Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

PK ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “MS” UMUR 35 TAHUN


G4P2012 UMUR KEHAMILAN 10 MINGGU 1 HARI DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT

Asuhan dilaksanakan
di BRSU Tabanan

Oleh :
KADEK DEVI ARY SUTA
NIM. P07124319 010

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN
DENPASAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
PK ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “MS” UMUR 35 TAHUN


G4P2012 UMUR KEHAMILAN 10 MINGGU 1 HARI DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT

Oleh :

KADEK DEVI ARY SUTA


NIM. P07124319 010

Telah disahkan,
Tabanan, 27 Februari 2020

Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Praktik

Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.Si.T., M.Kes Ni Luh Ketut Sumiati, SST
NIP. 197306261992032001 NIP. 196901201989022002

Mengetahui
Penanggung Jawab MK

Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.Si.T., M.Kes


NIP. 197306261992032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
Atas Berkat Dan Rahmat-Nya Lah Penulis Dapat Menyelesaikan Laporan Kasus
PK Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal, Asuhan Kebidanan Pada Ibu
“MS” umur 35 Tahun G4P2012 UK 10 Minggu 1 Hari dengan Abortus Inkomplit
dengan baik. Dalam penyusunan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan
ini, yakni yang terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.Si.T., M.Kes selaku Penanggung Jawab
Praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan dosen
pembimbing dalam penyusunan laporan kasus praktik kebidanan ini yang
telah memberikan izin untuk meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis.
3. Ni Luh Ketut Sumiati, SST selaku pembimbing praktik yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama melaksanakan
praktik di Ruang Bersalin, BRSU Tabanan.
4. Semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan ini.
Dalam laporan kasus ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan
ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat
hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Tabanan, 22 Februari 2020


Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................. ii
Kata Pengantar..................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus........................................................ 3
D. Manfaat Penulisan Laporan........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kegawatdaruratan Maternal........................................................................... 4
B. Abortus........................................................................................................... 13
C. Abortus Inkomplit.......................................................................................... 38
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................. 40
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian...................................................................................................... 45
B. Interpretasi Data............................................................................................. 47
C. Diagnosa Potensial......................................................................................... 47
D. Tindakan Segera dan Kolaborasi................................................................... 47
E. Perencanaan................................................................................................... 48
F. Penatalaksanaan............................................................................................. 49
G. Evaluasi.......................................................................................................... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................................ 50
B. Saran.............................................................................................................. 51
Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Pada Ibu “MS” umur 35 tahun G4P2012 UK 10
minggu 1 hari dengan abortus inkomplit. Pada kasus ini diangkat dengan tujuan
agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan sesuai standar dalam
pelayanan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan maternal.

B. Tujuan
I. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan kasus ini adalah
mengetahui asuhan kebidanan pada Ibu “MS” sesuai dengan ruang lingkup
kewenangan mandiri, kemitraan/kolaborasi atau rujukan yang sesuai dengan
manajemen kebidanan menurut Varney dan evidence based kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan maternal.
II. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan laporan kasus yaitu:
a. Menganalisis hasil pengkajian data pada Ibu “MS” sesuai dengan standar
pelayanan dan evidence based kebidanan pada kasus kegawatdaruratan
maternal.
b. Menginterpretasikan data pada Ibu “MS” yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan sesuai dengan standar pelayanan dan evidence based
kebidanan pada kasus kegawatdaruratan maternal.
c. Menganalisis diagnosa potensial pada Ibu “MS” dengan abortus inkomplit
sesuai dengan standar pelayanan dan evidence based kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan maternal.
d. Menganalisis tindakan segera dan kolaborasi pada Ibu “MS” sesuai dengan
standar pelayanan dan evidence based kebidanan pada kasus kegawatdaruratan
maternal.

1
e. Menganalisis dan menyusun rencana tindakan pada Ibu “MS” sesuai dengan
standar pelayanan dan evidence based kebidanan pada kasus kegawatdaruratan
maternal.
f. Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada Ibu “MS” sesuai
dengan standar pelayanan dan evidence based kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan maternal.
g. Menganalisis dan mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada
Ibu “MS” sesuai dengan standar pelayanan dan evidence based kebidanan
pada kasus kegawatdaruratan maternal.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Asuhan Kebidanan pada Ibu “MS” dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal
15 Februari 2020 di Ruang Bersalin BRSU Tabanan.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Manfaat teoritis
Penulisan laporan kasus ini dapat dipertimbangkan sebagai bahan bacaan
serta pengembangan tulisan selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi kesehatan dan petugas kesehatan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan gambaran dalam
mempertahankan mutu pelayanan kebidanan dan bahan masukan bidan serta
tenaga kesehatan lainnya di institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan
asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal.
b. Bagi ibu dan keluarga
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi ibu dan
keluarga mengenai deteksi dini tanda bahaya pada kehamilan. Selain itu penulisan
laporan kasus ini juga dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi ibu
dan suami dalam pencegahan kasus kegawatdaruratan pada kehamilan.

2
c. Bagi Mahasiswa dan Institusi Pendidikan
Hasil penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan contoh
asuhan kebidanan kasus kegawatdaruratan maternal dalam penerapan pelayanan
kebidanan sesuai dengan standar.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi,
dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati,
2012). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan (Prawirohardjo, 2016).
2. Perubahan yang terjadi pada kehamilan
a. Perubahan Fisik
1) Rahim
Pembesaran pada rahim sebagai tempat bayi untuk bertumbuh dan
berkembang. Peningkatan ukuran ini disebabkan oleh rangsangan estrogen serta
progesteron dan terjadi akibat tekanan mekanik dari dalam yaitu janin, plasenta
serta cairan ketuban akan memerlukan lebih banyak ruangan (Sunarti, 2013).
2) Vagina
Peningkatan pada vaskularisas dan pengaruh hormone estrogen pada
vagina menyebabkan tanda kehamilan yang disebut tanda chadwigck’s, berwarna
kebiru-biruan yang dapat terlihat oleh pemeriksa. Respon lain pengaruh hormonal
adalah sekresi sel-sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih yang
bersifat sangat asam, dikenal dengan leucorrhea (Sunarti, 2013).
3) Ovarium
Ovarium merupakan sumber hormone estrogen dan progesteron pada
wanita yang tidak hamil. Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpuslutium terus
tumbuh sampai terbentuk plasenta yang mengambil alih pengeluaran hormone
estrogen dan progesteron. Plasenta juga membentuk hormon yang lain: Human

4
Chorionic Gonadotropin (HCG), Human Plasenta Lactogen (HPL), juga disebut
human Chorionic Somammotropin (hCS) dan human Chorionic Thyrotropin
(hCT) (Sunarti, 2013).
4) Dinding perut
Dinding perut dengan pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, maka timbullah striae
gravidarum. Kulit perut pada linia alba (garis keputih) bertambah pigmentasnya
disebut linia nigra (Sunarti, 2013).
5) Kulit
Serabut-serabut elastis dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus
karena regangan. Tanda regangan yang disebut strie gravidarum terlihat pada
abdomen dan bokong terjadi pada 50% wanita hamil dan menghilang menjadi
bayangan lebih terang setelah melahirkan. Perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh rangsangan hormone melanophore (Sunarti,
2013).
6) Payudara
Payudara terjadi perubahan secara bertahap mengalami pembesaran karena
peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai darah. Puting susu menjadi
menonjol dan keras, perubahan ini yang membawa fungsi laktasi, disebabkan oleh
peningkatan kadar hormone estrogen, progesteron, laktogen dan prolaktin
(Sunarti, 2013).
7) Sistem Sirkulasi darah
Pada kehamilan volume darah meningkat bertahap sampai mencapai 30%
sampai 50% diatas tingkat pada keadaan tidak hamil (Sunarti, 2013).
8) Sistem pernapasan
Pada ibu hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas,
dikarenakan pada ibu hamil terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan oksigen. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena
dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu (Sunarti, 2013).

5
9) Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal dapat terpengaruh dan disebabkan oleh faktor
hormonal dan mekanis. Tingginya kadar progesteron mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah (Sunarti, 2013).
10) Sistem Urinari
Pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih meningkat dan
pembesaran uterus menekan kandung kemih, menyebabkan sering berkemih.
Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga
pembentukan air senipun bertambah (Sunarti, 2013).
11) Berat Badan
Berat badan pada ibu hamil peningkatan berat badan normalnya sama
dengan 25% dari berat badan sebelumnya, peningkatan yang utama adalah pada
trimester kedua kehamilan (Sunarti, 2013).
12) Sistem Muskuloskeletal
Ibu membutuhkan kira-kira lebih banyak kalsium dan fosfor selama
kehamilan, dengan makan makanan yang seimbang kebutuhan tersebut akan
terpenuhi. Postur tubuh pada wanita mengalami perubahan secara bertahap karena
janin membesar bertahap dalam rahim (Sunarti, 2013).
3. Perubahan psikologis pada kehamilan
Perubahan psikologis pada wanita hamil merupakan suatu respon
terhadap kehamilannya, akibat dari peningkatan hormon dapat mempengaruhi
suasana hati biasanya wanita menjadi labil, lebih emosional, muah tersinggung,
mudah adanya depresi, marah, sedih, takut, khawatir, tingkah laku berubah lain
tidak sama sebelum hamil. Perubahan selama kehamilan tidak dapat di hindari,
pada awalnya mengalami syok dan menyangkal, kebingungan dengan masalah
yang mengganggu. Pada periode ini, berbagai alternative seperti aborsi, atau
adopsi yang menjadi pertimbangan, legal etik, moral dan ekonomi agar dapat
menerima keadaaan ini membutuhkan waktu satu sampai enam minggu untuk
mengatasinya dengan dukungan sosial dilingkungan terdekatnya (Jannah, 2013).

6
B. Kegawatdaruratan Maternal

C. Abortus
1. Pengertian
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi atau berakhirnya kehamilan
sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya
dengan berat badan <500 gram atau umur kehamilan <20 minggu. (Fadlun dan
Achmad, 2014).
2. Macam-macam abortus
a. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan) dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus provocatus artificialis (abortus buatan)
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus yaitu pengguguran
kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat. Abortus
provokatus pada hamil muda (bawah 12 minggu) dapat dilakukan dengan
pemberian prostaglandin atau kuretase dengan penyedotan (vacuum) atau dengan
sendok curet. Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan histerotomi, juga
dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prosraglundin intra-imnial.
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya pada penyakit jantung, hipertensi,
karsinoma dari serviks (Pudiastuti, 2012).
2) Abortus Provokatus kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang sah atau oleh orang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum (Fadlun
dan Achmad, 2014).
b. Abortus Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran)
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15%-20% dari
seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan
memasuki minggu ke-13. (Fauziyah, 2012:37). Gejala abortus spontan adalah
kram dan pendarahan vagina adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus
spontan. Kram dan pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat ringan, sedang,
atau bahkan berat. Gejala lain yang menyertai abortus spontan yaitu nyeri perut

7
bagian bawah, nyeri pada punggung, pembukaan leher rahim, dan pengeluaran
janin dari dalam rahim (Fauziya, 2012).
Adapun klasifikasi abortus spontan dan penangannya yaitu:
1) Abortus imminiens
Abortus imminiens adalah pendarahan vagina pada umur kehamilan <20
minggu. Pada kedaan ini terjadi ancaman proses keguguran, namun janin belum
keluar. Pemeriksaan ginekologi menunjukkan ostium uteri eksternum (OUE)
tertutup, gestational sac (GS) masih utuh sehingga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar dan biasanya fetus masih hidup (Nugroho, 2012).
Tanda dan gejalanya yaitu adanya pendarahan vagina berwarna merah segar
atau coklat, jumlah pendarahan sedikit/pendarahan bercak, dapat terjadi terus
menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu, kram abdomen bagian bawah atau
sakit punggung normal (Marmi dkk, 2014).
Penanganan yang dilakukan terhadap kasus abortus adalah berbaring
sehingga menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan melakukan
rangsangan mekanik berkurang, pemberian hormon progesteron dan pemeriksa
USG (Fauziyah, 2012:43)
2) Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi. Ostium terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya dalam
beberapa jam saja. Abortus insipiens di diagnosis apabila pada ibu hamil
ditemukan pendarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang di
sertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks
(Fadlun dan Achmad, 2014).
Penanganan yang diberikan adalah pemberian misoprostol 200-600 mg oral
atau vagina yang menyebabkan terjadinya perlunakan servik dan kontraksi uterus
sehingga menyebabkan keluarnya hasil konsepsi. Alternatif lain dengan
pemberian oksitosin 10 unit, apabila hasil konsepsi yang keluar tidak lengkap
dilanjutkan dengan kuretase (Nugroho, 2012).
3) Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada

8
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavun
uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari ostium uterieksternum. Pendarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
Penangannya diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah
syok dilatasi dilakukan kuretase. Pada tindakan kuretase dilakukan penyuntikan
intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Fauziyah,
2012).
4) Abortus Komplit
Abortus komplit merupakan keseluruhan hasil konsepsi dikeluarkan (fetus
dan plasenta), sehingga tak ada yang tertinggal di dalam kavum uteri. Diagnosis
ditemukan pendarahan yang kemudian berhenti spontan setelah semua hasil
konsepsi keluar, ada kontraksi uterus yang terasa nyeri dan berhenti setelah hasil
konsepsi keluar. Dalam pemeriksaan ginekologi ostium uteri eksternum tertutup
dengan pendarahan minimal dan tidak ditemukan adanya jaringan yang keluar,
serta uterus mengecil (Nugroho, 2012).
5) Missed Abortion
Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin meninggal pada
usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari. Gejala seperti abortus immines
yang kemudian menghilang secara spontan, payudara mengendor, uterus
mengecil, tes kehamilan negatif. Pemeriksaan USG dapat diketahui janin
sudah/belum meninggal dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Selain itu,
tes hormone HSG dapat mengetahui kemungkinan keguguran dan biasanya terjadi
pembekuan darah.
Penanganannya pada kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan
serviks uteri dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam kedalam servikalis.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu maka pengeluaran janin dengan infuse
intravena oksitosin dosis tinggi (Fauziyah, 2012).
6) Abortus Habitualis (keguguran berulang)
Pada abortus jenis ini, pasien telah mengalami keguguran berturu-turut
selama lebih dari tiga kali (Sulistyawati, 2013).

9
3. Etiologi
Penyebab abortus spontan tidak selalu bisa ditentukan. Penyebab paling
umum diketahui pada abortus spontan yaitu kelainan kromosom, penyakit kolagen
vaskuler, diabetes, masalah hormonal lain, inveksi dan bawaan (hadir sejak lahir)
kelainan rahim. Kelainan kromosom pada janin adalah penyebab paling umum
dari abortus spontan dini, termasuk blighted ovum (Fauziyah, 2012)
4. Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua lebih dalam
dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat
menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin dan kemudian plasenta.
Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur (Yulaikha, 2012).
5. Diagnosis abortus
Abortus dapat diduga apabila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang pendarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,
sering pula terdapat rasa mules. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan
ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis atau imunlogi. Perhatikan banyaknya perdarahan,
pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina (Nita,
2013).
Diagnosis lain dapat ditegakkan apabila seorang bidan memastikan arah
kemungkinan keabnormalan yang terjadi berdasarkan hasil tanda dan gejala yang
ditemukan, yaitu melalui:
a. Anamnesa
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).

10
2) Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
b. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
1) Keadaan umum (KU) tampak lemah.
2) Tekanan darah normal atau menurun.
3) Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.
4) Suhu badan normal atau meningkat.
5) Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.
c. Pemeriksaan ginekologi
Hasil pemeriksaan ginekologi didapatkan hasil:
1) Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa
jaringan hasil konsepsi.
2) Pemeriksaan pembukaan serviks.
3) Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri
terbuka atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium.
4) Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas
tidak nyeri.
d. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh dokter.
(Irianti, 2014).
6. Tatalaksana umum
Penanganan secara umum mengenai kasus abortus antara lain:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
b. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.

