Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah psikologi ini dengan judul “Pelayanan
Obstetri Neonatus Essensial Dasar / PONED ” Makalah ini di susun dalam
rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan kebidanan
persalinaan tentang penanganan system rujukan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khsusunya dan bagi pembaca umumnya.

Ungaran , 27 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
Bab I Pendahuluan ........................................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................
Bab II Tinjauan Teori.....................................................................................
2.1 Pengertian Poned ...........................................................................
2.2 Tujuan Poned.................................................................................
2.3 Penanggung jawab.........................................................................
2.4 Kriteria Poned ...............................................................................
2.5 Kebijaksanaan Poned ....................................................................
2.6 Batasan Dalam Poned....................................................................
2.7 Dukungan Pihak Terkait................................................................
2.8 Distribusi Poned ............................................................................
2.9 Indikator Kelangsungan Dari Puskesmas Poned ...........................
2.10 Tugas Puskesmas Poned................................................................
2.11 Syarat Puskesmas Poned ...............................................................
2.12 Petugas Pelaksana Poned ..............................................................
2.13 Pelayanan Yang Dilaksanakan Pelayanan Poned..........................
2.14 Faktor Pendukung Keberhasilan Poned ........................................
2.15 Pelaksanaanponed .........................................................................
2.16 Pencatatan Poned...........................................................................
2.17 Pelaporan Poned ............................................................................
2.18 Pemantauan Poned ........................................................................
2.19 Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Poned ........................................
2.20 Rujukan Dan Transportas ..............................................................
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia,
merupakan suatu masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian
besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia tahun 2003 adalah 307/100.000
kelahiran hidup dan penurunan AKI pada tahun tersebut mencapai 32% dari
kondisi tahun 1990. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75%
atau 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (Dinas kesehatan
Provinsi Lampung, 2006 : 1).
Penyebab kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan,
persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.
Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebab
kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%,
komplikasi puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%.
Sedangkan penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%,
masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%,
infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2006 : 1).
Upaya menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan.
Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah dimulai program
safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah dilancarkan Rencana Strategi
Nasional making pregnancy safer (MPS). Adapun pesan kunci MPS adalah :
a. Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang
adekuat
c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai
dokter umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap
dikembangkan menjadi Puskesmas mampu memberikan Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) (Koesno, 2004 : 3).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat di
asumsikan permasalahan AKI dan AKB, sehingga bagaimana hubungan
AKI dan AKB dengan PONED?
1.3 Tujuan
Agar dapat mengetahui garis besar poned di puskesmas, bagaimana
kinerja poned di puskesmas, dan peran serta bidan dalam pelaksanaan
poned.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Poned


PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus
Essensial Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan
pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED
yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh
puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED
merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus
rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat
obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan
PONED.
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan
pelayanan untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric
neonatal yang meliputi segi :
a. Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral, antibiotika
perenteral dan sedative perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret
serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep
ekstraksi.
b. Pelayanan neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian
bic-nat intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus,
pelaksanaan thermal control untuk mencegah hipotermia dan
penganggulangan gangguan pemberian nutrisi
1.2 Tujuan Poned
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih
dari 2 jam dan untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
1.3 Penanggung jawab
Penanggung jawab puskesmas mampu PONED adalah dokter.
1.4 Kriteria Poned
Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan
pelayanan obstetric dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik daerah,
namun untuk menjamin kualitas, perlu ditetapkan beberapa criteria
pengembangan :
a. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan. Diutamakan
puskesmas dengan tempat perawatan/ puskesmas dengan ruang rawat
inap.
b. Puskesmas sudah berfungsi/ menolong persalinan.
c. Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan
d. Melayani sekitar 50.000 – 100.000 penduduk yang tercakup oleh
puskesmas (termasuk penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).
e. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan
puskesmas biasa ke puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam
dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu pertolongan
hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
f. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurang-
kurangnya seorang dokter dan seorang bidan terlatih GDON dan
seorang perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat tinggal
di sekitar lokasi puskesmas mampu PONED.
g. Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang-
kurangnya :
1. Alat dan obat
2. Ruangan tempat menolong persalinan
Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang sehari-hari digunakan oleh
pengelola program KIA.
1. Luas minimal 3 x 3 m
2. Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat
3. Suasana aseptik bisa dilaksanakan
4. Tempat tidur minimal dua buah dan dapat dipergunakan untuk
melaksanakan tindakan.
5. Air bersih tersedia
6. Kamar mandi/ WC tersedia
h. Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu
yang utama yaitu : perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus,
dan sebab kematian neonatal yang utama yaitu : asfiksia, tetanus
neonatorum dan hipotermia.
1.5 Kebijaksanaan Poned
Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil beserta
janinnya sangat menentukan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir.
Misalnya, perdarahan sebagai sebab kematian langsung terbesar dari ibu
bersalin perlu mendapat tindakan dalam waktu kurang dari 2 jam, dengan
demikian keberadaan puskesmas mampu PONED menjadi sangat strategis
1.6 Batasan Dalam Poned
Dalam PONED bidan boleh memberikan:
a. Injeksi antibiotika
b. Injeksi uterotonika
c. Injeksi sedative
d. Plasenta manual
e. Ekstraksi vacuum
f. Tranfusi darah
g. Operasi SC
1.7 Dukungan Pihak Terkait
Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak
terkait, seperti :
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
b. Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
c. Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
d. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
1.8 Distribusi Poned
Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu
PONED, dengan sebaran yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan
diutamakan gawat darurat obstetric neonatal (GDON) di seluruh kabupaten/
kota.
1.9 Indikator Kelangsungan Dari Puskesmas Poned
a. Kebijakan tingkat PUSKESMAS
b. SOP (Sarana Obat Peralatan)
c. Kerjasama RS PONED
d. Dukungan Diskes
e. Kerjasama SpOG
f. Kerjasama bidan desa
g. Kerjasama Puskesmas Non PONED
h. Pembinaan AMP
i. Jarak Puskesmas PONED dengan RS
1.10 Tugas Puskesmas Poned
a. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas
pembantu dan Pondok bersalin Desa
b. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas
wewenang
c. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan
penanganan pra hospital.
1.11 Syarat Puskesmas Poned
a. Pelayanan buka 24 jam
b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani
24 jam
c. Tersedia alat transportasi siap 24 jam
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan
Dokter Spesialis Obgyn dan spesialis anak
1.12 Petugas Pelaksana Poned
a. Dokter umum 2 orang
b. Bidan 8 orang
c. Perawat
d. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED
1.13 Pelayanan Yang Dilaksanakan Pelayanan Poned
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan ANC & PNC
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
e. Penatalaksanaan Bumil Resti
f. Perawatan Bumil sakit
g. Persalinan Sungsang
h. Partus Lama
i. KPD
j. Gemeli
k. Pre Eklamsia
l. Perdarahan Post Partum
m. Ab. Incomplitus
n. Distosia Bahu
o. Asfiksia
p. BBLR
q. Hypotermia
r. Komponen pelayanan maternal
1. Pre eklamsia/eklamsia
2. Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan
3. Perdarahan postpartum
4. Infeksi nifas
s. Komponen pelayanan neonatal
1. Bayi berat lahir rendah
2. Hipotermi
3. Hipoglikemi
4. Ikterus/hiperbilirubinemia
5. Masalah pemberian nutrisi
6. Asfiksia pada bayi
7. Gangguan nafas
8. Kejang pada bayi baru lahir
9. Infeksi neonatal
10. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir
1.14 Faktor Pendukung Keberhasilan Poned
Faktor pendukung keberhasilan PONED Puskesmas antara lain
a. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b. Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c. Peran serta aktif bidan desa
d. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang
harmonis.
f. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kebutuhan
masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan minimal.
1.15 PelaksanaanPoned
Pelaksanaan PONED yaitu :
a. Persiapan pelaksanaan
b. Dalam tahap ini ditentukan :
1. Biaya operasional PONED
c. Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas
Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat
obstetric neonatal.
d. Format-format
1. Rujukan
2. Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)
e. Sosialisasi
Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat
antara lain adalah jenis pelayanan yang diberikan dan tariff pelayanan.
Pemasaran social dapat dlaksanakan antara lain oleh petugas
kesehatan dan sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa,
antara lain dukun/ kader dan satgas GSI melalui berbagai forum yang
ada seperti rapat koordinasi tingkat kecamatan/ desa, lokakarya mini
dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.
f. Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED
Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu
PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru pengurusan
administrasi (pendaftaran, pembayaran → alur pasien.
Pelayanan gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan
harus mengikuti prosedur tetap (protap).
1.16 Pencatatan Poned
Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat
baik ditingkat Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas.
Format-format yang digunakan adalah yang sudah baku seperti :
a. Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)
b. KMS ibu hamil/ buku KIA
c. Register Kohort Ibu dan Bayi
d. Partograf
e. Format-format AMP
1. Tingkat Puskesmas
a) Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan di desa
maupun bidan swasta, untuk merujuk kasus ibu maupun
neonatus.
b) Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM
dan OP).
Form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/
bersalin/nifas yang meninggal. Sedangkan Form OP
digunakan untuk otopsi verbal bayi baru lahir yang
meninggal. Untuk mengisi formulir tersebut dilakukan
wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh petugas
puskesmas.
2. Tingkat Rumah Sakit
a) Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP)
Formulir ini mencatat data dasar semua ibu bersalin/
nifas dan bayi baru lahir yang masuk ke RS. Pengisiannya
dapat dilakukan oleh bidan atau perawat.
b) Formulir Medical Audit (Form MA)
Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan data
dari audit maternal dan audit neonatal. Yang mengisi formulir
ini adalah dokter yang bertugas di bagian kebidanan dan
kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus
anak neonatal).
1.17 Pelaporan Poned
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan
format yang terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
a. Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form
RS)
b. Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian
(serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir.
c. Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form
Puskesmas).
d. Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan
jumlah kasus yang dirujuk ke RS Kabupaten/ Kota.
e. Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes
Propinsi.
f. Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal
yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan puskesmas, serta tingkat
kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
1.18 Pemantauan Poned
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional
satu tingkat diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-
masing dan menjadi dasar untuk melakukan perbaikan serta perencanaan
ulang manajemen pelayanan melalui :
a. Pemanfaatan laporan
Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan
pembinaan
b. Umpan Balik
Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke
RS PONEK dan Puskesmas PONED atau disampaikan melalui
pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala di
Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan
tersebut diatas. Umpan balik dikirimkan kembali dengan tujuan untuk
melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang ditemukan
dalam pelaksanaan PONED/ PONEK.
1.19 Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Poned
Dilakukan secara berjenjang dan dilaksanakan pada setiap semester
dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan akhir tahun. Kegiatan evaluasi
dilakuan melalui pertemuan evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil evaluasi
disampaikan melalui Pertemuan Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak
yang terkait baik lintas program maupun lintas sektoral dalam untuk dapat
dilakukan penyelesaian masalah dan rencana tindak lanjut.
Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :
a. Masukan (input)
1. Tenaga
2. Dana
3. Sarana
4. Obat dan alat
5. Format pencatatan dan pelaporan
6. Prosedur Tetap PONED/ PONEK
7. Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk
Case Fatality Rate
b. Keluaran (output)
1. Kuantitas
2. Jumlah dan jenis kasus PONED/ PONEK yang dilayani
3. Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED/ PONEK
di tingkat RS Kabupaten/ Kota
c. Kualitas
1. Case Fatality Rate
2. Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
3. Response time
1.20 Rujukan Dan Transportasi
Keadaan yang paling ideal untuk merujuk adalah rujukan antepartum.
Apabila terjadi kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan harus
segera diterminasi serta memerlukan rujukan ke fasilitas yang paling
lengkap, maka akan timbul masalah baik ibu maupun bayi.
a. Sistem Rujukan dan Transportasi
1. Perhatikan regionalisasi. Rujukan perinatal dalam menentukan
tujuan rujukan, sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan
benar.
2. Puskesmas merupakan penyaring kasus yang perlu dirujuk sesuai
dengan resiko, jarak dan factor lainnya
3. Memberi informasi kesehatan dan prognosis pasien dan
melibatkan keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk.
4. Melengkapi syarat rujukan (persetujuan tindakan, surat rujukan,
catatan medis)
5. Merujuk pasien dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan
ruangan dalam kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan
menjaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka selama transtortasi.
b. Data yang Harus Disediakan
Data yang harus diinformasikan :
1. Identitas pasien
2. TTV
3. Tindakan / prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan
4. Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada.
c. Syarat untuk Melakukan Transportasi
1. Pasien dalam keadaan stabil
2. Pasien harus dalam keadaan hangat
3. Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat
4. Didampingi oleh tenaga kesehatan yang terampil melakukan
tindakan, minimal ventilasi
5. Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
d. Peralatan dan Obat yang Diperlukan
1. Idealnya untuk bayi, dirujuk dengan menggunakan incubator
transport
2. Peralatan dan obat-obatan minimal yang harus tersedia :
a) Alat resusitasi lengkap
b) Obat-obatan emergensi
c) Selimut penghangat
d) Alat untuk melakukan pemasangan jalur intravena
e) Oksigen dalam tabung
e. Pemberian oksigen (Bayi)
1. Indicator pemberian oksigen :
a) Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan disekitar
bibir) dan akral (warna kebiruan di kuku, tangan dan kaki)
2. Bayi mengalami membutuhkan pengawasan
a) Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan
b) Jumlah oksigen yang diberikan :
1) Melalui kateter nasal 2-3 L/menit (konsentrasi 21%)
2) Melalui sungkup 4-5 L/menit (konsentrasi 40%)
3) Melalui headbox 6-8 L/menit (konsentrasi >50%)
c) Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya
sianosis sentral.
f. Pengawasan Suhu
Pengawasan suhu dan menjaga kehangatan, terutama bayi selama
transportasi menjadi suatu keharusan. Suhu normal axilla 36.5-37.5 °C.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh
puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan
puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari
polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan
untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal
(PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
3.2 Saran
a. Kepada mahasiswa agar dapat lebih memahami tentang program
pelaksanaan PONED dan PONEK itu sendiri itu sehingga dapat
menyalurkan pengetahuannya tersebut kepada keluarganya, lingkungan
sekitarnya serta dapat menerapkan terhadap diri sendiri.
b. Untuk pihak rumah sakit yang terkait agar lebih meningkatkan
pelyanannya serta melengkapi sarana dan prasarana di rumah sakit agar
kesehatan reproduksi ibu yang baik dan pencapaian tumbuh kembang anak
yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.
c. Untuk pihak puskesmas yang terkait agar lebih mengoptimalkan pelyanan
kesehatan terhadap ibu dan anak sta menyediakan sarana dan prasarana
puskesmas yang dibutuhkan untuk menghindari terjadinya rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
Jakarta
Departemen Kesehatan RI 2005. Kebijakan Pelayanan Ibu dan Perinatal di
Indonesia. Jakarta.
Syafrudin 2009 Kebidanan Komunitas Jakarta Penerbit Buku Kedokteran
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL PATOLOGI
SISTEM RUJUKAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI
NEONATAL

Disusun Oleh :

NI NENGAH SUSILAWATI (152191105)


HAERWANTI EKA SAPUTRI (152191108)
ROBIYATUL ADAWIYAH (152191109)
MAYA AGUSTIA PRATIWI (152191110)
NURUL AULIA WARDANI (152191111)
INDRI TRI REZEKI (152191113)
YUSPIDA YULIANTI (152191114)
NUR HIDAYANTI (152191115)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TRANSFER


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai