Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PENERAPAN AKTIVITAS FISIK DAN BRAIN GYM


TERHADAP LANSIA

A SYSTEMATIC REVIEW
Program Magister Keperawatan,Universitas Airlanga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp (031)593752, Fax. (031)5913257

Pendahuluan: Lansia dianggap sebagai kelompok rentan karena mereka lebih mungkin
mengalami masalah kesehatan, lebih sulit menerima perawatan medis untuk mengobati
masalah tersebut, memiliki pendapatan yang berkurang, atau memiliki harapan hidup
yang lebih rendah sebagai akibat dari penyakit medis. Memburuknya fungsi kognitif
mempengaruhi kemampuan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial sehari-
hari, yang merugikan kesehatan masyarakat dan meningkatkan kebutuhan akan dana
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah demensia pada lansia yaitu dengan memberikan art therapy dan braim gym.
Metode: Pencarian literatur menggunakan Medical Subject Heading (MeSh) dengan
kata kunci “Brain gym” AND “Activity” AND “Physical” AND “Elderly”. Penelitian
ini menggunakan database akademis dari Scopus, PubMed, ScienceDirect, Ebscohost,
ProQuest dengan kriteria inklusi tinjauan literatur, meta-analisis maupun guideline
tentang “Aktivitas Fisik dan Brain Gym Terhadap Lansia”, untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, kekuatan dan mobilisasi, kenyamanan, peningkatan kualitas
tidur, menurunkan kecemasan dan depresi, diterbitkan pada tahun 2017-2022 dan
berbahasa Inggris. Hasil: Latihan 6 minggu dengan Xbox Kinect meningkatkan kualitas
tidur, mengurangi gejala kecemasan, dan meningkatkan kapasitas fungsional, daya
tahan aerobik, keseimbangan, dan kekuatan ekstremitas bawah pada lansia. Bagaimana
aktivitas fisik berpengaruh ini karena efek kardio-protektif aktivitas fisik dapat dianggap
sebagai faktor potensial yang merangsang aktivitas otak dan fungsi kognitif di usia tua
dan dapat diakomodasi dalam intervensi yang berkaitan dengan penuaan aktif.
Kesimpulan: Intervensi aktivitas fisik aman dilakukan pada lansia. Aktivitas fisik dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisik, ksehatan psikologis, dan spesifik berpengaruh terhadap
kondisi otak lansia yang terus mengalami degeneratif akibat penuaan. Namun, pemilihan
intervensi aktivitas fisik juga harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti pemilihan
kegiatan, waktu dan juga intervensi kombinasi. Selain itu, kondisi lansia yang memiliki
kelemahan-kelaman karena penuaan juga harus menjadi faktor penting dalam pemilihan
intervensi.

Kata Kunci: Brain Gym, Aktifitas Fisik, Lansia


PENDAHULUAN
Populasi penuaan telah menyebar ke setiap negara. Jumlah orang lanjut usia dan
bagian populasi meningkat secara dramatis di hampir setiap negara di dunia. Persentase
populasi dunia yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 6% pada tahun 1990 menjadi
9,3% pada tahun 2020. Diperkirakan persentase itu akan terus meningkat, mencapai
16% pada tahun 2050. Pada tahun 2013, 8,9% orang Indonesia berusia di atas 65 tahun;
Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 21,4 persen pada tahun 2050 dan
menjadi 41 persen pada tahun 2100. Menurut perkiraan demografis untuk tahun 2010
hingga 2035, Indonesia diperkirakan akan memiliki hingga 10% orang yang berusia 60
tahun atau lebih pada tahun 2020.

Lansia merupakan kelompok yang berisiko, sehingga penting untuk


memperhatikan peningkatan jumlah mereka. Perubahan asspek biologis, usia, sosial,
ekonomi, gaya hidup, dan kehidupan lansia membuat mereka menjadi populasi yang
berisiko (Stanhope & Lancaster, 2004). Lansia sangat rentan terhadap perubahan,
termasuk kondisi patologis yang disebabkan oleh penuaan, penyakit, perubahan anatomi
atau fisiologis, dan pengaruh psikologis pada fungsi organ (Darmojo, 2011). Fungsi
kognitif orang berusia lanjut juga menjadi salah satu aspek yang dipengaruhi oleh umur,
jenis kelamin, pendidikan serta kegiatan fisik sehingga bisa berakibat pada penyusutan
peranan kognitif progresif (Cano-Estrada et al. 2022).

Penurunan fungsi kognitif akan meningkatkan penyakit alzheimer, demensia,


dan penyakit tidak menular lainnya. Memburuknya fungsi kognitif mempengaruhi
kemampuan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial sehari-hari dan akan
meningkatkan kebutuhan biaya perawatan pada lansia tersebut. Kementerian Kesehatan
(2015) menyebutkan, jumlah Orang Dengan Demensia (ODD) di Indonesia diprediksi
akan meningkat dari 960.000 pada tahun 2013 menjadi 1.890.000 pada tahun 2030 dan
3.980.000 ODD pada tahun 2050. Berdasarkan masalah diatas, maka diperlukan upaya
untuk mengatasi masalah demensia pada lansia.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan art therapy dan brain
gym. Sesuai penelitian yang yang telah dilakukan oleh Wang, Qiu-Yue & Li, Dong-Mei
(2016) bahwa art therapy dapat meningkatkan perhatian dan orientasi pada pasien
demensia, mengurangi gejala perilaku dan psikologis, meningkatkan keterampilan sosial
pasien dan meringankan beban keluarga atau caregiver pasien demensia. Penelitian lain
menyebutkan bahwa pelatihan kognitif yang berbasis senam otak dapat meningkatkan
fungsi kognitif global dari orang tua (Cano-Estrada et al. 2022). Brain gym dan
standart exercises memiliki efek serupa pada fungsi kognitif, kemandirian fungsional,
kualitas hidup, dan tingkat kebugaran di antara orang dewasa yang lebih tua yang
dilembagakan dengan gangguan kognitif (Cancela et al. 2020).

Hasil penelitian lain di dapatkan terapi seni dan intervensi pelatihan otak efektif
meningkatkan fungsi kognitif lansia, sesuai hasil tes bivariat menggunakan instrumen
MMSE dan HVLT (Erwanto, Aquino, and Amigo 2017). Kombinasi kedua terapi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Intervensi ini dapat
mendorong ekspresi seseorang, memahami emosi melalui ekspresi artistik, dan melalui
proses kreatif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kognisi dan memori pada
lansia. Penelusuran artikel-artikel ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai
adanya hubungan aktivitas fisik dan brain gym terhdap lansia.

METODE
Pencarian Artikel
Pencarian literatur yang dilakukan menggunakan tiga tahapan yaitu: planning,
conducting dan reporting. Pada tahap planning peneliti yang hendak menulis sistematic
review harus terlebih dahulu menentukan research question atau memperhatikan
sejumlah pertanyaan yang akan digunakan sebagai kerangka dalam penyusunan review.
Pada tahap conducting peneliti harus melakukan pencarian dan penyeleksian literature
untuk mengetahui apakah literature tersebut relevan atau tidak. Selanjutnya pada tahap
reporting peneliti menuliskan hasil review dalam bentuk penulisan sistematika yang
dituliskan dalam artikel yang terdiri dari pendahuluan, bagian utama dan kesimpulan
(Zhu, Sari and Lee, 2018). Adapun Topik dari sistematic review ini yakni “Aktivitas
fisik dan Brain Gym terhadap lansia”.

Tabel 2.1 Keyword Development


Brain gym Activity
Senam otak Aktivitas
Physical Elderly
Fisik Lansia
Dalam mencari artikel ilmiah alternatif kata kunci pada tabel di atas digunakan database
(Scopus, PubMed, ScienceDirect, Ebscohost, ProQuest) untuk mencari sumber ilmiah
yang memiliki kemiripan sebagai literatur pendukung utama dalam penelitian ini. Hasil
yang ditemukan kemudian dipilih berdasarkan judul, abstrak, dan hasil penelitian
dengan cara memasukkan kata kunci, full text, dan publication date time yang
diinginkan.

Framework yang digunakan


Framework yang digunakan dalam review ini adalah PICOS (P= population, I=
interest, C=compactors, O= outcome, S= Study design) seperti yang termuat dalam
pedoman penyusunan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Framework yang digunakan
Population Lansia
Intervention Aktivitas Fisik dan teknik Brain Gym
Comparasion Kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Outcome Aktivitas fisik dan Brain gym dapat meningkatkan fungsi
kognitif, dapat memberikan kenyamanan, mengurangi
kecemasan, mengurangi depresi, meningkatkan kualitas
tidur, meningkatkan kelincahan dan keseimbangan dalam
bergerak, serta meningkatkan kekuatan tungkai bawah
Study design Randomized Controlled Trial, Quasi eksperimen dan
Cross Sectional; prospective multicenter, wait list control
studi, random control, eksperimen semu

Kata Kunci yang digunakan


Strategi pencarian studi yang relevan dengan topik dilakukan menggunakan
database “Scopus, PubMed, ScienceDirect, Ebscohost, ProQuest”. Keywords yang
digunakan adalah “Brain gym” AND “Activity” AND “Physical” AND “Elderly”.
Artikel full text dan abstrak dilakukan review untuk memilih tema yang sesuai dengan
kriteria. Responden dalam penelitian ini adalah Lansia yang tidak mengalami penyakit
kronis. Intervensi yang menjadi kriteria inklusi dalam systematic review ini adalah
Pemberian Aktivitas Fisik dan Brain Gym untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
memberikan kenyamanan, mengurangi kecemasan, mengurangi depresi, meningkatkan
kualitas tidur, meningkatkan kelincahan dan keseimbangan dalam bergerak, serta
meningkatkan kekuatan tungkai bawah. Pencarian literatur untuk keaslian penelitian ini
menggunakan artikel yang berbahasa inggris yang berasal dari Scopus, PubMed,
ScienceDirect, Ebscohost, ProQuest mulai tahun 2017 sampai dengan tahun 2022.
Pencarian literatur menggunakan keyword “brain gym”, “activity”, “physical”, dan
“elderly”. Hasil pencarian dapat dilihat pada diagram flow chart.

Database yang digunakan


Pencarian literature dilakukan pada bulan November 2022. Studi ini akan
menggunakan database akademik bereputasi tinggi dan menengah diantaranya: Scopus
(2017-2022), PubMed (2017-2022), ScienceDirect (2017-2022), Ebsco (2017-2022),
dan ProQuest (2017-2022).
Tabel 3.3 Database yang digunakan
Database Keyword Penemuan Artikel Artikel Yang Relevan
Scopus Brain gym AND 1.618 4
Activity AND
Physical AND Elderly
Pubmed Brain gym AND 15 3
Activity AND
Physical AND Elderly
Science Direct Brain gym AND 203 3
Activity AND
Physical AND Elderly
Ebsco Brain gym AND 320 5
Activity AND
Physical AND Elderly
Proquest Brain gym AND 85 3
Activity AND
Physical AND Elderly

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Adapun kriteria inklusi pada studi ini adalah: (1) Tinjauan literatur, meta-
analisis maupun guideline tentang “Aktivitas Fisik dan Brain Gym Terhadap Lansia”,
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, kekuatan dan mobilisasi, kenyamanan,
peningkatan kualitas tidur, menurunkan kecemasan dan depresi. (2) Artikel atau
jurnal terbitan mulai Januari 2017 sampai November 2022 (3) Bahasa yang digunakan
dalam jurnal yang dipilih adalah bahasa Inggris. Kriteria eksklusi dalam studi ini adalah
(1) Artikel atau jurnal dengan judul subjek atau judul lainnya yang tidak melakukan
Aktivitas Fisik dan Brain Gym (2) Artikel atau jurnal terbitan kurang dari 2017 (3)
Bahasa yang digunakan dalam jurnal selain bahasa Inggris. Dalam upaya mengurangi
bias pada pemilihan artikel maka penulis melakukan analisis kriteria jurnal
menggunakan metode PICOS seperti dibawah ini:

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Lansia yang tidak mengalami Selain lansia dengan penyakit
penyakit kronis kronis
Intervention Melaksanakan Aktivitas Fisik dan Melaksanakan tekhnik selain
teknik Brain Gym aktivitas fisik dn brain gym.
Comparasion Adanya kelompok kontrol dan Tidak ada faktor pembanding
kelompok intervensi
Outcome Aktivitas fisik dan Brain gym Tidak memperbaiki
dapat meningkatkan fungsi kemampuan kognitif lansia,
kognitif, dapat memberikan kemampuan mobilisasi,
kenyamanan, mengurangi kenyamanan, kecemasan,
kecemasan, mengurangi depresi, depresi, dan kelincahan,
meningkatkan kualitas tidur, kekuatan serta keseimbangan
meningkatkan kelincahan dan dalam bergerak.
keseimbangan dalam bergerak,
serta meningkatkan kekuatan
tungkai bawah
Study design & Randomized Controlled Trial, Selain RCT, Quasi
publication type Quasi eksperimen dan Cross eksperimen dan Cross
Sectional; prospective Sectional
multicenter, wait list control studi,
random control, eksperimen semu
dengan desain pre-test post-test
using control group design, dan
observasi
Publication lebih dari tahun 2018 Kurang dari tahun 2018
years
Language Inggris Selain Bahasa inggris

