Anda di halaman 1dari 113

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY.

S
USIA 19 TAHUN DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM DERAJAT II DI RSUD
LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

Disusun Oleh :
Farah Riyadi
NIM : P17324215029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. S USIA
19 TAHUN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DERAJAT II DI RSUD LEUWILIANG
KABUPATEN BOGOR

Oleh :

Farah Riyadi

P17324215029

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Guna memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan
Program Studi Kebidanan Bogor

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018

i
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Farah Riyadi


NIM : P17324215029
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Oktober 1997
Agama : Islam
Nama Ayah : Rahmat Riyadi
Nama Ibu : Fanny Rismawanty
E-mail : nazheerah_rie@yahoo.com
Alamat : Jl. Gelatik III No. 17B Blok B4 RT/RW
002/009 Kel. Ciluar Kec. Bogor Utara
Kota. Bogor, Kode Pos 16156
MMMMMMMMM
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun
1 TK Nurul Haq 2002-2003
2 SD Taman Pusaka 2003-2009
3 SMP Negeri 15 Kota Bogor 2009-2012
4. SMA Negeri 8 Kota Bogor 2012-2015
5. Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan Bogor 2015-Sekarang

v
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG PROGRAM STUDI
KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR, MEI 2018

Farah Riyadi
NIM: P17324215029

Asuhan Kebidanan Antenatal Pada Ny. S 19 Tahun dengan Hiperemesis


Gravidarum di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor
xiii + VI BAB + 71 halaman + 7 Lampiran + 3 tabel

ABSTRAK

Menurut Fauziyah dalam bukunya yang berjudul Obstetri Patologi


sekitar 50–60% kehamilan disertai mual dan muntah dari 360 wanita
hamil, 2% diantaranya mengalami mual dan muntah di pagi hari dan
sekitar 80% mual dan muntah sepanjang hari, kondisi ini biasanya
bertahan dan mencapai puncak pada usia kehamilan 9 minggu. Namun
demikian, sekitar 18% kasus mual dan muntah akan berlanjut sampai
kelahiran.
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini untuk menerapkan dan
memberikan asuhan kebidanan dengan pasien hiperemesis gravidarum
derajat II sesuai dengan standar kesehatan yang sudah diterapkan. Metode
pendokumentasian yang digunakan dalam bentuk SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa, Penatalaksanaan). Pengkajian data subjektif yang
didapatkan yaitu pada kunjungan pertama ibu datang dengan keluhan mual
sepanjang hari, muntah, lemas, dan pusing sejak tahu bahwa ibu hamil. Ibu
muntah ± 10 ×, serta muntah darah 1×. Ibu merasa nyeri pada ulu hati,
tidak nafsu makan dan khawatir dengan kandungannya. HPHT : 07-12-
2017.
Pada data objektif didapatkan pemeriksaan dengan tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 112x/menit, mata cekung, sklera ikterik, mulut kering,
bibir pecah-pecah, lidah kering dan kotor, ballottement belum teraba,
turgor kulit berkurang, terdapat nyeri epigastrium, serta terdapat keton
pada urine ibu dengan hasil positif tiga (+++).
Analisa yang dirumuskan adalah Ny. S, 19 th, G1P0A0 Gravida 10
minggu dengan hiperemesis gravidarum derajat II. Penatalaksanaan
tindakan asuhan kebidanan telah sesuai dengan rencana tindakan dan teori
serta sudah dilakukan secara menyeluruh. Kesimpulan yang didapatkan
dari hasil asuhan yang diberikan yaitu berhasil mengurangi keluhan
setelah diberikan motivasi, hingga terapi. Kepada Ny. S disarankan agar
menjaga kesehatannya dan kontrol ulang sesuai jadwal atau bila ada
keluhan.

Kepustakaan : 43 (2006-2016)
Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum, asuhan kebidanan, kehamilan.

vi
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG PROGRAM STUDI
KEBIDANAN BOGOR
FINAL PROJECT REPORT, MEI 2018

Farah Riyadi
NIM: P17324215019

Antenatal Midwifery Care Of Ny S Age 19 Years Old With Hyperemesis


Gravidarum in RSUD Leuwiliang District of Bogor
xiii + VI chapter + 71 page + 7 enclosure + 3 table

ABSTRACT

According to Fauziyah in his book Obstetrics Pathology about 50-60%


of pregnancy and nausea and vomiting of 360 pregnant women, 2% of them
and vomiting in the morning and about 80% nausea and vomiting throughout
the day, this condition usually occurs and reaches peak on the decision from
9 weeks. However, about 18% of cases of nausea and vomiting will develop
until birth
The purpose of this final report is to apply and provide midwifery care
with patients of hyperemesis gravidarum grade II in accordance with the
health standards that have been applied. Documentation methods used in the
form of SOAP (Subjective, Objective, Analysis, Management). Assessment
of subjective data obtained on the first visit of the mother came with
complaints of nausea throughout the day, vomiting, weakness, and dizziness
since know that pregnant women. Mother vomiting ± 10 ×, and vomiting
blood 1 ×. Mother feels pain in the pit of the liver, not appetite and worried
about its contents. HPHT: 07-12-2017.
Objective data were obtained with blood pressure 100/70 mmHg, pulse
112x / min, sunken eyes, jaundice sclera, dry mouth, chapped lips, dry and
dirty tongue, no palpable ballottement, reduced skin turgor, epigastric pain,
and there is a ketone in the urine of the mother with a positive result of three
(+++).
The formulated assessment is Ny. S, 19 th, G1P0A0 Gravida 10 weeks
with hyperemesis gravidarum degree II. Management of midwifery care has
been in accordance with the action plan and theory and has been done
thoroughly. The results of the actions performed successfully reduce
complaints after being given motivation, to therapy. The conclusions obtained
from the results of care given after the visit home, the mother said it had never
vomited again. For Ny. S is recommended to maintain health and re-control
on schedule or if there are complaints.

Literature : 43 (2006-2016)
Keywords : Hyperemesis Gravidarum, midwifery care, pregnancy

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan
Antenatal Pada Ny. S Usia 19 Tahun Dengan Hiperemesis Gravidarum
Derajat II Di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Tujuan dari penyusunan
laporan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan di Program Studi Kebidanan Bogor Poltekkes
Kemenkes Bandung.

Terwujudnya laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide,
maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.Ir.H. Raden Osman Syarief, MKM selaku Direktur Poltekkes


Kemenkes Bandung
2. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati,S.Kp, MKM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor yang selalu memberikan dukungan selama proses
perkuliahan.
3. Bidan Savitri Sovia selaku pembimbing di ruangan Nifas (Anyelir)
RSUD Leuwiliang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan asuhan diruangan tersebut.
4. Juariah, M.Keb selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, nasihat serta menyediakan waktunya selama asuhan ini
berlangsung hingga dengan selesai.
5. Titi Nurhayati, S.KM, MKM selaku pembimbing akademik yang selalu
memberi dukungan.
6. Dedes Fitria, M.Keb selaku Wali tingkat III-A yang selalu memberikan
dukungan selama proses perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Program Studi Kebidanan Bogor yang telah banyak
membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

viii
8. Kedua Orang Tua yang selalu berdoa, mendukung secara moril maupun
materil kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan di Prodi Kebidanan Bogor Angkatan XVII
khususnya tingkat IIIA yang selalu memberi semangat dan saling
memberi motivasi dalam penyusunan Laporan penelitian ini.
10. Ny. S dan Keluarga yang telah bersedia bekerjasama dalam pembuatan
Laporan Tugas Akhir ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi ataupun
dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat


imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah.Amin
Penulis menyadari bahwa Laporan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.
Seluruh isi laporan tugas akhir ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis.

Bogor, 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME .................................................. iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 3
1. Tujuan umum........................................................................... 3
2. Tujuan khusus .......................................................................... 3
D. Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 5
A. Konsep Dasar Kehamilan................................................................... 5
B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum .......................................... 14
C. Landasan Hukum dan Kewenangan Bidan ..................................... 28
D. Aplikasi Manajemen Asuhan Kebidanan ......................................... 34
BAB III METODOLOGI ............................................................................. 37
BAB VI TINJAUAN KASUS ..................................................................... 39
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 63
A. Data Subjektif................................................................................... 63
B. Data Objektif .................................................................................... 66
C. Analisa.............................................................................................. 67
D. Penatalaksanaan ............................................................................... 67
E. Faktor Pendukung ............................................................................ 68

x
F. Faktor Penghambat........................................................................... 69
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 70
A. Kesimpulan ...................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Perabaan Jari ............................... 6


2.2 Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Berdasarkan IMT ....... 11
2.3 Komposisi Gizi yang Dianjurkan pada Ibu dengan Hiperemesis
Gravidarum ..................................................................................... 28

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gizi Seimbang Ibu Hamil

Lampiran 2 Tanda Bahaya Kehamilan

Lampiran 3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Riwayat Masuk Rumah Sakit Selama Kehamilan

Lampiran 6 Pemeriksaan Penunjang

Lampiran 7 Lembar Bimbingan

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah proses reproduksi yang normal, tetapi perlu
perawatan dini yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat, oleh
sebab itu kehamilan yang normal tetap mempunyai risiko. Upaya untuk
menurunkan angka kematian ibu perlu dilakukan dengan deteksi dini
risiko ibu hamil di tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak atau pada
masyarakat. Faktor risiko merupakan beberapa keadaan yang dimiliki oleh
ibu tetapi tidak secara bermakna langsung meningkatkan risiko kematian
ibu, seperti keluhan mual muntah.1
Menurut Fauziyah dalam bukunya yang berjudul Obstetri Patologi
sekitar 50–60% kehamilan disertai mual dan muntah dari 360 wanita
hamil, 2% diantaranya mengalami mual dan muntah di pagi hari dan
sekitar 80% mual dan muntah sepanjang hari, kondisi ini biasanya
bertahan dan mencapai puncak pada usia kehamilan 9 minggu. Namun
demikian, sekitar 18% kasus mual dan muntah akan berlanjut sampai
kelahiran2
Menurut jurnal yang dikeluarkan oleh Kevin Gunawan pada tahun 2011
menjelaskan bahwa hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan
kematian, tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25%
pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.3
Hiperemesis Gravidarum 60%-80% terjadi pada Primigravida.4 Sebagian
besar Primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen
dan HCG sehingga lebih sering mengalami mual dan muntah. Sedangkan
pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi
dengan hormon estrogen dan HCG karena sudah mempunyai pengalaman
terhadap kehamilan dan melahirkan.5
Menurut Yunia Mariantari pada tahun 2014, usia dibawah 20 tahun
merupakan faktor predisposisi dari hiperemesis gravidarum sebab belum
2

cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu.
Sehingga dapat menimbulkan keraguan jasmani, cinta kasih, dan
perawatan serta asuhan bagi anak yang akan dilahirkannya hal ini dapat
menyebabkan mual dan muntah.5 Dampak yang terjadi pada hiperemesis
gravidarum yaitu menimbulkan konsumsi O2 menurun dan dapat
menyebabkan gangguan fungsi umum sel hati.6 Dapat dikaitkan pula
dengan peningkatan risiko untuk berat bayi lahir rendah, kelahiran
prematur, kecil untuk usia kehamilan, dan kematian perinatal.7
Kejadian hiperemesis gravidarum yang telah tercatat di RSUD
Leuwiliang untuk 1 tahun terakhir terhitung dari Januari sampai dengan
Desember 2017 yaitu 129 dari 354 ibu hamil diberikan asuhan hingga
kasus hiperemesis gravidarum tersebut dapat tertangani. Berdasarkan
uraian diatas, penulis memandang penting bahwa kasus Hiperemesis
Gravidarum yang merupakan komplikasi dari mual dan muntah pada
kehamilan trimester pertama mendapatkan asuhan kebidanan yang tepat.
Agar kasus ini tidak berlanjut pada derajat yang lebih tinggi dan
komplikasi bisa dapat dicegah. Maka dari itu penulis melakukan asuhan
kebidanan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum derajat II.

B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah


1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah:
“Bagaimana menerapkan asuhan kebidanan antenatal pada Ny. S usia
19 tahun dengan Hiperemesis Gravidarum Derajat II di RSUD
Leuwiliang Kabupaten Bogor?”
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah
asuhan kebidanan pada Ny. S pada tanggal 15 Februari 2018 sampai
dengan 19 Februari 2018 di RSUD Leuwiliang serta dilanjutkan
kunjungan rumah pada tanggal 26 Februari 2018 dan 13 Maret 2018.
3

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan
kebidanan antenatal pada Ny. S usia 19 tahun dengan hiperemesis
gravidarum derajat II di RSUD Leuwiliang kabupaten Bogor melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya data subjektif pada Ny. S usia 19 tahun dengan
hiperemesis gravidarum derajat II di RSUD Leuwiliang kabupaten
Bogor.
b. Diperolehnya data objektif pada Ny. S usia 19 tahun dengan
hiperemesis gravidarum derajat II di RSUD Leuwiliang kabupaten
Bogor.
c. Ditegakkannya analisa pada Ny. S usia 19 tahun dengan
hiperemesis gravidarum derajat II di RSUD Leuwiliang kabupaten
Bogor.
d. Dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan antenatal pada Ny. S
usia 19 tahun dengan hiperemesis gravidarum derajat II di RSUD
Leuwiliang kabupaten Bogor.
e. Diketahuinya faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
asuhan kebidanan antenatal pada Ny. S usia 19 tahun dengan
hiperemesis gravidarum derajat II di RSUD Leuwiliang kabupaten
Bogor.

