Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KASUS PK FISIOLOGIS HOLISTIK

PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA IBU ‘DR’


UMUR 25 TAHUN G1P0000 UK 36 MINGGU 5 HARI,
PRESKEP U PUKA T/H INTRAUTERINE +
PARTUS KALA I FASE AKTIF

Asuhan dilaksanakan di
Rumah Sakit Daerah Mangusada Kabupaten Badung

Oleh :
NI MADE AYU SARIANI
NIM. P07124319 005

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN
DENPASAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PK FISIOLOGIS HOLISTIK


PERSALINAN DAN BBL

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA IBU ‘DR’ UMUR 25


TAHUN G1P0000 UK 36 MINGGU 5 HARI, PRESKEP U
PUKA T/H INTRAUTERINE + PARTUS
KALA I FASE AKTIF

Oleh :

NI MADE AYU SARIANI


NIM. P07124319 005

Telah disahkan,
Denpasar, 12 Oktober 2019

Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Praktik

Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed Ni Ketut Rai Sarini, SST


NIP. 196904211989032001 NIP. 197304091992122001

Mengetahui
Penanggung Jawab MK

Ni Nyoman Suindri, S.Si.T.,M.Keb


NIP. 197202021992032004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus PK
Fisiologi Holistik Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Asuhan Kebidanan Pada Ibu
‘DR’ Umur 25 Tahun G1P0000 UK 36 Minggu 5 Hari Preskep U Puka T/H
Intrauterine dengan PK I Fase Aktif. Dalam penyusunan laporan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
kelancaran pembuatan laporan ini, yakni yang terhormat:
1. Ibu Dr. Ni Nyoman Budiani, SST.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ibu Ni Nyoman Suindri, S.Si.T.,M.Keb selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah (PJMK) PK Fisiologi Holistik Kehamilan.
3. Ibu Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed selaku dosen pembimbing PK
Fisiologi Holistik Kehamilan.
4. Ibu Ni Ketut Rai Sarini, SST selaku pembimbing praktik yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama melaksanakan
praktik di RSD Mangusada Kabupaten Badung.
5. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Dalam laporan kasus ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan
ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat
hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Denpasar, 12 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................................. 3
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus ......................................................... 3
D. Manfaat Penulisan Laporan ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ................................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................................ 48
B. Saran ............................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesenya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan serviks (Gulardi Wikjosastro, 2008).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)
yang berat. (Kukuh Rahardjo, 2014). Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir
normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu
jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan
menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator yang paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan
suatu negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam
bidang obstetri. Menurut Survey Angka Sensus (Supas) tahun 2015 menyatakan
angka kematian ibu berkisar 305 per 100.000 kelahiran hidup dikarenakan
penyakit/komplikasi kehamilan dan persalinan. Angka kematian neonatal di
Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 mencapai 15 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi mencapai 24
per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita mencapai 32 per 1000
kelahiran hidup. Masalah yang dihadapi sebagian besar komplikasi dalam
persalinan tidak dapat diprediksi sehingga setiap persalinan dianggap beresiko dan
memerlukan persiapan serta pelayanan yang berkualitas setiap saat.

Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau
terlalu tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur, dan banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional

1
(Koblinsky et al, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang
menyatakan bahwa kejadian komplikasi persalinan ibu melahirkan dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi dibanding ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan yang
baik. Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal
antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan yang
baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat mengurangi angka
kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan kesehatan terjangkau dan
fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye, 2013).

Sebagian besar wanita pada proses persalinan mengalami perubahan fisik


dan psikologis sebagai respon dari apa yang dirasakan dalam proses
persalinannya. Perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan
persalinan pada pasien. Dukungan sosial dan emosional serta pelayanan selama
persalinan adalah salah satu intervensi yang tepat digunakan untuk mencapai
pengalaman melahirkan yang positif (Alexander et al, 2013). Petugas kesehatan
harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk mendukung calon ibu yang
melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan sebagai pemberi perawatan dalam
persalinan juga harus mampu memenuhi tugas diantaranya mendukung wanita;
pasangan dan keluarga selama proses persalinan, mengobservasi saat persalinan
berlangsung; memantau kondisi janin dan kondisi bayi setelah lahir; mengkaji
faktor resiko; mendeteksi masalah sedini mungkin, melakukan intervensi minor
jika diperlukan seperti amniotomi dan episiotomi; perawatan bayi baru lahir,
merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika terjadi komplikasi (Tasnim et
al, 2011).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan


Kebidanan Persalinan Pada Ibu ‘DR’ Umur 25 Tahun G1P0000 UK 36 Minggu 5
Hari Preske U Puka T/H Intrauterine + PK I Fase Aktif. Kasus ini diangkat
dengan tujuan agar dapat memberikan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru
lahir yang tepat dan sesuai standar dalam pelayanan kebidanan kepada ibu
bersalin.

2
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan kasus ini adalah
mengetahui Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ibu ‘DR’ Umur 25 Tahun
G1P0000 UK 36 Minggu 5 Hari yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar
secara holistik.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Asuhan Kebidanan Pada Ibu ‘DR’ Umur 25 Tahun G1P0000 UK 36
Minggu 5 Hari dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 2 Oktober 2019 di Ruang
VK RSD Mangusada Kabupaten Badung.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Manfaat teoritis
Penulisan laporan kasus ini dapat dipertimbangkan sebagai bahan bacaan
serta pengembangan tulisan selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
fisiologi holistik persalinan dan bayi baru lahir.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi kesehatan dan petugas kesehatan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan gambaran dalam
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan bahan masukan bidan di institusi
pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir secara holistik.
b. Bagi ibu bersalin dan keluarga
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi ibu bersalin
sehingga dapat mengenali dan menambah wawasan tentang masalah kesehatan
yang dialami. Selain itu penulisan laporan kasus ini juga dapat memberikan
pengalaman dan pengetahuan bagi suami dan keluarga ibu sehingga dapat ikut
terlibat dalam pelaksanaan asuhan.

3
c. Bagi Mahasiswa dan Institusi Pendidikan

Hasil penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan contoh


asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir dalam penerapan pelayanan
kebidanan sesuai dengan standar.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu
maupun janin (Prawirohardjo, 2011). Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase,
antara lain :
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) Persalinan Kala I
berlangsung 18-24 jam. Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten
dan fase aktif.
a. Fase Laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase Aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 sub fase, yaitu:
1) Periode Akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode Dilatasi Maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode Deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan mencapai 10
cm atau lengkap.
Ketidaknyamanan persalinan kala I, antara lain :
a. Nyeri
Nyeri disebabkan oleh kontraksi, khususnya ketika ibu bersalin mengalami
kontraksi setiap 2 atau 3 menit dan sedikitnya hanya membuka 2 atau 3 cm.
selain itu, nyeri persalinan juga dapat disebabkan oleh posisi oksiput posterior
janin yang menekan tulang ekor.

5
b. Psikologis
Ketakutan, kecemasan, kesendirian, stress atau kemarahan yang berlebihan
dapat menyebabkan kemajuan persalinan melambat pada ibu bersalin yang
tidak mendapatkan dukungan emosional atau mengalami kesulitan dari
persalinan yang lalu. Kelelahan, ketakutan dan perasaan putus asa adalah
akibat dari pra persalinan atau fase laten yang panjang, kemampuan koping
wanita berkurang dan nyerinya akan semakin berat dengan berjalannya waktu
tanpa kemajuan berarti.
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung
selama 2 jam dan pada multipara selama 1 jam.
Tanda dan gejala yang terjadi pada kala II adalah:
a. His semakin kuat, dengan interval waktu 2 sampai 3 menit.
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
c. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina.
d. Perineum terlihat menonjol.
e. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan. Tanda-tanda pelepasan plasenta : perubahan ukuran dan
bentuk uterus. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim.
Perlepasan plasenta ditandai dengan 3 tanda, yaitu: perubahan bentuk dan
tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan semburan darah mendadak dan singkat.
Pada kala tiga persalinan dilakukan manajemen aktif kala tiga yang bertujuan
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat

6
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah.
Manajemen aktif kala tiga, meliputi:
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
Sebelum melakukan suntikan oksitosin, pastikan terlebih dahulu apakah
ada janin kedua dengan melakukan palpasi.Karena oksitosin dapat menyebabkan
uterus berkontraksi dan menurunkan pasokan oksigen pada bayi.Kemudian,
berikan suntikan oksitosin sebanyak 10 IU melalui IM pada 1/3 aspektus lateralis.
Jika tidak ada oksitosin, langkah ini bisa dilakukan dengan meminta ibu atau
pendamping untuk melakukan stimulasi puting susu atau menganjurkan ibu untuk
menyusu segera. Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir. Apabila plasenta belum juga lahir, berikan suntikan kedua
dengan dosis yang sama 15 menit berikutnya. Namun, apabila masih belum lahir
ulangi langkah sebelumnya dengan pemberian suntikan oksitosin dengan dosis
yang sama 30 menit berikutnya. Apabila setealah itu plasenta belum juga lahir dan
disertai perdarahan, lakukan bimanual plasenta dan segera rujuk apabila tanpa
disertai perdarahan.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
Penegangan tali pusat terkendali ini dilakukan dengan langkah awal yaitu
memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. Saat mulai
kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah serta lakukan tekanan dorso-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. Ketika plasenta sudah
terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dengan mengangkat tali
pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan
dalam wadah.
c. Masase fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan
melakukan gerakan sirkular pada fundus secara lembut selama 15 detik untuk
merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga tidak terjadi perdarahan. Periksa
kembali uterus setelah 1 hingga 2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi.
Jika belum, lakukan masase kembali. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit

7
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua pasca persalinan.
4. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan akhir 2 jam
kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu,
terutama kematian yang disebabkan perdarahan. Selama kala IV, bidan harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertma dan 30 menit pada jam kedua
setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih
sering (Rukiah,2009). Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:
1) Tingkat kesadaran
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

B. Adaptasi Terhadap Perubahan Anatomi dan Fisiologi dalam Persalinan


Fisiologis
1. Genetalia Eksterna
Adaptasi anatomi genetalia eksterna antara lain adalah perineum.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat
dilalui oleh bayi. Regangan yang kuat ini kemungkinan karena bertambahnya
pembuluh darah pada vagina.
b. Uterus
Perubahan-perubahan pada uterus dalam persalinan dapat dilihat pada keadaan
segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan. Pendataran dari cervix
merupakan pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran
yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis.