Seleksi Studi
Berdasarkan hasil pencarian literature melalui tiga basis data dengan menggunakan kata
kunci yang telah ditentukan, peneliti mendapatkan 2.241 artikel yang sesuai dengan kata
kunci tersebut. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian dimasukkan ke
Mendeley untuk proses pemilihan dan penghapusan duplikasi. Kemudian ditemukan
2.223 Artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa 18 artikel. Selanjutnya
peneliti melakukan screening berdasarkan judul, abstrak dan full text yang sudah
disesuaikan dengan tema literature review.

Catatan diidentifikasi berdasarkan


pencarian literatur Scopus, PubMed,
ScienceDirect, Ebscohost, ProQuest (n =
5366)

Artikel dikerucutkan berdasarkan 5 tahun


terakhir (n = 2288)

Catatan dikecualikan (n = 140)


dengan alasan:
Catatan disaring (n = 155) 1. Pemilihan populasi
2. Dampak yang terjadi
3. Intervensi yang diberikan
Artikel yang sesuai dengan kelayakan
penelitian dalam studi kuantitaif (n = 15)

Gambar 2.3 Diagram flow pencarian literatur

HASIL
Karakteristik Responden

Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah lansia berusia >50
tahun, namun ada beberapa studi juga menggunakan responden berusia mulai dari 35
tahun. Mayoritas Penelitian dilakukan pada lansia sehat, selain itu ada beberapa
penelitian dilakukan pada lansia dengan Cardiovascular Risk Factors. Jenis kelamin
responden beragam, namun mayoritas responden pada beberapa penelitian tersebut
adalah Wanita. Karakteristik umur juga bervariasi mulai dari 35 tahun sampai lebih dari
65 tahun. Responden yang berpartisipasi adalah lansia yang sehat namun jarang sekali
untuk melakukan aktifitas fisik dan ada beberapa penelitian dengan responden
mempunyai penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes.

Karakteristik Studi
Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, mayoritas desain penelitian yang
digunakan adalah studi eksperimen yaitu Randomized Control Trial (RCT) dan
beberapa penelitian memiliki desain cross sectional, pilot study, quasy-experiment dan
systematic review. studi-studi tersebut berasal dari berbagai negara seperti Canada,
Israel, German, Australia, Brazil, India, Jepang dan Turki. Berdasarkan hasil review
yang sudah dilakukan, jenis intervensi yang banyak digunakan adalah aktivitas fisik
seperti aerobic, yoga, resistance exercise, peregangan dan relaksasi otot. Sedangkan
intervensi diet berfokus pada program diet Green-MED (high-polyphenol yang
mengandung the hijau.

Intervensi Studi Penelitian

Terdapat banyak penelitian yang melakukan metode kombinasi antara physical


activity termasuk yoga, latihan aerobik, resistance exercise, peregangan dan relaksasi
otot. Baik Physical Activity yang dilaksanakan dirumah secara tatap muka maupun
melalui sesi telfon dengan atau tanpa pengawasan. Sesi pengingat physical activity
dapat berupa sesi tatap muka yang dikombinasikan dengan video, panggilan telfon, sesi
diskusi dan mengingatkan melalui pesan teks per minggu. Beberapa artikel juga
mengimplementasikan sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mampu
menawarkan sesi olahraga yang dapat dilakukan di rumah untuk manula yang sehat.
Lansia menyatakan perlunya layar lebar yang cukup untuk menyertakan gambar orang
yang melakukan Latihan dengan ukuran 21-24 inci. Lansia juga menyatakan lebih
memilih TV layer daripada computer serta menyarankan menggunakan teknologi yang
familiar jika di bandingkan teknologi terbaru.

Kemudian fasilitas zoom juga dianggap berguna karena memungkinkan perlu


untuk melihat secara detail bagaimana pelatih sedang melakukan gerakan dan
mengikutinya dengan lebih baik.pada fitur video ini, lansia mengajukan pilihan dengan
fasilitas yang dapat di atur gerak lambat untuk melihat masing-masing gerakan secara
rinci. Peserta mengungkapkan bahwa lansia sangat terbiasa hidup sendiri penerapan
mengenai MOTION akan mendapatkan dukungan dua kali lipat jika para lansia di
berikan edukasi oleh pelatih khusus mengenai keteramppilan teknis penggunaan
program tersebut. Dukungan keluarga juga memberikan indikasi yang penting pada
awal perkenalan program Sejalan dengan masalah komitmen, motivasi terbukti menjadi
dasar untuk menghindari manula bosan atau kalah tertarik pada program latihan. Salah
satu artikel mengatakan Diet Green-MED (high-polyphenol), yang mengandung dan
kaya mankai, teh hijau, dan kenari serta rendah daging merah/olahan, berpotensi
melindungi saraf untuk atrofi otak terkait usia seseorang.

Pada beberapa artikel membandingkan efek latihan Brain Gym (BG) versus latihan
standar (SE) pada fungsi kognitif, kemandirian fungsional, kebugaran fisik, dan kualitas
hidup di antara melembagakan orang dewasa yang lebih tua dengan gangguan kognitif.
Pelatihan senam otak terdiri dari pertemuan kelompok dua mingguan selama 12
minggu, masing-masing berlangsung 50 menit. Bebrapa artikel juga melakukan
kombinasi dari intervensi tersebut. Kedua program memiliki efek yang sama pada
peserta, dan tidak pada tingkat kognitif penurunan nilai atau program tidak memiliki
dampak yang signifikan. Ditemukan beberapa faktor juga mempengaruhi seperti usia,
jenis kelamin, pendidikan, dan aktivitas fisik sehingga dapat berdampak pada penurunan
fungsi kognitif progresif.

Beberapa studi juga menggunakan teknik neuroimaging dan hasilnya telah


membentuk hubungan yang positif antara aktivitas fisik (PA) dan struktur dan fungsi
otak pada populasi yang lebih tua. Peserta melakukan dua sesi 1 jam per minggu selama
10 minggu. Secara keseluruhan, struktural dan fungsional temuan dapat memberikan
bukti tentang hubungan yang relevan antara latihan fisik dan kesehatan otak dalam
penuaan. Transferensi kognitif (pelatihan kognitif) dapat meningkatkan kemampuan 
pengaturan diri, partisipasi aktif dalam kehidupan sosial yang mendukung kualitas
hidup lansia .Studi AgeGain bertujuan untuk mengidentifikasi orang tua yang paling
diuntungkan dari pelatihan kognitif. Ini akan meningkatkan pemahaman tentang
mekanisme transfer neurobiologis pada penuaan dan akan membantu dalam
menentukan dampak aktivitas fisik dan olahraga serta faktor patologis (seperti penyakit
serebrovaskular dan beban amiloid) pada kemampuan transfer.

Temuan-temuan dari penelitian ini menyarankan aktivitas fisik sebagai salah satu
faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang mencegah atau menunda timbulnya dari
gangguan kognitif. Karena efek pelindung jantungnya, aktivitas fisik dapat dianggap
sebagai potensi faktor yang merangsang aktivitas otak dan fungsi kognitif pada usia tua
dan dapat diakomodasi di dalamnya intervensi yang berkaitan dengan penuaan aktif.
Oleh karena itu, praktisi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan fungsi kognitif pasien
atau klien yang lebih tua mungkin mendapat manfaat dari pengembangan intervensi
yang berkaitan dengan aktivitas fisik dirancang untuk mengurangi penurunan sumber
daya kognitif. Selain itu, dalam hal pengayaan kognitif pada populasi yang lebih tua dan
pada wanita khususnya dengan memulai intervensi perilaku yang juga dapat
berkontribusi untuk mengoptimalkan penuaan yang sukses, studi longitudinal lebih
lanjut diperlukan.

Beberapa studi mengatakan nyeri kronis menyebabkan banyak efek berbahaya;


baru-baru ini telah disarankan bahwa nyeri kronis juga dikaitkan dengan penuaan dini,
yang dimanifestasikan dalam pemendekan panjang telomere (TL). Ternyata hubungan
ini tidak signifikan di antara peserta yang melakukan latihan. Hasilnya menunjukkan
bahwa nyeri kronis dikaitkan dengan penuaan dini; namun, PE dapat mengurangi
asosiasi ini dan mungkin melindungi individu terhadap efek berbahaya dari nyeri
kronis. Studi ini menunjukkan bahwa penting untuk memantau tanda-tanda penuaan
dini di kalangan pasien nyeri kronis karena mereka berisiko. Namun, pasien nyeri kronis
dapat memperoleh manfaat dari PE biasa dalam hal ini karena dapat memoderasi
penuaan dini. Beberapa artikel juga mengatakan penurunan progresif dalam kebiasaan
aktivitas fisik, kekuatan otot, daya tahan aerobik, dan kelincahan/keseimbangan.
Studi terbaru menyarankan gest dance juga bisa bermanfaat bagi kognisi dan
kesehatan fisik pada manula, sudah diterima secara umum bahwa aktivitas fisik
mendorong penuaan yang sehat. Training (DMT) dengan Aerobic Exercise Training
(AET) pada kognisi, kebugaran fisik dan kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan pada lansia sehat yang tidak aktif, menunjukkan peningkatan yang signifikan
setelah pelatihan terkait tarian. Beberapa artikel membandingkan kemampuan individu
lansia untuk mempertahankan sikap tegak yang efisien dalam konteks manipulasi
sensorik vestibular, menurut status aktivitas fisik. Satu kelompok terdiri dari peserta
yang secara teratur berlatih aktivitas fisik yang lembut, seperti, gym ringan, aquarobik,
jalan kaki aktif, dansa ballroom dalam 3 tahun terakhir dan satu kelompok terdiri dari
peserta yang tidak melakukan aktivitas fisik. Pada control postur tubuh dibandingkan
berdasarkan referensi kondisi postur bipedal yang dilkaukan dengan mata terbuka dan
kondisi manipulasi dua syaraf vestibular. Karakteristik latihan fisik tampaknya tidak
cukup menantang untuk sistem vestibular untuk mengembangkan kemampuan
kelompok aktif dalam menahan hal yang tidak terduga. Selain itu, proses penuaan
mungkin telah mengubah efek program aktivitas fisik dan cara mengintegrasikan sinyal
vestibular, sehingga berkontribusi untuk mengurangi perbedaan antara kedua kelompok.
Ada artikel yang menjelaskan efek intervensi Active Plus. Aktif Plus adalah
intervensi PA yang disesuaikan dengan komputer yang terbukti efektif untuk fokus
populasi orang dewasa yang lebih tua PA dalam kehidupan sehari-hari. Temuan kami
menunjukkan bahwa Active Plus hanya mampu meningkatkan perilaku PA sampai batas
tertentu di OACI 6 dan 12 bulan setelah pengukuran awal. Meskipun analisis
subkelompok menunjukkan hal itu peserta yang lebih rentan (mis., mereka dengan usia
lebih tinggi, berat badan atau lebih banyak gangguan) tampaknya manfaat lebih dari
intervensi pada beberapa hasil PA intensitas rendah tertentu, adalah mungkin bahwa
Intervensi Active Plus saja tidak cukup efektif. Pendekatan campuran, di mana eHealth
ini intervensi dikombinasikan dengan intervensi tatap muka, dianjurkan untuk
meningkatkan efek Active Plus pada PA di OACI. Ini, bagaimanapun, perlu studi lebih
lanjut

PEMBAHASAN
Aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu dapat meningkatkan fungsi kognitif.
Hal tersebut dijelaskan dalam (Mohammadi et al., 2021), aktivitas fisik yang dilakukan
dalam jangka waktu 12 bulan memberikan dampak juga bagi aktivitas otak yang dilihat
dari gambaran cerebral pulsatility individu. Penilaian tentang aktivitas fisik juga
disebutkan di dalam (Baik et al., 2021) bahwa aktivitas fisik secara signifikan dapat
memperbaiki kesehatan psikologis dan kesehatan fisik. Studi oleh (Volders et al., 2020)
menyebutkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan tersebut antara lain kegiatan rumah
tangga sehari-hari, berjalan, bersepeda, berkebun dan kegiatan olahraga.

Penerapan aktivitas fisik juga bisa dilakukan bersama intervensi yang lain pada
lansia. Intervensi yang diberikan oleh (Kaplan et al., 2022) sebelumnya adalah Diet
Green-MED (high-polyphenol) yang dikombinasikan dengan dukungan aktivitas fisik.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa intervensi diet dan aktivitas fisik cukup
berpengaruh dan berpotensi untuk melindungi saraf dari atrofi otak pada lansia.
Pemberian intervensi tersebut memperlambat degenerasi saraf terkait usia, karena
nutrisi dan kandungan dari makanan berpengaruh pada pembentukan sel-sel di otak.
Selain itu, aktivitas fisik juga mendukung kondisi tubuh dari lansia untuk menjaga
kebugaran.

Pelatihan kognitif dan aktivitas fisik dianggap sebagai strategi yang berguna
untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia dengan gangguan kognitif. Latihan
senam otak dan latihan standar memiliki efek serupa pada fungsi kognitif, kemandirian
fungsional, kualitas hidup, dan tingkat kebugaran di antara orang dewasa yang
dilembagakan dengan gangguan kognitif (Cancela et al., 2020). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa pelatihan kognitif berbasis senam otak
meningkatkan fungsi kognitif global orang tua yang dilembagakan (Cano-Estrada et al.,
2022).

Berbagai penelitian dilakukan untuk membuktikan efektivitas aktivitas fisik


terhadap fungsi kognitif pada lansia. Penelitian menyarankan aktivitas fisik sebagai
salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang mencegah atau menunda
timbulnya gangguan kognitif (Kumar, Srivastava and Muhammad, 2022). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Dance/Movement Training mungkin memiliki dampak
positif pada kognisi dan fungsi fisik pada orang dewasa yang lebih tua (Esmail et al.,
2020). Temuan penelitian lain menunjukkan bahwa latihan 6 minggu dengan Xbox
Kinect meningkatkan kualitas tidur, mengurangi gejala kecemasan, dan meningkatkan
kapasitas fungsional, daya tahan aerobik, kelincahan/keseimbangan, dan kekuatan
ekstremitas bawah pada orang dewasa yang lebih tua (Evangelista de Lima et al., 2021).
Bagaimana aktivitas fisik berpengaruh ini karena efek kardio-protektif aktivitas fisik
dapat dianggap sebagai faktor potensial yang merangsang aktivitas otak dan fungsi
kognitif di usia tua dan dapat diakomodasi dalam intervensi yang berkaitan dengan
penuaan aktif (Kumar, Srivastava and Muhammad, 2022)

KESIMPULAN
Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, intervensi aktivitas fisik aman
dilakukan pada lansia. Aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap konfisi fisik, ksehatan
psikologis, dan spesifik berpengaruh terhadap kondisi otak lansia yang terus mengalami
degeneratif akibat penuaan. Namun, pemilihan intervensi aktivitas fisik juga harus
mempertimbangkan beberapa hal, seperti pemilihan kegiatan, waktu dan juga intervensi
kombinasi. Selain itu, kondisi lansia yang memiliki kelemahan-kelaman karena penuaan
juga harus menjadi faktor penting dalam pemilihan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Akehurst, E., Scott, D., Rodriguez, J. P., Gonzalez, C. A., Murphy, J., McCarthy, H.,
Dorgo, S., & Hayes, A. (2021). Associations of sarcopenia components with
physical activity and nutrition in Australian older adults performing exercise
training. BMC Geriatrics, 21(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12877-021-02212-
y

Baik, D., Song, J., Tark, A., Coats, H., Shive, N., & Jankowski, C. (2021). Effects of
Physical Activity Programs on Health Outcomes of Family Caregivers of Older
Adults with Chronic Diseases: A Systematic Review. Geriatric Nursing, 42(5),
1056–1069. https://doi.org/10.1016/j.gerinurse.2021.06.018

Cancela, J. M., Casal, Á., Sánchez-Lastra, M. A., & Ayán, C. (2020). Brain gym
exercises versus standard exercises for institutionalised older people with cognitive
impairment: A randomised controlled study. Asian Journal of Gerontology and
Geriatrics, 15(2), 74–80. https://doi.org/10.12809/ajgg-2019-383-oa

Cano-Estrada, A., Jimenez-Mendoza, A., Contreras-Guerrero, D., Hernandes-Alejandro,


M., & Salas-Casas, A. (2022). The Effect of Brain Gym on Global Cognitive
Function of Institutionalized Older People. International Journal of Mental Health
Promotion, 24(3), 375–383. https://doi.org/10.32604/ijmhp.2022.018857

Darmojo, B. (2011). Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi ke -
4.Jakarta : FKUI.

Domingos, C., Picó-Pérez, M., Magalhães, R., Moreira, M., Sousa, N., Pêgo, J. M., &
Santos, N. C. (2021). Free-Living Physical Activity Measured With a Wearable
Device Is Associated With Larger Hippocampus Volume and Greater Functional
Connectivity in Healthy Older Adults: An Observational, Cross-Sectional Study in
Northern Portugal. Frontiers in Aging Neuroscience, 13(November), 1–14.
https://doi.org/10.3389/fnagi.2021.729060

Esmail, A., Vrinceanu, T., Lussier, M., Predovan, D., Berryman, N., Houle, J., Karelis,
A., Grenier, S., Minh Vu, T. T., Villalpando, J. M., & Bherer, L. (2020). Effects of
Dance/Movement Training vs. Aerobic Exercise Training on cognition, physical
fitness and quality of life in older adults: A randomized controlled trial. Journal of
Bodywork and Movement Therapies, 24(1), 212–220.
https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2019.05.004

Erwanto, Rizky, Thomas Aquino, and Erjinyuare Amigo. EFEKTIFITAS ART


THERAPY DAN BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA

Evangelista de Lima, B., Passos, G. S., Youngstedt, S. D., Bandeira Santos Júnior, L.
C., & Gonçalves Santana, M. (2021). Effects of Xbox Kinect exercise training on
sleep quality, anxiety and functional capacity in older adults. Journal of Bodywork
and Movement Therapies, 28, 271–275. https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2021.07.029

Kumar, M., Srivastava, S., & Muhammad, T. (2022). Relationship between physical
activity and cognitive functioning among older Indian adults. Scientific Reports,
12(1), 1–14. https://doi.org/10.1038/s41598-022-06725-3

Lahav, Y., Levy, D., Ohry, A., Zeilig, G., Lahav, M., Golander, H., Guber, A. C., Uziel,
O., & Defrin, R. (2021). Chronic Pain and Premature Aging – The Moderating
Role of Physical Exercise. Journal of Pain, 22(2), 209–218.
https://doi.org/10.1016/j.jpain.2020.08.001

Lee, S. Y., Goh, A., Tan, K., Choo, P. L., Ong, P. H., Wong, W. P., & Wee, S. L.
(2021). Effectiveness of a community-delivered pneumatic machine resistance
training programme (Gym Tonic) for older adults at neighbourhood senior centres
– a randomized controlled trial. European Review of Aging and Physical Activity,
18(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s11556-021-00273-x

Maitre, J., & Paillard, T. (2017). Vestibular adaptations induced by gentle physical
activity are reduced among older women. Frontiers in Aging Neuroscience,
9(MAY), 1–7. https://doi.org/10.3389/fnagi.2017.00167

Maurer, F. A., & Smith, C. M. (2005). Community/Public Health Nursing Practice:


Health for Families and Populations. Saunders. Philadelphia: Elsevier

Ottoboni, G., Gallelli, T., Mariani, E., Rebecca Soluri, V., Nunziata, S., Tessari, A.,
Savary, J. P., & Chattat, R. (2019). Remote home physical training for seniors:
guidelines from the AAL-supported MOTION project. European Journal of
Ageing, 16(1), 25–37. https://doi.org/10.1007/s10433-018-0477-0

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing (Six ed.). St.
Louis, Missouri: Mosby
Volders, E., Bolman, C. A. W., De Groot, R. H. M., Verboon, P., & Lechner, L. (2020).
The effect of active plus, a computer-tailored physical activity intervention, on the
physical activity of older adults with chronic illness(es)-A cluster randomized
controlled trial. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(7). https://doi.org/10.3390/ijerph17072590

Weber, M., Belala, N., Clemson, L., Boulton, E., Hawley-Hague, H., Becker, C., &
Schwenk, M. (2018). Feasibility and Effectiveness of Intervention Programmes
Integrating Functional Exercise into Daily Life of Older Adults: A Systematic
Review. Gerontology, 64(2), 172–187. https://doi.org/10.1159/000479965

Anda mungkin juga menyukai