D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan


1. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan tenaga kesehatan terutama bidan
dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan
kebidanan antenatal dengan Hiperemesis Gravidarum derajat II.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Mendapatkan penanganan yang tepat dan memberikan rasa nyaman
kepada ibu dan keluarga sehingga mencegah terjadinya komplikasi.
4

3. Bagi Profesi Bidan


Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan
ilmu untuk memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan
pada klien.
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi.8 Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah
(normal) dan bukan proses patologi tetapi kondisi normal dapat
menjadi patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi yang tidak perlu
kecuali ada indikasi. Dan setiap perempuan berkpribadian unik,
dimana terdiri dari biologis, psikologis, dan sosial yang berbeda
sehingga dalam memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya
juga berbeda dan tidak boleh disamakan.9
Kehamilan juga merupakan proses alamiah untuk menjaga
kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika
seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan
terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang terlibat
selama proses kehamilan. Proses kehamilan merupakan mata rantai
yang berkesinambung dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa
dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm.10

2. Perubahan Fisiologis Pada Saat Kehamilan


a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Ukuran uterus terus membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya
meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan
6

hypertrofi dan hyperplasia otot polos rahim, serabut-serabut


kolagennya menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar
estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan rahim.
Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan
pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal
ini dikenal dalam obstetric sebagai tanda hegar.11

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Perabaan Jari12


Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat PX
36 3 jari di bawah PX
40 Pertengahan pusat PX
2) Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon estrogen. Jika korpus uteri lebih banyak
mengandung jaringan otot, maka serviks lebih banyak
mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot jaringan
ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat
kadar estrogen meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan
mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita
yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas
tertentu masih merupakan keadaan fisiologik.11
7

3) Vagina dan Vulva


Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan
vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide). Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan
membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan
nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila
terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka
perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan
kematian.11
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira
kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter
kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta
terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini
mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.11
5) Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesterone, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan
hipertropi system saluran payudara, progesterone menambah
sel-sel asinus sedangkan somatomamotropin mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan
dalam sel-sel sehingga perubahan kasein, laktalbumin dan
lactabumin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk
laktasi.11
b. Sistem Sirkulasi Darah
1) Volume Darah
Volume darah total dan volume darah naik pesat sejak akhir
trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-
kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu,
8

diikuti curah jantung (cardiac output) yang meningkat


sebanyak ± 30%.11
2) Protein Darah
Protein dalam serum berubah. Jumlah protein, albumin dan
gamamglobulin menurun dalam triwulan pertama dan akan
meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan. Betaglobulin
dan fibrinogen terus menigkat.11
3) Hemoglobin
Meskipun terjadi peningkatan volume eritrosit secara
keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih
besar, sehingga konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi
lebih rendah. Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologik
dalam kehamilan, oleh karena jumlah hemoglobin pada wanita
hamil dalam keseluruhan lebih besar dari pada sewaktu belum
hamil.11
c. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi
karena pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30,
wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume
tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat
20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya
sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan
lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin
tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga
menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan
penampilan badannya.11
d. Sistem Pencernaan
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi
cairan intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter
esophagus bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi regurgitasi isi
9

lambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada (heartburn).


Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus rileks dengan disertai penurunan
motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih
banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi, yang mana
merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil.11
Bulan-bulan pertama kehamilan, hormon estrogen meningkat
yang dapat menyebabkan nausea (mual), ada yang mengalami
muntah terus menerus sampai menganggu aktivitasnya, dikatakan
mengalami hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang
banyak ini merupakan keadaan patologik), mual dan muntah
tersebut merupakan efek samping dari peningkatan kadar
estrogen dan HCG, reabsorbsi makanan baik, namun akan
menimbulkan obstipasi, rahim yang semakin membesar akan
akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga terjadi
sembelit (konstipasi), sembelit semakin berat karena gerakan otot
di dalam usus di perlambat oleh tinginya kadar progesteron.13
Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus
tergeser oleh uterus yang membesar seiring dengan kemajuan usia
kehamilan. Biasanya terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah,
pirosis (nyeri ulu hati) disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam
ke esophagus bagian bawah. Gusi dapat terjadi hiperemis dan
melunak, dapat berdarah serta cidera ringan. Haemorroid sering
terjadi ini disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan
pada vena-vena di bawah uterus yang membesar.14
e. Sistem Perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul
keinginan sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin
tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga
panggul. Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP,
10

keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing


mulai tertekan kembali.
Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan
sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%.
Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk
eksresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik
lebih banyak yang dikeluarkan.15
f. Sistem Integumen
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-
alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanosit
stimulating hormone yang meningkat. MSH ini adalah salah satu
hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan
hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.16
g. Perubahan Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mandasar dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
Adapun perubahan metabolisme adalah11 :
1) Metabolisme basal naik 15 – 20 % terutama pada trimester
ke tiga.
2) Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan;
pada wanita tidak hamil kadar sebesar 155 mEq perliter
menurun sampai 145 – 147 mEq perliter.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin; protein harus di
simpan pula untuk kelak dapat di keluarkan pada laktasi.
Maka dari itu, perlu di perhatikan agar wanita hamil
memperoleh cukup protein selama hamil. Di perkirakan satu
gram protein setiap kilogram berat badan dapat memenuhi
kebutuhan sehari – hari.
11

4) Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak, dan


protein.
5) Kebutuhan mineral untuk ibu hamil
a) Kalsium 1,5 – 2,5 gram setiap hari
b) Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari
c) Zat besi 800 mg atau 30 – 50 mg perhari
d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak
e) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,6 – 16,5
selama hamil.
Tabel 2.2 Rekomendasi kenaikan total berat badan berdasarkan
IMT17
Kategori Berat Kenaikan BB yang
IMT
Badan dianjurkan (Kg)
Kurang <19,8 12,5-18
Normal 19,9-26,0 11,5-16
Berlebih 26,1-29,0 7 -11,5
Obesitas >29,0 ≥7

3. Perubahan Psikologi Wanita Hamil


Selain menimbulkan perubahan fisik, kehamilan juga menimbulkan
perubahan dan adaptasi psikologis bagi ibu hamil. Membesarnya janin
dalam kandungan mengakibatkan calon ibu letih, tidak nyaman, tidak
dapat tidur nyenyak, sering mendapat kesulitan bernapas dan beban
fisik lainnya. Semua pengalaman ini mengakibatkan timbulnya
kecemasan, ketegangan, konflik batin dan lain-lain. Selain itu, adanya
risiko perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya kematian
pada dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan juga
menambah kecemasan dan ketakutan bagi ibu hamil.18
Stres kehamilan adalah salah satu fenomena yang dialami oleh
setiap ibu hamil yang dipicu oleh adanya prasangka-prasangka buruk
yang akan menimpa dirinya. Berdasarkan pengalaman yang selama ini
diperoleh utamanya pengalaman yang dia langsung selama proses
12

kehamilan. Salah satu dampak penting terjadinya stres adalah


diproduksinya adrenalin dan noradrenalin yang memberi dampak
pada ibu utamanya pada bayi berupa abortus, kelahiran bayi prematur
sampai pada kematian janin dan ibu melahirkan. Jika hal ini dibiarkan
terjadi maka angka mortalitas dan morbiditas akan semakin
meningkat. 12
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks,
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan, kebanggaan yang
ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam
kehamilan itu sendiri. Dapat menjadi pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ketingkat
gangguan jiwa yang berat.12
Perubahan psikologis yang dialami ibu hamil berdasarkan usia
kehamilan yaitu:
a. Perubahan Psikologis pada Trimester Pertama
Ibu membutuhkan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi
pada dirinya pada trimester awal kehamilan. Banyak ibu yang
merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Sering kali pada awal kehamilan banyak ibu yang mengharapkan
untuk tidak hamil. Hampir 80% wanita menolak, gelisah, depresi
dan murung. Sebanyak 15% ibu hamil mengalami gangguan jiwa
pada trimester pertama. Pada wanita hamil banyak mengalami
ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang
perubahan fisik yang terjadi pada dirinya.19
b. Perubahan Psikologis pada Trimester Kedua
Terdapat dua fase perubahan psikologis pada trimester kedua.
Fase pertama yaitu fase prequickening, dimana pada fase ini ibu
menganalisis dan mengevaluasi segala hubungan interpersonal
yang telah terjadi. Proses ini akan menjadi dasar bagaimana calon
ibu mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkan.
Proses yang terjadi pada pengevaluasian adalah perubahan
13

identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi


kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu).19
Pada trimester kedua, calon ibu sudah dapat menerima
kehamilannya. Fase kedua yaitu fase postquickening yaitu ibu
hamil akan fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut
lahirnya bayi. Pergerakan yang dirasakan dapat membantu ibu
membangun konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah
dengannya dan menyebabkan ibu terfokus pada bayinya.19
c. Perubahan Psikologis pada Trimester Ketiga
Pergerakan bayi akan semakin sering dirasakan oleh calon ibu
pada trimester ketiga. Perasaan tersebut menimbulkan kecemasan
tersendiri bagi seorang ibu seperti takut kalau sewaktu-waktu
bayinya lahir, apakah bayinya akan terlahir normal, dan hal-hal lain
terkait kondisi bayinya. Seorang ibu juga akan memikirkan tentang
proses persalinan yang akan dialami dan bahaya fisik yang akan
timbul pada saat persalinan.19
Trimester ketiga inilah ibu memerlukan ketenangan dan
dukungan dari suami, keluarga serta tenaga kesehatan.19 Penelitian
dari Aprianawati pada tahun 2007 tentang hubungan antara
dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida
menjelang persalinan. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu hamil, dimana ibu hamil yang mendapat dukungan
yang besar dari keluarganya, akan mengalami kecemasan yang
rendah dalam menghadapi persalinannya.20

4. Diagnosis Kehamilan10
a. Tanda Tidak Pasti Hamil
1) Mual dan muntah
2) Gangguan berkemih
3) Persepsi adanya gerakan janin
4) Terhentinya menstruasi/amenore
14

5) Perubahan pada payudara


6) Perubahan warna mukosa vagina
7) Meningkatnya pigmentsi kulit dan timbulnya striae
b. Tanda Mungkin Hamil
1) Pembesaran abdomen
2) Perubahan anatomi pada serviks
3) Kontraksi Braxton hiks
4) Ballottement
5) Kontraksi fisik janin
6) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum
c. Tanda Pasti Hamil
1) Identifikasi kerja jantung janin yang tersendiri dari kerja
jantung wanita hamil
2) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa
3) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan
dengan teknik ultrasonografi atau pengenalan janin yang lebih
tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan

5. Tanda dan Bahaya Kehamilan21


a) Muntah terus dan tak mau makan
b) Demam tinggi
c) Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang
d) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya
e) Pendarahan pada hamil muda dan hamil tua
f) Air ketuban keluar sebelum waktunya

B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum


1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah berlebihan yang dimulai antara usia kehamilan 4
dan 10 minggu dan hilang sebelum usia kehamilan 20 minggu, serta
memerlukan intenvensi khusus disebut hiperemesis gravidarum.22
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
15

dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan


kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit.
Sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada
wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan
awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi.23
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang segala
dimakan dan diminum dimuntahkan. Sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena
penyakit seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya.24 Nausea dan
vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan bertahan sesudah
trimester pertama. Biasanya hiperemesis gravidarum terjadi pada
kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan
keadaan yang mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada
penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar.25
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan
selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama
daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama.
Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan
abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun,
biasanya dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat
yang bervariasi sepanjang masa kehamilan.26

2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum


Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Dulu penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia
gravidarum karena diduga adanya semacam “racun” yang berasal dari
janin atau kehamilan. Penyakit ini juga digolongkan ke dalam gestosis
bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis dini diberikan
16

untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi


(pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan.23
Gejala mual dan muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan
traktus digestif seperti pada penderita diabetes mellitus
(gastroparesis diabeticorum). Hal ini disebabkan oleh gangguan
motilitas usus atau keadaan pasca operasi vagotomi. Selain
merupakan reflesi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual
dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral
pada pusat muntah (chemoreceptor trigger zone). 23
Perubahan metabolisme hati juga dapat menjadi penyebab
penyakit ini, oleh karena itu pada kasus yang berat harus dipikirkan
kemungkinan akibat gangguan fungsi hati, kantung empedu,
pankreatitis, atau ulkus peptikum.23 Penyebab Hiperemesis
gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2
per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan
Mochtar (2010) adalah sebagai berikut:27
a) Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.27
Hal ini didukung dengan hasil penelitian Anasari tahun 2014,
mengenai beberapa determinan penyebab kejadian hiperemesis
gravidarum di RSU Ananda Purwokerto tahun 2009-2011.
Didapatkan hasil bahwa umur, paritas dan kehamilan ganda
memiliki hubungan dengan hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum paling sering dialami oleh primigravida daripada
multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat stres dan usia
ibu saat kehamilan pertama. Menurut Anasari, ibu biasanya takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental
dalam diri ibu.28
Hal inipun sesuai dengan penelitian yang dilakukan Andani
pada tahun 2012, yang menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil
yang mengalami hiperemesis gravidarum adalah primigravida.
17

Karena kehamilan tersebut merupakan pengalaman baru bagi


dirinya sehingga terkadang ibu belum siap menghadapi
kehamilannya. Sehingga kondisi ini dapat menstimulasi stres yang
akhirnya dapat mempengaruhi kondisi ibu yang salah satunya
terjadi hiperemesis gravidarum.29
Dalam hasil penelitiannya Umboh pada 2014, juga
menekankan bahwa primigravida lebih rentan terkena hiperemesis
gravidarum. Dikarenakan sebagian kecil dari mereka belum
mampu beradaptasi dengan kondisi mereka yang baru.30 Seorang
wanita dengan kehamilan pertama atau primigravida berpotensi
mengalami stres, karena terjadi perubahan peran baru dalam
dirinya. Namun, kondisi stres itu dapat diatasi apabila wanita yang
sedang hamil mendapat support dari orang terdekatnya. 31
Kondisi stres tersebut juga dapat diatasi apabila wanita yang
sedang hamil selalu berpikir positif terhadap diri dan
kehamilannya. Diharapkan juga wanita yang sedang hamil
melakukan aktivitas yang disukai sehingga mampu membuat
pikiran menjadi lebih rileks dan perasaan menjadi bahagia.31
b. Faktor Organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan. Disertai resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini. Serta
adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.27
c. Faktor Psikologis
Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.27
d. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain-lain.27
18

