Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah menjadikan
pembedahan yang dahulunya sebagai usaha terakhir, sekarang menjadi sesuatu yang dapat
diterima secara umum.
Pelayanan profesional yang diberikan pada pasien di kamar bedah meliputi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan mengimplementasikan
asuhan yang bersifat individualistik, mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan dalam
rangka memulihkan dan mempertahankan derajat kesehatan, kesejahteraan pasien sebelum,
selama dan sesudah tindakan operasi. Penyusunan buku pedoman pelayanan bedah ini sangat
penting sehingga pada akhirnya dapat mengurangi atau menurunkan angka kematian,
kecacatan, infeksi luka operasi seminimal mungkin khususnya, dan peningkatan mutu
pelayanan di kamar operasi pada umumnya.

B. Tujuan
1. Meningkatkan keamanan tindakan bedah dengan menciptakan standarisasi prosedur yang
aman.
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas/kecacatan akibat komplikasi
prosedur bedah.
3. Me-recall memory, terutama pada hal-hal kecil yang gampang terabaikan pada keadaan
pasien yang kompleks.

C. Ruang Lingkup
Pedoman ini diterapkan kepada semua perawat, penata/dokter anestesi dan dokter bedah
yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur pembedahan.

1
D. Batasan Operasional
1. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan
tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata “Chirurgia” (dibaca: KI-RUR-
JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya tangan; dan “ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana
(Potter, 2006).
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur
operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat
inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
2. Jenis Pembedahan
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara
sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan
asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses superficial, pembersihan luka,
inokulasi, superfisial neroktomi dan tenotomi.
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko
terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah caesar,
appendiktomi, laparatomi, Herniatomi, SNT, SNNT, MOW, dan Mastektomi.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk
melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami
perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti : koreksi dan imobilisasi dari fraktur
pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.

2
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelengaraan pelayanan bedah di Unit
Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”. Unit kamar operasi adalah suatu
bagian dari rumah sakit yang mempunyai staf khusus dengan peralatan yang khusus. Oleh
sebab itu penyelenggaraan Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”
sesuai dengan :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran.
4. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 436/MenKes/SK/VI/1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah No 755/MenKes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.

3
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Pola ketenagaan dan kualifikas SDM Unit Kamar Operasi :
No
Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
.
1. Kepala Unit Kamar Operasi Dokter spesialis Bersertifikat spesialis
bedah bedah
2. Dokter Spesialis Bedah Dokter Spesialis Bersertifikat sesuai dengan
Umum, Spesialis Obgyn, spesialisnya
Spesialis Mata
3. Kepala ruangan unit kamar S1/DIII Keperawatan Bersertifikat ketrampilan
operasi dasar perawat kamar
bedah/BLS
4. Perawat / Bidan Pelaksana D III keperawatan/ S 1 Bersertifikat ketrampilan
unit kamar operasi keperawatan dasar perawat kamar
bedah/BLS
Tabel 2.1 Kualifikasi sumber daya manusia
2. Jenis Tenaga
Tim bedah di Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”, terdiri dari :
a. Ahli bedah
Adalah seorang dokter dengan sertifikat dan kemampuan sesuai dengan
kompetensi keahliannya yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”.
b. Dokter Anestesi
Adalah seorang dokter dengan sertifikat dan kemampuan sesuai dengan
kompetensi keahliannya yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”.
c. Asisten Ahli Bedah
Adalah Seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan
membantu pelaksanaan pembedahan, selama tindakan pembedahan berlangsung.

d. Perawat Anestesi

4
Adalah seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan
ditugaskan membantu pelaksanaan anestesi, selama tindakan anestesi dan pembedahan
berlangsung.
e. Perawat instrumen (Scrub nurse)
Adalah Seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan
membantu pelaksanaan pembedahan, pengelolaan alat pembedahan selama tindakan
pembedahan berlangsung.
f. Perawat Sirkuler (Circulating nurse)
Adalah seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
g. Perawat RR (Recovery Room)
Adalah seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang memantau
pasien post operasi/pembedahan di ruang RR (Recovery Room).
h. Non Medis
Tenaga non medis diberi wewenang dan ditugaskan membersihkan unit kamar
operasi setelah operasi selesai.

B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di unit kamar operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”adalah
sebanyak 12 orang. Yang terdiri dari kategori :

No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga Pelatihan

Kepala Unit Kamar


1. 1 Sertifikat dokter Bedah
Operasi
Kepala Ruang Unit
2. 1 BCLS/PPGD/BLS
Kamar Operasi
BCLS/PPGD/BLS/Pelatihan
3. Perawat Anesthesi 1
Penata Anestesi
4. Asisten Bedah 1 BCLS/PPGD/BLS
Perawat Instrumen
5. 2 BCLS/PPGD/BLS
(Scrub Ners)
Perawat RR (Recovery
6. 2 BCLS/PPGD/BLS
Room)
7. Non Medis 1 SMA
Tabel 2.2 Distribusi ketenagaan
1. Kepala ruangan

5
Adalah seorang perawat lulusan sarjana/diploma keperawatan dengan yang mendapat
tugas dan wewenang jabatan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Ibu
dan Anak “IBUNDA”.
2. Kualifikasi Tenaga Perawat pada pelayanan bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak
“IBUNDA”:
a. Perawat Unit Kamar Operasi dalam hal ini Perawat Pelaksana memiliki sertifikat
Basic Cardiac Life Suport (BCLS) dan pelatihan dasar instrumen.
b. Perawat Penata Anestesi memiliki sertifikat pelatihan Penata Anestesi dan sertifikat
Basic Cardiac Life Suport (BCLS).
c. Perawat Ruang Pulih Sadar memiliki Sertifikat dan Gels atau Basic Cardiac Life
Suport (BCLS).

C. Pengaturan Jaga

1. Pengaturan jadwal dinas perawat unit kamar operasi dibuat kepala ruangan Unit Kamar
Operasi.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke petugas di Unit
Kamar Operasi.
3. Secara umum jadwal dinas di Unit Kamar Operasi adalah on call.
a. Perawat Instrumen dan on loop
On call mulai jam 07.00 – 07.00 hari senin – minggu.
b. Perawat Anestesi
On call mulai jam 07.00 – 07.00 hari senin – minggu.
c. Asisten bedah
On call mulai jam 07.00 – 07.00 hari senin – minggu.
4. Petugas on call di Unit Kamar Operasi terdiri dari 1 orang asisten bedah, 1 orang
perawat instrument, 1 orang perawat anestesi dan 1 orang on loop.
5. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan cuti ke bagian kepegawaian.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Gambar 3.1 denah ruang ok
K
E STERILISASI
L PENYIMPANAN
RESUSITASI ALAT
U MUSHOLA ALAT
A BAYI
RUANG
R RR

RUANG
TUNGGU PASIEN &
PERAWAT
RUANG
PERAWATAN
RAWAT INAP PREMEDIKASI OK

CUCI
TANGAN &
ALAT
RUANG
GANTI WC

RUANG
LINEN
RUANG
LOUNDRY

7
A. Standar Kamar Operasi
1. Ruang tunggu
Ruang tunggu pasien mempuanyai peralatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Kursi 1 Baik
2. Meja 1 Baik
Tabel 3.1 Peralatan di ruang tunggu pasien.

2. Ruang ganti baju


Ruang ganti baju mempunyai peralatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Loker pakaian 1 Baik
2. Cermin 2 Baik
3. Tempat pakaian kotor tertutup 2 Baik
Tabel 3.2 Peralatan di ruang ganti baju.

3. Ruang Istirahat
Ruang istirahat mempunyai peralatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Kursi 1 Baik
2. Meja 1 Baik
3. Tempat sampah tertutup 2 Baik
4. Peralatan minum 1 Baik
Tabel 3.3 Peralatan di ruang istirahat.

4. W.C
W.C. mempunyai perlatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Gayung 2 Baik
2. Sandal khusus kamar operasi 15 Baik
3. Gantungan baju 4 Baik
Tabel 3.4 W.C.
5. Ruang terima / premedikasi
Ruang terima / peremedikasi mempunyai perlatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Brancard/kereta dorong pasien 1 Baik
2. Standar infus 1 Baik

8
3. Stetoscope 1 Baik
4. O2 1 Baik
5. Papan acara operasi 1 Baik
Tabel 3.5 Peralatan di ruang terima/premedikasi.

6. Ruang pulih sadar


Ruang pulih mempunyai perlatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Cairan infus 10 Baik
2. Face mask 1 Baik
3. Oksigen / O2 sentral 2 Baik
4. Tensimeter 1 Baik
5. Stetoskop 1 Baik
6. Termometer 1 Baik
7. Brancard 2 Baik
Tabel 3.6 Peralatan di ruang pulih sadar.

7. Ruang pencucian instrument


Ruang pencucian intrumen bekas pakai, mempunyai peralatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Bak pencuci alat 4 Baik
2. Sikat 2 Baik
3. Tempat sampah 2 Baik
4. Desinfektan 1 Dalam wadah
5. Sepatu boot 3 pasang Baik
Tabel 3.7 Peralatan di ruang pencucian instrument.
8. Welastafel cuci tangan
Wastafel cuci tangan mempunyai perlatan sebagai berikut :
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Tempat cuci tangan (kran air) 2 Baik
2. Tempat untuk sikat steril 1 Baik
3. Desinfektan dalam tempatnya 1 Baik
Tabel 3.8 Peralatan di wastafel cuci tangan.

9. Ruang tindakan (kamar operasi)


Ruang tindakan (kamar operasi) mempunyai perlatan sebagai berikut :
a. Alat kedokteran untuk anestesi
N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Mesin anestesi 1 Baik

9
2. Larygnoscope 2 Baik
3. Endotracheal tube 3 Baik
4. Face mask 2 Baik
5. Suction pump 2 Baik
Tabel 3.9.1 Alat untuk kedokteran anestesi.

b. Alat kedokteran untuk operasi/bedah


N NAMA PERALATAN JUMLAH KONDISI
O
1. Set intrumen sesuai dengan jenis 2 Baik
operasi
2. Meja operasi lengkap 2 Baik
3. Meja intsrumen 1 Baik
4. lampu operasi 2 Baik
5. Suction pump 3 Baik
6. Diartermi/couter 2 Baik
Tabel 3.9.2 Alat kedokteran untuk operasi/bedah.

10. Macam-Macam Intrumen dan Set Operasi


a. Macam-Macam Instrumen

SET PERALATAN SECTIO CAESARIA

No Nama Alat Jumlah


1 Pinset Anatomi Kecil 1
2 Pinset Anatomis Besar 1
3 Pinset Cirrurgis Kecil 1
4 Pinset Cirrurgis Besar 1
5 Skapel No 3 1
6 Needle Holder Kecil 1
7 Needle Holder Sedang 1
8 Gunting Jaringan Besar 1
9 Gunting Benang Besar 1
10 Klem Ovarium 6
11 Klem Krom Besar 2
12 Michulic Sedang 2
13 Kocher Sedang 4
14 Klem Arteri Bengkok Sedang 3
15 Lidah Besar 1
16 Hack Blas 1
17 Klem Duk Besar 5
18 Korentang 1
Total Jumlah 34
3.10.1 set peralatan sectio caesaria

10
SET PERALATAN MOW

No Nama Alat Jumlah


1 Pinset Anatomis Kecil 1
2 Pinset Anatomis Besar 1
3 Pinset Cirrurgis Kecil 1
4 Pinset Cirrurgis Besar 1
5 Gunting Jaringan 1
6 Gunting Benang 1
7 Scapel No 3 1
8 Needle Holder kecil 1
9 Klem arteri Lurus Panjang 3
10 Kocher lurus sedang 2
11 Klem arteri Bengkok Sedang 3
12 Klem Ovarium 1
13 Klem Duk kecil 3
14 Klem duk besar 2
15 Hak Langen 2
16 Korentang 1
Total Jumlah 25
3.10.2 set peralatan MOW

SET PERALATAN LAPARATOMI

No Nama Alat Jumlah


1 Pinset Anatomi Kecil 1
2 Pinset Anatomi Sedang 1
3 Pinset Cirrurgis Besar Cantik 2
4 Skapel No. 4 1
5 Needle Holder Sedang 1
6 Needle Holder Besar 2
7 Gunting Benang 1
8 Gunting Metzenbaum 1
9 Klem Ovarium 2
10 Klem Babcock Besar 2
11 Klem Allis 2
12 Klem Usus Lurus 2
13 Klem Usus Bengkok 2
14 Klem Arteri Bengkok Sedang 5
15 Klem Arteri Lurus Sedang 4
16 Kocher Sedang 4
17 Klem Duk Besar 2
18 Klem Duk Kecil 3
19 Korentang 1

Total Jumlah 39
3.10.3 set peralatan laparatomi

SET PERALATAN BEDAH MAYOR

11
No Nama Alat Jumlah
1 Pinset Anatomis Kecil 1
2 Pinset Anatomis Sedang 1
3 Pinset Cirrurgis Kecil 1
4 Pinset Cirrurgis Besar 1
5 Skapel No. 3 1
6 Skapel No. 4 1
7 Needle Holder Besar 1
8 Gunting Jaringan 1
9 Gunting Benang 1
10 Klem Arteri Lurus Kecil 5
11 Klem Arteri Bengkok Kecil 1
12 Klem Arteri Bengkok Besar 5
13 Klem Allis 1
14 Kocher Sedang 2
15 Klem Duk Kecil 4
16 Klem Duk Besar 1
17 Korentang 1
Total Jumlah 29
3.10.4 set peralatan bedah mayor

SET PERALATAN HISTEREKTOMI

No Nama Alat Jumlah


1 Pinset Anatomi Kecil 1
2 Pinset Anatomi Besar 1
3 Pinset Cirrurgis Kecil 1
4 Pinset Cirrurgis Besar 1
5 Skapel No. 3 1
6 Needle Holder Kecil 1
7 Needle Holder Besar 1
8 Gunting Jaringan 1
9 Gunting Benang 1
10 Klem Arteri Bengkok Sedang 5
11 Klem Arteri Lurus Sedang 5
12 Klem Arteri Lurus Besar 3
13 Klem Ovarium 5
14 Klem Krom Besar 2
15 Klem Michulic Sedang 2
16 Kocher Sedang 4
17 Bor Mioma Kecil 1
18 Bor Mioma Besar 1
19 Klem Duk Kecil 3
20 Klem Duk Besar 3
Total Jumlah 43
3.10.5 set peralatan Histerektomi

SET PERALATAN KURET I

12
No Nama Alat Jumlah
1 Curattes No. 1 1
2 Curattes No. 2 1
3 Curattes No. 3 1
4 Curattes No. 4 1
5 Curattes No. 5 1
6 Curattes No. 6 1
7 Uterine Dilator 5-6 1
8 Uterine Dilator 9-10 1
9 Uterine Dilator 11-12 1
10 Uterussonden 1
11 Tenakulum 1
12 Klem Abortus 1
13 Spekulum Kecil 1
14 Spekulum Besar 1
15 Katheter Logam 1
16 Kom Kecil 1
Total Jumlah 16
3.10.6 set peralatan kuret 1

SET PERALATAN KURETASE II

No Nama Alat Jumlah


1 Curattes No. 1 1
2 Curattes No. 2 1
3 Curattes No. 5 1
4 Curattes No. 6 1
5 Uterine Dilator 7-8 1
6 Uterine Dilator 9-10 1
7 Uterussonden 1
8 Tenakulum 1
9 Klem Abortus 1
10 Spekulum Sedang 1
11 Katheter Logam 1
12 Kom Kecil 1
Total Jumlah 12
3.10.7 set peralatan kuret 2

SET KURETASE KHUSUS RETPLAST

No Nama Alat Jumlah


1 Curattes Plasenta 1
2 Uterussonden 1
3 Tenakulum (Harusnya Klem Ovarium) 1
4 Klem Abortus 1
5 Spekulum Sim 1
6 Kom Kecil 1
13
Total Jumlah 6
3.10.8set peralatan retplast

SET PERALATAN IUD

No Nama Alat Jumlah


1 Spekulum Kecil 1
2 Spekulum Sedang 1
3 Spekulum Besar 1
4 Tenakulum 1
5 Uterussonden 1
6 Aligator 2
7 Pengait Pipih 1
8 Gunting Jaringan 1
9 Gunting Benang 1
10 Korentang 1
Total Jumlah 11
3.10.12 set peralatan IUD

SET PERALATAN KURETASE

No Nama Alat Jumlah


1 Curattes No. 1 1
2 Curattes No. 2 1
3 Curattes No. 3 1
4 Curattes No. 4 1
5 Curattes No. 5 1
6 Curattes No. 6 1
7 Curattes Plasenta 1
8 Uterine Dilator 5-6 1
9 Uterine Dilator 7-8 1
10 Uterine Dilator 9-10 2
11 Uterine Dilator 11-12 1
12 Uterussonden 3
13 Tenakulum 3
14 Klem Abortus 3
15 Spekulum Kecil 1
16 Spekulum Sedang 1
17 Spekulum Besar 1
18 Spekulum Sims 1
19 Katheter Logam 2
20 Kom Kecil 3
Total Jumlah 30
3.10.13 set peralatan kuret

14
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Managemen Unit Kamar Operasi


1. Managemen Administrasi dan Pengelolaan
a. RSIA “IBUNDA” Tanah Laut menetapkan unit kamar operasi sebagai koordinator
pelayanan pembedahan, sesuai dengan struktur organisasi unit kamar operasi.
b. Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam pedoman Pengorganisasian unit kamar
operasi.
c. Tindakan pembedahan di unit kamar operasi dilaksanakan oleh dokter bedah/operator
yang bekerjasama dengan dokter anastesi sesuai dengan kewenangan klinis masing-
masing.
d. Unit kamar operasi dikepalai oleh seorang dokter Spesialis Bedah Umum.
e. Pelayanan Anastesi di unit kamar operasi dilakukan oleh dokter Anestesi dan penata
Anestesi yang bekerja sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
f. Pelayanan pembedahan di Unit kamar operasi dilakukan oleh dokter bedah/operator
dan perawat bedah yang bekerja secara on call sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

15
2. Managemen Preoperasi
a. Sebelum melakukan tindakan operasi, dokter bedah/operator wajib melakukan
asesmen praoperatif yang meliputi :
1) Pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal.
2) Melaksanakan prosedur secara aman.
3) Menginterpretasikan temuan dalam monitoring pasien.
4) Pemberian informasi :
a) Pemberian informasi yang adekuat kepada pasien dan keluarga tentang
tindakan pembedahan dan tindakan anestesi oleh dokter bedah atau petugas
lain yang berkompeten.
b) Pemberian informasi pembedahan meliputi : diagnosis, dasar diagnosis,
tindakan kedokteran, indikasi tindakan, tata cara, tujuan, resiko, komplikasi,
prognosis, alternative tindakan.
c) Pemberian informasi anestesi meliputi : penjelasan jenis-jenis anastesi, alasan
dilakukan tindakan anastesi, serta efek samping dari tindakan anastesi yang
dilakukan.
d) Setelah pemberian informasi bedah dan anastesi dipahami keluarga pasien,
untuk selanjutnya keluarga pasien memberikan persetujuan ataupun penolakan
terhadap tindakan anastesi dan pembedahan yang telah direncakan.
e) Yang bertanggungjawab terhadap pemberian informed consent adalah dokter
bedah/operator (untuk pembedahan) dan dokter anastesi (hal yang berhubungan
dengan pembiusan).
b. Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan juga pemberian asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat bedah sebelum pasien berada dalam pengaruh obat
anastesi. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi kesiapan pasien sebelum
tindakan operasi dilakukan baik kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan spiritual
pasien.
c. Asessmen praoperatif wajib didokumentasikan dalam catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT) yang dilakukan oleh dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP)
yang berhak memberikan asuhan kepada pasien yang bersangkutan.
3. Managemen Intra Operasi
a. Surgical safety checklist
1) Sign In

16
Suatu prosedur konfirmasi ulang yang dilakukan sesaat sebelum pasien dalam
pengaruh obat anastesi atau sebelum induksi, dilakukan ketika pasien berada di
ruang premedikasi yang meliputi : Konfirmasi tentang identitas, penandaan area
operasi, kelengkapan anastesi yang meliputi kesiapan mesin anastesi dan obat-
obatan, fungsi puls oksimetri, konfirmasi riwayat alergi, penyulit airway atau
resiko aspirasi dan konfirmasi apakah ada resiko kehilangan darah lebih dari 500
cc. Sign in ini minimal dihadiri oleh perawat anestesi dan dokter anastesi.
2) Time Out
Suatu prosedur yang dilakukan sebelum insisi, diantaranya konfirmasi apakah
tim operasi sudah memperkenalkan diri kepada pasien, konfirmasi nama pasien
jenis tindakan yang akan dilakukan dan area yang akan dioperasi, konfirmasi
tentang pemberian obat profilaksis sebelum operasi dilaksanakan serta antisipasi
apabila terjadi kejadian kritis oleh dokter operator, dokter anastesi dan perawat
instrumen. Time out ini dihadiri oleh sirkuler, instrument, anastesi, dan operator.
3) Sign Out
Suatu prosedur yang dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi
yaitu perawat membacakan tentang : jenis tindakan yang telah dilakukan,
kecocokan jumlah instrument sebelum dan sesudah digunakan, konfirmasi tentang
jaringan yang memerlukan pemeriksaan lanjutan (PA), pemasalahan pada alat yang
digunakan serta yang menjadi perhatian khusus pada saat masa pemulihan. Sign
Out dihadiri oleh instrument, operator dan anestesi.
b. Asuhan Keperawatan intra operasi dilakukan oleh perawat bedah dan anastesi dengan
memonitor vital sign juga balance cairan selama operasi berlangsung.
c. Monitoring Anastasi dan Sedasi
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh tim Anastesi :
1) Mengkomunikasikan resiko sebelum memulai prosedur.
2) Menyiapkan obat-obat emergency.
3) Mempersiapkan efek samping dari obat-obat anastesi yang diberikan selama
operasi dilaksanakan.
4) Memantau tanda-tanda vital, rekam jantung.
5) Memantau balance cairan termasuk penggunaan/transfusi darah.
6) Memasukkan obat-obatan dengan memperhatikan beberapa hal untuk mengurangi
resiko, diantaranya :
a) Mengidentifikasi pasien dan konfirmasi alergi obat yang dimiliki.

17
b) Memverifikasi obat sebelum pemberian.
c) Menggunakan perintah verbal.
d) Mengidentifikasi penggunaan obat-obatan High Allert.
4. Managemen Pasca Operasi
a. Transfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih sadar
1) Setelah operasi selesai dan anastesi telah dihentikan serta kondisi pasien telah
memenuhi syarat untuk ditransfer keluar dari kamar operasi, maka semua peralatan
yang menempel harus dilepas dari tubuh pasien.
2) Pastikan status anastesi telah terisi lengkap.
3) Bersihkan area operasi dengan kassa basah dan keringkan.
4) Masukkan brankar transfer pasien, dekatkan dan kunci disebelah meja operasi lalu
pindahkan pasien dengan menggeser pasien dari meja operasi ke brankar dengan 4
tenaga perawat.
5) Kriteria transfer pasien pasca operasi ke ruang pulih sadar :
a) Kriteria pasien dengan extubasi dan regional anastesi :
i. B1 : airway bebas, nafas spontan, tanpa tanda distress nafas, respiratory
rate ≥ 12 x/mnt, SPO2 > 97%.
ii. B2 : tekanan darah : sistolik 100-140 mmHg dan diastole 60-90 mmHg.
iii. B3 : pasien sadar baik atau respon to verbal (bisa menjawab atau
melakukan perintah) didampingi oleh asisten anastesi dan perawat sirkuler
yang bertugas saat itu. Apabila dipandang perlu maka dokter anastesi
mendampingi saat transfer ke ruang pulih sadar.
b) Kriteria pasien dengan intubasi atau tube in
Ventilasi menggunakan ambubag, control ventilasi, diantar dokter
anastesi dan asisten anastesi ke ICU.
b. Laporan pembedahan
Tindakan pembedahan yang telah dilakukan di dokumentasikan ke dalam form
laporan pembedahan yang ada di status pasien.
c. Asuhan Keperawatan Pasca Bedah
1) Dilakukan ketika pasien masih berada di dalam kamar operasi atau sebelum pasien
dipindah ke RR.
2) Semua pasien post operasi dilakukan skoring resiko jatuh. Hasil skoring tersebut
digunakan sebagai dasar untuk pemasangan penanda warna kuning sebagai tanda
bahwa pasien beresiko jatuh.

18
d. Proses transfer pasien dari ruang pulih sadar menuju ruang perawatan
1) Kriteria pasien pulih sadar
a) B1 : fungsi pernafasan
Jalan nafas bebas, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak ada
pernafasan cuping hidung, respiratory rate antara 12 sampai 20 x/mnt, tidak
terdapat ronchi atau wheezing.
b) B2 : fungsi kardiovaskuler
Perfusi hangat kering merah, nadi 60-90 x/mnt, kuat, denyut teratur.
c) B3 : fungsi kesadaran
Sadar baik, composmentis, respon to verbal.
d) B4 : fungsi ginjal
Produksi urin cukup, warna jernih.
e) Dari lokasi operasi tidak ada perdarahan, bila terdapat drain luka operasi
jumlah perdarahan dipastikan tidak banyak.
f) Bila operasi obstetric gynecology, tidak ada perdarahan pervaginam.
2) Pasien yang telah memenuhi kriteria diatas diperbolehkan untuk pindah keruangan.
3) Perawat ruang pulih sadar menelpon perawat ruangan untuk menjemput pasien
tersebut dengan memberitahu perlengkapan yang harus dibawa.
4) Sebelum memindahkan pasien ke ruangan perawat anastesi berkomunikasi dengan
dokter anastesi.
5) Khusus untuk pasien yang memerlukan observasi harus dipindahkan sesuai dengan
instruksi dokter anastesi.
e. Proses transfer pasien dari ruang pulih sadar ke ICU
1) Perawat anastesi menghubungi ICU untuk memastikan ruangan telah siap.
2) Perawat anastesi mengantarkan pasien ke ruang ICU.
3) Perawat anastesi melakukan serah terima status pasien kepada perawat yang
bertugas di ruang ICU dan menjelaskan instruksi pasca operasi.
4) Memindahkan pasien ke tempat tidur dengan beberapa petugas secara bersamaan.
f. Proses pemulangan pasien ODC (One Day Care)
Tata laksana :
1) Pasien pasca operasi dibawa ke ruang recovery sama dengan pasien rawat inap.
2) Perawat melakukan komunikasi dengan pasien.
3) Perawat memonitoring keluhan dan keadaan umum pasien.
4) Perawat memonitoring vital sign pasien.

19
5) Perawat menghubungi keluarga dan perawat Unit Rawat Jalan untuk menjemput
pasien.
5. Managemen Tindakan
a. Pengaturan jadwal operasi
1) Penjadwalan operasi elektif
a) Pengertian : tata cara penjadwalan pasien operasi dari ruang rawat inap yang
telah direncanakan oleh dokter operator.
b) Tujuan : terciptanya kerja sama yang baik antar unit dalam upaya tercapainya
standar pelayanan yang terakreditasi.
c) Tata laksana :
i. Pasien yang memerlukan tindakan pembedahan telah direncanakan hari,
tanggal dan jam pelaksanaan operasi oleh dokter bedah/operator.
ii. Petugas rawat inap menghubungi kru kamar operasi.
iii. Kru kamar operasi mendaftarkan daftar pasien yang akan menjalani operasi
pada sore/malam harinya ke petugas unit kamar operasi selanjutnya petugas
unit kamar operasi segera menulisya pada papan jadwal operasi.
iv. Bila waktu yang direncanakan tidak bersamaan dengan jadwal operasi yang
lain petugas unit kamar operasi berkoordinasi dengan penata anastesi dan
asisten bedah tentang rencana operasi.
v. Bila waktu yang direncanakan bersamaan dengan jadwal operasi yang lain
maka petugas unit kamar operasi menjadwal acara operasi sesuai dengan
waktu yang tersedia dan berkoordinasi dengan dr. Spesialis Bedah dan
Anastesi.
vi. Bila dr. Spesialis Bedah dan Anastesi tidak setuju dengan jadwal yang
tersedia maka dr. Spesialis Bedah dan Anastesi merencakan waktu yang lain
sesuai dengan kesepakatan diantara keduanya.
2) Penjadwalan operasi cito
a) Pengertian : Tata cara penjadwalan pasien operasi dengan tingkat
kegawatdaruatan tinggi dari Rawat Inap ataupun IGD.
b) Tujuan : untuk menciptakan kerjasama yang baik antar unit pelayanan sehingga
bisa memberikan pelayanan dengan cepat, tepat, dan efisien.
c) Tata Laksana
i. Persiapan pasien

20
Pada prinsipnya pasien yang dijadwalkan untuk operasi cito adalah
pasien dengan tingkat kegawatdaruratan yang sangat tinggi dan harus segera
dilakukan operasi, sehingga tidak memerlukan persiapan khusus. Meskipun
demikian ada beberapa hal yang harus dilaksanakan diantaranya :
melakukan pemeriksaan penunjang bila memang diperlukan seperti lab,
rontgen, EKG, memberikan informasi kepada keluarga tentang situasi
kegawatdaruratan yang dialami pasien, surat persetujuan operasi harus terisi
dengan tanda tangan pasien/keluarga atau yang berhak mewakilinya
sebelum operasi dilaksanakan. Setelah semua terpenuhi, segera hubungi
petugas unit kamar operasi dan segera antar pasien ke Ruang operasi.
ii. Persiapan Personil
Jam jaga yang ditetapkan di unit kamar operasi adalah jam 07.00 s/d
07.00 on call.
iii. Persiapan Alat
Segera setelah menerima informasi tentang adanya operasi cito, petugas
yang jaga saat itu menyiapkan set instrument sesuai dengan kasus operasi
yang akan dilaksanakan. Demikian pula dengan penata anastesi segera
melakukan pengecekan terhadap alat-alat anastesi dan memastikan dapat
berfungsi dengan baik.
b. Persiapan Pasien
1) Operasi elektif
a) Puasakan pasien : dewasa : 6 jam dan anak-anak 4 jam.
b) Pastikan bahwa pasien/keluarga sudah mendapat informasi yang adekuat
tentang penyakitnya, rencana tindakan yang akan dilakukan, tujuan dilakukan
tindakan, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi, prognosis serta perkiraan
biaya.
c) Pastikan informed concent telah terisi lengkap dengan tanda tangan
pasien/keluarga/yang berhak mewakili.
d) Untuk kasus tertentu dilakukan lavemen pada pagi hari beberapa jam sebelum
berangkat ke kamar operasi.
e) Lepas semua perhiasan, gigi palsu, contact lens, cat kuku.
f) Sertakan hasil pemeriksaan penunjang : EKG, rontgen, USG, dll.
g) Untuk kasus-kasus tertentu memerlukan persiapan darah.
h) Berikan obat-obat profilaksis/antibiotik sebelum operasi.

21
i) Pastikan area operasi sudah ditandai (untuk organ yang mempunyai 2 sisi).
j) Ganti baju di unit kamar operasi.
k) Cukur area operasi di unit kamar operasi.
2) Operasi Cito
Pada prinsipnya tidak memerlukan persiapan khusus karena operasi Cito
mempunyai tingkat kegawatdaruratan yang sangat tinggi sehingga harus segera
dilakukan tindakan operasi. Beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk operasi
cito :
a) Pemberian informasi kepada keluarga tentang situasi kegawatdaruratan yang
dialami pasien.
b) Surat persetujuan operasi harus sudah lengkap terisi.
c) Lakukan pemeriksaan penunjang, lab, rontgen, EKG, dll bila memungkinkan.
d) Pemberian obat-obat profilaksis/antibiotic sebelum operasi dilaksanakan.
c. Tim Bedah Anastesi
1) Tim Bedah : terdiri dari dr. Bedah, asisten Bedah, instrumentur dan perawat
sirkuler.
a) Sebelum melaksanakan tindakan pembedahan, dr. bedah bertanggungjawab
mendokumentasikan informasi assesmen yang digunakan untuk
mengembangkan dan mendukung tindakan pembedahan yang direncanakan.
b) Sebelum melakukan tindakan diagnosis pra operatif, rencana tindakan
didokumentasikan dalam rekam medic pasien oleh dokter yang melakukan
pembedahan ataupun oleh DPJP.
c) Setiap Asuhan bedah pasien direncanakan berdasarkan informasi asesmen.
d) Bekerjasama dengan tim anastesi sebelum, pada saat dan setelah tindakan
pembedahan dilakukan.
2) Tim anastesi : terdiri dari dr. Anastasi dan penata anastesi
a) Sebelum melaksanakan pembiusan dr. Anastesi melakukan asesmen pra
anastesi dan didokumentasikan di rekam medik pasien.
b) Dari hasil asesmen dapat diketahui layak dan tidaknya pasien menjalani
operasi, dan untuk menentukan prosedur anestesi yang akan dilakukan.
c) Bekerjasama dengan tim bedah sebelum, pada saat, dan setelah tindakan
operasi dilaksanakan.

B. Alur Pelayanan Pasien Di Unit Kamar Operasi

22
Secara garis besar alur pelayanan pasien di Unit kamar operasi melalui 3 ruangan.
1. Ruang Terima Premedikasi
a. Pengertian
Ruang tempat dilakukan serah terima dan premedikasi pasien yang akan
menjalani operasi dari ruang rawat inap ke ruang unit kamar operasi, meliputi
konfirmasi identitas dan persiapan fisik / psikis pasien sebelum dilakukan operasi.
b. Tata Laksana :
Serah terima di ruang transit dilakukan oleh perawat ruangan dengan petugas
Ruang kamar operasi, dan premedikasi dilakukan perawat anestesi dibawah
pengawasan dokter anestesi.
1) Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat serah terima pasien
a) Kelengkapan status termasuk didalamnya checklist persiapan pasien operasi.
b) Pencocokan identitas pasien.
c) Cukur area operasi.
d) Ganti baju khusus operasi.
e) Memindahkan pasien dari brankar Ruang Rawat Inap ke brankar Ruang
operasi.
2) Hal-hal yang dilakukan di ruang premedikasi
a) Pemeriksaan vital sign pasien yang akan menjalani operasi.
b) Analisa data pra Anestesi.
c) Pemberian premedikasi.
d) Pengkajian data untuk memberikan Asuhan Keperawatan pra bedah.
e) Selanjutnya sebelum pasien dipindahkan kedalam Ruang operasi dilakukan
Sign In.
2. Ruang Operasi
a. Pengertian
Ruang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan dimana pintu masuk
petugas dan pasien berbeda.
b. Tata laksana
1) Pindahkan pasien dari brankar ke meja operasi senyaman mungkin.
2) Pasang monitor untuk memonitor vital sign pasien sebelum dan selama operasi
berlangsung.

23
3) Setelah pasien dalam pengaruh obat anastesi dan sesaat sebelum incici dimulai
incici dengan dibantu oleh perawat sirkuler, dr. operator / bedah memimpin
surgical check list meliputi sign in, time out, dan sign out.
4) Monitoring status fisiologis anastesi sedasi selama pembedahan berlangsung.
5) Pemberian asuhan pre operasi dan intra operasi.
6) Setelah operasi selesai pasien dipindahkan dari meja operasi ke brankar untuk
selanjutnya pasien dibawa keruang pulih sadar.
3. Ruang Pulih Sadar
a. Pengertian
Ruang tempat pemulihan kesadaran pasien setelah tindakan Anestesi/sedasi dan
operasi. Ruangan ini digunakan untuk menempatkan pasien-pasien pasca
pembedahan, disini dilakukan monitoring ketat pemulihan kesadaran pasien sebelum
dipindahkan ke Ruang Rawat Inap atau dipulangkan untuk pasien rawat jalan. Bila
vital sign in sudah berada dalam batas normal, kondisi secara umum sudah stabil
selanjutnya pasien dipindahkan dengan system transfer pasien ke Ruang Rawat Inap
atau dengan advis dr. bedah / operator pasien bisa langsung pulang (untuk pasien
One Day Care). Sedangkan pada pasien pasca bedah dengan resiko tinggi dari ruang
ini pasien dipindahkan ke ruang High Care Unit.
b. Tata Laksana
1) Petugas di Ruang Pulih Sadar adalah perawat yang bekerja di bawah pengawasan
dokter anestesi.
2) Monitoring vital sign selama periode pemulihan kesadaran pasca anastesi.
3) Skoring pemulihan kesadaran pasien untuk menentukan pasien pindah ke ruang
HCU, Ruang perawatan atau bila memungkinkan untuk pulang (pasien dengan
lokal anestesi dan pasien One Day Care).

C. Pengelolaan Instrumen Dan Linen


Unit Kamar Operasi mempunyai 1 Ruang Operasi
1. Pengelolaan Linen dan Instrumen Kotor
a. Linen yang telah dipakai untuk operasi dimasukkan kedalam kantong plastik besar
berwarna kuning kemudian dicantumkan macam dan jumlah linen yang digunakan
selanjutnya dikeluarkan dari ruangan kemudian petugas laundry mengambil linen
kotor. Linen kotor yang sudah dimasukkan kedalam kantong plastik besar warna

24
kuning tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam troli besar tertutup untuk
selanjutnya dibawa ke Laundry.
b. Begitu pula dengan instrument kotor yang telah dipakai operasi dibungkus dengan
duk kecil kemudian diberi label yang berisikan jenis obat (set) yang telah dipakai.
Selanjutnya dimasukkan kedalam box tertutup dan dikeluarkan dari ruang operasi
untuk diserahkan kepada petugas CSSD.
2. Pengelolaan Linen
Instrument dan linen yang sudah steril dimasukkan ke dalam box tertutup dan
didistribusikan dari instalasi CSSD ke unit kamar operasi yang kemudian disimpan
ditempat penyimpanan linen dan instrument steril yang berada di unit kamar operasi.

D. Persiapan Lingkungan
1. Persiapan Alat
Sebelum tindakan operasi dilakukan, kesiapan alat sebagai sarana utama untuk
memperlancar jalannya operasi menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan
dengan tata cara sebagai berikut :
a. Setiap ada operasi perawat unit kamar operasi mengambil set instrument steril, set
duk steril, dan set steril lainnya yang diperlukan sesuai dengan SOP pengambilan
instrument/linen steril yang sudah ditetapkan.
b. Perawat unit kamar operasi melihat jadwal operasi hari itu, ada berapa operasi hari
itu.
c. Perawat bedah menyiapkan set instrument berdasarkan urutan operasi yang akan
dilakukan

2. Persiapan Fisik Ruangan


Permukaan lantai kamar Operasi RSIA “IBUNDA” Tanah Laut berupa lantai vinil
dan tidak ada sudut pada maisng-masing ruangan sehingga mudah dibersihkan. System
ventilasi ruangan dengan memakai AC di kamar operasi, AC dinyalakan setiap kali ada
operasi yang dilakukan oleh pertugas kamar operasi saat itu sehingga sirkulasi udara di
unit kamar operasi tetap terjaga dengan baik.

E. Pembersihan Unit Kamar Operasi


1. Cara Pembersihan Ruang Operasi

25
Upaya pencegahan infeksi silang dari dan atau kepada pasien salah satunya adalah
pemeliharaan kebersihan dan sterilisasi unit kamar operasi, dalam hal ini mengguakan 2
cara pembersihan yaitu :
a. Pembersihan rutin/harian
Pembersihan harian dilakukan sebelum kamar operasi digunakan dan sesaat
setelah 1 x operasi dilakukan dan sesudah semua acara operasi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Semua peralatan yang berada didalam ruang operasi harus dibersihkan termasuk
pintu dan pegangannya dengan larutan enzim kemudian dilap sampai kering.
2) Permukaan meja operasi, dibawah matras, sampai bagain bawah meja operasi
disemprot dengan menggunakan larutan enzim kemudian dilap sampai kering
3) Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari.
4) Meja instrument disemprot dengan larutan enzim kemudian dilap sampai kering.
5) Lubang exhause, pintu, kaca dan kusen harus dibersihkan.
6) Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan larutan clorin.
7) Sebelum operasi dimulai, dipastikan semua bak sampah sudah dalam keadaan
kosong dan kamar operasi sudah dalam keadaan steril.
8) Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh meliputi : meja operasi, meja
instrument, dan semua peralatan yang berada dikamar operasi
9) Ketika satu sesi operasi selesai alat tenun bekas pasien segera dimasukkan
kedalam kantong plastik besar warna kuning dan segera dikeluarkan begitu pula
dengan instrument kotor dikelola sesuai SOP yang sudah ditetapkan. Meja
operasi di semprot dengan larutan enzim, dilap sampai kering setelah itu baru
dipasang perlak dan taplak meja operasi untuk operasi sesi berikutnya
10) Pembersihan harian ditutup ketika operasi elektif sudah selesai dilaksanakan
secara keseluruhan dengan membuang semua sampah dari tindakan operasi,
membersihkan lantai sesuai dengan SPO.
2. Pembersihan mingguan / bongkar ruangan
a. Dilakukan secara teratur 1 kali dalam seminggu.
b. Semua peralatan yang ada dikamar operasi dikeluarkan.
c. Meja operasi, dinding, lubang exhouse, lantai, secara keseluruhan dicuci dengan
cairan desinfektan surfanios premium.
d. Setelah semuanya bersih dan kering peralatan dapat dipindahkan kembali dan diatur
didalam kamar operasi

26
F. Tata Laksana Pembedahan Pada Pasien Hepatitis
1. Permukaan tubuh yang terkena darah, feses, urine, atau cairan yang harus segera dicuci
dengan air bersih atau sabun.
2. Hati – hati menangani jaringan yang mengandung banyak pembuluh darah.
3. Harus waspada dalam pemakaian pisau, jarum dan alat suntik.
4. Endotracheal tube harus sekali pakai.
5. Tim bedah harus memakai sarung tangan double.
6. Memakai APD (Alat pelindung diri) : kacamata (gogless), sepatu boot appron.
7. Linen hanya sekali pakai.
8. Anestesi harus memakai sarung tangan double.
9. Penjadwalan operasi pada jam terakhir.
10. Harus memakai scort plastik.
11. Petugas kamar operasi secukupnya.
12. Instrument yang sudah dipakai harus segera dicuci dan direndam dengan cairan
stabimed sebelum disterilisasi.

G. Managemen Cuci Tangan


1. Pengertian
Cuci tangan bedah wajib dilakukan sebelum tindakkan operasi, lama cuci tangan
bedah ± 40 - 60 detik.
2. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya infeksi pasca operasi atau infeksi luka operasi.

3. Persiapan :
a. Wastafel.
b. Larutan desinfektan (hibiscrub).
c. Handuk / waslap steril.
d. Pemotong kuku.
e. Jam.
4. Cara Cuci Tangan
a. Lepas semua perhiasan yang ada di tangan (jam tangan, gelang, cincin).
b. Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan air bersih yang mengalir
(tempat cuci tangan khusus ).
27
c. Teteskan bahan antiseptik di telapak tangan.
d. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
e. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri, kemudian diulangi
dengan sebaliknya yaitu tangan kiri diatas punggung tangan kanan.
f. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari - jari
disilangkan.
g. Gosok punggung jari - jari tangan berhadapan dengan telapak tangan, jari - jari
saling terkunci.
h. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
i. Putar dan gosok ujung jari - jari dan jempol tangan kanan pada permukaan telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
j. Lanjutkan menggosok pergelangan tangan kiri sampai ke siku memakai tangan
kanan dan sebaliknya.
k. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
l. Ulangi langkah-langkah tersebut diatas sampai 3x siklus. Siklus ketiga / terakhir,
kedua tangan yang sudah digosok dengan antiseptik tidak usah dibilas dengan air.
m. Setelah selesai cuci tangan, keringkan dengan handuk steril satu persatu dari ujung
jari ke lengan dengan memutar pada tangan kanan dan sebaliknya. Kemudian
handuk dipisahkan dari benda steril.
n. Posisi tangan setelah cuci tangan harus lebih tinggi dari siku.

H. Pengelolaan Limbah Unit Kamar Operasi


Pengelolaan limbah unit kamar operasi dilakukan sesuai dengan jenis limbah pada
prinsipnya limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair.
a. Limbah cair dibuang ditempat khusus (spool Hook).
b. Limbah pada anggota tubuh ditempatkan dalam kantong / tempat tertutup selanjutnya
dibakar atau diserahkan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
c. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang tertutup
sehingga tidak mudah berserakan (kantong plastik warna hitam) dan selanjutnya
dibuang ditempat pembuangan sampah Rumah Sakit.
d. Limbah infeksius ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor
(kantong plastik warna kuning).

28
e. Limbah benda tajam (pisau, jarum, alat suntik) ditempatkan pada box yang tidak
mudah tembus untuk selanjutnya dibawa ke bagian TPS B3 untuk dilakukan
penyimpanan sementara sebelum dimusnahkan.

BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat


1. Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis
Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis adalah prosedur permintaan obat
yang pemakaiannya tidak mendapatkan ganti dari instalasi farmasi.

29
Prosedur :
a. Kepala Ruang Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak mengajukan permintaan alat
kesehatan atau obat–obatan sesuai kebutuhan di lembar LPLPO Kamar Operasi
rangkap dua.
b. Kepala ruang Kamar Operasi menandatangani Lembar LPLPO Kamar operasi
tersebut rangkap dua.
c. Lembar LPLPO tersebut diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk mendapatkan realisasi.
d. Kepala ruang Kamar Operasi atau yang ditunjuk mengecek barang yang diminta,
kemudian tanda tangan di buku permintaan pada kolom pengambilan dan petugas
instalasi farmasi tanda tangan di kolom penyerahan.
e. Kepala ruang Kamar Operasi memasukkan semua alat atau obat ke dalam stok Kamar
Operasi.
2. Prosedur permintaan pemakaian obat Kamar Operasi
Prosedur permintaan pemakaian obat adalah permintaan obat inventaris ke instalasi
farmasi yang dipakai oleh pasien Kamar Operasi.
Prosedur :
a. Semua obat atau alat kesehatan yang dipakai oleh pasien ditulis di lembar pemakaian
obat (Daftar Pemakaian Obat).
b. Untuk semua pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak menggunakan
resep warna putih.
c. Resep yang sudah dimasukkan ke apotik, keluarga pasien tinggal membayar obat yang
telah dipakai di kamar operasi sementara untuk obat atau alkes lain keluarga akan
yang diperlukan oleh pasien.
d. Obat atau alkes yang sudah didapat dari apotik diserahkan ke Ruang perawatan dan
dicatat di lembar obat.

B. Prosedur Pengadaan Barang.


Pengadaan barang di unit Kamar Operasi adalah barang–barang yang dapat menunjang
kelancaran operasional sehari–hari sehingga pelayanan pembedahan terhadap pasien dapat
berjalan dengan lancar dan aman. Barang–barang yang berfungsi dengan baik adalah
barang-barang yang dapat mengikuti perkembangan tehnologi kesehatan dan kedokteran
sehingga dapat menunjang kelancaran proses pelayanan di unit Kamar Operasi Rumah
Sakit Ibu dan Anak. Prosedur kegiatan :

30
1. Dari hasil pengecekan rutin, ada peralatan yang diketahui tidak dapat berfungsi atau
digunakan dengan semestinya bahkan tidak bisa diperbaiki, kemudian direncanakan
untuk mengajukan pengadaan peralatan yang baru.
2. Pengadaan barang baru harus sepengetahuan kepala unit kamar operasi dan kepala ruang
unit kamar operasi dengan mengajukan permintaan ke bagian Logistik yang sudah
disetujui oleh direktur.
3. Setelah pengadaan barang yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan kemudian tim
perencana berkoordinasi dengan Direktur Rumah Sakit dan tim pembelian.
4. Bila sudah terealisasi, Kepala Ruang menerima barang atau alat dan menandatangani
buku penerimaan barang atau alat.
5. Barang atau alat yang sudah diterima oleh Kepala Ruang Kamar Operasi kemudian
dibukukan di buku inventaris.

C. Alat–alat yang Memerlukan Kalibrasi


No Nama Barang Jumlah Keterangan

1 Mesin Anestesi 2 buah 1 tahun sekali

2 Monitor Pasien 5 buah 1 tahun sekali

3 Mesin Couter 2 buah 1 tahun sekali

4 Suction 2 buah 1 tahun sekali

5 Tensi Meter 1 buah 1 tahun sekali

Tabel 5.1 Alat-alat yang memerlukan kalibrasi


Setiap tahun unit kamar operasi RSIA “IBUNDA” Tanah Laut mengajukan rencana
kebutuhan untuk mengkalibrasi. Ada alat–alat yang perlu dilakukan kalibrasi setiap tahun
dan ada juga alat–alat dilakukan kalibrasi beberapa tahun.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

31
dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi untuk mencegah meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Selain itu tujuan agar tercipta budaya keselamatan di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak
diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Enam Langkah Menuju Keselamatan Pasien :
1. Tepat Identifikasi Pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat pasien operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.

D. Standar Melaksanakan Keselamatan Pasien


1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatkan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatkan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien.

E. Langkah-Langkah Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien
rumah sakit.

32
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
6. Menetapkan enam langkah menuju keselamatan pasien.
7. Menetapkan standar keselamatan pasien rumah sakit dan melakukan shift assesmen
dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan
kejadian tidak diharapkan.

F. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Sasaran keselamatan pasien di unit kamar operasi RSIA “IBUNDA” :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien awal
pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh
pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan sistem write,
read dan repeat back (reconfirm).
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high–alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang memilki resiko lebih tinggi yang dapat
menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan secara
signifikan terhadap kesalahan penggunaan.

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien pada operasi merupakan hal yang
menguatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini merupakan
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antar tim bedah, karena tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking) dan verifikasi lokasi operasi.
Penandaan area operasi di RS Borneo Citra Medika Tanah Laut dilakukan oleh
dokter operator, penandaan dilakukan sehari sebelum pasien operasi. Pada pasien dengan

33
rencana operasi elektif. Sedangkan pada pasien operasi emergency dilakukan penandaan
di IGD atau di ruang premedikasi sesaat sebelum pasien operasi.
Penandaan dilakukan dengan memberi tanda chek (○) dan inisial nama dokter
operator. Untuk mencegah terjadinya salah insisi pada pasien.
Beberapa hal yang berpontesi untuk menimbulkan kekeliruan untuk wrong surgery :
a. Lebih dari satu dokter bedah terlibat.
b. Dilakukan lebih dari satu prosedur operasi.
c. Pasien memiliki bebarap karakteristik khusus, seperti deformitas fisik atau obesitas
massif.
d. Ada beberapa pasien yang memilki nama yang sama atau prosedur yang sama atau di
waktu bersamaan.
Tiga komponen penting dalam mencegah terjadinya wrong site, wrong procedure
dan wrong person surgery :
a. Proses verifikasi.
b. Penandai lokasi yang akan dilakukan operasi.
c. Time out.
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan :
a. Kasus organ tunggal (jantung, operasi caesar, appendiktomi).
b. Kasus intervensi seperti kateter jantung.
c. Kasus yang melibatkan gigi.
d. Prosedur yang melibatkan bayi premature di mana penandaan akan menyebabkan tato
permanen.
Dalam kasus yang tidak dilakukan penandaan harus dapat dipertangggjawabkan.
Penandaan harus dilakukan, dengan melibatkan pasien atau keluarga untuk
menghindarkan kekeliruan. Penandaan dilakukan dengan spidol permanen yang tidak
dapat hilang saat dicuci.

5. Pengurangan resiko infeksi pelayanan kesehatan


Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk saluran
kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering terjadi pada pasien dengan
ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi maupun infeksi–infeksi lain dengan cuci
tangan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

34
Jumlah kasus pasien jatuh cukup bermakna sebagai cidera pasien, sehingga RSIA
IBUNDA Tanah Laut melakukan evaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi resiko cidera sampai jatuh.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

35
Undang –undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat
kerja yang termasuk dalam kategori seperti tersebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan untuk
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan diluar rumah sakit.
Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “ Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja, dalam hal ini Pelayanan Bedah, dan perlindungan terhadap Rumah Sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang –
undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada ditempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat
dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor–faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja.
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas managemen.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kelalaian dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas.
2. Alat–alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi.
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruang terlalu panas atau terlalu
dingin.
4. Tidak tersedia alat–alat pengaman.
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain–lainnya.
Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan :

36
1. Perawat unit kamar operasi yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang sesuai dengan protokol.
2. Perawat unit kamar operasi yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
3. Perawat unit kamar operasi yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernafasannya (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan
menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan :
1. Pada pelayan pembedahan, untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri), cuci tangan
yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara ) sesuai dengan pnyebaran penyakit.
2. Semua perawat Unit kamar operasi harus mendapat pelatihan tentang gejala penyakit menular
yang sedang dihadapi.
3. Semua perawat unit kamar operasi dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak
langsung dengan pasien, terutama bagi mereka yang bertugas di HCU, ruang rawat anak,
ruang bayi.
Pencegahan Bahaya Kebakaran :
1. Persiapan pasien.
2. Penggunaan alat-alat secara aman.
3. Persiapan alat-alat.
4. Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar.
5. Mengkontrol oksigen.
6. Membagi tugas di antara anggota tim bedah mengenai pencegahan kebakaran.
7. Komunikasi efektif dan kerja tim.

8. Merespons bila terjadi kebakaran :


a) Bagaimana memadamkan api secepatnya.
b) Bagaimana menangani pasien.
c) Bagaimana memindahkan pasien secara aman.
d) Bagaimana evakuasi ruang operasi secara aman.

37
e) Bagaimana mengaktivasi sistem keamanan kebakaran.
f) Bagaimana mencegah penyebaran asap.
g) Bagaimana menemukan dan menggunakan alat pemadam kebakaran.
h) Bagaimana peran tim pemadam kebakaran dari luar.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

38
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yangakan digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu pada Pelayanan Bedah mengacu pada Pedoman
Indikator Mutu RSIA IBUNDA Tanah Laut.
1. Penundaan waktu operasi elektif

NAMA
1.
INDIKATOR Keterlambatan waktu mulai operasi > 30 menit
KATEGORI V
2.
PENGUKURAN
KLINIK SKP MANAJEMEN
3. DIMENSI MUTU Efektivitas, Kesinambungan Pelayanan, Efesiensi
4. INKLUSI Seluruh pasien yang dioperasi elektif
Pasien operasi elektif yang dibatalkan atau di majukan atau
5. EKSLUSI
diundur sebelum waktu yang sudah di putuskan
6. TUJUAN Tergambarnya kecepatan penanganan antrian pelayanan bedah
Waktu mulai operasi elektif adalah tenggang waktu mulai
DIFINISI
7. dokter memutuskan untuk operasi yang terencana sampai
OPERASIONAL
dengan operasi mulai dilaksanakan

 Jumlah keterlambatan waktu mulai operasi yang terencana >


8. NUMERATOR
30 menit dari seluruh pasien yang dioperasi dalam satu bulan

DENOMINATO
9.
R Jumlah pasien yang dioperasi elektif dalam bulan tersebut
V
JENIS
10.
INDIKATOR STRUKTUR PROSES OUTCOME PROSES &
OUTCOME
FREKUENSI
V
11. PENGUMPULA
N DATA HARIAN 1 BULAN 6 BULAN HARIAN
PENGUMPUL V
12.
DATA
KA. SMF PPM KARU KA INSTALASI
PERIODE V
13.
PELAPORAN
BULANAN

39
MEDICAL RECORD REKAP HARIAN SISTEM
PELAPORAN
14. SUMBER DATA
V

LAPORAN KEPUASAN LAINNYA (OBSERVASI)

METODOLOGI V
15. PENGUMPULA
N DATA RETROSPEKTIF KONKUREN

STANDAR
PENGUKURAN
16. / TARGET < 30 menit
PENGUKURAN
INDIKATOR
TARGET
SAMPEL DAN N = 50 / bulan
17.
UKURAN
SAMPEL (n)
WILAYAH
18.
PEMANTUAN Kamar Operasi
Data dianalisa oleh unit, dikumpulkan kepada komite mutu
RENCANA
19. direkap dan dianalisa , selanjutnya data dilaporkan kepada
ANALISIS
direktur untuk dilakukan tindak lanjut ( feed back ke instalasi)
DISEMINASI
20.
DATA Pertemuan Rutin/ Rapat Bulanan

No Tanggal No. RM Nama Pasien Waktu


. Tunggu
Operasi
Elektif <2
hari
FORM YANG Ya Tida
21.
DIGUNAKAN k

Pengumpul Data Validator Ka. Unit

( ) ( ) ( )
Tabel 6.1 Waktu Tunggu Operasi Elektif

40
2. Kepatuhan penandaan lokasi operasi

NAMA
1.
INDIKATOR Kepatuhan penandaan lokasi operasi
KATEGORI V
2.
PENGUKURAN
KLINIK SKP MANAJEMEN
3. DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau
4. INKLUSI
multiple level (tulang belakang) dan pasien dalam kondisi
sadar, serta operasi elektif
5. EKSLUSI Operasi kebidanan (SC) dan bayi
Mencegah salah lokasi insisi pada pasien yang akan dilakukan
6. TUJUAN
pembedahan
Pemberian tanda di tempat dilakukan operasi oleh dilakukan
oleh dokter yang melakukan prosedur operasi, saat pasien
DIFINISI sadar dan terjaga serta harus terlihat jelas pada semua kasus
7.
OPERASIONAL termasuk sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari
kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang) dan pasien
dalam kondisi sadar, serta operasi elektif
8. NUMERATOR Jumlah pasien yang diberi tanda lokasi operasi
9. DENOMINATOR
Jumlah pasien yang seharusnya diberi tanda lokasi
V
JENIS
10.
INDIKATOR STRUKTUR PROSES OUTCOME PROSES &
OUTCOME
FREKUENSI
V
11. PENGUMPULAN
DATA HARIAN 3 BULAN 6 BULAN HARIAN
V
PENGUMPUL
12. KA. SMF PPM KARU KA INSTALASI
DATA

V
BULANAN

PERIODE
13.
PELAPORAN

41
MEDICAL RECORD REKAP HARIAN SISTEM
14. SUMBER DATA PELAPORAN
V
LAPORAN KEPUASAN LAINNYA (OBSERVASI)

METODOLOGI V
15. PENGUMPULAN
DATA RETROSPEKTIF KONKUREN

STANDAR
PENGUKURAN /
16. TARGET 100 %
PENGUKURAN
INDIKATOR
TARGET
SAMPEL DAN
17.
UKURAN
SAMPEL (n)
WILAYAH
18.
PEMANTUAN OK
Data dianalisa oleh unit, dikumpulkan kepada tim mutu
RENCANA direkap dan dianalisa , selanjutnya data dilaporkan kepada
19.
ANALISIS bidang Perawatan untuk dilakukan tindak lanjut (feed back ke
instalasi)
DISEMINASI
20.
DATA Pertemuan Rutin/ Rapat Bulanan

No Tanggal No. RM Nama Pasien Penandaan


. Ya Tidak

FORM YANG
21. Pengumpul Data Validator Ka. Unit
DIGUNAKAN

( ) ( ) ( )

Tabel 6.2 Kepatuhan Penandaan Lokasi Operasi

BAB IX

42
PENUTUP

Pedoman Pelayanan bedah mempunyai peranan penting untuk pedoman kerja bagi kamar
operasi dalam memberikan pelayanan pembedahan, anastesi dan sedasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien, sehingga mutu dan keselamatan pasien yang menjalani pembedahan dapat
terjamin. Pedoman ini dapat digunakan juga sebagai acuan kerja bagi tenaga perawat di kamar
operasi.
Penyusunan pedoman pelayanan bedah RSIA IBUNDA Tanah Laut ini adalah merupakan
langkah awal sebagai suatu proses yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama
dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan unit kamar operasi dan rumah
sakit.

43

Anda mungkin juga menyukai