Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak

mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan

darahnya. Hipertensi merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke, baik

tekanan darah sistolik maupun diastoliknya. (Casey, 2012)

Penyakit darah tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang umum

diderita oleh banyak masyarakat Indonesia. Di Indonesia, ancaman

hipertensi tidak boleh diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari

penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat. Namun sayangnya dari

jumlah total penderita hipertensi tersebut, baru sekitar 50% yang terdeteksi.

Dan diantara penderita tersebut hanya setengahnya yang berobat secara

teratur. (Suraioka, 2012)

Menurut WHO dan the international society of hypertension (ISH)

tahun 2012, saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan

tiga juta di antaranya meninggal setiap tahunnya, 7 dari setiap 10 penderita

tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara akurat. (Kemenkes RI, 2012)

Menurut catatan badan kesehatan dunia WHO (World Health

Organization) tahun 2011, ada 1 milyar orang di dunia menderita hipertensi

dan dua per tiga di antaranya berada Negara berkembang yang berpenghasilan

rendah sedang. Prevelensi hipertensi di perkirakan akan terus meningkat,

dan di prediksikan pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh

1
2

dunia menderita hipertensi. Hipertensi dikenal sebagai penyakit

kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 30% dari kematian di

seluruh dunia dan prevalensinya sebesar 37,4%. Dari berbagai survei di

dapatkan dalam 10 tahun terakhir prevelensi hipertensi meningkat secara

bermakna. Hipertensi merupakan penyumbang kematian akibat penyakit

tidak menular (PTM) yang meningkat dari 41,7% menjadi 60% survei

terakhir di Indonesia menunjukkan PTM mendominasi 10 urutan teratas

penyabab kematian pada semua kelompok umur, dengan stroke yang

merupakan komplikasi hipertensi sebagai penyebab kematian nomor satu.

(Kementrian Kesehatan, 2012)

Bahaya penderita hipertensi di perkirakan sebanyak 15 juta bangsa

Indonesia tetapi hanya 4% yang terkontrol berarti mereka yang menderita

hipertensi dan tahu mereka menderita hipertensi. Lebih di kemukakan 50%

penderita tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi karena itu

mereka cenderung menderita hipertensi yang lebih karena tdak berubah dan

menghindari faktor resiko. (Abidin & Nawi, 2011)

Dari 33 propinsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus

penderitanya hipertensi melebihi rata-rata nasional yaitu Sulawesi Selatan

(27%), Sumatera Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara (24%),

Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan Timur (22%).

Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi

cenderung tinggi pada daerah urban seperti Jobadetabek, Medan, Bandung

dan Surabaya. (Abidin & Nawi, 2011)


3

Faktor yang dapat meningkatkan potensi terjadinya hipertensi salah

satunya adalah rokok. Data WHO (2011) menyebutkan, 63% dari kematian

di sebabkan oleh NCDS (noncommunicable disease), tembakau adalah

salah satu faktor utamanya. Data susenas menyebutkan bahwa jumlah

rokok di Indonesia meningkat dari tahun 1995 sebanyak 34,7 juta perokok

menjadi 65 juta perokok pada tahun 2007. (Prawira, 2011)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap

rokok penyebab dari berbagai penyakit, pada perokok aktif ataupun pasif.

Kaitannya merokok dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru,

penyakit kardiovaskuler, resiko terjadi neoplasma laryng esofagus dan

sebagainya telah diteliti. (Kusuma, 2012)

Faktor risiko penyakit hipertensi lainnya adalah merokok. Dari Hasil

Riskesdas tahun 2013 tampak bahwa proporsi terbanyak perokok aktif setiap

hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, umur 35-39 tahun 32,2%,

sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak di

bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Indonesia sendiri

menempati posisi ketiga untuk jumlah perokok terbanyak di dunia setelah

China, dan India dan menduduki peringkat kelima konsumen rokok terbesar

setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Prevalensi perokok di

Indonesia pada tahun 2010 sebesar 34,7%. Pada tahun 2010 prevalensi

perokok terbesar di Indonesia terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu

sebanyak 43,2% dan terendah di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebanyak

28,3%. Provinsi Jawa Tengah sendiri mempunyai prevalensi perokok sebesar

32,6%. (Riskesdas, 2015).


4

Di Indonesia, jumlah kematian akibat penyakit yang disebabkan dari

kebiasaan merokok mencapai 300 ribu pertahun. Hampir 60 persen kematian

di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) yang disebabkan

oleh rokok seperti stroke, hipertensi dan penyakit jantung yang kini jumlahnya

semakin meningkat.

Berdasarkan data Puskesmas Air Putih, jumlah kasus dan kematian

penyakit tidak menular menurut jenis kelamis dan umur bulan januari hingga

agustus tahun 2019, hipertensi terdapat pada urutan pertama pada kasus baru

dan kasus lama dengan total pasien hipertensi sebanyak 1.919 orang.

Dari data yang di dapatakan maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan mini project tentang “Gambaran Faktor Resiko Perokok

Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki di Puskesmas Air Putih

Kota Samarinda”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalahnya

adalah:

1. Bagaimana Gambaran Faktor Resiko Perokok Mempengaruhi Kejadian

Hipertensi Pada Laki-Laki di Puskesmas Air Putih Kota Samarinda

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui Gambaran Faktor Resiko Perokok Mempengaruhi Kejadian

Hipertensi Pada Laki-Laki di Puskesmas Air Putih Kota Samarinda.


5

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi perokok pada usia

produktif di Puskesmas Air Putih Kota Samarinda.

b. Untuk mengidentifikasi kejadian hipertensi di Puskesmas Air Putih

Kota Samarinda.

c. Menganalisis Faktor Perokok mempengaruhi Risiko Kejadian

Hipertensi di Puskesmas Air Putih Kota Samarinda.

D. Manfaat

1. Bagi intansi

Sebagai tambahan informasi tentang faktor perokok mempengaruhi risiko

kejadian hipertensi pada laki-laki di Puskesmas Air Putih Kota Samarinda.

2. Bagi masyarakat

Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor

perokok mempengaruhi risiko kejadian hipertensi pada laki-laki di

Puskesmas Air Putih Kota Samarinda.

3. Bagi Puskesmas Air Putih

Sebagai informasi tentang faktor perokok mempengaruhi risiko kejadian

hipertensi pada laki-laki di Puskesmas Air Putih Samarinda yang dapat

digunakan dasar dalam mengatasi tingginya kejadian hipertensi.

4. Bagi Dokter Internsip


6

Sebagai sarana pengembangan kemampuan komunikasi verbal maupun

non verbal dokter internsip di bidang promotif dan preventif kesehatan

masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai