Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa palayanan kesehatan
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran telah
menjadikan pembedahan yang dahulunya sebagai usaha terakhir,
sekarang menjadi sesuatu dapat diterima secara umum. Pelayanan
professional yang diberikan pada pasien di kamar operasi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis, social pasien
mengimplementasikan asuhan keperawatan yang bersifat
individulistik, mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan
berdasarkan ilmu keperawatan, biomedis, ilmu perilaku dan ilmu
alam dasar dalam rangka memulihkan dan mempertahankan
derajad kesehatan, kesejahteraan klien sebelum selama dan sesudah
tindakan operasi.
Penyusunan buku Pedoman Pelayanan Kamar Bedah ini sangat
penting pada akhirnya dapat mengurangi atau menurunkan angka
kematian, kecacatan, infeksi luka operasi seminimal mungkin
khususnya, dan peningkatan mutu pelayanan di kamar operasi pada
umumnya.

B. Tujuan Pedoman
1. Meningkatkan keamanan tindakan bedah dengan menciptakan
standardisasi prosedur yang aman.
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas/kecacatan
akibat komplikasi prosedur bedah.

1
3. Me-recall memory, terutama pada hal-hal kecil yang gampang
terabaikan pada keadaan pasien yang kompleks.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang Lingkup Pelayanan Kamar Operasi adalah PelayananOperasi
yang di laksanakan di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit. Ruang
lingkup pelayanan kamar bedah meliputi:
1. Pelayanan persiapan / premedikasi
2. Pelayanan intra operasi
3. Pelayanan pasca operasi
4. Pelayanan pulih sadar / pemulihan

D. Batasan Operasional
1. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut
berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui
prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini
memiliki sinonim yang sama dengan kata “Chirurgia” (dibaca: KI-
RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya tangan; dan
“ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara
dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin
disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter,
2006).
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat
untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory
surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap
(outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
2. Jenis Pembedahan
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara
relatif dilakukan secara sederhana, tidak memiliki risiko
terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan
asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses
superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial
neuroktomi dan tenotomi
2
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara
relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan
minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap
nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti:
bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang
berhubungan terhadap penggunaan agen antiseptik untuk
mengontrol kontaminasi bakterial.
3. Sifat Operasi
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat
dilakukan penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang
dilakukan dalam keadaan sangat mendadak untuk
menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau
untuk menyelamatkan jiwa pasien.

E. Landasan Hukum
Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Standar Pelayanan Bedah yaitu :
1. Undang – Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072 ) ;
2. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116 ) ;
3. PMK No 512 tahun 2007 tentang izin praktek dan pelaksanaan
praktek kedokteran
4. PMK No 290 tentang persetujuan tindakan kedokteran
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik

3
Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502) ;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001
tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit
Daerah ;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit ;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 /
MENKES / PER / VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit ;

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia yang ada di Instalasi Bedah Sentral harus
memiliki syarat – syarat sesuai dengan jabatannya.
1. Kepala Instalasi Bedah Sentral
Spesifikasi
S1 Kedokteran
1. Pendidikan (minimum)
S2 Kedokteran Spesialis
3 tahun mengelola pelayanan
2. Pengalaman Kerja (minimum)

- Symposium transformation of
Surgical Technology
3. Sertifikasi
- Pengembangan Profesi Bedah
Berkelanjutan
4. Jumlah Kebutuhan 1

2. Kepala Ruang Bedah


Spesifikasi
1. Pendidikan (minimum) D 3 Keperawatan
3 tahun menjadi wakil kepala
2. Pengalaman Kerja (minimum)
ruangan
- Manajemen Kamar Bedah
- Basic Kamar Bedah
3. Sertifikasi
- BHD
- BTCLS
4. Jumlah Kebutuhan 1

5
3. Wakil Kepala Ruang Bedah
Spesifikasi
1. Pendidikan (minimum) D 3 Keperawatan
2. Pengalaman Kerja (minimum) 3 tahun menjadi ketua tim
- Manajemen Kamar Bedah
- Basic Kamar Bedah
3. Sertifikasi
- BHD
- BTCLS
4. Jumlah Kebutuhan 1

4. Ketua Tim
Spesifikasi

1. Pendidikan (minimum) DIII Keperawatan


DIII Kebidanan
3 tahun sebagai perawat kamar
2. Pengalaman Kerja (minimum)
bedah

3. Sertifikasi - Basic Kamar Bedah


- BHD
4. Jumlah Kebutuhan 4

5. Staf
Spesifikasi
S1 Keperawatan ( Ners )
1. Pendidikan (minimum) DIII Keperawatan
DIII Kebidanan
2. Pengalaman Kerja (minimum) 1 tahun diruangan
- Basic Kamar Bedah
3. Sertifikasi
- BHD
4. Jumlah Kebutuhan

6
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya
manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan
sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di
atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang
pelayanan bedah di instalasi kamar operasi, maka dibutuhkan
tenaga dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan
dan pengetahuan yang sesuai. Pola pengaturan ketenagaan di
kamar bedah yaitu :
1. Untuk Jaga Siang
Petugas yang ada berjumlah 6 (enam) orang dengan kategori :
a. 1 (satu) orang Kepala Ruangan
b. 1 (satu) orang Kepala Tim
c. 3 (enam) orang Perawat Pelaksana / Staff
d. 1 (satu) orang Cleaning Service
2. Untuk Jaga Cito
Petugas yang ada berjumlah 5 (lima) orang dengan kategori:
a. 1 (satu) orang Kepala Tim
b. 3 (enam) orang Perawat Pelaksana / Staf
c. 1 (satu) orang Cleaning Service

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas
pelayanan bagi perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di
instalasi kamar operasi sehingga semua kegiatan pelayanan bedah
dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan dinas dibuat 2 shift
dalam 24 jam yaitu:
1. Dinas siang : 14.00 wita – 20.00 wita
2. Dinas Emergency : On Call (Sewaktu-waktu bila diperlukan)

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

8
B. Standar Fasilitas
No Nama Fungsi Kebutuhan Fasilitas
. Ruangan
1 Ruang Ruang untuk Meja, Kursi, lemari
Administrasi menyelenggarakan arsip,
dan Kegiatan administrasi telepon/intercom,
Pendaftaran khususnya Pelayanan komputer, dan
bedah. peralatan kantor
lainnya

2 Ruang Ruang untuk pengantar Kursi, Meja, Televisi


Tunggu pasien menunggu selama & Alat Pengkondisi
Pasien pasien menjalani proses Udara (AC / Air
dan bedah Condition)
Pengantar
Pasien
3 Ruang Ruang untuk cuci tangan Wastafel dengan 2
untuk cuci dokter ahli bedah, asisten keran, perlengkapan
tangan dan semua petugas yang cuci tangan (sikat
(scrub akan mengikuti kegiatan kuku, sabun, dll),
station) dalam skort plastik/karet,
kamar bedah.

4 Ruang Ruang yang digunakan Alat cukur, oksigen,


persiapan untuk linen, brankar
mempersiapkan pasien (apabila tidak
sebelum memasuki memiliki ruang
kamar bedah. Kegiatan induksi, maka
dalam ruang ini yaitu : dilengkapi dengan
Penggantian pakaian alat : suction Unit,
penderita, sphygmomanometer,
Membersihkan/mencukur thermometer,
bagian tubuh yg perlu instrumen troli tiang
dicukur, Melepas semua infuse
perhiasan dan
menyerahkan ke keluarga
pasien Apabila tidak ada
r.anaestesi maka
persiapan anaestesi juga
dilaksanakan di ruang
ini.

5 Ruang Ruang yang digunakan Suction Unit


anaestesi untuk Sphygmomanometer
(Induction Persiapan Thermometer
room) anaestesi/pembiusan. Trolley Instrument
Ket : Bisa Kegiatan yang dilakukan Infusion stand
digabungkan di kamar
dengan ini adalah sebagai berikut
ruang :
persiapan  Mengukur tekanan
darah pasien,
 Pemasangan infus,
 Memberikan
kesempatan kepada

9
pasien untuk
menenangkan diri
 Memberikan penjelasan
kepada pasien
mengenai tindakan
yang akan
dilaksanakan
6 Ruang Ruang untuk melakukan Laringoskopi,
bedah kegiatan endotrakeal tube,
pembedahan meja operasi, lampu
umum/general. operasi, suction
unit, electro surgery
unit, patient monitor
(minimal memiliki
fungsi : SpO2
monitor, ECG 1
channel,
sphygmomanometer,
defibrillator, stool
fixed
height, meja operasi,
suction
7 Ruang Ruangan yang Tempat tidur bayi,
Resusitasi dipergunakan untuk incubator perawatan
Neonatus menempatkan bayi baru bayi, alat resusitasi
lahir melalui operasi bayi
caesar, untuk dilakukan
tindakan resusitasi
terhadap bayi.

8 Ruang Ruang pemulihan pasien Tt pasien, monitor,


Pemulihan/ pasca operasi yang tiang infuse,
Recovery memerlukan perawatan oksigen, suction
Room kualitas tinggi dan
pemantauan terus
menerus

9 Gudang Ruang tempat Lemari instrumen,


Steril penyimpanan instrumen Tromol
(; yang telah disterilkan.
clean utility Instumen berada dalam
) Tromol tertutup dan
disimpan di dalam
lemari instrument.
Bahan-bahan lain seperti
linen, kasa steril dan
kapas yang telah
disterilkan juga dapat
disimpan di ruangan ini.

10 Ruang ganti Ruang untuk ganti Loker, rak sepatu


pakaian/ pakaian, sebelum dan sandal,
loker petugas masuk ke area r. gantungan pakaian
bedah. Pada kamar ganti
sebaiknya disediakan
lemari pakaian/locker
10
dengan kunci dipegang
oleh masing-masing
petugas.

11 Depo Ruang/ tempat Lemari obat, meja


Farmasi menyimpan obat-obatan kursi
untuk keperluan pasien.

12 Ruang Ruang tempat istirahat Tempat tidur, loker,


dokter dokter dilengkapi dengan wastafel, rak
KM/WC sepatu/ sandal

13 Ruang Ruang untuk istirahat Tempat tidur, sofa,


perawat perawat/petugas lainnya bed, meja, wastafel.
setelah melakukan
kegiatan pembedahan
atau tugas jaga. Ruang
jaga harus berada di
bagian depan sehingga
mempermudah semua
pihak yang memerl
ukan pelayanan bedah

15 Gudang Ruang tempat Container


Kotor ( penyimpanan sementara
Dirty barang dan bahan setelah
Utility). digunakan untuk
keperluan operasi
sebelum dimusnahkan ke
insenerator, atau dicuci di
londri dan disterilkan di
CSSD.

16 Spoolhoek Fasilitas untuk Kloset leher angsa,


membuang kotoran bekas keran air bersih
pelayanan pasien (Sink) Ket : tinggi
khususnya yang berupa bibir kloset ± 80
cairan. Spoolhoek berupa -100 cm dari
bak/ kloset yang permukaan lantai
dilengkapi dengan leher
angsa (water seal).

17 KM/WC KM/WC Kloset, wastafel


(petugas,
pengunjung)

C. Alat Tenun
Spesifikasi
1. Syarat Umum  Bahan terbuat dari katun 100 %
 Warna bahan tidak mencolok, untuk
mencegah adanya kelelahan mata
 Warna khusus (hijau tua, biru) berbeda
11
dengan warna bahan yang dipakai di ruang
perawatan
 Panjang laken harus dapat menutup daerah
steril dan tidak boleh menyentuh lantai
 Panjang lengan baju (7 -10 cm) diatas siku
Syarat Model  Panjang celana operasi setinggi mata kaki,
2.
Baju Operasi tidak boleh menyentuh lantai
 Cukup longgar untuk memudahkan gerak
 Panjang lengan baju menutup jari tangan
 Bermanset elastis
Syarat Model  Panjang jas lebih kurang 10 cm diatas mata
3.
Jas Operasi kaki
 Jas operasi silang bagian belakang menumpu
(overslag)
 Laken besar, kepala 210 x 150 cm
 Laken besar, kaki 240 x 200 cm
 Alas meja dorong 100 cm x 75 cm
 Sarung meja mayo (instrumen ) 75 cm x 50 cm
Ukuran Alat
4.  Kantong canula suction dan couter 30 cm x 30
Tenun
cm
 Perlak besar 110 cm x75 cm
 Perlak kecil untuk meja mayo 50 cm x 40 cm
 Handuk tangan (steril) 30 cm x 15 cm
5. Jenis alat  Lakenoperasi besar dan kecil
tenun yang  Pembungkus alat (laken berlapis)
diperlukan di  Alas meja dorong
Kamar Operasi  Duk bolong
 Duk operasi
 Baju dan celana operasi
 Jas operasi
 Topi operasi
 Barakschort
 Penutup kepala pasien
 Sarung meja mayo
 Baju pasien kamar bedah
 Perlak besar dan kecil

12
 Schort plastik / karet

1. Set Instrumen Dasar


Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
a. Gagang Pisau No.3 1
b. Gagang Pisau No.4 1
c. Gunting Jaringan 19,5 cm 1
d. Gunting bengkok tumpul 14.5 cm 1
e. Gunting bengkoktajam 16 ½ cm 1
f. Pinset anatomi 13/14cm 1/1
g. Pinset chirurgis 13 /14 cm 1/1
h. Arteri klem pean bengkok 14 cm 1
i. Arteri klem pean lurus14cm 1
j. Klem jaringan 15cm 1
k. Penjepit jarum (nald voeder) 14 cm 1
l. Spatel perut besar/kecil 1
m. Duk klem 14 cm 6
n. Wound haak berdaun panjang 1
o. Langenback 22 ½cm 1 pasang
p. O haak 22 ½ cm 1 pasang
q. Wound haak bergigi tumpul 4, 22½ 1 pasang
r. Prepare klem (45°, 60° ,90°) 1/1/1
s. Ujung suction 1
t. Bangkok 1
u. Mangkok desinfektan 2
v. Slang suction (2.5 - 3 ) 1
w. Gunting benang 2
x. Jarum & tempatnya

2. Set Exterpasi
Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
a. Nierbekken 1
b. Kom14 1
c. Kom 10 1
d. Doek klem 6

13
e. Rochester Kocher Lurus 1
f. Scaple Handle no 3 1
g. Pincet Chirurgis Pendek 1
h. Pincet Chirurgis Pendek 1
i. Pincet Chirurgis Adson 1
j. Pincet Anatomis Adson 1
k. Masquito Lurus 3
l. Masquito Bengkok 3
m. Pean Bengkok 4
n. Kocher Bengkok 2
o. Gunting Jaringan 1
p. Gunting Jaringan 1
q. Gunting Reseksi 1
r. Allis Klem 1
s. Nald Poeder 1
t. Nald Poeder 1
u. Nald Poeder 1
v. Nald Poeder 1
w. Haag Gigi 3 Tajam 2
x. Haag Gigi 6 Tajam 2
y. Suction Canule 1
z. Sleuf Sonde 1

3. Set Sirkumsisi
Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Nierbekken Besar 1
2. Kom 10cm 1
3. Pincet Chirurgis 1
4. Pincet Chirurgis adson 1
5. Pincet Anatomi pendek 1
6. Pincet Anatomi adson 1
7. Gunting Jaringan 1
8. Gunting Jaringan 1
9. Gunting Jaringan 1
10. Gunting Reseksi 1
11. Gunting Benang 1

14
12. Masquito Bengkok 3
13. Masquito Lurus 3
14. Pean Bengkok 1
15. Pean Lurus 3
16. Nald Poeder 1
17. Nald Poeder 1
18. Desinfektan Klem( penster klem ) 1

4. Set Tonsilectomy
Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Mouth Gang 1
2. Mouth Gang 1
3. Mouth Gang 1
4. Blade Gang 1
5. Blade Gang 1
6. Blade Gang 1
7. Blade Gang 1
8. Pisau Tonsil 1
9. Pisau Tonsil 1
10. Disektor dan retraktor 1
11. Klem Tonsil 1
12. Allis Klem bengkok 1
13. Over Hold 30 2
14. Over Hold 60 1
15. Over Hold 90 1
16. Over Hold 135 1
17. Gunting Tonsil 1
18. Canute Suction 1
19. Adenoid curet 1
20. Raspactorium 1
21. Pincet Chirurgis Panjang 1
22. Gunting Lurus 1
23. Adenoid Kuret 1
24. Spatel 1
25. Sluder1,2, 3. 3
26. Tangkai Sluder 1

15
5. Set Appendictomy
Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Nierbekken 1
2. Kom 14 1
3. Kom 10 1
4. Doek Klem 6
5. Desinfektan Klem 1
6. Scaple Handle No 3 1
7. Scaple Handle No 4 1
8. Pincet Anatomi Pendek 1
9. Pincet Chirurgis Pendek 1
10. Pincet couter 1
11. Pincet anatomis panjang 1
12. Pincet anatomis panjang 1
13. Pincet Couter Panjang 1
14. Pincet Cirurgis edson 1
15. Pincet anatomis edson 1
16. Masquito Bengkok 3
17. Pean lurus 4
18. Pean bengkok 4
19. Pean bengkok 2
20. Koher Lurus 2
21. Koher Lurus 2
22. Koher Lurus 1
23. Allis Klem 1
24. Allis Klem 1
25. Over Hold 1
26. Over Hold 1
27. Nald poeder 1
28. Nald poeder 1
29. Nald poeder 1
30. Gunting Benang 1
31. Gunting Benang 1
32. Gunting Jaringan 1
33. Langen Back 2

16
34. Langen Back 2
35. OHaak 2
36. Parker langen back retraktor 2
37. Suction Canute 1
38. Boxjarum 1

6. Set Fibro Adenoid Mammae (FAM)


Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Nierbekken 1
2. Kom 14cm 1
3. Kom 10cm 1
4. Doek klem 4
5. Doek klem 1
6. Desinfektan Klem 1
7. Scaple Handle no 3 1
8. Pincet Chirurgis Pendek 2
9. Pincet Anatomi Pendek 1
10. Pincet Anatomis Adson 1
11. Pincet Chirurgis Adson 1
12. Pincet Diatermi 1
13. Gunting Jaringan 1
14. Gunting Jaringan 1
15. Gunting Benang 1
16. Gunting Benang 1
17. Gunting Jaringan 1
18. Masquito Bengkok 4
19. Kocher Bengkok 4
20. Kocher Bengkok 2
21. Allis Klem 1
22. Allis Klem 1
23. Over Hold 1
24. Over Hold 1
25. Langen Back 2
26. Haak Gigi 4 Tajam 2
27. Haak Gigi 4 Tumpul 2
28. Parker Langen Back Retraktor 2

17
29. Nald Poeder 1
30. Nald Poeder 1
31. Nald Poeder 1
32. Suction Canule 1

7. Set Orthopedi
Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Sendok kuret 1
2. Sendok kuret 1
3. Raspaktorium Kecil 1
4. Raspaktorium Besar 1
5. Raspaktorium Elevator 2
6. Knabel Tang Lurus 1
7. Knabel Tang Bengkok 1
8. Bone Tang Besar 1
9. Bone Tang Sedang 1
10. Bone Tang Kecil 1
11. Bone Tang 2
12. Plate Betle 1
13. Pahat Lurus 1
14. Hole Betle / Pahat Lengkung 1
15. Haak Gigi 1 tajam 2
16. Haak Gigi 4 Tajam 2
17. Haak Gigi Tumpul 2
18. Haak Gigi 6 Tajam 2
19. Haak 4 Tumpul besar 2
20. Hammer / Palu 1
21. Reduction Klem synthes 1
22. Blund Elevator 2
23. Hohmann Elevator 2
24. Bander plate 2
25. Knabel tang 1
26. Distractor ( Bone tang )
27. Hammer / Palu 1
28. Pemotong K-wire 1
29. Wire Cutter 1

18
30. Amputation Saw 1
31. KikirTulang 1/3 1
32. Tatah 1
33. Tatah 1
34. Tatah 1
35. Screw Driver 1
36. Screw Driver 1

8. Set Haemorroidectomy
Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Nierbekken 1
2. Kom 10cm 1
3. Kom 14 cm 1
4. Desinfektan Klem 1
5. Doek klem 4
6. Scaple Handle no 4 1
7. Scaple Handle no 3L 1
8. Pincet Chirurgis Pendek 2
9. Pincet Anatomi Pendek 1
10. Pincet Anatomi Pendek 1
11. Pincet Diatermi Panjang 1
12. Pincet Chirurgis Panjang 1
13. Gunting Jaringan 1
14. Gunting Benang 1
15. Gunting mayo bengkok 1
16. Gunting Jaringan 1
17. Pean Lurus 2
18. Pean Bengkok 4
19. Kocher Bengkok 1
20. Allis Klem 1
21. Allis Klem 1
22. Knop Sonde 1
23. Klem Kasar bengkok 2
24. Langen Back 2
25. Anus Cope 1
26. Nald Poeder 2

19
27. Nald Poeder 1
28. Nald Poeder 1
29. BoxJarum 1
30. Ring Tang 1

9. Set Intra Oculer


Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Eye Speculum 1
2. Pincet Chirurgis 1
3. Pincet Anatomis 1
4. Pincet Capsule / Lensa 1
5. Pincet Colibri 1
6. Pincet Keelman 1
7. Pincet Chirurgis 0,3 mm 1
8. Pincet Anatomis Bengkok 1
9. Gunting Konjungtiva 1
10. Gunting Cornea Kiri 1
11. Gunting Cornea Kanan 1
12. Gunting Benang 1
13. Gunting Iris 1
14. Gunting Kapsule 1
15. Gunting Cornea 1
16. Opthalmic Couter 1
17. Diamond Knife 1
18. Selang Aspirasi irigasi 1
19. Selang Aspirasi irigasi 1
20. Nedle Holder 1
21. Nedle Holder 1
22. Jarum Canule 4
23. Spatulla iris 1
24. Tying Forceps 1
25. Doek Klem 1
26. Doek Klem 1
27. Katena Inst Coddy / Bak 1
28. Pean Lurus 1
29. Pean Lurus 1

20
30. Jones Towel Klem 1
31. Repositor 1
32. Muscle Hook 1
33. Lees 1

10. Set Extra Oculer


Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Eye Speculum 1
2. Pincet Chirurgis 1
3. Gunting Konjungtiva 1
4. Gunting Konjungtiva 1
5. Gunting Konjungtiva 1
6. Needle Holder 1
7. Mosquito Forcep 1
8. Doek Klem 1
9. Scaple Handle No. 3 1
10. Break Rosis Forceps 1
11. Cornea Knife Cup 1
12. Scanifen For Lacrimal 1
13. Pterigium Knife 1
14. Bishop Hormaon Forceps/Konjungtiva 1
15. Calazion Forceps 1

11. Set Laparatomy


Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Nierbekken 1
2. Kom 14 cm 1
3. KomlOcm 1
4. Desinfektan klem 1
5. Doek klem 6
6. Scaple handle no 2L 1
7. Scaple handle no 3 1
8. Scaple handle no 4 1
9. Pinset anatomis pendek 1
10. Pinset anatomis pendek 1

21
11. Pinset chirurgis pendek 2
12. Gunting jaringan 1
13. Gunting jaringan 1
14. Gunting jaringan 30 cm 1
15. Pean bengkok 6
16. Pean lurus 6
17. Kocher lurus 5
18. Haak gig! 6 tumpul 2
19. Haak sepatu 1
20. Rockhester pean lurus 4
21. Rockhester pean bengkok 12
22. Rockhester kocher lurus 2
23. Allis klem 2
24. Klem usus bengkok 2
25. Klem usus lurus 2
26. Over hold 1
27. Over hold 4
28. Over hold 2
29. Over hold 1
30. Over hold 1
31. Over hold 1
32. Pensterklem 2
33. Peritonium klem 6
34. Nald voeder 1
35. Nald voeder 1
36. Nald voeder 1
37. Nald voeder 1
38. Nald voeder 1
39. Nald voeder 1
40. Nald voeder 1
41. Needle case (box jarum) 1
42. Suction canul 1
43. Pinset anatomis diatermi 1
44. Gunting jaringan mayo 1
45. Gunting panjang 1
46. Gunting benangi 1
47. Oog haak 1

22
48. Langen back 2
49. Spatel usus 1

12. Set Sectio Caesaria


Spesifikasi
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Nierbekken 1
2. Kom 14cm 1
3. Kom 1 0 cm 1
4. Desinfektan klem 1
5. Doek klem 6
6. Scaple handle no 3 1
7. Scaple handle no 4 1
8. Needle case (box jarum) 1
9. Pinset anatomis pendek 1
10. Pinset chirurgis pendek 1
11. Pinset chirurgis panjang 1
12. Pinset Diatermi 1
13. Gunting Mayo panjang 1
14. Gunting Mayo pendek 1
15. Gunting benang 1
16. Gunting benang 1
17. Nald voeder 1
18. Nald voeder 1
19. Nald voeder 1
20. Pean lurus panjang 2
21. Pean lurus pendek 2
22. Pean bengkok pendek 2
23. VPean Kasar (chrome) 2
24. Kocher 2
25. Abdominal retraktor 1
26. Abdominal retraktor 1
27. Langen back 2
28. Oog haak 1
29. Penster klem 7
30. Peritonium klem 4
31. Canul suction 1

23
32. Tempat instrumen 1

24
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Lingkungan Kamar Operasi Bedah


1. Persiapan alat-alat
a. Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas atau
dibungkus dengan pembungkus steril yang memenuhi syarat.
b. Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa terhadap :
1) Keutuhan dari bungkusan atau kemasan tersebut (tidak
robek, tidak terbuka, tidak kotor).
2) Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.
3) Tanggal steril harus tercantum di bagian luar pembungkus,
bila lewat dari 3 x 24 jam harus disteril ulang.
c. Tempat larutan antiseptik atau desinfektan yang dipakai di
kamar bedah harus sering diganti, paling sedikit seminggu
sekali.
d. Alat-alat besar seperti: lampu operasi, alat-alat anestesi, troli
dibersihkan dengan desinfektan tertentu (sesuai dengan
standar PPI).
2. Ventilasi
Udara yang masuk kamar bedah disaring bebas debu dan
kuman, filter harus sering diganti sesuai dengan petunjuk dan
harus sering diperiksa. Suhu dan kelembaban udara harus
diatur, suhu antara 200 -250C, kelembaban antara 50-60%.
Tekanan udara dalam kamar operasi sedikit lebih tinggi
dari ruang sekitarnya supaya kotoran tidak masuk ke dalam
kamar operasi bila pintu dibuka.
3. Persiapan Permukaan Kamar Operasi (Dinding, Lantai, Plafon)
a. Klorinasi air yang dipakai untuk cuci tangan.
b. Dinding dan lantai dicuci dengan desinfektan tertentu
(Steriliside) sesuai standar PPI.

B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar Operasi


1. Disiplin yang tinggi dalam menjalankan peraturan.
2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan terlalu
banyak orang dalam kamar operasi.
3. Kesehatan dan kebersihan.
25
4. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman yang
mudah ditularkan (karier sangat sukar ditentukan).
5. Perlengkapan petugas :
a. Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan :
1) Baju kamar operasi
2) Penutup kepala
3) Masker
4) Alas kaki atau sepatu dalam kamar operasi
5) Jas operasi steril
6) Sarung tangan steril
7) Barahschort
b. Perlengkapan petugas yang lain :
1) Baju kamar operasi.
2) Penutup kepala.
3) Masker.
4) Alas kaki

C. Lalu Lintas di Lingkungan Kamar Operasi


Pada lalu lintas ini perlu diingat adanya daerah-daerah bebas, area
semirestriktik, daerah bersih dan area restriktik. Lalu lintas
meliputi:
1. Lalu lintas Petugas
Sarana pada lalu lintas petugas harus ditentukan adanya :
a. Ruang ganti pakaian
b. Perlengkapan-perlengkapan khusus
c. Batas daerah bersih dan kotor
Batas-batas tersebut meliputi:
1) Petugas ganti pakaian dengan pakaian khusus bedah (tidak
boleh dirangkap) dan cuci tangan.
2) Pakaian petugas disimpan dalam lemari pakaian yang sudah
disiapkan.
3) Petugas masuk dalam area restriktik dalam kedaan sudah
memakai tutup kepala, masker dan alas kaki khusus.
4) Bila sudah selesai bekerja petugas keluar melalui jalur yang
sama waktu masuk dengan meletakkan kembali
perlengkapan-perlengkapan yang sudah dipakai di tempat
yang sudah ditentukan.

26
2. Lalu lintas Penderita
a. Penderita dikirim ke ruang bedah lewat koridor transfer
penderita.
b. Petugas kamar operasi menjemput dengan brankar kamar
operasi di koridor transfer. Penderita dibawa ke kamar
persiapan (ganti baju dengan baju kamar operasi).
c. Dari kamar persiapan, penderita dibawa ke kamar operasi
dengan memakai brankar di Kamar Operasi, dipindahkan ke
meja operasi, brankar disimpan di luar kamar operasi (masih
dalam area restriktik).
d. Selesai operasi penderita dibawa ke kamar pemulihan atau
ruang sadar pulih dengan menggunakan Brankar Kamar
Operasi dan memakai pakaian bedah.
e. Penderita keluar dari kamar pemulihan menuju ruangan lewat
pintu ruang pulih sadar.
3. Lalu lintas Alat
a. Sarana untuk lalu lintas.
1) Ruang untuk penyimpanan alat yang sudah steril.
2) Alat pengangkut : troli atau meja kecil.
b. Prosedurnya :
1) Sebelum operasi dimulai, semua alat yang mungkin akan
dipakai sudah ada di dalam kamar operasi.
2) Setelah selesai operasi, semua alat yang sudah dipakai harus
segera diletakkan di loket yang telah disiapkan tempatnya,
dibawa ke Instalasi Sterilisasi Sentral bagian pengepakan.
3) Instrumen disiapkan oleh petugas Instalasi Sterilisasi Sentral
sampai instrumen siap pakai.
4) Penyerahan instrumen oleh petugas Instalasi Sterilisasi
Sentral lewat loket.
5) Alat linen yang sudah dipakai dimasukan ke dalam kantong
khusus lewat loket dan dikirim ke bagian pencucian.
6) Alat–alat disposable yang sudah dipakai dimasukkan ke
dalam kantong atau tempat khusus dan dikirim ke bagian
pembakaran.

27
D. Tata Laksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan Hepatitis
B dan C
1. Penderita direncanakan dilakukan operasi terakhir, supaya kamar
operasi bisa langsung dibersihkan setelah selesai pembedahan.
2. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-bagiannya dapat
disterilkan dengan autoclave atau memakai yang disposable, dan
memakai virus filter antarra endotracheal tube dengan closed
circuit-nya.
3. Harus disiapkan :
a. Desinfektan yang cukup (glutaraldehyde 2 %).
b. Celemek plastik yang kedap cairan.
c. Pelindung mata dan muka.
d. Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus
untuk tempat kotor yang terkontaminasi.
4. Personil kamar operasi harus memakai celemek plastik kedap air
di bawah jas operasi memakai pelindung mata (kaca mata) dan
pelindung muka, memakai sarung tangan rangkap dua.
5. Personil dalam kamar operasi sesedikit mungkin dan alat-alat
yang diperlukan saja, harus ada dua orang perawat keliling: 1
orang di dalam dan 1 orang lagi di luar untuk menghindari
kontaminasi ke luar ruangan.
6. Perawat keliling juga harus menggunakan sarung tangan,
pelindung mata dan muka, celemek kedap air di bawah jas operasi
yang steril.
7. Harus memakai linen disposable, meja operasi tertutup dan kain
yang kedap air, kemudian ditutup lagi dengan kain disposable.
8. Penderita dibawa ruang pemulihan setelah sadar benar.
9. Instrumen yang telah dipakai harus dicuci dengan sabun air
panas sebelum di autoclave. Instrumen yang tidak dapat di-
autoclave setelah dicuci dengan sabun air panas harus direndam
dengan sterilicide atau Natrium dichloroisocyanurate atau NaDCC
(Solution) sesuai kebutuhan.
10. Perawat yang mencuci instrumen tersebut harus memakai
perlengkapan seperti :
a. Sarung tangan yang kuat dan utuh.
b. Celemek plastik kedap air di bawah jas luar.

28
c. Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini sangat penting
dengan banyaknya percikan-percikan air yang mengandung
kuman.
11. Alat anestesi (closed circuit) setelah dipakai disterilkan.
12. Setelah pembedahan, kamar operasi dan alat-alat yang telah
dipakai harus segera dibersihkan dengan air sabun panas.
13. Rahasia penderita harus dijaga kecuali tanda merah status.
14. Darah dan cairan tubuh penderita harus dibakar.
15. Kamar operasi segera harus disterilkan sesuai prosedur yang
berlaku di kamar operasi (1 kali saja)

E. Tata Laksana di Ruang Sadar Pulih


1. Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari penyakit
yang menular melalui pernapasan atau udara dan bebas dari luka
terbuka.
2. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk
pada penularan lewat darah.
3. Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas harus
mengganti pakaian dengan pakaian yang khusus dipakai untuk
bekerja di ruang tersebut, termasuk alas kaki, pakaian tersebut
tidak diperbolehkan dibawa ke luar ruangan, dan pakaian dari
luar tidak boleh dibawa masuk.
4. Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung atau gaun
dan alas kaki pelindung yang disediakan sebelum memasuki
ruangan.
5. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun
antiseptik setiap kali kontak dengan pasien.

F. Jadwal Operasi
1. Perawat kamar bedah menginformasikan kepada operator dan
dokter anestesi untuk rencana operasi dari dalam (ICU / IRNA)
2. Perawat poli/ ruangan menginformasikan rencana operasi kepada
petugas kamar bedah
3. Perawat kamar bedah mendokumentasikan rencana operasi
dibuku harian operasi
4. Perawat kamar bedah mendokumentasikan rencana
operasidipapan rencana operasi

29
5. Perawat kamar bedah melaporkan waktu rencana operasikepada
dokter operator dan dokter anestesi
G. Penerimaan Pasien
1. Dari luar (IRJ / IGD )
a. Petugas admission / perawat IRJ mengantar pasien
kekamarbedah dengan membawa status medis
b. Serah terima petugas kamarbedah dengan perawat IRJ
/petugas admission.
c. Petugas kamaroperasi memeriksakelengkapandokumenoperasi
d. Pasien ditempatkan diruang pre operasi
e. Perawat menghubungi dokter operator dan dokter anestesi
2. Dari dalam (IRNA / ICU)
a. Perawat mengantar pasien ke kamar operasi dengan
membawakelengkapan berkas medis yang diperlukan
b. Serah terima pasien oleh perawat IRNA dan petugas
kamaroperasi
c. Petugas kamar operasi memeriksa persiapan operasi (sesuai
dengan jenis operasi)
d. Pasien ditempatkan di ruang pre operasi
e. Petugas kamar operasimenghubungi dokter operator dandokter
anestesi
H. Persiapan Operasi
1. Perawat menghubungi dokter anestesi
2. Perawat menyiapkan fasilitas kamar operasi sesuai denganjenis
operasinya
3. Pasienditempatkan diruang preoperasidandilakukanidentifikasi
data rekam medis,disesuaikan dengan kondisipasien
I. Kerjasama Antar Disiplin
1. Konsultasi
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien menginformasikan keadaan
pasien dan rencana untuk dilakukan konsultasi dengan dokter
bedah terkait dengan diagnosa pasien
b. Penanggung jawab pasien menandatangani formulir
persetujuan konsultasi
c. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter bedah
d. Tindakan Operasi dilakukan bila pasien/keluarga sudah
menandatangi persetujuan tindakan operasi.

30
2. Rawat Bersama
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien menginformasikan keadaan
pasien kepada keluarga serta rencana untuk dilakukan
rawatbersama dengan dokter bedah
b. Keluarga menandatangani formulir persetujuan untuk rawat
bersama dengan dokter bedah
c. Perawat menghubungi dokter bedah untuk dilakukan rawat
bersama
3. Alih Rawat
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien menginformasikaN
keadaaan pasien kepada keluarga terkait keadaaan atau
kondisi penyakitnya untuk dilakukan alih rawat
b. Penanggung jawab pasien menandatangani surat persetujuan
untuk alih rawat
c. Perawat menghubungi dokter bedah terkait untuk
pemeriksaan
4. Pendampingan Dengan Dokter Bedah Lain
a. Dokter bedah meminta pendampingan dokter bedah lain
sewaktu operasi elektif atau sewaktu di meja operasi
b. Penangungjawab pasien diinformasikan tentang perlunya
pendampingan dengan dokter lain sewaktu operasi
c. Penanggung jawab pasien menandatangani surat persetujuan
untuk dilakukan pendampingan oleh dokter bedah lain
5. Laporan Operasi
a. Siapkan formulir laporan operasi
b. Dokter menulis laporan operasi secara rinci termasuk
instruksi pasca operasi
c. Perawat kamar operasi memeriksa kelengkapan penulisan
laporan operasi

31
BAB V
LOGISTIK

A. Alat Kesehatan yang ada


Spesifikasi
NO NAMA BENANG
1. Black Silk No. 0
2. Black Silk No. 1
3. Black Silk No. 2/0
4. Black Silk No.3/ 0
5. Catgut Chromic No.2
6. Catgut Chromic No.1
7. Catgut Chromic No.2/0
8. Catgut Chromic No.3/0
9. Catgut Chromic No.4/0
10. Chromic No.O HR
11. Tlene No.1
12. Tlene No.2/0
13. Tlene No.3/0
14. Nylon 4/0
15. Nylon 5/0
16. T. Vio No 0
17. T. Vio No 1
18. T. Vio No 2/0
19. T. Vio No 3/0
20. T. Vio No 4/0

B. Prosedur Permintaan Obat Dan Alat Kesehatan Ke Logistik Farmasi


1. Pengertian:
Prosedur permintaan obat dan alat kesehatan kel logistik farmasi
adalah suatu permintaan obat dan alat kesehatan yang sudah
digunakan oleh pasien dan dibuat oleh perawat kamar bedah
yang sedang bertugas, serta diserahkan kebagian logistik farmasi
untuk didapatkan penggantinya.

32
2. Tujuan :
Agar stok obat dan alkes yang ada di kamar bedah tetap
terpenuhi

3. Prosedur:
Perawat mencatat obat dan alat kesehatan yang sudah digunakan
oleh pasien pada formulir pemakaian obat dan alat kesehatan.

33
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safetya) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:
1. Asesment resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metod-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

34
D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Adverse Eventadalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat
diakitbatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan karena
tidak dapat dicegah.
1. KTD Yang Tidak Dapat Dicegah
Unpreventable Adverse EventadalahSuatu KTD yang terjadi akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
2. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
Near Miss : adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission)tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera
serius tidak terjadi:
a. Karena" keberuntungan"
b. Karena" pencegahan"
c. Karena" peringanan"
3. Kesalahan Medis
Medical Errors :adalah kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.

E. Kejadian Sentinel
Sentinel Event :adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang
sangat tidak diharapkan atau tidak dapatditerima, seperti :operasi
pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata "sentinel" terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi (seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang
serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

35
F. Tata Laksana Keselamatan Pasien
1. Praoperasi
a. Serah terima perawat ruangan yang mengirim pasien antara
lain ; status medis, hasil pemeriksaan penunjang, obat-obatan
(bila perlu) dengan menggunakan formulir yang tersedia.
b. Perawat kamar kamar bedah melakukan identifikasi dengan
memeriksa gelang identitas pasien yang dikenakan dan
menanyakan nama pasien serta tindakan operasi yang akan
dilakukan dengan mencocokkan status medis pasien
c. Data didalam status medis dan hasil pemeriksaan penunjang
dicatat dalam buku register operasi
d. Dokter anestesi melakukan komunikasi dengan pasien
sebelum dilakukan tindakan pembiusan
e. Perawat melakukan pengecekan alat elektromedik terutama
pada elektrocouter (tidak mengeluarkan arus listrik yang
membahayakan pasien)
2. Intra Operasi
a. Melakukan penghitungan kasa pre dan post operasi dengan
benar
b. Bila ada ketidakcocokkan hasil penghitungan kasa antara pre
dan post operasi maka dilakukan penghitungan ulang kembali
c. Bila ada pengambilan jaringan/spesimen untuk pemeriksaan
PA, segera diidentifikasi dengan benar.
3. Pasca Operasi
a. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan disertai
status medis pasien dan cek list yang sudah terisi lengkap
b. Bila ada jaringan atau spesimen yang sudah diambil
informasikan untuk dilakukan pemeriksaan PA

G. Prinsip Kerja di Kamar Bedah


1. Membatasi gerakan tubuh agar bagian yang steril tidak
menyentuh bagian atau alat yang tidak steril.
2. Kuku petugas harus pendek
3. Menjaga jarak yang aman dari alat yang onsteril (minimal 30
cm)
4. Memperhatikan sterilitas bagian-bagian depan dan punggung
badan sebatas pinggang ke atas
5. Selalu menghadap ke area steril
36
6. Posisi tangan paling rendah sebatas pinggang dengan cara
melipat kedua tangan di depan dada
7. Semua petugas terutama yang berada di area steril berbicara
seperlunya
8. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur
9. Mempertahankan sterilitas tangan, dengan cara posisi
tanganberada di dada
10. Sarung tangan dikenakan setelah memakai jas steril
11. Sarung tangan yang dikenakan harus sesuai ukuran tangan
12. Pada saat dan selama memakai sarung tangan, tidak
bolehmenyentuh benda tidak steril
13. Mempertahankan sterilitas daerah depan dan punggung badan
14. Menjaga jarak yang aman dari alat onsteril
15. Jika bersisipan jalan, posisi badan harus saling membelakangi
16. Petugas lain tidak boleh melintas di depan tim bedah yang
sudah memakai baju steril
17. Setiap pergantian operasi, harus mengganti jas operasi
dansarung tangan
H. IKP ( Identifikasi Keselamatan Pasien ) di Kamar Bedah
1. Angka kejadian kesalahan identifikasi pasien
2. Angka kejadian kesalahan jenis operasi
3. Angka kejadian kesalahan posisi
4. Angka kejadian tertinggalnya kain kasa
5. Angka kejadian tertinggalnya instrumen
6. Angka kejadian operasi tanpa spesialis anestesi
7. Angka kejadian operasi dengan kekurangan darah
8. Angka kejadian konsultasi durante operasi
9. Angka kejadian perluasan operasi
10. Angka kejadian kesalahan diagnosis pra operasi

37
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman
penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak
menampakkan gejala.Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari
15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi
HIV.Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara-negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan tasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat
melalui penduduk migran,sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas
tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena
belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit: tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk
menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai
ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia padapendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut
perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakittersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan
prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi.Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
"Kewaspadaan Umum" atau "Universal Precaution" yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman
bagi "Petugas Kesehatan".
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam
secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi,
oleh sebab itu tenagakesehatan wajib menjaga kesehatan dan

38
keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan
masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit
menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
"Universal Precaution".

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja di kamar bedah adalah menjaga higiene sanitasi
individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diri yaitu pelindung kaki, apron/gaun
pelindung, topi, masker, kacamata (pelindung wajah) dan sarung
tangan
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai
7. Pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian
immunisasi/profilaksis (immunisasi hepatitis B)

39
E. Hal-hal Yang Perlu Diketahui Petugas Yang Terpapar
1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan
2. Status kesehatan petugas terpapar
3. Status kesehatan sumber paparan
4. Kebijakan yang ada
5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas paka

40
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit metro


medika dalam memberikan pelayanan di Instalasi Bedah Sentral
adalah :
1. Angka Persentase Tindakan Sectio Cesarea (SC) yang dilakukan pada
Primigravida Usia Kehamilan 37-42 Minggu dengan Bayi Posisi
Normal Tunggal Hidup
2. Angka Kepatuhan Pelaksan Prosedur Site Marking pada Pasien yang
Akan dilakukan Tindakan Operasi
3. Angka Ketidaksesuaian Diagnosis Medik Pre dan Post Operasi
4. Angka Waktu Tunggu Operasi Elektif
5. Angka Kejadian Kematian di Meja Operasi
6. Angka Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Sisi
7. Angka Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Orang
8. Angka Tidak Adanya Kejadian Salah Tindakan Pada Operasi
9. Angka Tidak Adanya Kejadian Tertinggalnya Benda Asing pada
Tubuh Pasien setelah Operasi

Indikator tersebut dilaporkan setiap bulan dalam laporan


kerja bulanan.
Untuk pengendalian mutu pelayanan kamar operasi
dilakukan pemeriksaan swab /sterilisasi dari udara, air dan
instrumen setiap tahun satu kali.

41
BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Kamar Bedah Rumah Sakit


metro medika ini mempunyai peranan penting sebagai pedoman
bagi pelaksanaan kegiatan sehari-hari tenaga keperawatan yang
bertugas di kamar bedah sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan khususnya pelayanan di kamar bedah.
Penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Kamar Bedah ini
adalah langkah awal kesuatu proses yang panjang, sehingga
memerlukan dukungan dan kerjasamadari berbagai pihak dalam
penerapannya untuk mencapai tujuan.

42

Anda mungkin juga menyukai