Anda di halaman 1dari 18

Referat

PENATALAKSANAAN KATARAK
TRAUMATIKA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Aceh Utara

Oleh :
Adilla Afra Amri S.Ked
2006112039

Preseptor :
dr. Syarifah Rohaya, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan referat saya yang berjudul
“Penatalaksanaan Katarak Traumatikak” ini dengan baik. Selanjutnya
shalawat dan salam penulis panjatkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Penulis menyusun laporan referat ini untuk memahami lebih dalam tentang
materi tersebut dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Kepaniteraan
Klinik Kedokteran Ilmu Kesehatan Mata Universitas Malikussaleh RSU Cut
Meutia. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Syarifah Rohaya, Sp.M selaku preseptor yang bersedia meluangkan
waktunya dan telah memberikan masukan, petunjuk serta bantuan dalam
menyusun referat ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat ini. Semoga
karya ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.

Lhokseumawe, Agustus 2022

Adilla Afra Amri, S.Ked

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I .......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
BAB II ....................................................................................................................2
2.1. Definisi Katarak Traumatik...........................................................................2
2.2. Epidemiologi Katarak Traumatik ..................................................................2
2.3. Patogenesis dan Etiologi Katarak Traumatik ................................................2
2.2.1. Trauma Tumpul..................................................................................2
2.2.2. Trauma Tembus / Perforasi ................................................................3
2.2.3. Trauma Sinar Radiasi .........................................................................3
2.2.4. Trauma Kimia ....................................................................................4
2.2.5. Trauma Elektrik .................................................................................4
2.4. Diagnosis Katarak Traumatik .......................................................................4
2.5. Penatalaksanaan Katarak Traumatik .............................................................7
BAB III ..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. A) Katarak stellate, B) Katarak Rosette, C) Katarak tercetak (imprinting) ....... 2

Gambar 2. Bentuk A) Cincin Soemering, B) Mutiara Elschnig, C) Katarak Total ............. 3

Gambar 3. True Exfoliation pada kapsul anterior lensa ...................................................... 4

Gambar 4. A) Laserasi yang telah dijahit sebelum ekstraksi katarak, B) setelah ekstraksi
katarak dengan metode fakoemulsifikasi ........................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Katarak merupakan suatu kondisi dimana lensa mata menjadi keruh yang
menyebabkan penglihatan menjadi buram seperti kaca berembun atau seperti
tertutup asap dan dapat menyebabkan kebutaan. Hasil Survei Kebutaan Rapid
Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014 – 2016 oleh Persatuan
Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan di lima belas provinsi diketahui angka kebutaan mencapai 3% dan
katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81%). Survey tersebut dilakukan
dengan sasaran populasi usia 50 tahun ke atas (1).
Terdapat beberapa jenis katarak yaitu ; katarak senilis karena penuaan,
katarak sekunder karena komplikasi penyakit lain, katarak kongenital dan katarak
traumatik. Katarak traumatik merupakan katarak yang terjadi akibat trauma, yang
disebabkan trauma tembus maupun trauma tumpul pada bola mata, yang dapat
terlihat setelah beberapa hari atau beberapa tahun dan paling sering disebabkan
oleh trauma karena benda asing yang mengenai lensa atau trauma tumpul pada
bola mata. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, ataupun gejala sisa
dari trauma mata (2).
Penatalaksanaan katarak traumatika yang disebabkan oleh trauma tumpul
ataupun luka tembus membutuhkan penanganan khusus, hal ini berhubungan
dengan benturan pada bola mata dan jaringan pendukung struktur bola mata.
Prognosis visual ditentukan oleh beberapa fakor, yaitu visus awal, tipe trauma,
lokasi luka, prosedur ekstraksi katarak serta implantasi lensa intra okular (3–6).

1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Katarak Traumatik
Katarak traumatika adalah jenis katarak yang terjadi akibat cedera atau
trauma pada mata. Katarak dapat timbul karena proses mekanik ataupun
nonmekanik. Mekanisme timbulnya katarak traumatika sangatlah kompleks.
Trauma juga dapat menyebabkan ruptur pada kapsul lensa dan ligamen zonular
(7).
2.2. Epidemiologi Katarak Traumatik
Katarak traumatik menyumbang 5-10 % dari semua kasus trauma mata.
Katarak traumatik sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
perbandingan 4 : 1. National Eye Trauma System Study melaporkan rata-rata usia
penderita katarak traumatik adalah 28 tahun (2).
2.3. Patogenesis dan Etiologi Katarak Traumatik
Katarak traumatika merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
oleh truma tumpul, tembus, radiasi sinar, kimia ataupun oleh elektrik. Sebagian
besar katarak traumatika adalah katarak intumesent akan tetapi tipe katarak
bergantung dari mekanisme trauma dan integritas dari kantung kapsular (8).
2.2.1. Trauma Tumpul
Trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat
menyebabkan kekeruhan dan dislokasi lensa. Kekeruhan yang timbul dapat parsial
ataupun total. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior
ataupun posterior. Benturan pada lensa menimbulkan katarak dengan gambaran
rosette, stellate atau katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius
(5,6,9,10).

A C
B
Gambar 1. A) Katarak stellate, B) Katarak Rosette, C) Katarak tercetak (imprinting)
3

2.2.2. Trauma Tembus / Perforasi


Trauma tembus / perforasi akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga
bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya
masa lensa didalam bilik mata depan. Secara histopatologik masa lensa akan
difagosit oleh makrofag. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan
mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering, akan tetapi jika epitel lensa
berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig. Trauma tembus pada mata
dapat menyebabkan perubahan pada korteks lensa, hal ini akan membentuk
katarak focal atau pun total cortical opacification (4–6,9,11).

A B C

Gambar 2. Bentuk A) Cincin Soemering, B) Mutiara Elschnig, C) Katarak Total

2.2.3. Trauma Sinar Radiasi


Paparan sinar infra merah yang berkepanjangan, dapat menyebabkan
lapisan luar dari kapsul anterior lensa terkelupas. Radiasi sinar inframerah dapat
memberikan gambaran true exfoliation dari kapsul lensa. Katarak traumatika
dapat ditemukan pada pasien-pasien yang mendapatkan radioterapi atau sinar X
rutin. Manifestasi awal dari katarak traumatika ini adalah kekeruhan berbentuk
pungtata pada kapsul posterior lensa. Kekeruhan dapat berjalan progresive dan
dapat menyebabkan kekeruhan pada seluruh lensa. Sinar Ultraviolet (UV)
merupakan salah satu penyebabkan kekeruhan pada korteks lensa. Penggunaan
kacamata dengan anti UV dapat menurangi transmisi sinar UV kedalam mata
sebesar 80%. Penggunaan sinar Microwave pada laboratorium hewan dapat
4

menyebabkan timbulnya katarak. Katarak yang ditimbulkan oleh Microwave


sering membentuk kekeruhan subkapsular anterior dan/atau posterior (4–6).

Gambar 3. True
Exfoliation pada
kapsul anterior lensa

2.2.4. Trauma Kimia


Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain itu
juga dapat menyebabkan kerusakan pada kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen
basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan
aquoshumor dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi
secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat
asam, namun karena trauma asam sukar masuk kebagian dalam mata
dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak (4–6).
2.2.5. Trauma Elektrik
Getaran Elektrik dapat menyebabkan pembentukan koagulasi protein dan
katarak. Manifestasi pada lensa, timbul jika terdapat paparan pada area kepala
pasien. Katarak pada trauma elektrik dapat berbentuk kekeruhan linear pada
korteks subkapsular anterior. Katarak dapat mengalami regresi, menetap atau
mature hingga komplit berbulan-bulan hingga bertahun-tahun (5,6,9).
2.4. Diagnosis Katarak Traumatik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien. Anamnesis yang kita
perlukan antara lain mekanisme dan penyebab trauma, riwayat keadaan mata
sebelum trauma dan riwayat operasi sebelumnya, riwayat penyakit sistemik
seperti diabetes melitus dan hipertensi, keluhan mengenai penglihatan, seperti
penurunan visus, pandangan ganda pada satu mata atau kedua mata, dan nyeri
pada mata. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu visus, lapangan pandang serta
5

reflek cahaya, kerusakan ekstraokular, tekanan intraokular, bilik mata depan,


apakah ditemukan tanda hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut bilik mata
depan, atau benda asing, Lensa, apakah terdapat katarak, subluksasi, dislokasi,
serta bagaimana integritas kapsular anterior dan posterior, vitreus, apakah
ditemukan perdarahan dan perlepasan vitreus posterior, pemeriksaan Funduskopi,
adakah retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina,
serta bagaimana kondisi saraf optik. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
antara lain B-scan, memberikan informasi kondisi segment posterior bola mata
dan kondisi kapsul lensa posterior, CT scan orbita, apabila terdapat kecurigaan
adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain (2,3,6).
Riwayat Pasien yang harus diperhatikan sebelum tatalaksana lanjutan (12,13):
• Usia pasien: Pasien anak-anak dengan katarak traumatis berisiko mengalami
ambliopia. Selain itu, anak-anak mungkin bukan sejarawan yang dapat
diandalkan ketika menceritakan trauma mata mereka, sehingga kecurigaan
terhadap ruptur bola mata atau benda asing intraokular harus tetap tinggi.
• Mekanisme cedera: Penting untuk menentukan apakah cedera menembus atau
tumpul, dan jika benda asing intraokular mungkin terlibat untuk memutuskan
apakah pencitraan tambahan diperlukan dan untuk merencanakan operasi.
• Garis waktu cedera: Pembentukan katarak beberapa menit hingga beberapa
jam setelah trauma okular harus meningkatkan kecurigaan pelanggaran
kapsul lensa anterior.
• Riwayat okular pasien: Ini dapat membantu memperkirakan potensi visual
pasien. Selain itu, penting untuk mengetahui setiap operasi intraokular
sebelumnya untuk perencanaan operasi ekstraksi katarak.
• Komorbiditas sistemik pasien: Diabetes dan kondisi immunocompromising
dapat meningkatkan risiko infeksi dengan trauma okular dan operasi katarak.
Riwayat pengobatan pasien harus ditinjau, termasuk penggunaan tamsulosin
dan antikoagulasi, dan booster tetanus terakhir mereka.
Pemeriksaan sebelum tatalaksana lanjutan yang dapat dilakukan (14–16):
• Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT): Sistem BETT
dikembangkan sebagai metode standar untuk mendokumentasikan trauma
6

okular. Khususnya tidak ada sistem standar untuk menggambarkan katarak


traumatis.
• Ketajaman visual: Ketajaman visual pra-operasi membantu memprediksi
ketajaman visual terkoreksi terbaik setelah pengangkatan katarak traumatis.
• Tekanan intraokular (TIO): TIO rendah asimetris dapat mengindikasikan
cedera bola mata terbuka atau celah siklodialisis. Peningkatan TIO dapat
mencerminkan glaukoma terkait lensa (fakomorfik, partikel lensa, atau
phaco-antigenik), hifema, sindrom kompartemen orbital (dalam pengaturan
trauma akut), atau glaukoma sudut resesi (dalam pengaturan pasca-trauma
kronis).
• Pupil: Adanya defek pupil aferen relatif (rAPD) dapat terjadi dengan
neuropati optik traumatis atau avulsi saraf optik dan membantu memprediksi
potensi visual pasien setelah pengangkatan katarak. Yang penting, katarak
saja tidak menyebabkan rAPD.
• Kornea: Kerusakan kornea yang parah dan kabut dapat membatasi penilaian
pra-operasi katarak, membuat perhitungan kekuatan lensa intraokular (IOL)
menjadi sulit, dan menyebabkan visualisasi intraoperatif yang buruk. Jika
perhitungan IOL tidak dapat dilakukan, penempatan IOL dapat ditunda atau
dapat dihitung berdasarkan mata yang tidak terluka. Beberapa pasien dengan
jaringan parut kornea yang parah mungkin memerlukan penggunaan lensa
kontak keras setelah operasi katarak, di mana ketepatan perhitungan IOL
tidak begitu penting.
• Bilik mata depan: Perataan bilik mata depan dapat mengindikasikan ruptur
atau laserasi yang tertutup sendiri. Kaji bilik anterior untuk hifema, bahan
lensa, reaksi inflamasi, atau prolaps vitreus.
• Sudut iridokorneal: Evaluasi untuk penyempitan atau oklusi sudut
iridokorneal sekunder akibat pembengkakan atau perpindahan lensa. Jika
tidak ada kekhawatiran ruptur bola mata, gunakan gonioskopi untuk
mengevaluasi sudutnya.
• Iris: Cacat transiluminasi dapat mengindikasikan benda asing intraokular atau
disinsersi iris. Cedera iris sering terjadi bersamaan dengan katarak traumatis.
7

• Lensa: Meskipun tidak ada sistem standar untuk mendokumentasikan fitur


katarak traumatis, penting untuk mengkarakterisasi lokasi opasitas lensa
(pusat vs perifer), tingkat keparahan, dan morfologi katarak (membran, roset,
lembut berbulu, atau total). Secara klasik, katarak traumatik memiliki
tampilan roset atau stellata. Penting juga untuk mencatat posisi lensa, adanya
fakodonesis, dan ruptur kapsul anterior. Fitur-fitur ini membantu
mengkonfirmasi apakah ada cedera zonula dan menentukan urgensi
melakukan ekstraksi katarak.
• Segmen posterior: Jika pandangan segmen posterior tidak jelas, lakukan
ultrasonografi B-scan yang lembut untuk memastikan kontur bola mata yang
normal dan menilai benda asing intraokular, kekeruhan vitreus, ablasio retina,
atau ruptur koroid. Dalam data yang tidak dipublikasikan dari United States
Eye Injury Registry, 48% mata dengan katarak traumatik juga ditemukan
memiliki cedera pada segmen posterior.
• Pencitraan tambahan: CT scan dapat membantu menyingkirkan benda asing
intraokular atau intraorbital dan kontur bola mata yang abnormal.
Biomikroskopi ultrasound membantu mengevaluasi kapsul posterior, posisi
lensa, sudut iridokorneal, dan integritas zonula.
2.5. Penatalaksanaan Katarak Traumatik
Ekstraksi katarak dapat dilakukan segera setelah trauma bola mata terbuka
sebagai prosedur "primer" atau ditunda berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
setelah trauma sebagai prosedur "sekunder". Penghapusan katarak traumatis harus
dilakukan segera jika ada kapsul pecah, bahan lensa di ruang anterior, glaukoma
fakomorfik, atau kondisi lain yang menempatkan pasien pada risiko tinggi untuk
mengembangkan peradangan dan peningkatan tekanan intraokular. Jika tidak ada
kondisi ini, penundaan operasi dapat dipertimbangkan (12,13).
Tidak ada konsensus tentang waktu optimal ekstraksi katarak untuk
katarak traumatis. Manfaat ekstraksi sekunder termasuk potensi perhitungan lensa
intraokular yang lebih akurat, visualisasi yang lebih baik selama operasi, dan
operasi dalam mata yang “tenang”. Sebaliknya, keuntungan yang diusulkan dari
ekstraksi primer termasuk biaya yang lebih rendah dan waktu operasi tunggal atau
8

masuk rumah sakit, meminimalkan risiko mengembangkan peningkatan TIO dan


sinekia, dan mengurangi waktu rehabilitasi visual dan risiko ambliopia (12,13).
Penatalaksanaan katarak traumatika tergantung kepada kondisi mata saat
terjadinya trauma. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan
kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat
dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Apabila tidak terdapat penyulit
maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bedah katarak dapat dilakukan
primer ataupun sekunder. Operasi katarak yang segera berhubungan dengan
adanya laserasi bola mata. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis, dan lain
sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma
sering dijumpai pada orang usia tua. Bedah katarak primer memberikan
keuntungan terhadap evaluasi segment posterior yang lebih cepat. Pada trauma
mata yang dapat ditunda jika kondisi mata yang relatif tenang. Ekstraksi Katarak
dapat dilakukan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan
mereda (4,5,8).
Pembedahan
Ekstraksi katarak traumatika, biasanya digunakan teknik-teknik yang sama
dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak senilis, terutama pada pasien
berusia kurang dari 30 tahun. Integritas kapsular preoperatif dan stabilitas zonular
harus diketahui / diprediksi. Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma,
inflamasi, atau hambatan visual, pembedahan mungkin tidak diperlukan. Pasien
dengan katarak traumatika disarankan untuk menjalani operasi jika visus
memburuk atau terjadi komplikasi okular. Pada luka terbuka bola mata biasanya
terjadi kekeruhan pada kornea. Apabila terjadi kekeruhan kornea, maka
pengukuran Biometri dapat dilakukan dengan pembanding mata sebelah
(4,17,18).
Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak
traumatik antara lain, penurunan visus yang berat, adanya hambatan penglihatan
karena proses patologis pada bagian posterior, inflamasi yang diinduksi lensa atau
terjadinya glaukoma, ruptur kapsul dengan edema lensa, keadaan patologis okular
lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah.
9

A B

Gambar 4. A) Laserasi yang telah dijahit sebelum ekstraksi katarak, B) setelah


ekstraksi katarak dengan metode fakoemulsifikasi

Ekstraksi katarak dapat dilakukan dengan prosedur extracapsular cataract


extraction (ECCE) atau fakoemulsifikasi. Fakoemulsifikasi dapat dilakukan bila
kapsul lensa intak dan dukungan zonular yang cukup. Proses Fako dapat
dijalankan dengan vakum dan aspirasi yang rendah untuk menghindari tarikan
pada parsial zonular atau zonular yang rapuh. Ekstraksi katarak intrakapsular
(ICCE) diperlukan pada kasus-kasus dislokasi anterior atau instabilitas zonular
yang ekstrim. Continuous circular capsulorrhexis (CCC) merupakan tehnik yang
paling resisten terhadap gerakan mekanik yang lebih besar dibandingkan dengan
can-opener. Hidrodiseksi harus dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati untuk
melepaskan nukleus dan mengurangi penekanan pada zonular selama manipulasi.
Hidrodelineasi oleh beberapa ahli direkomendasikan. Ekstraksi nukleus dapat
dilakukan dengan beberapa tehnik, masing-masing dengan kelebihan dan
kekurangannya dan disesuaikan dengan kondisi klinis pasien. Pada nukleus yang
lunak dengan capsulorheksis intak, fako-aspirasi nukleus umumnya aman dan
cepat. Apabila terjadi ruptur kapsul anterior atau kapsul posterior dapat dilakukan
aspirasi manual dengan simcoe cannula sedangkan untuk kasus yang lebih
kompleks dapat dilakukan aspirasi kering disertai penggunaan viscoelastic
substance (VES). Pemberian dispersive VES bertujuan untuk mendorong vitreus
ke balakang. Dislokasi lensa ke bilik anterior merupakan keadaan emergensi yang
harus segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat mengakibatkan
terjadinya pupillary block glaucoma. Kerusakan zonular yang signifikan dapat
menyebabkan desentrasi lensa, kondisi ini dapat dibantu dengan penambahan
sebuah Capsul tension Ring (CTR) yang bertujuan untuk menstabilkan kapsular
bag. CTR dapat diinsersikan selama operasi katarak yaitu saat setelah
10

capsulorhexis, aspirasi irigasi korteks atau sebelum implantasi lensa intraokular.


CTR ditempatkan pada capsular bag dan bagian yang terbuka diposisikan
berlawanan dengan bagian zonula yang mengalami dialisis. Jika suport kapsular
inadekuat maka dapat dipertimbangkan pemasangan haptic IOL intrasulkus atau
PC IOL dengan fiksasi sklera atau iris (4,5,18).
Adanya traksi pada vitreus anterior dapat menyebabkan retinal
detachement. Pars Plana Lensectomy dengan vitrektomi anterior dapat
dipertimbangkan jika terdapat robekan zonular yang luas serta terdapat fragment
lensa yang disebabkan oleh roberkan pada capsul lensa posterior. Pemilihan lensa
yang baik berdasarkan apakah terdapat pertimbangan pemberian silikon oil atau
tidak. Lensa Polymethylmethacrylate (PMMA) dan acrylic lebih toleran terhadap
silikon oil dibandingkan dengan lensa silikon (4,5).
Komplikasi Intra-operatif
Seperti ekstraksi katarak non-traumatik, komplikasi intraoperatif termasuk
capsular violation, zonular dehiscence, vitreous prolapse, and hyphema.
Vitrektomi anterior harus dilakukan jika ada prolaps vitreus, dan pembersihan
ruang anterior harus dilakukan jika ada hifema untuk mencegah pewarnaan darah
pada kornea.
Pasca Operasi
Pemberian antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal
dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin
sulfat 1%, 1 tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi
dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior (4,5,18).
Prognosis
Prognosis visual bergantung oleh beberapa fakor, yaitu visus awal, tipe
trauma, lokasi luka, prosedur ekstraksi katarak serta implantasi lensa intra Okular
(IOL). Pasien dengan visus awal lebih dari 20/60 mendapatkan visus yang lebih
baik jika dibandingkan dengan pasien dengan visus awal dibawah 20/60. Visus
akhir pada trauma terbuka mempunyai hasil yang lebih baik. Ekstraksi katarak
ektraskapsular (ECCE) mempunyai hasil visus yang lebih baik jika dibandingkan
dengan prosedur yang lain. Pemasangan IOL intrasulkus merupakan posisi yang
11

ideal pada katarak traumatika. Studi yang dilakukan oleh akshay et al melaporkan
bahwa faktor yang mempengaruhi hasil visus akhir pada pasien dengan katarak
traumatika yaitu lokasi skar kornea terhadap visual aksis. Visus akhir katarak
yang terletak diluar visual aksis lebih baik jika dibandingkan dengan pada sentral
visual aksis (3,4,6).
BAB III
KESIMPULAN

Katarak traumatika merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi


oleh truma tumpul, tembus, radiasi sinat ataupun oleh kimia. Penatalaksanaan
katarak traumatika yang disebabkan baik oleh trauma tumpul ataupun luka tembus
membutuhkan penanganan khusus, tindakan dapat dilakukan segera ataupun
ditunda. Ekstraksi katarak dapat dilakukan dengan prosedur ECCE (extracapsular
cataract extraction) atau fakoemulsifikasi. Prognosis visual bergantung oleh
beberapa fakor, yaitu visus awal, tipe trauma, lokasi luka, prosedur ekstraksi
katarak serta implantasi IOL.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. P2PTM Kemenkes RI. Katarak Penyebab Tertinggi Kebutaan di Indonesia


[Internet]. 2019 [cited 2022 Aug 19]. Available from:
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/katarak-penyebab-
tertinggi-kebutaan-di-indonesia
2. Graham RH. Traumatic Cataract [Internet]. Medscape. 2018 [cited 2022
Aug 19]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1211083-
overview
3. Singh K, Mutreja A, Bhattacharyya M, Dangda S. Epidemiology and
Implications of Ocular Trauma Admitted to a Tertiary Care Hospital in
North India. US Ophthalmic Rev. 2017;10(1):64.
4. Tabatabaei SA, Rajabi MB, Tabatabaei SM, Soleimani M, Rahimi F,
Yaseri M. Early versus late traumatic cataract surgery and intraocular lens
implantation. Eye [Internet]. 2017;31(8):1199–204. Available from:
http://dx.doi.org/10.1038/eye.2017.57
5. Shah MA, Shah SM, Shah SB, Patel CG, Patel UA. Morphology of
traumatic cataract: does it play a role in final visual outcome? BMJ Open.
2011;1(1):e000060–e000060.
6. James C. Bobrow. Lens and Cataract. 11th ed. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology; 2014. 50-54 p.
7. Qi Y, Zhang YF, Zhu Y, Wan MG, Du SS, Yue ZZ. Prognostic Factors for
Visual Outcome in Traumatic Cataract Patients. J Ophthalmol.
2016;2016:6–11.
8. Bhandari AJ, Singh P, Bangal S. Outcome After Cataract Surgery i n
Patients With Traumatic Cataract. 2016;(August).
9. Yan H. Mechanical ocular trauma. Mechanical Ocular Trauma: Current
Consensus and Controversy. 2016. 1-124 p.
10. Zehetner C, Bechrakis N. Stellate Cataract. N Engl J Med.
2013;368(14):e18.
11. Balasopoulou A, Κokkinos P, Pagoulatos D, Plotas P, Makri OE,
Georgakopoulos CD, et al. Symposium Recent advances and challenges in
the management of retinoblastoma Globe ‑ saving Treatments. BMC
Ophthalmol [Internet]. 2017;17(1):1. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28331284
12. CRUZ DZ-D LA, GARZÓN M, ARRIETA-CAMACHO J. Management
of traumatic cataract. Am Acad Ophthalmol. 2016;37–9.
13. Murchison A, Cai L. Traumatic Cataract [Internet]. American Academmy
of Ophthalmology. 2021 [cited 2022 Aug 22]. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Traumatic_Cataract_Surgery

13
14. Patel AS, Al-Aswad L, Moore DB, Shah M, Garg A, Anna KH, et al.
Ocular Trauma: Acute Evaluation, Cataract, Glaucoma [Internet].
American Academy of Ophthalmology. 2021 [cited 2022 Aug 22].
Available from:
https://eyewiki.aao.org/Ocular_Trauma:_Acute_Evaluation,_Cataract,_Gla
ucoma
15. Rousselot A, Murchison A, Justin GA. Birmingham Eye Trauma
Terminology (BETT) [Internet]. American Academy of Ophthalmology.
2022 [cited 2022 Aug 22]. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Birmingham_Eye_Trauma_Terminology_(BETT)
16. Justin GA. Ocular Trauma Score [Internet]. American Academy of
Ophthalmology. 2021 [cited 2022 Aug 22]. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Ocular_Trauma_Score
17. Shah M. Predictors of visual outcome in traumatic cataract. World J
Ophthalmol. 2014;4(4):152.
18. Buratto L, Osher RH, Masket S. Cataract Surgery in Complicated Case.
Slack incorporated. 2013;155–65.

14

Anda mungkin juga menyukai