Anda di halaman 1dari 17

Referat

ICU MANAGEMENT

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh:

Muhammad Naufal Arif, S.Ked


2106111005

Preseptor:
dr. Anna Millizia, M.Ked (An), Sp. An

BAGIAN/SMF ILMU ANASTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “ICU
Management” merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik
Senior bagian Ilmu Anestesiologi di Bagian/SMF Ilmu Anestesiologi Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh RSU Cut Meutia Aceh Utara
dapat saya selesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Anna Millizia, M.Ked
(An), Sp. An selaku preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian/SMF Ilmu Anestesiologi atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan
untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi
bagi penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lhokseumawe, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
2.1 Definisi......................................................................................................2
2.2 Tujuan........................................................................................................2
2.3 Klasifikasi..................................................................................................2
2.4 Indikasi masuk dan keluar ICU.................................................................4
1. Kriteria masuk.......................................................................................4
2. Kriteria Keluar.......................................................................................5
2.5 Sarana dan Prasarana ICU.........................................................................6
2.6 Peralatan ICU............................................................................................7
2.7 Jenis ICU...................................................................................................8
2.8 Skoring ICU..............................................................................................9
2.9 Infeksi nosokomial ICU..........................................................................10
BAB 3....................................................................................................................12
KESIMPULAN.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Ruang ICU merupakan ruang perawatan bagi pasien sakit kritis yang
memerlukan intervensi segera untuk pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi dan memerlukan pengawasan yang konstan secara kontinyu juga
dengan tindakan segera. Pada mulanya ICU dipelopori oleh seorang dokter
spesialis anestesiologi yang bernama Bjorn Ibsen, beliau melakukan intubasi pada
pasien yang mengalami poliomielitis. Dengan bantuan tersebut ternyata
menurunkan angka mortalitas yang diderita pasien, sehingga berkembanglah ICU
hingga sampai pada saat ini.(1)
Pada saat ini pelayanan ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien
pasca-bedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang
mengalami lebih dari satu disfungsi atau gagal organ. Kelompok pasien ini dapat
berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Perawatan, ataupun
kiriman dari Rumah Sakit lain. Meskipun pada umumnya ICU hanya terdiri dari
beberapa tempat tidur, tetapi sumber daya tenaga (dokter dan perawat terlatih)
yang dibutuhkan sangat spesifik dan jumlahnya pada saat ini di Indonesia sangat
terbatas.(1)
Rumah sakit tipe C dan yang lebih tinggi, sebagai pelayanan kesehatan
rujukan harus mempunyai instalasi ICU.(6) Di Indonesia sendiri pada tahun 2015
terdapat 2488 rumah sakit yang bertipe umum maupun privat, dengan total 837
rumah sakit berkelas tipe C yang tersebar diseluruh Indonesia. Namun Jumlah
ruang ICU sangat terbatas mengakibatkan tidak semua pasien dapat diterima di
ICU.(2) Karena tingginya jumlah kematian pasien oleh karena tidak semua pasien
dapat dirawat di ICU maka pasien yang akan dirawat di ICU ditentukan
berdasarkan level prioritas kondisi mediknya.(1)
Intensive Care Unit (ICU) mempunyai 2 fungsi utama yaitu : untuk
melalukan perawatan pada pasien- pasien gawat darurat dengan potensi
“reversible life threatening organ dysfuntion”, dan untuk mendukung organ vital
pada pasien- pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau
prosedur intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi vital. (7)

1
2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit dan cedera yang
mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa dengan prognosis yang
tidak tentu.(1)
2.2 Tujuan
Maupun tujuan adanya ICU di rumah sakit antara lain :
1. mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan spesifik terhadap penyakit
penyakit akut yang mengancam myawa dan dapat menimbulkan kematian
dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2. memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan pelaksanaan sesifik problema dasar.
3. melakukan pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit.
2.3 Klasifikasi
Penyelengaraan pelayanan ICU di indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu(6) :
1. pelayanan ICU Primer (pada rumah sakit tipe C)
2. pelayanan ICU Sekunder (pada rumah sakit tipe B)
3. pelayanan ICU Tersier (pada rumah sakit tipe A)
pelayanan ICU tersier merupakan pelayanan tertinggi, dapat mencakup semua
aspek pelayanan. Dalam hal ketenagaan, ICU tersier dipimpin oleh seorang dokter
intensivis, berbeda dengan yang dibawahnya yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesi atau dokter spesialis yang mengikuti pelatihan ICU. Tenaga medis
maupun non medis dan peralatan ICU tersier merupakan yang terbaik diantara
pelayanan ICU dibawahnya. (6)
3

Kemampuan Pelayanan
No Primer Sekunder Tersier
1. Resusitasi jantung Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung
paru paru
2. Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan nafas, Pengelolaan jalan
nafas, intubasi intubasi trakeal, dan nafas, intubasi trakeal,
trakeal, dan ventilasi ventilasi mekanik dan ventilasi mekanik
mekanik
3. Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
pulseoksimetri, dan pulseoksimetri, dan pulseoksimetri, dan
tekanan darah non tekanan darah non tekanan darah on
invasive invasive dan invasive invasive, invasive,
Swan Ganz, ICP, dan
ECHO monitor
5. Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi secara Pelaksanaan terapi
secara titrasi titrasi secara titrasi
6. - Melakukan prosedur Melakukan prosedur
isolasi
Isolasi
7. - Melakukan hemodialisa Melakukan
secara intermitten dan hemodialisa secara
kontinyu intermitten dan
kontinyu
4

2.4 Indikasi masuk dan keluar ICU


Sebelum pasien dimasukan kedalam ICU, pasien atau keluarga pasien
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap dan menyeluruh mengenai dasar
pertibangan mengapa psien dimasukan kedalam ICU dan tindakan medis apa yang
akan diberikan selama pasien berada di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh
kepala ICU atau dokter yang bertugas, dan keluarga pasien menyetujui dan
menandatangani surat informed consent.(1)

Tidak semua pasien datang akan dirawat di ICU, hal ini dikarenakan
jumlah sarana dan prasarana ICU yang terbatas, sehingga dibutuhkan kriteria
khusus untuk menentukan apakah pasien masuk ICU atau tidak, kriteria tersebut
digolongkan menjadi tiga prioritas, dimana prioritas 1 lebih diutamakan. Kepala
ICU bertanggung jawab untuk menentukan prioritas pasien ICU.(1)

1. Kriteria masuk
a. Prioritas 1

Pasien kelompok ini merupkan pasien sakit kritis, tidak stabil dan
memerlukan terapi intensive dan tertitrasi, seperti bantuan ventilasi atau
alat bantu suportif organ, infus obat obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dll.

b. Prioritas 2

Pasien kelompok ini memerlukan pelayanan dan pemamtauan di


ICU, sebab sangat berisiko apabila tidak mendapatkan terapi intensif
segera, seperti pasien dengan pulmonary arterial catheter, penyakit jantung
dan paru berat yang akut, gagal ginjal kronik, pascapembedahan mayor,
dll.

c. Prioritas 3

Pasien kelompok ini adalah pasien sakit kritis yang tidak stabil
status kesehatannya, dan sangat kecil kemungkinan kesembuhannya,
seperti pasien keganasan dengan metastatik disertai dengan infeksi,
5

tamponade perikordial, dan penyakit penyakit terminal dengan disertai


masalah akut. Umumnya pengelolaan pada pasien golongan ini hanya
untuk mengatasi kegawatan akutnya.

d. Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa, berdasarkan persetujuan kepala


ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien dapat dikecualikan,
namun sewaktu waktu pasien golongan tersebut dapat dipindahkan dari
ICU agar fasilitas ICU dapat digunakan oleh golongn prioritas 1,2, dan 3.
pasien yang tergolong demikian yaitu :

- Pasien yang memenuhi kriteria masuk namun menolak untuk


dilakukan terapi bantuan hidup yang agresif dan hanya perawatan yang
biasa saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “do not
resucitate”. Pasien pasien ini mengharapkan dapat meningkatkan
kemungkinan keselamatannya selama berada di ICU.
- Pasien dalam keadaan vegetatif permanen
- Pasien yang mengalami mati batang otak, namun diperseiapkan untuk
donor organ.

2. Kriteria Keluar
a. pasien dipindahkan apabila pasien sudah tidak memerlukan perawatan
intensif di ICU karena keadaan pasien ang sudah stabil dan tertangani.
Contoh, pada pasien yang telah sadar dari koma, telah dapat bernafas
secara spontan, ekstubasi, dll. Namun untuk pasien yang kecil
kemungkinan selamat dengan kegagalan banyak organ dan tidak
mungkin untuk terus dilakukan terapi intensif di ICU, maka pasien
dapat dikeluarkan dari ICU.
b. Pasien menolak di terapi secara intensif di ICU
c. Pasien yang hanya memerlukan pemantaun intens dan observasi, tanpa
perlu terapi yang tertitrasi.
6

2.5 Sarana dan Prasarana ICU


Lokasi ICU harus dekat dengan kamar bedah atau pusat bedah di rumah
sakit, hal ini untuk memudahkan transport pasien post op yang membutuhkan
pemantauan dan terapi intens.(6) Berikut merupakan sarana dan prasarana ICU di
rumah sakit (6) :

- Terisolasi
- Memnpunyai standar untuk bahaya api, bahaya radiologi, bahaya
bakteriologis
- Ruangan ber AC dengan suhu ruangan 20 – 25ͦ C dan kelembapan 50 –
70%
- Mempunyai ruangan isolasi untuk pasien khusus
- Rungan penyimpanan alat medis yang bersih dan steril
- Ruangan pembuangan kotor
- Ruang perawat
- Ruang dokter jaga
- Ruang laboratorium

Desain ICU berdasarkan klasifikasi ICU di rumah sakit.(6)

Desain ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier


Area pasien : 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Unit terbuka 12 – tangan tiap 2 tangan tiap 2 tangan tiap 2
16 m2 tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Unit tertutup 12 – 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
16 m2 tangan tiap tangan tiap tangan tiap
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Outlet oksigen 1 2 3/ tempat tidur
valkum dan stop - 1 3/ tempat tidur
kontak 2/ tempat tidur 2/ tempat tidur 16/ tempat tidur
Lingkungan Ber AC Ber AC Ber AC
Suhu 20 – 25 C 20 – 25 C 20 – 25 C
Humiditas 50 – 70 % 50 – 70 % 50 – 70 %
7

Ruang isolasi - + +
Ruang - + +
penyimpanan alat
medis bersih
Ruang jaga + + +
perawat
Ruang jaga dokter - + +
Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam

2.6 Peralatan ICU


Peralatan yang memadai dalam hal kualitas maupun kuantitas sangat
menentukan kelayakan pelayanan ICU, jumlah dan peralatan bergantung dari tipe
klasifikasi, fungsi ICU dan harus sesuai dengan kelayakan standar yang beraku.
Peralatan tersebut harus di kalibrasi ulang atau dijaga secara berkala agar tetap
berfungsi dengan baik. Perlu adanya protokol atau pelatihan kerja untuk perawat
perawat ICU agar dapat mengoperasikan peralatan ICU dengan baik tanpa dan
mencegah ada malfungsi dari peralatan tersebut.(1)

Peralatan monitoring pasien di ICU harus memiliki sistem alarm, hal ini
untuk memberitahu perawat agar pasien yang mengalami kondisi kritis atau dalam
kondisi yang menrun dapat dipantau terus.(1)

Peralatan ICU primer ICU sekunder ICU tersier


Ventilasi mekani Sederhana Canggih Canggih
Alat hisap + + +
Alat ventilasi manual dan alat + + +
penunjang jalan nafas
Peralatan monitor + + +
Invasif
 Monitor tek darah - + +
invasif
8

 Tekana vena sentral + + +


 Swan Ganz - - +

Non invasif
 Tekanan darah + + +
 Ekg dan pacu jantung + + +

 Saturasi oksigen + + +

 Kapnografi - + +

Suhu + + +
EEG - + +
Defibrilator dan alat pacu + + +
jantung
Pengatur suhu pasien + + +
Peralatan drai torak + + +
Pompa infus dan syringe - + +
Bronkoscopy + + +
Echocardiography - + +
Hemodialisa - + +
CRRT - + +

2.7 Jenis ICU


ICU sendiri terbagi dalam beberapa jenis, berdasarkan fungsinya ICU
dibagi menjadi, yaitu(1,6) :

1. Intensive Coronary Care Unit (ICCU)


Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) merupakan unit penanganan bagi
pasien gangguan jantung. Seperti penderita jantung koroner,pasien gagal
jantung atau gangguan berat pada fungsi jantung jenis lain.
2. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
9

Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah ruangan untuk menangani


dedek-dedek bayi baru lahir,yang mengalami kondisi tidak baik,prematur
atau gejala-gejala lain yang memerlukan perawatan dan perlakuan khusus.
3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah ruangan perawatan khusus
pasien anak-anak yang butuh penanganan intensif.
4. Post Anesthesi Care Unit (PACU)
Post Anesthesi Care Unit (PACU) adalah unit perawatan intensif pasca
operasi dan stabilisasi pasien setelh operasi bedah dan anestesi.

2.8 Skoring ICU


Intensivis memutuskan untuk membuat skoring beratnya penyakit
terhadap pasien-pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU) dengan maksud
membandingkan populasi dan mengevaluasi hasil akhirnya. Hasil akhir dari suatu
perawatan intensif bergantung dari berbagai faktor atau keadaan yang ada yang
didapati pada hari pertama masuk ICU dan juga bergantung terhadap penyebab
sakitnya sehingga dirawat di ICU.(5)

Sistem skor APACHE II merupakan salah satu sistem skor paling banyak
digunakan untuk analisis kualitas IPI, penelitian berbagai penyakit dan terapi
terbaru suatu penyakit pada pasien rawat IPI. Sistem skor APACHE II lebih
diterima karena data yang dibutuhkan untuk menentukan skor lebih sederhana,
definisi tiap variabel jelas dan reproduksibel serta dikumpulkan dari pemeriksaan
rutin pasien di IPI.(5)
10

2.9 Infeksi nosokomial ICU


Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai Health care
Associated Infection (HAIs) adalah infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi
pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien
tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Di Indonesia,
infeksi nosokomial mencapai 15,74 %.(3)

Berdasarkan informasi sekunder yang ada, infeksi nosokomial di ICU


menjadi masalah yang sering ditemukan di rumah sakit karena pengaruh
11

lingkungan sekitar yang terkontaminasi. Infeksi yang terjadi di ICU paling sering
disebabkan oleh Staphylococcus sp, Enterobacter agglomerans, dll.(4)

2.10 Monitoring hemodinamik di ICU


Monitoring hemodinamik merupakan hal yang esensial dalam perawatan
pasien-pasien kritis. Monitoring hemodinamik dibagi menjadi monitoring secara
invasif dan non invasif. Variabel yang selalu dievaluasi dalam pemantauan
tekanan darah secara invasif meliputi tekanan darah arteri, tekanan vena sentral,
dan tekanan arteri pulmoner.

Prinsip pengukuran yang digunakan secara umum hampir sama yaitu


dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah dan disambungkan ke
system tranduser. Tekanan darah akan melaluli kateter dan akan dikonversi
menjadi sinyal elektrik oleh tranduser yang kemudian akan diteruskan ke
osciloskope dan diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada
layar monitor.

Tujuan dari monitoring hemodinamik adalah untuk mengidentifikasi


perubahan status hemodinamik secara dini sehingga dapat dilakukan intervensi
segera, untuk evaluasi segera respon pasien terhadap suatu intervensi seperti
obatobatan dan dukungan mekanik, dan evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler
seperti cardiac output dan index.
BAB 3
KESIMPULAN

Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit dan cedera yang
mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa. Adapun tujuan ICU yaitu
mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan spesifik terhadap penyakit penyakit
akut yang mengancam nyawa, memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi
vital tubuh, dan melakukan pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan
terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit, dengan harapan dapat
meningkatkan angka keselamatan pasien.
ICU sendiri memiliki indikasi masuk dan keluar yang jelas berdasarkan
prioritas dan kestabilan pasien, hal ini agar ICU menjadi tempat untuk perawatan
intensif khusus bagi pasien yang membutuhkan. ICU juga didukung oleh tenaga
medis yang lebih handal dan sarana prasarana yang lengkap, sehingga dapat
menjadi tempat rujukan dari unit lain untuk melakukan perawatan intensif dan
tertitrasi.
Namun perlu diawasi pelayanan dan kebersihan ICU terkait infeksi
nosokomial yang dapat menjangkit pasien ICU. Apabila pasien telah membaik
atau stabil kesehatannya maka pasien dapat dipindahkan ke unit lain untuk
dilanjutkan terapi nya, karena rawannya infeksi nosokomial di ICU.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Baldini G, Hosur S, Butterworth JF, Ilfeld BM, Carli F, Mackey DC,
Cowles CE. Chapter 18 : Preoperative assessment, premedication, &
perioperative documentation. In : Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick

JD. Morgans & mikhail’s clinical anesthesiology 5th edition. New York :
McGraw Hill Education.2008.295-
2. Committee of Oversight : Economics. ASA physical status classification
system.
American Society of Anesthesiologsts. 2019;p 1-2.
3. Miller, R.D., Cogen, N.H., Erksson, L.I., et al. Miller’s Anesthesia. 8th ed.
Canada : Elsevier. 2015 : 2264 – 2334.
4. R.Venna, Wee, MYK. AAGBI Safety Guideline Pre operative Assesment
and patient preparation. The role of the anasthetist. Published by the
Association of Anaesthetists of great Britain and Ireland. 21 Portland
Place, London. January,
2010.
5. Merry A, Wilson I, Walker I, Carlisle J, Sandhar B, Campbel B.
Preoperative assessment and preparation for anaesthesia : General
consideration. In : Allman KG, Wilson IH, O’Donnel A. Oxford handbook

of anaesthesia 3rd Edition. New York : Oxford University Press. 2011;1-


16.
6. Sharma S, Patel R, Hashmi MF, et al. 3-3-2 Rule. [Updated 2020 May 23].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL) : StatPearls Publishing;
2020.
7. Cuendet G, Yuce A, Sorci M, Schoettker P, Perruchoud C, Thiran JP.
(2012). Automatic Mallampati Classification Using Active Appearance
Models.p1-4.
8. Apfelbaum JF, Agarkar M, Connis RT, Cote CJ, Nickinovich DG, Warner
MA.Prectice guidelines for preoperative fasting and the use of
pharmacologic agents to reduce the risk of pulmonary aspiration :

13
application to healthy patients undergoing elective procedure.
Anesthesiology. 2017;126:376-93.

14

Anda mungkin juga menyukai