1. PENDAHULUAN
LARAS BAHASA
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk adalah
dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. kesesuaian antara bahasa
dan
Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan
fungsi pemakaiannya.
fungsi pemakaiannya. Dalam hal itu, kita mengenal berbagai
laras, seperti laras iklan, laras lagu, laras ilmiah, laras ilmiah
populer, laras feature, laras komik, laras sastra. Setiap laras
masih dapat dibagi lagi atas sublaras, misalnya laras sastra
dapat dibagi lagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan
sebagainya.
2. LARAS ILMIAH
4. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
MODUL 2: BORANG DISKUSI-1 DAN TUGAS MANDIRI
1. PENDAHULUAN
4. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
Wishon, George E. dan Burks, Julia M. 1968. Let’s Write English. New York: American Book
Company.
5. LAMPIRAN M2-1: TEKS
ASLI
Abortus Dua Baru-baru ini, ditemukan dua belas bayi
bercampur sampah di bawah jalan tol sekitar
SisiTb. Ronny Nitibaskara,
kriminolog,
FISIP
Tanjung Priok, Jakarta. Laporan dari bagian
UI forensik RS Ciptomangunkusumo menye-butkan
bahwa sebagian besar bayi tersebut belum cukup
bulan.
Aborsi dalam pengertian medis berarti kelahiran janin yang belum dapat mempertahankan
hidup. Aborsi dapat terjadi pada setiap wanita hamil karena berbagai sebab. Ada dua cara aborsi:
tidak sengaja alias keguguran (abortus apontaneous) dan sengaja (abortus provocatus). Aborsi
dengan sengaja masih terbagi dua: abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus
criminalis. Abortus provocatus medicinalis dilakukan dokter untuk keselamatan si ibu. Tindakan itu
dilindungi oleh pasal 48 KUHP sebagai alasan pemaaf. Sementara itu, aborsi yang dianggap sebagai
kejahatan adalah aborsi dengan cara yang kedua, yakni aborsi yang sengaja dilakukan dengan
alasan nonmedis terhadap janin yang sedang dikandung.
Keberadaan aborsi senantiasa menimbulkan pendapat pro dan kontra dalam masyarakat. Di
beberapa negara, aborsi dilarang keras. Pelakunya diancam hukuman yang relatif berat. Sebaliknya,
di sejumlah negara lain abortus diperbolehkan. Di Amerika Serikat, Jerman, dan RRC yang sudah
memiliki undang-undang yang mengizinkan aborsi, ternyata pengguguran kandungan masih terus
diperdebatkan. Di Amerika Serikat, sekitar 70.000 aktivis wanita antiaborsi, akhir-akhir ini,
melakukan unjuk rasa agar Mahkamah Agung di negara superkuat itu mengkaji kembali UU Aborsi.
Di Indonesia, pengguguran kandungan secara tegas dilarang dan diancam hukuman pidana.
Hal itu tercermin dalam pasal 299, 346, 348, dan 349 KUHP. Pasal-pasal itu tidak hanya berlaku
bagi wanita yang melakukan tindakan aborsi, tetapi, juga bagi orang yang menyuruh melakukan
maupun pelaku aborsi, seperti dokter, bidan, atau dukun. Pasal-pasal tersebut menetapkan sanksi
yang relatif berat bagi pelanggar.
Meskipun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aborsi di Indonesia
cukup tinggi. Menurut data resmi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Denpasar, dalam periode Oktober
1988 sampai Maret 1989, tercatat 25 kasus pengguguran kandungan oleh dokter swasta dan 80
kasus di RS pemerintah di Bali. Khusus di Jakarta, disinyalir bahwa ada banyak klinik yang sanggup
melakukan aborsi dengan tarif tertentu. Dokter Asrul Aswar (Jakarta-Jakarta No. 154) selaku ketua
IDI Pusat mengakui bahwa, di Jakarta, ada klinik-klinik yang melakukan aborsi, bahkan, sampai 50
kasus perhari.
Djayadilaga (1992) menyatakan bahwa kegagalan KB berkisar 8 sampai 10 persen dari seluruh
penggunaan alat dan obat pencegah kehamilan. Jika dibandingkan keluarga yang ingin mempunyai
dua anak saja dengan tingkat kegagalan itu dan usia menikah rata-rata 18 tahun di Indonesia,
diperkirakan ada sekitar 2 sampai 3 persen kehamilan yang tidak diinginkan.
Sementara, dalam hasil penelitian Prof. Dr. Tjitrarasa (1994) dari perkumpulan KB di Bali,
ditemukan bahwa satu juta wanita Indonesia melakukan aborsi setiap tahun. Dari jumlah tersebut,
kira-kira 50 persen dilakukan oleh wanita yang belum menikah dan 10 sampai 25 persen di
antaranya dilakukan oleh remaja. Harian Republika (1994) dalam laporannya menyebutkan bahwa
328 pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta melakukan aborsi dalam kurun Januari—Oktober 1993.
Jumlah itu menunjukkan peningkatan 300 persen dari jumlah aborsi tahun sebelumnya. Semuanya
karena kehamilan yang tidak dikendaki, bukan karena alasan medis.
Mencari faktor penyebab terjadinya praktik aborsi di Indonesia tidaklah mudah. Ada beberapa
faktor yang diduga sebagai penyebab meluasnya praktik aborsi.
Pertama, meningkatnya perilaku permisif dan seks bebas di kalangan remaja, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Hal itu dibarengi dengan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman remaja mengenai akibat hubungan seksual dan cara pencegahan kehamilan.
Akibatnya, jika terjadi kehamilan di luar pernikahan, mereka cenderung memilih abortus sebagai
alternatif utama.
Kedua, mudahnya melakukan aborsi sendiri, seperti dengan melakukan gerakan tertentu
(loncat, berlari kencang) atau minum ramuan tertentu yang mudah diperoleh di pasar bebas.
Apabila cara itu gagal, barulah wanita meminta pertolongan orang lain untuk menggugurkan
kandungannya, baik secara tradisional (tenaga nonmedis) maupun secara modern (tenaga medis).
Praktik aborsi yang dilakukan dukun beranak, bidan, atau perawat banyak terjadi di kota maupun
di desa. Sementara itu, praktik aborsi terselubung yang dilakukan di klinik-klinik bersalin dan
rumah sakit, baik negeri maupun swasta, juga ada di kota-kota besar.
Gejala itu diperparah oleh faktor ketiga, yaitu lemahnya kontrol dan sanksi sosial. Hal itu
tercermin dari sikap acuh tak acuh dan tertutupnya mata anggota masyarakat terhadap praktik
aborsi di sekitar mereka. Padahal, sebenarnya, mereka memahami bahwa praktik aborsi
bertentangan dengan norma agama, sosial, dan hukum.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa, di satu sisi, aborsi yang sebenarnya dibenci;
di sisi lain, seolah dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kaitan itu, perlu disimak ucapan Emile
Durkheim, sosiolog kenamaan dari Prancis: “kejahatan adalah normal dan kehadirannya
fungsional di dalam masyarakat.”
Dikutip dengan suntingan dari Forum Keadilan, VI: 18, 15 Desember 1997, hlm.99.
MODUL 3: KUTIPAN DAN SISTEM RUJUKAN
1. PENDAHULUAN
SINTESIS
Dalam Bab Kerangka Teori, seorang penulis akan melakukan merupakan
sintesis, langkah terakhir dalam penyusunan bab tersebut. rangkuman berbagai
rujukan yang disesuaikan
Dalam penulisan karya ilmiah, sintesis merupakan dengan kebutuhan
rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan penelitian si penulis.
kebutuhan penelitian si penulis. Sintesis dibangun
berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis
dan pemahamannya atas kutipan tersebut. Cara penulis SINTESIS
dibangun berdasarkan kutipan-
mengutip dan membuat rujukannya berkaitan erat dengan kutipan yang dikumpulkan
penyusunan daftar bacaan (bibliografi). Ada berbagai cara oleh penulis dan
mengutip dan merujuk. Akan tetapi, format yang dibahas pemahamannya atas kutipan
tersebut
dalam modul ini, hanya sistem perujukan MLA dan APA.
2. KUTIPAN
Kutipan tak langsung adalah kutipan yang diuraikan kembali KUTIPAN TAK LANGSUNG
dengan kata-kata sendiri. Untuk dapat melakukan kutipan adalah
jenis itu, pengutip harus memahami inti sari dari bagian yang kutipan yang diuraikan kembali
dengan kata-kata sendiri
dikutip secara tidak langsung itu. Kutipan tidak langsung
dapat dibuat secara panjang maupun pendek dengan cara
diintegrasikan dengan teks,
PRINSIP MENGUTIP
diberi jarak antarbaris yang sama dengan teks
LANGSUNG
tidak diapit tanda kutip, dan
dicantumkan sumber kutipan dengan sistem MLA, APA,
atau selingkung bidang.
C. Kutipan pada Catatan Kaki
3. SISTEM PERUJUKAN
Ada penyebutan referensi pertama dan Tidak ada penyebutan referensi lanjutan.
penyebutan referensi lanjutan.
Unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam menyusun
referensi pertama adalah
1) nama penulis yang diawali dengan penulisan nama diri
diikuti nama keluarga,
2) judul karya tulis yang dicetak miring dengan
menggunakan huruf besar untuk huruf pertama kecuali
kata sambung dan kata depan, dan
3) data publikasi berisi nama tempat (kota), koma, dan
tahun terbitan yang diletakkan di antara tanda kurung,
dan nomor halaman yang diletakkan di luar tanda
kurung, contoh: (Jakarta: Djambatan, 1967), 49—51.
4) untuk kutipan dari buku berjilid atau dari
jurnal/majalah ilmiah, nomor jilid menggunakan angka
romawi atau angka arab, diikuti dengan data publikasi
dalam kurung, koma, dan diakhiri nomor halaman yang
menggunakan angka arab, contoh: MISI, I (April, 1963):
27—30.
FORMAT
B. SISTEM LANGSUNG (FORMAT MLA dan APA) SISTEM LANGSUNG
Author-Date (AD): nama
Sistem pencantuman sumber kutipan dengan format MLA dan keluarga, tahun terbitan.
APA disebut juga format Author-Date (AD) atau Author-Date- Author-Date-Page
(ADP): nama keluarga,
Page (ADP). Format ini mencantumkan sumber kutipan tahun terbitan, halaman.
langsung pada teks. Sumber kutipan tersebut terdiri atas
nama keluarga penulis, tahun terbitan buku, dan halaman
tempat kutipan itu berasal.
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins College
Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Biagi, Shirley.1981. How to Write and Sell Magazine Articles. Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. ke-2). Jakarta:
Akademika Pressindo.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991.
Prosiding Teknik Penulisan Buku Ilmiah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Gibaldi, Joseph. 1999. MLA Handbook for Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York:
The Modern Language Association of America.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Bandung: Penerbit ITB.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Swasono, Sri-Edi. 1990. Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan Kaki untuk Karya Ilmiah
dan Terbitan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertation.
(Ed. ke-6). Chicago: The University of Chicago Press.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
MODUL 4: DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
merupakan
1. PENDAHULUAN rujukan penulis
selama ia
Jika sudah mengetahui buku-buku dan teks apa saja yang akan melakukan dan menyusun
penelitian atau laporannya
digunakan sebagai sumber data atau rujukan, penulis sudah
dapat menyusun sebuah daftar pustaka. Daftar pustaka
diletakkan pada bagian akhir sebuah tulisan ilmiah. Daftar
pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan
menyusun penelitian atau laporannya. Semua bahan rujukan
yang digunakan penulis, baik sebagai bahan penunjang
maupun sebagai data, disusun dalam daftar pustaka tersebut.
DUA PENULIS Widyamartaya, Al., dan Veronica Sudiati. Dasar- Widyamartaya, Al., dan Sudiati , V. (1997).
dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997. Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
TIGA PENULIS Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Akhadiah, S., Arsyad, M.G., dan Ridwan, S. H.
Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis (1989). Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
1989. Erlangga.
LEBIH DARI Alwi, Hasan, et al. Tata Bahasa Baku Bahasa Alwi, H., et al. (1993). Tata Bahasa Baku
TIGA PENULIS Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
dan Kebudayaan, 1993. Pendidikan dan Kebudayaan.
ATAU ATAU
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Alwi, H., dkk. (1993). Tata Bahasa Baku
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
dan Kebudayaan, 1993. Pendidikan dan Kebudayaan.
LEBIH DARI Gibaldi, Joseph. MLA Handbook for Writers of Gibaldi, J. (1999). MLA Handbook for Writers of
SATU EDISI Research Papers. Ed. ke-5. New York: The Research Papers. (Ed. ke-5). New York: The
Modern Language Association of America, Modern Language Association of America.
1999.
Sugono, D. (2002). Berbahasa Indonesia
Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia dengan dengan Benar. (Ed. Rev.) Jakarta: Puspa
Benar. Ed. Rev. Jakarta: Puspa Swara, 2002. Swara.
PENULIS Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah Pengantar Keraf, G. (1982). Argumentasi dan Narasi.
DENGAN Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
BEBERAPA Nusa Indah, 1997.
Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar
BUKU
- - -. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit
MLA: Gramedia Pustaka Utama, 1982. Nusa Indah.
pencantuman
buku ATAU
didasarkan Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta:
urutan tahun Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1982.
terbit.
- - -. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran
APA: Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah,
pencantuman 1997.
buku
didasarkan
abjad judul
buku.
1. Dari WWW
Dalam Lampiran M4-1, disajikan format daftar pustaka yang berlaku di selingkung FMIPA-
UI. Selain itu, dalam Lampiran M4-2, disajikan permintaan kriteria yang diminta oleh
berbagai jurnal ilmiah di lingkungan Unusia.
5. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
American Psychological Association. 2001. Publication Manual of The American
Psychological Association. Ed. ke-5. Washington, D.C.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. Ed. ke-2. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 2002. Panduan
Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI Press.
Gibaldi, Joseph. 1999. MLA Handbook for Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York:
The Modern Language Association of America.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. Ed. ke-3. New York:
Syracuse University Press.
Swasono, Sri-Edi. 1990. Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan Kaki untuk Karya Ilmiah
dan Terbitan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertation. Ed.
ke-6. Chicago: The University of Chicago Press.
Winarto, Yunita T., Suhardiyanto, Totok, dan Choesin, Ezra M. 2004. Karya Tulis Ilmiah
Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Winkler, Anthony C. dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
LAMPIRAN M4-1
Perhatikan format daftar pustaka yang berlaku di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNUSIA untuk Skripsi S1
Sistem H (= Harvard)
Kaufman-Bühler W., Peters A. & Peters K. (1981) Mathematicians love books. Dalam: Steen, L.A.
ed. (1981) Mathematics tomorrow, hlm. 121–126. Springer-Verlag, New York.
Nybakken J.W. (1988) Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: An
ecological approach, oleh Eidman M., Koesoebiono, Bengen D.G., Hutomo M. & Sukardjo
S., xv + 459 hlm. PT Gramedia, Jakarta.
Soemardi T.P., Budiarso, Sumarsono D.A., Fauzan M., Djatmiko H. & Huwae R. (1997) Light and
low cost crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara *2B,
42– 50. [Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
Varga, R.S. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems. Dalam:
OrtegaJ.M.& Rheinholdt W.C., eds. (1970) Studies in numerical analysis 2: Numerical
solutions of nonlinearproblems. Symposium in Numerical Solution of Nonlinear
Problems, Philadelphia, October 21–23, 1968, hlm. 99–113. SIAM, Philadelphia.
Sistem V (= Vancouver)
Kaufman-Bühler W, Peters A & Peters K. Mathematicians love books. Dalam: Steen LA, ed.
Mathematics tomorrow. New York: Springer-Verlag, 1981: 121–126.
Nybakken JW. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: an ecological
approach, oleh Eidman, Koesoebiono M, Bengen DG, Hutomo M & Sukardjo S. Jakarta: PT
Gramedia, 1988: xv + 459 hlm.
Soemardi, TP, Budiarso, Sumarsono DA, Fauzan M, Djatmiko H & Huwae R. Light and low cost
crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara *2B, 1997: 42–50.
[Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
Varga RS. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems. Dalam: Ortega JM
& Rheinholdt WC, eds. Studies in numerical analysis 2: numerical solutions of nonlinear
problems. Symposium in Numerical Solution of Nonlinear Problems, Philadelphia, October
21–23, 1968. Philadelphia: SIAM, 1970: 99–113.
1. Kaufman-Bühler, W., A. Peters & K. Peters. 1981. Mathematicians love books. Dalam:
Steen, L.A. (ed.). 1981. Mathematics tomorrow. Springer-Verlag, New York: 121–126.
2. Nybakken, J.W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology:
An ecological approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo &
S.Sukardjo. PT Gramedia, Jakarta: xv + 459 hlm.
3. Soemardi, T.P., Budiarso, D.A. Sumarsono, M. Fauzan, H. Djatmiko & R. Huwae. 1997. Light
and low cost crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara
*2B: 42–50. [Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
4. Varga, R.S. 1970. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems.
Dalam: Ortega, J.M. & W.C. Rheinholdt (eds.). 1970. Studies in numerical analysis 2:
Numerical solutions of nonlinear problems. Symposium in Numerical Solution of
Nonlinear Problems, Philadelphia, October 21–23, 1968. SIAM, Philadelphia: 99–113.
1. Soemardi T.P., Budiarso, Sumarsono D.A., Fauzan M., Djatmiko H. & Huwae R. 1997. Light
and low cost crossflow microhydro water turbine using composite materials.
Makara *2B: 42–50. [Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
2. Kaufman-Bühler W., Peters A. & Peters K. 1981. Mathematicians love books. Dalam:
Steen, L.A. (ed.). 1981. Mathematics tomorrow. Springer-Verlag, New York: 121–126.
3. Varga, R.S. 1970. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems.
Dalam: Ortega, J.M. & W.C. Rheinholdt (eds.). 1970. Studies in numerical analysis 2:
Numerical solutions of nonlinear problems. Symposium in Numerical Solution of
Nonlinear Problems, Philadelphia, October 21–23, 1968. SIAM, Philadelphia: 99–113.
4. Nybakken J.W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: An
ecological approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo & S. Sukardjo. PT
Gramedia, Jakarta: xv + 459 hlm.
LAMPIRAN M4-2
Format daftar pustaka sebagaimana disyaratkan berbagai jurnal ilmiah di
lingkungan Unusia
Jurnal Islam Nusantara
AL-Washath
LAMPIRAN M4-3
DATA SUMBER ACUAN ELEKTRONIK
1. Jika sumber informasi berupa buku atau majalah, data yang harus dicantumkan
sesuai dengan cara yang berlaku untuk media cetak.
2. Jika berupa artikel yang khusus dibuat untuk informasi tertentu, data yang dicatat
adalah sebagai berikut.
(a) nama penulis artikel;
(b) tahun penulisan artikel;
(c) judul artikel;
(d) tanggal penulisan artikel itu atau pemutakhirannya;
(e) tebal artikel;
(f) nama laman (digarisbawahi);
(g) tanggal dan waktu penulisan laporan atau skripsi mengkases informasi;
MODUL 5: TOPIK DAN TESIS
1. PENDAHULUAN
Topik sering kali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau,
TOPIK tidak sama
bahkan, sebuah tesis, dapat saja, pada akhirnya, dijadikan dengan JUDUL
judul tulisan. Akan tetapi, topik tidak sama dengan judul.
Tidak selalu sebuah judul merupakan topik tulisan. Mungkin
saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik. Mengenai
judul akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan
mengenai tema atau tesis.
Meskipun hanya ada empat syarat pemilihan topik, dalam kenyataannya, proses penemuan
topik bukan pekerjaan yang mudah dan singkat. Jika penulis belum siap dan belum banyak
membaca, proses itu akan memerlukan waktu beberapa bulan, bahkan beberapa tahun. Ada
cara bagi seorang penulis untuk menguji topiknya.
Minat Luas cakupan
pribadi topik
peneliti
Sumber Tingkat
materiil kesulitan
penulis topik
3. TUJUAN
4. TESIS
TESIS = TEMA*
Langkah berikutnya adalah merumuskan tesis, yakni penggabungan topik
menggabungkan topik dan tujuan kita. Tesis sebenarnya sama dan tujuan penulis
berbentuk satu kalimat
dengan tema. Istilah tema digunakan untuk laras karangan dengan topik dan
pada umumnya, sedangkan tema bagi tulisan ilmiah disebut tujuan yang bertindak
tesis. Dalam laras ilmiah, sebagaimana diuraikan dalam Keraf sebagai gagasan sentral
kalimat tersebut.
(1997), tesis adalah tema bagi laras ilmiah yang berbentuk
satu kalimat dengan topik dan tujuan yang berfungsi sebagai (*) Tema untuk laras
umum; Topik untuk
gagasan sentral kalimat tersebut. laras ilmiah
Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan
di awal proses penulisan, sebaliknya, perumusan judul
dilakukan setelah seluruh karangan selesai. Boleh saja, pada SYARAT JUDUL
1) ringkas,
akhirnya, sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak 2) provokatif, dan
selalu sebuah topik itu sama dengan judul. Sebuah judul harus 3) relevan dengan isi
memiliki persyaratan:
(1) ringkas,
(2) provokatif, dan
(3) relevan dengan isi.
PENYAJIAN
KARYA ILMIAH
(3)
Kerangka
Karangan
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins College
Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. ke-2). Jakarta: Akademika
Pressindo.
Gibaldi, Joseph. 1999. MLA Handbook for Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York:
The Modern Language Association of America.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Winkler, Anthony C. dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
Wishon, George E. dan Burks, Julia M. 1968. Let’s Write English. New York: American Book
Company.
MODUL 6: KERANGKA TULISAN
1. PENDAHULUAN
Untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan Karya tulis ilmiah
struktur atau format tulisan yang kurang lebih bersifat baku. memiliki ketentuan struktur
atau format karangan yang
Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang bersifat baku.
dalam International Standardization Organization (ISO).
Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu
kurang absah sebagai terbitan ilmiah ISO 5966 (1982)
menetapkan bahwa karya tulis ilmiah (Soehardjan, 1997: 38)
terdiri atas
judul,
nama penulis,
abstrak,
kata kunci,
PENDAHULUAN,
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
MODUL 7: JENIS TULISAN
1. PENDAHULUAN
DUA KATEGORI
Pada Modul 1 (Laras Ilmiah dan Ragam Bahasa) telah KARYA TULIS
diuraikan dua kategori karya tulis, yaitu karya tulis fiksi dan
1. Fiksi
nonfiksi. Sebuah karya tulis fiksi, atau sering disebut karya Hasil rekaan penulis
sastra, merupakan ekspresi diri penulisnya yang dihasilkan ber-dasarkan realitas.
dari imajinasi penulis. Hasil karya penulis merupakan hasil 2. Nonfiksi
Hasil rangkaian fakta
rekaannya sendiri berdasarkan realitas di sekelilingnya. berdasarkan pemikiran,
Sebaliknya, sebuah karya tulis nonfiksi merupakan hasil gagasan, peristiwa, dan
pendapat penulis.
rangkaian fakta yang merupakan hasil pemikiran, gagasan,
peristiwa, gejala, dan pendapat penulis.
3. JENIS TULISAN
DALAM LARAS
ILMIAH
Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian-
bagian pembangun sebuah karya tulis akan mengandung
beberapa jenis tulisan. Sebuah karya tulis berlaras ilmiah pun
akan dibangun oleh beberapa jenis tulisan.
A. Eksposisi (Paparan)
EKSPOSISI
Pada saat karya ilmiah berfungsi untuk memberitahukan dan
menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah Jenis tulisan yang
memaparkan, menjelaskan,
eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang atau menguraikan suatu
berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang topik, menyingkapkan buah
pikiran, perasaan, atau
ekspositoris akan menguraikan sebuah proses, melukiskan
pendapat penulisnya.
proses pembuatan sesuatu yang belum diketahui pembaca,
atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1997: 110).
B. Argumentasi (Bahasan)
Deskripsi bertalian
dengan pelukisan kesan
yang tertangkap oleh
pancaindra penulis
berkaitan dengan
sebuah objek atau
peristiwa (Keraf, 1997: 109–110). Menurut Marahimin (1994:
38), dalam penulisan deskripsi, yang ditulis adalah fakta,
JENIS DESKRIPSI
bukan realitas. Deskripsi adalah hasil observasi dengan
menggunakan pengindra penulis. 1. Deskripsi ekspositoris
Jenis deskripsi yang
sangat logis dan disusun
Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi ekspositoris dan mengikuti urutan logis
deskripsi impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi objek yang di-amati.
ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya 2. Deskripsi
impresionistis
merupakan daftar perincian yang disusun menurut sistem Jenis deskripsi yang
atau urutan logis dari objek yang diamati. Deskripsi memeri-kan kesan yang
diperoleh penulis dari
impresionistis adalah deskripsi yang menggambarkan objek pengamatan-nya.
impresi penulis atau untuk menstimulir pembaca dengan
lebih menekankan kesan yang timbul pada saat penulis
melakukan observasi. Urutan pemerian dilakukan
berdasarkan kuat atau lemahnya kesan penulis terhadap
objek yang ditulis.
Dalam menulis sebuah deskripsi ada beberapa hal yang SYARAT KEBAHASAAN
DESKRIPSI
harus diperhatikan, yaitu
(1) Fokus penggambaran harus tercantum dalam kalimat
topik paragraf.
(2) Suasana peristiwa dapat dirasakan melalui pilihan kata
yang baik.
(3) Pengembangan paragraf harus dilakukan secara
efektif,
masuk akal atau logis, dan
dipikirkan dan dirancang dengan cermat dan
teliti.
Deskripsi orang, sebaiknya, menggambarkan SYARAT
KELENGKAPAN
Penampilan seseorang,
DESKRIPSI
Moral atau etika yang dianut seseorang BERDASARKAN
OBJEK PENGAMATAN
Perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu PENULIS
Sifat seseorang
Suara dan cara seseorang berbicara
Sikap seseorang terhadap orang lain.
Deskripsi tempat menggambarkan suatu lokasi dan,
sebaiknya, dapat menjawab pertanyaan berikut
Apakah gambaran diberikan atas dasar pencerapan
seluruh pancaindra atau hanya berdasarkan
penglihatan?
Apakah penggambaran dilakukan pada satu saat
tertentu?
Apakah perincian ditata dalam urutan yang logis?
Apakah sudut pandang yang konsisten dipertahankan
selama deskripsi dilakukan?
Apakah penggunaan kata sifat dalam deskripsi
tersebut jelas dan tepat?
Apakah kata kerja yang digunakan memberikan
gambaran yang tepat?
Apakah kata benda yang digunakan betul-betul
khusus?
Deskripsi waktu harus mencakup
Keterangan waktu yang tepat
Pengurutan yang kronologis dan logis
Unsur perian orang dan tempat.
1. PENDAHULUAN
PARAGRAF
adalah
Sebuah paragraf atau alinea adalah sebuah satuan pikiran yang satuan pikiran yang
membahas satu gagasan melalui sebuah rangkaian kalimat yang membahas satu gagasan
saling berhubungan. Gagasan yang terdapat dalam paragraf melalui serangkaian
kalimat.
diuraikan pula oleh uraian-uraian tambahan untuk
memperjelas gagasan utama.
Sebuah paragraf yang baik dan efektif memenuhi syarat-syarat SYARAT PEMBENTUKAN
berikut. PARAGRAF
3. Kalimat Topik
Gagasan utama diuraikan dalam sebuah kalimat yang disebut KALIMAT TOPIK
kalimat topik. Kalimat topik mengungkapkan maksud pokok adalah
kalimat yang mengandung
uraian paragaraf. Kalimat-kalimat lainnya berfungsi sebagai gagasan utama.
kalimat penjelas.
6. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Gunawan, dkk. 1994. Kiat Membuat Alinea. Jakarta: PT Aries Lima.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Radikun, Tulus Budi S. 2002. Kiat Penulisan Efektif Laporan Pemeriksaan Psikologis. Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, Fakultas
Psikologi UI.
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Sakri, Adjat. 1988. Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: Penerbit ITB.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1980. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Subiyakto, Markus G. 1996. Kiat Menulis Artikel Iptek Populer di Media Cetak. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
MODUL 9: PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. PENDAHULUAN
a. Penambahan PENAMBAHAN
d. Peningkatan PENINGKATAN
Jadi jelas, jika data yang diberikan oleh South ini sahih, penduduk
Jakarta sebenarnya sedang mengalami krisis air minum. Bahkan,
majalah itu juga menyebutkan bahwa hanya sepuluh persen saja
penduduk Jakarta yang bisa menikmati air bersih. Selebihnya
bisa jadi menikmati air yang sarat dengan bakteri coli itu.
e. Sebab-akibat
SEBAB - AKIBAT
Cara pengembangan paragraf yang paling sering dilakukan
adalah pengembangan dengan menyusun peristiwa dalam
urutan sebab-akibat. Contoh berikut memperlihatkan
hubungan itu.
f. Syarat
SYARAT
Paragraf dapat pula dikembangkan dengan mengemukakan
syarat, seperti dalam contoh berikut.
h. Kesimpulan
KESIMPULAN
Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan
mengemukakan sebuah kesimpulan. Contoh
i. Kegunaan
KEGUNAAN
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan
paragraf ialah dengan penyebutan kegunaan, seperti dalam
contoh berikut ini.
j. Contoh
CONTOH
Untuk mengembangkan sebuah pokok pikiran yang sulit
sebaiknya dipakai cara pengembangan melalui contoh, seperti
terlihat dalam contoh berikut ini.
IBARAT
l. Ibarat
o. Pertanyaan
p. Gambaran
q. Perincian
PERINCIAN
Dalam tulisan ilmiah sering kali dipakai paragraf dengan
perincian seperti terlihat dalam contoh berikut.
r. Penggolongan PENGGOLONGAN
4. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1980. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Subiyakto, Markus G. 1996. Kiat Menulis Artikel Iptek Populer di Media Cetak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
MODUL 10: RINGKASAN, IKHTISAR, ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
A. IKHTISAR IKHTISAR
adalah
rangkuman gagasan yang
Ikhtisar adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting dianggap penting oleh
oleh penyusun ikhtisar yang digali dari sebuah teks yang penyusun ikhtisar yang
dibacanya. Penyusun ikhtisar dapat langsung mengemukakan digali dari teks yang
dibacanya.
inti atau pokok permasalahan yang berkaitan dengan
kepentingan atau perhatiannya. Dalam penyusunan ikhtisar,
urutan dari teks asli tidak perlu dipertahankan. Ikhtisar tidak Dalam penyusunan ikhtisar,
akan memberikan isi keseluruhan dari tulisan asli secara urutan dari teks asli tidak
perlu dipertahankan.
proposional. Bab-bab atau bagian dari teks asli yang dianggap
kurang penting oleh penyusun ikhtisar dapat diabaikan.
B. ABSTRAK
Sebenarnya, abstrak dan ikhtisar merupakan dua kata yang ABSTRAK dan
bermakna kurang lebih sama. Dalam Kamus Besar Bahasa IKHTISAR memiliki arti
yang sama.
Indonesia tercantum bahwa kata abstrak berarti ‘ringkasan;
inti; ikhtisar (tulisan, laporan, dsb.)’, sedangkan kata ikhtisar ABSTRAK dari bahasa
Inggris.
berarti ‘pandangan secara ringkas (yang penting-penting IKHTISAR dari bahasa
saja); ringkasan’. Istilah Abstrak berasal dari bahasa Inggris, Arab.
sedangkan istilah ikhtisar berasal dari bahasa Arab. Jadi,
sebenarnya, abstrak berpadanan dengan ikhtisar.
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins College
Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
5. LAMPIRAN M11-1
ABSTRAK 1
Identitas adalah isu sentral dalam perjalanan sebuah bangsa, tidak terkecuali bangsa Inggris. Dengan
melihat perjalanan konsentrasi identitas bangsa Inggris dari abad ke-18, tulisan ini berusaha untuk
memahami proses budaya yang membentuk identitas. Berbagai faktor internal dan eksternal
mempengaruhi proses ini dan meyakinkan bahwa identitas bangsa Inggris sedang diperdebatkan.
Berbagai makna seputar identitas Inggris juga dibahas untuk menunjukkan adanya negosiasi dalam
proses pembentukan identitas. Pada akhir pembahasan, terlihat bahwa identitas lebih bersifat
majemuk. Akan tetapi, masa depan Inggris, sebagai sebuah komunitas imajiner, ketika semua elemen
masyarakat merasa dihargai, memiliki kesempatan yang sama dalam mengaktualisasi diri dan
menikmati persahabatan dalam semangat keberagaman, masih perlu dilihat kemudian. (Junaidi,
Wacana 4, 1, April, 2002: 54)
ABSTRAK 2
Konflik antara warga komunitas setempat dan pihak pengusaha Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
dilaporkan telah terjadi dan berlangsung di berbagai kawasan hutan konsesi di luar Jawa. Temuan
penelitian lapangan pada dua komunitas yang berada di dalam satu kawasan konsesi hutan di daerah
Kabupaten Jayapura, Irian Jaya, yang dibahas dalam makalah ini, menguatkan laporan tersebut, dan
menunjukkan bahwa konflik juga terjadi di antara warga komunitas berkenaan dengan masalah
pelanggaran batas wilayah penguasaan dan perebutan akses pada kesempatan kerja di perusahaan
HPH. Secara khusus, makalah ini membahas bentuk-bentuk nyata dari konflik tersebut dan proses
serta mekanisme-mekanisme penanganan konflik tersebut. (Iwan Tjitradjaja, Ekonesia 1, 1, Mei,
1993: 58)
ABSTRAK 3
Pengalaman dengan alley farming dan bentuk-bentuk lain dalam pelestarian lahan di Nusa Tenggara
berawal setidak-tidaknya sejak permulaan abad ini. Sejak itu, petani maupun organisasi
pembangunan telah mengadaptasi dan mengembangkan teknologi tersebut ke dalam sistem
pertanian dataran tinggi untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat. Alley farming menjadi
landasan dari sejumlah kegiatan yang semuanya bertujuan menghasilkan keanekaragaman tanaman
dan memperbaiki sistem pertanian dataran tinggi. Tulisan ini menguraikan pengalaman dan evolusi
teknologi alley farming di Nusa Tenggara, serta menunjukkan upaya dan pendekatan yang menjadi
kunci keberhasilan pengelolaan lahan di kawasan ini. (Larry A. Fisher dan Julia DiPietro, Ekonesia 1,
1, Mei, 1993: 70)
ABSTRAK 4
Spektrometer massa Quadrupole digunakan untuk menganalisis berkas ion dengan perbandingan
massa spesifik terhadap muatan. Untuk menganalisis spektrum massa ion metal cair, dipersiapkan
sumber ion metal cair yaitu CuP, dan kestabilannya dianalisis untuk pengamatan terhadap
kemungkinan terjadinya pergeseran arus ion fosfor selama penelitian berlangsung. Pengukuran
arus ion fosfor satu jam dan sembilan jam menunjukkan bahwa sumber ion metal cair tetap stabil
tanpa adanya indikasi terjadinya pergeseran arus ion fosfor. Pengukuran selanjutnya dilakukan
selama 21 jam secara kontinu setelah dilakukan pembakaran pertama. Hasilnya menunjukkan
adanya stabilitas yang konsisten tanpa terjadi pergeseran. Setelah berjalan 21 jam arus fosfor
dihentikan karena sumber reservoir metal cair telah habis terpakai. (R.H.Rusli, Makara* 7B, Mei,
2000: 71) [*7 = nomor seri; B = seri majalah)
MODUL 11: FORMAT MAKALAH ILMIAH
1. PENDAHULUAN
Langkah terakhir dalam kegiatan sistem pemelajaran
berdasarkan masalah (Problem-based Learning/PBL)
maupun sistem pemelajaran berkolaborasi (Collaborative
Learning/CL) adalah menyusun sebuah makalah. Makalah ini MAKALAH ILMIAH
merupakan hasil himpunan dari berbagai tugas mandiri yang merupakan
hasil himpunan dari
sudah disajikan dalam diskusi kelompok. Agar layak disebut berbagai tugas mandiri
sebagai makalah ilmiah, makalah yang disusun harus yang sudah disajikan dalam
memenuhi persyaratan ilmiah. diskusi kelompok.
Modul 15, 16, 17, 18 ini akan menelusuri kembali berbagai hal
yang berkaitan dengan penulisan karya ilmiah. Akan tetapi,
perhatian akan lebih ditekankan pada aspek teknisnya.
2. MAKALAH KELOMPOK
3. ASPEK PENILAIAN
LOGIKA berkaitan erat dengan bahasa dan komunikasi. Tanpa logika yang baik, tentunya,
tidak akan dihasilkan makalah yang baik. Sebenarnya, melalui penilaian aspek bahasa dan
logika ini, sekaligus penilaian atas isi (content) makalah akan tercapai. Oleh karena itu,
seperti juga aspek bahasa, aspek ini diberi bobot 4.
LAMPIRAN M15-1
3cm
KELAS 1
KELOMPOK XX
FAKULTAS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
3cm
LAMPIRAN M15-2
3cm
ABSTRAK
Kata Kunci: Diurutkan sesuai abjad, tiap kata kunci diakhiri tanda baca
titik koma (;), kecuali yang terakhir (ditutup dengan tanda
baca titik). Jarak baris satu spasi.
3cm
LAMPIRAN M15-3
FORMAT MAKALAH
3 cm
Nomor halaman
BAB I
PENDAHULUAN
4 cm
4 x 1 spasi
Xxxxxx xxxxx xxxxxx xxxxxxx xxxxxxxxxxxxx xxxxxx
Xxxxxxxx xxxx. Xxxxxx xxxxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx xxxxx- Batas bidang pengetikan.
Huruf Times New Roman 12, jarak
xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx xxxxx xxxx. baris 2 spasi. Teks tidak rata kanan.
3 x 1 spasi
3 cm
LAMPIRAN C: CARA MENGACU
Dalam kegiatan penulisan ilmiah, tidak seorang penulis pun RUJUKAN
1. Daftar Pustaka
Frasa Daftar Pustaka bersinonim dengan Bibliografi dan DAFTAR PUSTAKA
Kepustakaan, yaitu “semua buku, karangan, dan tulisan
bersinonim dengan
mengenai suatu bidang ilmu, topik, gejala, atau kejadian” (KBBI Bibliografi dan
Ed. ketiga 2002: 912). Sumber yang didaftarkan mencakup Kepustakaan,
sumber-sumber yang diacu dan yang tidak diacu. Sumber yang yaitu semua buku,
diacu adalah sumber yang digunakan penulis sebagai sumber karangan, dan tulisan
informasi untuk tulisannya. Sumber yang tidak diacu adalah mengenai suatu bidang
ilmu, topik, gejala, atau
sekalian buku dan sumber pustaka lain yang pernah dibaca kejadian (KBBI Ed. ketiga
penulis, tetapi, mungkin, tidak digunakan untuk penyusunan 2002: 912).
tulisannya. Ada arti lain yang dikandung istilah kepustakaan,
yaitu “sumber acuan” (KBBI Ed. ketiga 2002: 912), Akan tetapi,
arti tersebut lebih tepat digunakan untuk ragam rujukan yang
kedua, yaitu Daftar Acuan.
2. Daftar Acuan
DAFTAR ACUAN
Acu berarti “menunjuk (kepada); merujuk” dan acuan
berarti “rujukan; referensi” (KBBI Ed. ketiga 2002: 4–5). Dengan bersinonim dengan
Daftar Rujukan dan
demikian, arti kedua kepustakaan, yaitu “daftar kitab yang Daftar Referensi,
dipakai sebagai sumber acuan untuk mengarang dan
yaitu daftar kitab yang
sebagainya” (KBBI Ed. ketiga 2002: 912) sangat tepat dipakai sebagai sumber
menggambarkan pengertian yang dikandung Daftar Acuan, acuan untuk mengarang
yang bersinonim dengan Daftar Rujukan dan Daftar Referensi. dan sebagainya
(KBBI Ed. ketiga 2002:
Dengan kata lain, dalam Daftar Acuan hanya didaftarkan 912)
sumber-sumber pustaka yang memang dan benar diacu penulis
untuk menyusun tulisannya. Daftar Acuan memuat sekalian
pustaka yang menjadi sumber sintesis kerangka pemikiran
penulis serta melandasi alasan pemilihan topik, metode
penelitian, dan proses analisisnya.
1 Ini contoh pembuatan catatan kaki secara otomatis yang menggunakan nomor urut.
b. Antara nama penulis sumber dan judul buku digunakan
tanda koma, bukan titik. Sebaliknya, antara judul buku
dan data pustaka tidak ada titik ataupun koma (pada
contoh, tanda titik digunakan karena menandai
singkatan kata edition);
Jika ada lebih dari satu buku ditulis orang yang sama dan
buku-buku itu dirujuk, nama penulis diikuti satu bentuk
singkat dari judul yang dimaksud agar tidak menimbulkan
keraguan.
Contoh: 3Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: Gramedia,
1982), hlm. 25.
4GorysKeraf, Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran
Bahasa (Ende: Nusa Indah, 1994), hlm. 50.
5Keraf, Argumentasi, hlm. 60.
Jika tidak ada nama penulis, catatan kaki dimulai dengan judul
buku atau judul artikel.
1Joseph Gibaldi, MLA Handbook for Writers of Research Papers. 5th ed.
(New York: MLA, 1999), hlm. 35.
2Ibid. hlm. 40.
3Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm.
25.