11
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikut kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
1) Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
2) Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
3) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
d. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
e. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2013, yaitu:
1. Abortus imminiens adalah Penangananya:
a) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan sehingga rangsang mekanik berkurang.
b) Pemberian hormon progesteron
c) Pemeriksa ultrasonografi (USG).
2. Abortus Insipiens adalah pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunan
ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya
peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat
dengan pemberian infus oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila
sisa plasenta tertinggal bahaya peforasinya kecil.
3. Abortus inkomplit adalah begitu keadaan hemodinamik pasien sudah
dinilai
dan pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus diangkat atau
perdarahan akan terus berlangsung. Oksitosik (oksitosin 10 IU/500ml larutan
dekstrosa 5% dalam larutan RL IV dengan kecepatan kira-kira 125 ml/jam)
akan membuat uterus berkontraksi, membatasi perdarahan, membantu
pengeluaran bekuan darah atau jaringan dan mengurangi kemungkinan
perforasi uterus selama D dan K.
31
4. Abortus komplit dan abortus tertunda (missed Abortion)
Penganan terbaru missed abortion adalah induksi persalinan dengan
supositoria prostaglandin E2, jika perlu dengan oksitosin IV (C.Benson,
2013)

12
7. Komplikasi abortus

D. Abortus Inkomplit

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “MS” UMUR 35 TAHUN G4P2012


UMUR KEHAMILAN 10 MINGGU 1 HARI DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT

Tempat Pelayanan : Ruang Bersalin, BRSU Tabanan


Tanggal : 15 Februari 2020
Waktu : 19.00 WITA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Ibu Wali
Nama : Ibu “MS” Ibu “GA”
Umur : 35 tahun 38 tahun
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMP PT
Pekerjaan : IRT PNS
Alamat/Tlp : Bantas Baleagung, Selemadeg Timur, Tabanan
No. Telp : 082125472xxx
Jaminan Kesehatan : BPJS
2. Keluhan/Alasan Kunjungan
Ibu datang kembali ke Ruang Bersalin mengeluh keluar flek sejak 2 hari
yang lalu (13/2/2020). Ibu sudah dilakukan USG di Klinik Kasta Gumani oleh dr.
“D” SpOG dikatakan abortus inkomplit dan disarankan untuk dilakukan kuretase.
3. Riwayat Menstruasi
Ibu menstruasi pertama kali pada umur 14 tahun, dengan siklus 30 hari
dan teratur. Selama menstruasi ibu mengganti pembalut 2 sampai 3 kali sehari
dengan lama menstruasi ± 5 hari. Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama
menstruasi. HPHT: 6 Desember 2019. TP: 13 September 2020.
4. Riwayat Perkawinan
Ibu menikah satu kali secara sah. Umur pertama kali ibu menikah yaitu 20
tahun.

14
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
II. April 2005/ Aterm/ Spt.B/ Nakes/ / Meninggal karena belitan tali pusat
III. April 2008/ Aterm/ Spt.B/ Nakes/ / 3600 gram/ Normal/ ASI eksklusif
IV. Mei 2016/ Aterm/ SC/ Nakes/ / 3200 gram/ Normal/ ASI eksklusif
V. Hamil Ini
6. Riwayat Hamil ini
a. Keluhan atau tanda bahaya
Pada trimester pertama ibu mengalami keluhan perdarahan pada jalan lahir.
b. Pemeriksaan ANC
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 1 kali di PMB dan 1 kali
BRSU Tabanan.
c. Riwayat pemeriksaan sebelumnya
Pada tanggal 13 Februari 2020 pukul 10.00 WITA, ibu datang ke BRSU
Tabanan mengeluh keluar darah dari jalan lahir pukul 09.30 WITA
(13/2/2020) saat beraktivitas dan tidak ada nyeri perut bagian bawah.
Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal dan pada pemeriksaan
khusus obstetri didapatkan TFU tidak teraba, terdapat pengeluaran
pervaginam berupa lendir bercampur darah. Pada pukul 10.19 WITA,
dilakukan pemeriksaan vaginal toucher oleh bidan didapatkan hasil VT: v/v
normal, portio lunak, tidak ada pembukaan. Kesan panggul normal.
Pada pukul 10.44 WITA dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
hasil:
1) Hb : 12,6 g/dL
2) WBC : 8,3 103/uL
3) PLT : 231 103/uL
4) BT : 2,00”
5) CT : 9,00”
6) PP test : Positif
Pada pukul 11.33 WITA melakukan kolaborasi dengan dr. “N” spOG
untuk dilakukan USG dengan hasil GS (-), diagnosa yang ditegakan yaitu Ibu
“MS” umur 35 tahun G4P2012 uk 10 minggu 1 hari dengan suspek Blighted
Ovum. Atas instruksi dr. “N” SpOG disarankan ibu untuk pulang dan bedrest

15
di rumah, memberikan KIE kontrol kembali 2 minggu lagi atau apabila ada
keluhan dan memberikan terapi Asam folat 1 mg diminum 1x1 tablet sehari.
d. Gerakan janin
Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janinnya.
e. Obat dan suplemen yang pernah diminum
Ibu mendapatkan suplemen Asam folat selama kehamilan yang diperoleh di
PMB dan BRSU Tabanan.
f. Perilaku yang membahayakan kehamilan
Ibu mengatakan tidak ada melakukan perilaku yang dapat membahayakan
kehamilan seperti: minum-minuman keras, kontak dengan binatang, diurut
dukun, dan menggunakan narkoba.
7. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita oleh Ibu/Riwayat Operasi
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang mengalami gejala atau
tanda penyakit kardiovaskuler, hipertensi, asma, epilepsi, Diabetes Mellitus (DM),
Tuberculosis (TBC), hepatitis, alergi dan penyakit menular seksual (PMS). Ibu
pernah mengalami operasi saat kehamilan ketiga pada tanggal 6 Mei 2016 di
BRSU Tabanan.
8. Riwayat penyakit keluarga (ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah
menderita sakit keturunan dan penyakit menular
Ibu mengatakan anggota keluarga yang lainnya tidak pernah atau tidak
sedang menderita penyakit keturunan seperti: kanker, asma, hipertensi, DM,
penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, epilepsi, alergi, maupun penyakit
menular, yaitu penyakit hati, TBC dan PMS/HIV/AIDS.
9. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit
ginekologi seperti: infertilitas, polip serviks, kanker kandungan, cervisitis kronis,
endometriosis, myoma, operasi kandungan dan perkosaan.
10. Data Bio-psiko-sosial dan spiritual
a. Bernafas
Ibu tidak mengalami keluhan kesulitan bernafas.

16
b. Pola makan/minum
Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari, 1 porsi dengan menu bervariasi
seperti: nasi putih, ikan laut, ayam, tempe, tahu, sayur-sayuran terkadang
disertai buah. Ibu mengatakan tidak memiliki pantangan dalam makan. Ibu
minum air putih ± 2 liter perhari. Makan terakhir ibu pukul 11.00 WITA
(15/2/2020) dan minum terakhir ibu pukul 16.00 WITA (15/2/2020).
c. Pola eliminasi
Ibu mengatakan buang air kecil yaitu sekitar 5 sampai 6 kali sehari dengan
warna kuning jernih dan buang air besar 1 kali sehari, konsistensi lembek,
warna kecokelatan. Ibu mengatakan tidak memiliki keluhan saat BAB atau
BAK.
d. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur siang selama 1 jam sehari dan malam hari 8 jam sehari.
Tidur terakhir pada malam hari pukul 22.00 WITA (14/2/2020).
e. Psikososial
Ibu mengatakan menerima kehamilan ini dengan bahagia.
f. Pengetahuan
Ibu mengatakan mengetahui tanda bahaya kehamilan.

B. DATA OBJEKTIF
Tanggal: 15 Februari 2020, pukul 19.05 WITA
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. GCS : E: 4, V: 5, M: 6
d. Berat badan : 52 kg
e. Tinggi badan : 155 cm
f. Tekanan darah : 110/70 mmHg
g. LILA : 28 cm
h. Suhu : 36,7 0C
i. Nadi : 80 kali/menit
j. RR : 20 kali/menit.

17
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : tidak ada kelainan, rambut bersih.
b. Wajah : tidak oedema, tidak pucat.
c. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
d. Hidung : bersih, tidak tampak polip, tidak ada sekret.
e. Mulut dan Gigi : bibir lembap, gigi tidak karies.
f. Telinga : simetris, bersih, tidak ada kelainan.
g. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
h. Payudara : simetris, tidak ada nyeri tekan, puting susu menonjol,
tidak ada pengeluaran puting susu.
i. Dada dan Aksila : tidak ada retraksi dada, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe aksila.
j. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku jari merah muda,
reflek patella positif kiri dan kanan.

3. Pemeriksaan khusus obstetri


a. Abdomen
Pada abdomen ibu terdapat luka bekas operasi, tidak ada kelainan.
Pemeriksaan palpasi Leopold didapatkan Tinggi Fundus Uteri tidak teraba.
Denyut Jantung Janin (DJJ) belum terdengar.
b. Anogenital
Pada vagina ibu tidak ada kelainan dan terdapat lendir bercampur darah. Pada
pemeriksaan vaginal toucher oleh bidan didapatkan hasil VT: v/v normal, portio
lunak, pembukaan 1 cm. Kesan panggul normal. Anus normal.

C. ANALISA
Ibu “MS” Umur 35 Tahun G4P2012 UK 10 Minggu 1 Hari dengan Abortus
inkomplit.
Masalah: Ibu mengeluh keluar flek pada jalan lahir.

18
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal: 15 Februari 2020, pukul 19.20 WITA.
Asuhan dilakukan oleh bidan “S”
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti dan sudah
mengetahui kondisinya saat ini.
2. Melakukan informed consent dengan ibu mengenai tindakan pemasangan
infus dan dilakukan kuretase. Ibu mengerti dan menyetujuinya.
3. Melakukan kolaborasi dengan dr. “A” SpOG mengenai:
a. Melakukan persiapan tindakan kuretase berupa persiapan alat, bahan dan
pasien. Alat dan bahan sudah siap, serta pasien sudah dalam keadaan
puasa.
b. Melakukan tindakan kuretase saat dokter selesai praktik.
4. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan. Asuhan telah
didokumentasikan pada buku Rekam Medis.

19
CATATAN PERKEMBANGAN

Tempat Pelayanan: Ruang Bersalin BRSU Tabanan


Tanggal : 15 Februari 2020
Waktu : 20.40 WITA

S : Ibu mengeluh keluar darah dari jalan lahir.


O : KU baik, kesadaran composmentis, TD 110/70 mmHg, Suhu 36,7 0C, Nadi
80 kali/menit, Respirasi 20 kali/menit. TFU tidak teraba, terdapat
pengeluaran pervaginam berupa flek sedikit.
A : Ibu “MS” umur 35 tahun G4P2012 UK 10 minggu 1 hari dengan Abortus
inkomplit.
P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti dan
sudah mengetahui kondisinya saat ini.
2. Melakukan konsultasi dengan dr. “An” SpAn.
3. Memberitahukan kepada ibu untuk lanjut puasa oleh karena rencana
tindakan kuretase. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
4. Melakukan pendokumentasian. Hasil pendokumentasian tercatat pada
Rekam Medis.

20
CATATAN PERKEMBANGAN

Tempat Pelayanan: Ruang Bersalin BRSU Tabanan


Tanggal : 15 Februari 2020
Waktu : 23.00 WITA

S : Ibu mengeluh keluar darah dari jalan lahir.


