ICU MANAGEMENT
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Oleh:
Preseptor:
dr. Anna Millizia, M.Ked (An), Sp. An
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
2.1 Definisi......................................................................................................2
2.2 Tujuan........................................................................................................2
2.3 Klasifikasi..................................................................................................2
2.4 Indikasi masuk dan keluar ICU.................................................................4
1. Kriteria masuk.......................................................................................4
2. Kriteria Keluar.......................................................................................5
2.5 Sarana dan Prasarana ICU.........................................................................6
2.6 Peralatan ICU............................................................................................7
2.7 Jenis ICU...................................................................................................8
2.8 Skoring ICU..............................................................................................9
2.9 Infeksi nosokomial ICU..........................................................................10
BAB 3....................................................................................................................12
KESIMPULAN.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Ruang ICU merupakan ruang perawatan bagi pasien sakit kritis yang
memerlukan intervensi segera untuk pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi dan memerlukan pengawasan yang konstan secara kontinyu juga
dengan tindakan segera. Pada mulanya ICU dipelopori oleh seorang dokter
spesialis anestesiologi yang bernama Bjorn Ibsen, beliau melakukan intubasi pada
pasien yang mengalami poliomielitis. Dengan bantuan tersebut ternyata
menurunkan angka mortalitas yang diderita pasien, sehingga berkembanglah ICU
hingga sampai pada saat ini.(1)
Pada saat ini pelayanan ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien
pasca-bedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang
mengalami lebih dari satu disfungsi atau gagal organ. Kelompok pasien ini dapat
berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Perawatan, ataupun
kiriman dari Rumah Sakit lain. Meskipun pada umumnya ICU hanya terdiri dari
beberapa tempat tidur, tetapi sumber daya tenaga (dokter dan perawat terlatih)
yang dibutuhkan sangat spesifik dan jumlahnya pada saat ini di Indonesia sangat
terbatas.(1)
Rumah sakit tipe C dan yang lebih tinggi, sebagai pelayanan kesehatan
rujukan harus mempunyai instalasi ICU.(6) Di Indonesia sendiri pada tahun 2015
terdapat 2488 rumah sakit yang bertipe umum maupun privat, dengan total 837
rumah sakit berkelas tipe C yang tersebar diseluruh Indonesia. Namun Jumlah
ruang ICU sangat terbatas mengakibatkan tidak semua pasien dapat diterima di
ICU.(2) Karena tingginya jumlah kematian pasien oleh karena tidak semua pasien
dapat dirawat di ICU maka pasien yang akan dirawat di ICU ditentukan
berdasarkan level prioritas kondisi mediknya.(1)
Intensive Care Unit (ICU) mempunyai 2 fungsi utama yaitu : untuk
melalukan perawatan pada pasien- pasien gawat darurat dengan potensi
“reversible life threatening organ dysfuntion”, dan untuk mendukung organ vital
pada pasien- pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau
prosedur intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi vital. (7)
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit dan cedera yang
mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa dengan prognosis yang
tidak tentu.(1)
2.2 Tujuan
Maupun tujuan adanya ICU di rumah sakit antara lain :
1. mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan spesifik terhadap penyakit
penyakit akut yang mengancam myawa dan dapat menimbulkan kematian
dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2. memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan pelaksanaan sesifik problema dasar.
3. melakukan pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit.
2.3 Klasifikasi
Penyelengaraan pelayanan ICU di indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu(6) :
1. pelayanan ICU Primer (pada rumah sakit tipe C)
2. pelayanan ICU Sekunder (pada rumah sakit tipe B)
3. pelayanan ICU Tersier (pada rumah sakit tipe A)
pelayanan ICU tersier merupakan pelayanan tertinggi, dapat mencakup semua
aspek pelayanan. Dalam hal ketenagaan, ICU tersier dipimpin oleh seorang dokter
intensivis, berbeda dengan yang dibawahnya yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesi atau dokter spesialis yang mengikuti pelatihan ICU. Tenaga medis
maupun non medis dan peralatan ICU tersier merupakan yang terbaik diantara
pelayanan ICU dibawahnya. (6)
3
Kemampuan Pelayanan
No Primer Sekunder Tersier
1. Resusitasi jantung Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung
paru paru
2. Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan nafas, Pengelolaan jalan
nafas, intubasi intubasi trakeal, dan nafas, intubasi trakeal,
trakeal, dan ventilasi ventilasi mekanik dan ventilasi mekanik
mekanik
3. Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
pulseoksimetri, dan pulseoksimetri, dan pulseoksimetri, dan
tekanan darah non tekanan darah non tekanan darah on
invasive invasive dan invasive invasive, invasive,
Swan Ganz, ICP, dan
ECHO monitor
5. Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi secara Pelaksanaan terapi
secara titrasi titrasi secara titrasi
6. - Melakukan prosedur Melakukan prosedur
isolasi
Isolasi
7. - Melakukan hemodialisa Melakukan
secara intermitten dan hemodialisa secara
kontinyu intermitten dan
kontinyu
4
Tidak semua pasien datang akan dirawat di ICU, hal ini dikarenakan
jumlah sarana dan prasarana ICU yang terbatas, sehingga dibutuhkan kriteria
khusus untuk menentukan apakah pasien masuk ICU atau tidak, kriteria tersebut
digolongkan menjadi tiga prioritas, dimana prioritas 1 lebih diutamakan. Kepala
ICU bertanggung jawab untuk menentukan prioritas pasien ICU.(1)
1. Kriteria masuk
a. Prioritas 1
Pasien kelompok ini merupkan pasien sakit kritis, tidak stabil dan
memerlukan terapi intensive dan tertitrasi, seperti bantuan ventilasi atau
alat bantu suportif organ, infus obat obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dll.
b. Prioritas 2
c. Prioritas 3
Pasien kelompok ini adalah pasien sakit kritis yang tidak stabil
status kesehatannya, dan sangat kecil kemungkinan kesembuhannya,
seperti pasien keganasan dengan metastatik disertai dengan infeksi,
5
d. Pengecualian
2. Kriteria Keluar
a. pasien dipindahkan apabila pasien sudah tidak memerlukan perawatan
intensif di ICU karena keadaan pasien ang sudah stabil dan tertangani.
Contoh, pada pasien yang telah sadar dari koma, telah dapat bernafas
secara spontan, ekstubasi, dll. Namun untuk pasien yang kecil
kemungkinan selamat dengan kegagalan banyak organ dan tidak
mungkin untuk terus dilakukan terapi intensif di ICU, maka pasien
dapat dikeluarkan dari ICU.
b. Pasien menolak di terapi secara intensif di ICU
c. Pasien yang hanya memerlukan pemantaun intens dan observasi, tanpa
perlu terapi yang tertitrasi.
6
- Terisolasi
- Memnpunyai standar untuk bahaya api, bahaya radiologi, bahaya
bakteriologis
- Ruangan ber AC dengan suhu ruangan 20 – 25ͦ C dan kelembapan 50 –
70%
- Mempunyai ruangan isolasi untuk pasien khusus
- Rungan penyimpanan alat medis yang bersih dan steril
- Ruangan pembuangan kotor
- Ruang perawat
- Ruang dokter jaga
- Ruang laboratorium
Ruang isolasi - + +
Ruang - + +
penyimpanan alat
medis bersih
Ruang jaga + + +
perawat
Ruang jaga dokter - + +
Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam
Peralatan monitoring pasien di ICU harus memiliki sistem alarm, hal ini
untuk memberitahu perawat agar pasien yang mengalami kondisi kritis atau dalam
kondisi yang menrun dapat dipantau terus.(1)
Non invasif
Tekanan darah + + +
Ekg dan pacu jantung + + +
Saturasi oksigen + + +
Kapnografi - + +
Suhu + + +
EEG - + +
Defibrilator dan alat pacu + + +
jantung
Pengatur suhu pasien + + +
Peralatan drai torak + + +
Pompa infus dan syringe - + +
Bronkoscopy + + +
Echocardiography - + +
Hemodialisa - + +
CRRT - + +
Sistem skor APACHE II merupakan salah satu sistem skor paling banyak
digunakan untuk analisis kualitas IPI, penelitian berbagai penyakit dan terapi
terbaru suatu penyakit pada pasien rawat IPI. Sistem skor APACHE II lebih
diterima karena data yang dibutuhkan untuk menentukan skor lebih sederhana,
definisi tiap variabel jelas dan reproduksibel serta dikumpulkan dari pemeriksaan
rutin pasien di IPI.(5)
10
lingkungan sekitar yang terkontaminasi. Infeksi yang terjadi di ICU paling sering
disebabkan oleh Staphylococcus sp, Enterobacter agglomerans, dll.(4)
Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit dan cedera yang
mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa. Adapun tujuan ICU yaitu
mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan spesifik terhadap penyakit penyakit
akut yang mengancam nyawa, memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi
vital tubuh, dan melakukan pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan
terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit, dengan harapan dapat
meningkatkan angka keselamatan pasien.
ICU sendiri memiliki indikasi masuk dan keluar yang jelas berdasarkan
prioritas dan kestabilan pasien, hal ini agar ICU menjadi tempat untuk perawatan
intensif khusus bagi pasien yang membutuhkan. ICU juga didukung oleh tenaga
medis yang lebih handal dan sarana prasarana yang lengkap, sehingga dapat
menjadi tempat rujukan dari unit lain untuk melakukan perawatan intensif dan
tertitrasi.
Namun perlu diawasi pelayanan dan kebersihan ICU terkait infeksi
nosokomial yang dapat menjangkit pasien ICU. Apabila pasien telah membaik
atau stabil kesehatannya maka pasien dapat dipindahkan ke unit lain untuk
dilanjutkan terapi nya, karena rawannya infeksi nosokomial di ICU.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Baldini G, Hosur S, Butterworth JF, Ilfeld BM, Carli F, Mackey DC,
Cowles CE. Chapter 18 : Preoperative assessment, premedication, &
perioperative documentation. In : Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick
JD. Morgans & mikhail’s clinical anesthesiology 5th edition. New York :
McGraw Hill Education.2008.295-
2. Committee of Oversight : Economics. ASA physical status classification
system.
American Society of Anesthesiologsts. 2019;p 1-2.
3. Miller, R.D., Cogen, N.H., Erksson, L.I., et al. Miller’s Anesthesia. 8th ed.
Canada : Elsevier. 2015 : 2264 – 2334.
4. R.Venna, Wee, MYK. AAGBI Safety Guideline Pre operative Assesment
and patient preparation. The role of the anasthetist. Published by the
Association of Anaesthetists of great Britain and Ireland. 21 Portland
Place, London. January,
2010.
5. Merry A, Wilson I, Walker I, Carlisle J, Sandhar B, Campbel B.
Preoperative assessment and preparation for anaesthesia : General
consideration. In : Allman KG, Wilson IH, O’Donnel A. Oxford handbook
13
application to healthy patients undergoing elective procedure.
Anesthesiology. 2017;126:376-93.
14