Anda di halaman 1dari 138

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi pembangunan kesehatan Indonesia di kenal dengan moto Indonesia

sehat 2010. pencapaiannya yang diharapkan adalah terwujudnya penduduk

Indonesia yang hidup dalam lingkungan, dan perilaku hidup sehat,

mempunyai askes untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan

senantiasa berada dalam derajat kesehatan yang optimal. Indikator sehat bisa

dirumuskan kedalam empat hal yaitu : gaya hidup sehat, lingkungan sehat,

status kesehatan, dan peleyanan kesehatan. (htp://kes.net/pugs)

Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

nasional secara keseluruhan. Sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih

menyeluruh mengenai determinan yang berpengaruh terhadap kesehatan.

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini di hadapkan pada beban ganda,

di satu pihak penyakit menular yang semula dapat ditangani muncul kembali

dengan penyebaran yang lebih luas. Di lain pihak telah terjadi peningkatan

kasus penyakit-penyakit degeneratif (Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2004: 1)

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, di kalangan penduduk

umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27 % laki-laki dan wanita

menderita hipertensi, 0,3 % terserang penyakit jantung Iskemik dan stroke, 1,2

% menderita diabetes millitus, 1,3 laki-laki dan 4,6 % wanita mengalami

1
2

keberatan berat badan (obesitas). Penyakit kanker merupakan 6 % penyebab

kematian telah meningkat dari urutan ke II (SKRT 1972) menjadi penyebab

urutan ke 3 (SKRT 1986). Dan menjadi penyebab pertama (SKRT 1992,1995,

dan 2000). (Ditjen PPM-PL Depkes RI,2004: 8-9)

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia menyebabkan

bertambahnya harapan hidup, serta persaingan yang begitu ketat, sehingga

pola penyakit yang banyak di derita masyarakat mulai bergeser dari penyakit

yang disebabkan infeksi ke arah penyakit degeratif, seperti penyakit

kardiovaskuler di antaranya hipertensi, stroke dan jantung koroner yang dari

tahun ke tahun meningkat jumlahnya. Seiring berubahnya gaya hidup di

perkotaan mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat. Gaya

hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan

mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah penderita hipertensi.

Banyak para ahli yang beranggapan bahwa tidak ada korelasi antara

hipertensi dengan keluhan-keluhan subjektif yang sering diutarakan penderita.

Bahkan, ada yang beranggapan bahwa keluhan hipetensi tidak ada yang

spesifik. Sifatnya sangat subjektif memberikan peluang besar untuk

diekspresikan secara berbeda oleh setiap penderita yang datang dari sub-

kelompok dalam populasi dengan tingkat pemahaman yang sangat berbeda.

Sebagai contoh, di kota Semarang terlihat bahwa hipertensi yang signifikan itu

berarti bahwa penemuan kasus secara pasif akan sangat berarti jika

dibandingkan dengan besar penduduk dan luasnya wilayah yang terkena.

Khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia, fasilitas pelayanan


3

kesehatan yang tersedia belum mampu menjangkau seluruh wilayah secara

efektif. Pelayanan pasif seperti itu paling tinggi hanya mampu menjangkau

sekitar 50% dari penderita hipertensi yang ada di masyarakat, dan hanya

sekitar 25% dari penderita yang terdeteksi tersebut mendapat pengobatan. Dari

jumlah itu, hanya sekitar 12,5% yang berkesempatan mendapat pengobatan

secara baik dan teratur. Sisanya akan terkucil dan dilupakan. Mereka

selanjutnya akan mengalami keadaan patologi mengerikan tanpa intervensi

yang layak, satu per satu masuk ke dalam perangkap cacat dan kematian yang

mengenaskan.

Penderita hipertensi yang sangat heterogen itu membuktikan bahwa

penyakit ini bagaikan mozaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari

berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat. Hal tersebut juga

berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang

bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang

bersifat eksogen, seperti rokok, nutrisi, dan stresor. Di seluruh dunia,

hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Di samping karena

prevelensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan

datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan

permanen dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok

dewasa muda, akan sangat membebani perekonomian keluarga, kerena biaya

pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan

seumur hidup. Di seluruh dunia, penyakit ini menarik perhatian yang besar
4

terutama karena ketidaksesuaian antara perkembangan teknologi intervensinya

dengan daya beli masyarakat (www.info-sehat.com/content.php)

Menurut Darmojo Boedhi (1993), bahwa 50% orang yang diketahui

hipertensi pada negara berkembang hanya 25% yang mendapat pengobatan,

dan 12,5% yang diobati secara baik. Prevalensi hipertensi di Indonesia

mengalami kenaikan dari tahun 1988–1993. Prevalensi hipertensi pada laki-

laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan

dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%). Penelitian yang membandingkan

hipertensi pada wanita dan pria oleh Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh

prevalensi hipertensi 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita, sedangkan di

daerah kota Jakarta didapatkan prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan

1,7% pada wanita (Arjatmo T, HendraU, 2001:455).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor

risiko yang tidak dapat dikendalikan (resiko mayor) dan faktor risiko yang

dapat dikendalikan (resiko minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan

(resiko mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan

faktor risiko yang dapat dikendalikan (resiko minor) yaitu olahraga, makanan

(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas),

kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario, 2002).

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah

dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini

dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat
5

tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah

lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo,

1996: 28).

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap

hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak

jantung 5–20 kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29).

Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar

terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang

terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan

200 diantaranya beracun antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan

oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga

tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000:74).

Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan

langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard.

CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan

oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding

pembuluh darah). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah.

Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit

(pengumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya

dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam
6

pembuluh darah), mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak

pembuluh darah perifer (G.Sianturi, 2003:12).

Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan. Dampak

asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker), tetapi juga

bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok

pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang

dihembuskan oleh perokok aktif (Ruli A. Mustafa, 2005: 3).

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali isapan maka dalam

tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (1 bungkus) per hari akan

mengalami 70.000 kali isapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok

bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik

toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Mangku Sitepoe,

1997: 19).

Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan

menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan

data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki urutan ke 5 terbanyak dalam

konsumsi rokok di dunia dan setiap tahunnya mengkonsumsi 2,5 miliar batang

rokok. Angka kekerapan merokok di Indonesia yaitu 60%-70% pada laki-laki

(Vivi, Juanita, 2003: 1).

Dari hasil Sussenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007 menyatakan

bahwa 68% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,7%

perempuan yang merokok. Menurut Edward D Frohlich, seorang pria dewasa


7

akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima untuk mengidap

hipertensi (Lanny Sustrani, 2004:25).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hasurungan S, Jefri. (2002) dengan

judul faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di kota

depok. Sampel yang digunakan yaitu 310 orang lansia diwilayah depok

dengan pengambilan sampel secara proporsiona. Hasil menunjukkan bahwa

prevelensi hipertensi pada responden di kota depok sebesar 57,4 %responden

yang berumur ≥ 70 tahun dibandingkan yang berumur 55-59 tahun.

Responden yang berpeluang mendapat hipertensi 2.45 kali dibandingkan yang

beumur 55-59 tahun.

Berdasarkan survey kesehatan yang dilakukan pada tanggal 19-21 maret

2009 dalam rangka praktik kerja lapangan keperawatan komunitas yang

dilaksanakan oleh mahasiswa/mahasiswi program profesi “Ners program B”

Fakultas Ilmu-ilmu kesehatan UPN “Veteran” Jakarta angkatan 2007, di

Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kodya Depok, diperoleh data bahwa

yang menderita hipertensi usia 21-60 tahun adalah sebesar 35,64 % dimana

jumlah penduduk usia 21-60 tahun sebanyak 411 orang. Sedangkan usia >60

tahun adalah 51,9% dimana jumlah penduduk usia >60 tahun sebanyak 20

orang.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan kebiasan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25

tahun ke tahun di kelurahan krukut Kecamatan Limo Depok.


8

B. Rumusan Masalah

Penelitian yang membandingkan hipertensi pada wanita dan pria oleh

Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh prevalensi hipertensi 7,5% pada pria

dan 10,9% pada wanita, sedangkan di daerah kota Jakarta didapatkan

prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan 1,7% pada wanita (Arjatmo T,

HendraU, 2001:455).

Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan

menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan

data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki urutan ke 5 terbanyak dalam

konsumsi rokok di dunia dan setiap tahunnya mengkonsumsi 2,5 miliar batang

rokok. Angka kekerapan merokok di Indonesia yaitu 60%-70% pada laki-laki

(Vivi, Juanita, 2003: 1).

Dari hasil Sussenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007 menyatakan

bahwa 68% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,7%

perempuan yang merokok. Menurut Edward D Frohlich, seorang pria dewasa

akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima untuk mengidap

hipertensi (Lanny Sustrani, 2004:25).


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia usia 25 tahun ke atas di

Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan,

penghasilan, pekerjaan, status gizi, olahraga,) dengan kejadian hipertensi

hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok

b. Mendapatkan gambaran jenis rokok yang di hisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok

c. Mendapatkan gambaran jumlah rokok yang di hisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok.

d. Mendapatkan gambaran lama merokok dengan kejadian hipertensi pada

laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan

Limo Kota Depok.

e. Mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik (umur,

pendidikan, penghasilan, pekerjaan, status gizi, olahraga dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok


10

f. Mendapatkan hubungan jenis rokok yang dihisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok

g. Mendapatkan hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok

h. Mendapatkan hubungan lama menghisap rokok dengan kejadian hipertesi

pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok

i. Mendapatkan hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok

j.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti

mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada

laki-laki usia 25 tahun ke atas . kegiatan penelitian ini diharapkan bisa

memotivasi untuk melakukan penelitian lain yang lebih baik.

2. Bagi keluarga, responden dan masyarakat

Diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi keluarga, responden dan

masyarakat agar meminimalkan kebiasaan merokok untuk menghindari

terjadinya hipertensi.
11

3. Bagi keperawatan

Bagi dunia pendidikan keperawatan hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengembangan keperawatan

khususnya dan sebagai acuan atau sumber data untuk penelitian berikutnya

yang behubungan dengan kejadian hipertensi yang terkait dengan

kebiasaan merokok di Kelurahan Krukut di Kecamatan Lomo Kota Depok

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya dalam konteks hubungan kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di

Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penelitian

E. Ruang Lingkup Penelitian

F. Sistematika Penelitian
12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terkait

1. Definisi Hipertensi

a. Klasifikasi

b. Fatofisiologi

c. Jenis –jenis Hipertensi

d. Manisfestasi Klinik

e. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi hiperetnsi

f. Komplikasi

g. Pencegahan Hipertensi

h. Penatalaksanaan Hiperetnsi

2. Kebiasaan Merokok

a. Jenis rokok yang dihisap

b. Jumlah rokok yang dihisap

c. Lama menghisap rokok

d. Kategori Perokok

e. Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok

3. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian

hiperetensi

B. Penelitian Terkait

C. Kerangka Teori
13

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

C. Hipotesisis

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Cara Pengumpulan Data

E. Instrument Penelelitian

F. Validitas dan Reliabilitas

G. Kuesioner

H. Analisa Data

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN

BAB VII PENUTUP


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terkait

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Adnil Basha

2004:1).

Hipertesi adalah gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup

menggangu kesehatan masyarakat hipertensi atau tekanan darah tinggi

sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi hanya merupakan suatu tekanan

dengan gejala gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah yang

timbul, (Gunawan,2001 : 28)

Hipertensi dapat didefinisikan tekaan darah tinggi yang bersifat

persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan ekanan

diastoloknya diatas 90 mmHg. Pada populasi munula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 90 mmHg ( Brunner & Suddarth,

2001 : 896 )

Hipertensi adalah keadaan dimana tekenan darah sistol meningkat

hingga lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik meningkat hingga lebih

dari 90mmHg. Meningkatnya tekanan darah dapat berdampak pada


15

meningkatnya resiko terkena penyakit kardiovaskuler, seperti serangan

jantung atau stroke. (www.info-sehat.com/content.php)

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik

karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya

a. Klasifikasi Hipertensi

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi

faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (resiko mayor) dan faktor

risiko yang dapat dikendalikan (resiko minor). Faktor risiko yang tidak

dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur.

Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga,

makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan

(obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Asep Pajario,

2002).

Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan

darah adalah 120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Dan

seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140

mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastoliknya.


16

Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan darah dewasa menurut WHO

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistolik diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85


mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg


(hipertensi ringan )

Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg


(hipertensi sedang)

Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg


(hipertensi berat)

Stadium 4 210 mmHg atau 120 mmHg atau


(hipertensi maligna) lebih lebih

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam

pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah

menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap

sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

b. Patofisiologi

Menurunya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang

diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan

tekanan darah dan apabila diteruskan pada ginjal maka akan


17

mempengaruhi ekskresi pada renin yang berkaitan dengan

angiotensinogen dengan adanya perubahan dengan angiotensinogen II

berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah sehingga

terjadi kenaikan tekanan darah, selain itu juga dapat meningkatkan

hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium, hal tersebut akan

berakibat pada peningkatan tekanan darah, dengan peningkatan tekanan

darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti

jantung.

c. jenis - jenis hipertensi

Penyakit hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis

yaitu :

1) Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi). Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak

penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah

kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan

darah

2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat

dari adanya penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui maka disebut

hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% pederita hipertensi,

penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya

adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu ( misalnya pil

KB )
18

d. Manifestasi klinik

Sebagian besar manifestasi klinik timbul setelah mengalami hipertensi

bertahun-tahun, dan gejala yang timbul dapat berupa :

a. Sakit kepala

b. Tengkuk terasa pegal

c. Wajah kemerahan

d. Emosi meningkat

e. Mual

f. Muntah

g. Sesak nafas

h. Kelelahan

i. Mimisan secara tiba-tiba

j. Pandangan menjadi kabur

k. Nokturia

l. Edema dependen

e. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hipertensi

1) Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya.

Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka

dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua

orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot

(sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang


19

tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi. Penelitian yang

dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan secara terpisah atau

bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan adopsi telah dapat

mengungkapkan seberapa besar tekanan darah dalam keluarga yang

merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup. Berdasarkan

penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di

antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika

dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak

masa awal kanak-kanak (Beevers, 2002:32).

2) Faktor Berat Badan (Obesitas atau Kegemukan)

Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan

obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari

pada penderita hipertensi dengan berat badan normal (Adnil,

Basha, 2004: 1).

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung

tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja

ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar

lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi

( Suparto, 2000:322)
20

Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak

yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) Rumus untuk

IMT adalah berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan

dikuadratkan (m2). Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

menurut Depkes RI dalam Supariasa (2003:63) adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.2
Kategori ambang batas IMT

No Kategori IMT
1. Kurus Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kekurangan berat < 17,0-18,5
badan tingkat ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk/obesitas Kelebihan berat > 25,0-27,0
badan tingkat ringan
Kelebihan berat < 27
badan tingkat berat

3) Kebiasaan Merokok

Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko

terjadinta penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.

Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih

rentan dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia

beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lepisan


21

endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses

arterosklerosis dan hipertensi.

Nikotin dalam tembakau penyebab tekanan darah segera

setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap

rokok, nikotin deserap oleh pembuluh darah amat kecil di dalam

paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa

detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin

dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas

epinifrin (adrenalin). Hormone yang kuat ini akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja

maka baik tekanan sistolik maupun diastolic akan meningkat 10

mmHg. Tekanan darah tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit

setelah berhenti menghisap rokok. Sementara efek nikotin

perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun

dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan

berada pada level tinggi sepanjang hari. Secara langsung setelah

kontak dengan nikotin akan timbul stimulant terhadap kelenjar

adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin).

Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa

mendadak sehingga kadar gula meningkat, selain itu pernafasan

dan detak jantung akan meningkat.


22

Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas,

berarti perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula

dalam darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan

pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan

motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis

syaraf dan perubahan perilaku.

4) Stres

Hubungan antara stres dan hipertensi, diduga melalui

aktivasi saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres

berkepanjangan, dapat meningkatkan tekanan darah menetap

tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian

di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan

dipedesaan. Hai ini dapat dihubungakan dengan pengaruh stres

yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Pada

kehidupan sehari-hari sering kali kita menghadapi berbagai

tekanan di lingkungan sekitar seperti di kantor, lingkungan kelurga,

dan sebagainya yang dirasakan atau tidak, bila kondisi fisik dan

psikis seseorang sudah melewati ambang batas pertahannanya

dalam menghadapt ” tekanan ” tersebut maka hal tersebut

belangsung, tubuh sendiri akan bereaksi baik secara fisik maupun

psikis. Diluar sepengetahuan kita jaringan saraf yang berlangsung

maupun tidak langsung yang berhubungan dengan jaringan


23

pembuluh darah akan bereaksi yang menjadikan pembuluh darah

tersebut berkontriksi. Bila kondisi tersebut tidak ada perbaikan dan

berlangsung terus, maka akan menaikkan tekanan darah kita. Stres

yang berkepanjangan akan menimbulkan depresi, karena reaksi

psikis terhadap stressor yang dialami ornag bersangkutan tidak

dapat diatasi dengan baik. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi

organ tubuh apapun sehingga menjadi sakit (stres).

5) Faktor Jenis Kelamin (Gender)

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita

hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak

disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman

terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi

terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D.

Frohlich seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar

yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi (Lanny, Sustrani,

2004:25).

6) Faktor Usia

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya

usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin

besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang

yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan

diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam

tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian yang


24

dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8%-28,6%

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.

Menurut Kaplon (1995) pria yang berusia < 45 tahun

dinyatakan hipertensi jika tekanan darah berbanding 130/90 mmHg

atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan

hipertensi jika tekanan darah 145/95 mmHg atau lebih.

7) Faktor Asupan Garam

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan

darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika

semakin tua, yang terjadi pada semua masyarakat kota, merupakan

akibat dari banyaknya garam yang di makan. Masyarakat yang

mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya juga

adalah masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring

bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi

garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan

tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia.

Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan

menderita hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang

lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun

mereka mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang lain,

meskipun tubuh mereka cenderung menimbun apa yang mereka

makan (Beevers, 2002: 35)


25

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur

dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun

natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi),

sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus

bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi

naik (Lanny, Sustrani, 2004:29).

8) Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo T,

dan Hendra U, 2001:459).

Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika

sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan

lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada

mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur dalam

jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya

sekali (Beevers, 2002:41).

9) Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan dan tekanan tinggi

di otak, atau akibat embulus yang terlepas dari pembuluh non- otak
26

yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronik apabila arteri –arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah kedaerah–daerah

yang diperdarahi berkurang. Arteri–arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya anurisma.

10) Infark Miokardium

Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat

aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel

dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritma, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan

11) Gagal Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan


27

keluar melalui urin sehingga sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada

hipertensi kronik.

12) Ensefalopati (Kerusakan Otak)

Ensefalopati (kerusukan otak) dapat terjadi, terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh

susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi

koma serta kematian.

f. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya

penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan

dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan

resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan

mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan

hidup sebesar 10-20 tahun.

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak

terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.

Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau

tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ
28

dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu

pada tabel berikut :

Tabel 2.3
Tabel komplikasi hipertensi

1 Jantung Infark miokard


Angina pectoris
Gagal jantung kongesif
2 Sistem saraf pusat Stroke
Ensefalopati Hipertensif
3 Ginjal Gagal ginjal kronis
5 Mata Retinopati hipertensif
5 Pembuluh darah Penyakit pembuluh darah perifer
perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang

mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan

retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung

merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain

kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang

disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan

kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli

dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA).

Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan

pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit

kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya


29

tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target

serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus.

Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih

dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting.

Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10

mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.

g. Pencegahan hipertensi

Pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika

dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat

hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila

hipertensinya tergolong ringan maka dapat dikontrol melalui sikap hidup

sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan

amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya.

(Hembing Wijaya Kusuma, 1999:11).

Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar

penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-

obatan yang ditentukan oleh dokter (Lany Gunawan, 2001:21).

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil

tindakan pencegahan yang baik (Stop High blood pressure), antara lain

dengan cara menghindari faktor resiko hipertensi.

Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang bila semakin

banyak menyertai penderita hipertensi maka dapat menyebabkan orang


30

tersebut akan menderita tekanan darah tinggi yang lebih berat lagi. Ada

faktor risiko yang dapat dihindarkan atau dirubah, namun ada juga yang

tidak. Faktor resiko yang tidak dapat dihindarkan atau dirubah adalah

genetik, suku bangsa dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat

dihindarkan karena dapat memperberat keadaan hipertensi antara lain :

makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, garam, makanan

asin atau yang diasinkan, daging kambing, buah durian, minuman alkohol

yang berlebihan, makanan dan minuman yang mengandung bahan

pengawet, rokok dan kopi, kegemukan (obesitas), stress, dan lain-lain.

(Hembing Wijaya Kusuma), 1999: 8).

a. Pola makan

Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan

darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola

makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan total lemak, serta kaya

akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemah terbukti secara klinis

dapat menurunkan tekanan darah.

Untuk mengurangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis

besar ada empat macam diet, yaitu :

1) Diet Rendah Garam

Ada tiga macem diet rendah garam ( sodium ), yaitu :

a) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5 – 3 gram sodium per hari,

senilai dengan 3,75 – 7,5 gram garam dapur


31

b) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5 – 1,5 gram sodium per

hari, senilai dengan 1,25 – 3,75 gram garam dapur.

c) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau

kurang dari 1,25 gram dapur perhari.

Tujuan diet garam untuk membantu menghilangkan retensi

(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan

tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting

diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan

harus tetap mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein,

mineral, maupun vitamin yang seimbang.

2) Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas

Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah

dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini

antara lain sebagai berikut :

a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama

goreng-gorengan atau makanan yang di goreng dengan minyak.

b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta

sea food (udang, kepiting), minyak kelapa, dan kelapa (santan).

c) Lebih sering menkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.

d) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti

sirup, dodol, kue, biskuit, dan lain-lain.


32

e) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran da buah-buahan kecuali

durian dan nangka. Selain itu, juga harus diperhatikan gabungan

makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar

kolesterol dalam darah.

3) Diet Tinggi Serat

Makanan tinggi serat yang kaya dengan kalsium seperti :

pisang, seledri, sayur hijau, tempe terbukti dapat mengurangi tekanan

darah. Penelitian membuktikan tekanan darah orang yang ber

vegetarian rata rata 110/70 mmHg. Bahkan penderita hipertensi

mengubah dietnya menjadi vegetarian terbukti dapat menurunkan

tekanan darah secara bermakna. Diet tekanan darah tinggi di anjurkan

setiap hari mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh

jenis bahan makanan yang mengandung serat yaitu :

a) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, jambu bol,

kedongdong, anggur, markisa, pepaya, jeruk, mangga, apel,

semangka, dan pisang.

b) Golongan sayuran, seperti daun bawang, kecipir muda, jamur,

bawang putih, dan kulit melinjo, buah kelor, buah kelor, daun

kacang panjang, kacang panjang, kemanggi, daun katuk, daun

singkong, daun ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat, kangkung,

touge, buncis, pare, kol, wortel, bayam, sawi.


33

c) Golongan protein nabati, seperti kacang tanah, kacang hijau,

kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian (beras merah,

jagung, jali)

d) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.

4) Serat Diet Rendah Kalori bagi yang kegemukan

Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko

tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia dia atas 40

tahun. Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan

asupan kalori. Hal yang harus diperhatikan yaitu :

a) Asupan kalori dikurangi 25 %.


b) Menu makan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang.

b. Pola istirahat

Pemulihan anggota tubuh yang telah beraktifitas sehari penuh

untuk menetralisir tekanan darah. Istirahat dapat mengurangi ketegangan

dan kelelahan otot bekerja sehingga mengembalikan kesegaran tubuh dan

pikiran. Istirahat dengan posisi badan berbaring dapat mengembalikan

aliran darah ke otak. Berusahalah untuk untuk beristirahat setelah beberapa

saat melakukan kesibukan aktivitas.

c. Pola aktivitas

Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu : berjalan

kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari

yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi/kalori yang
34

lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan

terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olah raga secara teratur tidak

hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan

tekanan darah. Jika klien mempunyai tekanan darah tinggi, berolahraga

sedang selama sedang selama 30 menit sehari selama beberapa hari setiap

minggu dapt menurunkan tekanan darah.

d. Pengobatan

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan

untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita :

1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai

batas ideal.

2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang

dari 2,3 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan

kalsium, magnesium dan kalsium yang cukup) dan mengurangi

alkohol.

3. Olah raga aerobic yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial

tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya

terkendali.

4. Berhenti merokok.
35

h. Penatalaksanaan hipertensi

Salah satu cara penanggulangan hipertensi yang rekomendasikan

adalah pendekatan dietetis untuk menghentiakn hipertensi atau dikenal

dengan sebutan DASH (Dieatery Approaches to stop ahaypertension)

sebab selama ini dilakukan hanya dengan pengaturan garam atau

natriumnya saja (diet rendah garam), namun tidak memperhitungkan

kualitas suatu susunan hidangan. DASH digunakan untuk mencegah dan

mengontrol tekanan darah tinggi karena diet ini lebih banyak

menganjurkan konsumsi sayur dan buah. Penelitian tentang DASH

menunjukkan bahwa diet tinggi buah, sayur dan mengggunakn produk

susu rendah lemak ( susu skim,yoghurt), mengurangi Saturated Fatty Acid

(SAFA) dan total lemak kombinasi DASH dan diet rendah garam

memberikan dampak positif pada perubahan tekanan darah.

Penelitian tentang DASH yang bertujuan untuk menilai efek pola

dan diet rendah garam mempunyai pengaruh yang snagt bermakna

terhadap penurunan tekanan darah, yaitu menurunkan tekanan darah

sistolik pada kelompok hipertensi sebesar 11,5 mmHg dan diastolik

sebesar 5 mmHg. Hoey J. (2001), dalam laporan penelitiannya

mengatakan bahwa Diet DASH menunjukkan adanya penurunan tekanan

darah dalam 2 minggu. Hasil penelitian sebelumnya tentang anjuran

kombinasi diet DASH menunjukkan adanya penurunan tekanan darah

yang signifikan pada penderita hipertensi yang diberikan anjuran

kombinasi diet DASH, yaitu:


36

a. Konsumsi buah dan sayur yang mengandung kalium, fitoesterogrn dan

serat.

Konsumsi kalium (potassium) yang bersumber dari buah-buahan

seperti pisang, mangga, air kelapa muda bermanfaat untuk

mengendalikan agar tekanan darah menjadi normal dan terjadi

keseimbangan antara natrium dan kalium dalam tubuh. Konsumsi

kalium yang banyak akan meningkatkan kosentrasinya di dalam cairan

intraseluler, sehingga cenderuang menarik cairan dan bagian

ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Fitoestrogen bersumber

pada pangan nabati seperti halnya hormon estrogen. Fitoestrogen

bermanfaat untuk menghindari grjala hot flaxes (rasa terbakar) pada

wanita menopause dan menurunkan risiko kanker. Sedangkan serat

dibutuhkan tubuh terutama untuk membersihkan isi perut (bulky) dan

membantu memperlancar proses defekasi. Serat juga mempengaruhi

penyerapan zat gisi dalam usus. Manfaat serat terutama dapat

mencegah kanker kolon.

b. Low fat dairy product ( menggunakan produk susu rendah lemak) pada

diet hipertensi diberikan prouk susu rendah lemak, dimana susu

mengandung banyak kalsium. Di dalam cairan ekstraseluler dan

intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam mengatur

fungsi sel, seperti untuk mengatur transmisi saraf, kontraksi saraf,

kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas

membran sel. Kalsium tapi juga protein, vitamin dan mineral. Asupan
37

kalsium dan magnesium dilaporkan bermanfaat dalam penurunan

tekanan darah.

c. Konsumsi ikan, kacang dan unggas secukupnya

Intake protein yang cukup dapat membantu pemeliharaan sel, untuk

membantu ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,

memelihara netralitas tubuh, pembentukan anti bodi dan mengankut

zat-zat gizi.

i. Kurangi SAFA (Saturated Fatty Acid) seperti daging berlemak. Lemak

jenuh bersifat aterogenik, lemak jenuh yaitu asam urat, asam palmitat,

asam stearat. Seseorang dengan penyakit pembuluh darah umumnya

harus membatasi konsumsi lemak jenuh berlebihan terutama dari

sumber hewani seperti daging merah, lemak babi, juga minyak kelapa,

cokelat, keju, susu krim dan mentega. Penimbunan SAFA di dalam

pembuluh darah menyebabkan timbulnya arteriosklerosis yang

akhirnya meningkatkan tekanan darah.

j. Membatasi gula dan garam.

Membatasi garam bertujuan untuk menurunkan tekanan darah,

mencegah oedema dan penyakit jantung. Adapun yang disebut diet

rendah garam dalam arti sebenarnya adalah rendah sodium atau

natrium ( Na). Garam dapur mempunyai nama kimia natrium

(sodium), selain membatasi konsumsi garam, juga harus membatasi

sumber sodium lainnya, antara lain makanan yang mengandung soda

kue, baking powder, MSG (Mono Sodium glutamat yang lebih dikenal
38

dengan nama bumbu penyedap makanan), pengawet makanan atau

natrium benzoat (biasanya terdapat di dalam saos, kecap, selai. Jelli)

Metode yang paling baik dan aman untuk pengendalian hipertensi

adalah dengan melakukan perubahan-perubahan gaya hidup. Jika

perubahan-perubahan ini tidak membawa perubahan nilai tekanan

darah yang didinginkan, maka obat antihipertensi dapat diberikan.

Indikasi pemberian obat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bila perubahan gaya hidup saja tidak dapat mengendalikan tekanan

darah.

b. Bila penurunan tekanan darah tinggi secara cepat diperlukan.

c. bila penderita tekanan darah tinggi juga mengalami kondisi medis

yang menyertainya.

Obat antihipertensi dapat mengendalikan tekanan darah dan

juga dapat mengurangi resiko terhadap berbagai gangguan dimasa

yang akan datang. Ada banyak jenis obat antihipertensi yang dapat

digunakan. Jika satu obat tidak memberikan perubahan tekanan

darah yang diinginkan, maka kombinasi dari dua atau lebih obat-

obat dosis rendah dapat menurunkan trkanan darah sama baiknya

dengan satu obat. Kombinasi oabat seringkali dapat menimbulkan

efek samping yang lebih rendah. Kelas-kelas obat uatam yang

digunakan untuk menegndalikan tekanan darah adalah :


39

a. Deuretik

Deuretik merupakan obat pilihan utama bagi penderita

hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh melalui urine.

Obat diuretik lebih efektif bagi orang-orang yang lebih peka

terhadap sodium seperti kaum lansia. Pembatasan terhadap

garam juga ditekankan dalam diet karena mengurangi sodium

akan membantu obat bekerja lebih efektif. Diuretik

dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu Thiazide (Aprinox,

cloride, Lorvas, Enduron, Metenix-5), kelompok Loop (bumet,

lasix, Salinex) dan kelompok penghemat potassium (Amimide,

Frumil, Fruselac, frusemene). Efek samping utama dari deuretik

Thiazide dan Loop meningkatkan frekuensi miksi. Deuretik

Thiazide dan Loop menyebabkan kehilangan potassium. Pada

lansia Thiazide dapat menyebabakan badan lemah, pusing saat

berdiri dan dalam dosis tinggi dapat meningkatkan kadar gula

darah dan kolesterol darah total. Deuretik penghemat potassium

menyebabkan hiperkalemi pada penderita penyakit ginjal,

deuretik penghemat potassium harus dihindari karena dapat

menyebabkan aritmia.

b. Beta Blocker

Obat-obat golongan beta blocker dapat menyembuhkan

hipertensi dengan menghalangi berbagai efek hormon

nonepriniprine yang menyebabkan jantung berdetak lebih kencang


40

dan vasokontriksi pembuluh darah. Obat ini juga memperlambat

sekresi renin dari ginjal. Beta blocker sangat efektif untuk

menurunkan tekanan darah pada pasien yang telah mengalami

kondisi-kondisi kardiovaskuler seperti angina dan aritmia. Bata

blocker bertindak sebagai agen kardioprotektif. Yang termasuk

golongan Beta blocker antara lain Acebutolol (Sectrol), Nadolol

(Corgard), dan Propanolol (Beta block, Idegal, Ciplar, Betalong).

Obat-obat golongan Beta bloker ada yang dimetabolisme di liver,

ginjal dan ada yang di liver dan ginjal. Pasien gangguan ginjal

tidak dapat diberi Beta blocker yang dimetabolisme dalam ginjal.

Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah lelah dan

berkurangnya kekuatan aktivitas fisik. Beta blocker tidak boleh

diberikan pada penderita asma dan pasien yang mengalami

hambatan dalam kerja jantung (bundle branch block). Beta

blocker bukan obat pilihan lagi bagi pasien yang masih muda,

aktif dan produktif karena obat-obat ini dapat membatasi

kemampuan untuk sangat efektif secara fisik.

c. ACE-inhibator

Obat-obatan ini beraksi dengan mencegah produksi

Angiotensin I membatasi terbentuknya Angiotensin memberikan

kesempatan bagi bradikinin untuk menjaga pembuluh darah tetap

dalam keadaan vasodilatasi. ACE-inhibitor mencakup Benasepril,

Captropil, Enalapril, Lisinopril, Ramipril. Bentuk kering


41

merupakan efek samping dari pengobatan beberapa kasus. Efek

samping yang lain dapat berupa merah-merah pada kulit, kurang

nafsu makan dan perubahan indera perasa. ACE-inhibitor

dikontraindikasikan bagi penderita penyakit ginjal karna dapat

menyebabkan gagal ginjal dan bagi wanita hamil atau wanita yang

berencana hendak hamil, karena dapat menyebabkan cacat lahir

yang serius bagi janin.

d. Angiotensin II Reseptor Blocker

Obat-obatan ini menghalangi aksi Angiotensin II dan dapat

meningkatkan bradikinin. Contoh obat golongan ini antara lain

Angizaar dan valsartan. Beberapa efek samping yang dilaporkan

adalah hidung tersumbat, nyeri pnggung dan kaki, insomnia dan

gangguan pencernaan. Kontraindikasi obat-obatan ini adalah

penyakit ginjal dan kehamilan.

e. Antagonis Kalsium (calcium channel blocker)

Antagonis kalsium bekerja dengan mempengaruhi sel-sel

otot disekitar arteri yang mengandung saluran kalsium

didalamnya. Bila kalsium mengalir, sel-sel otot mengalami

kontraksi dan arteri menyempit. Antagonis kalsium mencegah

kalsium masuk kedalam sel otot namun tidak mempengaruhi

kalsium yang digunakan untuk pembentukan tulang. Beberapa

antagonis kalsium juga menurunkan detak jantung dan tekanan

darah berdasarkan aksinya antagonis kalsium dibedakan menjadi


42

aksi jangka pendek dan aksi jangka panjang antara lain

Ampodipine, diltiasem, felodipine, nifedipine dan verapamil.

Sembelit, sakit kepala detak jantung cepat , kulit merah, bengkak

pada kaki bawah dan gusi merupakan sebagian dan efek samping

obat-obatan ini. Satu setengah hingga dua jam setelah minum pil

felodipine, nifedipin dan verapamil pasien tidak dianjurkan untuk

minum jus anggur karena akan mengurangi kemampuan liver

untuk menghilangkan antagonis kalsium dari sistem tubuh

sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan obat yang akan

berubah menjadi racun.

f. Alpha Blocker

Alpha Blocker memperlambat waktu yang dibutuhkan oleh

tubuh untuk merespon perubahan-perubahan alami dalam

tekanan darah saat bergerak dari posisi duduk atau posisi duduk

atau tidur ke posisi berdiri, sehingga pada awal pemberian

biasanya dengan dosis rendah dan diminum sebelum tidur. Efek

samping yang mungkin terjadi setelah minum Alpha blocker

antara lain sakit kepala, denyut jantung berdebar keras, mual dan

lemah. Pada pemberian pertama kalinya penderita lansia dapat

mengeluh pusing, bahkan bisa pingsan saat berdiri. Setelah

beberapa lama obat-obatan tersebut juga dapat kehilangan

efektivitasnya, namun bila ditambahkan deuretik efektivitasnya


43

akan tetap dan kombinasi ini memberikan nilai tekanan darah

yang tetap terkendali.

g. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral

Agen-agen obat yang beraksi secara sentral bekerja pada

otak. Agen-agen tersebut mencegah otak mengirimkan sinyal-

sinyal ke sistem saraf untuk mempercepat detak jantung dan

mempersempit pembuluh darah. Agen-agen obat yang bereaksi

secara sentral disebut juga Adrenergeik inhibator saat ini

penggunaanya sudah jarang karena efek samping yang

ditimbulkan sangat kuat. Tetapi pada keadaan tertentu obat

golongan ini digunakan seperti pada pasien cenderung mudah

terkenan serangan panik, kadar gula darahnya rendah dan pada

pasien yang sedang berusaha menghentikan menghentikan

penggunaan narkoba dan alkohol. Agen-agen obat yang beraksi

secara sentral antara lain Clonidine (Catapres) dan Methylopa

(Alphadopa, Emdopa, Aldomet) yang sering direkomendasikan

bagi wanita hamil yang mengalami hipertensi. Efek samping

yang ditimbulkan obat-obatan ini adalah kelelahan yang amat

sangat, rasa kantuk dan sedasi, impotensi, mulut kering, sakit

kepala, peningkatan berat badan, dan gangguan psikologis seperti

depresi. Penghentian penggunaan agen-agen obat yang bereaksi

secara sentral dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah


44

pula tingkat tinggi yang berbahaya secara cepat ( Rebound

hypertension).

h. Vasodilator Langsung

Obat-obatan ini digunakan untuk pengobatan kasus

hipertensi yang sulit diatasi karena tidak memberi respon

terhadap antihipertensi lain. Obat-obatan ini bekerja pada otot-

otot tersebut mengerutkan dinding arteri. Vasodilator langsung

meliputi hydralazine (nepresol) dan Minoxidil (mintop). Efek

samping yang umumnya ditimbulkan adalah peningkatan denyut

jantung dan retensi air. Sehingga dalam penggunaannya sering

dikombinasikan dengan Beta blocker dan deuretik. Beberapa

efek samping yang lainnya adalah pertumbuhan ramut yang

berlebihan pada tubuh, pusing, hidung tersumbat, gangguan

gastrointestinal, dan pembengkakan pada gusi.

2. Kebiasaan Merokok

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita.

Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di

masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan

dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun

sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan

merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti


45

penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker

rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah

tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.

Menurut kedokteran, rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan

kimia, diantaranya nikotin, tar, karbon monoksida, dan juga hidrogen

sianida. Nokotin dijumpai secara alami di dalam batang dan daun

tembakau yang mengandung nikotin paling tinggi, atau sebanyak 5 % dari

berat tembakau, nikotin merupakan racun saraf manjur ( potent nerve

poison) dan digunakan sebagai racun serangga. Pada suhu rendah, bahan

ini bertindak sebagai perangsang dan adalah salah satu sebab utama

mengapa merokok digemari dan dijadikan sebagai tabiat. Nikotin dapat

merangsang dan meningkatkan aktivitas, kewaspadaan atau refleksi,

kecerdasan serta daya ingat. Namun di sisi lain, nikotin adalah racun yang

dapat menagkal dan menghilangkan pengaruh berbagai macam obat

misalnya : antibotik

Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan kimia

yang bersifat racun atau karsinogenik. Dari satu batang rokok yang

dibakar/disulut, dihasilkan kira-kira 500 mg gas (92 %) dan bahan-bahan

partikel padat (8 %)/ sebagian besar fase gas adalah karbondioksida,

oksigen dan nitrogen.

Tar dalam rokok di negara-negara yang sedang berkembang cukup

tinggi. Di Cina, Indonesia dan India misalnya kandungan Tar berkisar

antara 19-33 mg, sedangkan di negara-negara industri, kandungan Tar


46

berkisar antara 0,5-20 mg. Kandungan tar dan nikotin di pasaran Inggris

dan Amerika Serikat telah menurun, sedangkan salah satu merek rokok di

Indonesia mengandung 55 mg tar/batang rokok. Tar adalah hidrokarbon

aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong dalam zat

karsinogen, yaitu zat yang meumbuhkan kanker. Kadar tar yng terkandung

dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan risiko timbulnya

kanker.

Kandungan nikotin berkisar dari < 1-3 mg, mempunyai efek

farmakologis yang mendorong faktor habituasi atau ketergantungan psikis

yang merupakan suatu sebab mengapa seorang perokok sulit untuk

berhenti merokok. Nikotin mendorong terjadinya adhesi platelet yang

diasosiasikan dengan penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Nikotin

merupakan bahan yang mempunyai aktivitas biologis yang potensial yang

akan menaikkan tingkat epinefrin dalam darah, meningkatkan tekanan

darah, menambah denyut jantung dan menginduksi vasokontriksi perifer.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil prevalensi perokok secara

nasional sekitar 27,7%. Prevalensi perokok ini khususnya laki-laki

mengalami kenaikan menjadi 54,5%. Sedangkan pada perempuan sedikit

menurun yaitu 2% pada tahun 1995 menjadi 1,2% pada tahun 2001.

Prevalensi kesehatan mantan perokok relatif kecil baik secara keseluruhan

(2,8%) maupun pada laki-laki dan perempuan (5,3%) pada laki-laki dan

0,3% pada perempuan (Anna Maria S, dkk, 2001).


47

Angka kekerapan merokok di Indonesia juga tinggi yaitu 60%-70% pada

laki – laki di perkotaan dan 80%-90 % pada laki-laki pedesaan.

Berdasarkan data WHO tahun 2002 di Indonesia menduduki urutan kelima

terbanyak dalam konsumsi 215 miliar batang rokok (Vivi, Juanita S,

2004:1).

Dari survai secara nasional juga ditemukan bahwa laki-laki remaja

banyak yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari kelompok umur

produktif adalah perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah

umur 25-29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh

lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu

rentan populasi penduduk. Sebagian perokok mulai merokok pada umur <

20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok

tiga puluh tahun atau lebih, lebih dari perokok menghisap minimal 10

batang perhari, hampir 70% perokok di Indonesia mulai merokok sebelum

mereka berusia 19 tahun (Pdpersi, 2003).

Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki

dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui

mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari

kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi

oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung

rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin

(Mangku Sitepoe, 1997:13).

a. Jenis Rokok Yang Dihisap


48

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu

tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan–bahan

lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis

rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu,

rokok pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap

(tembakau kunyah) (Mangku Sitepoe, 1997:24).

Dalam peraturan (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan

rokok bagi kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar

nikotin sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada

rokok kretek. Dan rokok kretek menggunakan tembakau rakyat. Tetapi

menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan

(Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada

rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada

rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Rokok kretek mengandung 60–

70 tembakau, sisanya 30%–40% cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh

mengandung eugenol yang dianggap berpotensi menjadi penyebab

kangker pada manusia dan terkait dengan zat kimia satrol yang menjadi

salah satu penyebab kanker ringan (Pdpersi, 2003).

Sesuai data Diperindag volume eksport rokok november 2002

mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dolar AS. Kadar nikotin yang

ada pada rokok seharusnya adalah 1,5 mg dan kadar tar sebesar 20 mg dan

menggunakan tembakau Virginia Rokok yang dihisap dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan


49

mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,

mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis

(pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Selain zat CO

merokok juga mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf

simpatis dengan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain

menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang peningkatan

tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya

adhesi trombosit ( penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin,

CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding

pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah

penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer

(G.Sianturi, 2003:12).

b. Jumlah rokok yang dihisap

jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus,

pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan

Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari

b. Perokok Sedang

Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari.


50

c. Perokok Berat

Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang (Bustan,

1997: 124). Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan

asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang

(satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok.

Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat

kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis

sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku Sitepoe,

1997:18)

c. Lama Menghisap Rokok

Menurut Bustan (1997, 124) merokok dimulai sejak umur < 10

tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin

sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect,

artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya.

Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret

dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian

bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal

merokok yang lebih dini ( Smet, Bart, 1994:293).

Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik

10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku

Sitepoe, 1997:29). Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca

digunakan . dampak rokok bukan hanya untuk perok aktif tetapi juga

perokok pasif (RuliA, Mustafa, 2005:3).


51

Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok

mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung,

impotensi dan gangguan kesuburan (Irfan, Mujiono, 2006:3).

d. Kategori Perokok

1) Perokok Pasif

Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang

tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi

manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap

perokok pasif dari pada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan

besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat

tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup

oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon

monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin

(Wardoyo, 1996:43).

2) Perokok Aktif

Menurut Bustan (1997: 86) rokok aktif adalah asap rokok yang

berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap

(mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok

serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun

lingkungan sekitar.
52

e. Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi

komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan

menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi.

Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri

dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.

Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya

bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic

hydrokarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti

tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003)

Tabel 2.4
Daftar bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok yang dihisap

No Bagian Partikel Bagian Gs

1. Tar Karbon monoksida

2. Indol Amoniak

3. Nikotin Asam hydrocyanat

4. Karbolzol Nitrogen oksida

5. Kresol Formaldehid

1) Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin

bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin


53

merupakan aikaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun.

Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi

otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan

kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan

selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai

tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini

dibuktikan dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin berhenti

merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi, 2003).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat

dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang

sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan.

Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,

menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta

ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap

dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap

batang rokok, dalamnya isapan , lamanya isapan, dan menggunakan filter

rokok atau tidak.

2) Karbon Monoksida

Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan

menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh

perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan

berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis

yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya.


54

Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%6% pada saat merokok, sedangkan

CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per

million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam

darah sejumlah 2-16% (Mangku Sitepoe, 1997:21).

3) Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin

dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik

(pembentukan kanker).

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat

karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun

sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam

penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat

menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan

kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar

masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah

dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada

permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini

bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok

berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat

mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek

karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok

hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang

digunakan bertambah banyak (Mangku Sitepoe, 1997: 25).


55

4) Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5

mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam

satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah

hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa

dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus

rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.

(Mangku Sitepoe, 1997 :25).

3. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer

akan mempengaruhi tekanan darah. Salah satunya adalah kebiasaan hidup

yang tidak baik seperti merokok.

Hipertensi sering disebut penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya (Lanny Sustrani dkk, 2004:12).

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa

dielakkan lagi bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok.

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar

terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan
56

karena gas CO yang hasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan

pembuluh darah “kramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh

darah menjadi robek (Suparto, 2000:74).

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan

langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk

miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu

pelepasan oksigen,dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau

penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian CO menurunkan

kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah sehingga

mempermudah penggumpalan darah. Selain zat CO asap rokok juga

mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan

akibat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan

oksigen jantung serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga

menggangu kerja otak, saraf dan bagian tubuh yang lain. Nikotin

mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombo

(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan

lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding endotel (dinding

dalam pembuluh darah), dan mempermudah penggumpalan darah. Akibat

penggumpalan (trombosi) akan merusak pembuluh darah perifer.

Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara

akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan
57

diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini mungkin

berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-20 pon lebih ringan

dari pada bukan perokok yang sama umurnya, tinggi badannya, jenis

kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua

kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya

tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi

satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit

berubah bila mereka berhenti merokok. Selain itu juga mengakibatkan

vasokonstriksi pembuluh darah perifer maupun pembuluh darah di ginjal

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari

akan mengakibatkan tekanan darah sistole 10-25 mgHg dan menambah

detak jantung 5-20 kali persatu menit (Mangku Sitoepoe, 1997:29).

Ada banyak alas an dan faktor yang mempengaruhi sehingga

kebiasaan merokok dapat bertahan, yaitu :

1. Pengaruh Orang Tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak

muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang

tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan

hukuman fisik yang keras lebih muda untuk menjadi perokok

disbanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga

yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang

menekankan nilai-nilai social dan agama dengan baik dengan tujuan

jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-


58

obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan

pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling

kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contok

yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali

untuk mencontohnya, kebiasaan merokok lebih banyak di temukan pada

mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single perent). Remaja akan

lebih cepat berprilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok

daripada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja

merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah

perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua

kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-

temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh

diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.

Diantar remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya

satu lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non

perokok.

3. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alas an ingin tahu

atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,

membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian

yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk


59

rokok). Orang yang memilik skor tinggi pada berbagai tes

konformitas soaial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan

dengan mereka yang memiliki skor yang rendah

4. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah jambang

kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk

mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

B. Penelitian terkait

1. Penelitian oleh Titik Haryati (2001) dengan judul karakteristik

pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai kebiasaan merokok di RW 05

Kelurahan Palasari Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi menyatakan

tingkat pengetahuan yang kurang tentang bahaya merokok, serta sikap

yang kurang mendukung terhadap prorgram-program anti rokok

memungkinkan penyakit akibat rokok kurang dari 65 responden yang

mempunyai kebiasaan merokok kurang baik sebesar 53,8% dan responden

yang mempunyai pengetahuan tentang kebiasaan merokok baik sebesar

46,2%. Responden yang mempunyai sikap positif terhadap kebiasaan

merokok sebesar 44,6% dan responden yang mempunyai sikap negatif

terhadap kebiasaan merokok sebesar 55,4%.


60

2. Rukmi (200) melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan

perilaku siswa kelas 2 SMPN 314 Jakarta Barat tentang kebiasaan

merokok tahun ajaran 2001-2002 dengan menggunakan desain penelitian

cross sectional berupa pendekatan disertai observasi pada suatu saat yang

menggambarkan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa. Sampel dipilih

berdasarkan proporsional kelas yang kemudian siswa yang menjadi

responden diambil secara random sampling sebanyak 100 orang. Alat yang

digunakan kuesioner

Penelitian tersebut mengemukakan bahwa mayoritas responden

mencoba coba untuk merokok karena sedang kesal, ingin coba-coba, ingin

tampil lebih percaya diri, ingin tampil lebih dewasa, juga memiliki latar

belakang kepribadian yang masih belum kuat (labil). Penyebab remaja

merokok yaitu karena ajakan teman sebanyak (22,2%)


61

C. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Penghasilan
- Status gizi
- Kebiasaan merokok :
- Jumlah rokok yang dihisap
- Jenis rokok yang dihisap
- Lama menghisap rokok
- Pengetahuan tentang merokok
- Sikap tentang merokok Kejadian
hipertensi
 Ringan
 Sedang -Berat
Faktor pemungkin
- Iklan
- Fasilitas dari orang tua
- pergaulan
- penghasilan

Faktor penguat
- Peraturan-peraturan tentang
merokok
- Penyuluhan tentang merokok
- Peran keluarga dalam
kebiasaan merokok
- Peran masyarakat dalam
merokok

Gambar 3.1 Kerangka Teori kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi


62

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. (Setiadi. 2007 Hal 64).

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dalam teori terkait, maka pada

BAB ini peneliti menentukan kerangka konsep penelitian yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas)

merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan variabel bebas yang artinya

bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas.

Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan.

(Notoatmodjo.2005;70)

Variabel independen yang ingin diteliti yaitu karakteristik responden

meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status gizi, olah raga, serta

kebiasaan merokok meliputi jenis rokok yang dihisap, jumlah rokok yang

dihisap, lama menghisap rokok yang akan dihubungkan dengan variabel

dependen yaitu kejadian hipertensi


63

Variabel Independent ( X ) Variabel Dependent ( Y )

Karaktesitik individu
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Penghasilan
- Status gizi
- Olah raga Hipertensi
 Ringan
 Sedang-
berat
Kebiasaan merokok
- Jumlah rokok yang dihisap
- Jenis rokok yang dihisap
- Lama menghisap rokok

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan


Kejadian Hipertensi
64

B. Definisi Opersional

No Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala


Operasional

1. Dependent
Ordinal
a. Hipertensi Responden laki- spygmomanometer 1. Ringan
laki yang berumur S = 140-160
25 tahun ke atas mmHg
dengan tekanan D = 90-100
darah sistolik ≥ mmHg
140 mmHg dan 2. Sedang-berat
diastolik ≥ 90 S > 160
mmHg mmHg
D > 100
mmHg
2 Independent
1. 25-40 th
a. Umur Umur responden kuesioner 2. > 40 th Ordinal
yang berusia di
atas 25 tahun saat
dilakukan
penelitian
merupakan selisih
antara tahun
penelitian dengan
tahun kelahiran
responden
b. Tingkat Jenjang Kuesioner 1. Rendah Ordinal
Pendidikan pendidikan formal ( tidak
yang sudah sekolah,tama
ditempuh oleh t SD, tamat
responden yang SMP)
berusia diatas 25 2. Tinggi
tahun ( tamat
SMA,
diploma,
sarjana)
c. Pekerjaan Mata pencaharian Kuesioner 1. Non Swasta Ordinal
responden untuk 2. Swasta
membiayai seluruh
65

anggota keluarga
d. Penghasilan Jumlah pendapatan Kuesiober 1. Lebih tinggi Ordinal
yang dihasilkan dari UMR
oleh responden (upah
perbulan minimum
regional)
2. Lebih rendah
dari UMR)

f. BB f. status Konsumsi Kuesioner, 1. IMT ≤ 25 Ordinal


gizi makanan pada Timbangan BB, 2. IMT ≥
seseorang yang alat ukur TB 25
dapat menentukan
tercapainya
kesehatan

g. Olahraga Olahraga Aktivitas Kuesioner 1. teratur Ordinal


fisik yang 2. tidak teratur
dilakukan oleh
seseorang yang
akan membuat
tubuh sehat
h. Kebiasaan Seseorang Kuesioner 1. Sering jika Ordinal
merokok : dikatakan perokok skor
jika telah responden ≥
menghisap mulai median
dari sebatang dan 2. Jarang jika
terus-menerus skor
setiap hari responden ≤
median

- Jumlah adalah banyaknya Kuesioner 1. Perokok Ordinal


rokok yang rokok yang dihisap ringan < 10
dihisap penderita perhari batang
perhari
2. Perokok
sedang 10-20
batang
perhari
3. Perokok berat
rokok > 20
66

batang
perhari Nominal

- Jenis Kebiasaan jenis Kuesioner 1. Kretek


rokok yang rokok yang dhisap (cerutu,dji
dihisap oleh responden sam soe)
2. Filter
(Marlboro,ar
dat)

- Lama Adalah waktu Kuesioner 1. menghisap Ordinal


menghisap pertama kali rokok < 10
rokok meroko sampai tahun
waktu penderita 2. menghisap
terdiagnosis rokok > 10
sebagai penderita tahun
atau bukan
penderita

C. Hipotesis penelitian

Pada hakikatnya hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan

dugaan, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis itu dapat

benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. (Notoatmodjo,2005;72)

1. Ha

a. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut

Kecamatan Limo Kota Depok.


67

2. Ho

a. Tidak ada hubungan karakteristik dengan kejadian hipertensi pada laki-

laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo

Kota Depok

b. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 Kelurahan

Krukut Kecamatan Limo K


68

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan cara pengumpulan

data, serta pengolahan dan analisa data.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui “hubungan kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertrnsi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas dir RW 03

Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok. jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif analitik, dengan desain cross sectional, dimana variabel

tersebut menyangkut variabel bebas dan variabel terikat, yang akan

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Variabel yang diteliti adalah

variabel independent meliputi umur, tingkat pendidikan, penghasilan,

pekerjaan, status gizi, olahraga dan kebiasaan merokok yang meliputi antara

lain jenis rokok yang dihisap, jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap

rokok, dan dependent meliputi kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25

tahaun ke atasdi Krukut Kecamatan Limo Kota Depok.

Keuntungan metode cross sectional ini adalah lebih efisien karena tidak

memerlukan tindak lanjut.


69

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kelurahan Krukut Kecamatan Limo kota Depok.

Waktu penelitian dari bulan mei sampai minggu pertama bulan juni 2009.

C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiono,

2005:75). Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga di kelurahan

krukut, kecamatan limo, kota depok. Yang berjumlah 794 orang, (berdasarkan

laporan jumlah penduduk bulan maret 2009 di RW 03 kelurahan krukut,

kecamatan limo, kota depok)

Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (notoatmodjo,2002:75).

Penelitian ini menggunakan teknik purposive Sampling yaitu sampel yang

diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil

sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu

tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Jenis

sampling yang digunakan adalah aksidental sampling yaitu cara pengambilan

sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu. Dalam penelitian ini

apabila dijumpai responden langsung dijadikan sampel. Jumlah sampel pada

penelitian ini adalah 265 orang. Besar sampel yang dipakai dengan

menggunakan rumus penelitian deskriftif dimana rumus ini dipakai jika


70

jumlah populasi lebih kecil dari 10.000. rumus yang digunakan yaitu sebagai

berikut (setiadi,2007)

Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

penghimpunan sampel

n=

n=

n=

n= 265

Untuk mencegah terjadinya drop out maka sampel di tambah 10%

dari jumlah sampel. Jadi jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 290
71

responden. Karena di RW 03 terdapat 3 RT maka Jumlah sampel tiap-tiap

RT di RW 03 kelurahan Krukut kecamatan Limo Depok adalah:

Tabel 4.1

Rekapitulasi jumlah penduduk masing-masing RT

Jumlah RT Jumlah Perhitungan Jumlah


penduduk sampel
1 373 373/794x290 136
2 202 202/794x290 73
3 219 219/794x290 79

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 265 klien

responden berdasarkan jumlah populasi 794 orang klien lansia di RW 03

kelurahan Krukut kecamatan Limo Depok, penelitian ini menggunakan

rumus untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 (Noto Atmodjo,

2005). Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria :

1. Jenis kelamin laki-laki

2. Umur saat penelitian 25 tahun atau lebih

3. Klien bersedia menjadi responden

4. Klien dengan kesadaran komposmentis

D. Cara Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :


72

1. Pengambilan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan melakukan

pendekatan, persetujuan dari calon untuk mencapai responden

2. Responden diberikan penjelasan tentang tujuan dilakukannya penelitian

dan manfaat hasil penelitian.

3. Dilakukan pemeriksaan dan pencatatan tekanan darah responden oleh

peneliti.

4. pengumpulan data dengan cara menbagikan keusioner secara langsung

dilakukan oleh peneliti dan selama pengisian kuesioner penelitin

pendampingi responden yang dapat membaca dan menulis dan

menanyakan langsung kepada responden yang buta huruf

5. Pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner secara langsung

dilakukan oleh peneliti dan selama pengisian kuesioner peneliti

mendampingi responden yang dapat membaca dan meulis dan menayakan

kepada responden yang buta huruf. data primer didapat dari hasil

pemeriksaan tekanan darah dan pengisian kuesioner yang berisi tentang

umur, pendidikan, status gizi, olahraga, kebiasaan merokok meliputi jenis

rokok yang dihisap, jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap rokok.

6. Setelah semua pertanyaan terjawab lembar kuesioner dikumpulkan

kembali oleh peneliti.

7. Analisa data

E. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa Sphygmomanometer,

dan kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diminta


73

memberi tanda (√) sesuai dengan data. Isi kuesioner ini terdiri dari dua bagian

yaitu :

1. Data demografi responden meliputi umur, pekerjaan, tingkat pendidikan,

penghasilan, pekerjaan, status gizi.

2. Pertanyaan tentang hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di kelurahan krukut

kecamatan Limo Kota Depok yang dikembangkan berdasarkan definisi

operasional

F. Validitas Dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur ini benar-benar

mengukur apa yang diukur(seokidjo, 2005 : 129. Uji Validitas dilakukan

sebelum kuesioner disebarkan kepada responden penelitian, dengan cara uji

coba terhadap 30 orang diluar responden yang telah ditentukan dan memiliki

karakteristik sama dengan sampel penelitian, tujuan uji coba ini untuk

mengetahui pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner tersebut dapat

dimengerti atau tidak oleh responden.

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi Product moment,

dengan Rumus:
74

Keterangan :

r = Koefisien validitas item yang dicari

n = Jumlah responden

Xi = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

Yi = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

∑Xi = Jumlah skor dalam variabel X

∑Yi = Jumlah skor dalam variabel Y

∑Xi2 = Jumlah kuadrat masing – masing skor X

∑Yi2 = Jumlah kuadrat masing – masing skor Y

∑XiYi = Jumlah perkiraan variabel XY

Jika menggunakan SPSS maka nilai korelasi person yang di lihat , setelah

memasukan skor pertanyaan misalnya dengan menggunakan skor 1-0 atau

dengan 1,2,3,4. kemudian dilihat nilai r korelasi personnya sebagai berikut :

Nilai r antara : 0,80-1,00 mempunyai kevalitan dengan korelasi sangat

tinggi

0,60-0,79 mempunyai kevalitan dengan korelasi tinggi

0,40-0,59 mempunyai kevalitan dengan korelasi sedang/moderat

0,20-0,39 mempunyai kevalitan dengan korelasi rendah

0,01-0,19 mempunyai kevalitan yang sangat rendah

2. Uji Reliabilitas
75

Adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda.

untuk menguji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach’s ( ) merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes atau

angket yang paling sering digunakan oleh karena dapat digunakan pada

tes atau angket-angket yang jawaban atau tanggapan berupa pilihan,

pilihannya dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih. Cronbach’s Alpha

diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

r = Koefisien reabilitas yang di cari

k= Jumlah butir pertanyaan (soal)

= Variance butir pertanyaan

= Variance skor test

∑Xi = Jumlah skor jawaban subyek untuk butir prtanyaan ke-n

Table 4.2
Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat reliabilitas


76

<0,59 Reliabilitas rendah

0,60 – 0.89 Reliabilitas sedang

0,90 – 1.00 Reliabilitas tinggi

Dalam penelitian ini setelah kuesioner disebarkan pada uji coba

selanjutnya hasil tersebut diolah dengan metode SPSS versi 16,0. dari hasil uji

kuesioner maka dapat ditentukan berapa pertanyaan dikurangi atau

disesuaikan.

G. Kuesioner ( terlampir )

H. Pengolahan Data

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data

(setiadi,2007:1880) yaitu :

1. Editing yaitu mencakup tentang kualitas isian dalam alat pengumpulan

data dan memeriksa kelengkapan isian dari lembar observasi, apabila tidak

lengkap diperbaiki dan mengulang pengumpulan data terhadap responden

tersebut.

2. Coding yaitu member kode untuk jawaban menggunakan huruf dan angka

yang telah ditentukan.

3. Entry Data yaitu jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian

dimasukan dalam table dengan menghitung frekuensi data. memasukan

data boleh dengan cara manual atau pengolahan computer.

4. Cleaning Data yaitu data yang telah dientry dicek kembali untuk

memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan, baik


77

kesalahan dalam pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode,

dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk

dianalisa.

5. Mengeluarkan Informasi yaitu disesuaikan dengan tujuan penelitian

yang dilakukan.

6. Tabulasi Langsung yaitu system pengolahan data yang langsung di

tabulasi oleh kuesioner. ini merupakan metode yang paling sederhana bila

dibandingkan dengan metode lain. tabulasi ini dilakukan dengan

memasukan data dari kuesioner kedalam kerangka table yang sudah

disiapkan, tanpa proses perantara yang lain. tabulasi langsung biasanya

dikerjakan dengan system taly yaitu cara menghitung data menurut

klasifikasi yang telah ditentukan. cara lain adalah kuesioner

dikelompokkan menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung

jumlahnya lalu dimasukan kealam table yang sudah disiapkan. dengan cara

ini kemungkinan salah karena lupa dapat diatasi. kelemahannya adalah

pengaturan menjadi rumit bila jumlah klasifikasi dan sampelnya besar.

7. Computer yaitu untuk mengolah data dengan computer, peneliti telebih

dahulu perlu melakukan program tertentu, baik yang sudah tersedia

maupun program yang sudah disiapkan secara khusus dapat ditambahkan

bahwa dalam ilmu-ilmu sosial banyak sekali digunakan program SPSS

( Statistical Package for social Sciences). dengan menggunakan program

tersebut dapat dilakukan tabulasi sederhana. tabulasi silang, regresi.

korelasi, analisis factor dan berbagai tes statistic. tabulasi menggunakan


78

computer jauh lebih mudah sesudah ada paket program, sepertio program

SPSS ( Statistical Package for social Sciences). yang disebut diatas

I. Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan

hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. desain penelitian ini

adalah deskriftif analitik melalui pendekatan cross sectional dengan metode

analisa data secara kuantitatif.

Proses pengolahan data dilakukan dengan;

a. Analisis univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi setiap variabel

baik independen meliputi kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

antra lain : Karakteristik individu yang meliputi umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, status gizi, olahraga, kebiasaan merokok meliputi

jenis rokok yang dihisap, jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap

rokok Sedangkan variabel dependen yaitu kejadian hipertensi pada laki-

laki usia 25 tahun ke atas di RW 03 kelurahan krukut kecamatan limo

kota depok. Gambaran yang didapat akan dimasukan kedalam tabel

frekuensi dan akan digunakan untuk uji chi square. Tabel frekuensi pada

analisa ini bertujuan untuk menggambarkan responden sesuai karakteristik

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mendapat gambaran hubungan

secara statistik antara variabel independen dengan dependen yaitu :


79

1) uji chi square melalui bantuan computer program windows SPSS

( Statistic Program For Social Sciences). Dengan rumus sebagai

berikut:

Rumus uji chi square:

Keterangan :

X = nilai chi square

∑ = penjumlah

0 = Frekuensi pengamatan untuk tiap katagori

E = Frekuensi yang duharapkan untuk tiap katagori

Kategori

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistic digunakan

batas kemaknaan 0,05. Penolakan terhadap hipotesa apabila p <

0,05 ( ada perbedaan atau ada hubungan yang bermakna),

sedangkan penerimaan terhadap hipotesa apabila nilai p > 0,05

( tidak ada perbedaan atau tiada ada hubungan yang bermakna).

2) Ood ratio (OR)

Hasil dari uji chi square hanya dapat menyimpulkan ada

atau tidaknya perbedaan proporsi antara kelompok.dengan

demikian, uji chi square tidak mengetahui kelompok mana yang

memiliki resikolebih besar disbanding kelompok lain ( hastono,

2001). Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan desain cross

sectional, maka akan mengetahui derajat hubungan dua variabel


80

digunakan ood ratio (OR), Nilai OR merupakan nilai ekstimasi untuk

terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya variable independent,

perubahan satu unit variable independen akan menyebabkan perubahan

sebesar nilai OR pada variable independen. Estimasi confidence interval

( CI ) OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

interpretasi odds ratio adalah sebagai berikut :

OR = 1 ; artinya tidak ada hubungan

OR < 1 ; artinya tidak ada efek proteksi atau perlindungan

OR > 1 ; artinya sebagai factor resiko

analisis bivariat dalam penelitian ini meliputi variabel :

a. Hubungan karakteristik individu (umur, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, status gizi, olahraga, dengan kejadian hipertensi

b. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

J. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan

pengantar dari fakultas ilmu ilmu kesehatan, program studi ilmu keperawatan

dengan menyerahkan surat kepada ketua kelurahan dan ketua RW 03, untuk

mendapatkan persetujuan penelitian bagi warga di kelurahan tersebut yang

bersangkutan. Setelah mendapatkan persetujuan baru melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika meliputi:

a. Lembar persetujan penelitian


81

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang

akan terjadi selama dalam pengumpulan data. jika responden bersedia

diteliti, mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika

tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

b. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencatumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

yang diisi oleh subjek. lembar tersebut diberi kode tertentu.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin

kerahasiaannya. hanya kelompok data tertentu saja data yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

K. Keterbatasan

Dalam penelitian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh

peneliti adalah :

1. Kemampuan peneliti masih kurang karena peneliti masih termasuk taraf

pemula sehingga hasil dari penelitian masih banyak kekurangan

2. Jumlah sampel belum cukup untuk generalisasi sehingga hasilnya

kurang representative.
82

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Metode Analisa Data

Data hasil penelitian ini dikumpulkan dari sebanyak 265 responden di

RW 03 kelurahan krukut kecamatan limo kota depok yang memenuhi syarat

Kriteria sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan selama 4 minggu

yaitu minggu keempat bulan mei sampai minggu keempat bulan juni 2009.

Hasil penelitian ini meliputi gambaran umum wilayah penelitian, data

demografi , kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Untuk mempermudah dalam analisis data , maka semua data yang

terkumpul diklasifikasikan dan di tabulasi menurut variabelnya. Dari hasil

tabulasi data kemudian dapat disajikan dalam bentuk diagram dan tabel.

Analisa data dilakukan secara deskriptif , analisa deskriftif bertujauan


83

melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau

bidang tertentu. Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat dan

analisa bivariat.

B. Gambaran Umum Wilayah penelitian

Kelurahan Krukut merupakan salah satu dari delapan kelurahan yang

ada di Kecamatan Limo Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Terbagi menjadi 8

Rukun Warga dan 33 Rukun Tetangga.

Kelurahan Krukut memiliki luas 269,5 Ha dan berada pada bagian

timur wilayah Kecamatan Limo. Pada bagian selatan Kelurahan Krukut

berbatasan dengan Kelurahan Grogol, bagian barat berbatasan dengan

Kelurahan Limo, bagian utara berbatasan dengan Kelurahan Gandul.

Sementara bagian timur Kelurahan Krukut berbatasan dengan wilayah DKI

Jakarta. Dengan demikian Kelurahan Krukut menjadi salah satu kelurahan di

Kota Depok yang berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta.

Jarak kantor kelurahan ke ibukota kecamatan, kantor walikota depok,

kantor provinsi dan ibu kota negara Jakarta sebagai berikut:Jarak dari pusat

pemerintahan ke ibukota kecamatan 5 Km, Jarak dari pusat pemerintahan ke

kota Depok 6 Km, Jarak dari pusat pemerintah an ke provinsi 157 Km Jarak

dari pusat pemerintahan ke ibu kota negara 25 Km.

Adapun keadaan penduduk kelurahan krukut pada akhir bulan

Desember 2008 sebagai berikut: Jumlah penduduk 13.311 jiwa, Terdiri atas:

Jumlah penduduk laki-laki 6.736 jiwa , Jumlah penduduk perempuan 6.575

jiwa , Jumlah kepala keluarga 3.239 jiwa


84

RW 03 kelurahan krukut kecamatan limo kota depok merupakan

wilayah pengembangan dan sebagian besar penduduknya

bermatapencaharian sebagai wiraswasta. adapun jumlah penduduk di RW 03

yaitu 794 orang dengan jumlah 228 kepala keluarga. Dimana di RW 03

terdapat 3 RT adapun jumlah penduduk di masing-masing RT yaitu: RT 01

sebanyak 373 orang, RT 02 sebanyak 202 orang dan RT 03 sebayak 219

orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya rata-rata penduduk di RW 03

kelurahan krukut mempunyai tingkat pendidikan rendah dan tinggi,

didapatkan data bahwa sebanyak 128 atau (48 %) memeiliki pendidikan

rendah yaitu tidak sekolah atau tidak lulus SD, tamatan SD dan SMP

sedangkan 137 responden atau (52 %) memiliki pendidikan tinggi yaitu

merupakan tamatan perguruan tinggi/Akademi.

Berdasarkan pekerjaannya sebagian besar penduduk di RW 03

kelurahan krukut adalah dapat sebanyak 240 responden atau (91%) swasta

yang terdiri dari, petani, pedagang, buruh, pegawai swasta sedangkan Non

swasta 25 orang atau (9%) yaitu PNS/TNI/POLRI.

Jenis sarana kesehatan di wilayah RW 03 tidak terdapat sarana

kesehatan sehingga warga diwilayah tersebut menggunakan fasilitas

kesehatan yang berada di wilayah lain namun dapat dijangkau dengan mudah.
85

C. karakteristik Responden

1. Umur Responden

Diagram 1
Distribusi Umur Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut
Kecamatan Limo Kota Depok tahun 2009

Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak 265

responden setelah d kategorikan menjadi dua di dapatkan responden yang

berumur 25-40 tahun sebanyak 113 responden atau (43 %) dan sebanyak

152 responden atau (57%) responden yang berumur > 40 tahun

2. Pendidikan Responden

Diagram 2
86

Distribusi Pendidikan Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut


Kecamatan Limo Kota Depok

Diagram diatas menunjukkan berdasarkan tingkat pendidikan responden

hipertensi di 03 Kelurahan Krukut didapatkan data bahwa sebanyak 128

atau (48 %) memeiliki pendidikan rendah yaitu tamatan SD dan SMP

sedangkan 137 responden atau (52 %) memiliki pendidikan tinggi yaitu

merupakan tamatan SMA dan perguruan tinggi/Akademi. Jadi persentasi

responden yang berjumlah tinggi dan rendah tidak berbeda.

3. Pekerjaan Responden

Diagram 3
Distribusi Pekerjaan Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut
Kecamatan Limo Kota Depok

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa pekerjaan responden di

RW 03 Kelurahan Krukut setelah di kategorikan menjadi dua di dapat

sebanyak 240 responden atau (91%) swasta (pedagang, buruh, pegawai


87

swasta, petani) sedangkan Non swasta sebanyak 25 responden atau (9%)

yaitu PNS/TNI/POLRI.

4. Penghasilan Responden

Diagram 4
Distribusi Penghasilan Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan
KrukutKecamatan Llimo Depok

Diagram diatas menunjukkan distribusi responden menurut penghasilan.

Dimana sebanyak 244 responden atau (92%) memiliki penghasilan >

500rb/bln sedangkan sebanyak 21 atau (8%) memiliki penghasilan <

500rb/bln.

5. IMT Responden

Diagram 5
Distribusi IMT Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut
Kecamatan Limo Kota Depok
88

Dari Diagram diatas menunjukkan bahwa diperoleh bahwa sebanyak 256

responden atau (97%) memiliki IMT < 25, sedangkan 9 responden atau

(3%) memiliki IMT > 25.

1. Analisa Univariat

1. Kebiasaan Merokok

Diagram 6
Distribusi berdasarkan merokok atau tidak pada Responden Hipertensi
di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Llimo Depok

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa dari 265 responden terdapat 256

responden atau (97%) yang menjawab Ya sekarang masih merokok, sedangkan

sebanyak 9 responden atau (3%) yang menjawab Tidak.

Diagram 7
Distribusi berdasarkan lama merokok pada Responden Hipertensi di RW 03
Kelurahan KrukutKecamatan Llimo Depok
89

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa dari 265 responden terdapat 255 atau

(96%) yang menjawab lebih dari 3 tahun merokok, sedangkan sebanyak 10

responden atau (4%) yang menjawab kurang dari 3 tahun.

Diagram 8
Distribusi berdasarkan umur mulai merokok pada Responden
Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo Depok

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa dari 265 responden terdapat 259 atau

(98%) menjawab lebih 10 tahun umur saat pertma kali mencoba merokok,

sedangkan 6 responden atau (2%).yang menjawab kurang dari 10 tahun

Diagram 9
Distribusi berdasarkan jumlah rokok pada Responden
Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo Depok
90

Dari diagram diatas menunnjukkan bahwa 265 responden terdapat 197

atau 74% yang menjawab lebih dari 10 btg/hari merokok setiap hari,

sedangkan 68 responden atau (26%). yang menjawab kurang dari 10

btg/hr.

Diagram 10
Distribusi berdasarkan jenis rokok pada Responden Hipertensi di RW 03
Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa dari 265 responden

terdapat 31 orang atau (12%) yang memilih jenis rokok kretek sedangkan

234 orang atau (88%) memilih jenis rokok filter.

Diagram 11
Distribusi berdasarkan berhenti merokok pada Responden Hipertensi di RW
03Kelurahan KrukutKecamatan Limo Kota Depok
91

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari 265 responden terdapat 93

atau (35%) yang menjawab Ya dalam 6 bln terakhir pernah berhenti

ngerokok, sedangkan 172 orang atau (65%). yang menjawab Tidak

Diagram 12
Distribusi berdasarkan pernah atau tidak mengalami gangguan kesehatan
pada Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo
Kota Depok

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari 265 responden terdapat 64

orang atau 24% menjawab Ya pernah mengalami gangguan kesehatan

selama merokok, sedangkan sebanyak 201 orang atau (76% ).yang

menjawab Tidak. Hal ini menunjukakan bahwa sebagian besar responden

yang merokok tidak mengalami gangguan kesehatan.


92

Diagram 13
Distribusi berdasarkan biasa atau tidak merokok dirumh pada Responden
Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 231

orang atau (87%) yang menjawab Ya biasa merokok dalam rumah ketika

bersama keluarga, sedangkan sebanyak 34 orang atau (13%). yang

menjawab tidak.

Diagram 14
Distribusi berdasarkan ada atau tidak keluarga merokok Responden
Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 222

orang atau (84%) yang menjawab Ya keluarga dalam ada yang merokok,

sedangkan sebanyak 43 orang atau (16%). yang menjawab Tidak

Diagram 15
Distribusi berdasarkan ada atau tidak orang-orang merokok
pada Responden Hipertensi di RW 03 KelurahanKrukut
93

Kecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 255

orang atau (96%) yang menjawab Ya orang-orang di sekitar responden

merokok, sedangkan 10 orang atau (4%).yang menjawab Tidak. Jadi

sebagian besar responden orang-orang di sekitar responden adalah

merokok.

Diagram 16
Distribusi berdasarkan pengetahuan tentang bahaya merokok
pada Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut
Kecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 256

orang atau (95%) yang menjawab Ya mengetahui bahaya rokok terhadap

lingkungan sekitar, sedangakan13 orang atau (5%). yang menjawab tidak.

Diagram 17
Distribusi berdasarkan pengetahuan tentang bahan rokok pada Responden
Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo Kota Depok
94

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 250

orang atau (94%) yang menjawab Ya mengetahui bahan yang terkandung

dalam rokok, sedangkan sebanyak 15 orang atau (6%). yang menjawab

tidak.

Diagram 18
Distribusi berdasarkan Merokok 13 Responden Hipertensi di RW 03
Kelurahan KrukutKecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menyatakn 265 responden terdapat 261 orang atau

(98%) yang menjawab Ya responden mengetahui merokok bisa

menyebabkan serangan jantung atau hipertensi, sedangkan sebanyak 15

orang atau (6%).yang menjawab Tidak. Jadi hampir semua seluruh

responden menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit

jantung atau hipertensi.


95

Diagram 19
Distribusi kebiasaan merokok Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan
KrukutKecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 40 orang

atau (15%) yang memiliki kebiasaan merokok jarang, sedangkan sebanyak

225 orang atau (85%) yang memiliki kebiasaan merokok sering.

2. Kejadian Hipertensi

Diagram 20
Distribusi berdasarkan ya atau tidak memeriksakan tekanan darah pada
Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Limo Depok
96

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 265

orang atau (100%) yang menjawab Ya pernah memeriksakan tekanan

darah, sedangkan 0 atau (0%) responden yang menjawab Tidak.

Diagram 21
Distribusi berdasarkan pemeriksaan tekanan darah terdahulu
pada Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut
Kecamatan Limo Kota Depok

Dari diagram di atas menyatakan bahwa 265 responden terdapat 155 atau

(58%) yang menjawab tekanan darah > 140/100 mmHg pada pemeriksaan

tekanan darah sebelumnya, sedangkan sebanyak 110 atau (42%) yang

menjawab tekanan darah < 140/100 mmHg.

Diagram 22
Distribusi berdasasarkan pemeriksaan tekanan darah saat ini pada
Hipertensi Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan
Limo Kota Depok
97

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa 265 responden terdapat 107

orang atau (40%) yang menjawab tekanan darah < 140/100 mmHg pada

saat sekarang sedangkan sebanyak 158 orang atau (60%) yang menjawab

tekanan darah > 140/100 mmHg.

Diagram 23
Distribusi berdasarkan ya atau tidak mengalami sakit kepala
padaResponden Hipertensi di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo
Depok

Dari diagram di atas menyatakan bahwa 265 responden terdapat 224 orang

atau (85%) yang menjawab Ya sering merasakan sakit kepala tanpa di

ketahui, sedangkan sebanyak 41 orang atau (15%).yang menjawab Tidak.

Diagram 24
Distribusi berdasarkan ya atau tidak mengalami perdarahan hidung
pada Responden Hipertensi di RW 03 Kelurahan
KrukutKecamatan Kota Llimo Depok
98

Dari diagram di atas menyatakn bahwa 265 responden terdapat 19 orang

atau (7%) yang menjawab Ya pernah mengalami perdarahan hidung

(mimisan), sedangkan 93 orang atau (93%).yang menjawab Tidak.

Diagram 25
Distribusi berdasarkan ya atau tidak merasakan pandangan kabur pada
Responden Hipertensi di RW 03Kelurahan KrukutKecamatan Limo Kota
Depok

Dari diagram di atas menyatakan bahwa 265 responden terdapat 213 atau

(80%) yang menjawab Ya pernah merasakan pandangan kabur, sedangkan

sebanyak 52 atau (20%).ang menjawab Tidak.

Diagram 26
Distribusi Hipertensi ya atau tidak merasa emosi atau sulit
mengendalikan amarah pada Responden Hipertensi di RW 03
Kelurahan KrukutKecamatan Llimo Depok
99

Dari diagram di atas menyatakan bahwa 265 responden terdapat 93 orang

atau (35%) yang menjawab Ya tentang sering merasa cepat emosi atau

sulit mengendalikan diri, sedangkan sebanyak 172 atau (65%). yang

menjawab Tidak.

Diagram 27
Distribusi berdasarkan kejadian Hipertensi pada Responden Hipertensi di
RW 03 Kelurahan KrukutKecamatan Llimo Depok

Dari diagram di atas menyatakan bahwa 265 responden terdapat 45 orang

atau (17%) menderita hipertensi ringan, sedangkan sebanyak 220 atau

(83%).yang menderita hipertensi ringan-berat.

Diagram 28
Distribusi berdasarkan Olah raga pada Responden Hipertensi di RW 03
Kelurahan KrukutKecamatan Llimo Depok
100

Dari diagram di atas menyatakan bahwa 265 responden terdapat 265 atau

(100%) menjawab sering melakukan olahraga sedangkan 0 atau (0%)

yang menjawab jarang.

D. Analisa Bivariat
1. Hubungan jenis rokok dengan kejadian hipertensi
Tabel 5.1
Disrtibusi hubungan jenis rokok dengan kejadian hipertensi pada
usia 25 th keatas di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo
Kota Depok

Jenis Kejadian hipertensi Total OR (95% P-


rokok (tekanan darah) CL) value

< 140/100 >140/100


mmHg mmHg
N % N % N %
Kretek 6 19,4 25 80,6% 31 100 1,200 0,904
% (0,462-
Filter 39 16,7 195 83,3% 234 100 3,119)
%
Jumlah 45 17,0 220 83,0% 265 100
%

Dalam penelitian ini jenis rokok dibagi menjadi dua kategori yaitu jenis rokok

kretek dan jenis rokok filter. Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa responden yang
101

memilih jenis rokok kretek yang tekanan darahnya < 140/100 mmHg sebanyak 6

responden atau (19,4%) dan sebanyak 25 responden atau (80,6%) memiliki

tekanan darah > 140/100 mmHg di mana memilih jenis rokok kretek, sedangkan

sebanyak 39 responden atau (16,7%) memilih rokok jenis filter tekanan darahnya

< 140/100 mmHg dan sebanyak 195 responden atau (83,3%) memilih rokok filter

tekanan darahnya > 140/100 mmHg. Dari uji statistic didapatkan P-value = 0,904,

ini berarti P > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidaka ada hubungan yang

bermakna antara jenis rokok dengan kejadian hipertensi.

2. Hubungan jumlah rokok dengan kejadian hipertensi


Tabel 5.2
Disrtibusi hubungan jumlah merokok dengan kejadian hipertensi
pada usia 25 th keatas di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan
Limo Kota Depok

Jumlah Kejadian hipertensi Total OR (95% P- value


rokok (tekanan darah) CL)

< 140/100 >140/100


mmHg mmHg
N % N % N %
>10 btg/hr 31 15,7% 166 84,3% 197 100 0,720(0,3 0,464
57-1,453)
< 10 btg/hr 14 20,6% 54 79,4% 68 100

Jumlah 45 17,0% 220 83,0% 265 100

Dalam penelitian ini jumlah rokok yang di konsumsi oleh

responden di bagi menjadi dua kategori yaitu jumlah rokok lebih dari 10
102

batang per hari dan jumlah rokok kurang dari 10 batang per hari. Dari

table di atas dapat di lihat bahwa jumlah rokok lebih dari 10 batang per

hari yang tekanan darahnya < 140/100 mmHg sebanyak 31 responden atau

(15,7%) dan sebanyak 166 atau (84,3%) memiliki tekanan darah >

140/100 mmHg dimana responden mengkonsumsi jumlah rokok lebih dari

10 batang per hari, sedangkan sebanyak 14 responden atau (20,6%)

mengkonsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari tekanan darahnya <

140/100 mmHg dan sebanyak 54 responden atau (79,4%) mengkonsumsi

rokok kurang dari 10 batang per haritekanan darahnya > 140/100 mmHg.

Dari uji statistik di dapatkan P-value = 0,464, ini berarti P-value > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi.

3. Hubungan lama rokok dengan kejadian hipertensi


Tabel 5.3
Disrtibusi hubungan jenis rokok dengan kejadian hipertensi pada
usia 25 th keatas di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo
Kota Depok

Lama Kejadian hipertensi Total OR (95% P-


merokok (tekanan darah) CL) value

< 140/100 >140/100


mmHg mmHg
N % N % N %
>3 tahun 40 15,7% 215 84,3% 255 100 0,186 0,016
(0,051-
< 3 tahun 5 50,0% 5 50,0% 10 100 0,672)

Jumlah 45 17,0% 220 83,0% 265 100


103

Dalam penelitian ini lama merokok responden di bagi menjadi 2

kategori yaitu lama merokok lebih dari 3 tahun dan lama merokok kurang

dari 3 tahun. Dari table di atas dapat di lihat bahwa lama merokok lebih

dari 3 tahun yang tekanan darahnya < 140/100 mmHg sebanyak 40

responden (15,7%) dan sebanyak 215 responden atau (84,3%) memiliki

tekanan darah > 140/100 mmHg dimana mempunyai lama merokok lebih

dari 3 tahun, sedangkan sebanyak 5 responden atau (50,0%) memiliki lama

merokok kurang dari 3 tahun tekanan darahnya < 140/100 mmHg dan

sebanyak 5 responden atau (50,0%) memiliki lama merokok tekanan

darahnya > 140/100 mmHg. Dari uji statistik di dapatkan P-value 0,016,

ini berarti P < 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan

antara lama merokok dengan kejadian hipertensi. Dari nilai OR ( 95%

CL : 0,051-0672). Dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki

lama merokok lebih dari 3 tahun berisiko

4. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi


Table 5.4
Disrtibusi hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada
usia 25 th keatas di RW 03 Kelurahan Krukut
Kecamatan Limo Kota Depok

Kebiasaan Kejadian hipertensi Total OR (95% P- value


merokok (tekanan darah CL)

< 140/100 >140/100


mmHg mmHg
N % N % N %
Jarang 12 30,0% 28 70,0% 40 100 2,494( 1,1 0,031
104

54-5,388
Sering 33 14,7% 192 85,3% 225 100

Jumlah 45 17,0% 220 83,0% 265 100

Dalam penelitian ini kebiasaan merokok responden terdiri dari dua

kategori yaitu jarang dan sering. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebiasaan

merokok jarang yang memiliki tekanan darah < 140/100 mmHg sebanyak 12

responden atau 30,0% dan sebanyak 28 responden atau 70,0% yang memiliki

kebiasaan merokok jarang, tekanan darahnya > 140/100 mmHg sedangkan

responden yang memiliki kebiasaan merokok sering dimana tekanan darahnya <

140/100 mmHg sebanyak 33 responden atau 14,7% dan sebanyak 192 responden

atau 85,3% memiliki kebiasaan merokok sering tekanan darahnya > 140/100

mmHg. Dari hasil uji statistik di dapatkan P-value = 0,031. Ini berarti P-value <

0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara

statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Dari nilai OR

(95% CL: 1,154-5,388) dapat di simpulkan bahwa responden yang memiliki

kebiasaan merokok sering beresiko 2,294 kali lebih sering menderita hipertensi di

bandingkan dengan responden yang kebiasaan merokok jarang.


105

BAB VI

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang di bahas dalam bab ini terbatas pada hubungan

(variabel independen) yaitu: karakteristik individu meliputi umur, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, status gizi, olahraga) kebiasaan merokok meliputi jenis

rokok yang di hisap, jumlah rokok yang di hisap, lama menghisap rokok dengan

kejadian hipertensi (variabel dependen) pada usia 25 tahun keatas di RW 03

Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok.

A. Analisa Univariat
106

1. Umur

Dari hasil penelitian di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo

Kota depok. Dan diperoleh data bahwa dari jumlah responden sebanyak

265 yang berumur 25 tahun ke atas sebanyak 113 responden atau (43%),

dan responden yang berumur lebih dari 40 sebanyak 152 tahun atau (57%).

Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden hipertensi di

RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota depok, berumur antara

25 sampai 40 tahun ke atas. Data ini sama dengan data laparon jumlah

penduduk di RW 03 Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok pada

bulan Desember tahun 2008. Dimana jumlah penduduk yang berumur 25

sampai 40 tahun di RW 03 sebanyak 298 jiwa proporsi ini lebih besar jika

dibandingkan dengan proporsi penduduk yang berumur lebih dari 44 tahun

yaitu sebanyak 260 jiwa.

Kebiasaan merokok di Indonesia setiap hari bagi laki-laki sekitar

45,8% dan 3% perempuan, kemudian 34% penduduk yang mempunyai

kebiasaan merokok pada laki-laki berusia 25 tahun ke atas. Makin muda

orang merokok, makin besar kemungkinan menderita penyakit, bila

kebiasaan merokok berlanjut sampai usai 40 tahun ke atas. Mereka yang

mulai mencandu rokok pada umur kurang dari 15 tahun,

mempunyai risiko menderita kanker paru di kemudian hari 4-18 kali

lebih tinggi dari pada yang tidak merokok. Sedang bila kebiasaan

tersebut dimulai di atas umur 25 tahun, risiko itu hanya 2-5 kali

lebih tinggi. Dengan perkataan lain, kanker paru muncul setelah


107

orang kecanduan rokok selama 15-20 tahun, mengingat penyakit ini

biasanya muncul pada umur di atas 40 tahun.

Selama 5 Th telah terjadi peningkatan kebiasaan merokok pada

semua kelompok umur pria sedangkan pada wanita terjadi penurunan.

Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah kelompok usia 25 – 29 tahun

hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari

perokok yang berhasil berhentimerokok dalam satu rentan populasi

penduduk, sabagian besar perokok mulai merokok pada usia kurang dari

20 tahun dan separuh dari laki – laki umur 40 tahun keatas telah merokok

selama 30 tahun atau lebih, kurang lebih separuh perokok mengkonsumsi

minimal 10 batang rokok per hari. Hasil penelitian menunjukkan hampir

70% perokok Indonesia mulai merokok sebelum mereka berumur 19 Th.

(http://ryaniehealth.blogspot.com )

2. Tingkat pendidikan

Hasil penelitian tingkat pendidikan responden hipertensi di 03

Kelurahan Krukut didapatkan data bahwa sebanyak 128 atau (48 %)

memeiliki pendidikan rendah yaitu tamatan SD dan SMP sedangkan 137

responden atau (52 %) memiliki pendidikan tinggi yaitu tamatan SMA,

perguruan tinggi/Akademi.

Dari diagram di atas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar

responden yaitu sebanyak 128 responden atau (48%) masih memiliki

pendidikan rendah (SD,SMP), dan 137 responden atau (52%) sudah

memiliki tingkat pendidikan tinggi, (SMA, PT/Akademi.


108

Data ini sesuai dengan profil di Kelurahan Krukut dimana rata-rata

lama belajar pendduk adalah 8 tahun 7 bulan. Rata-rata penduduk di RW

03 Kelurahan krukut masih rendah . yaitu sebanyak 128 responden atau

(48%) masih memiliki pendidikan rendah (SD,SMP), dan 137 responden

atau (52%) sudah memiliki tingkat pendidikan tinggi, (SMA, PT/Akademi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk masih dengan

tingkat pendidikan rendah.

Berdasarkan pengamatan pada saat penelitian rendahnya tingkat

pendidikan responden kemungkinan disebabkan kurangnya fasilitas

pendidikan yang tersedia seperti kurangnya sarana pendidikan tingkat

tinggi, ( SMA/SMK negeri, perguruan tinggi) dan di wilayah kelurahan

krukut hanya terdapat 1 SMA/SMK swasta. Selain itu menurut peneliti

rendahnya tingkat pendidikan responden karena sebagian besar masyarakat

di RW 03 masih tergolong ekonomi menengah kebawah, sehingga tidak

mampu untuk biaya sekolah anaknya sampai jenjang pendidikan lebih

tinggi. Disamping itusebagian besar responden khususnya wanita sudah

menikah pada usia muda ( umur belasan tahun) sehingga mengurangi

kesempatan untuk mengikuti program pendidikan sampai jenjang yang

lebih tinggi.

Tingkat pendidikan di Indonesia sangat beragam, ada yang tidak

sekolah atau tidak tamat SD, ada yang tamat SD, tamat SLTP, tamat Slta,

dan ada pula yang berijazah Akademi atau Universitas. Perilaku merokok

akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap rokok.


109

Dan pendidikan menjadi latarbeakangnya. Survey secara nasional

menunjukkan bahwa pria yang yang tidak sekolah atau tidak tamat SD

merupakan bahwa pria yang tidak sekolah atau tamat SD merupakan

perokok terbanyak, makin tinggi tingkat pendidkan seseorang makin

sedikit yang jadi perokok.

Survey yang sama menemukan juga bahwa laki-laki remaja lebih

banyak menjadi perokok dan hampir dua pertiga merupakan kelompok

umur produktif adalah perokok. Selama banyaknya perokok pemula

dikalangan anak-anak dan remaja mungkin dikarenakan mereka belum

mampu menimbang bahaya merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif

yang ditimbulkan nikotin . (http://ryaniehealth.blogspot.com )

3. Pekerjaan

Hasil penelitian jenis pekerjaan di RW 03 Kelurahan Krukut di

dapt data bahwa sebanyak 240 responden atau (91%) swasta yang terdiri

dari, petani, pedagang, buruh, pegawai swasta sedangkan Non swasta 25

orang atau (9%) yaitu PNS/TNI/POLRI

Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian banyaknya

jumlah responden yang bekerja dalam bidang swasta kemungkinan

disebabkan karena khususnya di wilayah RW 03 dan di sekitar kelurahan

Krukut banyak terdapat komplek perumahan yang lengkap dengan sarana

seperti fasilitas golf, kolom renang jadi responden banyak yang bekerja di

sana baik menjadi satpam atau lain-lainnya. Serta di karenakan banyak


110

responden yang hanya tamatan SMP atau merupakan pendidikan rendah

jadi responden hanya bisa bekerja dalam sektor swasta.

Pada suatu penelitian, adanya kecenderungan individu mengatasi

stress dalam pekerjaan dengan merokok. Hal ini dikarenakan efek dari

rokok tersebut adalah menenangkan. Rokok merupakan stimulant yang

meningkatkan aktivitas sistem saraf. Efeknya adalah menyebabkan

euphoria dan peningkatan self confident pemakainya (Rathus dkk, 2003)

Ketika rokok dihisap, nikotin yang terkandung dalam rokok akan

diserap oleh paru-paru dan dibawa dengan cepat ke dalam aliran darah,

dimana ia berputar di seluruh otak. Kenyataannya, nikotin mencapai otak

dalam waktu 10 detik setelah seseorang menghisap rokok. Segera setelah

terpapar nikotin, terjadi suatu efek sebagai bagian dari stimulasi obat

terhadap kelenjar adrenal dan mengakibatkan pengeluaran adrenalin.

Adrenalin menstimulasi dan menyebabkan pelepasan glukosa, peningkatan

tekanan darah, pernapasan dan detak jantung. Nikotin diterima oleh

reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur imbalan dan

jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat,

memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih

tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.

Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik

pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin.

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit 1 jam dalam


111

seminggu. Bekerja selama 1 jam tersebut harus di lakukan berturut-turut

dan tidaka boleh terputus, termasuk pekerjaan keluarga tanpa upah yang

membantu dalam kegiatan usaha atau ekonomi (BPS, 1998 dalam

Syafnida, 2007).

4. Penghasilan

Menurut BPS ( 2004) pendapatan per kapita Indonesia sejumlah

Rp. 9.500.000,-/tahun, dengan laju pertumbuhan pendapatan nasional per

kapita pada tahun 2004 sebesar 5,87%. Pada penelitian ini diketahui

penghasilan responden sebanyak 244 responden atau (92%) memiliki

penghasilan tinggi (diatas UMR Kota Depok) sedangkan yang memiliki

penghasilan rendah sebesar 21 responden atau (8%) (dibawah UMR Kota

Depok).

Konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar

44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia. Yang

lebih menyedihkan lagi, 60% di antara perokok adalah kelompok

berpenghasilan rendah. Tingginya konsumsi merokok dipercaya bakal

menimbulkan implikasi negatif yang sangat luas, tidak saja terhadap

kualitas kesehatan, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi.

Dari sudut ekonomi, kebiasaan merokok mempunyai implikasi

biaya yang tidak sedikit, baik terhadap individu, keluarga, perusahaan

maupun negara secara keseluruhan. Merokok memberikan efek ketagihan

terhadap orang yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, efek ketagihan


112

tersebut akan memancing seorang individu untuk terus-menerus membeli

rokok dan mengonsumsinya. Akibatnya terhadap ekonomi individu adalah

makin banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli rokok.

Belum lagi dengan penyakit yang ditimbulkan oleh rokok tersebut yang

kelak juga akan memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk

pengobatannya.

Dampak ekonomis merokok bagi keluarga ada tiga macam yaitu

bekurangnya dana untuk membeli keperluan rumah tangga, menurunnya

pendapatan karena pencari nafkah sakit akibat merokok, serta kerugian

investasi biaya sumber daya manusia yaitu biaya pendidikan pencari

nafkah.

Menurut WHO 2008 Perokok dari ekonomi miskin menghabiskan

uang 10 kali lebih banyak daripada biaya kehidupan sehari-hari. Perokok

dari ekonomi miskin Indonesia menghabiskan 15% penghasilannya untuk

rokok. 20% penduduk miskin Meksiko menghabiskan 11%

penghasilannya untuk rokok.Sesungguhnya, dampak negatif Industri rokok

sangat dirasakan oleh masyarakat miskin daripada orang kaya. Orang

miskin akan jauh lebih rentan terserang penyakit [oleh rokok] daripada

orang kaya. Dan secara tidak sadar, rokok merupakan salah satu faktor

“jeratan setan kemiskinan” di masyarakat kita. Orang miskin (penghasilan

keluarga < 1 juta per bulan) harus menghabiskan porsi yang besar

penghasilannya untuk membeli rokok. Tidak sedikit mereka bahkan


113

menghabiskan 1/4 penghasilan hanya untuk membeli 1-2 bungkus roko

per hari (atau Rp 240.000 hingga Rp 480.000 per bulan).

Bagi si perokok (misalnya kepala keluarga), merokok akan

mengakibatkan penyakit yang berbahaya. Dan bagi keluarga si perokok,

gaji/penghasilan yang harusnya dapat digunakan untuk memberi gizi yang

cukup serta investasi untuk pendidikan harus dipotong karena rokok.  Dan

jika kepala keluarga yang kecanduan merokok relatif tinggi, maka pada

usia yang masih relatif muda (35-45 tahun), ia mulai sakit-sakitan atau bisa

jadi kena kanker. Ketika sakit, maka ia akan kesulitan bekerja. Penghasilan

akan turun, dan sumber keuangan keluarga akan bermasalah. Anak-

anaknya yang sedang sekolah atau melanjutkan studi akan kesulitan biaya.

Si keluarga harus mengeluarkan biaya  ekstra untuk pengobatan si suami

(kepala keluarga). Dengan kondisi seperti ini, maka sangat mungkin si

anak tidak bisa melanjutkan studi.

Survey membuktikan pengeluaran rata-rata untuk membeli

rokok/tembakau pada tahun 2001 untuk kelompok berpenghasilan paling

rendah kurang lebih 9,1%, sedang yang berpenghasilan tinggi 7,4%.

Perokok yang berpenghasilan rendah setiap hari menghabiskan 10 batang

rokok, sedangkan yang berpenghasilan tinggi 12,50 batang. Pengeluaran

anggaran keluarga untuk produk tembakau lebih tinggi dibanding untuk

belanja ikan (6,20%), sayur mayur 5,10%, daging, telor dan susu 6,40%.

5. Status gizi
114

Dari pernyataan responden pada diagram no 5 menyatakan bahwa

265 terdapat sebanyak 256 responden atau (97%) memiliki IMT < 25,

sedangkan 9 responden atau (3%) memiliki IMT > 25. Dari pernyataan

responden di sebagian besar responden memiliki berat badan yang normal

atau ideal.

Merokok merupakan salah satu orang menjadi miskin dan

kekeurangan gizi akibat pola anggaran yang tidak tepat. Saat ini pola hidup

yang tidak tepat karena banyak anggaran yang dikeluarkan untuk membeli

rokok kebanyakan dari keluarga kurang mampu. Rendahnya tingkat

pendapatan masyarakat inidonesia diperparah langsung dengan biaya

membeli rokok dari pada membeli makanan, kebiasaan merokok ditambah

pola makan yang tiak teratur dapat meningkatkan risiko terserang penyakait.

Menurut WHO, merokok akan menciptakan beban ganda, karena

merokok akan menganggu kesehatan sehingga lebih banyak biaya harus

dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya. Disamping itu merokok juga

menghabiskan uang yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan

yang bergizi.

Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat

gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk

dapat hidup sehat secara optimal.zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup

sehat adalah: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Didalam

tubuh, zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagi sumber energi atau tenaga

(terutama karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), terutama


115

untuk tetap tumbuh dan berkembang serta untuk mengganti sel-sel yang

rusak, sumber zat pengatur (vitamin dan mineral) Makanan yang dikonsumsi

sehari-hari harus mengandung semua zat gizi tersebut. Makanan sumber

energi terutama adalah: nasi, jagung, sagu, ubi, roti, dan hasil olahannnya.

Makanan sumber zat pembangun misalnya: ikan, telur, daging, tahu, tempe,

dan kacang-kacangan, dan makanan sumber zat pengatur terutama sayur-

sayuran dan buah-buahan.

Agar manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya maka

memerlukan energi yang biasa diukur dengan satuan kalori. Meskipun kita

tidur dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan

fungsi tubuh lainnya. Energi dapat diibaratkan sebagai bensin yang

diperlukan oleh kenderaan agar dapat tetap berjalan. Jumlah kebutuhan energi

seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat

badan, dan aktifitas seseorang. Sebagai contoh, seseorang laki-laki dewasa

(20 – 59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm dan aktifitas sedang

membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita

dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktifitas sedang membutuhkan

2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktifitas lebih berat, maka

kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori.

6. Olah raga

Aktif menggerakkan badan dan pernyataan responden untuk

pertanyaan tentang berolahraga ternyata semua responden aktif

melakaukan kegiatan fisik atau berolag raga. Dari pernyataan responden


116

pada diagram 20 menyatakan bahwa terdapat 265 orang atau (100%) yang

melakaukan olahraga atau aktifitas fisik sedangkan responden yang tidak

melakukan olahraga atau akivitas fisik tidak ada 0 atau (0%).

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olah raga isotonik dengan teratur akan menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga

dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi yang kurang melakukan

olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan

garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi

(Tjokronegoro, 2001).

Penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa

gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja menjadi penyebab utama

dari 10 kematian dan kecacatan dan lebih dari dua juta kematian setiap

tahun disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik/bergerak. Oleh sebab itu

beraktivitas fisik sangat diperlukan untuk memelihara kesehatan. Dengan

kemajuan teknologi modernisasi saat ini pasti membawa konsekuensi baik

positif maupun negatif terhadap kesehatan kita. Dari segi negatifnya

banyak kegiatan yang menjadi mudah dan singkat dari segi waktu karena

kamajuan teknologi. Sedangkan dampak negatifnya menjadikan

masyarakat menjadi malas bergerak, seperti dengan kemajuan teknologi

informasi dan hiburan saat ini terjadi kencenderungan masyarakat untuk

menonton seharian didepan TV sambil makan atau tidak bergerak karena

acara menarik ditambah lagi dengan adanya remote kontrol sehingga


117

memudakan mengganti channel tanpa bergerak dari tempat duduk. Dengan

adanya elevator maka individu malas naik tangga. Sehingga kurang

memberikan kesempatan kita untuk melakukan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi

pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Secara umum setiap

orang tahu bahwa berolah raga atau melakukan aktvitas fisik bermanfaat

bagi kesehatan.

Banyak keuntungan yang didapat dari melakukan aktivitas fisik

setiap hari yaitu : hidup lebih sehat dan segar, kesehatan fisik dan mental

lebih baik, menurunkan bahaya terkena penyakit jantung, mengurangi

resiko mengalami tekanan darah tinggi, mengurangi stres, otot lebih sehat

dan kuat.

1. Jenis rokok yang di hisap

Dari pernyataan responden pada diagram 10 menyatakan bahwa

terdapat 31 orang atau (12%) yang memilih jenis rokok kretek sedangkan

234 orang atau (88%) memilih jenis rokok filter. Berdasarkan pengamatan

penelitian bahwa sebagian besar responden menghisap rokok berjenis filter

Jenis rokok filter merupakan jenis rokok yang paling banyak

dikonsumsi oleh kebanyakan responden. Dari hasil survei, sebagian besar

responden memilih rokok filter karena menurut mereka rokok filter

mempunyai gabus pada bagian pangkalnya yang mampu menyaring zat-

zat yang terkandung pada rokok walaupun tidak berpengaruh terhadap


118

bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa filter pada rokok tidak berefek untuk mengurangi zat-zat yang

berbahaya tersebut jadi efek racunnya sama saja dengan rokok jenis

kretek. Dengan kata lain, tidak ada batas aman bagi orang yang terpapar

oleh asap rokok.

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu

tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan–bahan

lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis

rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu,

rokok pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap

(tembakau kunyah) (Mangku Sitepoe, 1997:24).

2. Jumlah rokok yang di hisap

Dari pernyataan responden pada diagram 9 menyatakan terdapat

197 atau (74%) sebagian besar responden menghisap lebih dari 10 batang

setiap harinya, sedangkan 68 responden atau (26%) terdapat menghisap

rokok kurang dari 10 batang perhari.

Mangku sitepoe (1997) menyatakan bahwa bila sebatang rokok di

habiskan dalam sepuluh isapan akan mengalami 70.000 kali isapan asap

rokok. Padahal secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat

kumulatif (ditambahkan) suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik

toksin sehingga muali keliatan gejala yang ditimbulkan sehingga pada

perokok-perokok berat dengan jumlah yang di hisap lebih dari 10 batang

setiap hari akan merasakan dampak akan yang akan di timbulkan oleh asap
119

rokok tersebut lebih cepat di bandingkan perokok ringan dengan jumlah

rokok yang kurang dari 10 batang setiap harinnya. Temuan dari penelitian

ini di mana jumlah rokok yang di hisap memberikan factor risiko kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di kelurahan krukut

kecamatan limo kota depok.

Menurut Aulia Sani (2004) yang dilaksanakan di Lombok dan

Jakarta menunjukkan bahwa 75% pria dewasa memiliki kebiasaan

merokok lebih dari 20 batang setiap hari.

Menurut data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki urutan 5

trebanyak dalam mengkonsumsi rokok di dunia setiap tahunnya

mengkonsumsi 2,6 milyar batang rokok. Data-data tersebut memberikan

gambaran bahwa masyarakat Indonesia termasuk di dalamnya adalah

masyarakat di wilayah Krukut RW 03 Kecamatan Limo merupakan

perokok berat dengan konsumsi rokok leboh dari 10 batang setiap hari

sehingga sudah sangat di yakini kejadian hipertensi yang di alami oleh

laki-laki di atas 25 tahun ke atas di sebabkan oleh konsumsi rokok yang

berlebihan (perokok berat).

9. Lama mneghisap rokok

Dari pernyataan responden pada diagram 7 menyatakan bahwa

terdapat 255 atau (96%) responden yang mulai merokok lebih dari 3 tahun

sedangkan responden yang mulai merokok kurang dari 3 tahun sebanyak

10 responden atau (4%) ..


120

Mangku Sitepoe (1997) yang menyatakan bahwa beberapa zat

kimia rokok bersifat kumulatif ( ditambahkan) sehingga kurun waktu yang

lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang

akan ditimbulkan. Adanya dampak lama merokok dengan kejadian

hipertensi sangat beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok,

makin sulit untuk berhenti merokok, akan semakin besar pengaruhnya

karena mereka mulai dari umur 25 tahun ke atas sampai usia lebih dari 40

tahun akan menumpuk toksin yang lebih banyak pada paru-paru.

Rustant, Burhan (2006) menyatakan bahwa risiko kematain

bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan lama merokok.

Merokok dapat menyebabkan efek pencetus ketergantungan pada

seseorang yang akan menambah kerentanan selama masa kurun waktu 3

tahun atau lebih. Rokok pertama hanya coba-coba dan digunakan

penghilang rasa takut dan cemas tetapi merokok walaupun sebatang dapat

meningkatkan sistolik 10-22 mmHg dan menambah detak jantung 5-10

kali per menit. Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak

dalam waktu lama (10-20 tahun) dampak rokok akan terasa sehingga dapat

mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke, infark

miokardium, jantung, kanker, impotensi dan lain-lain.

B. Analisa Bivariat

Analisa ivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi

square karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan masing-

masing variabel independen dngan kejadian hipertensi pada usia 25 tahun


121

keatas di Rw 03 Kelurahan krukut Kecamatan Limo Kodya Depok. Selain

itu variabel dalam penelitian ini bersifat katagori. Dimana variabel X

bersifat katagori dengan skala ordinal dan nominal sedangkan variabel Y

bersifat katagori dengan skala ordinal. Dalam penelitian ini jumlah cell

yang digunakan 2 × 2. Dengan menggunakan bantuan program SPSS versi

15,0. Chi square tabel tabel diperoleh dari penentuan cell 2X2 dimana db=

(k-1)(b-1)=1, berdasarkan nilai db 1 diperoleh nilai chi square tabel 3,841

pada taraf kepercayaan 95 %. keputusan yang diambil dengan

membandingkan nilai chi square hitung dengan nilai chi square tabel. Bila

chi square hitung lebih besar dari nilai chi square tabel maka ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel

dependen, apabila chi square hitung lebih kecil dari chi cquare tabel maka

tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Dapat juga dilihat dengan membandingkan P-value dengan

signifikan alpha 0,05. Keputusan diambil jika P-value lebih kecil dari

alpha (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen dan apabila p-value lebih besar dari

alpha (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen.

1. Hubungan jenis rokok dengan kejadian hipertensi

Dengan menggunakan bantuan program SPSS vrsi 15,0 terlihat

pada tabel chi square test nilai continuity correction hitung sebesar 0,014.

Penentuan nilai chi square tabel di peroleh dari penentuan cell 2X2
122

dimana db = (k-1)(b-1), berdasarkan nilai chi square tabel 3,841 pada taraf

kepercayaan 95%. Pada penelitian ini diperoleh nilai chi square hitung

lebih besar dari nilai chi square tabel, hal ini berarti bahwa ada hubungan

yang bermakna secara statistik antara jenis rokok dengan kejadian

hipertensi.

Dari hasil statistik didapatkan P-value = 0,904 dengan signifikan

alpha 0,05, berarti P-value lebih besar dari aipha (0,05). Berdasarkan P-

value 0,904 lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf kepercayaan 95% dapat

di simpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik

antara jenis rokok dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh yuliana seheni 2007 tentang , Gambaran tentang kebiasaan merokok

pada mahasiswa kedoktera fakultas Hasanuddin dimana Uji Chi square

dihasilkan P-value = 0,196. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna secara statistik antara jenis rokok dengan hipertensi.

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti

merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang sekecil

itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok

maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Di Indonesia

tembakau ditambah cengkeh dan bahan–bahan lain dicampur untuk dibuat

rokok.

Rokok filter adalah rokok yang terdapat gabus pada bagian

pangkalnya yang mampu menyaring zat-zat yang terkandung pada rokok


123

walaupun tidak berpengaruh terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh

rokok. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa filter pada rokok tidak

berefek untuk mengurangi zat-zat yang berbahaya tersebut jadi efek

racunnya sama saja dengan rokok jenis kretek. Dengan kata lain, tidak

ada batas aman bagi orang yang terpapar oleh asap rokok.

Rokok kretek memiliki campuran tembakau dan bunga cengkih

kering dalam perbandingan tertentu. Hasil analisa terhadap rokok kretek

menemukan adanya lima zat kimia yang tidak terdapat pada rokok putih

non cengkeh. Bahan kimia tersebut adalah eugenol, acetyl eugenol, B-

caryophyllene, x-humulene serta caryophllene epoksida. Bunga cengkih

sendiri mengandung 15% minyak di mana 82-87% dari kandungan minyak

tersebut ialah eugenol. Rata-rata kandungan eugenol bagi sebatang kretek

sebanyak 13 mg dan ditaksir sekitar 7 mg akan tersedot ketika kita

merokok. Eugenol memberi kesan toksik kepada sistem saraf pusat.

Pecandu rokok kretek di kalangan remaja dilaporkan

mendapat kesan khayal ringan apabila menghisap rokok kretek.

Menyedot asap rokok kretek "dalam-dalam' akan meningkatkan

kepekatan asap dan ini ada hubungannya dengan kadar tinggi eugenol

yang diserap yang akan memberikan kesan khayal tersebut.

Sementara itu, nikotin yang dikandung oleh daun tembakau

menyebabkan ketagihan. Itulah sebabnya perokok ingin terus

menghisap tembakau secara rutin karena ketagihan nikotin.


124

Ditemukan fakta bahwa nikotin mengaktifkan jaringan otak yang

menimbulkan perasaan senang, tenang dan rileks. Sebuah bahan

kimia otak termasuk dalam perantara keinginan untuk terus

mengkonsumsi, yakni neurotransmiter dopamine, dalam penelitian

menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamine tersebut.

Efek akut dari nikotin dalam beberapa menit menyebabkan

perokok melanjutkan dosis per harinya sebagai usaha

mempertahankan efek kesenangan yang diperoleh. Perokok biasanya

menghisap minimal 10 hisapan dalam sebatang rokok setiap satu

periode lima menit. Karena seorang penggebis menghabiskan rokok

sekitar 30 batang per hari berarti memasukkan lebih kurang 300

hisapan nikotin ke otak setiap harinya. Faktor inilah yang menunjang

ketagihannya terhadap nikotin. Nikotin itu sendiri dalam metabolisme

sesungguhnya dapat menghilang dari tubuh dalam beberapa jam.

Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat

digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa,

rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau

kunyah) (Mangku Sitepoe, 1997:24).

2. Hubungan jumlah rokok dengan kejadian hipertensi

Dengan menggunakan bantuan program SPSS vrsi 15,0 terlihat

pada tabel chi square test nilai continuity correction hitung sebesar 0,535.
125

Penentuan nilai chi square tabel di peroleh dari penentuan cell 2X2

dimana db = (k-1)(b-1), berdasarkan nilai chi square tabel 3,841 pada taraf

kepercayaan 95%. Pada penelitian ini diperoleh nilai chi square hitung

lebih besar dari nilai chi square tabel, hal ini berarti bahwa ada hubungan

yang bermakna secara statistik antara jumlah rokok dengan kejadian

hipertensi.

Dari hasil uji statistik didapatkan P-value = 0,464 dengan

signifikan alpha 0,05, berarti P-value lebih besar dari alpha (0,05).

Berdasarkan P-value 0,464 lebih besar dari 0,05 pada taraf kepercayaan

95% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah rokok

dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian hampir berbeda dengan penelitian yuliana suheni

dimana dengan uji Chi square dihasilkan 0,009. Ini menunjukakn ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara jumlah rokok dengan

kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini di dukung pendapat Rusli A. Mustafa (2005)

yang menyatakan bahwa rokok yang di hisap dapat menigkatkan tekanan

darah karena menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan

pembuluh darah di ginjal yang menjadikan tekanan darah menigkat.

Merokok akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg dan

menambah detak jantung 5-10 kali permenit.

Perokok yang menghabiskan kurang dari 10 batang sehari,

risiko timbulnya kanker paru berkisar antara 2-4 kali lebih tinggi
126

daripada bukan perokok. Perokok yang menghabiskan 10-20 batang

serhari mempunyai risiko sampai delapan kali lebih tinggi, sedang

mereka yang menghabiskan lebih dari 20 batang sehari risiko tersebut

menjadi 24 kali lebih tinggi, bila dibandingkan dengan bukan perokok.

perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang (Bustan, 1997:

124). Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap

rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu

bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa

zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif

(ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga

akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku Sitepoe, 1997:18)

Menurut Mu’tadin tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang

dihisapnya setiap hari yaitu : perokok sangat berat adalah perokok yang

menghabiskan lebih dari 30 batang tiap harinya dengan selang merokok

lima menit setelah bangun tidur pagi hari. Perokok berat adalah perokok

yang menghabiskan 21-30 batang setiap hari selang waktu merokok

berkisar 6-30 m3nit setelah bangun tidur pagi hari. Perokok sedang

menghabiskan 11-20 batang dengan selang waktu merokok 31-60 menit

setelah bangun tidur pagi hari. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar

10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi

3. Hubungan lama merokok dengan kejadian hipertensi


127

Dengan menggunakan bantuan program SPSS vrsi 15,0 terlihat

pada tabel chi square test nilai continuity correction hitung sebesar 5,787.

Penentuan nilai chi square tabel di peroleh dari penentuan cell 2X2

dimana db = (k-1)(b-1), berdasarkan nilai chi square tabel 3,841 pada taraf

kepercayaan 95%. Pada penelitian ini diperoleh nilai chi square hitung

lebih besar dari nilai chi square tabel, hal ini berarti bahwa ada hubungan

yang bermakna secara statistik antara lama rokok dengan kejadian

hipertensi.

Dari uji statistik didapatkan p = value 0,016 dengan signifikan

alpha 0,05, berarti P-value lebih kecil dari alpha (0,05). Berdasarkan P-

value 0,016 lebih kesil dari 0,05 pada taraf kepercayaan 95% dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara

lama merokok dengan kejadian hipertensi. Dari nilai OR (95% CI: 0,051-

0,672) dapat disimpulkan bahwa lama merokok berisiko 0,186 kali lebih

tinggi menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang baru

mulai merokok.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yuliana suheni,

dimana P-value = p = 0,000. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara lama merokok dengan kejadian hipertensi.

Penelitian ini diperkuat pendapat Rusli A. Mustofa (2005) yang

menyatakan bahwa dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca

digunakan. Dengan demikian secara nyata dampak rokok berupa kejadian


128

hipertensi akan muncul kurang lebih setelah berusia lebih dari 25 tahun ke

atas

Hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok Indonesia

mulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Banyaknya perokok

pemula di kalangan anak-anak dan remaja mungkin karena mereka belum

mampu menimbang bahaya merokok bagi kesehatan untuk kedepan dan

dampak adiktif yang ditimbulkan nikotin. Perokok mungkin beranggapan

bahwa mereka sendirilah yang menanggung semua bahaya dan risiko

akibat kebiasaannya, tanpa menyadari bahwa sebenarnya bahaya yang

akan ditimbulkan dikemudian hari. Meski semua orang tahu akan bahaya

yang ditimbulkan akibat rokok, kebiasaan merokok tidak pernah surut dan

tampaknya merupakan kebiasaan yang masih ditolerir oleh masyarakat.

Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua

diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat

karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran

tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok

mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke

dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut

memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak.

4. Hubungan kebiasaan merokok dengan hipertensi

Dengan menggunakan bantuan program SPSS vrsi 15,0 terlihat

pada tabel chi square test nilai continuity correction hitung sebesar 5,787.

Penentuan nilai chi square tabel di peroleh dari penentuan cell 2X2
129

dimana db = (k-1)(b-1), berdasarkan nilai chi square tabel 3,841 pada taraf

kepercayaan 95%. Pada penelitian ini diperoleh nilai chi square hitung

lebih besar dari nilai chi square tabel, hal ini berarti bahwa ada hubungan

yang bermakna secara statistic antara kebiasaan dengan kejadian

hipertensi.

Dari hasil uji statistik didapatkan P-value= 0,031 dengan

signifikan alpha 0,05, ini berarti P- value lebih kecil dari alpha (0,05).

Berdasarkan p-value 0.031 lebih kecil dari 0.05 pada taraf kepercayaan 95

% sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

secara statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Dari

nilai OR (95% CL: 1,154-5,388)) dapt di simpulkan bahwa responden

yang memiliki kebiasaan merokok sering berpeluang 2,3 kali menderita

hipertensi di bandingkan responden yang kebiasaan merokok jarang.

Hasil penelitian yang sama diperoleh pada penelitian yang

dilakukan oleh Yuliana Suheni dimana dengan uji ChiSsquare dihasilkan

P-value = 0,015 ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

secara statistik antara kebiasaan merokok sebagai variabel independent

dengan kejadian hipertensi sebagai variabel dependent.

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita.

Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di

masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan

dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun

sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan


130

merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti

penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker

rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah

tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janian.

Ketika rokok dihisap, nikotin yang terkandung dalam rokok akan

diserap oleh paru-paru dan dibawa dengan cepat ke dalam aliran darah,

dimana ia berputar di seluruh otak. Kenyataannya, nikotin mencapai otak

dalam waktu 10 detik setelah seseorang menghisap rokok. Segera setelah

terpapar nikotin, terjadi suatu efek sebagai bagian dari stimulasi obat

terhadap kelenjar adrenal dan mengakibatkan pengeluaran adrenalin.

Adrenalin menstimulasi dan menyebabkan pelepasan glukosa, peningkatan

tekanan darah. Hal yang tersebut diatas hanyalah merupakan salah satu

efek yang ditimbulkan oleh rokok.

Rokok sangat berbahaya pada kesehatan jantung dan pembuluh

darah karena asap rokok mengandung nikotin yang dapat memacu

pengeluaran adrenalin yang dapat merangsang denyut jantung dan tekanan

darah. Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang memiliki

kemampuan lebih kuat daripada hemoglobin untuk membawa Oksigen ke

jaringan, termasuk jantung. Efek buruk lain dari rokok adalah menurunnya

kadar HDL dimana cairan darah menjadi lebih kenyal, pekat dan mudah

terjadi bekuan-bekuan darah ( thrombosis) yang dapat membeku sebagai

pemicu terjadinya serangan stroke dan serangan jantung (Manengkey,

2006).
131

C. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan

dalam penelitian, adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu sebagai

berikut:

1. Keterbatasan penelitian

Dalam hal ini peneliti merupakan peneliti pemula yang masing asing

dengan dunia penelitian, sehingga masih banyak yang harus dipelajari

seiring dengan berjalannya penelitian. Peneliti menyadari dalam

melakukan penelitian ini masih banyak kekurangan dan kesalahan antara

lain dalam hal persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan, hal

tersebut disebabkan oleh adanya keterbatasan dalam penelitian yang hanya

dilakukan pada satu tempat saja, dan dengan sampel yang cukup banyak

yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap

hasil penelitian.

2. Keterbatasan kuesioner

Dalam pembuatan kuesioner penelitian tentang hubungan kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi, peneliti belum menemukan standar

baku untuk variabel tersebut sehingga instrumen penelitian dibuat

berdasarkan pengetahuan dan pemahaman dari peneliti sendiri, dengan

mengambil dari referensi tenteng penyakit kardiovaskuler dan dari

literature buku tentang merokok.

3. Keterbatasan responden
132

Responden kurang refresentatif, dimana proporsi responden laki- laki

sangat terjangkau karena kebanyakan responden laki-laki bekerja jauh

sehingga jarang pulang ke kampung halaman sehingga dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

4. Keterbatasan dana ( biaya)

Dalam penelitian ini peneliti hanya seorang mahasiswa yang belum

mempunyai penghasilan sendiri, dimana biaya ditanggung oleh orang tua.

Bagaimana pun biaya yang cukup besar diperlukan untuk mendukung

kelancaran penelitian. Oleh karena itu biaya menjadi kendala dalam

melakukan penelitian.

BAB VII
Penutup

A. Simpulan

Mengacu pada analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka hasil penelitian terhadap 265 responden hipertensi yang berusia 25

tahun ke atas di Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis rokok

dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di


133

Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok (p-value = 0,904 >

0,05). Artinya jenis rokok yang dihisap tidak berpengaruh terhadap

kejadian hipertensi.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jumlah

rokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas

di Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok (p-value = 0,464 >

0,05). Artinaya jumlah rokok yang dihisap tidak ada kaitanya dengan

kejadian hipertensi.

3. Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara lama merokok

dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di

Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok (p-value = 0,016 <

0,05). Artinya lama merokok meningkatkan angka kejadian hipertensi.

4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada laki-laki usia 25 tahun ke atas di Kelurahan Krukut Kecamatan

Limo Kota Depok ( p-value = 0,031 < 0,05). Artinya kebiasaan

merokok menigkatkan angka kejadian hipertensi.

B. Saran

Berdasarkn hasil penelitian yang telah dilakukan adapaun saran yang

perlu dijadikan pertimbangankan bagi penelitian antara lain :

1. Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi

rokok khususnya rokok-rokok yang berjenis filter maupun Non filter,


134

meningkatkan aktifitas olahraga, sesekali menyempatkan diri untuk

melakukan refresing disela-sela kesibukannya dalam bekerja.

2. Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko

hipertensi hendaknya dilakukan secara terus-menerus baik oleh pemerintah

maupun instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang

merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi.

3. Merokok yang semula hanya coba-coba lama kelamaan maka akan

membawa seseorang dalam kematian karena dampak bahan-bahan kimia

dalam rokok, sehingga walaupun sebatang rokok tetap berbahaya bagi

kesehatan karena akan berakibat yang fatal.

4. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai

acuan dan diharapkan mengambil populasi yang lebih spesifi sehingga

dalam menilai kebiasaan merokok dengan indikator jenis, jumlah, lama

dan dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 25 tahun ke atas..


135

DAFTAR PUSTAKA

Adnil Basha. 2004. Hipertensi: Faktor Resiko Dan Penatalaksanaan . http://


angelnet.info/index

Almatsier, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta

Anna Maria Sirait, dkk. Perilaku Merokok ( Analisis Data Susenas 2001). http.//
www.kompas.co.id

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius

Arjatmo T, Hendra U.2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI


136

Asep, Pajario.2002.Modifikasi Gaya Hidup. http:// angelnet.info/index.

Aulia Sani. 2004. Pelayanan Tiga Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok,
Yayasan Indonesia. http://angelnet.info/index

Beevers D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat

Corwin, Elizabets J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.


Jakarta: EGC

Derektorat Jenderal J. PPM-PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004.


Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Tidak Menular Di Indonesia

Dempsey, Patricia Ann. 2002. Riset keperawatan. Jakarta: ECG

Gardner, F. Samuel. 2007 smart treatmet for High Blood Pressure. Jakarta:
prestasi Pustakaraya
G.Sianturi, 2003. Merokok Dan Kesehatan. . http.//kompas.com

hhtp://blake.prohosting.com/betawi/pencegahan.htm? diaskes tanggal 1 april 2009

hhtp://www.depkes.go.id.indekx.php?
option=articles&task=viewarticle&artid=20&intemed=3 diaskes tanggal 1
april 2009

http://www.gisi.net/makalah/Gizi%20seimbang%20Utk%20Hipertensi.PDF
diaskes tanggal 1 april 2009

hhtp://www.fkm.ui.ac.id/index.php?option=com
content&task=view&id=56&item mid =89 diaskes tanggal 1 april 2009

Kountur, Ronny. 2005. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta : CV Teruna Grafika
137

McGowan, Mary P. 2001. Menjaga kebugaran jantung Ed. 1. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Notoatmodjo, Soekakidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edesi Revisi


Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta

Pariani, Siti dan Nursalam. 2002. Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta :


Infomedika

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit


Ed.6 Jakarta: ECG

Lanny Sustrani, dkk,2004 : 12 pengertiah hipertensi. www.google.com di askes


tanggal 24 april 2009

Lusiana Indiasari. 2004. Rokok Bisa Tingkatkan Kolesterol.http.// www.kompas


co.id di askes tanggal 19 april 2009

Paparsi. 2003. Ada Apa Dengan Rokok. http.// www.red-bondowoso.or.id di askes


tanggal 19 april 2009

Robbin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC

Ruli A, Mustafa. 2005. Waspadai Bahaya Merokok. www.Combat


2005.Glogdrive.com

Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Patologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang

Sarjani, Jamal (peneliti di Badan Pengembangan Kesehatan Jakarta). 2006. Pria


Berpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak.http.//www.rsdbondowoso.
or.id

Sustina, Himawan.1979. Patologi. Jakarta:Arcan

Widi Sulistiani. 2005. Analisis Faktor Resiko Yang Berkaitan Dengan Kejadian
Hipertensi
138

Vivi, Juanita, S.2004. Merokok? Kenapa Takut?.http.// www.sinar


harapan.co.id/iptek/kesehatan/2004

Yulianti, Sufrida. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta: Agro Media


Pustaka

Anda mungkin juga menyukai