O : KU baik, kesadaran composmentis, TD 110/70 mmHg, Suhu 36,7 0C, Nadi
80 kali/menit, Respirasi 20 kali/menit. TFU tidak teraba, terdapat
pengeluaran pervaginam berupa flek sedikit.
A : Ibu “MS” umur 35 tahun G4P2012 UK 10 minggu 1 hari dengan Abortus
inkomplit.
P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti dan
sudah mengetahui kondisinya saat ini.
2. Melakukan asisten dokter dalam tindakan kuretase. Tindakan kuretase
telah dilakukan.
3. Melakukan pendokumentasian. Hasil pendokumentasian tercatat pada
Rekam Medis.

21
CATATAN PERKEMBANGAN

Tempat Pelayanan: Ruang Bersalin BRSU Tabanan


Tanggal : 15 Februari 2020
Waktu : 23.05 WITA

S : Ibu mengatakan tidak ada pusing dan mual.


O : KU baik, kesadaran composmentis, TD 110/70 mmHg, Suhu 36,7 0C, Nadi
80 kali/menit, Respirasi 20 kali/menit. Kontraksi uterus baik, tidak ada
perdarahan aktif.
A : Ibu “MS” umur 35 tahun G4P2012 UK 10 minggu 1 hari + Post kuretase.
P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti dan
sudah mengetahui kondisinya saat ini.
2. Melakukan intruksi dokter mengenai pemberian terapi:
a. Amoxicillin 500 mg diminum 3x1 tablet sehari.
b. Asam mefenamat 500 mg diminum 3x1 tablet sehari.
c. Metergin 0,125 mg diminum 3x1 tablet sehari.
3. Memperbolehkan pasien pulang atas instruksi dokter dan menganjurkan
ibu untuk kontrol kembali tanggal 23 Februari 2020. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
4. Melakukan pendokumentasian. Hasil pendokumentasian tercatat pada
Rekam Medis.

22
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan


manajemen yang tepat pada bayi baru lahir kritis (≤usia 28 hari) yang mengancam
jiwa dan bisa terjadi sewaktu-waktu (Setyarini dan Suprapti, 2017).
Kegawatdaruratan pada neonatus dapat terjadi oleh faktor ibu dan bayi. Salah satu
faktor dari ibu yaitu ketuban pecah dini (KPD) sedangkan faktor bayi yang
menyebabkan kegawatdaruratan neonatus adalah Skor APGAR yang rendah,
BBLR (Setyarini dan Suprapti, 2017).
Asuhan kebidanan kegawatdaruratan neonatal pada Ibu “MS” umur 1 jam
neonatus preterm dengan BBLR dan asfiksia sedang dilakukan sesuai dengan
Manajemen Kebidanan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari bidan ke klien sesuai dengan keputusan klinik yang dilakukan
dengan tepat (Varney, 2014). Adapun tujuh langkah Manajemen Kebidanan
menurut Varney yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Melakukan pengkajian data merupakan tahap awal dari manajemen
Varney dilaksanakan dengan cara pengkajian data subjektif dan data penunjang
lainnya (Nursalam, 2013). Pada data subjektif Ibu “MS” merupakan rujukan dari
Ruang VK oleh karena lahir menangis kurang lebih 15 detik kemudian menangis
relatif melemah. Riwayat intranatal Ibu “MS” lahir pada umur kehamilan kurang
bulan yaitu 31 minggu 5 hari. Persalinan dilakukan secara normal. Riwayat KPD
pukul 15.30 (3/2/2020) warna air ketuban jernih. Pukul 20.15 WITA, Ibu “MS”
lahir menangis kurang lebih selama 15 detik setelah persalinan kemudian relatif
melemah, warna kulit merah muda pada bagian tubuh dan kebiruan pada
ekstremitas. A-S: 4-5-6. Bayi lahir dengan BBL 2200 gram. Data objektif pada
Ibu “MS” keadaan umum bayi lemah, tangis lemah, dan gerak lemah. Pada
pemeriksaan fisik Ibu “MS” dalam batas normal namun pada genetalia bagian
klitoris menonjol dan labia mayor belum menutupi labia minor. Hal ini

23
disebabkan Ibu “MS” merupakan neonatur preterm/premature karena lahir pada
umur kehamilan kurang bulan yaitu 31 minggu 5 hari.
Berdasarkan pengkajian data Ibu “MS” termasuk bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) yaitu 2200 gram hal ini sesuai dengan derajat klasifikasi
BBLR yaitu termasuk kelompok berat badan lahir rendah (BBLR)/very low birth
weight dengan berat badan lahir 1500-2499 gram (Meadow and Newell, 2015).
Selain itu, Ibu “MS” lahir pada umur kehamilan 31 minggu 5 hari termasuk
kelompok BBLR berdasarkan masa gestasinya yaitu prematuritas murni/sesuai
masa kehamilan dengan kata lain bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan usia kehamilan (Rukmono, 2013).
Salah satu masalah yang terjadi pada bayi dengan BBLR yaitu asfiksia.
Bayi BBLR kurang atau cukup bulan, berdampak pada proses adaptasi pernafasan
saat lahir sehingga dapat mengalami asfiksia lahir (Lestari, 2014). Asfiksia adalah
keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
(Asuhan Persalinan Normal, 2017). Pada riwayat intranatal, ibu Ibu “MS”
mengalami KPD. KPD (Ketuban Pecah Dini) merupakan salah satu penyebab
asfiksia. Ketuban pecah dini dapat mengakibatkan asfiksia, baik akibat kelahiran
kurang bulan, sindrom gawat napas, gangguan plasenta maupun infeksi. Ketuban
pecah dini dapat memudahkan infeksi asenden (Lidya 2014). Sepsis awitan dini
sering dihubungkan dengan infeksi intranatal, sedangkan sepsis awitan lambat
sering dihubungkan dengan infeksi pascanatal terutama nosokomial (Pediatri,
2013).
. Pada data objektif didapatkan keadaan umum bayi lemah, tangis lemah,
dan gerak lemah, pemeriksaan fisik dada didapatkan adanya tarikan intercostal.
Riwayat intranatal dengan penilaian APGAR skor yaitu 4-5-6. Klasifikasi asfiksia
pada Ibu “MS” termasuk asfiksia sedang dengan nilai 4-6 (Fida dan Maya, 2012).
Pada pemeriksaan genetalia didapatkan bagian klitoris menonjol dan labia mayor
belum menutupi labia minor hal tersebut sesuai pada bayi premature klitoris
menonjol dan labia mayora kecil terbuka (Nurasiah, dkk. 2014).
Setelah melakukan pengkajian data tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dengan praktik sehingga proses pengkajian data telah sesuai.

24
B. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik
(Varney, 2014). Berdasarkan hasil pengkajian data dapat ditegakan diagnosa
kebidanan Ibu “MS” umur 1 jam neonatus preterm, sesuai masa kehamilan,
BBLR dengan asfiksia sedang. Masalah aktual/spesifik yaitu Ibu “MS” bernapas
megap-megap. Hal ini telah sesuai dengan manifestasi klinis pada asfiksia yaitu
salah satunya bayi tidak bernapas atau napas megap-megap (Sembiring, 2017).
Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ibu “MS”.
C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasikan diagnosa potensial yang
membutuhkan tindakan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
(Varney, 2014). Pada kasus kegawatdaruratan neonatal Ibu “MS” neonatus
preterm, BBLR dengan asfiksia sedang. Setelah mengidentifikasikan data,
diagnosa/masalah potensial yang akan terjadi yaitu asfiksia berat, risiko hipotermi
dan risiko infeksi.
Penanganan yang kurang tepat dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kurang terampil akan timbul masalah potensial. Pada kasus asfiksia sedang
apabila tidak tertangani dengan baik dapat mengakibatkan asfiksia berat. Risiko
terjadi hipotermi dapat terjadi pada bayi premature dan BBLR. Hal ini sesuai
dengan bayi premature mempunyai keterbatasan dalam mengatur suhu tubuhnya,
sehingga mudah mengalami hipotermi dan hipertemi. Hipotermi suhu bayi kurang
dari 36,5oC, sementara hipertemi suhu bayi lebih dari 37,5oC (Atikah dan Cahyo,
2010). Selain itu, masalah potensial yang dapat terjadi yaitu infeksi pada tali pusat
diangkat melihat keadaan tali pusat bayi masih dalam keadaan basah, yang
merupakan tempat perkembangbiakan yang sangat subur bagi kuman (Pediatri,
2013).
D. Tindakan segera dan kolaborasi
Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan apabila klien mengalami
keluhan yang mengancam atau temuan dari hasil pemeriksaan maka dilakukan
tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (Mengkuji,

25
2013). Tindakan segera yang dilakukan dalam asuhan kebidanan pada Ibu “MS”
yaitu melakukan pemasangan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).
Pemasangan CPAP dapat dipertimbangkan karena bayi kurang bulan mungkin
sulit diberikan ventilasi dan juga mudah cedera dengan ventilasi tekanan positif
yang intermiten. Apabila bayi bernapas spontan dengan frekuensi jantung diatas
100 kali/menit tapi tampak sulit bernapas dan sianosis pemberian CPAP mungkin
bermanfaat. CPAP diberikan dengan memasang sungkup balon yang tidak
mengembang sendiri atau T-piece resuscitator pada wajah bayi dan mengatur
katup pengontrol aliran atau katup Tekanan Positif Akhir Ekspirasi (TPAE) sesuai
dengan jumlah CPAP yang diinginkan. Pada umumnya TPAE sampai 6 cm H 2O
cukup (HTA, 2010).
Perawatan bayi dalam inkubator juga dilakukan oleh karena Ibu “MS”
termasuk bayi premature dengan berat badan lahir rendah. Hal ini sesuai dengan
inkubator merupakan lingkungan yang ideal untuk bayi yang tidak mampu
mengatur suhu tubuhnya sendiri (Rustiana, 2015). Inkubator sangat berperan baik
dalam mengontrol suhu untuk bayi prematur. Suhu ruang inkubator dengan berat
badan bayi 2200 gram yaitu 340C hal ini telah sesuai dengan tabel suhu ruang
inkubator yang direkomendasikan menurut berat badan dan umur (Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita, 2010).
Dalam memberikan asuhan pada Ibu “MS”, bidan berkolaborasi dengan
Dokter Sp. A dalam pemberian terapi Anbacim 2 x 125 mg, Aminofilin 2 x 7,5
mg dan Dexametasone 2 x 1/4 amp.
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik.
E. Perencanaan
Perencanaan tindakan merupakan desain spesifik intervensi dalam
mencapai kriteria hasil tindakan yang baik (Nursalam, 2013). Rencana tindakan
yang akan dilakukan pada asuhan kebidanan Ibu “MS” umur 1 jam neonatus
preterm, BBLR dengan asfiksia sedang yaitu informasikan hasil pemeriksaan Ibu
“MS” kepada ibu dan suami, lakukan informed consent mengenai perawatan di
dalam inkubator dan pemasangan CPAP, hangatkan, bersihkan jalan napas dan
keringkan bayi, lakukan pemasangan kateter vena umbilikalis, lakukan
pemasangan CPAP, lakukan kolaborasi dengan Dokter Sp. A dalam pemberian

26
terapi, lakukan observasi keadaan umum dan vital sign, lakukan observasi
retraksi, sesak napas dan sianosis serta lakukan pendokumentasian.
Berdasarkan hal tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik
sehingga kebutuhan Ibu “MS” diharapkan dapat terpenuhi.
F. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan Ibu “MS” umur 1 jam
neonatus preterm, BBLR dengan asfiksia sedang merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan menyeluruh (Varney, 2014). Asuhan kebidanan ini dilakukan
bekerja sama dengan Dokter Sp.A. Bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami
komplikasi, bidan juga bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan menyingkat
waktu dan meningkatkan mutu asuhan (Asri dan Clervo, 2012). Berdasarkan
kasus ini, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam menetapkan
pelaksanaan secara menyeluruh.
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan. Pada
langkah evaluasi asuhan kebidanan meliputi pemenuhan kebutuhan yang telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam diagnosa
(Varney, 2014).
Pada Ibu “MS” neonatus preterm, BBLR dengan asfiksia sedang setelah
dilakukan asuhan didapatkan evaluasi yaitu ibu dan suami mengerti dan sudah
mengetahui keadaan bayinya saat ini, ibu dan suami mengerti dan bersedia
bayinya dirawat di inkubator dan dipasang CPAP, bayi dalam keadaan bersih dan
hangat, kateter umbilical telah terpasang, IVFD Dextrose 10% 5 tpm micro,
CPAP telah terpasang, terapi telah diberikan, keadaan umum bayi lemah, vital
sign dalam batas normal, Ibu “MS” dalam keadaan stabil, hasil pendokumentasian
tercatat pada rekam medis. Berdasarkan data di atas, tidak ada kesenjangan antara
teori dengan praktik.

27
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Asuhan kebidanan pada Ibu “MS” umur 35 tahun G4P2012 dengan
Abortus inkomplit menerapkan tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut
Varney dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif dalam asuhan kebidanan
pada Ibu “MS” dengan abortus inkomplit tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktik serta ditemukan kesulitan dalam mengkaji data suami
sehingga data yang dikaji yaitu wali/penanggung jawab dari ibu “MS”.
2. Pada interpretasi data telah didapatkan diagnosa kebidanan Ibu “MS” umur 35
tahun G4P2012 dengan Abortus inkomplit. Dalam penentuan diagnosa tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak ada. Maka dalam hal ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Tindakan segera dan kolaborasi yang dilakukan pada Ibu “MS” yaitu
melakukan tindakan kuretase dengan dr. “A” SpOG. Dalam penentuan
antisipasi telah sesuai dengan standar pelayanan dan tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik.
5. Perencanaan yang diberikan pada Ibu “MS” dengan abortus inkomplit yaitu
ibu disarankan untuk puasa, kolaborasi dengan dr. “A” SpOG mengenai
rencana tindakan kuretase dan pemberian terapi atas instruksi dokter.
Penentuan suatu perencanaan dalam pemberian asuhan kebidanan tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dikarenakan sudah sesuai
dengan kebutuhan pasien.
6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada Ibu “MS” sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Penentuan suatu perencanaan dalam pemberian asuhan kebidanan tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
7. Evaluasi yang diberikan sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa. Kontraksi baik dan tidak ada perdarahan aktif

28
pasca kuretase pada Ibu “MS” dan atas instruksi dokter ibu diperbolehkan
pulang dan menyarankan untuk kontrol kembali pada tanggal 23 Februari
2020.
8. Pada kasus Ibu “MS” sudah sesuai dengan standar pelayanan dan tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan penerapan di tempat praktik
berdasarkan manajemen Varney.

B. Saran
1. Bagi Ibu dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah informasi ibu dan keluarga mengenai deteksi
dini tanda bahaya pada kehamilan. Serta dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan bagi ibu dan keluarga sehingga dapat mencegah terjadinya kasus
kegawatdaruratan pada kehamilan.
2. Ruang Bersalin BRSU Tabanan
Bagi ruang Bersalin BRSU Tabanan diharapkan agar tetap menjaga dan
mempertahankan kualitas dalam memberikan asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan maternal seperti pada kasus abortus inkomplit.
3. Bagi Bidan
Diharapkan bidan mempertahankan kompetensi dan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal yang berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya seperti perawat, dokter SpOG dan doktes SpAn.
4. Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih dalam
agar data yang didapatkan lebih akurat dan asuhan yang diberikan sesuai dengan
standar pelayanan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Bobak, Lowdennilk and Jensen., 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi
4, Jakarta. EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Standar Pelayanan Kebidanan,
Jakarta. Depkes R.I.
Fraser, D.M., and Cooper, M.A., 2009, Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14, Jakarta.
EGC.
Kemenkes R.I., 2013, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta:
Kemenkes RI.
Kuswanti, Ina .2014. Asuhan Kebidanan. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Latifah, Lutfatul dan Anggreni, Mekar Dwi. 2013. Hubungan Kehamilan Pada
Usia Remaja Dengan Kejadian Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah
dan Asfiksia. Volume 6, Nomor 1. Jurnal Kesmasindo.
Mandriwati, G.A, 2012, Asuhan Kebidanan Antenatal, Penuntun Belajar, Edisi 2,
Jakarta. EGC.
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Saifuddin, AB., dkk, 2012, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Jakarta. PT. Bina Pustaka.
Saminem. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC
Sulistyawati, A., 2009, Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan, Jakarta.
Salemba Medika.
Vamey, H., Kriebs, J .M., and Gegor, C.L, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume I, Jakarta. EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai