Anda di halaman 1dari 21

BAB I

MENULIS ILMIAH

PENDAHULUAN
1.Pengantar
Pada bagian ini, akan diuraikan dua buah topik, yakni pengertian karya
ilmiah dan pengertian dari jenis-jenis karya ilmiah. Namun, dalam uraian ini tidak
hanya sekedar memberi pengertian, tetapi lebih luas dari itu dengan meramu
berbagai pendapat para ahli.

2. Pengertian Karya Ilmiah


Berdasarkan bobot isinya, Finoza (2004:192) berpendapat bahwa karangan
dapat dibagi atas tiga jenis, yakni 1) karangan ilmiah, 2) karangan semi lmiah atau
ilmiah populer, dan 3) karangan nonilmiah. Ketiga jenis karangan ini memiliki
karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah
persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Menurut
Pateda dan Pulubuhu (1993:91) karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah
tentang disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, benar, logis, utuh,
dan bertanggung jawab serta menggunakan bahasa yang benar. Pemikiran ilmiah
berarti tulisan itu memenuhi prinsip-prinsip ilmiah, berdasarkan telaah ilmu
tertentu dan secara metodologi dapat dipertanggungjawabkan. Penyusunan tulisan
ilmiah harus sistematis agar pembaca mudah memahaminya. Sistematis berarti
urutannya teratur, terarah dan menganut cara penyusunan tertentu. Apa yang
disusun pun harus benar dan mempunyai bukti yang meyakinkan. Benar dalam
sudut pandang empiris maupun logika. Uraian yang sistematis, benar, dan logis itu
harus utuh. Maksudnya, apa yang diuraikan harus selesai, bukan fragmen atau
sebagian dari suatu keseluruhan sehingga pembaca memperoleh suatu gambaran
yang menyeluruh, bukan seperti cerita bersambung. Tulisan ilmiah disusun secara
bertanggung jawab yang berarti penyusunannya memenuhi kode etik penyusunan,
antara lain penyebutan sumber yang jelas. Tulisan yang tidak bertanggung jawab
akan mengakibatkan penulisnya berurusan dengan polisi dan pengadilan.
Menurut The Liang Gie (2002:91) karangan ilmiah adalah salah satu
karangan faktawi. Karangan ilmiah terutama disajikan dalam bentuk pemaparan.
Tujuannya dapat bermacam-macam dalam kaitannya dengan pendidikan dan
penelitian, seperti penilaian kelulusan, sebagai bahan dalam proses belajar-
mengajar, menjadi sarana baca untuk mendalami sesuatu cabang ilmu, dan untuk
menyajikan hasil penelitian dalam pertemuan para ilmuwan.
Lebih jauh The Liang Gie menjelaskan bahwa ciri karangan ilmiah
merupakan jenis karangan yang terutama mengenai suatu topik keilmuan dan
umumnya ditujukan kepada mayarakat pembaca yang berkecimpung dalam
bidang pengetahuan ilmiah bersangkutan. Tatacara pemaparan dan bentuk
susunan karangan ilmiah harus memiliki pola tertib dan kelaziman yang berlaku
pada masyarakat keilmuan. Jones dalam The Liang Gie mensyaratkan 10 ciri
karya ilmiah:
1. menyajikan fakta
2. cermat dan jujur (accurate and tru the full)
3. tidak memihak (disinterested)
4. sistematis
5. tidak bersifat emosional (not emotive)
6. mengesampingkan pendapat yang tidak mempunyai dasar (unsupported
opinion)
7. sungguh-sungguh (sincere)
8. tidak bercorak debat (not argumentative)
9. tidak secara langsung bernada membujuk (not directly persuasive)
10. tidak melebih-lebihkan.
Utorodewo dalam tulisan-tulisannya, baik dalam makalah yang
dipresentasikan maupun dalam diktat perkuliahan (2003) menjelaskan bahwa
karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta yang merupakan hasil
pemikiran, gagasan, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya
ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan
yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut
pengarang melainkan disebut penulis, Soeseno dalam Utorodewo (2003).
Selanjutnya, menurut Utorodewo karya ilmiah memiliki tujuan dan
khalayak sasaran yang jelas. Meskipun begitu, aspek komunikasi tetap memegang
peranan utama dalam sebuah karya ilmiah. Oleh karenanya, berbagai
kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan.
Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran, tetapi untuk
menyampaikan hasil penelitian. Kita dapat pula menumbangkan sebuah teori
berdasarkan hasil penelitian kita. Oleh karena itu, menurut Brotowidjojo dalam
Utorodewo (2003) karya ilmiah harus memiliki beberapa persyaratan berikut:
a. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan
aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
b. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat
terkaan. Jujur dalam arti mengandung sikap etik penulisan ilmiah yakni
penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
c. Karya ilmiah harus disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan
secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
d. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab akibat dengan pemahaman dan
alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
e. Karangan ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan
pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
f. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya
mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh
memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka.
Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
g. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya
timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh
penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan
hukum yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara
sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil simpulan sendiri berupa
pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Sebuah perincian lain tentang karangan ilmiah dari Ida Bagus Mantra
dalam The Liang Gie (2003: 93) yang mengungkapkan bahwa karaya ilmiah
semestinya memiliki persyaratan berikut:
a. Data yang digunakan mempunyai validitas yang tinggi, analisis dan
interpretasi harus objektif.
b. Kejujuran ilmiah, komvensi di dalam dunia ilmiah mengharuskan orang
untuk menyebutkan dengan jelas sumber data dan pendapat yang
digunakan dalam tulisan itu. Dengan jujur dan tegas harus dikemukakan
dan dibedakan mana pendapat atau penemuan sendiri dan mana pendapat
atau penemuan orang lain.
c. Jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti. Kata-kata atau kalimat-kalimat
yang digunakan harus singkat, jelas, dan sederhana. Untuk ini penulis
perlu menguasai tatabahasa dengan baik dan kaya akan perbendaharaan
kata-kata.
d. Kompak, kontinu, dan lancar. Dari pendahuluan sampai dengan penutup
tulisan ini harus merupakan suatu keseluruhan yang kompak. Bab demi
bab, fasal demi fasal, alinea demi alinea merupakan satu kesatuan.
Menurut uraian Staf Pengajar Tata Tulis Karya Ilmiah ITB (2004:3), hasil
karya ilmiah selayaknya memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh
umat manusia. Misalnya manusia mengalami masalah kerawanan pangan di suatu
tempat. Dengan menggunakan salah satu cara atau gabungan dari cara atau
metode, manusia berusaha menemukan sebab-sebab terjadinya kerawanan pangan
tersebut. Selanjutnya dengan ditemukan sebab-sebab tersebut, tentunya manusia
berusaha untuk menemukan jalan keluar dari persoalan tersebut. Jalan keluar
itulah tujuan akhir dari suatu penelitian. Jalan keluar tersebut merupakan suatu
rekomendasi/ saran yang disimpulkan dari hasil penelitian itu. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa tulisan mengenai hasil penelitian tersebut, walaupun
menggunakan bahasa ilmiah, belum bisa diterima sebagai karya tulis ilmiah yang
formal bila penyajiannya tidak menurut tata tulis yang telah disepakati oleh
kalangan akademisi (yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan), karena
konvensi tata tulis tersebut memerlukan uraian yang terperinci.
Bila dipandang dari sudut penggunaan bahasa, menurut Utorodewo
(2003) karya ilmiah memiliki tiga ciri:
1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua
makna;
2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian
yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan;
dan
3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Di samping persyaratan tersebut, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah
ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku.
Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam International
Standardization Organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindahkan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa
publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah Soehardjan dalam Utorodewo
(2003). Format karya ilmiah menurut ISO 5966 dalam Soehardjan dalam
Utorodewo adalah
1. judul,
2. nama penulis,
3. abstrak,
4. kata kunci,
5. pendahuuan,
6. inti tulisan (teori, metode, hasil, dan pembahasan)---- ISI
7. simpulan dan usulan/saran,
8. ucapan terima kasih,
9. daftar pustaka
Ahli lain, yakni Prof H. Johannes dalam The Liang Gie (2002: 94)
menjelaskan bahwa karangan ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat khusus
dalam penggunaan bahasa, ciri-ciri tersebut antara lain:
a. Titik pandang ketatabahasaan harus taat asas dalam hal ragam dan
modus maupun kata diri dan kata ganti diri.
b. Karya ilmiah berbeda dari karya susastra dalam hal penggunaan
istilah-istilah khusus yang ditakrifkan sehingga perkataan yang sama
dalam bahasa keilmuan dan dalam bahasa umum dapat berbeda
artinya.
c. Tingkat bahasa yang dipakai dalam karangan ilmiah adalah tingkat
bahasa resmi dan bukan tingkat bahasa harian.
d. Dalam karangan ilmiah dihindari bahasa usang, kolot, dan basi.
e. Dalam karangan ilmiah dihindari ungkapan-ungkapan ekstrem,
berlebihan dan haru.
f. Dalam karangan ilmiah dihindari kata-kata yang mubazir.
g. Bahasa keilmuan tenang dan moderat.
h. Bahasa keilmuan lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan
perasaan.
i. Kalimat dan alinea dalam karangan ilmiah panjangnya sedang.
j. Pemakaian kiasan dalam karangan ilmiah terbatas.
Sementara menurut Widjono (2005: 21), ciri ragam bahasa ilmiah adalah:
1. jelas struktur kalimat dan maknanya,
2. singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara
lengkap,
3. cermat dalam memilih istilah/kata, ejaan, bentuk kata, kalimat, paragraf,
dan penalarannya,
4. mereproduksi konsep atau temuan yang sudah ada dan
mengembangkannya dengan temuan baru atau konsep yang belum pernah
ada,
5. objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum,
menghindarkan bentuk persona, dan ungkapan subjektif,
6. menggunakan unsur baku: kosa kata/istilah, bentuk kata, kalimat, dan
penalaran ilmiah,
7. konsisten dalam menggunakan penalaran, istilah, sudut pandang,
pengendalian variabel topik, permasalahan, tujuan, penggunaan andasan
teori, pembahasan, sampai dengan simpulan dan saran.
Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan non ilmiah, yaitu
karangan yang tidak terikat dengan aturan baku tadi, sedangkan karangan
semiilmiah berada di antara keduanya, seperti terlihat dalam gambar berikut
Karangan semi ilmiah

karangan ilmiah karangan nonilmiah

Antara karangan ilmiah dengan karangan ilmiah populer/ semi ilmiah tidak
banyak perbedaan yang mendasar. Perbedaan yang paling jelas hanya pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus di bidang ilmu tertentu, dalam karangan ilmiah
populer bahasa yang terlalu teknis tersebut terkadang dihindari. Sebagai gantinya
digunakan istilah umum. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan,
karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat
dan sistematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun tetap
sistematis. Agar lebih jelas, Finoza (2004:194) mengungkapkan tabel berikut.
Tabel 1
Perbedaan Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah, Non Ilmiah
Karakteristik Karangan Ilmiah Karangan Karangan Non
Semiilmiah Ilmiah
Sumber Pengamatan, Pengamatan, Nonfaktual,
faktual faktual (rekaan)
sifat Objektif Objektif Subjektif
+subjektif
bobot Ilmiah Semiilmiah Nonilmiah

alur Sistematis, Sistematis, bebas


metodis kronologis, kilas
balik (flashback)
bahasa Denotatif, ragam (Denotatif+ denotatif/konotatif,
baku, istilah konotatif) setengah resmi/
khusus setengah resmi tidak resmi/ istilah
umum/ daerah
bentuk Argumentasi, eksposisi, narasi, deskripsi,
campuran persuasi, campuran
deskripsi,
campuran

Semua pendapat di atas seperti sebuah rumusan sederhana diungkapkan


oleh Finoza (2004:194-195) bahwa ada tiga ciri karangan ilmiah, pertama harus
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif
berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan
dengan pengamatan atau empiri yang mengandung sikap jujur dan tidak memihak
dan memakai ukuran umum dalam menilai, bukan ukuran yang subjektif.
Objektivitas ini membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal.
Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam
pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-
langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian
masalah dan penentuan strategi.
Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, bahasa ilmiah bersifat
lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain
bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam
disiplin ilmu masing-masing.
Begitu pentingnya menggunakan bahasa yang baik dalam penulisan karya
ilmiah, seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun Suriasumantri dalam Finoza (2004:
195) berpesan secara khusus kepada calon penulis sebagai berikut:
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah
kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek
dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara
subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang
tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, tata
bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang tidak cermat pula. Oleh
sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik
adalah menggunakan tata bahasa yang benar.

