera setelah bayi lahir kemudian langkah selanjutnya adalah
menjepit dan memotong tali pusat kemudian bayi diletakkan di antara kedua
payudara ibu untuk dilakukan IMD. Setelah dilahirkan bayi diletakkan di dada
atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan
pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Kemudian dilakukan
pengendalian tarikan pada tali pusat begitu plasenta dilahirkan, lakukan
masase pada fundus uterus secara sirkular agar uterus tetap berkontraksi
dengan baik serta untuk mendorong keluar setiap gumpalan darah yang ada
dalam uterus. 6
Setelah mengecek kelengkapan plasenta dilanjutkan dengan memeriksa
laserasi jalan lahir, terdapat laserasi pada mukosa vagina, kulit perineum dan
otot perineum, maka akan dilakukan penjahitan pada perineum. Melakukan
asuhan sayang ibu sebelum melakukan penjahitan dengan menyuntikkan
93

anestesi. Sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal memberikan anestesi lokal


pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi.
Setelah dilakukan penjahitan, membantu ibu mengganti baju, memberikan
makanan sesuai keinginan ibu dan melakukan pemantauan kala IV. Kala IV
adalah kala pengawasan 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah tanda-tanda vital, kandung kemih, perdarahan, dan
kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal.
Pada pukul 03.50 WIB menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan.
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi.
Sebaiknya ibu nifas turun dari tempat tidur sedini mungkin setelah persalinan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan puting sebelah kanan mendatar.
Mengatasi puting susu yang mendatar menurut Suparyanto dengan cara
mengajarkan kepada ibu teknik Hoffman yaitu letakkan jempol dan telunjuk
tangan diantara puting (saling berhadapan). Tekan kedua jari tersebut sambil
menarik puting keluar. Putarkan searah jarum jam, lakukan sebanyak lima kali
dalam sehari. Pada awalnya bayi menemukan kesulitan, tetapi setelah
beberapa minggu kemudian dengan usaha yang terus menerus dilakukan,
puting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi akan dapat
menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan puting susu datar dengan
cara susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin
menyusu. Susui bayi sesering mungkin, ini akan menghindarkan payudara
akan terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi akan menyusu.
Memberitahu ibu untuk menjaga perineumnya selalu bersih dan kering,
hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya. Cuci
perineumnya dengan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari.
Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus
kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang
berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih
nyeri.7
94

Pada hari ke-14 postpartum melakukan konseling kontrasepsi jangka


panjang kepada ibu tentang cara kerja, efek samping, keefektifannya. Pada
hari ke-40 ibu dan suami memilih KB IUD sehingga sebagai penatalaksanaan
dilakukan konseling cara kerja kontrasepsi IUD, efek samping, cara
pemasangan dan efektivitas dari kontrasepsi IUD. Menyarankan ibu untuk
datang ke fasilitas kesehatan pada tanggal 10 Juni 2017. KB IUD Sangat
efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan. Cara kerja KB IUD antara lain adalah (1) Menghambat
kemampuan sperma (2) Mempengaruhi fertilisasi (3) Mencegah pertemuan
sperma dan ovum (4) Memungkinkan mencegah implantasi.
Berdasarkan analisa By. Ny. S neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
dalam keadaan baik dilakukan pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Bayi diberikan salep mata oxytetracycline 1%. Pemberian antibiotic
profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Obat
mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Memberitahu ibu
bahwa bayinya akan disuntik vitamin K1 di paha kiri, Pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan karena defisiensi vitamin
K.3,20
Pada 8 jam pertama setelah lahir diberikan suntikan imunisasi HB0 di paha
kanan secara intramuscular di sepertiga luar paha atas. Hepatitis B bermanfaat
untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi terutama jalur penularan
ibu-bayi. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan tali pusat, menurut
Liliyana cara merawat tali pusat sebagai berikut: (1) Lipat popok di bawah
punting tali pusat (2) Jika puntungnya kotor, bersihkan dengan air air matang/
DTT kemudian keringkan kembali (3) Warna kemerahan atau timbulnya
nanah pada pusar atau punting.20
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.S usia 28 tahun berupa
pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data
objektif, menentukan analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada
pasien serta penatalaksanaan yang telah diberikan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Didapatkannya data subjektif yang di dapat dari Ny. S yaitu usia ibu 28
tahun, mengeluh mulas sejak sore pukul 16.00 WIB, sudah keluar lendir
darah, belum keluar air-air. Ini merupakan kehamilan yang keempat,
pernah keguguran pada tahun 2013. HPHT 21 Juli 2016 (Taksiran
Persalinan 28 April 2017), Ibu tidak pernah mengalami penyakit jantung,
diabetes, hipertensi, penyakit kelamin/HIV/AIDS, malaria, ginjal, asthma,
penyakit menular dan lainnya. Begitu pula keluarga. Di dalam keluarga
pun tidak ada riwayat keturunan bayi kembar.
2. Didapatkannya data objektif yang didapat pada pada pemeriksaan fisik
keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal. Tinggi
Fundus Uteri 3 jari dibawah px (33 cm), difundus teraba bokong, sebelah
kanan teraba punggung, dan sebelah kiri teraba ekstermitas, sudah masuk
PAP. Taksiran Berat Janin (TBJ) 3410 gram. Denyut Jantung Janin (DJJ)
148x/menit, teratur. Kandung kemih kosong. His: 4 kali dalam 10 menit
selama 50 detik.
3. Ditegakkan analisa Ny. S usia 28 tahun G4P2A1 usia kehamilan 40
minggu inpartu kala I fase aktif. Janin tunggal hidup presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik.

95
96

4. Dibuat penatalaksanaan asuhan sesuai dengan keluhan ibu adalah


memberitahu ibu untuk tetap tenang menghadapi proses persalinan,
membantu ibu memilih posisi yang nyaman, ibu memilih posisi berbaring
miring ke kiri dan memantau kesejahteraan ibu dan bayi.
5. Diketahuinya faktor pendukung dan penghambat baik dari pihak Bidan
Praktik Mandiri (BPM) maupun dari klien dan keluarga
a. Faktor pendukung
Diketahui factor pendukung dalam kasus ini adalah pasien kooperatif
saat dilakukan asuhan dan jarak yang dekat antara tempat pelayanan
kesehatan dengan rumah pasien sehingga memudahkan penulis
dalam melakukan asuhan.
b. Faktor penghambat
Diketahui faktor penghambat kasus ini adalah keterbatasan waktu
penulis tidak melakukan asuhan kehamilan pada Ny. S.

B. SARAN
Saran yang diberikan ditujukan untuk
1. Lahan Praktik
Mempertahankan kualitas agar masyarakat tetap mempercayai kinerja dari
Bidan.
2. Bidan
Bidan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari berbagai
pengalaman untuk memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kewenangannya.
3. Untuk Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami pentingnya ASI ekslusif, manfaat
ASI, dan merencanakan metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk
menunda kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti, Ika Putri, dkk. Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi baru
lahir. Yogyakarta: Deepublish; 2014. h. 14

2. (Kemenkes RI. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta selatan: kemenkes
RI; 2014. [Diakses pada tanggal 01 Mei 2017]

3. Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2013. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4. Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. Panduan lengkap asuhan kebidanan ibu nifas normal.
Yogyakarta: Deepublish; 2014.
5. Yetti, Anggraini. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana; 2010

6. Bahiyatun. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC; 2009.
7. Aprillia, Yesie. Hipnostetri: rileks, nyaman, dan aman saat hamil & melahirkan. Jakarta:
Gagas Media; 2010.
8. Sursilah, Ilah. Asuhan persalinan normal dengan inisiasi menyusui dini. Yogyakarta:
Deepublish; 2010.
9. Lailiyana, dkk. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2008.

10. Sulistyawati Ari, Nugraheny Esti. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta: Salemba
Medika; 2010.

11. Sumarah, Dkk. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta : Fitramaya; 2010.

12. Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastuti. Asuhan kebidanan persalinan&bayi baru
lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.h. 169-171

13. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Prawirohardjo; 2010. h.
213, 286, 287

14. Manuaba,Ida Bagus. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan kb. Jakarta: EGC; 2012.

15. Hakimi, Ilmu kebidanan: patologi & fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medica; 2010. h. 104.

16. Suherni, dkk. Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2009.


17. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Prawirohardjo; 2010. h. N-25

18. Heryeni, Reni. Asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui. Jakarta: TIM; 2012. h. 85-87
19. Mulati, Erna dkk. Buku ajar kesehatan ibu dan anak. Jakarta: 2014.

20. Dwienda, Octa dkk. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/ balita dan anak prasekolah untuk para
bidan. Yogyakarta: Deepublish; 2014.
21. Lailiyana, dkk. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Jakarta: buku kedokteran EGC;
2011.

22. Roesli, Utami. Inisiasi menyusu dini. Jakarta: Pustaka Bunda; 2008.
23. Mansyur, nurliana dan Karisda Dahlan. Buku ajar asuhan kebidanan masa nifas. Malang:
Selaksa Media; 2014.
24. Monika, F. B. Buku pintar asi dan menyusui. Jakarta: Noura Booeks (PT Mizan Publika);
2014.

25. Sujiyatini, dkk. Asuhan kebidanan II (persalinan). Yogyakarta: Rohima Press; 2011.

26. Swarjana, IK. Metodologi Penelitian Kesehatan. Bali : ANDI ; 2015

27. Hasmi. Metode penelitian kesehatan. Jayapura. IN MEDIA; 2016.h.191.

28 Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC ; 2006


29. Hidayat aziz halimul. Metode penelitian kebidanan & teknik analisis data. Jakarta. Salemba
medika; 2011.h. 99-100

30. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. h. 22

31. JNPK-KR. Asuhan persalinan normal. Jakarta: 2014.

32 Susanto S, Rocky W, Hesti L. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula


pada bayi yang dirawat di ruang nifas RSUP (Skripsi). Manado. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. 2015

33 Suririnah. Buku pintar kehamilan & persalinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2008.

34. Saleha. S. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda Bahaya Nifas dan Perawatan Putting Susu


Penyuluh : Khairina Sabrina
Hari, Tanggal : Rabu, 26 April 2017
Sasaran/ jumlah : Ny. S
Tempat : BPM Bd. I

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan pasien diharapkan dapat mengetahui dan
memahami tanda bahaya nifas dan dapat melakukan langkah-langkah
dalam perawatan puting susu mendatar.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien mampu :
1. Memahami pengertian tanda bahaya nifas
2. Mengetahui tanda bahaya nifas
3. Mengerti cara perawatan nifas
4. Mengetahui pencegahan infeksi pada masa nifas.
5. Melakukan langkah - langkah perawatan perawatan puting susu
mendatar.

II. Materi
Terlampir

III. Metode
A. Diskusi (Tanya jawab)
B. Memperagakan teknik

IV. Media
Buku KIA
V. Evaluasi
A. Apa yang dimaksud dengan tanda bahaya nifas ?
B. Sebutkan macam-macam tanda bahaya nifas?
C. Bagaimana cara perawatan nifas?
D. Bagaimana cara pencegahan infeksi nifas?
E. Bagaimana cara melakukan teknik Hoffman?

VI. Daftar Pustaka


Winkjosastro, dkk. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Ambarwati, Eny R., dan Diah W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mulia Medika.
TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian tanda bahaya nifas


Pengertian Tanda Bahaya Nifas Adalah suatu keadaan gawat darurat
setelah proses persalinan yang membutuhkan penganan secara khusus oleh
tenaga kesehatan, karena jika tidak dilakukan tindakan segera akan
mengakibatkan kerusakan jaringan atau system tubuh dan menimbulkan
kematian.
B. Tanda Bahaya Nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca
persalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk
mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan kesehatan pada tenaga
kesehatan jika ditemukan tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Pada masa
nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang dimaksud dengan
ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari
tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih
dan buang air besar juga dapat teratasi. Ibu nifas dan keluarga harus
mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda – tanda bahaya masa nifas
seperti berikut ini :
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Cairan yang keluar dari jalan lahir berbau busuk
3. Demam, kadang disertai mengigil
4. Nyeri pada perut dan panggul
5. Payudara bengkak, kemerahan dan sakit
6. Pusing dan lemas yang berlebihan
7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
C. Cara Perawatan Nifas
1. Cukup Istirahat
2. Rooming in (ibu dan bayi di tempatkan di kamar yang sama
3. Makan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Melakukan senam nifas
5. Kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat 7 hari setelah melahirkan

D. Pencegahan Infeksi Nifas


1. Perhatikan kondisi kesehatan selama hamil, segera periksa ke dokter atau
pelayanan kesehatan jika ada keluhan
2. Konsumsi makanan yang bersih, sehat, cukup kalori, protein, dan serat
(sayur, buah).
3. Minum air dalam jumlah yang cukup.
4. Ibu hendaknya memilih tenaga penolong persalinan yang terlatih, agar
proses persalinan terjamin kesterilannya.
5. Minum tablet besi secara teratur untuk mencegah terjadinya anemia
6. Selama masa nifas, jalan lahir harus dijaga kebersihannya, terutama yang
dilakukan penjahitan.
E. Langkah – langkah Perawatan Puting Susu Mendatar Menurut Hoffman
1. Dengan jari telunjuk/ ibu jari mengurut disekitar puting susu ke arah
berlawanan sampai merata.
2. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak kelapa. Tarik kedua puting
bersama-sama dan putar ke dalam kemudian keluar selama 20 kali.
3. Puting susu dirangsang dengan ujung waslap/ handuk kering yang
digerakan ke atas bawah beberapa kali.
Lampiran 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Perawatan Tali Pusat


Penyuluh : Khairina Sabrina
Hari, Tanggal : Rabu, 26 April 2017
Sasaran/ jumlah : Ny.S
Tempat : BPM Bd.I

I. Tujuan
4. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan
dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di
rumah.
5. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
2. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
3. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan tali
pusat.
4. Mengetahui tanda-tanda infeksi pada tali pusat

II. Materi
Terlampir

III. Metode
Tanya Jawab

IV. Media
Memperagakan teknik
V. Evaluasi
1. Bagaimana cara membersihkan tali pusat?
2. Dapatkan ibu dan keluarga membersihkan tali pusat secara mandiri?
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat?
4. Apa saja tanda-tanda tali pusat yang terinfeksi ?

VI. Daftar Pustaka


Fajar Gumilar Ahmad. 2013. Perawatan Tali Pusat funiculus umbilicus.
Cimahi
Sodikin. 2011. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta. EGC
PERAWATAN TALI PUSAT

A. Pengertian Tali Pusat Bayi


Tali pusat ( Funiculus umbilicalis ) adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen janin.Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.
B. Cara Membersihkan Tali Pusat
1. Cuci tangan bersih
2. Gunakan handscoon
3. Ambil kapas bulat atau kapas yang sudah dicelupkan kedalam air matang,
lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang menempel
pada perut).
4. Lakukan dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah.
5. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk memegang ujung tali pusarnya,
agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya.
6. Ambil kasa kering lalu bungkus sisa tali pusat. Usahakan agar seluruh
permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
7. Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.
8. Gunakan kain kasa untuk mengikat perban agar tetap pada tempatnya.
C. Arah Pembersihan Tali Pusat Bayi
Pembersihan tali pusat bayi yang telah dipotong yaitu : dari bagian tali pusat
yang dipotong ke arah pusar dengan gerakan satu arah. Indikasinya agar
bagian yang dipotong tidak terkena kotoran dari pusar.
D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau menoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
2. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
3. Teknik Perawatan Tali Pusat Bayi. Dalam perawatan maupun pemotongan
tali pusat bayi itu menggunakan teknik steril. Artinya, dalam setiap
pelaksanaan perawatan dan pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan
alat- alat yang steril. Dan dalam setiap proses perawatan itu dianjurkan
untuk sealalu memakai hanscoon.
4. Penggunaan Popok pada bayi. Saat tali pusat dipotong, maka harus
diperhatikan penggunaan popok bayi tersebut. Sebaiknya popok dipakaikan
dibawah pusar. Alasannya adalah agar pusarnya tidak lembab, karena
apabila lembab akan beresiko timbulnya infeksi.
E. Tanda-Tanda Tali Pusat Bayi yang Terinfeksi
1. Bernanah
Kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,seperti
kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat
pemotongan tali pusat bayi menggunakan benda yang tidak steril
sehingga kuman mudah tumbuh dan berkembangbiak.
2. Bau Tidak Sedap
Bau tidak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat
terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernanah dan berlendir.Selain itu juga
ditandai dengan kemerahan di sekitar pusar.
3. Tidak Banyak Menangis
Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menangis sebaliknya banyak
tidur.Gejala ini ditandai dengan bayi malas minum,demam dan yang
paling parah sampai terjadi kejang.
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Penyuluh : Khairina Sabrina
Hari, Tanggal : Rabu, 26 April 2017
Sasaran/ jumlah : Ny. S
Tempat : BPM Bd. I

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan klien diharapkan mampu memahami dan
mengerti tentang tanda bahaya pada Bayi.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu mengetahui
tanda bahaya bayi baru lahir.

II. Materi
Terlampir

III. Metode
Tanya jawab

IV. Media
Buku KIA

V. Evaluasi
Sebutkan tanda bahaya bayi baru lahir?

VI. Daftar Pustaka


PUSDIKNAS-WHO-JHPIEGO, 2003
TANDA- TANDA BAHAYA YANG HARUS DIWAPADAI PADA
BAYI BARU LAHIR

1. Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali permenit


2. Kehangatan : terlalu panas lebih dari 38 0 C atau terlalu dingin kurang
dari 360 C.
3. Warna kulit : kuning (terutama pada 24 jam), biru atau pucat, memar.
4. Pemberian ASI : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak
muntah.
5. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau
busuk, pernafasan sulit.
6. Tinja/kemih : tidak buang air besar dalam 3 hari, tidak berkemih dalam
24 jam, tinja lembek, ada lender atau darah pada tinja.
7. Aktivitas : menggigil, menangis yang tidak biasa, rewel, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bias tenang, menangis
terus-menerus.
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Macam-macam Metode Kontrasepsi


Hari/tanggal : Kamis, 09 Mei 2017
Waktu : 10.30 WIB
Sasaran : Ny.S
Tempat : BPM Bd I

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan keluarga berencana untuk ibu post
abortus, ibu dapat mengerti tentang pentingnya keluarga berencana.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang keluarga berencana untuk ibu
nifas pada akhir pertemuan, ibu post abortus diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian keluarga berencana
b. Mengetahui pengertian kontrasepsi
c. Mengetahui macam-macam kontrasepsi yang dapat digunakan
d. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari setiap kontrasepsi

II. Materi
Terlampir

III. Metode
Diskusi (tanya dan jawab)

IV. Media
-
V. Proses Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Respon
.
1. 2 menit. Pendahuluan
a. Mengucapkan salam a. Membalas salam
b. Menyampaikan tujuan umum dan b. Mendengarkan
khusus tentang penyuluhan ini c. Memberi respon
c. Kontrak waktu
d. Memberikan gambaran tentang
materi yang akan disampaikan
2. 8 menit Isi:
a. Menjelaskan pengertian keluarga a. Mendengarkan
berencana dan menyimak
b. Menjelaskan pengertian kontrasepsi dengan penuh
c. Menjelaskan macam-macam alat perhatian
kontrasepsi yang dapat digunakan b. Mendengarkan
d. Menjelaskan indikasi dan dan menyimak
kontraindikasi dan setiap alat dengan penuh
kontrasepsi perhatian
c. Mendengarkan
dan menyimak
dengan penuh
perhatian

3. 2 menit Penutup
a. Berdiskusi dan tanya jawab antara a. Menanyakan yang
peserta dengan penyaji hal-hal belum
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan jelas
c. Mengucapkan salam penutup b. Aktif bersama
dalam
menyimpulkan
c. Membalas salam
VI. Evaluasi
1. Sebutkan apa saja macam-macam alat kontrasepsi?
2. Sebutkan apa saja indikasi dari salah satu alat kontrasepsi?
3. Sebutkan apa saja kontraindikasi dari salah satu alat kontrasepsi?

VII. Daftar Pustaka


1. Affandi, Biran. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi
3. Jakarta : KKB
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT BINA
PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO
KELUARGA BERENCANA

A. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami-istri untuk menghindari kelahiran yang diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran.
Keluarga berencana adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.
B. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan,usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.
C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
1. Kondom
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produks hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Kondom dapat dipakai bersama kontrasepsi lain
untuk mencegah IMS. Standar kondom dilihat dari ketebalan, pada
umumnya standar ketebalan adalah 0,02 mm.
2. Pil
a. Mini-Pil bukan menjadi pengganti dari Pil Oral Kombinasi, tetapi
hanya sebagai suplemen atau tambahan yang digunakan oleh wanita-
wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang
menyusui atau untuk wanita yang harus menghindari estrogen oleh
sebab apapun.
b. Pil yang mengandung estrogen dan progesteron yang dapat dipakai
oleh semua ibu usia reproduksi baik yang sudah memilik anak
maupun belum.
3. Suntik
a. Suntik 1 bulan: jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo
medroksiprogesteron asetat dan 5 mg nerotindron enantat dan 5 mg
estradiol valerat yang diberikan setiap satu bulan sekali.
b. Suntik 3 bulan: jenis suntikan yang mengandung 150 mg DMPA dan
diberikan setiap 3 bulan sekali.
4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif.
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan
menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke
dalam rongga rahim.
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang.

5. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/ Implant


Kontrasepsi implant adalah batang silastik lembut untuk pencegah
kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan
minor untuk insersi (pemasangan) dan pencabutan.
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik
berisi hormone jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang di
bawah kulit.
D. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Kondom
a. Indikasi
1) Penyakit genetalia, seperti vaginitis, termasuk yang dalam
pengobatan
2) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina
3) Ejakulasi prematur
Metode temporer:
1) Belum mengadakan senggama secara teratur
2) Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar.
3) Selama periode awal postpartum.
b. Kontraindikasi
1) Pria dengan ekskresi yang tidak baik
2) Alergi terhadap karet.
2. Pil
a. Mini Pil
1) Indikasi:
a) Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak.
b) Menginginkan kontrasepsi yang sangat efektif selama periode
menyusui.
c) Pasca persalinan dan pasca keguguran.
d) Mempunyai tekanan darah tinggi lebih dari180/110 mmHg.
e) Tidak boleh menggunakan estrogen.
2) Kontraindikasi:
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Tidak menerima terjadinya gangguan haid.
d) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e) Sering lupa minum pil.
f) Miom uterus, progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
g) Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
b. Pil Kombinasi
1) Indikasi:
a) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.
b) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
c) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif.
d) Pasca keguguran.
e) Siklus haid yang tidak teratur.
f) Riwayat kehamilan ektopik.
g) Kelainan payudara jinak.
h) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata, dan saraf.
i) Penyakit radang panggul dan tumor ovarium jinak.
j) Varises vena
2) Kontraindikasi:
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
d) Penyakit hepatitis
e) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah
Lebih dari 180/110 mmHg
f) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis
lebih dari 20 tahun.
g) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
h) Sering lupa minum pil
3. Suntik
a. Suntik 1 bulan
1) Indikasi:
a) Menyusui ASI pascapersalinan lebih dari 6 bulan.
b) Pascapersalinan.
c) Penyakit atau kelainan lain: anemia, nyeri haid yang hebat, riwayat
kehamilan ektopik.
d) Haid teratur.
e) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
2) Kontraindikasi:
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif kurang dari 6 bulan
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
d) Penyakit hepatitis
e) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah lebih dari
180/110 mmHg
f) Kencing manis lebih dari 20 tahun
g) Keganasan pada payudara
b. Suntik 3 bulan
1) Indikasi:
a) Menghendaki kontasepsi jangka panjang
b) Setelah melahirkan, menyusui, pascakeguguran
c) Tekanan darah lebih dari180/110 mmhg
d) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen
e) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
f) Mendekati usia menopause
2) Kontraindikasi:
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d) Diabetes Mellitus disertai komplikasi
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a. Indikasi:
1) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
2) Menyusui yang menginginkanmenggunakan kontrasepsi.
3) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
4) Resiko rendah dari IMS.
5) Tidak menghendaki metode hormonal.
6) Sedang memakai antibiotik atau antikejang.
b. Kontraindikasi:
1) Kehamilan.
2) Penyakit inflamasi pelvic (PID/Pelvic Inflammatory Disease).
3) Karcinoma servik atau uterus.
4) Keberadaan miomata, malformasi conginental, atau anomaly
perkembangan yang dapat mempengaruhi rongga uterus.
5) Resiko tinggi penyakit menular sexual (pasangan sexual yang
berganti-ganti).
6) Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
kehamilan ektopik.
7) Servikitis atau vasginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan
berhasil diobati) .
8) Hepatitis, Diketahui atau dicurigai terkena carsinoma payudara.

5. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)/ Implat


a. Indikasi:
1) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.
b. Kontraindikasi:
1) Hamil atau diduga hamil.
2) Perdarahanpervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
3) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4) Mioma uteri.

Anda mungkin juga menyukai