n : 642.A/PER/DIR/RSUS/IX/
Nomor : 2022
Tanggal : 15 September2022
Tentang Pedoman Pelayanan ICU di
Rumah Sakit Urip Sumoharjo;
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Instalasi Rawat Intensif ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medis,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus dapat
memberikan pelayanan ICU yang profesional dan berkualitas. Dengan mengedepankan
keselamatan pasien. Di ICU perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim.
Pengembangan tim mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan
pasien. Selain dukungan itu sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka
meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukanya tenaga khusus,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan
ICU perlu dikonsentrasikan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Tujuan khusus
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU dirumah sakit.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU dirumah sakit
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU dirumah sakit .
C. RUANG LINGKUP
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
2. Undang – undang RI no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan pemerintah no 32 tentang tenaga kesehatan
4. Permenkes RI no 340/MENKES/PER/XI/2009 tentang klasifikasi rumah sakit
5. Permenkes RI no HK.02.02/MENKES/148/I /2010 tentang penyelenggaraan
praktik perawat.
6. Permenkes RI no 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang registrasi tenaga
kesehatan
7. Pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit DepKes RI 1999
8. Standar peralatan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan DepKes RI
tahun 2001
9. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RS
10. Standar tenaga keperawatan di Rumah sakit DepKes RI tahun 2005.
Tenaga yang terlibat dalam pelayanan ICU terdiri dari tenaga dokter intensivisi, dokter
spesialis dan dokter yang telah mengikuti pelatihan ICU dan perawat terlatih ICU.Tenaga
tersebut menyelenggarakan pelayanan ICU sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang
diatur oleh masing-masing RS sesuai dengan jenis dan klasifikasi RS.
ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar terlatih. Dengan
perhitungan jumlah perawat di ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien 1:1, sedangkan perbandingan
perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.
1. Ketenagaan
A. DISTRIBUSI KETENAGAAN
SDM di ruang ICU berjumlah 19 dengan 1 kepala ruang, dan 18 perawat pelaksana.
B. PENGATURAN JAGA/DINAS
A. DENAH RUANGAN
(Terlampir)
B. STANDAR FASILITAS
1. Sarana fisik
Dianjurkan satu kelompok dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau
mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium dan
radiologi.
2. Desain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat.Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
Ruangan dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari:
a. Area pasien :
c. Lingkungan
d. Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembapan sesuai dengan luas ruangan.Suhu 22 – 25°C kelembapan 50 –
70%
e. Ruang Isolasi
f. Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.
g. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Area kerja :
Ruang isolasi - + +
Ruang + + +
penyimpanan
peralatan dan
barang bersih
Ruang + + +
tempat buang
kotoran
Ruang + + +
perawat
Ruang - + +
tunggu
keluarga
pasien
3. Peralatan
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu kelancaran
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU
dan
harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang berlaku.
e. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia untuk
penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila terjadi
malfungsi.
Alat hisap + + +
(sesuai jumlah (sesuai jumlah (sesuai jumlah
bed) bed) bed)
Peralatan monitor :
Invasif :
- Monitor
tekanan darah - +/- +
invasif (sesuai jumlah (sesuai jumlah
- Tekanan vena bed) bed)
sentral +
- Tekanan baji + +
a. Pulmonalis
(Swan Ganz) (sesuai jumlah (sesuai jumlah
-
bed) bed)
- +
(5 unit)
Non invasif:
- Tekanan darah
+ + +
- EKG dan laju
(sesuai jumlah (sesuai jumlah (sesuai jumlah
jantung
bed) bed) bed)
- Saturasi
oksigen (pulse + + +
oxymeter)
- Kapnograf (sesuai jumlah (sesuai jumlah (sesuai jumlah
bed) bed) bed)
+ + +
(sesuai jumlah (sesuai jumlah (sesuai jumlah
bed) bed) bed)
+
- + (minimal 1)
(minimal 1)
Suhu + + +
EEG/BIS monitor - + +
Defibrilator + + +
(1 unit) (1 unit) (1 unit)
Peralatan drain + + +
toraks
Lampu untuk + + +
tindakan
(minimal 1) (minimal 1) (minimal 1)
Hemodialisis - + +
(1 unit) (1 unit)
CRRT - + +
(1 unit) (1 unit)
No Kemampuan Pelayanan
Primer Sekunder Tersier
1 Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru
12 - Melakukan Melakukan
hemodialisis intermiten hemodialisis intermiten
dan kontinyu dan kontinyu
Untuk saat ini ruangan ICU saat ini berada di lantai III gedung melati Rs Urip sumoharjo
dengan kapasitas 7 tempat tidur.
Sebelum pasien masuk ke ICU , pasien dan/atau keluarganya harus mendapatkan penjelasan
secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di /
ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin selama pasien dirawat di ICU . Penjelasan
tersebut diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut
pasien dan /atau keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU
Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu Rumah Sakit, diperlukan
mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan
ICU lebih tinggi dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU
bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU . Bila kebutuhan pasien
masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menetukan kondisi
berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akandirawat di ICU .
Kriteria Masuk
Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) lebih
didahulukan dibandingkan dengan pasien yang hanya memerlukan pemantauan intensif
(prioritas 3).Penilaan objektif atas berat dan prognosis penyakit hendaknya digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk ke ICU.
Prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
dan tertitrasi, seperti: dukungan / bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ system
yang lain, infuse obat-obat vasoaktif / inotropik, obat anti aritmia, serta pengobatan lain-
lainnya secara kontinyu dan tertitrasi.
Sebagai contoh antara lain: pasien pasca bedah kardiotorasik, sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat
juga membuat criteria spesifik yang lain seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah
tekanan darah tertentu. Terapi pada gologan pasien prioritas 1 (satu) demikian, umumnya
tidak mempunyai batas.
Prioritas 2 (dua)
Golongan pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter.
Sebagai contoh antara lain pasien yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal
ginjal akut dan berat atau pasien yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada
golongan pasien prioritas 2, tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa
berubah.
Sebagai contoh antara lain pasien dengan keganasan metastatic disertai penyulit infeksi,
pericardial tamponade, sumbatan jalan nafas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru
terminal disertai komplikasi penyakut akut berat.Pengelolaan pada pasien golongan ini
hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi masuk pada
beberapa golongan pasien bias dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien
golongan demikian sewaktu waktu harus bias dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU
yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga).
Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh Kepala
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik atau cukup stabil, sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau
tidak member hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien tidak
menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi mekanis). Contoh golongan
pasien demikian, antara lain pasien yang menderita penyakit stadium akhir (misalnya
ARDS (Acute Repiration Distress Syndrom) stadium akhir). Sebelum dikeluarkan dari
ICU sebaiknya keluarga pasien diberikan penjelasan alasan pasien dikeluarkan dari
ICU.
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa)
Monitoring Pasien.
Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan
di ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi pencatatan lengkap terhadap
diagnosis yang menyebabkan dirawat di ICU , data tanda vital, pemantauan fungsi organ
khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan
nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari
pasien.
Pelaporan pelayanan ICU dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, system
skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis, hemodialisis, dan
sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau meninggal) dari ICU
Kebutuhan logistic, baik untuk operasional kegiatan pelayanan diruang ICU,untuk sarana
diadakan melalui proses permintaan barangsesuai SPO bagian logistic rumah sakit. Logistik
yang diperlukandalam menunjang pelayanan di ruang ICU adalah sebagai berikut :
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumahsakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan denganrisiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insidendan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnyarisiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yangdisebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidakmelakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan KTD di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja,
aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
A. PENGERTIAN
Derajat kesempurnaan pelayanan RS untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di RS secara wajar,
efisen dan efektif dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan RS.
B. TUJUAN
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan RS
secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Pedoman Petunjuk Teknis Pelayanan ICU di RS Urip Sumoharjo ini diharapkan menjadi
panduan menyelenggaran Pelayanan ICU.Pelayanan ICU di Rumah Sakit disesuaikan
dengan kemampuan Rumah Sakit meliputi sumber daya, sarana, prasarana, dan peralatan.
Oleh karena ituRumah Sakit hendaknya dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada
dalam pedoman ini dan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang
kodusif bagi setiap rumah sakit.
Pedoman Petunjuk Teknis Pelayanan ICU di Rumah Sakit, selanjutnya perlu dijabarkan
dalam prosedur tetap di setiap rumah sakit guna kelancaran pelaksanaannya.
Apabila di Kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada petunjuk teknis ini, maka akan
dilakukan penyempurnaan pada penyusunan petunjuk teknis selanjutnya.