Sementara pakar lain, Surakhmat dalam Finoza (2004:195) juga mengatakan


“bahasa adalah medium terpenting di dalam karangan, bahasa karangan yang
kacau menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya”. Dari pernyataan ini
patut kita sadari perlunya kita menguasai keterampilan berbahasa tulis sebagai
bekal mengarang.

3. Pengertian dari Berbagai Jenis Karya ilmiah


Tulisan ilmiah dapat dibagi atas a) paper, b)makalah, c) modul, d) diktat,
e) skripsi, f) tesis, g) disertasi, h) buku, dan I) laporan penelitian. Di samping itu,
ada pula kritik, timbangan buku, dan tulisan ilmiah populer, Pateda dan Pulubuhu
(1993:92)
Lebih jauh dijelaskan pengertian masing-masingnya, paper adalah tulisan
ilmiah yang panjang isinya kurang lebih 5 halaman. Biasanya disusun untuk
memenuhi permintaan dosen pengajar mata kuliah tertentu. Sementara, makalah
adalah tulisan imiah yang disusun unutuk dibahas pada pertemuan ilmiah seperti
seminar atau simposium. Makalah biasanya berisi hasil penelitian atau kajian ilmu
tertentu atau berupa penemuan baru sebagai tanda bahwa disiplin ilmu yang
bersangkutan berkembang.
Modul adalah uraian mata kuliah tertentu yang didasarkan pada keperluan
pertemuan dalam perkuliahan. Seperti diketahui, untuk satu semester perkuliahan
dibagi atas 16 kali pertemuan. Modul dengan sendirinya dibagi atas 16 bagian.
Setiap bagian terurai atas i) tujuan khusus yang akan dicapai, ii) uraian secara
rinci pokok bahasan yang dimaksud, iii) bahan pengajaran, iv) bahan evaluasi, dan
v) tugas-tugas.
Dikat adalah tulisan ilmiah yang lebih panjang dari modul yang disusun
untuk digunakan dalam perkuliahan. Diktat sudah terurai menurut bab, diketik
secara rapi, distensil, digandakan sebanyak keperluan. Skripsi adalah tulisan
ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan mengakhiri studi bagi program
S1 guna mencapai gelar sarjana. Adapun tesis adalah tulisan ilmiah yang disusun
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian S2 atau magister. Disertasi adalah
tulisan ilmiah yang disusun untuk mencapai derajat akademis doktor (S3).
Secara rinci, Pateda dan Pulubuhu (1993: 93) menjelaskan persamaan dan
perbedaan antara skripsi, tesis dan disertasi. Persamaannya yakni 1) isinya
menyangkut disiplin ilmu tertentu, 2) isinya adalah hasil penelitian, baik
penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan, 3) dalam proses
penyusunannya diperlukan pembimbing, 4) ditulis dengan maksud mencapai
tingkat akademis tertentu, 5) taat pada kaidah penulisan ilmiah, misalnya yang
berhubungan dengan teknik penulisan dan penggunaan bahasa yang benar, 6)
digandakan secara terbatas, 7) tidak diperjualbelikan, dan boleh saja
dipublikasikan setelah ujian bila panitia ujian menyetujui tulisan tersebut dapat
dipublikasikan. Disertasi pada umumnya dipublikasikan setelah dipertahankan.
Adapun perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi terletak pada 1)
forum pengujian, 2) tekanan penulisan, 3)kemandirian penulisnya, 4) isi, dan 5)
cara mengetengahkan dalam forum. Skripsi diajukan pada forum ujian untuk
mencapai gelar sarjana, tesis diajukan pada forum ujian untuk mencapai gelar
magister, sedangkan disertasi diajukan dalam forum ujian guna mencapai gelar
doktor.
Bila diamati dari segi kemandirian penulisnya, pada skripsi upaya
penyelesaiannya lebih banyak berada pada kreativitas pembimbing, pada
penulisan tesis peranan pembimbing mulai berkurang, sedangkan pada penulisan
disertasi kemandirian penulis sangat ditonjolkan. Hal ini berhubungan dengan isi.
Isi skripsi pada umumnya belum mendalam, isi tesis sudah lebih rinci dengan
landasan teori yang kuat, sedangkan isi disertasi adalah hal yang baru yang
kemudian diformulasikan dalam bentuk dalil-dalil yang harus dipertahankan
dalam forum promosi doktor.
Dilihat dari segi cara penyampaian dalam forum ujian, ujian skripsi
bermaksud untuk mengetahui penguasaan calon terhadap isi skripsi yang
ditulisnya, ujian tesis bermaksud mengetahui wawasan ilmiah calon yang
dimanifestasikan dalam penalaran jawaban, sedangkan ujian pada forum promosi
doktor bermaksud menguji pendirian ilmiah calon terhadap sanggahan-sanghan
penguji atas dalil yang diketengahkan calon. Khusus untuk promosi doktor, calon
disebut promovendus.
Buku ialah tulisan ilmiah yang berhasil diterbitkan dalam jumlah yang
relatif banyak dan biasanya diperjualbelikan. Laporan penelitian adalah tulisan
ilmiah yang melaporkan tentang pelaksanaan dan hasil penelitian tertentu.
Bentuk tulisan ilmiah yang lain, yakni kritik, timbangan buku, dan tulisan
ilmiah populer. Kritik ialah pembahasan secara ilmiah tentang bidang ilmu
tertentu dan seni yang biasanya dimuat pada media masa tulis. Timbangan buku
ialah tulisan ilmiah tentang pendapat seseorang mengenai buku ilmiah tertentu,
baik kelebihan maupun kekurangan, dan biasanya dimuat di media cetak. Tulisan
ilmiah populer adalah tulisan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni
tertentu yang disusun secara mudah sehingga dapat dipahami oleh kalangan luas,
dan biasanya dimuat pada media masa cetak.

Latihan
1. Jelaskanlah pengertian dari karangan ilmiah berdasarkan ramuan dari
pendapat beberapa ahli.
2. Uraikanlah perbedaan antara karya ilmiah dengan karya semi ilmiah/
ilmiah populer.
3. Bagaimanakah penggunaan kebahasaan karya ilmiah.
4. Berikut ini, terdapat dua buah cuplikan teks. Ada satu buah cuplikan yang
bersifat ilmiah dan satu yang bersifat ilmiah populer. Tandailah cuplikan
yang bersifat ilmiah dan ilmiah populer, kemudian sebutkanlah ciri-ciri
yang membedakan laras ilmiah dan laras ilmiah populer:
a. MODEL PENGEMBANGAN KELOMPOK BELAJAR USAHA
BERBASIS UNIT USAHA KECIL
Model pengembangan Kelompok Belajar Usaha (KBU) kelak harus
memiliki karakteristik yang lebih subtansial terhadap produktivitas,
efektivitas, dan efisiensi di bidang belajar dan berusaha. Implementasi
KBU harus dapat meningkatkan keterampilan warga belajar dalam
bermata pencaharian, dapat meningkatkan kemandirian dan
kewirausahaan. KBU sebagai wahana meningkatkan pengetahua,
keterampilan, dan sikap terhadap pengusahaan mata pencaharian
sebagai sumber penghasilan bagi kesejahteraan hidupnya.
(Komar,2004:165)

b.
‘IILEGAL LOGING’
DI PAPUA TERUS BERLANGSUNG
Sejumlah 500 buldoser masih beroperasi untuk mendukung kegiatan
illegal loging di Papua. Alat berat tersebut digunakan untuk
mengangkut kayu merbau dan kayu komersial lainnya.Kayu-kayu
tersebut kemudian diseludupkan ke sejumlah negara, seperti
Hongkong, China, Malaysia, Filipina, dan Singapura, ‘ungkap Menteri
Kehutana (Menhut) MS Kaban di Jakarta (Media Indonesia, Maret,
2005).
Daftar Kepustakaan
Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia: untuk Mahasisw
Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Pateda, Mansoer dan Yennie Pulubuhu. 1993. Bahasa Indonesia sebagai Mata
Kuliah Dasar Umum. Ende-Flores: Nusa Indah.

Staf Pengajar TTKI ITB. 2004. Tata Tulis Karya Ilmiah. Bandung: Penerbit ITB.

Utorodewo, Felicia N. 2003. “Penulisan Ilmiah”. Jakarta: Fakultas Psikologi


Universitas Indonesia.

Widjono, Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

BAB II
STRUKTUR PENULISAN ILMIAH

1. Pengantar
Secara logis dan kronologis, struktur penulisan ilmiah mencerminkan
kerangka penalaran ilmiah. Sebuah tulisan ilmiah dibangun oleh komponen-
komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah struktur tertentu.
Komponen-komponen atau unsur-unsur itu adalah:
1. Masalah
Langkah pertama dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah adalah
mengajukan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau
dicarikan jalan keluarnya Suatu gejala baru dapat disebut masalah apabila
gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu.
Ada enam hal yang berkaitan dengan pengajuan masalah dalam sebuah
penelitian dan penulisan ilmiah. Enam hal itu adalah:
a. Latar belakang masalah
Suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri, selalu terdapat kaitan yang
merupakan latar belakang, seperti ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
b. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan identifikasi objek yang menjadi
masalah dan merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan
masalah. Suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali
sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah ini memberikan sejumlah
pertanyaan kepada kita.
c. Pembatasan masalah
Pembatasan masalah merupakan suatu upaya untuk menetapkan batas-
batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkup
permasalahan dan faktor-faktor yang tidak termasuk ke dalamnya.
Pembatasan masalah ini membuat fokus masalah semakin jelas.
d. Perumusan masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara
tersurat pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya.
Perumusan masalah ini dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan
masalah. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan
terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Masalah yang
dirumuskan dengan baik sudah merupakan setengah dari jawaban.
e. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan
kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan.
f. Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian merupakan manfaat yang dapat dipetik dari
pemecahan masalah yang diperoleh dari penelitian.

2. Kerangka Teoretis dan Hipotesis


Kerangka teoretis merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah dalam sebuah penelitian. Hipotesis
merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dikemukakan. Ada beberapa hal yang terdapat dalam kegiatan penyusunan
kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis ini, yakni:
a. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipakai dalam
analisis.
b. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.
c. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan
mempergunakan premis-premis sebagai tercantum dalam (a) dan (b),
dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, dan prinsip yang
digunakan (jika diperlukan).

d. Perumusan hipotesis.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis. Kerangka pemikiran adalah penjelasan sementara terhadap
gejala yang menjadi objek permasalahan; merupakan argumentasi dalam
merumuskan hipotesis. Postulat adalah asumsi yang menjadi pangkal dalil
yang dianggap benar tanpa perlu membuktikannya; asumsi; yakni dugaan
yang diterima sebagai dasar/ landasan berpikir karena dianggap benar;
prinsip, yaitu dasar (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir).
Sebuah kerangka teoretis dapat disebut meyakinkan, apabila argumentasi
yang disusun tersebut memenuhi syarat, yakni teori-teori yang digunakan dalam
membangun kerangka berpikir itu merupakan pilihan dari sejumlah teori yang
dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Lingkup yang bersifat menyeluruh dalam mencakup perkembangan-
perkembangan terbaru (teori dan penelitian) dalam suatu disiplin keilmuan itu
disebut dengan the state of the art dari disiplin tersebut.
Untuk dapat menyusun kerangka teoretis yang meyakinkan itu, maka
pertama-tama seorang ilmuwan harus mendemonstrasikan pengetahuannya
tentang the state of the art dari disiplin keilmuan yang akan digunakan sebagai
basis analisis dalam pengajuan hipotesisnya. Berdasarkan pengetahuan the state
of the art itu dipilih teori-teori yang relevan yang akan digunakan dalam analisis.
Pemilihan itu harus didasarkan pada argumentasi yang meyakinkan mengapa
memilih teori-teori itu.
Kerangka teoretis sebuah karangan ilmiah tidak berisi kumpulan berbagai
teori, melainkan kumpulan premis ilmiah yang dipilih secara selektif untuk
membangun kerangka argumentasi. Berdasarkan premis-premis ilmiah itu disusun
argumentasi secara sistematis dan analitis, yang menuntut adanya perumusan
pikiran-pikiran dasar, berupa postulat, asumsi, dan prinsip. Dalam kerangka
teoretis ini juga dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang relevan
yang telah dilakukan oleh para peneliti lainnya. Dengan kata lain, kerangka
teoretis itu dimulai dengan mengidentifikasikan dan mengkaji berbagai teori yang
relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Produk akhir dari proses
pengkajian kerangka teoretis adalah perumusan hipotesis.