8
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setiap kontraksi, ± 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dlm
sistem vaskuler ibu sehingga meningkatkan curah jantung pada kala I (10-15%)
dan Kala II (30-50%). Tekanan darah saat kontraksi kala I sistolik meningkat s.d
10 mmHg dan saat kontraksi kala II (sistolik meningkat hingga 30 mmHg dan
diastolik hingga 25 mmHg.
4. Perubahan sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan karena peningkatan aktivitas fisik dan
pemakaian oksigen. Kecemasan kala II menyebabkan peningkatan pemakaian
oksigen.
5. Perubahan Gastrointestinal atau Pencernaan
Bibir dan mulut kering karena bernapas melalui mulut, dehidrasi dan
respon emosi. Waktu pengosongan lambung lambat karena (motilitas dan absorbsi
saluran cerna menurun). Mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna.
Timbul rasa mual dan sendawa yang merupakan respon terhadap dilatasi serviks
lengkap.
6. Perubahan Sistem Perkemihan
Sulit BAK spontan yang dapat dikarenakan edema jaringan akibat tekanan
bagian presentasi, rasa tidak nyaman, rasa malu. Proteinuria (+1, dbn) sebagai
respon rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
7. Perubahan Sistem Endokrin atau Hormonal
Aktif selama proses persalinan karena terdapat peningkatan progesteron,
penurunan estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Peningkatan metabolisme dan
penurunan kadar glukosa darah terjadi selama proses persalinan.
8. Perubahan Sistem Termogulator
Selama persalinan suhu tubuh akan sedikit meningkat, suhu mencapai
tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan ini
dianggap normal asal tidak melebihi 0,5o C sampai 1o C.
9. Perubahan Sistem Integumen
Distensibilitas (peregangan) daerah introitus vagina tergantung paritas.
Terjadi obekan-robekan kecil (meskipun tidak ada episiotomi/laserasi).

9
C. Perubahan Sistem Imunitas Selama Persalinan
Selama hamil, janin akan terlindungi dari mikroorganisme yang membawa
bibit penyakit karena mikroorganisme tersebut tidak dapat menembus barier
plasenta. Namun ketika terjadi proses persalinan, janin akan melewati jalan lahir
yang banyak terdapat mikroorganisme dan bakteri. Ketika proses persalinan,
sistem imun janin belum berkembang dengan baik, maka dari itu teknik-teknik
persalinan aseptik harus diperhatikan dengan baik.
Sintesis awal IgG dan IgM awalnya terjadi di limpa pada masa kehamilan
sekitar 10 minggu, kemudian mengalami peningkatan hingga masa kehamilan 26
minggu. Level ini meningkat dengan drastis pada saat kelahiran. Bayi yang baru
lahir, mempunyai level serum IgM, IgA, IgE yang rendah. Proteksi awal bayi
diperoleh dari ASI dimana bayi yang mendapatkan asupan ASI akan memperoleh
IgA khususnya sebagai proteksi terhadap mikroba saluran pencernaan dan juga
IgG dipindahkan dari ibu melalui plasenta sebagai proteksi selama satu tahun
pertama kehidupan bayi. Belum matangnya sel limphosit T dan B dan juga
Antigen Presenting Cell (APC) ikut berperan pada rendahnya produksi antibodi
pada bayi yang baru lahir.
Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.

D. Tanda-Tanda Persalinan
1. Terjadi lightening pada menjelang minggu ke-36 kehamilan. Pada
primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk
ke pintu atas panggul yang disebabkan oleh: Kontraksi braxton Hicks,
ketegangan perut dinding, ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat
janin dimana kepala ke arah bawah.
2. Terjadinya his permulaan atau kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton
Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua usia

10
kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut sebagai his
palsu. Sifat his permulaan (palsu) antara lain:
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks
d. Durasi pendek
e. Tidak bertambah walaupun beraktivitas.
3. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
4. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi servikal
dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan
sebagai barier protektif dan menutup servikal selama kehamilan. Bloody show
adalah pengeluaran dari mukus.
5. Kadang-kadang ketubah pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran yang
normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan
lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam.
6. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
7. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, antara lain :
1. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi:
a. HIS (kontraksi uterus)
His adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot - otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominan, terkoordinasi dan relaksasi. Pembagian his dan sifatnya, yaitu:
1) His pendahuluan yaitu his tidak kuat, datangnya tidak teratur, menyebabkan
keluarnya lendir darah atau bloody show.

11
2) His pembukaan (kala 1) yaitu menyebabkan pembukaan serviks, semakin
kuat, teratur dan sakit.
3) His pengeluaran (kala 2) yaitu untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur,
simetris, dan terkoordinasi.
4) His pelepasan plasenta (kala 3) yaitu kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
5) His pengiring (kala 4) yaitu kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi
pengecilan dalam beberapa jam atau hari.
Perbedaan kontraksi pada persalinan sejati dan palsu, yaitu:

Kontraksi pada Persalinan Sejati Kontraksi Persalinan Palsu


Kontraksi terjadi dengan interval Kontraksi terjadi dengan interval tidak
teratur
Interval secara bertahap memendek Interval tetap lama
Nyeri dipunggung dan abdomen Nyeri perut dibawah
Serviks membuka Serviks belum mebuka
Nyeri tidak hilang dnegan sedasi Nyeri hilang dengan sedasi

Hal-hal yang harus di perhatikan pada saat his melakukan observasi adalah
sebagai berikut:
(a) Frekunsi his yaitu jumlah his dalam waktu tertentu.
(b) Intensitas his yaitu kekuatan his (adekuat atau lemah).
(c) Durasi (lama his) yaitu lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dalam
detik misalnya 50 detik.
(d) Interval his yaitu jarak antara his yang satu dengan his berikutnya.
b. Tenaga mengejan
Keinginan mengejan ini disebabkan karena :
1) Kontraksi otot - otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan
intra abdominal dan tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan
menambah kekuatan untuk mendorong keluar.
2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan sewaktu buang air besar (BAB)
tapi jauh lebih kuat.

12
3) Saat kepala bayi sampai kedasar panggul, timbul refleks yang mengakibatkan
ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot - otot perut dan menekan
diafragmanya kebawah.
4) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan
paling efektif sewaktu ada his.
5) Tanpa tenaga mengejan, bayi tidak akan lahir.
2. Passage
Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2, yaitu bagian keras yang terdiri
dari tulang panggul dan bagian lunak yang terdiri dari otot- otot dan ligamen –
ligamen. Dengan 2 jari ialah jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavitas dari
sakrum, jari tengah digerakkan keatas sampai dapat meraba promontorium. Sisi
radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah simpisis dan tempat ini di
tandai dengan kuku jari telunjuk tangan kiri. Promontorium hanya bisa tercapai
oleh jari kita dengan pemeriksaan dalam pada panggul yang sempit. Pada panggul
dengan ukuran normal, promontorium tidak tercapai, ini menandakan bahwa CV
cukup besar.
3. Passenger
a. Janin
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin.Karena plasenta harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin.
b. Plasenta
Plasenta merupakan organ yang luar biasa.Plasenta berasal dari lapisan
trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk
melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama
kehidupan intrauterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan
dan efisiensi plasenta. Bagian plasenta dibagi dua, yaitu:
1) Bagian janin / permukaan fetal (fetal portion)
Ciri-ciri permukaan fetal, yaitu sebagai berikut:
(a) Terdiri dari vili.
(b) Menghadap ke janin.

13
(c) Warnanya putih dan licin karena tertutup oleh amnion. Dibawah amnion
nampak pembuluh-pembuluh darah.
2) Bagian ibu/permukaan maternal (maternal portion)
Ciri-ciri permukaan maternal, yaitu sebagai berikut:
(a) Terdiri dari desidua kompakta dan sebagian desidua spongiosa yang kelak ikut
lepas dengan plasenta.
(b) Menghadap kedinding rahim.
(c) Warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah. Plasenta terdiri dari 16-20
kotiledon.
(d) Permukaa kasar beralur-alur.
Letak plasenta pada umunya pada korpus uteri bagian depan atau belakang
agak kearah fundus uteri. Hal ini fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat berimplantasi. Plasenta berbentuk
bundar atau oval. Ukuran diameter 15-20cm, tebal 2-3 cm dan beratnya ± 500
gram. Panjang tali pusat 30-100 cm, terdiri dari 2 arteri dan 1 vena (arteri
mengandung darah kotor dan vena mengandung darah bersih).
c. Air ketuban
Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang
membran janin, dengan demikian pembentukan komponen amnion yang
mencegah ruptura atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan.
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul, penurunan ini
terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan
juga disaat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan saluran serviks
yang terjadi di awal persalinan dapat juga terjadi karena tekanan yang ditimbulkan
oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh (Nurasiah dkk, 2012).
4. Posisi
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi dan fisiologi persalinan.Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan mempebaiki
sirkulasi. Posisi tegak yaitu berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak
mengakibatkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal meningkat selama
persalinan seiring kontraksi uterus. Peningkatan curah jantung memperbaiki aliran
darah ke uteroplasenta dan ginjal ibu. Posisi tegak juga membantu mengurangi

14
tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi/penekanan pada
pembuluh darah aorta dan vena kava yang dapat menurunkan perfusi plasenta
5. Psikologi
Rangsangan yang diterima oleh ibu melalui penglihatan dan pendengaran
maupun perabaan tentang proses persalinannya kemudian karena ibu menganggap
hal tersebut sebagai stresor maka akan dikirimkan ke otak melalui saraf bahwa hal
tersebut merupakan keadaan yang berbahaya sehingga otak menstimulasi sel-sel
kromafin medulla adrenal menghasilkan katekolamin. Kadar katekolamin serum
maternal yang tinggi mempunyai efek inhibisi langsung pada kontraktilitas
miometrium. Psikologis meliputi psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat
pada kehidupan ibu.
Lima benang merah persalinan, yaitu:
a. Membuat Keputusan Klinik
b. Asuhan Sayang Ibu Dan Bayi
c. Pencegahan Infeksi
d. Pencatatan ( Rekam Medik ) Asuhan Persalinan
e. Rujukan
6. Adaptasi Psikologis Ibu Bersalin
Cemas sesuatu yang menganggu, perasaan gelisah mengenai masa depan
atau suatu yang tidak pasti.Gangguan kecemasan merupakan perasaan subjektif
yang kuat disertai dengan aktifitas fisiologis. Kecemasan merupakan masalah
utama yang dirasakan oleh sebagian besar ibu bersalin.
Faktor penyebab kecemasan pada ibu bersalin :
a. Cemas terhadap proses persalinan yang akan dialami
b. Cemas terhadap hasil persalinan
c. Cemas terhadap rasa nyeri yang akan dialami
Cemas dalam proses persalinan, disertai peningkatan hormon
norepinephrine dan epinephrine. Sekresi epinephrine persalinan berhubungan
dengan penurunan aktifitas uterus, sedangkan sekresi norepinephrine
berhubungan dengan peningkatan aktifitas uterus tapi juga menyebabkan
inkoordinasi dan dysfungsional aktifitas uterus. Gejala sistem pernafasan yang

15
dikaitkan dengan gangguan kecemasan adalah terjadi hiperventilasi, rendahnya
tekanan CO2 yang dapat menimbulkan rasa pening, jantung berdebar dan perasaan
gelisah.
Adaptasi psikologis ibu bersalin untuk menghadapi perasaan putus asa
yaitu dengan menerima kehadiran bayinya. Dengan menerima kehadiran bayinya
maka ibu akan senang menjalani proses persalinan. Selain itu dapat juga dengan
menghadirkan suami. Kehadiran suami untuk memberikan dukungan adalah hal
yang sangat penting bagi istri selama menjalani proses persalinan.
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang
bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus – menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun. Menurut Kruckman
(Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin
dipengaruhi oleh faktor:
a. Biologis
b. Karakteristik ibu, yang meliputi :
1) Faktor umur.
2) Faktor pengalaman.
3) Faktor pendidikan.
4) Faktor selama proses persalinan.
5) Faktor dukungan sosial.
Penyesuaian ibu terhadap peran sebagai orang tua ada 3 fase. Dalam fase-
fase ini ditandai oleh prilaku dependen, prilaku dependen mandiri sampai prilaku
interdependen (Bobak, 2005).
a. Fase dependen
fase periode ketergantungan yang terjadi selama satu sampai dua hari
pasca melahirkan. Pada fase ini ibu berharap bahwa segala kebutuhannya bisa
dipenuhi oleh orang lain, sehingga ibu dapat memindahkan energy psikologisnya
terhadap bayinya.
b. Fase dependen-mandiri
Pada fase ini muncul kebutuhan ibu dalam mendapat perawatan dan
penerimaan dari orang lain, serta berkeinginan untuk bisa melakukan segala
sesuatu dengan mandiri. Ibu juga mulai belajar merawatbayinya dalam 10

16
hari.Selama kehamilannya sampai enam bulan pasca melahirkan, ibu akan
mengalami terjadinya perubahan peran. Tidak adanya pengalaman pada masa lalu
biasanya akan menyebabkan ketegangan, peran konflik dan kesulitan yang
dirasakan oleh ibu. Sehingga dibutuhkan peranan keluarga dalam memberikan
dukungan terkait dengan pemahaman terhadap informasi mengenai peran baru
yang di alaminya.
c. Fase interdependen
Fase interdependen atau yang biasa disebut dengan fase letting-go
merupakan fase dimana muncul antara ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai
suatu system dengan anggota saling berinteraksi. Tuntutan utama ialah
menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak dalam beberapa hal.
Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam fase ini.Serta ibu dan ayah mulai
melakukan aktifitas sebagai peran baru yang di alaminya, seperti mengatur rumah
dan membina karier.
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi servix dan penurunan bagaian
terendah janin. Nyeri persalinan mempengaruhi mekanisme fisiologis dan
menyebabkan respons stres fisiologis yg umum dan menyeluruh. Nyeri yang berat
dan lama mempengaruhi ventilasi, sirkulasi, metabolisme dan aktifitas uterus.
Nyeri persalinan muncul karena :
a. Kontraksi otot rahim
b. Regangan otot dasar panggul
c. Episiotomi
d. Kondisi psikologi
7. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
a. Nutrisi dan cairan
Pada persalinan kala satu fase laten boleh makanan jenis namun akan lebih
baik makanan yang mudah cerna.Kebutuhan nutrisi ibu bersalin sama dengan
kebutuhan ibu hamil trimester III. Pada fase aktif diutamakan untuk memnuhi
kebutuhan energi diberikan makanan dalam bentuk cair.
b. Pengurangan rasa nyeri
Pengurangan rasa nyeri dapat menggunakan beberapa metode, seperti:

17
1) Masase
Masase yaitu melakukan tekanan dengan tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot, tendon, atau ligamen untuk meredakan nyeri, menghasilkan
relaksasi dan memperbaiki sirkulasi. Masase pada punggung merangsang titik
tertentu di sepanjang meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui
serabut saraf besar ke formatio retikularis, thalamus dan sistem limbic tubuh
akan melepaskan endorphin.
2) Aroma therapy
Aroma yang sering digunakan, yaitu:
a) Lavender : Mengandung antispasmodik, perelaksasi, dan pereda nyeri.
b) Chamomile : Mengandung anti imflamasi, antispasme, berfungsi
menenangkan, merelaksasi.
c) Jasmin : Membantu memperkuat kontraksi, pereda nyeri dan
antispasmodik, antidepresan.
d) Lemon : Antiseptik, astrinjen sebagai tonik relaksasi.
e) Mawar : Antispasmodik dan tonik sirkulasi umum.
f) Prangi pani : Menenangkan dan merelaksasi.
3) Musik
Musik adalah seni yang mempengaruhi pusat fisik dan jaringan saraf.
Musik juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf autonom,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu jenis musik yang biasa
dipakai sebagai terapi kesehatan adalah musik klasik.
4) Pernapasan
Teknik pernapasan salah satu manajemen non farmakologi untuk
meningkatkan kemampuan pasien mengatasi rasa nyeri. Teknik pernafasan dapat
memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen, otot-otot genitalia menjadi rileks,
sehingga otot-otot tersebut tidak menggangu penurunan janin. Teknik pernafasan
yang tepat membuat ibu lebih nyaman (mengurangi nyeri) dan akhirnya
meningkatkan hormone endorphin sehingga proses persalinan menjadi lancar.
5) Hidroterapi
Metode ini berfokus pada self-hypnosis untuk menciptakan suasana tenang
dan nyaman selama proses menjelang kelahiran buah hati anda. Metode ini juga

18
berfokus pada olahraga yang dilakukan selama proses kehamilan agar tubuh anda
siap saat menghadapi proses kelahiran. Metode ini mengajarkan anda cara
pernapasan pada perut, panduan secara visualisasi mengenai self-hypnosis untuk
membantu anda mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan pada saat proses
melahirkan.
6) Bola
Bola untuk persalinan adalah sebuah bola berukuran besar ,berdiameter
antara 65 – 75 cm. Terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah, apabila tertusuk
sesuatu tidak langsung pecah secara tiba – tiba. Permukaan bola non slip,
sehingga tidak mudah meluncur.Menggunakanbolamelahirkanselama
persalinansecara signifikan mengurangi:
a) Nyeri punggung, stres dan level cemas
b) Tingkattekanan atasperut bagian bawah, perineumdan paha
c) Penggunaanpereda nyeriselama persalinan
c. Dukungan dan pendamping
1) Dukungan fisik
Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung
yang diberikan oleh bidan, keluarga atau suami kepada ibu bersalin.
2) Dukungan psikologis
Dukungan psikologis adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian
maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa
dicintai dan diperhatikan, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada
keberhasilan.
d. Pengosongan kandung kemih
Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai berikut:
1) Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila berada di atas
spina isciadika
2) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus
3) Menimbulkan nyeri yang tidak perlu
4) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5) Memperlambat kelahiran plasenta

19
6) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat kontraksi
uterus.
e. Istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang.Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh dapat berfungsi
secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki mana yang berbeda setiap
manusia. Secara umum, istirahat merupakan suatu keadaan tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional, dan bebas dari perasaan yang gelisah.Ibu membutuhkan
istirahat dan tidur sebelum dan sesudah persalinan untuk menenangkan diri
maupun mempersiapkan tenaga.
f. Kebersihan dan kenyamanan tubuh
Ibu sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang
persalinan, manfaatnya antara lain :
1) Mandi dan membersihkan badan, ibu akan mengurangi kemungkinan adanya
kuman yang masuk selama persalinan. Hal ini mengyrangi terjadinya infeksi
sesudah melahirkan.
2) Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan.
Saat ini, ibu yang akan melahirkan, tidak di-huknah untuk mengeluarkan tinja.
3) Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus yang
akan dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah penjahitan jika ibu
ternyata diepisiotomi.
g. Penerimaan atas sikap dan perilaku
Pada persalinan yang kuat, ibu biasanya lebih terpusat dan menarik diri
daripada mengobrol dengan orang lain, ia digambarkan telah menjadi dirinya
sendiri. Ketika persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas, memegang
sesuatu saat kontraksi atau berdiri mengangkang dan menggerakan pinggulnya.
Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada pula yang
berusaha untuk dimana ada juga yang menangis. Semua itu merupakan tingkah
laku yang saat itu hanya dapat dilakukannya. Sebagai seorang bidan yang dapat
dilakukan adalah hanya menyemangatinya dan bukan memarahinya. Penerimaan
akan tingkah lakunya dan sikap juga kepercayaannya, apapun yang dia lakukan
merupakan hal terbaik yang mampu dia lakukan pada saat itu.

20
h. Asuhan sayang ibu
1) Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses
persalinan
2) Fasilitasi keluarga ikut terlibat dalam asuhan
(a) Membantu ibuberganti posisi
(b) melakukan rangsangan taktil
(c) memberikan makanan dan minuman
(d) teman bicara
(e) memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan
bayinya.
3) Jelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada
mereka
4) Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan
5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran
i. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Ibu memulai inisiasi menyusui dini dalam 30 menit setelah bayi lahir
dengan menitikberatkan pada kemampuan alami bayi untuk memulai menyusu
dengan cara merangkak di dada ibunya yang disebut “breast crawl” (setiap bayi,
saat diletakkan di perut ibunya segera setelah lahir memiliki kemampuan untuk
menemukan payudara ibunya dan mengambil minum pertamanya dengan
kemampuannya sendiri).
1) Indikasi IMD
(a) Ibu dan bayi dalam keadaan sehat
(b) Tidak berkaitan dengan cara persalinan
(c) Persalinan spontan yang melahirkan bayi kurang bugar tidak terindikasi
(d) Bayi bugar lahir melalui bedah kaisar/ekstraksi vakum/forsep dapat dilakukan
IMD
2) Manfaat IMD bagi bayi
(a) Mencegah hipotermi : Bayi baru lahir yang melakukan kontak dini dengan
kulit ibu memiliki suhu aksila yang lebih tinggi dan lebih sedikit menangis.

21
(b) Kolonisasi dini : Memungkinkan bayi memperoleh bakteri komensal secara
dini yang akan berkolonisasi di kulit dan usus  penting untuk pertahanan
bayi.
(c) Kolostrum
Bayi memperoleh kolostrum yang mengandung Ig, limfosit dan faktor
imunokompeten lain yang merangsang imunitas humoral dan seluler. Secretory
IgA dalam kolostrum tahan terhadap enzim proteolitik saluran pencernaan dan
dapat membentuk lapisan di dalam mukosa saluran cerna mencegah bakteri
patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus. Kolostrum mengandung
epithelial growth factor yang mempercepat maturasi sel usus.
3) Manfaat IMD bagi ibu
(a) Mempercepat involusi uterus
(b) Merasa nyaman dan sayang bayi
(c) Mencegah anemia
4) Kendala IMD
(a) Dengan IMD bayi akan kedinginan
(b) Ibu perlu istirahat
(c) Ibu perlu waktu untuk episiotomi
(d) Kolostrum kotor
(e) Bayi harus dilatih dahulu
(f) Sibuknya ruang persalinan
(g) Tidak ada petugas kesehatan yang mendampingi.

F. Evidence Based Practice dalam Asuhan Persalinan


1. Kala I Persalinan
a. Manajemen Nyeri Persalinan
1) Aromaterapi Lavender
Aromaterapi merupakan minyak atau esensial yang didapatkan melalui
hasil sulingan dari tanaman yang dimanfaatkan untuk sarana terapeutik.
Aromaterapi dapat diaplikasikan pada massage, atau dihirup menggunakan uap.
Dalam persalinan, aromaterapi paling umum digunakan dengan massage,
berendam atau dihirup. Lavender merupakan salah satu tanaman yang sering

22
digunakan sebagai aromaterapi. Lavender mempunyai efek analgesik sehingga
sering digunakan untuk mengurangi nyeri pada beberapa kondisi, salah satunya
dalam manajemen nyeri persalinan. Komponen linalyl acetate dalam lavender
dapat merelaksasikan otot halus.
Aromaterapi lavender juga dapat memberikan efek ketenangan.
Menghirup aroma lavender akan mengurangi sekresi kortisol dari kelenjar adrenal
and memproduksi relaksin dengan menghambat aktivitas simpatis dan
menstimulasi sitem parasimpatis. Berdasarkan penelitian dari Lamadah and
Nomani (2016) diketahui bahwa 82% ibu bersalin mengalami penurunan nyeri
kontraksi dengan menggunakan aromaterapi. Pada kelompok aromaterapi, 100%
ibu bersalin dengan normal, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 96,4% yang
dapat bersalin normal. Penelitian ini menyatakan bahwa aromaterapi lavender
dapat mengurangi nyeri dan kecemasan dalam persalinan.
2) Birth Ball
Birth ball adalah sebuah bola yang biasa digunakan dalam proses
persalinan. Gerakan lembut yang dilakukan ibu bersalin menggunakan birth ball
bermanfaat untuk mengoptimalkan posisi fisiologikal dari pelvis yang dapat
mengurangi nyeri kontraksi dan mempercepat proses persalinan. Penggunaan birth
ball membantu ibu bersalin untuk mengatur posisi yang dapat meningkatkan
aktivitas dan mobilitas pelvis, dan untuk mendapatkan posisi nyaman.
Penggunaan birth ball juga membantu pelaksanaan posisi tegak atau upright
position dan untuk mennghilangkan tekanan serta meringankan ketegangan otot,
yang dapat menurunkan nyeri persalinan. Birth ball mendorong bagian terendah
janin menuju jalan keluarnya agar persalinan dapat berjalan dengan lancar.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dengan birth ball akan mengurangi nyeri
persalinan dan mempercepat durasi persalinan (Berdasarkan penelitian James and
Hudek, 2017).
3) Rebozo Technique
Teknik rebozo adalah teknik non-invasif, teknik praktis yang dilakukan
pada ibu bersalin dalam posisi berdiri, berbaring atau membungkuk. Dalam teknik
rebozo dilakukan dengan gerakan lembut terkontrol pada panggul ibu bersalin dari
satu sisi ke sisi lain menggunakan selendang atau kain, dan dilakukan oleh bidan

23
atau pendamping persalinan. Berdasarkan penelitian oleh Iversen, et al. (2017)
yang menemukan bahwa mayoritas ibu hamil yang melakukan teknik rebozo puas
akan dirinya dan membantu meningkatan manajemen nyeri. Teknik rebozo dapat
mempercepat proses persalinan (terutama pada multiparitas, malposisi janin dan
penurunan kepala janin yang kurang). Selain itu, teknik rebozo dapat memperkuat
hubungan interpersonal dan membuat ibu bersalin mengetahui bahwa persalinan
tidak akan dilewati sendiri.
4) Hypnobirthing
Metode hypnobirthing digunakan untuk mengendalikan pikiran ibu dan
memasukkan sugesti positif dalam pikiran ibu, sehingga dapat memberikan
perasaan rileks pada ibu, peningkatan rasa kesejahteraan pada ibu dapat
mendorong proses fisiologis persalinan. Jika saat-saat persalinan dihadapi dengan
tenang, ikhlas dan pasrah secara alami tubuh akan mengeluarkan hormon
oksitosin dan endorphin, dimana hormon endorphin merupakan penghilang rasa
sakit yang alami dalam tubuh. (Penelitian Syahda dan Ramaida, Tahun 2017).
5) Music Therapy
Intervensi terapi musik dipercaya dapat mengembalikan, mengatur dan
meningkatkan emosi, fisik dan psikologi yang baik dan telah sering digunakan
dalam praktik kebidanan. Penggunaan musik dalam manajemen nyeri dapat
mengalihkan dan membalikkan perasaan cemas, dan mengaktifkan releasing
hormon endorphin yang dapat digunakan oleh tubuh sebagai penghilang nyeri.
Terapi musik efektif untuk mengurangi nyeri dan stress, membuat ibu bersalin
rileks pada fase aktif persalinan. Penelitian Simavli, et al. (2014) menemukan
bahwa terapi musik selama persalinan dapat menurunkan tekanan darah, heart
rate, dan respiratory rate yang merupakan indikator relaksasi fisik terhadap
respon simpatetis.
6) Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan komplementer, yang berdasarkan
pada energi kehidupan (qi) yang berada pada meridian dalam tubuh. Akupresur
telah banyak digunakan dalam bidang kebidanan dan ginekologi seperti
kecemasan pada perimenopause dan postmenopause, stress menstruasi, serta mual
muntah setelah pembedahan. Akupresur dapat bermanfaat dalam induksi

24
persalinan dan mengelola nyeri persalinan. Akupresur dapat mengaktivasi titik-
titik tertentu di sepanjang sistem meridian, yang ditransmisi melalui serabut syaraf
besar ke formatio reticularis, thalamus, dan sistem limbik akan melepaskan
endorphin ke dalam tubuh. Sebagai hasil dari pelepasan endorphin, tekanan darah
menurun dan meningkatkann sirkulasi darah. Titik akupresur LI4, SP6 dan BL67
dapat mengurangi nyeri persalinan dan kontraksi uterus pada kala I persalinan.
(Penelitian Makvandi, et al. 2016).
7) Massage Kneading dan Teknik Pernafasan
Menurunkan nyeri pada persalinan dapat dilakukan dengan metode
farmakologi dan nonfarmakologi. Metode nonfarmakologi yang bermanfaat
adalah relaksasi teknik pernafasan, akupresur dan massage. Salah satu teknik
massage yang dapat dilakukan oleh bidan adalah teknik kneading, yaitu memijat
menggunakan tekanan yang sedang dengan sapuan yang panjang, meremas
menggunakan jari-jari tangan di atas lapisan superficial dan jaringan otot
membantu mengontrol rasa sakit lokal dan meningkatkan sirkulasi. Selain dengan
teknik massage, penurunan nyeri dapat dilakukan dengan relaksasi nafas,
misalnya bernafas dalam dan pelan. Dengan relaksasi nafas ibu bersalin akan
merasakan rileks dan nyaman karena tubuh akan mengalirkan hormon endorphin
yang merupakan penghilang rasa sakit alami dalam tubuh. (Penelitian oleh
Faujiah, dkk Tahun 2018).
8) Back-Effluerage Massage (BEM)
Masase pada punggung yaitu merangsang titik tertentu di sepanjang
meridiann medulla spinalis yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke
formatio retikularis, thalamus dan sistenm limbik tubuh akan melepaskan
endorfin. Penelitian Hanlimatussakdiah (2017), responden mengalami penurunan
intensitas nyeri setelah diberikan BEM. Hal ini terjadi karena terapi masase ini
akan menentukan perubahann fisiologis lebih objektif dan terjadi efek mekanik
dari terapi seperti penurunan rasa nyeri, meningkatkan jangkauan gerak, dan
relaksasi otot.
9) Kompres Hangat
Pengurangan rasa nyeri pada fundus (perut) atau punggung bawah dapat
dikurangi dengan menggunakan kantung berisi air hangat dan meletakkan pada

25
daerah nyeri seperti daerah fundus (perut) atau daerah punggung bawah. Efek dari
pemberian kompres hangat ini akan terjadi pelebaran pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran darah ke bagian nyeri yang dirasakan oleh ibu pada saat ibu
bersalin, menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri akibat spasme atau
kekauan otot. (Penelitian oleh Utami, dkk, Tahun 2018).
b. Pemenuhan Nutrisi
Selama hamil sampai menyusui ibu membutuhkan penambahan nutrisi.
Penambahan itu mencakup kalori, protein, kalsium, vitamin, dan mineral. Kalori
dibutuhkan sebanyak 300 kkal per hari, dan protein sekitar 12 gr per hari.
Beberapa makanan dann minuman yang dapat dikonsumsi ibu selama proses
persalinan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu antara lain:
1) Susu Formula
Pada persalinan kala I ibu bersalin akan lebih mudah mengkonsumsi
makanan yang mudah dicerna. Makanan yang mudah dicerna yaitu makanan cair
yang mengandung nutrisi, karena pada saat proses persalinan terjadi pelambatan
pengosongan lambung sehingga jika ibu diberikan makanan yang biasa, maka zat-
zat makanan yang terkandung di dalamnya tidak bisa diabsorpsi. Susu merupakan
makanan cair yang mengandung 150 kkal dalam 200 ml. makanan cair ini
memiliki kandungan protein yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi.
Konsumsi susu formula dapat membantu meningkatkan kontraksi otot
uterus, dan kekuatan ibu mengedan. Susu mengandung karbohidrat yang berguna
sebagai sumber energi dalam proses persalinan, vitamin yang menjaga kondisi
kesehatan bersalin, dan protein yang membantu pemulihan tubuh pasca salin. Ibu
bersalin dianjurkan untuk mengkonsumsi susu minimal 2 gelas agar ibu
mempunyai tenaga untuk mengejan dan mempercepat proses persalinan
(Penelitian Febriyanti dan Moita, 2018).
2) Jus Semangka
Buah semangka dipercaya dapat menurunkan tingkat kelelahan fisik
seseorang. Peran buah semangka dalam mengurangi kelelahan anaerobik adalah
karena adanya kandungan Citrullinne yang merupakan salah satu asam amino non
esensial. Kandungan Citrulline dalam buah semangka dapat mengurangi

26
penumpukan atau akumulasi laktat yang menjadi faktor yang mempercepat
terjadinya kelelahan pada otot.
Pemberian jus semangka yang kaya citrulline saat persalinan dapat
membantu proses pengembalian laktatke sistem darah portal, sehingga ditandai
dengan kenaikan jumlah laktat post partum lebih rendah dibandingkan dengan
pemberian plasebo saja. Citrulline memungkinkan pembentukan Arginin dan NO
(nitrix oxide) yang akan menjadikan sel endotel pembuluh darah vasodilatasi
(melebar) dan mampu membawa oksigen lebih banyak dan blood flow meningkat
ke sirkulasi portal di hepar. Pada saat persalinan kadar laktat akan meningkat,
yang juga meningkatkan kelelahan pada ibu bersalin, sehingga diperlukan jus
semangka yang mengandung citrulline agar dapat menurunkan kadar laktat dalam
darah (Berdasarkan penelitianWahyuni, dkk. Tahun 2017).
c. Dukungan Persalinan
Dukungan dari suami akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu dan
memberikan kemajuan yang positif serta memperlancar proses persalinan. Suami
yang mendampingi istrinya saat persalinan dapat memberikan dukungan baik
secara fisik, emosional, maupun advokasi. Dukungan fisik dapat diberikan melalui
kontak mata, memegang tangan dan menggosok punggung. Dukungan emosional
dapat diberikan dengan mewujudkan rasa cinta, rasa percaya, pengertian,
keterbukaan serta kerelaan suami untuk membantu menghadapi masalah-masalah
yang dihadapi ibu pada saat persalinan. Dukungan advokasi dapat diberikan suami
terkait pengambilan keputusan, pemberian informasi mengenai prosedur, dan
kemajuan persalinan. (Penelitian oleh Juwita dan Rahmah, Tahun 2014).
2. Kala II Persalinan
a. Posisi Persalinan
Membiarkan ibu memilih posisi persalinan merupakan bentuk penerapan
asuhan sayang ibu dan sesuai dengan konsep atau filosofi profesi bidan yang
meyakini bahwa proses persalinan adalah proses yang alamiah/fisiologis. Salah
satu upaya melayani ibu dalam proses persalinan adalah dengan mengkondisikan
dan mengupayakan posisi persalinan agar dapat berjalan dengan fisiologis, seperti
upright position atau posisi tegak. Posisi tegak antara lain berdiri, jongkok dengan
berpengangan, dan posisi setengah duduk. Pemilihan posisi juga merupakan salah

27
satu metode yang sangat membantu merespon rasa sakit dengan cara aktif dan
mengurangi lama persalinan kala II.
Posisi tegak pada persalinan diasosiasikan dapat memberikan keuntungan
pada ibu maupun bayi, karena dapat memberikan relaksasi dan sedikit tekanan
pada sirkulasi darah yang akan memberikan suplai oksigen pada bayi. Selain itu
posisi tegak juga dapat mempercepat penurunan kepala karena adanya gaya
gravitasi bumi sehingga memperpendek waktu persalinan. (Penelitian oleh
Syaflindawati, dkk Tahun 2015).
b. Water Birth
Water birth merupakan suatu proses persalinan yang menggunakan media
air kolam dan air hangat. Berendam dalam air hangat saat persalinan mempunyai
manfaat untuk relaksasi, dan manajemen nyeri. Dalam water birth, ibu bersalin
dapat berperan aktif selama proses persalinan. Manfaat water birth pada bayi baru
lahir yaitu mengurangi risiko trauma, kelahiran yang mudah, dapat berhubungan
langsung antara ibu dan bayi, serta inisiasi menyusu dini (IMD). (Berdasarkan
penelitian Kolivand, et al. Tahun 2014).
c. Orgasmic Birth
Orgasmic birth berarti membiarkan ibu bersalin mengalami orgasme
dengan melakukan hubungan seksual bersama suami. Orgasmic birth dapat
membantu adanya kontraksi pada otot, uterus, dan anus. Suami tidak hanya
memberikan dukungan emosional kepada ibu bersalin, tetapi juga dapat
melakukan stimulasi agar terjadi orgasme pada ibu bersalin dan dapat
menurunkan tingkat nyeri. Hubungan seksual pada persalinan dapat dilakukan
dengan berciuman dan melakukan rangsangan putting susu yang akan membantu
mempercepat proses persalinan. Orgasme pada ibu bersalin akan memicu
pengeluaran hormon oksitosin yang akan membuat rahim berkontraksi.
Berdasarkan penelitian oleh Mayberry and Daniel (2015), orgasmic birth adalah
cara alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat
proses persalinan. Secara fisiologis, tugas hormon dan saraf genetalia mempunyai
peran yang signifikan dalam proses persalinan.

28
d. Gentle Birth
Metode persalinan dengan gentle birth merupakan salah satu metode
persalinan yang mendukung program pemerintah terkait dengan pelayanan
kesehatan komplementer dan integrasi. Metode ini mengintegrasikan fungsi fisik,
pikiran, jiwa serta keyakinan bahwa persalinan adalah proses yang alami dengan
melakukan pemberdayaan diri, maka persalinan yang lembut dan aman, nyaman,
minim trauma dapat dialami ibu bersalin. Pada persalinan dengan gentle birth, ibu
beas memilih posisi persalinan baik itu posisi jongkok, setengah duduk, duduk,
berdiri atau posisi apapun. Ibu bersalin dapat mengikuti instingnya sendiri dan
posisi bayi yang sedang mencari jalan keluar. Melalui gentle birth ibu akan
merasa dihargai, aman dan nyaman serta nyeri menjadi berkurang. Tindakan
persalinan dengan metode gentle birth tidak berbeda dengan asuhann persalinan
normal (APN) fokusnya adalah continue support atau pemberdayaan diri ibu
bersalin, memperhatikan hak ibu dan hak bayi serta melalui pendekatan holistik
dan kultural dimana bidan memandang manusia seutuhnya. (Berdasarkan
penelitian Tangkas, dan Lutfiana tahun 2018).
3. Kala III Persalinan
a. Nipple Stimulation
Nipple stimulation saat persalinan dapat dilakukan dengan memilin-milin
putting susu oleh suami dan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Memberikan rangsangan putting susu atau menyusukan bayi segera setelah lahir
mampu menghasilkan oksitosin secara alamiah dan oksitosin ini akan
menyebabkan uterus berkontraksi. Kontraksi uterus sangat penting untuk
mengontrol perdarahan setelah kelahiran. Bentuk lain stimulasi pada putting susu
yang dapat membantu uterus berkontraksi adalah dengann melakukan pemilinan
putting dengan jari. Teknik ini dapat mempercepat atau memperkuat kontraksi
yang sudah ada (akselerasi dan augmentasi persalinan). Saat dilakukan nipple
stimulation akan merangsang keluarnya oksitosin, yaitu suatu hormon yang
menyebabkan kontraksi rahim dan membantu percepatan pengeluaran plasenta
(Penelitian oleh Rahmadhayanti dan Kamtini, Tahun 2018).

29
4. Kala IV Persalinan
Postpartum hemorrhage (PPH) menyumbang angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia. Penyebab PPH bervariasi tetapi kasus yang paling sering terjadi adalah
atonia uteri. Atonia uteri sering terjadi pada kala IV persalinan. Nada beberapa
tindakan medis yang untuk mencegah PPH salah satunya adalah menggunakan
balon tampon. Penelitian Arianto (2018) menyatakan rancang bangun sistem
balon tampon bisa digunakan dengan baik pada skala pengujian laboratorium
menggunakan model uterus. Pengujian kemampuan kondom yang difungsikan
dilakukan sampai tekanan 200 mmHg dan volume 1500 ml, hasilnya balon tidak
pecah dan bisa digunakan dengan baik. Hasil menunjukkan bahwa semakin tebal
balon dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk mendapatkan distribusi tekanan
dinding model uterus yang sama.

G. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir


1. Adaptasi Sistem Pernapasan
Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal bernapas yang dapat
dipengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
yang merangsang pusat pernapasan medulla oblongata di otak. Selain itu juga
terjadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan, sehingga
merangsang masuknya udara ke dalam paru. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir
berkisar antara 30-60 kali per menit.
2. Adaptasi Sistem Peredaran Darah
Tertutupnya duktus arteriosus botali saat paru-paru mengembang akan
menarik darah dari arteri pulmonalis. Selain itu, terjadi penutupan foramen ovale
pada atrium jantung dan penutupan duktusarteriosus antara arteri paru dan aorta.
3. Adaptasi Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
baru lahir ke lingkungannnya : Konduksi, Konveksi, Radiasi dan Evaporasi.
4. Adaptasi Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa akan
dipertahankan oleh si bayi itu serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2
jam. Guna mengalami atau memperbaiki kondisi tersebut, maka dilakukan dengan

30
menggunakan air susu ibu (ASI) , penggunaan candangan glikogen (glikogenesis),
dan pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneonesis).
5. Adaptasi Sistem Gastroitestinal
Kemampuan menelan dan mencerna makanan bayi masih terbatas,
mengingat hubungan esophagus bahwa dan lambung masih belum sempurna yang
dapat menyebabkan gumoh dapat kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30 cc.
6. Adaptasi Sistem Kekebalan tubuh
Perkembangan system imunitas pada bayi juga mengalami proses
penyusaian dengan dengan perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi
saluran nafas, dan pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan
alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya system kekebalan
melalui pemberian kolostrum dan lambat akan terjadi kekebalan sejalan dengan
perkembangan usia.
7. Adaptasi Ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih 24 jam pertama setelah lahir dan
2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama lahir,setelah itu berkemih 5-20 kali dalam 24
jam. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat,noda kemerahan (debu
batu bata) dapat diamati pada popok karena Kristal asam urat.
8. Adaptasi Hati
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir,hati terus
membantu pembentukan darah. Selama periode neonates,hati memproduksi zat
yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai
bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstrauterin,pada saat bayi baru lahir
menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi.

H. Evidence Based Practice dalam Asuhan Bayi Baru Lahir


1. Inisiasi Menyusu Dini
Asuhan essensial diperlukan pada bayi baru lahir agar dapat mencegah
terjadinya komplikasi dan dapat menyelamatkan nyawa bayi seperti segera
mengeringkan tubuh bayi baru lahir dan inisiasi menyusu dini sangat diperlukan
untuk upaya bayi dapat bertahan hidup dan menunda semua asuhan lainnya

31
minimal satu jam pertama kehidupan. Setelah satu jam kontak kulit ke kulit
selama Inisiasi Menyusu Dini, suhu inti dan suhu kulit perlu meningkat yang
mengindikasikan keuntungan dalam pencegahan kehilangan panas. Selama bayi
berada dalam bedong dan jauh dari ibu dapat terjadi penurunan suhu tubuh pada
bayi baru lahir. (Penelitian oleh Hutagaol, dkk Tahun 2014).
2. Waktu Pemotongan Tali Pusat
Penjepitan dan pemotongan tali pusat pada saat bayi baru lahir merupakan
intervensi yang harus dilakukan, akan tetapi penentuan waktu yang optimal untuk
dilakukannya penjepitan tali pusat sangat bervariasi, dengan penjepitan tali pusat
awal yang pada umumnya dilakukan pada 60 detik pertama setelah lahir,
sedangkan penjepitan tali pusat tertunda dilakukan setelah 1 menit atau saat
denyutan pada tali pusat berhenti. Asuhan persalinan normal dan perawatan
neonatal essensial menjelaskan tentang intervensi berupa penjepitan tali pusat 2
menit setelah bayi lahir. Menunda penjepitan tali pusat pada bayi cukup bulan
yang sehat, meningkatkan konsentrasi hemoglobin (Hb) dan cadangan zat besi
pada bayi, yang memiliki manfaat klinis khususnya pada bayi-bayi dimana akses
terhadap nutrisi yang masih kurang baik. (Penelitian oleh Sundari, Tahun 2016).
3. Lotus Birth
Menjepit dan memotong tali pusat ketika masih berdenyut dapat berbahaya
pada bayi baru lahir. Menunda penjepitan tali pusat dalam beberapa menit akan
membantu aliran darah dari plasenta dapat menuju ke bayi dengan baik sehingga
bayi baru lahir akan mendapatkan zat besi dan haemoglobin yang cukup.
Menunggu tali pusat sampai berhenti berdenyut untuk dilakukan penjepitan tidak
akan mengganggu suplai oksigen yang didapatkan bayi melalui tali pusat-
plasenta. Lotus birth merupakan suatu intervensi untuk tidak memotong tali pusat
bayi setelah persalinan, dan menunggu tali pusat lepas secara natural dalam waktu
3-10 hari setelah bayi lahir. Pada praktiknya, plasenta akan disimpan pada sebuah
tempat dan tetap berada dekat dengan bayi. Bayi dan plasenta berasal dari sel
yang sama dan merupakan suatu kesatuan. Apabila dilakukan intervensi berupa
pemotongan talin pusat untuk memisahkannya, akan mempengaruhi sistem
imunitas bayi (Berdasarkan penelitian Bonsignore, et al. tahun 2019).

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kasus:

Ibu “DR” datang ke RSD Mangusada pukul 17.48 WITA dengan rujukan
dari Puskesmas Abian Semal I dengan diagnose Kala I fase aktif memanjang, Ibu
mengeluh sakit perut hilang timbul, dirasakan sejak pukul 21.00 WITA (1-10-
2019), keluar lendir campur darah mulai pukul 23.00 WITA (1-10-2019), tidak
ada pengeluaran air dan gerakan janin dirasakan aktif oleh ibu.

Hari, tanggal pengkajian : Kamis, 2 Oktober 2019

Waktu pengkajian : Jam 17.48 WITA

Tempat pengkajian : Ruang Bersalin RSD Mangusada Badung

A. DATA SUBYEKTIF
(Tanggal 2 Oktober 2019 Pukul 17.48 WITA)
1. Identitas ibu Suami
Nama : Ibu “DR” Bapak “RP”

Umur : 25 Tahun 24 Tahun

Agama : Hindu Hindu

Suku bangsa : Indonesia Indonesia

Pendidikan : Perguruan Tinggi Akademi

Pekerjaan : Tidak Bekerja Karyawan Swasta

Alamat rumah : Br. Latusan Abian Semal

Telepon/HP : 083116183xxx

Jaminan Kesehatan : JKN

33
2. Riwayat berkunjung dengan keluhan utama
Ibu datang dengan rujukan dari puskesmas abian semal I dengan kala I
fase aktif memanjang. Ibu mengeluh sakit perut hilang timbul.
3. Riwayat kebidanan yang lalu
a. Hamil Ini
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 18-1-2019
b. TP : 25-10-2019
c. Pemeriksaan sebelumnya
Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 6 kali di puskesmas dan 1 kali di
dokter SpOG. Status Imunisasi : TT4. Gerakan janin dirasakan sejak 5 bulan yang
lalu. Obat yang pernah didapat : SF, Kalk, Vitamin C
d. Tanda bahaya kehamilan yang pernah dialami
Ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya pada kehamilan
e. Pemeriksaan penunjang yang pernah dilakukan
1) Hb : 11.2 gram %
2) PPIA : Non Reaktif
3) HbSAg : Non Reaktif
4) Protein Urine : Negatif
5) Glukosa Urine : Negatif
5. Riwayat Kesehatan
a. Penyakir yang sedang atau pernah diderita ibu
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang mengalami gejala atau
tanda penyakit kardiovaskuler, hipertensi, asma, epilepsi, Diabetes Mellitus
(DM), Tuberculosis (TBC), hepatitis, dan penyakit menular seksual (PMS). Ibu
juga tidak pernah mengalami operasi.
b. Riwayat penyakit keluarga (ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah
menderita sakit keturunan dan penyakit menular
Ibu mengatakan anggota keluarga yang lainnya tidak pernah atau tidak
sedang menderita penyakit keturunan seperti: kanker, asma, hipertensi, DM,
penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, epilepsi, alergi, maupun penyakit
menular, yaitu penyakit hati, TBC dan PMS/HIV/AIDS.

34
6. Riwayat menstruasi dan KB
a. Siklus menstruasi : Teratur, 30 hari
b. Lama haid : 7 hari
c. Kontrasepsi yang pernah dipakai : Tidak ada
d. Rencana KB Selanjutnya : Implan
e. Rencana jumlah anak : 2 orang
7. Data biologis, psikologis, sosial, spiritual
a. Bernafas
Ibu tidak mengalami keluhan bernafas baik sebelum dan selama kehamilan.
b. Pola makan/minum
Ibu mengatakan makan dua sampai tiga kali dalam sehari dengan porsi
sedang, menu bervariasi seperti: nasi putih, ikan laut, ayam, sayur-sayuran
terkadang disertai buah. Ibu mengatakan tidak memiliki pantangan dalam
makan. Ibu mengatakan terkahir makan pukl 13.00 WITA. Ibu minum air
putih ± 100cc.
c. Pola eliminasi
Ibu mengatakan biasanya buang air besar satu kali sehari, konsistensi
lembek, warna kecokelatan, ibu mengatakan terkahir BAB pukul 07.00 WITA
(1-10-20129). Ibu mengatakan sering buang air kecil, yaitu sekitar lima
sampai enam kali sehari dengan warna kuning jernih, ibu terakhir BAK pukul
15.00 WITA. Ibu mengatakan tidak memiliki keluhan saat BAB atau BAK.
d. Pola istirahat
Ibu biasa tidur siang satu jam dan malam hari delapan hingga sembilan
jam. Kondisi saat ini ibu mengatakan tidak dapat istirahat diluar kontraksi.
e. Psikososial
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu maupun suami,
sehingga ibu dan suami menerima kehamilan ini dengan bahagia. Ibu tinggal
bersama suami dan mertuanya. Ibu tidak memelihara binatang.
8. Pengetahuan
Ibu mengatakan belum mengetahui manfaat dan tujuan stiker P4K, dan
belum mengetahui pentingnya pemeriksaan laboratorium ulang bila ada
indikasi.

35
9. Pengetahuan ibu dan pendamping yang dibutuhkan
Ibu mengatakan belum mengetahui tehnik mengatasi rasa nyeri, tanda-
tanda persalinan dan belum mengetahui tehnik meneran.

B. DATA OBYEKTIF
(Tanggal 2 Oktober 2019 Pukul 17.55 WITA)
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Keadaan emosi : Stabil
d. Keadaan psikologi : Baik
e. Antropometri : BB 68 kg, BB sebelumnya 68 kg, TB 160 cm, Lila 23 cm
f. Tanda Vital : Suhu 36,5 °C, nadi 80 x/mnt, respirasi 20 x/mnt, TD
110/70 mmHg,
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : rambut hitam dan bersih, tidak ada kelainan
b. Wajah : normal, tidak ada kelainan, tidak oedema ataupun pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera putih
d. Hidung : tidak tampak polip, tidak ada secret
e. Telinga : bersih, tidak ada kelainan
f. Mulut : Mukosa lembab, Bibir lembab dan segar, gigi tidak karies
g. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
h. Dada dan aksila : Tidak ada kelainan, Payudara bentuk simetris, payudara
bersih, putting susu menonjol, ada pengeluaran kolostrum
dan tidak ada kelainan
i. Ekstremitas : simetris, tidak ada oedema ataupu varises, reflek patella
+/+, kuku jari merah muda
3. Pemeriksaan khusus obstetric
a. Abdomen : Pembesaran perut sesuai umur kehamilan dengan arah
memanjang, tidak ada bekas luka operasi

36
Palpasi leopold
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah px, pada fundus teraba 1 bagian besar,
bulat, lunak
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba 1 bagian besar, memanjang,
keras dan ada tahanan, pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba 1 bagian besar, bulat,
keras serta tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : Posisi tangan sejajar
Perlimaan : 4/5
TFU : 30 cm
TBBJ : 2945 gram
His : 4 x/10 menit durasi 30-35 detik
Auskultasi : DJJ teratur dengan frekuensi 140 x/menit
b. Genetalia dan anus
VT (2 Oktober 2019 pukul 18.00 WITA oleh Dokter)
Vulva : Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada odema
Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Lunak, dilatasi 8 cm, penipisan 75%
Selaput ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Denominator : Ubun-ubun kecil
Posisi : Kanan depan
Moulage :0
Penurunan : Hodge III
Bagian kecil : Tidak teraba
Tali Pusat : Tidak teraba
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
Anus : Tidak ada kelainan, tidak terdapat hemoroid

C. Analisa
Ibu “DR” umur 25 Tahun G1P0000 UK 36 Minggu 5 Hari Preskep U Puka
T/H Intrauterine + PK I Fase Aktif

37
Masalah :
1. Ibu belum mengetahui Teknik mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi
2. Ibu belum mengetahui tanda-tanda persalinan
3. Ibu belum mengetahui Teknik meneran yang efektif

D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan suami
mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Melakukan informed consent mengenai tindakan yang akan dilakukan selama
persalinan, ibu dan suami setuju dan menandatangan informed consent.
3. Menyiapkan perlengkapan persalinan, alat dan bahan sudah siap.

4. Memberikan KIE mengenai teknik mengatasi rasa nyeri saat terjadi


kontraksi dengan menganjurkan ibu tidur miring kiri, mengajarkan ibu
bernapas panjang dan dalam dengan menghirup dari hidung dan
dihembuskan lewat mulut serta mengajarkan suami untuk melakukan
pemijatan pada pinggang bagian belakang ibu saat terjadi kontraksi, ibu
sudah tidur miring kiri
5. Memberikan KIE tentang cara meneran yang efektif yaitu meneran saat
sudah ada tanda-tanda persalinan dan kontraksi, meneran seperti ingin BAB
keras, meneran sambil melihat perut, tidak bersuara dan tangan diposisikan
diantara lipatan paha, ibu paham dan akan melakukannya saat proses
persalinan
6. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum disela-sela kontraksi, ibu
sudah makan setengah potong roti dan minum sedikit air putih
7. Menganjurkan ibu untuk tetap BAB atau BAK, ibu mengerti
8. Melakukan observasi sesuai lembar partograf WHO, hasil terlampir pada
lembar partograf.

38
TANGGAL / CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
WAKTU (SOAP)
2 – 10- 2019 / S Ibu mengeluh sakit perut bertambah keras seperti ingin
Pukul 20.00 BAB dan ingin meneran.
WITA O KU: Baik, Kesadaran: Composmentis,
N: 80x/Menit, R: 23x/Menit DJJ : 148 x/menit
teratur, His : 5x10’~45-50”
VT : v/v normal, portio tidak teraba, dilatasi
lengkap, ketuban (+), teraba kepala denominator
UUK depan, molase 0 penurunan di Hodge III +
tidak teraba bagian kecil atau tali pusat, kesan
panggul normal
A Ibu. “DR” Umur 25 tahun G1P0000 UK 36 minggu 5
hari preskep U Puka T/H Intrauterine + PK II
P
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu dan
suami menerimanya
2) Menggunakan APD secara lengkap, APD sudah
digunakan.
3) Mengatur posisi persalinan ibu, posisi ibu
setengah duduk.
4) Melakukan amniotomi karena ketuban masih
belum pecah seutuhnya, pembukaan lengkap,
tidak teraba bagian kecil janin, air ketuban
berwarna jernih, DJJ 148x/menit
5) Membimbing ibu meneran efektif, perineum ibu
menonjol, vulva membuka dan terlihat kepala 5-6
cm

6) Membantu kelahiran bayi, bayi lahir pukul 20.15


WITA tangis kuat gerak aktif, jenis kelamin
perempuan

39
2 – 10- 2019 / S Ibu merasa senang karena bayinya sudah lahir dan
Pukul 20.15 mengeluh perutnya masih sakit
WITA
O KU baik, kesadaran : Composmentis, TFU teraba
setinggi pusat, tidak teraba janin kedua, kontraksi
uterus baik, kandung kemih tidak penuh, bayi
menangis kuat gerak aktif
A Ibu. “DR” Umur 25 tahun G1P0000 P Spt B + PK III
P
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
dan suami, ibu menerima
2) Melakukan informed consent untuk penyuntikkan
oksitosin, ibu setuju
3) Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada
1/3 paha lateral, oksitosin sudah disuntikkan tidak
ada reaksi alergi
4) Mengeringkan bayi, memberikan rangsangan
taktil, bayi menangis kuat gerak aktif
5) Menjepit tali pusat, memotong tali pusat,
membungkus tali pusat, memposisikan bayi IMD,
bayi sudah diposisikan
6) Melakukan pemantauan kontraksi uterus,
kontraksi uterus baik
7) Melakukan PTT, plasenta lahir pukul 20.20
WITA plasenta lahir lengkap dan perdarahan
tidak aktif
8) Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik,
kontraksi uterus ibu baik

40
2 – 10- 2019 / S Ibu merasa senang dan lega karena bayi dan
Pukul 20.20 plasentanya sudah lahir
WITA O KU baik, kesadaran : compos mentis N : 80 x/menit
R : 20 x/menit, S : 36,5 oC TFU teraba 1 jari dibawah
pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan 100 cc, terdapat laserasi pada mukosa
vagina, otot dan kulit perineum. Bayi menangis kuat
gerak aktif
A Ibu ”DR” Umur 25 tahun P1001 P Spt B + PK IV
dengan laserasi perineum grade II + Vigorous baby
dalam masa adaptasi
P 1) Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
menerima dan mengerti hasil pemeriksaan
2) Melakukan informed consent untuk penyuntikkan
lidokain dan penjahitan laserasi, ibu setuju
3) Melakukan penjahitan laserasi perineum, jahitan
tertaut rapi dan baik, pendarahan tidak aktif.
4) Melakukan eksplorasi terhadap bekuan darah,
bekuan darah sudah dikeluarkan
5) Membersihkan dan merapikan ibu, alat dan
lingkungan, ibu, alat dan lingkungan sudah
dibersihkan
6) Mengajarkan ibu dan suami cara memantau
kontraksi uterus dan cara masase uterus, ibu dan
suami sudah bisa melakukan masase pada uterus
7) Mengobservasi kala IV persalinan sesuai dengan
partograph WHO, hasil terlampir pada lembar
partograph
8) Memberikan terapi :
Paracetamol 3x500 mg sebanyak 10 tablet
Tablet tambah darah 1 x 60mg sebanyak 10 tablet
Vitamin A 1x200.000 IU sebanyak 2 kapsul

41
2 – 10- 2019 / S Bayi tidak ada keluhan
Pukul 21.15 O KU: baik, Tangis kuat gerak aktif BBL: 3500 gram,
WITA PB: 52 cm, LK/LD:34/34 cm, suhu: 36,5oC, HR:
138x/menit, Jenis kelamin perempuan
A Bayi Ibu “DR” umur 1 jam + vigorous baby masa
adaptasi
P
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada
ibu, ibu menerima dan mengerti hasil
pemeriksaan
2) Melakukan informed consent untuk
pemberian salep mata gentamicin 0,3% dan
Vitamin K 1 mg, Ibu sersedia anaknya
diberikan salep mata dan vitamin K.
3) Mengoleskan salep mata gentamicin 0,3%
pada kedua mata bayi, tidak ada reaksi alergi.
4) Menyuntikkan vitamin K 0.5 mg secara IM
pada 1/3 lateral paha kiri bayi, tidak ada
reaksi alergi
5) Menjaga kehangatan bayi, kehangatan bayi
sudah terjaga
6) Melakukan perawatan tali pusat, tidak ada
pendarahan tali pusat
2 – 10- 2019 / S Ibu mengeluh masih nyeri pada luka jahitannya
Pukul 22.20 O Ibu
WITA KU baik, kesadaran compos mentis, TD : 120/70 , N:
80x/menit , RR:20x/menit ; S :36,5oC, TFU teraba 1
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, pendarahan
tidak aktif, pengeluaran lochea rubra, luka heacting
terpaut baik, mobilitas +, ASI +/+, BAB/BAK -/+

42
Bayi
KU baik, tangis kuat gerak aktif, HR : 140x/menit, R:
40x/menit, S : 36,5o C, BBL 3500 gram, PB 52 cm,
tidak ada perdarahan tali pusat, ASI (+) BAB/BAK -/+
A Ibu “DR” Umur 25 tahun P1001 P Spt B 2 jam post
partum + Vigorous baby masa adaptasi
P 1) Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
menerima dan mengerti hasil pemeriksaan
2) Memberikan KIE mengenai personal hygiene
ibu dan cara merawat luka jahitan dengan
tidak cebok menggunakan air hangat, cebok
dari depan ke belakang, dan tidak duduk
secara menyamping, ibu mengerti dan akan
melakukannya
3) Memberikan KIE mengenai tanda bahaya
pada ibu nifas dengan media buku KIA, ibu
mengerti dan akan langsung melapor kepada
petugas jika mengalami salah satu hal
tersebut
4) Memberikan KIE mengenai ASI Eksklusif
dan pemberian ASI secara on demand, ibu
mengerti dan akan meberikan ASI secara on
demand
5) Memberikan KIE mengenai cara menjaga
kehangatan bayi misalkan dengan tetap
memasang topi bayi, melakukan bedong bayi
dan tidak tidur menggunakan kipas angin
atau AC, ibu mengerti dan akan
melakukannya
6) Memindahkan ibu dan bayi ke ruang nifas, ibu
dan bayi sudah dipindahkan ke ruangan
Margapati untuk ibu nifas

43
7) Menginformasikan kepada ibu bahwa bayinya
akan diberikan imunisasi HB-0, ibu bersedia
bayinya diberikan imunisasi HB-0.
8) Melakukan penyuntikkan vaksin HB-0 pada
1/3 lateral paha kanan bayi secara IM, HB-0
sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi.

44
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Bidan melakukan anamnesis pada Ibu “DR” pada tanggal 2 Oktober 2019
Pukul 17.48 WITA. Ibu datang dengan rujukan dari Puskesmas Abian Semal I
dengan partus kala I fase aktif memanjang. Ibu datang dengan keluhan sakit perut
hilang timbul dari pukul 21.00 (1-10-2019) serta ibu mengatakan keluar lendir
campur darah sejak pukul 23.00 WITA (1-10-2019). Ibu mengatakan tidak ada
pengeluaran air dan gerakan janin dirasakan aktif oleh ibu.
Dari hasil pemeriksaan yang dilihat pada riwayat ANC sebelumnya
didapatkan riwayat pemeriksaan kehamilan sebanyak 6 kali di puskesmas dan 1
kali di dokter SpOG. Berdasarkan riwayat ANC ibu dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan kehamilan belum memenuhi standar pemeriksaan yang baik untuk
ibu hamil, kunjungan ibu pertama kali pada umur kehamilan 23 minggu.
Berdasarkan kunjungan antenatal, ibu hamil harus dilakukan pemeriksaan sedini
mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8. Kunjungan
ante natal minimal dilakukan 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester
ke 2, dan 2 kali pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai
dengan minggu ke 36 (Kemenkes RI, 2010).
Pada Kala I kebutuhan ibu tetap diperhatikan diantaranya tentang
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan istirahat ibu di sela-sela kontraksi, mengenai
teknik relaksasi untuk pengurangan rasa nyeri saat kontraksi, serta mengajarkan
ibu tentang teknik meneran disela kontraksinya dan menginformasikan kepada ibu
agar tidak meneran jika belum ada pimpinan meneran dari dokter maupun bidan.
Setelah memberikan KIE kepada ibu, dilanjutkan kembali pemantauan kemajuan
persalinan, kesejahteraan ibu dan janin sesuai lembar partograf. Tujuan utama
partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaaan serviks melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan normal dengan demikian juga dapat mendeteksi secara
dini kemungkinan terjadinya partus lama serta sebagai data pelengkap yang
terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan pemeriksaaan laboratorium,

45
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008; h. 56-58).
Dalam mengatasi teknik rasa nyeri bidan juga mengajarkan suami untuk
melakukan masase pada punggung ibu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
oleh ibu. Menurut Supliyani (2017) dalam Midwife Journal mengatakan bahwa
bidan dalam praktiknya memberikan asuhan persalinan diharapkan memberikan
kenyamanan selama persalinan, untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian
nyeri saat persalinan dengan teknik non farmakologis, salah satunya diantaranya
yaitu masase. Metode masase punggung merupakan salah satu intervensi yang
relative mudah dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun keluarganya untuk
membantu ibu mengurangi tingkat nyeri persalinan.
Relaksai adalah salah satu cara lain untuk mengurangi rasa nyeri pada saat
persalinan. Relaksasi merupakan metode alamiah yang dipergunakan untuk
menghilangkan rasa takut, panic, tegang, dan tekanan-tekanan lain yang
menghantui ibu dalam proses bersalin. Relaksasi kehamilan akan membantu ibu
hamil untuk mencapai kondisi yang senantiasa rileks dan tenang, dimana efek dari
kondisi ini akan berpengaruh pada ibu hamil dan lingkungannya hingga proses
persalinan. Dengan kondisi rileks, gelombang otak akan menjadi lebih tenang
sehingga dapat meneria masukan baru yang kemudian akan menimbulkan
relaksasi positif pada tubuh, dan sangat memungkinkan jika tubuh ibu akan
mengikuti masukan baru yang diniatkan. Jadi, jika ibu hamil telah melakukan
relaksasi dan meniatkan kelahirannya agar lancer, tidak sakit, sehat dan
sebagainya, sangatlah mungkin jika proses kelahirannya akan sesuai niat tersebut
( Yanti, H., 2015)
Lamanya kala I fase aktif pada persalinan yang dialami oleh Ibu DR
adalah 6 jam saat ibu berada di puskesmas dan 2 jam saat sudah diobservasi di
ruang bersalin RSD Mangusada, selama observasi kala I di ruang bersalin, tidak
ada komplikasi yang dialami selama kala I. Puncak nyeri terjadi pada fase aktif,
dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 6 jam untuk
primipara dan 4 jam untuk multipara.

46
Lamanya persalinan kala II yang dialami oleh Ibu DR adalah 10 menit dan
tidak ada komplikasi yang terjadi selama kala II sehingga kala II persalinan Ibu
DR dapat dikatakan aman dalam batas normal dan selama proses persalinan Ibu
DR mendapat semangat dan dukungan penuh dari suami. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Halimatussakdiah (2017), support yang kurang baik dan kurang
optimal dari suami pada ibu bersalin mengalami persalinan kala II lebih lama
dibandingkan dengan mendapat support intensif dari suami. Lamanya persalinan
kala II biasanya berlangsung kurang dari 60 menit untuk primipara dan 30 menit
untuk multipara. Ibu bersalin dengan lama Kala II < 30 menit akan membuat
persalinan menjadi aman bagi ibu dan bayi. Pada Kala II persalinan bidan
melakukan Teknik sangga susur, dengan adanya tindakan sangga susur saat
melahirkan bayi memang 97 baik sekali karena dapat mengurangi ruptur
perineum karena keluarnya bayi disesuaikan oleh poros jalan lahir sehingga jika
terjadi penyulit dalam proses kelahiran bahu juga dapat teratasi secara dini serta
mencegah terjadinya hipotermi karena bayi langsung diletakkan di handuk perut
ibu sehingga bayi terhindar dari darah yang keluar di tempat tidur.
Pada Kala III persalinan Ibu DR dapat dikatakan normal karena
berlangsung selama 5 menit, tidak ada komplikasi yang dialami selama kala III dan
uterus berkontraksi baik serta keras. Menurut Nora (2017) Persalinan kala tiga
biasanya berlangsung antara 5 sampai 15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka
persalinan kala tiga dianggap panjang/lama yang berarti menunjukkan adanya
masalah potensial. Bilamana rahim lemah dan tidak berkontraksi secara normal,
maka pembuluh darah di daerah plasenta tidak terjepit dengan cukup, hal ini akan
mengakibatkan perdarahan yang berat.
Pada kala IV bidan melakukan pemantauan kondisi ibu, yaitu dengan
memperhatikan kontraksi rahim dan perdarahan. Selama sisa waktu dalam kala IV
persalinan, tanda-tanda vital, uterus, kandung kemih, lochea, perkiraan kehilangan
darah, serta perineum ibu pantau dan dievaluasi, sehingga semuanya berjalan
stabil.

47
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persalinan ibu
“DR” ditinjau dari kondisi kesejahteraan ibu dan janin, proses persalinan kala I,
kala II, kala III, kala IV dan bayi baru lahir 2 jam pertama berlangsung fisiologis,
tanda-tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus
kebidanan tidak ada masalah. Asuhan kebidanan dengan pendekatan holistik dapat
dilakukan sesuai standar bidan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan yang professional
di bidang kebidanan mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir dengan pendekatan holistik baik pada persalinan kala I, kala II, kala III,
kala IV dan bayi baru lahir 2 jam pertama sesuai dengan standar asuhan kebidanan
dan mampu mendeteksi secara dini penyulit/komplikasi ibu dan bayi yang dapat
terjadi selama proses persalinan.
2. Bagi Tempat Pelayanan
Diharapkan agar selalu meningkatkan layanan kesehatan khususnya
kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta selalu berkontribusi memberikan inovasi-
inovasi terbaru untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

48
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta: EGC.

Bonsignore, A., et al. 2019. Medico-legal Considerations on “Lotus Birth” in the


Italian Legislative Framework. Italian Journal of Pediatrics.
Faujiah, I.N., Herliani, Y., dan Diana, H. 2018. Pengaruh Kombinasi Teknik
Kneading dan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Kala I
Fase Aktif Persalinan Primigravida di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Rajapolah Tahun 2018. Jurnal Bidan “Midwifery Journal” Volume 4 No
02, Juli 2018. ISSN: 2477-3441.
Febriyanti, S., dan Moita, P.H. 2018. Perbedaan Lama Persalinan Ibu Bersalin
yang Diberikan Susu Formula dan Teh. Prosiding Seminar Nasional
Unimus Volume 1.
Gulardi Wikjosastro.2008. Asuhan Essensial, Pencegahan dan Penanggulangan
Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Halimatussakdiah. 2017. Back-Effleurage Massage (BEM) Terhadap Nyeri dan
Tekanan Darah Ibu Bersalin Kala I. Jurnal Kesehatan Volume VIII
Nomor 1, April 2017. 78-83.
Hutagaol, H.,S., Darwin, E., dan Yantri E. 2014. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
Terhadap Kehilangan Panas Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Andalas,
2014, 3(3).
Iversen, M.L., et al. 2017. Danish Women’s Experiences of the Rebozo Technique
During Labour : A Qualitative Explorative Study. Sexual & Reproductive
Healthcare 11 (2017) 79-85.
James, S., and Hudek, M. 2017. Experiences of South African Multiparous
Labouring Women Using the Birthing Ball to Encourage Vaginal Births.
Health Sa Gesondheid 22 (2017) 36-42.
JNPK-KR Depkes RI. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal: Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Juwita, Suci., dan Rahmah, Hayuni. 2014. Dukungan dan Partisipasi Suami Saat
Persalinan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

49
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2010. Pedoman
Pelayanan Ante Natal Terpadu. Juli. Kemenkes RI. Jakarta.
Kolivand, et al. 2014. Comparison Between the Outcomes of Water Birth and
Normal Vaginal Delivery. Journal of Midwifery & Reproductive Health.
Kukuh Rahardjo. 2014.asuhan Neonates,Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolah.yogyakarta: pustaka pelajar
Lamadah, S.M., and Nomani, I. 2016. The Effect of Aromatherapy Massage Using
Lavender Oil on the Level of Pain and Anxiety During Labour Among
Primigravida Women. American Journal of Nursing Science. 5(2); 37-44.
Makvandi, S. et al. 2016. Meta-analysis of the Effect of Accupressure on Duration
of Labor and Mode of Delivery. International Journal of Gynecology and
Obstetrics.
Mayberry, L., and Daniel, J. 2015. A Literary Review of Orgasm as an Alternative
Mode of Pain Relief in Childbirth. Journal of Holistic Nursing Volume XX
Number X 1-12.
Nora, H.2017. Manajemen Aktif Persalinan Kala III. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. Volume 12. No.3.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Cetakan Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo;
_________. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahmadhayanti, E., dan kamtini, Desi Iin. 2018. Pengaruh Pemberian
Rangsangan Putting Susu Terhadap Lama Kala III Pada Ibu Bersalin.
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol 9, No. 2, Desember 2018.
Simavli, S., et al. 2014. Effect of Music on Labor Pain Relief, Anxiety Level and
Postpartum Analgesic Requirement: A Randomized Controlled Clinical
Trial. Gynecologic and Obstetric Investigation.
Sundari, Ana. 2016. Pengaruh Waktu Penjepitan Tali Pusat Bayi Cukup Bulan
Terhadap Kadar Hemoglobin dan Hematokrit bayi Pada Persalinan
Normal. Program Studi Ilmu Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

50
Supliyani,E.2017.Pengaruh Masase Punggung Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I di Bogor. Midwife Journal. Volume 3. No. 01. Halaman
23.
Syaflindawati, Herman, R.B., dan Ilyas, J. 2015. Pengaruh Upright Position
Terhadap Lama Kala I Fase Aktif Pada Primigravida. Jurnal Kesehatan
Andalas; 4(3).
Syahda, S., dan Ramaida. 2017. Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Kala I
Persalinan di Klinik Pratama Mulia Medica Kabupatenn Kuantan
Singingi. Journal Endurance 2(2) June 2017 (151-157).
Tangkas dan Lutfiana. 2018. Kewenangan Bidan dalam Melakukan Metode
Persalinan Gentle Birth Pada Ibu Bersalin Melalui Pendekatan Holistic
Care. Jurnal Kesehatan Midwinerslion Vol, 3 No. 2 September 2018.
Utami, W., Dewi, R.K., dan Nofitasari, D.E. 2018. Pengaruh Kompres Hangat
Terhadap Nyeri Persalinan Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di
Puskesmas Toroh I. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Akademi Kebidanan
Am-Nur, Volume 3 Nomor 2, Desember 2018.
Wahyuni, dkk. 2017. Manajemen Kelelahan Saat Persalinan Menggunakan Jus
Semangka. Jurnal IPTEKS Terapan. Vol 12 (1) 19-31).
Yanita dan Zamralita.2001. Persepsi Perempuan Primipara tentang Dukungan
Suami dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi Pasca Salin.
Phoronesis Vol.3
Yanti, H., 2015. Penanganan Nyeri pada Proses Persalinan. Jurnal Ilmiah
“Research Sainis” Vol. 1 Januari 2015.

51

Anda mungkin juga menyukai