2) Diabetes
Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan traktus
digestivus seperti pada penderita diebetes melitus
(gastroparesis diabeticorm). Hal ini disebkan oleh gangguan
mortilitas usus pada penderita atau pada setelah operasi
vagotomi.27
3) Gastritis (Muntah tanpa isi)
Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera
sesudahnya dapat menunjukkan vomitus psikogenetik atau
ulkus peptik dengan pilorospasme. Muntah yang terjadi 4-6
jam atau lebih setelah makan dan mengenai eliminasi jumlah
besar makanan yang tidak ditelan sering menunjukan retensi
lambung atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus yang
bersifat proyektif atau tanpa didahului nausea menunjukan
kemungkinan lesi pada sistem saraf pusat.32
Beberapa teori penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum namun
tidak ada satupun yang dapat menjelaskan proses terjadinya secara
tepat. Teori tersebut antara lain adalah23
a. Teori Endokrin
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar
progesteron, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah.
Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos
pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu
mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga
pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus,
penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan
muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid
yang dapat mengakibatkan mual dan muntah.23
Hormon progesteron dihasilkan oleh korpus luteum pada
masa awal kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan
19

tubuh ibu hamil selama kehamilan. Termasuk saraf ibu hamil


sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini
berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk
menyangga plasenta di dalam rahim.23
Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah
gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini
dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga
menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa wanita
sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem
pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit.
Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual,
dan menurunnya gairah berhubungan intim selama hamil.23
b. Teori Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin
B6 dapat mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.23
c. Teori Alergi
Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah
mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi
hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah berlebihan juga
dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif terhadap
sekresi dari korpus luteum.23
d. Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara
infeksi Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum, sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori
infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.23
e. Teori Psikosomatik
Menurut teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum
merupakan keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam
bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak direncanakan dan
tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
20

menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta


konflik. Hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis
penyebab hiperemesis gravidarum.23
Faktor psikologis yang meliputi pengetahuan, sikap, umur,
paritas, pekerjaan, stress, peningkatan hormon progesteron,
estrogen dan hCG, alergi, infeksi dan diabetes mellitus ikut
menjadi penyebab kejadian hiperemesis gravidarum.33
Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum dimana stres ini merupakan bentuk
psikologi yang memegang peranan pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup. Hubungan psikologi dengan hiperemesis gravidarum
belum diketahui pasti.34
Kondisi psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan
biasanya ibu hamil akan mengalami stres yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Apabila hal ini tidak
dilakukan penanganan dengan baik maka dapat menimbulkan
masalah.34 Hal ini sesuai dengan Sulistyowati dalam
penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Stres
dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
Trimester I di BPS Ny. Sayidah Kendal” pada tahun 2014
menemukan bahwa sebagian besar responden yang merasakan
stress tingkat sedang mengalami hiperemesis gravidarum (87,5
%).36
Hal ini memperjelas bahwa faktor psikologis yaitu stress dan
kecemasan dapat memicu terjadinya hiperemesis gravidarum,
yang ditunjukkan dengan timbulnya rasa mual dan muntah hingga
mencapai lebih dari 10 kali setiap hari. Hal ini jika dibiarkan dan
21

tidak dilakukan penanganan dengan baik maka dapat


membahayakan kesehatan ibu dan janin.36
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Lavisuyati pada tahun 2014, adanya hubungan psikologis ibu
primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum karena ibu
yang sedang mengalami stres cenderung untuk terjadi
hiperemesis gravidarum. Hal ini dikarenakan pada saat ibu
mengalami stres maka akan muncul gangguan pada sistem
gastrointestinal yang disebabkan bekerjanya saraf simpatis
seperti sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, mual
dan muntah serta nyeri epigastrium sebelum dan sesudah
makan.34
Seseorang yang berada dalam keadaan stres akan memicu
aktifitas saraf simpatis yang efeknya sendiri adalah merangsang
hormon yang berada pada medula adrenal. Saraf simpatis tersebut
memiliki dampak berupa penurunan motilitas lambung sehingga
kerja sistem pencernaan melambat. Keadaan ini lah yang
merangsang seseorang akan mudah mengalami mual dan
muntah.37

3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum11


Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena
muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu
juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
22

berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan


bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah –
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah permasalahan
yang sulit diatasi.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung
(Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

4. Manifestasi Klinik Hiperemesis Gravidarum23


Tidak ada batasan yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis
dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil
terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi
ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut :
a) Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.
Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak
ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik
menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit
berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b) Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan
sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena
mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam
urine.
23

c) Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi
pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati.
Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi
perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.

5. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum


Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar,
dapat diketahui dengan terdapatnya amenore, mual dan muntah
berlebihan sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dengan
berbagai tingkat.6

6. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan
klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti
abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan
malformasi pada bayi lahir. Selain berdampak fisiologis pada
kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga
memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan
pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak
kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah
menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara
ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan
akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan
terhadap pasangan.23
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien
mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap
24

kehamilannya. Media yang berkembang menjelaskan bahwa


kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang
optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang
menghebat dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita.23
Komplikasi yang mungkin terjadi sebagai berikut:21
a) Penurunun berat badan yang cukup banyak.
b) Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
c) Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (hipokalemia).
d) Gangguan keseimbangan asam basa.
e) Kerusakan retina, saraf, dan renal.

7. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum


Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi
hiperemesis gravidarum dengan cara:13
a. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan
f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin
g. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
25

8. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum


Tatalaksana Umum
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum adalah:10
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan.
f. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
g. Defekasi yang teratur.
h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
i. Obat-obatan
Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak
bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital atau
cacat bawaan bayi).10 Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan
mengalami hiperemesis gravidarum akibat stress psikologis adalah
obat sedatif seperti phenobarbital. Dapat juga diberikan vitamin
seperti vitamin B1 dan B2 yang berfungsi mempertahankan
kesehatan syaraf jantung dan otot serta meningkatkan perbaikan
dan pertumbuhan sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau
26

antimimetik seperti disiklomin hidrokloride pada keadaan yang


lebih berat untuk kondisi mualnya.38
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti
ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai
penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti
metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama
dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih
kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor
pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan.39
Ranitidine dapat diberikan sebelum makan dengan tujuan
memaksimalkan penghambatan sekresi asam lambung sebelum
adanya rangsangan sekresi asam lambung dari makanan.40
Tatalaksana Khusus
Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola
dirumah sakit dalam kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah
dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk
hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman selama 24 jam. 10
2) Pemberian cairan pengganti
Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat
sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan
dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai energi
sehingga terjadi perubahan metabolisme.6
3) Terapi psikologi
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.10
27

4) Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak
berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur
kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung
diantaranya: 10
a) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
b) Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran
penglihatan).
c) Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,
tekanan darah menurun)
5) Diet Hiperemesis10
a) Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena
pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.
b) Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai dengan
memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan
bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum
ringan. Diet diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman
28

boleh diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan pada


diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Tabel 2.3 Komposisi Gisi yang Dianjurkan pada Ibu dengan
Hiperemesis41
Diet Hiperemesis Diet Hiperemesis
Nilai Gizi Diet Hiperemesis III
I II
Energi (kkal) 1100 1700 2300
Protein (g) 15 57 73
Lemak (g) 2 33 59
Karbohodrat (g) 259 293 368
Kalsium (mg) 100 100 400
Besi (mg) 9,5 17,9 24,3
Vitamin A (RE) 542 2202 2270
Tiamin (mg) 0.5 0.8 1
Vitamin C (mg) 283 199 199
Natrium (mg) - 267 362

C. Landasan Hukum dan Kewenangan Bidan


a. Peran dan fungsi bidan
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.42
1) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus resiko tinggi dan
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dan tindakan kolaborasi.
2) Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai
dengan factor resiko dan keadaan kegawat daruratan pada
kasus resiko tinggi.
3) Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongn
pertama sesuai prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil
resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai
dengan prioritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
7) Membuat catatan dan laporan.
b. Kompetensi bidan42
Kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi
29

untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi:


deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari :
Pengetahuan dasar
1) Anatomi dan fisiologi tubuh manusia
2) Siklus menstruasi dan proses konsepsi
3) Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan
5) Mendiagnosa kehamilan
6) Pekembangan normal kehamilan
7) Komponen riwayat kesehatan
8) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal
9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi,
pembesaran dan atau tinggi fundus uteri
10) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hiperemesis
gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen,
molla hidatidosa dan komlikasinya dan kehamilan ganda,
kelalaian letak serta pre eklamsi
11) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti
Haemoglobin dalam darah, test gula, protein, aceton dan bakteri
dalam urine
12) Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik,
ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang
diharapkan
13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan
dampak kehamilan terhadap keluarga
14) Penyuluhan dalam kehamilan : perubahan fisik, perawatan buah
dada ketidaknyamanan, kebersiahn, seksualitas, nutrisi,
pekerjaan dan aktifitas (senam hamil)
15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin
16) Penatalaksanaan imunisasi pada wanita hamil
17) Pertumbuhan dan perkembangan janin
30

18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua


19) Persiapan keadaan dan rumah/keluaraga untuk menyambut
kelahiran bayi
20) Tanda-tanda dimulainya persalinan
21) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui
22) Tekhnik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada
persiapan persalinan dan kelahiran
23) Mendokumentasiakn temuan dan asuhan yang diberikan
24) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan
25) Penggunaan obat-obat tradisional ramuaan yang aman untuk
mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan
26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunan alcohol dan
obat terlarang bagi wanita hamil dan janin
27) Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu
terhadap kehamilan , misalnya toxoplasmosis
28) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamian yang mengancam
jiwa, seperti pre eklmasi, perdarahan pervaginam, kelahiran
premature, anemia berat
29) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktifitas janin
30) Resusitasi kardiopulmonari
Pengetahuan tambahan
1) Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komlikasi tertentu daam
kehamilan seperti asma, infeksi HIV, penyakit menular seksual
(PMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus
2) Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi
kehamilan dan janinnya
Ketrampilan dasar
1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menganalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu
hamil
2) Melaksanan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan
lengkap
31

3) Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap, termasuk


ukuran pengukuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan
penurunan janin
4) Melakaukan penilaian pevic, termasuk ukuran dan struktur
tulang belakang
5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak
jantung janin dengan menggunakan fetoscope (Pinard) dan
gerakan janin dengan palpasi uterus
6) Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan
persalinan
7) Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan
pertumbuhan janin
8) Mengkaji kenikan berat badan ibu dan hubungannya dengan
komplikasi kehamilan
9) Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai
tanda- tanda berbahaya dan serta bagaimana menghubungi
bidan
10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia
ringan, hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus imminen,
dan pre eklamasi ringan
11) Menjelaskan dan mendokumentasikan cara mengurangi
ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan
12) Memberikan imunisasi pada hamil
13) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan
melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke
fasilitas pelayanan yang tepat dari :
1) Kekurangan gizi
2) Pertumbuhan janin yang tidak adekuat
3) Pre eklamsi berat dan hipertensi
4) Perdarahan pervaginam
5) Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm
6) Kelainan letak pada janin kehamilan aterm
32

7) Kematian janin
8) Adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang hebat,
ganguan pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan
tekanan darah tinggi
9) Ketuban pecah sebelum waktunya
10) Diabetes mellitus
11) Kelainan kongenital pada janin
12) Hasil laboratorium yang tidak normal
13) Persangkaan polyhydramnion, kelainan janin
14) Infeksi pada ibu hamil seperti : PMS, vaginitis, infeksi
saluran perkemihan dan saluran nafas
14) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan,
kelahiran dan menjadi orang tua.
15) Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku
kesehatan selama hamil, seperti nutrisi, latihan (senam),
keamanan dan berhenti merokok
16) Penggunaan secara aman jamu/obat-obtan tradisional yang
tersedia
Ketrampilan tambahan
1) Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ
2) Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap
penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan
standar lokal dan sumber daya yang tersedia
3) Melaksanakan kemampuan LSS dalam manajemen pasca
abortion
c. Kepmenkes No.1464/MENKES/PER/X/201043
Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu hamil
dengan hiperemesis graidarum, dalam memberikan asuhan kebidanan
pada Kepmenkes No.1464/MENKES/PER/X/2010
Pasal 9 :
Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
33

1). Pelayanan kesehatan ibu.


2). Pelayanan kesehatan anak dan,
3). Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Pasal 10 :
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 huruf a (pelayanan kesehatan ibu) diberikan pada
masa pra nikah, pra hamil, masa hamil, masa bersalin, masa
nifas, menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan ibu nifas normal
d) Pelayanan ibu menyusui, dan
e) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Berwenang untuk :
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi
air susu ibu eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
34

D. Aplikasi Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Hiperemesis


Gravidarum Derajat II
Aplikasi manajemen asuhan kebidanan dengan Hiperemesis
Gravidarum adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Pada kasus Hiperemesis Gravidarum derajat II yang perlu dikaji
adalah mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa
kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan
berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan.23
1) Data Objektif
Data objektif yang didapat dalam pemeriksaan fisik pada
Hiperemesis Gravidarum derajat II diantaranya Ibu hamil tampak
lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan
tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan
turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang
khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.19
2) Analisa
Ny..., ... tahun, G...P...A... hamil ... minggu dengan hiperemesis
gravidarum tingkat ...
3) Penatalaksanaan
1. Tatalaksana umum
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum adalah:10
a) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologis.
b) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
35

c) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan


makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
d) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat.
e) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan.
f) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.
g) Defekasi yang teratur.
h) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor
yang penting, dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
i) Obat-obatan
Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat
yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan
kelainan kongenital atau cacat bawaan bayi).10
i) Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan mengalami
hiperemesis gravidarum akibat stress psikologis adalah
obat sedatif seperti phenobarbital. Dapat juga diberikan
vitamin seperti vitamin B1 dan B2 yang berfungsi
mempertahankan kesehatan syaraf jantung dan otot
serta meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel.
Lalu diberikan pula antihistamin atau antimimetik
seperti disiklomin hidrokloride pada keadaan yang
lebih berat untuk kondisi mualnya.38
ii) Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3)
seperti ondansetron mulai sering digunakan, tetapi
informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan
masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron
memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin,
36

tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil.


Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi
mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama
kehamilan.39
iii) Ranitidine dapat diberikan sebelum makan dengan
tujuan memaksimalkan penghambatan sekresi asam
lambung sebelum adanya rangsangan sekresi asam
lambung dari makanan.40
2) Tatalaksana khusus
Penanganan hiperemesis gravidarum derajat II perlu dikelola
dirumah sakit.
a) Pemberian cairan pengganti
Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat
sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti
yang diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan
keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai energi sehingga terjadi perubahan
metabolisme.6
b) Terapi Psikologi
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.10
c) Diet Hiperemesis10
Diet hiperemesis II ini diberikan bila rasa mual dan muntah
sudah berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai
dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
Jenis makanan ini rendah kandungangizinya, kecuali vitamin
A dan vitamin D.
37

BAB III
METODOLOGI

A. Metode
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, metode yang
digunakan adalah studi kasus. Metode yang dilakukan sebagai
upaya pendekatan manajemen kebidanan yaitu salah satu proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil keputusan yang terfokus dari klien.
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam
bentuk SOAP. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Metode ini
membantu mengungkapkan suatu kasus berdasarkan teori yang
ditetapkan pada keadaan. Pendokumentasian SOAP terdiri dari:
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil
diperoleh dari hasil wawancara.
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya diperoleh
dari pemeriksaan fisik, laboratorium dan hasil diagnostik.
3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan
objektif yang didapatkan.
4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan rencana
tindakan yang akan dilakukan.
38

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik-teknik yang digunakan dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data sebanyak mungkin yang ditunjukan kepada
klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pembuatan penulisan Laporan Tugas Akhir ini secara lisan dari
seseorang.
2. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Pengambilan data dengan melakukan pemeriksaan secara
menyeluruh kepada klien dengan melakukan pemeriksaan fisik
dan lab.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan mencatat jumlah aktivitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi
dilakukan dengan cara mengamati objek yang akan diamati
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis
dengan cara mencari infrmasi dan mempelajari catatan medis
pasien dengan mencatat data yang ada dan sudah di
dokumentasikan dalam catatan medis pasien. Dilakukan dengan
mencari informasi data yang ada dan mencatat data yang
berhubungan dengan gangguan kesehatan reproduksi melalui
status pasien maupun rekam medis.
5. Studi Literatur
Studi yang diperoleh dari berbagai sumber teori para ahli
sebagai informasi yang dijadikan sebagai acuan.
39

BAB IV

TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Februari 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Perawatan (Anyelir) RSUD LEUWILIANG

Pengkaji : Farah Riyadi

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Nama Ny. S Tn. H
Umur 19 tahun 28 tahun
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan MI SD
Pekerjaan IRT Buruh
Alamat Kp. Sinarsari Kec. Pamijahan

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan mual sepanjang hari, muntah, lemas, dan pusing
sejak hampir 1 bulan yang lalu. Ibu kemarin muntah ± 10 ×, serta
kemarin malam muntah darah 1× berupa lendir berwarna merah
segar. Ibu merasa nyeri pada ulu hati, tidak nafsu makan dan khawatir
dengan kandungannya.

3. Riwayat Kehamilan Saat ini


Ini merupakan kehamilan pertama, tidak pernah keguguran. Selama
kehamilan muda ini, ibu merasa mual muntah, lemas serta tidak nafsu
makan. Sehingga ibu tidak bisa melakukan pekerjaannya sebagai ibu
40

rumah tangga dan pedagang. Ibu sudah 2× dilakukan rawat inap


karena mual muntah yang dialaminya. Ibu pernah di USG 1x pada
tanggal 01-02-2018 di RSUD Leuwiliang. Ibu belum pernah
melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Ibu belum merasakan
gerakan janin. HPHT : 07-12-2017 dan TP : 14-09-2018

4. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan siklus haid ibu tidak teratur. Lamanya haid selama
6-7 hari disertai sakit yang tidak terlalu berat pada hari pertama
warna darah haid merah. Konsistensi pada hari pertama dan kedua
berupa gumpalan merah dan hari selanjutnya encer.

5. Riwayat Kontrasepsi
Sebelum kehamilan ini Ny S tidak menggunakan alat kontrasepsi
karena ibu belum memiliki anak dan menunggu kehadiran buah hati.

6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan memiliki penyakit maag sejak 5 tahun yang
lalu. Ibu tidak memiliki penyakit menular seperti TBC dan
campak. Penyakit menurun seperti diabetes militus dan
hipertensi ataupun menahun seperti asma dan jantung.
b. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti TBC dan campak, penyakit menurun
seperti DM dan hipertensi ataupun penyakit menahun seperti
asma, dan jantung dan juga tidak ada keturunan kembar.
41

7. Riwayat Pola Kehidupan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 2-3 x/hari (nasi,
tahu tempe/lauk pauk dan sayuran).
Minum air putih 5-7 gelas/hari.
2) Saat hamil : Ibu mengatakan tidak selera makan,
kadang 1-2 x/hari setengah porsi makan.
(nasi, tahu tempe, sayuran), kadang
makan roti dan biskuit. Minum air putih
4-6 gelas/hari.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK ± 5-7 x/hari, BAB
± 1 x/hari, tidak ada keluhan.
2) Saat hamil : Semenjak mengetahui dirinya hamil ibu
BAK ± 3-5 x/hari dengan warna kuning
agak keruh, tidak berbau menyengat dan
dengan jumlah sedikit, BAB 2 hari sekali
dengan konsistensi agak keras, namun
tidak rutin. Ibu terakhir BAB 3 hari yang
lalu.
c. Personal Hygiene
Sebelum dan selama hamil ibu selalu menjaga kebersihan
dirinya, ibu mandi 2x sehari.
d. Pola Aktivitas
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan bekerja berjualan
gorengan dan jajanan di depan rumah serta
melakukan aktivitas rumah tangga seperti
menyapu, memasak dan mencuci.
2) Saat hamil : Ibu mengatakan ibu sudah tidak berjualan
gorengan karena ibu mual jika mencium
makanan yang berbau menyengat.
Pekerjaan rumah tangga dibantu oleh orang
42

tua karena ibu sering muntah dan merasa


lemas. Aktivitas ibu sehari-hari menjadi
terganggu.
e. Pola Istirahat
1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur malam ± 6-7 jam
dan jarang tidur siang.
2) Saat hamil : Ibu mengatakan saat hamil ini susah tidur
karena kurang nyaman.
f. Pola Sosial dan Budaya
Ini pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Usia pernikahan 16
bulan. Ibu tinggal bersama suami dan ibu mertuanya. Selama
hamil tidak ada pantangan makan atau minum tertentu dan tidak
pernah minum jamu-jamuan dan obat-obat warung.
g. Riwayat Psikososial
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan. Suami
dan keluarga sangat mendukung kehamilan ibu saat ini. Ibu
merasa saat hamil ibu sangat lelah karena harus membantu
perekonomian keluarga dengan bekerja berjualan makanan
ringan di depan rumahnya. Orang tua memberikan perhatian
penuh kepada ibu namun suami ibu cukup pendiam sehingga
terkadang tidak mengerti apa yang ibu inginkan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Apatis
Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 100/70mmHg
b) Nadi : 112x/menit
c) Pernafasan : 22x/menit
d) Suhu : 36,9C
Antropometri
43

BB Sekarang : 55 kg
BB Sebelum Hamil : 57 kg
TB : 155 cm
LILA : 21 cm
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 (𝑘𝑔) 57
IMT : = 1,552 = 23.72 𝑘𝑔/𝑚2
𝑇𝐵2 (𝑀)

Termasuk kategori normal


Kenaikan BB yang dianjurkan IMT kategori Normal : 11,5 – 16 kg

2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat, tidak ada kloasma
gravidarum.
b. Mata : konjungtiva merah muda, sklera ikterik, mata
cekung
c. Mulut : mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah kering dan
kotor, bau keton positif, tidak ada karies pada gigi,
gusi merah muda.
d. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe
e. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit berkurang,
terdapat nyeri epigastrium, kandung kemih kosong.
f. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku kemerahan.

3. Pemeriksaan Penunjang
Haemoglobin 14.3 g/dL
Keton Positif Tiga (+++)
Protein Urine Positif Satu (+)

C. ANALISA
Ny. S, 19 th, G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Derajat II
44

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga
memahami dan mengerti.
2. Memberikan dukungan dan motivasi dengan meyakinkan ibu bahwa
mual dan muntah merupakan adaptasi fisiologis yang terjadi pada
kehamilan muda → ibu mengerti.
3. Meyakinkan ibu bahwa sakit yang dialami ibu dapat disembuhkan
dengan cara menghilangkan rasa khawatir, takut, atau cemas karena
kehamilan → ibu mengerti.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan kegiatan yang membuat hati ibu
senang agar ibu tidak terlalu terfokus dengan mual muntah yang dialami
→ ibu mengerti dan mulai berinteraksi dengan pasien lain
5. Menjelaskan tentang diet makanan rendah susu dan konsumsi makanan
lunak → ibu dan keluarga paham dan akan melakukan apa yang
disarankan.
6. Menjelaskan tentang diet untuk pasien dengan Hiperemesis
Gravidarum grade II (Diet TKTP) → ibu dan keluarga paham dan akan
melakukan apa yang disarankan.
7. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak minum air mineral agar tidak
dehidrasi, minimal ibu dapat minum 6-8 gelas/hari → ibu paham dan
akan melaksanakan apa yang disarankan.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat teratur dan mengubah pola makannya
dengan membiasakan makan dalam porsi sedikit tapi sering dan jauhi
makanan yang berbau tajam → pukul 09.00 ibu makan dengan 5 suap
nasi, sayur sop dan tahu.
9. Menjelaskan mengenai imunisasi Tetanus Toksoid dan manfaatnya
bagi ibu hamil → ibu mengerti dan ingin di imunisasi oleh bidan setelah
keluar dari rumah sakit.
10. Memberikan terapi obat injeksi sesuai advice dokter Sp.OG :
a) Ondansetron 3 x 8 mg 07.40
b) Ranitidine 2 x 5mg 11.40
c) Omeprazole 2 x 1 ampul 13.00
45

d) Mengganti cairan infus dengan 12.00


Dextrose 5% dengan tetesan 20 tpm

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 15 Februari 2018


Waktu : 16.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny. S mengeluh sulit mobilisasi seperti duduk atau berjalan ke kamar
mandi karena merasa pusing, ibu sudah makan siang dengan 4 suap
sendok nasi lumat, sayur dan tempe yang diberikan dari rumah sakit,
Namun ibu tidak mengonsumsi makanan ringan sedikitpun hari ini
karena ibu masih merasa mual dan tidak nafsu makan, ibu sudah minum
1 1/2 botol air mineral 600 ml. Ibu hari ini muntah ±5-7x, dan ibu masih
merasa nyeri ulu hati. Ibu dapat beristirahat tidur siang hari ini dengan
durasi ±2 jam.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 108 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36.6º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat.
5. Mata : mata cekung, konjungtiva merah muda, sklera
ikterik.
6. Mulut : bibir tampak kering, lidah kering dan kotor, bau
keton positif.
7. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit kurang,
46

terdapat nyeri epigastrium, kandung kemih kosong

C. ANALISA
G1P0A0 Usia Kehamilan 10 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
Derajat II

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan therapi injeksi IV Bolus 15.40
sesuai advice dokter yaitu Ondansetron 3x8 mg.
2. Memberitahu ibu untuk jangan terlalu banyak hal yang dipikirkan
sebab psikologis berpengaruh terhadap kehamilan ibu → Ibu
mengerti dan keluarga memberi dukungan emosional.
3. Menyarankan ibu untuk mengonsumsi makanan dengan sering
walaupun sedikit – sedikit seperti mengonsumsi sayur, buah dan
lauk pauk →Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali → Pada
pukul 17.00 WIB ibu makan 6 sendok makan nasi lumat serta tahu
dan sayur capcay dari rumah sakit dan minum 1 gelas air putih.
4. Menjelaskan pada ibu bahwa tidak ada pantangan makanan pada ibu
hamil → ibu mengerti
5. Menyarankan ibu untuk buang air kecil di dampingi suami atau
keluarga dan menjelaskan efek samping dari menahan BAK → ibu
mengerti dan tidak akan menahan BAK.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup → Ibu memahami dan
akan melakukan apa yang dianjurkan demi kesehatan dirinya dan
calon buah hati.
7. Mengganti cairan infus dengan Ringer Laktat 20.00
dengan tetesan 20 tpm
47

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 16 Februari 2018


Waktu : 09.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny S mengeluh belum BAB 4 hari, ibu merasa perutnya terasa penuh,
ibu sudah BAK pagi ini didampingi oleh suami, ibu masih merasa
mual, pagi ini ibu belum muntah, pusing di kepala ibu sudah
berkurang, nyeri ulu hati ibu sudah berkurang, ibu belum
mengonsumsi makanan apapun pagi ini, ibu sudah dapat tidur malam
ini ± 6 jam.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Denyut nadi : 116 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat
5. Mata : sklera ikterik, mata cekung
6. Mulut : bibir tampak pucat, lidah kotor dan kering,
bau keton positif
7. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit
kurang, kandung kemih kosong

C. ANALISA
Ny. S G1P0A0 Usia Kehamilan 10 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Derajat II
48

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu mengerti dan memahami
yang dijelaskan
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi
yang baik untuk ibu hamil serta agar ibu dapat BAB dengan
lancar seperti makan sayur – sayuran, buah buahan serta banyak
minum air putih → ibu paham dan akan melakukan apa yang
dianjurkan.
3. Menganjurkan ibu makan sedikit namun sering. → ibu mengerti
4. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya
kehamilan seperti mual muntah berlebihan, bengkak pada kaki,
keluar air – air dari kemaluan. → ibu memahami dan dapat
menjelaskan kembali mengenai nutrisi ibu hamil dan tanda
bahaya kehamilan.
5. Menganjurkan ibu untuk tidur malam yang cukup ±6-7 jam dan
tidur siang 1-2 jam → ibu memahami dan akan melakukan yang
dianjurkan → Ibu tidur malam 6 jam dan tidur siang 2 jam.
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi tidur miring kanan miring
kiri agar tidak pusing karena dalam posisi tidur terus menerus →
ibu mengerti dan akan melakukan apa yang dianjurkan.
7. Memberdayakan suami untuk dapat menyenangkan hati istrinya
agar ibu senang dan nyaman dalam proses kehamilan ini → suami
mengerti dan akan melakukan hal tersebut.
8. Memberikan terapi obat injeksi sesuai advice dokter Sp.OG :
a) Ondansetron 3 x 8 mg 07.40
b) Ranitidine 2 x 1 ampul 11.40
c) Omeprazole 2 x 1 ampul 11.50
d) Mengganti cairan infus dengan 12.00
Dextrose 5% dengan tetesan 20 tpm
49

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 16 Februari 2018
Waktu : 14.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny S mengeluh masih belum dapat BAB, mual ibu sudah mulai
berkurang, namun nafsu makan ibu masih belum meningkat, ibu mual
jika mencium bau makanan yang menyengat, ibu sudah minum 1 botol
air mineral berukuran 600 ml, hari ini ibu sudah muntah 3x keluar sedikit
makanan yang telah dikonsumsi ibu, pusing di kepala ibu sudah
berkurang, ibu sudah tidak pusing jika duduk atau berjalan ke kamar
mandi untuk BAK, nyeri ulu hati ibu sudah berkurang, hari ini ibu dapat
tidur siang ± 2 jam.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 112 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat.
5. Mata : konjungtiva merah muda, sklera ikterik, mata
tampak cekung
6. Mulut : bibir pucat, lidah kotor dan kering, bau keton positif.
7. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit
kurang kandung kemih kosong.

C. ANALISA
Ny. S G1P0A0 Usia Kehamilan 10 Minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Derajat II
50

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti dengan
apa yang dijelaskan
2. Memotivasi ibu untuk makan sering walaupun dalam porsi kecil →
ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu menghindari makan makanan yang berbau
menyengat → ibu mengerti
4. Menganjurkan ibu makan makanan ringan yang menyehatkan yang
dapat meningkatkan nutrisi ibu dan janin serta membantu
memperlancar BAB ibu seperti biskuit 1 keping setiap 1 jam, buah
pepaya, apel, dsb → ibu paham dan akan mencoba untuk makan
makanan ringan setiap jamnya
5. Memberdayakan keluarga untuk dapat memotivasi ibu untuk makan
serta minum sesering mungkin agar tubuh ibu tidak dehidrasi →
keluarga mengerti dan akan melakukan apa yang dianjurkan
6. Memfasilitasi ibu makan makanan yang dapat ibu konsumsi seperti
membelikan ibu buah pepaya agar ibu dapat BAB → keluarga
mengerti dan akan menyampaikannya kepada suami ibu untuk
melakukan apa yang dianjurkan.
7. Memberitahu ibu untuk jangan terlalu banyak hal yang dipikirkan
sebab psikologis berpengaruh terhadap kehamilan ibu → Ibu mengerti
dan keluarga memberi dukungan emosional.
8. Memotivasi ibu untuk melakukan apa yang dianjurkan agar ibu lekas
sembuh dan janin ibu terus dalam keadaan sehat → Ibu paham dan
akan terus berusaha untuk kesehatan dirinya dan janin.
9. Memberikan terapi obat injeksi 15.40
Ondansetron 3 x 8 mg sesuai advice dokter Sp.OG
51

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 17 Februari 2018
Waktu : 11.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny S mengatakan mual ibu sudah mulai berkurang, hanya sesekali
terasa sangat mual saat dipagi hari dan saat sedang makan. Nafsu
makan ibu sudah mulai meningkat, ibu sudah bisa menghabiskan 1
porsi makanan yang diberikan rumah sakit dan ibu sudah mulai
mengonsumsi makanan ringan setiap 2-3 jam sekali seperti biskuit dan
buah apel. Ibu sudah muntah 3x hari ini karena mencium bau makanan
yang menyengat milik pasien lain, ibu sudah minum 1 botol air
mineral berukuran 600 ml, ibu sudah tidak merasakan pusing di
kepala, ibu sudah dapat mobilisasi dengan nyaman. Ibu sudah tidak
merasakan nyeri ulu hati namun ibu merasa tidak nyaman dengan
perutnya karena terasa penuh sebab belum BAB sejak 6 hari yang lalu,
ibu meminta obat untuk dapat BAB. semalam ibu tidur ± 7 jam dan
ibu belum tidur siang hari ini.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 104 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36.7 º C
4. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih,
mata tampak cekung
5. Mulut : bibir dan gusi kemerahan, lidah kering, bau
keton negatif
6. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit
52

kurang, kandung kemih kosong


7. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku merah
muda

C. ANALISA
Ny. S G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu dengan hiperemesis
gravidarum derajat I

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti
dengan apa yang dijelaskan
2. Memuji ibu atas perkembangan kesehatannya serta usaha ibu untuk
makan dan mobilisasi → ibu senang dan merasa bersyukur atas
perkembangan kesehatannya.
3. Memberitahu ibu untuk mengusahakan terlebih dahulu dengan
makanan yang berserat tinggi dan banyak minum air putih untuk
memperlancar BAB, karena lebih baik ibu hamil menghindari
terlalu banyak mengonsumsi obat – obatan yang masuk ke dalam
tubuhnya → ibu memahami dan mengerti
4. Memotivasi ibu untuk terus makan sering walaupun sedikit sedikit
→ ibu memahami dan mengerti
5. Menganjurkan ibu makan makanan ringan yang menyehatkan yang
dapat meningkatkan nutrisi ibu dan janin serta membantu
memperlancar BAB ibu seperti biskuit 1 keping setiap 1 jam, buah
pepaya, apel, dsb → ibu paham dan akan mencoba untuk makan
makanan ringan setiap jamnya
6. Memberdayakan keluarga untuk dapat memotivasi ibu untuk
makan dan memfasilitasi ibu makan makanan yang dapat ibu
konsumsi seperti membelikan ibu buah buahan agar ibu dapat BAB
→ suami dan keluarga mengerti, suami sudah membelikan ibu
buah apel dan biskuit → ibu sudah memakan 2 potong buah apel
53

7. Mengingatkan ibu untuk tidak terlalu banyak hal yang dipikirkan


sebab psikologis berpengaruh terhadap kehamilan ibu → Ibu
mengerti dan keluarga memberi dukungan emosional.
8. Memotivasi ibu untuk melakukan apa yang dianjurkan agar ibu
lekas sembuh dan janin ibu terus dalam keadaan sehat → Ibu
paham dan akan terus berusaha untuk kesehatan dirinya dan janin.
9. Memberikan konseling kepada suami bahwa psikologis ibu hamil
muda sangat berpengaruh dengan kesehatan diri ibu, maka dari itu
suami diharapkan aktif dalam merawat ibu di rumah sakit dan
mendampingi ibu setiap ibu membutuhkan keberadaan suaminya
→ suami mengerti dan memahami
10. Memberikan terapi obat injeksi sesuai advice dokter Sp.OG :
a. Ranitidine 2 x 1 ampul 11.40
b. Omeprazole 2 x 1 ampul 11.50
c. Mengganti cairan infus dengan 12.00
Dextrose 5% dengan tetesan 20 tpm

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Minggu, 18 Februari 2018
Waktu : 09.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny S mengatakan mual sudah mulai berkurang, hanya sesekali terasa
mual saat dipagi hari. Nafsu makan ibu sudah mulai meningkat, ibu
sudah bisa menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan rumah sakit
dan ibu sudah mulai mengonsumsi makanan ringan setiap 1 jam sekali
seperti biskuit, buah apel, serta buah pepaya. Ibu belum muntah hari
ini. Ibu sudah minum 2 botol air mineral berukuran 600 ml, ibu tidak
merasakan pusing di kepala, ibu merasa lega karena sudah dapat BAB
hari ini pukul 07.30 wib dengan konsistensi normal.
54

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 96 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
5. Mulut : bibir dan gusi kemerahan, lidah kering, bau
keton negatif
6. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
limfe
7. Abdomen : ballottement belum teraba, kandung kemih
kosong

C. ANALISA
Ny. S, 19 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu dengan
hiperemesis gravidarum derajat I

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti
dengan apa yang dijelaskan
2. Memuji ibu atas perkembangan kesehatannya → ibu senang dan
merasa bersyukur atas perkembangan kesehatannya.
3. Memotivasi ibu untuk terus makan sedikit namun sering → ibu
paham dan akan mencoba untuk makan makanan ringan setiap
jamnya
4. Memberdayakan keluarga untuk dapat memotivasi ibu agar lekas
membaik seperti menemani ibu saat ibu ingin ke kamar mandi,
mengganti pakaian, membelikan makanan yang ibu inginkan →
55

suami keluarga mengerti dan akan melakukan apa yang telah


dianjurkan.
5. Memberikan konseling mengenai mobilisasi yang baik bagi ibu
hamil seperti cara mengambil barang yang jatuh, duduk di kursi,
tidur miring kiri, dsb.
6. Mengingatkan ibu kembali untuk tidak terlalu banyak hal yang
dipikirkan karena psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kehamilan ibu → Ibu mengerti dan keluarga memberi dukungan
emosional.
7. Memotivasi ibu untuk melakukan apa yang dianjurkan agar ibu
lekas sembuh dan janin ibu terus dalam keadaan sehat → Ibu
paham dan akan terus berusaha untuk kesehatan dirinya dan janin.
8. Memberikan terapi obat injeksi sesuai advice dokter Sp.OG :
a. Ranitidine 2 x 1 ampul 11.40
b. Omeprazole 2 x 1 ampul 11.50
c. Mengganti cairan infus dengan 12.00
Ringer Laktat dengan tetesan 20 tpm

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Minggu, 18 Februari 2018
Waktu : 14.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny S mengatakan mual sudah mulai berkurang, hari ini ibu muntah 1x
dan hanya keluar sedikit air, ibu sudah semakin rutin minum air
mineral, hari ini ibu sudah minum ±5-6 gelas. Ibu sudah tidur siang
± 1,5 jam. Ibu bertanya kapan dapat diperbolehkan pulang.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
56

Tekanan darah : 120/80 mmHg


Denyut nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat.
5. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
6. Mulut : bibir dan gusi kemerahan, lidah kering, bau
keton negatif
7. Abdomen : ballottement belum teraba, kandung kemih
kosong
8. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku
merah muda

C. ANALISA
Ny. S, 19 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu dengan
hiperemesis gravidarum derajat I

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti
dengan apa yang dijelaskan
2. Melakukan kolaborasi dengan bidan dan dokter mengenai
perizinan pulang ibu → dokter mengizinkan ibu pulang esok
hari jika keadaan ibu semakin membaik dan sudah tidak ada
keluhan → ibu merasa senang dan termotivasi agar lekas
sembuh
3. Mengingatkan ibu kembali untuk terus makan sedikit namun
sering → ibu paham dan akan mencoba untuk makan makanan
ringan setiap jamnya
4. Memberikan konseling mengenai pakaian yang baik dan
nyaman untuk ibu hamil agar saat dirumah ibu tidak
menggunakan pakaian yang terlalu ketat yang dapat
57

menghambat tumbuh kembang janin → ibu paham dan


mengerti serta dapat mengulangi yang telah dijelaskan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 19 Februari 2018
Waktu : 08.30 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ny S mengatakan sempat mual saat subuh tadi namun hanya sesaat,
ibu belum muntah hari ini. ibu sudah tidak ada keluhan lagi. Ibu
semangat untuk dapat diizinkan pulang.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat.
5. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
6. Mulut : bibir dan gusi kemerahan, lidah kering, bau
keton negatif
7. Abdomen : ballottement belum teraba, kandung kemih
kosong
9. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku
merah muda

C. ANALISA
Ny. S, 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu dengan
hiperemesis gravidarum derajat I
58

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti
dengan apa yang dijelaskan
2. Melakukan kolaborasi dengan bidan dan dokter mengenai
perizinan pulang ibu → dokter sudah mengizinkan ibu pulang →
ibu merasa senang sudah dapat pulang dari RS serta keluarga akan
segera menyelesaikan administrasi
3. Meminta perizinan ibu dan keluarga untuk dapat berkunjung ke
rumah ibu untuk melihat kondisi kesehatan ibu → ibu dan keluarga
setuju serta mengizinkan untuk dilakukan kunjungan rumah
4. Mengingatkan ibu agar di rumah tidak lupa untuk terus makan
sedikit namun sering → ibu paham dan akan melakukan yang
dianjurkan.
5. Melakukan pelepasan infus 09.28
6. Memberikan ibu obat pulang sesuai dengan advice dokter Sp.OG
serta cara mengonsumsinya 09.35
a. Ondansetron tablet 2x1
b. Ranitidine tablet 2x1
c. Omeprazole tablet 2x1

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 26 Februari 2018


Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. S

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengaku sejak kemarin mual muntah ibu kambuh kembali. Sejak
kemarin ibu sudah tidak mengonsumsi obat yang diberikan dari rumah
sakit karena sudah habis. Ibu merasa pusing. Sejak pulang dari RS ibu
makan 2x sehari dengan menu nasi, lauk pauk seperti ayam, ikan dan tahu
tempe serta sayur sayuran seperti sayur bayam, kangkung dll namun 1
porsi makan ibu hanya 5 sendok makan. Ibu minum 5-6 gelas/hari.
59

Kegiatan sehari-hari ibu di rumah melakukan kegiatan ringan seperti


menonton tv, menjemur pakaian, serta lebih banyak beristirahat di dalam
kamar. Ibu tidur malam 6-7 jam/hari dan tidur siang 1-2 jam/hari, namun
sering terbangun jika merasa mual. BAK 4-5x/hari, tidak ada keluhan.
BAB 2 hari sekali, terakhir BAB pagi tadi. Saat ini ibu dan suami tinggal
bersama orang tua ibu, karena ibu ingin dirawat oleh orang tuanya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat.
5. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
6. Mulut : bibir dan gusi kemerahan, lidah kering, bau keton
negatif
7. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit baik,
terdapat nyeri epigastrium, kandung kemih kosong
8. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku merah muda

C. ANALISA
Ny. S G1P0A0 usia kehamilan 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum
derajat I

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti dengan
apa yang dijelaskan
60

2. Menganjurkan ibu agar tidak membeli obat kembali, karena ibu hamil
kurang baik jika terus menerus mengonsumsi obat – obatan atau
ketergantungan obat → ibu mengerti
3. Memotivasi ibu untuk terus makan sedikit namun sering → ibu paham
dan akan mencoba untuk meningkatkan nafsu makannya kembali.
4. Menganjurkan ibu pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering, biskuit atau teh hangat
untuk mengurangi rasa mual yang ibu rasakan → ibu mengerti dan
dapat mengulangi yang telah di jelaskan.
5. Mengingatkan ibu untuk tidak terlalu banyak hal yang dipikirkan
sebab psikologis berpengaruh terhadap kehamilan ibu → Ibu mengerti
dan keluarga memberi dukungan emosional.
6. Memberdayakan suami untuk memberikan perhatian lebih kepada ibu
agar ibu dapat mengurangi beban pikirannya dan mengatasi mual
muntahnya → suami mengerti dan paham
7. Menganjurkan ibu melakukan aktivitas yang dapat mengalihkan
pikiran ibu dari rasa mual yang ibu rasakan → ibu mengerti
8. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang bagi ibu
hamil dan tanda bahaya kehamilan→ ibu paham dan mengerti serta
dapat mengulangi yang telah dijelaskan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 13 Maret 2018
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. S

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengaku sudah tidak pernah muntah lagi. Namun terkadang masih
merasa sedikit mual jika minum. Ibu sudah tidak pernah merasa pusing.
Pada hari Jumat, 02 Maret 2018 ibu dirawat di Klinik Pratama dr.
Rudiansyah karena mual muntah yang ibu alami selama 1 hari 1 malam.
Saat ini, nafsu makan ibu meningkat, ibu makan sehari 3x sehari dengan
61

menu nasi, lauk pauk seperti ayam, ikan dan tahu tempe serta sayur
sayuran seperti sayur bayam, kangkung dll. Serta ibu sudah sering
mengonsumsi makan makanan ringan sepeeti biskuit, kue kering, dll. Ibu
sudah tidak mengonsumsi obat obatan yang diberikan dokter. Ibu minum
5-6 gelas/hari. Kegiatan sehari-hari ibu di rumah melakukan kegiatan
ringan seperti menonton tv, menjemur pakaian, memasak, serta lebih
banyak beristirahat di dalam kamar. Ibu tidur malam 6-7 jam/hari dan tidur
siang 1-2 jam/hari. BAK 4-5x/hari, tidak ada keluhan. BAB 1x/hari,
terakhir BAB pagi tadi. Saat ini ibu dan suami masih tinggal bersama
orang tua ibu, karena ibu masih ingin dirawat oleh orang tuanya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu tubuh : 36.6 º C
4. Wajah : tidak oedeme, tidak pucat.
5. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
6. Mulut : bibir dan gusi kemerahan, bau keton negatif
7. Abdomen : ballottement belum teraba, turgor kulit baik, tidak
terdapat nyeri epigastrium, kandung kemih kosong.
8. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises, kuku merah muda

C. ANALISA
Ny. S, 19 th, G1P0A0 usia kehamilan 13 minggu dengan emesis gravidarum

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan → ibu dan keluarga mengerti dengan
apa yang dijelaskan.
62

2. Memuji ibu atas perkembangan kesehatannya → ibu senang dan merasa


bersyukur atas perkembangan kesehatannya.
3. Memotivasi ibu untuk terus makan sedikit namun sering → ibu paham
dan akan mencoba untuk meningkatkan nafsu makannya.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak makan dan minum disaat yang
bersamaan atau tidak minum sesaat sehabis makan agar tidak
merangsang mual ibu → ibu mengerti dan dapat mengulangi yang telah
di jelaskan.
5. Mengingatkan ibu untuk tidak terlalu banyak hal yang dipikirkan sebab
psikologis berpengaruh terhadap kehamilan ibu → Ibu mengerti dan
keluarga memberi dukungan emosional.
6. Mendengarkan keluh kesah ibu dan memberikan empati dengan apa
yang ibu rasakan yang telah menjadi beban pikiran ibu selama ini →
ibu merasa lega dan senang telah bercerita mengenai keluh kesahnya.
7. Memberdayakan suami dan keluarga untuk memberikan perhatian lebih
kepada ibu agar ibu dapat mengurangi beban pikirannya dan mengatasi
mualnya→ suami dan keluarga mengerti dan paham.
8. Mengingatkan ibu kembali untuk melakukan aktivitas yang dapat
mengalihkan pikiran ibu dari rasa mual yang ibu rasakan → ibu
mengerti.
9. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan dasar ibu
hamil → ibu paham dan mengerti serta dapat mengulangi yang telah
dijelaskan.
63

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai kegiatan yang dilakukan
selama melaksanakan asuhan kebidanan antenatal pada Ny. S, umur 19 tahun
dengan Hiperemesis Gravidarum derajat II di Ruang Anyelir BLUD RSUD
Leuwiliang di mulai dari tanggal 15-19 Februari 2018 dan kunjungan rumah
pada tanggal 26 Februari 2018 serta 13 Maret 2018.

A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut ibu
mengeluh mual sepanjang hari, muntah, lemas, dan pusing sejak tahu
bahwa ibu hamil. Ibu muntah ± 10 × dalam sehari, sempat muntah darah
1×. Ibu merasa nyeri pada ulu hati, tidak nafsu makan. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan
muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan
janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada
wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar
elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi.23
Ibu mengatakan merasa hamil 2 bulan lebih, ini adalah kehamilan yang
pertama dan tidak pernah keguguran. Ibu mengatakan Hari Pertama Haid
Terakhirnya tanggal 07 Desember 2017 (Taksiran Persalinan tanggal 14
September 2018). Hasil USG pada tanggal 01-02-2018 menyatakan bahwa
usia kehamilan ibu 10 minggu. Hal ini sesuai teori yang mengemukakan
bahwa umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada Primigravida, mola
hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
HCG.27 Serta mual dan muntah berlebihan yang dimulai antara usia
kehamilan 4 dan 10 minggu dan hilang sebelum usia kehamilan 20
64

minggu, serta memerlukan intervensi khusus disebut hiperemesis


gravidarum.22
Ibu mengaku memiliki riwayat penyakit maag sejak 5 tahun yang lalu,
hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor endokrin
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya hiperemesis
gravidarum. Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera sesudahnya
dapat menunjukkan vomitus psikogenetik atau ulkus peptik dengan
pilorospasme. Muntah yang terjadi 4-6 jam atau lebih setelah makan dan
mengenai eliminasi jumlah besar makanan yang tidak ditelan sering
menunjukan retensi lambung atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus
yang bersifat proyektif atau tanpa didahului nausea menunjukan
kemungkinan lesi pada sistem saraf pusat.32
Pada riwayat psikososial ibu didapatkan data bahwa ibu merasa saat
hamil ibu sangat lelah karena harus membantu perekonomian keluarga
dengan bekerja berjualan makanan ringan di depan rumahnya. Orang tua
memberikan perhatian penuh kepada ibu namun suami ibu cukup pendiam
sehingga terkadang tidak mengerti apa yang ibu inginkan. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Rustam Mochtar dalam bukunya
Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi bahwa rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.27
Ibu diketahui memiliki kekhawatiran khusus mengenai ekonomi
keluarga dikarenakan suaminya yang tidak bekerja dan kebutuhan
sehari-hari yang selama ini ditanggung oleh orang tua pihak
perempuan. Ibu sulit untuk menceritakan yang dirasakannya terhadap
orang terdekat karena ibu merasa tidak nyaman jika orang terdekatnya
mengetahui yang dirasakannya saat ini. Suami ibu kurang memahami
yang ibu rasakan, ibu tidak berani menceritakan yang ibu rasakan
kepada suaminya karena takut terjadi keretakan rumah tangga.
65

Kekhawatiran ibu ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa stres
kehamilan adalah salah satu fenomena yang dialami oleh setiap ibu hamil
yang dipicu oleh adanya prasangka-prasangka buruk yang akan menimpa
dirinya berdasarkan pengalaman yang selama ini diperoleh utamanya
pengalaman yang dialami langsung selama proses kehamilan, salah satu
dampak penting terjadinya stres adalah diproduksinya adrenalin dan
noradrenalin yang memberi dampak pada ibu utamanya pada bayi berupa
abortus, kelahiran bayi prematur sampai pada kematian janin dan ibu
melahirkan.12
Seseorang yang berada dalam keadaan stres akan memicu aktifitas saraf
simpatis yang efeknya sendiri adalah merangsang hormon adrenalin dan
noradrenalin yang berada pada medula adrenal. Saraf simpatis tersebut
memiliki dampak berupa penurunan motilitas lambung sehingga kerja
sistem pencernaan melambat. Keadaan ini lah yang merangsang seseorang
akan mudah mengalami mual dan muntah.37
Hal ini sesuai dengan Sulistyowati dalam penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di BPS Ny. Sayidah Kendal” pada
tahun 2014 menemukan bahwa sebagian besar responden yang merasakan
stress tingkat sedang mengalami hiperemesis gravidarum (87,5 %). Hal ini
memperjelas bahwa faktor psikologis yaitu stress dan kecemasan dapat
memicu terjadinya hiperemesis gravidarum, yang ditunjukkan dengan
timbulnya rasa mual dan muntah hingga mencapai lebih dari 10 kali setiap
hari. Hal ini jika dibiarkan dan tidak dilakukan penanganan dengan baik
maka dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.36
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lavisuyati
(2014), adanya hubungan psikologis ibu primigravida dengan kejadian
hiperemesis gravidarum karena ibu yang sedang mengalami stres
cenderung untuk terjadi hiperemesis gravidarum. Hal ini dikarenakan pada
saat ibu mengalami stres maka akan muncul gangguan pada sistem
gastrointestinal yang disebabkan bekerjanya saraf simpatis seperti sulit
66

menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, mual dan muntah serta nyeri
epigastrium sebelum dan sesudah makan.34
B. Data Objektif
Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. S umur 19 tahun
yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun hasil dari
pemeriksaan umum yaitu keadaan umum tampak lemah, kesadaran ibu
sempat apatis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 112x/menit, suhu
36,9C, pernafasan 22x/menit, terjadi penurunan berat badan selama hamil
2 kg. Mata konjungtva merah muda, sklera ikterik, mata cekung. Mulut
kering, bibir pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah tampak kotor dan
kering, nafas berbau keton.
Turgor kulit ibu berkurang (Kembali lambat 2detik), nyeri
epigastrium, serta ibu terakhir BAB 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan urin didapatkan hasil keton positif tiga
(+++). Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinik hiperemesis
gravidarum derajat II yaitu ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor
kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit
ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
Keton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.27 Terdapatnya keton
dalam urine dan hawa nafas ibu ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah.15
67

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapat maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. S usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu
dengan Hiperemesis Gravidarum Derajat II”

D. Penatalaksanaan
Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. S meliputi pemberian
penjelasan pada ibu dan keluarga mengenai keadaan ibu serta
berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Klien
diberi cairan pengganti dengan menggunakan cairan Dextrose 5% : Ringer
Laktat : NaCl serta diberikan obat Ondansetron 3 x 8 mg, Ranitidine 2 x 1
ampul, Omeprazole 2 x 1 ampul. Hal ini terdapat dalam teori, yang dapat
diberikan antihistamin atau antimimetik seperti disiklomin hidrokloride
pada keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya.42 Menurut dokter
Sp.OG pemberian cairan dengan perbandingan Dextrose 5% : Ringer
Laktat : NaCl dilakukan agar cairan yang diterima seimbang sesuai untuk
kebutuhan tubuh ibu.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron
mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam
kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki
efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi
ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko
malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama
kehamilan.39
Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah
glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang
hilang dan berfungsi sebagai energi sehingga terjadi perubahan
metabolisme.6
Dalam kasus ini, ibu memiliki riwayat gastritis sejak 5 tahun yang lalu
dan diberikannya ranitidine selama perawatan di RS merupakan
penatalaksanaan yang sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
68

ranitidine diberikan sebelum makan dengan tujuan memaksimalkan


penghambatan sekresi asam lambung sebelum adanya rangsangan sekresi
asam lambung dari makanan.40
Asuhan psikologis yang diberikan kepada klien yaitu dengan
menganjurkan ibu untuk jangan terlalu banyak hal yang dipikirkan sebab
psikologis berpengaruh terhadap kehamilan ibu serta memberdayakan
suami dan keluarga untuk memberikan perhatian lebih kepada ibu agar ibu
dapat mengurangi beban pikirannya dan mengatasi mual muntahnya.
Asuhan tersebut sesuai dengan teori bahwa menurut teori psikomatik,
hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis
yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan
pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen,
serta konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab
hiperemesis gravidarum.23
Hal ini dipertegas oleh teori lain yang menyebutkan bahwa faktor
psikologis yang meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan,
stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan hCG, alergi, infeksi
dan diabetes mellitus ikut menjadi penyebab kejadian hiperemesis
gravidarum.33

E. Faktor Pendukung
Dalam memberikan asuhan kepada klien, penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik dari lahan praktik seperti dokter dan bidan yang
selalu memberikan kepercayaan, pengetahuan, dan saran yang berarti
sehingga dapat terjalin kerja sama dalam memberikan asuhan. Sikap ibu,
suami, dan keluarga yang kooperatif memudahkan penulis untuk menggali
permasalahan melalui pengkajian dan pemeriksaan fisik sehingga asuhan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan serta dapat diterima dengan baik
oleh klien.
69

F. Faktor Penghambat
Dalam memberikan asuhan kepada Ny. S terdapat penghambat yaitu
tidak ditemukannya prosedur tetap Rumah Sakit Umum Daerah
Leuwiliang dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum sehingga
tidak terlihatnya bukti fisik mengenai perlindungan hukum apabila terjadi
hal yang tidak diinginkan terhadap klien serta tidak dilakukannya
pemeriksaan laboratorium kembali saat pasien dalam kedaan yang cukup
baik atau saat sudah tidak ada keluhan sehingga diagnosa saat pasien
pulang kurang akurat.
70

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada bab ini penyusun mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus
yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ny. S Usia 19 tahun G1P0A0
dengan Hiperemesis Gravidarum Derajat II di RSUD Leuwiliang. Pada
kasus Ny. S penulis melakukan pengkajian dan upaya pendekatan
Manajemen Asuhan Kebidanan sejak usia kehamilan 10 minggu hingga
usia kehamilan 13 minggu, yaitu :

1. Pengkajian pada kasus ini didapatkan data subjektif yaitu pada


kunjungan pertama ibu datang dengan keluhan sangat mual, muntah,
lemas, dan pusing sejak hampir satu bulan yang lalu. Ibu merasa nyeri
pada ulu hati, tidak nafsu makan dan khawatir dengan kandungannya.
HPHT : 07-12-2017. Pada asuhan terakhir ibu mengatakan
keluhannya sudah berkurang dan keadaannya membaik dari
sebelumnya. Dengan demikian data subyektif yang dikaji telah sesuai
dengan teori pada buku acuan.
2. Pada data objektif pada pemeriksaan kehamilan pertama didapatkan
data pemeriksaan tanda tanda vital dengan tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 112x/menit, serta pemeriksaan fisik pada mata tampak
cekung, sklera ikterik, mulut kering, bibir pecah-pecah, lidah kering
dan kotor, bau keton positif, ballottement belum teraba, turgor kulit
berkurang, terdapat nyeri epigastrium, serta pada pemeriksaan
penunjang menyatakan bahwa pada urine ibu terdapat keton dengan
hasil positif tiga (+++). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data objektif yang telah dikaji sesuai dengan teori pada buku acuan.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan objektif di
atas dapat disimpulkan bahwa analisa yang dapat ditegakkan yaitu
ibu sedang dalam masa kehamilan dengan hiperemesis gravidarum
71

derajat II. Analisa yang telah penulis berikan pada Ny. S pada setiap
Asuhan yang dilakukan sudah sesuai dengan buku acuan.
4. Penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.S usia 19
tahun ini telah sesuai dengan rencana tindakan dan sudah dilakukan
secara menyeluruh. Hasil dari tindakan yang dilakukan berhasil
mengurangi keluhan setelah diberikan motivasi, hingga terapi. Pada
kasus ini sudah dilakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan teori.

B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk :
1. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengalaman secara nyata dalam melakukan
studi kasus mengenai asuhan kebidanan kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum derajat II.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan yang intensif dan meningkatkan
pengetahuan terhadap kehamilan terutama pengetahuan mengenai
keluhan yang klien alami selama kehamilan serta dapat mencegah
klien ke keadaan atau kondisi yang tidak diinginkan.
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat menjadikan sebagai salah satu wadah untuk tukar pikiran dalam
memperoleh ilmu baik dari mahasiswa ke lahan praktek ataupun
sebaliknya dari lahan praktek ke mahasiswa dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kebidanan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan dokumentasi dan dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa
kebidanan dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum derajat II.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijono, D. 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Surabaya: Duta


Prima Airlangga.
2. Fauziyah, Y. 2012. Obstetri Patologi. Yogjakarta : Nuha Medika.
3. Gunawan, Kevin. 2011. Hiperemesis Gravidarum. Jakarta : J Indon
Medicine Assocciated. [Diakses pada 01-04-2018 pukul 20.05 WIB]
4. Sumai, Elfanny, dkk. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum di RSUD dr.Sam Sulawesi Utara.
[Diakses pada tanggal 01 Mei 2018 pukul 21.09 WIB]
5. Mariantari, Yunia, dkk. 2014. Hubungan Dukungan Suami, Usia, Ibu, dan
Gravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum. [Diakses pada
Tanggal 01 Mei 2018 pukul 19.09 WIB]
6. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC.
7. Ase Vikanes., Per Magnus., Siri Vangen., Solvi Lomsdal., and Andrej M
Grijbovski., 2012. Hyperemesis Gravidarum in the Medical Birth Registry
of Norway a validity Norway. BMC Pregnancy and Chidbirth. [diakses
tanggal 30 Maret 2018 pukul 22.20 WIB]
8. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
9. Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogjakarta: Ar - Ruzz
Media.
10. Manuaba I. A. C., I. B. G. Fajar M., dan I. B. G. 2012. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2, Jakarta:
EGC.
11. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
13. Anik Maryunani, 2010, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info
Media.
14. Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
15. Manurung, Suyani. 2011. Buku Ajar Maternitas Asuhan Keperawatan
Antenatal. Jakarta; CV Trans Info Media.
16. Sulistyawati, Ari. Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika
17. Pantikawati, Ika & Saryono. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).
Yogyakarta: Muha Medika; 2010.
18. Uripmi, Lia. 2011. Psikologi Kebidanan. Jakarta : EGC.
19. Nirwana, A. B. 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
20. Aprianawati, R. B., & Sulistyorini, R. I R. 2007. Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi
Kelahiran Anak Pertama pada Masa Triwulan Ketiga. [diakses pada
tanggal 11-05-2018 pukul 22.37 WIB]
21. Departemen Kesehatan RI. 2015. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
22. Fraser M. D. Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
23. Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Hiperemesis Gravidarum : Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
24. Nugroho. Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
25. Lockhart Anita dan Saputra Lyndon. 2014. Asuhan Kebidanan Fisiologis
dan Patologis. Tanggerang: BINARUPA AKSARA Publisher
26. Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.
27. Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Jilid 1.
EGC. Jakarta
28. Anasari, Tri. 2012. Beberapa Determinan Penyebab Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di RSU Ananda Purwokerto Tahun 2009-2012 2(4), 62-63
[diakses pada tanggal 11-05-2018 pukul 22.07 WIB]
29. Andani, Dwi Ratna Ayu. 2012. Faktor Resiko Hiperemesis Gravidarum
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kapongan Kecamatan Kapongan
Situbondo. [diakses pada tanggal 11-05-2018 pukul 22.12 WIB]
30. Umboh, Hertje Salome, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Tompaso
Kabupaten Minahasa. [diakses pada tanggal 11-05-2018 pukul 22.22
WIB]
31. Ratnasari, Mitra Yuni, dkk. 2016. Hubungan Tingkat Stres Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Primigraida. [diakses pada 11-05-
2018 pukul 22.02]
32. Isselbacher. dkk. 2012. Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
Alih Bahasa Asdie Ahmad H Edisi, 13. Jakarta : EGC.
33. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.
34. Lavisuyati, Prima. 2014. Hubungan Kecemasan Ibu Primigravida Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Puskesmas Dangung-Dangung
Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014. [diakses
pada 11-05-2018 pukul 22.18]
35. Said, Rosdiana dkk. 2013. Hubungan Usia dan Stres dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Primigravida di Puskesmas Kassi-kassi
Makassar.
36. Sulistyowati, dkk. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stress dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di BPS Ny.
Sayidah Kendal. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang
(UNIMUS)
37. Guyton, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
38. Fauci AS, et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th.
McGraw-Hill.
39. Jueckstock JK, dkk. 2010. Managing Hyperemesis gravidarum: a
multimodal challenge. BMC Medicine.
40. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2015. Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Ketujuh. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
41. Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta.
42. IBI. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Cetakan ke VII. Jakarta.
43. Kepmenkes No.1464/MENKES/PER/X/2010
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kehamilan


Sub Pokok Bahasan : Gizi Seimbang Ibu Hamil
Hari/ Tanggal : Kamis, 13 Maret 2018
Waktu : 09.00 WIB
Sasaran : Ny. S
Penyuluh : Farah Riyadi
Tempat : Rumah Ny. S

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang gizi seimbang ibu hamil selama 10 menit,
diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami tentang berbagai kebutuhan zat gizi pada
ibu hamil.

B. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mendapatkan penjelasan tentang gizi seimbang ibu hamil, diharapkan ibu mampu:
1. Menjelaskan pengertian gizi seimbang ibu hamil.

2. Menyebutkan kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil

3. Menyebutkan manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil.

4. Menyebutkan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil

C. Garis-Garis Besar Materi

1. Pengertian gizi seimbang ibu hamil

2. Kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil

3. Manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil

4. Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil

D. Metode

1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media dan Alat Peraga

1. Leaflet

2. Buku KIA

F. Proses Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Respon Waktu


Pendahuluan
a. Menyampaikan salam a. Membalas salam
1. b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan 2 menit
c. Kontrak waktu c. Memberi respon
d. Tes awal
Inti
a. Pengertian gizi seimbang ibu
hamil
b. Kebutuhan zat gizi untuk ibu
Mendengarkan dengan penuh
2. hamil 8 menit
perhatian
c. Manfaat gizi seimbang untuk ibu
hamil
d. Dampak kekurangan gizi pada
ibu hamil
Penutup a. Menanyakan yang belum
a. Tanya jawab jelas
3. b. Tes akhir b. Aktif bersama 5 menit
c. Menyimpulkan hasil penyuluhan menyimpulkan
d. Memberi salam penutup c. Membalas salam

G. Evaluasi
1. Mengajukan pertanyaan lisan
a. Tes awal
1) Apa contoh zat nutrisi untuk ibu hamil?
2) Apa dampak bila kekurangan zat gizi pada ibu hamil?
b. Tes akhir
Mengajukan pertanyaan yang sama dengan tes awal.

2. Observasi
a. Respon/tingkah laku masyarakat saat diberikan pertanyaan, apakah diam/menjawab
(benar/salah)
b. Masyarakat antusias/tidak.
c. Masyarakat mengajukan pertanyaan/tidak.
MATERI PENYULUHAN
GIZI SEIMBANG IBU HAMIL

1. Pengertian Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil


Gizi seimbang bagi ibu hamil adalah keadaan keseimbangan antara zat gizi yang diperlukan
oleh ibu hamil untuk kesehatan ibu dan pertumbuhan dan perkembangan janinnya yang
dapat dipenuhi oleh asupan zat gizi dari aneka ragam makanan.
Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak
hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya,
bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu
menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.
Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih
bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat
mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat
bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang
mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kenaikan BB yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan
terjadinya preeklampsi (keracunan kehamilan). Bila makanan ibu kurang, kemudian
diperbaiki setelah bayi lahir, kekurangan yang dialami sewaktu dalam kandungan tidak
dapat sepenuhnya diperbaiki.

2. Kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil


a. Energi
Kebutuhan energi dihitung secara individu kemudian ditambah dengan tambahan energi
untuk ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan.
Penambahan energi:
1) Trimester I : 100 kal
2) Trimester II : 300 kal untuk pemekaran jaringan ibu (peningkatan volume
darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, penumpukan lemak)
3) Trimester III : 300 kal untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
c. Protein
Ibu hamil minimal mengkonsumsi 17g protein/hari.
Trimester I : 1g/kg BB/Protein
Trimester II : 1,5g/kg BB/hari
Trimester III : 2g/kg BB/hari
Total kebutuhan protein tidak lebih dari 15% kebutuhan energi.
Jenis protein dengan nilai biologi tinggi: daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-
kacangan, biji-bijian, susu, yogurt, dll.

d. Karbohidrat
Sebaiknya ½ dari kebutuhan energi. 80.000 kalori selama masa kehamilan untuk bayi yg
sehat. 300kkal/hari selama 9 bulan. Sumber karbohidrat utama: beras, serealia, gandum,
dll.

e. Lemak
¼ dari kebutuhan energi atau 20% dari total energy. Omega 6 dan omega 3 harus lebih
banyak karena u/ perkembangan pusat susunan saraf termasuk sel otak.
Sumber Omega 6 : Minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji matahari,
minyak biji kapas.
Sumber Omega 3 : Minyak ikan laut (ikan salmon, lemuru, dan tuna),
minyak kedelai, minyak zaitun, minyak jagung.

f. Zat Besi
Kebutuhan zat besi pd saat kehamilan: 30mg/hari ® meningkat 200-300% buntuk
plasenta & sel darah. Zat besi Berasal dari makanan & suplementasi tablet Fe.
Penyerapan Fe terganggu oleh kopi, teh, kalsium, magnesium. Defisiensi Fe lebih
berpengaruh pada ibu. Akan menyebabkan kekurangan Hb dalam darah yang diperlukan
untuk membewa O2 kepada janin dan sel ibu hamil.
Distribusi Fe :
1) 300mg besi ditransfer ke janin
2) 50-75mg untuk pembentukan plasenta
3) 450mg untuk menambah jumlah sel darah merah
4) 200mg hilang ketika melahirkan
g. Asam Folat
Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel baru, membantu mengembangkan sel
syaraf dan otak janin. Kebutuhannya 0,4 mg/hari Sumber asam folat adalah hati,
sayuran, hijau, jeruk orange, kembang kol, kedelai/kacan-kacangaan lain, roti, gandum,
serealia, dll.

h. Kalsium
Dibutuhkan untuk pertumbuhan janin sekitar 250mg/hari dan untuk persediaan si ibu.
Kebutuhan:
Umur >25 tahun : 1200mg/hari
Umur ≤25 tahun : 800mg/hari
Sumber Utama : susu dan hasil olahannya, udang, sarden, dll .

i. Yodium
Kebutuhan : 200mikrogram/hari
Kekurangan : Janin hipotiroidisme, kretinisme, kerusakan syaraf.
Sumber utama : Garam, makanan laut, air, sayur.

3. Manfaat Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil


a. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan.
b. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri
c. Supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas

4. Dampak Kekurangan Gizi Pada Kehamilan


a. Terhadap Ibu
Menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, BB ibu
tdk bertambah secara normal, dan terkena infeksi.
b. Terhadap Persalinan
Mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
perdarahan setelah persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap Janin
Mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum
(mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kehamilan


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan
Hari/ Tanggal : Kamis, 26 Februari 2018
Waktu : 15.00 WIB
Sasaran : Ny. S
Penyuluh : Farah Riyadi
Tempat : Rumah Ny. S

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberi penjelasan tentang tanda bahaya kehamilan, diharapkan ibu dapat
mengenali tanda bahaya yang mungkin terjadi sehingga dapat menjadi salah satu upaya
deteksi dini komplikasi kehamilan.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan ibu dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian tanda bahaya kehamilan
2. Menyebutkan macam-macam tanda bahaya kehamilan
3. Mengenali gejala yang mengindikasikan ke tanda bahaya
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Alat dan Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
a. Menjawab
a. Memberi salam
salam
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan
Pembukaan b. Mendengarkan
1. c. Memberi kesempatan kepada ibu
(1 Menit) c. Menjelasakan
untuk menjelaskan yang telah
yang ibu
diketahui oleh ibu.
ketahui
a. Menanyakan pengertian tanda a. Menjawab
bahaya kehamilan.
b. Menjelaskan tentang pengertian b. Memperhatikan
tanda bahaya kehamilan.
c. Menanyakan macam-macam
Inti
2. tanda bahaya kehamilan. c. Menjawab
(10 menit)
d. Menjelaskan tentang macam-
macam tanda bahaya kehamilan. d. Mendengarkan
e. Menjelaskan hal yang harus
dilakukan bila menemukan salah
satu tanda bahaya. e. Memperhatikan
a. Melakukan evaluasi a. Menjawab
Penutup b. Menerangkan hasil b. Mendengarkan
3.
(4 menit) penyuluhan c. Menjawab
c. Salam penutup salam

G. Evaluasi
1. Apakah yang dimaksud dengan tanda bahaya kehamilan?
2. Sebutkan macam-macam tanda bahaya kehamilan?
3. Jelaskan hal yang harus dilakukan bila menemukan salah satu tanda bahaya?
H. Daftar Pustaka
Saifudin, Abdul Bari. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Astuti, Maya. 2016. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC
MATERI PENYULUHAN
TANDA BAHAYA KEHAMILAN

A. Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang ibu
hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang serius pada
ibu atau janin yang dikandungnya. Tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi pada awal
kehamilan (hamil muda) atau pada pertengahan atau pada akhir kehamilan (hamil tua).
B. Macam-macam Bahaya Kehamilan
1. Mual dan Muntah (hyperemesis gravidarum)
Mual dan muntah terjadi sampai usia 20 minggu. Mual dan muntah yang hebat
selama hamil dapat menyebabkan terganggunya aktivitas, dehidrasi (kekurangan
cairan), dan kelaparan (berat badan menurun). Perasaan mual ini disebabkan karena
meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum, atau komplikasi
lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
darah.
2. Perdarahan pervaginam
Biasa terjadi pada usia kehamilan lebih dari 22 minggu sampai menjelang kelahiran
bayi. Adapun tanda-tanda perdarahan tersebut :
a. Keluar darah merah segar/kehitaman dan biasanya menggumpal
b. Perdarahan kadang banyak kadang sedikit demi sedikit
c. Perdarahan disertai nyeri atau tidak disertai rasa nyeri diperut
3. Demam Tinggi
Demam dengan suhu tubuh > 38OC. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring,
minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002).
4. Bengkak pada muka dan tangan.
Hal ini disebabkan oleh penumpukan cairan yang berlebiha sehingga cairan tersebut
disimpan pada jaringan tubuh. Hal ini dapat diketahui dari kenaikan berat badan
yang berlebihan dalam waktu singkat. Biasanya bengkak terletak ditangan, kaki,
muka, serta biasanya bengkak ini tidak akan hilang setelah diistirahatkan dan
bengkak disertai keluhan fisik lainnya Dapat merupakan pertanda dari anemia,
gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia.
5. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang walaupun sudah diistiahatkan.
Sakit kepala ini biasanya disertai dengan mata berkunang-kunang dan penglihatan
kabur.
6. Penglihatan kabur
Penglihatan yang secara tiba-tiba kabur atau dengan kata lain penglihatannya tidak
jelas. Penglihatan kabur ini adalah:
a. Perubahan visual mendadak seperti bintik-bintik (spot), berkunang-kunang
b. Peyebabnya: perubahan peredaran darah dalam system saraf pusat terutama
pusat penglihatan di dalam retina yang abnormal
c. Biasanya disertai sakit kepala yang hebat
7. Gerakan janin
Biasanya terjadi pada sia kehamilan 5-6 bulan, gerakan janin yang normal adalah
lebih dari 10 x/hari apabila kurang dari 10x maka harus diwaspadai timbulnya
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
8. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan berlangsung yang
disebabkan karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan
intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan
ketuban vagina.
C. Hal yang harus dilakukan bila menemukan salah satu tanda bahaya tersebut:
Segera cari pertolongan medis ke Puskesmas, Bidan praktek, Dokter praktek, Rumah
Bersalin dan Rumah Sakit.
Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kehamilan


Sub Pokok Bahasan : Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Hari/ Tanggal : Kamis, 13 Maret 2018
Waktu : 09.00 WIB
Sasaran : Ny. S
Penyuluh : Farah Riyadi
Tempat : Rumah Ny. S

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberi penjelasan tentang kebutuhan dasar ibu hamil, diharapkan ibu dapat
mengenali apa saja yang menjadi kebutuhannya selama kehamilan ini.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan ibu dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian tanda bahaya kehamilan
2. Menyebutkan macam-macam tanda bahaya kehamilan
3. Mengenali gejala yang mengindikasikan ke tanda bahaya
C. Materi
Terlampir
D. Metode
3. Ceramah
4. Tanya jawab
E. Alat dan Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
b. Memberi salam
a. Menjawab salam
c. Menjelaskan tujuan penyuluhan
Pembukaan b. Mendengarkan
1. d. Memberi kesempatan kepada ibu
(2 Menit) c. Menjelasakan
untuk menjelaskan yang telah
yang ibu ketahui
diketahui oleh ibu.
a. Menanyakan pengertian tanda a. Menjawab
bahaya kehamilan. b. Memperhatikan
b. Menjelaskan tentang pengertian c. Menjawab
Inti tanda bahaya kehamilan. d. Mendengarkan
2.
(10 menit) c. Menanyakan macam-macam e. Memperhatikan
kebutuhan dasar ibu hamil
d. Menjelaskan tentang macam-
macam kebutuhan dasar ibu hamil
a. Melakukan evaluasi a. Menjawab
Penutup
3. b. Menerangkan hasil penyuluhan b. Mendengarkan
(4 menit)
c. Salam penutup c. Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Menjelaskan pengertian kebutuhan dasar ibu hamil
2. Sebutkan macam-macam kebutuhan dasar ibu hamil
H. Daftar Pustaka
Buku KIA
MATERI PENYULUHAN
KEBUTUHAN DASAR IBU HAMIL

1. Nutrisi Pada Masa Kehamilan


Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi
selama kehamilan berlangsung. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan berlangsung
sangat membantu ibu hamil dan janin dalam menjalani hari-hari kehamilannya. Tentunya
ibu hamil dan janin akan tetap sehat. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi akan meningkat
sepeti kebutuhan akan kalsium, zat besi serta asam folat. Ibu hamil haruslah di beri dorongan
agar mengkonsumsi makanan yang baik nan bergizi, ditambah kontrol terhadap kenaikan
berat badannya selama kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan yang ideal berkisar
antar 12-15 kilogram.
Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari
kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi sebagai
berikut:
d. Kalori
Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300-400 kkal
perharinya. Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber makanan yang bervariasi,
dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di
peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagi sumber karbohidrat, lemak baik nabati
maupun hewani sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa
melengkapi.
j. Asam Folat
Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna pembentukan sel dan
sistem syaraf. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan
membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin
terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok kepala),
mengalami bibir sumbing. Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan, beras
merah dan sayuran hijau.
k. Protein
Protein dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau
10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacang-kacangan,
tempe, putih telur, daging dan tahu.
l. Kalsium
Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang janin. Kalsium dapat
diperoleh dari susu, kacang-kacangan dan sayuran hijau.
m. Zat Besi
Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah
hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Kebutuhan akan zat besi
sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh pada hati, daging atau ikan.

2. Pemeriksaan Kehamilan Secara Standart


Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan di tenaga
kesehatan, pemeriksaan kehamilan dilakukan pada :
0-3 bulan : 1 kali
4-6 bulan : 1kali
7-9 bulan : 2 kali

3. Perawatan Selama Kehamilan


Perawatan sehari-hari yang dapat dilakukan ibu hamil untuk menjaga kehamilannya yaitu :
a. mandi 2 kali sehari dengan sabun
b. gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur
c. kurangi kerja berat
d. istiahat minimal 1 jam pada siang hari, posisi tiur sebaiknya miring
e. sebaiknya ibu tidur menggunakan kelambu agar terhindar dari nyamuk, jangan
memakai obt nyamuk bakar atau semprot
f. setelah kandungan berumur 4 bulan sering elus-elus perut dan ajak bicara bayi di dalam
kandungan.

4. Tanda Bahaya pada Kehamilan


b. Perdarahan pada hamil tua maupun hamil tua
c. Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala atau kejang
d. demam atau panas tinggi
e. air ketuban keluar sebelum waktunya.
f. muntah terus dan tidak mau makan
Apabila salah satu masalah diatas terjadi bisa menyebabkan keguguran ataupun kelahiran
dini (premature) yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Segeralah bawa ke petugas
kesehatan apabila terjadi masalah diatas.

5. Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksitetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu
toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).
Manfaat Imunisasi TT bagi Ibu Hamil adalah Melindungi bayi baru lahir dari tetanus
neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus
neonatorum adalahpenyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1
bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin
(racun) dan menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).Melindungi ibu terhadap
kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000).
Waktu Pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil yaitu sebaiknya diberikan
sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT
1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan
pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).

6. Persiapan Melahirkan
a. Ibu harus mengetahui kapan tanggal perkiraan persalinan yang dapat diperoleh dari
bidan.
b. ibu harus mempunyai tabungan untuk biaya persalinan.
c. ibu harus mempersiapkan pakaian dan peralatan bayi yang akan dibawa ke klinik atau
kerumah sakit
d. ibu sudah bisa merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan ataupun dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
Ny. S, 19 th, G1P0A0 gravida 10 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
Hari,
Tanggal Jam TD Intake Output Terapi Keterangan
Pemeriksaan
Kamis, 15 09.00 100/70 Makan 1 keping biskuit dan minum Muntah kurang Diberikan Infus Dextrose ibu merasa mual,
Feb 2018 air putih kurang lebih 100 ml lebih 15ml. BAK 5% dengan 20 tetes/menit. lemas, pusing, dan
kurang lebih 80 ml Diberikan injeksi nyeri ulu hati.
Ranitidine 5mg,
Ondansetron 8mg, dan
Omeprazole 1 ampul
secara IV bolus
Kamis, 15 16.00 110/70 Makan siang dengan 4 suap sendok Muntah kurang sisa cairan infus 240 cc Ibu masih merasa
Feb 2018 nasi lumat, sayur sop dan tempe. lebih 100 ml, mual, pusing, dan
Minum 1 1/2 botol air mineral 600 BAK kurang lebih lemas
ml (kurang lebih 900ml) 200 ml

Kamis, 15 20.00 110/70 Makan 6 sendok nasi lumat serta Muntah 20 ml. diberikan Infus Ringer Ibu masih merasa
Feb 2018 tahu dan sayur capcay. Minum 1 BAK 50 ml Laktat 20 tetes/menit mual dan lemas
gelas air hangat
Jumat, 16 09.00 110/60 Minum setengah gelas. BAK kurang lebih Diberikan injeksi Ibu masih merasa
Feb 2018 75 cc Ranitidine 5mg, mual, ibu sudah
Ondansetron 8mg, dan dapat beristirahat,
Omeprazole 1 ampul ibu belum BAB 4
secara IV bolus. hari.
Diberikan Infus Dextrose
5% dengan 20 tetes/menit.
Jumat, 16 14.00 110/70 Makan siang dengan 5 sendok nasi Muntah kurang Diberikan injeksi Ibu masih merasa
Feb 2018 lumat perkedel dan sayur sop. lebih 30 ml. BAK ondansetron 8 mg mual, nafsu makan
Minum 1 botol air mineral 600 ml. kurang Lebih 250 ibu masih belum
cc. meningkat, ibu sudah
dapat bermobilisasi
ringan
Sabtu, 17 11.00 120/80 Makan satu piring kecil nasi Muntah kurang Diberikan Infus Dextrose Ibu masih belum
Feb 2018 dengan sayur tahu. 3 buah keping lebih 50 ml. BAK 5% dengan 20 tetes/menit. dapat BAB. Masih
biskuit. Minum 1 botol air mineral kurang lebih 250 Diberikan injeksi merasa mual jika
berukuran 600 ml ml. Ranitidine 5mg dan mencium bau yang
Omeprazole 1 ampul menyengat.
secara IV bolus
Minggu, 18 09.00 110/70 Makan satu piring nasi dengan BAK kurang lebih Diberikan Infus Ringer Mual ibu sudah
Feb 2018 ayam goreng dan sayur capcay. 1 250 cc, BAB Laktat dengan 20 berkurang, ibu belum
keping biskuit dan 2 potong buah konsistensi normal tetes/menit. Diberikan muntah hari ini.Ibu
pepaya dan apel. Minum 2 botol injeksi Ranitidine 5mg dan sudah dapat BAB.
air mineral, kurang lebih 1200 ml. Omeprazole 1 ampul Nafsu makan sudah
secara IV bolus menigkat.
Minggu, 18 14.00 120/80 Makan siang satu piring nasi Muntah 5 cc. BAK Diberikan injeksi -
Feb 2018 dengan telur dan sayur bening. 2 kurang lebih 250 Ranitidine 5mg dan
potong buah apel. cc. Omeprazole 1 ampul
Minum 4 gelas air putih. secara IV bolus. Sisa
cairan infus 200 cc.
Senin, 19 08.30 120/80 Makan 1 porsi bubur ayam. Minum BAK kurang lebih Diberikan obat oral untuk -
Feb 2018 1 gelas air hangat. 150 ml.
di rumah yaitu
Ondansetron tablet 2x1,
Ranitidine tablet 2x1,
Omeprazole tablet 2x1
Lampiran 5
Riwayat Masuk Rumah Sakit Selama Kehamilan

No Waktu Tempat Tujuan Terapi


1. 23-01- BPM Ibu mengeluh pusing, mual, 1. Tablet Fe
2018 muntah tidak nafsu makan 2. B6
dan telat haid 2 minggu. Ibu 3. Asam Folat
datang untuk mendapat
pengobatan, ibu belum
mengetahui jika dirinya
hamil. Keadaan umum ibu
masih baik, BB Sebelum
hamil 57 kg dan saat periksa
di BPM 57 kg. Bidan
melakukan pemeriksaan PP
Test hasil positif.
1. 30-01- IGD RSUD Ibu mengeluh pusing, mual, 4. Rawat Inap
2018 s/d Leuwiliang muntah tidak nafsu makan. 5. Infus RL 500
01-02- Ibu datang untuk mendapat ml +
2018 perawatan, ibu sudah Neurobion 1
mengetahui jika dirinya amp 20 tpm
hamil 7 minggu. Keadaan 6. Ondansetron
umum ibu lemas, BB injeksi 3x8mg
sebelum hamil 57 kg dan saat 7. Ranitidine
periksa di IGD RS injeksi 2x1
Leuwiliang 56 kg. Ibu ampul
mendapat perawatan di ruang 8. Omeprazole
nifas selama 3 hari. injeksi 2x1
ampul
9. Asam Folat
1x1

2. 09-02- PKM Ibu datang dengan keluhan 1. Rawat Inap


2018 s/d Cibungbulang mual, muntah sampai 5x 2. Ondansetron
11-02- dalam sehari, pusing dan 2x1
2018 tidak bisa masuk makanan 3. Ranitidine 2x1
sedikitpun. Keadaan umum 4. B6 1x1
ibu baik. BB ibu turun
menjadi 55 kg. Ibu
mendapatkan perawatan
selama 1 hari 1 malam. TD
100/70.
Diagnosa dokter :
G1P1A0 hamil 8 minggu
dengan HEG
3. 14-02- IGD RSUD Ibu datang mengeluh mual, 1. Rawat Inap
2018 Leuwiliang muntah sampai dengan 6-7x 2. Infus RL : D5 :
Pukul dalam sehari, muntah darah NaCl 20 tpm
21.05 1x dan nyeri ulu hati. 3. Ondansetron
Keadaan umum ibu tampak injeksi 3 x 8 mg
lemah, kesadaran apatis, TD 4. Ranitidine
100/70. BB saat ini 55 kg. Injeksi 2x1
Terdapat nyeri pada ampul
epigastrium. 5. Omeprazole
Diagnosa dokter injeksi 2x1
G3P2A0 hamil 9 minggu ampul
dengan HEG

Data tersebut berdasarkan rekam medis pasien di RSUD Leuwiliang


Lampiran 6
Pemeriksaan Penunjang Kamis, 15 Februari 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Haemoglobin 14.3 g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit 14.1 10^3/𝜇L 3.6 – 11.0
Trombosit 343 ribu/𝜇L 154 – 380
Hematokrit 41 % 35 – 47
Golongan Darah B
Rhesus Faktor Positif
URINALISA
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak Keruh Jernih
Berat Jenis 1.020
pH 6.5 5.0 – 7.0
Protein Positif Satu (+) Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Mg/dL Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Positif Tiga
Keton Negatif
(+++)
Eritrosit Negatif /LPB Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit 1-3 <5
Eritrosit 0-2 <1
Epitel Positif Positif
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Bakteria Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif

Anda mungkin juga menyukai