3. Metodologi Penelitian
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah merumuskan hipotesis adalah
menguji hipotesis secara empiris, artinya melakukan verifikasi apakah
pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan itu didukung atau
tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi dalam
proses verifikasi adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan
dan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan
berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut dengan
metodologi penelitian, yang merupakan persiapan sebelum verifikasi
dilakukan.
Metodologi merupakan pengetahuan tentang metode-metode sementara
metodologi penelitian merupakan pengetahuan tentang berbagai metode yang
digunakan dalam penelitian. Salah satu yang harus ditentukan dalam metodologi
penelitian adalah metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Hal pertama yang dilakukan dalam penyusunan metodologi penelitian
adalah menyatakan secara lengkap dan operasional tujuan penelitian yang
mencakup: variabel-variabel yang akan diteliti; karakteristik hubungan yang akan
diuji; dan tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang akan
ditarik, seperti tempat, waktu, dan kelembagaan. Metode penelitian yang tepat dan
teknik pengambilan contoh serta teknik penarikan kesimpulan yang relevan
dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Metode merupakan prosedur/ cara yang
ditempuh dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Teknik merupakan cara yang
spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemui dalam melaksanakan
prosedur.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan hal-hal yang terdapat dalam
metode penelitian, yakni:
a. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan
yang mengidentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan
yang akan diteliti.
b. Tempat dan waktu penelitian serta generalisasi variabel-variabel yang
diteliti.
c. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan
tingkat generalisasi yang diharapkan.
d. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian.
e. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan
dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen, dan teknik
mendapatkan data.
f. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis
yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis. Jika
menggunakan statistika, maka tuliskan hipotesis nol dan hipotesis
tandingan: H0/ H1.

4. Hasil Penelitian
Langkah selanjutnya sesudah penetapan metodologi penelitian adalah
melaporkan apa yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian. Dalam
membahas hasil penelitian ini, yang penting diingat adalah tujuan, yakni
untuk membandingkan simpulan yang diambil dari data dengan hipotesis.
Secara sistematik dan terarah, data yang telah dikumpulkan itu diolah,
dideskripsikan, dibandingkan, dan dievaluasi, yang mengarah kepada
simpulan apakah data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan.
Secara ringkas, hasil penelitian itu mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. deskripsi tentang variable-variabel yang diteliti;
b. deskripsi tentang teknik analisis data yang digunakan;
c. deskripsi hasil analisis data;
d. penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
Hasil laporan ini ditulis dalam bentuk esei dengan kalimat-kalimat verbal
yang mencakup semua pernyataan yang patut dikemukakan, baik bersifat
kualitatif, maupun bersifat kuantitatif. Jika diperlukan, deskripsi dalam
bentuk esei ini dilengkapi dengan sarana pembantu, seperti tabel, grafik,
atau bagan, yang berfunsi untuk lebih memperjelas pernyataan-pernyataan
yang terkandung dalam esei. Harus diingat, tabel, grafik, atau bagan ini
hanya bersifat membantu. Oleh karena itu, hindari pemakaian tabel, grafik,
atau bagan ini dengan penjelasan yang sedikit.
Hal-hal yang harus ditafsirkan terhadap hasil penelitian ini, antara lain:
menafsirkan hubungan yang bersifat statistis, seperti regresi dan korelasi dalam
hubungan yang bersifat ilmiah seperti hubungan kausalitas; menafsirkan tingkat
keumuman dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan contoh kepada kesimpulan
yang menyangkut populasi; dan menafsirkan terminologi analisis, misalnya apa
yang dimaksud dengan koefisien korelasi tertentu yang besarnya diukur dalam
penelitian. Selanjutnya, hasil penafsiran dibandingkan dengan hipotesis yang
diajukan untuk menyimpulkan apakah hipotesis ditolak atau diterima.

5. Ringkasan dan Simpulan


Kesimpulan penelitian ditulis dalam bab tersendiri dan merupakan sintesis
dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka
teoretis, hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian. Dalam
bagian ini diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok
dari aspek-aspek itu dengan mengarah kepada kesimpulan. Oleh karena
itu, bagia ini disebut dengan ringkasan dan kesimpulan. Secara ringkas,
ringkasan dan kesimpulan ini mengandung hal-hal berikut ini:
a. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoretis, hipotesis,
metodologi, dan penemuan penelitian;
b. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan
keseluruhan aspek tersebut di atas;
c. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan
perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah
yang relevan;
d. Mengkaji implikasi penelitian, apakah berupa pengembangan ilmu,
kegunaan terapan yang bersifat praktis, atau penyusunan
kebijaksanaan;
e. Mengajukan saran; implikasi kemudian dijabarkan dalam bentuk
saran-saran.
6. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang terdiri atas
satu halaman dan paling banyak terdiri atas tiga halaman. Abstrak
merupakan sebuah esei yang utuh dan tidak dibatasi oleh subjudul.
Abstrak mencakup keseluruhan pokok pernyataan penelitian mengenai
masalah, hipotesis, metodologi, dan kesimpulan penelitian. Kerangka
pemikiran, biasanya, tidak dicantumkan dalam abstrak, karena terlalu
panjang. Jika ingin dicantumkan, maka ia dinyatakan dengan proposisi
yang pokok-pokok saja. Tiga bagian itu ditulis secara utuh, tetapi ringkas,
masing-masingnya dalam paragraph tersendiri. Jadi, abstrak merupakan
sebuah esei yang terdiri atas serangkaian paragraph yang mampu
mengkomunikasikan intisari sebuah penelitian. Abstrak ini ibarat sebuah
iklan yang ditempatkan di halaman terdepan dari publikasi ilmiah dengan
tujuan agar mampu mengkomunikasikan apa yang akan disajikan.

7. Daftar Kepustakaan
Daftar kepustakaan merupakan sumber referensi bagi seluruh kegiatan
penelitian dan inventarisasi dari keseluruhan publikasi ilmiah dan
nonilmiah yang dipakai sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan.
Daftar kepustakaan ini mempunyai cara-cara penyusunan tersendiri.

8. Riwayat Hidup
Kadang-kadang, sebuah tulisan ilmiah dilengkapi dengan riwayat hidup
penulisnya. Ia merupakan deskripsi dari latar belakang pendidikan dan
pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang
disampaikan. Ia diringkaskan dalam satu atau dua halaman tulisan dan
dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan, tanpa penomoran
halaman.

9. Lain-lain
Biasanya, sebelum unsur utama laporan sebuah tulisan ilmiah didahului
oleh beberapa informasi yang bersifat pengantar. Beberapa informasi
pengantar tersebut adalah: a. Halaman judul; judul harus singkat dan
mampu mengkomunikasikan masalah apa yang diteliti, dilakukan di mana,
kapan, metode apa (studi kasus, perbandingan, atau survei). b. Lembar
persetujuan (untuk skripsi, tesis, dan disertasi). c. Kata Pengantar, berisi
lingkup laporan yang akan disampaikan dan penghargaan terhadap
berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah tersebut.
d. Daftar isi, yang dilengkapi dengan daftar tabel dan daftar gambar yang
disusun secara tersendiri. Informasi pengantar ini diberi penomoran angka
Latin dengan huruf kecil ( ii, iv, dst.).
2. Usulan Penelitian
Usulan penelitian hanya mencakup bagian masalah, kerangka teoretis,
hipotesis, dan metodolgi penelitian. Biasanya, usulan penelitian ini dilengkapi
dengan, seperti jadwal kegiatan, personalia penelitian, dan pembiayaan.

Latihan:
1. Sebutkan dan jelaskanlah komponen-komponen yang
membangun struktur sebuah tulisan ilmiah!
2. Apakah yang dimaksud dengan the state of the art dalam suatu
disiplin keilmuan?
3. Kapan sesuatu itu dapat disebut sebagai masalah?
4. Carilah satu contoh masalah dalam bidang ekonomi dan
rumuskan berdasarkan hal-hal yang dicakupinya!

Daftar Kepustakaan

Gunawarman, dkk. 1997. “ Buku Panduan Pratikum Material Teknik.” Padang:

Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Andalas.

Indrapriyatno, dkk. 2002. “Dasar Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

(DPSKE)” (Diktat Kuliah). Padang: Labor Perancangan Sistem

Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Andalas.

Midjan, Amat dan Canisyus Maran (redaktur). 1996. “Denmark, Teknologi

Dongeng dan Erotisme” Teknologi Edisi no 110/November 1996 hal

49. Jakarta: PT Darma Yasamas Teknindo.

Sudarso dan Kiyokatsu Suga. 1987. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin. Jakarta: PT Pradnya Paramita.


Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai