Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, di
era globalisasi kedudukan di Rumah Sakit menjadi sangat penting dikarenakan tidak hanya
untuk memberikan kesembuhan kepada kliennya, namun merupakan tuntutan masyarakat
dalam hal kualitas, sehingga pelayanan keperawatan sangat menentukan keberadaannya,
untuk itu pengelolaan kasus dibidang keperawatan sangat menjadi penting untuk dijadikan
perhatian para Direktur / Manager Rumah Sakit pada umumnya dan kepala bidang
perawatan pada khususnya.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2015).
Arah perkembangan profesi keperawatan sendiri telah menuntut adanya penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan agar dapat mendukung peningkatan kualitas
penyelenggaraan pendidikan keperawatan. Penataan ini diperlukan pula untuk menetapkan
sistem penempatan dari berbagai jenis tenaga keperawatan, khususnya yang berasal dari
jenjang pendidikan tinggi keperawatan agar dapat melakukan peran dan fungsinya secara
optimal untuk meningkatkan kinerja profesinya melalui kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan (Sitorus, Ratna, 2012).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di
sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan keperawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Keberhasilan sebuah proses manajemen
tergantung dari jenis dan kualitas tanggapan yang berkembang dari para perawat, dimana
upaya-upaya manajemen diterapkan, karena manajemen keperawatan suatu proses bekerja
yang berkesinambungan penting bagi perawat untuk mengetahui teknik manajemen yang
akan mendukung dalam pelaksanaan perawatan terhadap klien seefektif dan seefisien
mungkin serta bertanggung jawab sebagai pemimpin maupun manajer dari diri sendiri,
klien, maupun profesi itu sendiri.
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini yang berorientasi pada
sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab menjadi desentralisasi. Dengan pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab berfokus pada kegiatan koordinasi, memungkinkan
manajemen keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata baik di
rumah sakit maupun dalam komunitas sehingga perawatan perlu memahami konsep dan
aplikasinya.
Program pendidikan profesi Ners khususnya pada stase manajemen keperawatan
merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan kesepakatan kepada mahasiswa untuk
dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat dari materi kuliah manajemen
keperawatan dalam kenyataan di lapangan untuk mengelola pelayanan keperawatan maupun
asuhan keperawatan.

[Type text] Page 1


Berdasarkan latar belakang di atas, maka mahasiswa program pendidikan profesi
STIKES Maluku Husada melakukan program praktik di rumah sakit guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikan sistem manajemen keperawatan di
Ruang Paru-Paru Rumah Sakit Dr. M Haulussy Ambon.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik, mahasiswa mampu menerapkan konsep-konsep
dan prinsip manajemen keperawatan di Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah :
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan berdasarkan
analisis situasi nyata di Ruangan Paru-Paru RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
b. Menetapkan kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama dengan
Kepala Ruangan Paru-Paru RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah.
d. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang
disepakati bersama unit terkait.
e. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, dan dampak pada
manajemen keperawatan.
f. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan
dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Ruangan Paru-Paru
RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
C. Manfaat Penulisan
Laporan Praktik Manajemen keperawatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktik ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk memecahkan
masalah yang bersifat teknis operasional dari satu aspek manajemen pelayanan
keperawatan tertentu, yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara
umum yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi PSIK STIKes Maluku Husada
Memberikan gambaran kondisi nyata di lapangan untuk kedepannya dapat membekali
mahasiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan Rumah Sakit khususnya di bidang
manajemen keperawatan.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip manajemen
keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan manajemen
keperawatan

[Type text] Page 2


D. Gambaran Umum Ruangan Paru-Paru
Ruangan Paru-Paru merupakan salah satu ruangan perawatan yang menerapkan sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP), guna meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan dan kepuasan pasien. Ruangan Paru sebagai Ruangan
percontohan yang diambil untuk dijadikan sebagai model praktik keperawatan profesional
(MPKP).
Ruangan Paru-Paru adalah ruang perawatan yang melayani pasien dengan penyakit
paru- paru seperti Tuberculosis, MDR (Multi Drug Resisten) dan penyakit paru lainnya yang
dilengkapi dengan ruangan isolasi. Ruangan Paru terdiri dari 2 lantai, yaitu :
 Lantai 1 terdiri dari 1 kamar dengan jumlah 2 tempat tidur, bangsal dengan jumlah 8
tempat tidur (4 tempat tidur untuk laki-laki dan 4 tempat tidur untuk wanita), dan ruang
MDR dengan jumlah 3 tempat tidur.
 Lantai 2 terdiri dari 3 kamar dengan masing- masing kamar 1 tempat tidur, bangsal
dengan jumlah 8 tempat tidur (4 tempat tidur untuk laki-laki dan 4 tempat tidur untuk
wanita) , dan ruangan Isolasi dengan jumlah 3 tempat tidur.
1. Visi Ruangan Paru
Visi Ruangan Paru-Paru adalah menjadi pusat pelayanan keperawatan penyakit
paru di Maluku
2. Misi Ruangan Paru
Misi Ruangan Paru-Paru adalah :
a. Menerapkan konsep pemberian obat secara baik dan benar.
b. Memberdayakan masyarakat tentang pentingnya pengobatan TB.
c. Memberikan pelayanan yang baik untuk mempercepat proses peyembuhan dan
menekan angka kematian.
3. Jumlah ketenagaan di Ruangan Paru
a. Tenaga Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Jenis Pelatihan yang diikuti

1 Profesi (Ners) 6 PNS BTCLS, PANI, PPI,


CODEBLUE,
2 S-1 Keperawatan 3 PNS
PELATIHAN EKG
3 D-3 Keperawatan (Amd. Kep) 7 PNS
2 Honor

b. Tenaga Non keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Jenis

1 Ahli Gizi 1 PNS

2 Cleaning Service 2 Kontrak

3 Kesling 0 PNS

[Type text] Page 3


4. BOR Ruangan Paru
Rumus :
( Jumlah hari perawatan dirumah sakit )
x 100 %
( Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari )
43
x 100 % = 0,22 x 100 %=22 %
189
Nilai parameter BOR yang ideal 60-85%. Maka nilai parameter BOR ruang perawatan
Paru-paru termasuk nilai belum ideal karena nilai parameter BOR yang diperoleh yaitu
22%.

[Type text] Page 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2013).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan
terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil (Nursalam, 2013).
Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok
dari keperawatan manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan
profesi mereka. Menurut Gillies (2000), tugas manajer keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan
dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomi
pada pasien.
2. Fungsi manajemen keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing ( pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing
(pengarahan), Controling (pengendalian/evaluasi).
a. Planning (perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya (2004), fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin
fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas
akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program

[Type text] Page 5


yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut.
1) Tujuan perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.
2) Tahap dalam perencanaan
a) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
e) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program
f) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO).
3) Jenis perencanaan
a) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa
kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek
perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu
untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang
langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
b) Perencanaan operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang
akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,
menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap
aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang
untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu
rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang
sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri
dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan.
Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

[Type text] Page 6


4) Manfaat perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c) Memudahkan koordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional
secara jelas
e) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h) Menghemat waktu dan dana
5) Keuntungan perencanaan
a) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang
b) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
b. Organizing ( pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan
usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para
pekerjanya.
1) Manfaat pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya.
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
2) Langkah-langkah pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan

[Type text] Page 7


c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang.
c. Staffing (kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staf, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu
organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses
pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen pengaturan staf adalah sistem kontrol
termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf, rencana
penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK
meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan
perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari
pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang
diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana
pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat
hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga / pasien yang sederhana. Jumlah
dan jenis staf keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah
dan komposisi staf medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus
individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan
pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan
mereka.
Pengaturan staf kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen
beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan
objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan
prosedur tertulis, pengembangan program staf efektif, dan evaluasi periodik
terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan
orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri
pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang

[Type text] Page 8


dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar
untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal
modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang
biasa.
d. Directing (pengarahan)
Pengarahan adalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Fungsi pengarahan bertujuan agar perawat atau staf mampu melaksanakan tugas
sesuai dengan diharapankan. Dalam melakukan pengarahan, kegiatan yang
dilakukan kepala ruangan diantaranya adalah saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, melakukan komunikasi yang
efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Siagian, 2012).
Memberi motivasi merupakan unsur-unsur yang penting dalam pelaksanaan
tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu
dilakukan dalam membangun iklim motivasi diantaranya adalah :
1) Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam tim
untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
2) Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil dengan
cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan semua staf
baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat hubungan.
3) Melakukan pengembangan jenjang karir dan kompetensi para staf.
4) Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah dilakukan
staf.
e. Controling (pengendalian/evaluasi).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
Tujuan dari supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada
pasien dan keluarga yang difokuskan pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan perawat dalam melakukan tugasnya.
Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat
dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil pelayanan asuhan
keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan
mempertahankan kualitas. Langkag-langkah yang dilakukan dalam pengendalian

[Type text] Page 9


meliputi penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan
pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
serta mengambil tindakan korektif.
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan
fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah
diukur, misalnya menepati jam kerja.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
3) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta
alat untuk memperbaiki kinerja.
5) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
6) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
7) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
8) Harus memandang ke depan
9) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
10) Harus objektif
11) Harus fleksibel
12) Harus menunjukkan pola organisasi
13) Harus ekonomis
14) Harus mudah dimengerti
15) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai
kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan
penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan
control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat,
maka akan diperoleh manfaat :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standard atau rencana kerja.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan.

[Type text] Page 10


B. Model Asuhan Keperawatan Profesional
Sistem MAKP adalah kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni : standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP itu sendiri. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas pelayanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan
keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2017).
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat di tentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan
efisien (Nursalam, 2017).
Menurut Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson (2010), ada empat model utama
pengelolaan asuhan keperawatan untuk pemberian asuhan pasien. Kelima model tersebut
adalah : 1) asuhan pasien total, 2) tim dan keperawatan modular, 3) keperawatan primer, dan
4) manajemen kasus.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis &
Huston 1998 dalam Nursalam (2017) ada 4 yaitu metode fungsional, metode kasus, metode
tim dan metode primer. Adapun model pemberian asuhan keperawatan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan pertama pada saat perang duania ke dua. Pada saat itu, karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan
satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua
pasien di bangsal.

Kepala Ruangan

Perawat Perawat : merawat Penyimpanan Kebutuhan


pengobatan luka instrumen Dasar

Paien / klien

Gambar 2.1. Sistem pemberian asuhan keperawatan Fungsional


(Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)

 Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
b. Sangat baik bagi rumah sakit yang kekurangan tenaga.

[Type text] Page 11


c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan merawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
 Kelemahan :
a. Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja.
2. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan
khusus seperti kasus isolasidan perawatan intensif.

Kepala ruangan

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien /klien Pasien/ klien Pasien/klien

Gambar 2.5 Sistem asuhan keperawatan “Case Method Nursing “


(Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)

 Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus.
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda.
 Kekurangan :
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
3. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada
pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.

[Type text] Page 12


Kapala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Gambar 2.2. Sistem pemberian asuhan keperawatan ‘’Team Nursing’’


(Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)
 Konsep Metode Tim :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruangan.
 Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksana proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
 Kelemahan :
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferhensif tim,
yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
 Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan.
 Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi.
 Tanggung jawab kepala ruangan :
a. Perencanaan :
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing

[Type text] Page 13


 Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya.
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
 Membantu membimbing peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian :
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahai 2 ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan . membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat kepada
ketua tim
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
 Identifikasi masalah dan cara penanganannya
c. Pengarahan :
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
 Memberi pujian kepada anggota tim yang menjalankan tugas dengan baik
 Memberi motivasi, dalam peningkatan kemapuan pengatahuan ketrampilan
dan sikap
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada pasien.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

[Type text] Page 14


 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan :
 Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien .
 Melalui supervisi :
1) Pengawasan langsung dilakukan secara inspeksi, mengemti sendiri,
atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hasir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan) mendengar laopran ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
4) Audit keperawatan
4. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus anatara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat .

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP I PP I

PA I PA I
PA 2 PA 2

Pasien Pasien

Gambar 2.3 Bagan pengembangan MPKP (Nursalam, 2017)

[Type text] Page 15


Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat primer

Pasien/klien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat elaksan jika


Evening Nigth diperlukan days

Gambar 2.4 Diagram Asuhan Keperawatan Primer (Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)
 Kelebihan :
a. Bersifat kontinuitas dan komprensif
b. Perawat primer mendapatkan akun tabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.
 Keuntungan yang disarankan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model
primer karan senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komperhensif.
 Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
 Konsep dasar metode primer adalah : adanya tanggung jawab dan tanggung gugat,
ada otonomi, ketertiban pasien dan keluarga.
 Tugas perawat primer :
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komperensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f. Menerima dan mengesuaikan rencana.
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan lembaga sosial di
masyarakat.
i. Membuat jadwal perjanjian klinis.
j. Mengadakan kunjungan rumah.

[Type text] Page 16


 Peran kepala ruangan dalam metode primer :
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf.
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.
 Ketenagaan perawat primer :
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan
pasien.
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.
c. Penugasaan ditentukan oleh kepala bangsal .
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain mampu non profesional
sebagai perawat asisten.
C. Prinsip Manajemen Keperawatan
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keyputusan,pemecahan
masalah yangefektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu dan menyusun perencanaan yang dengan baik
danmelaksanakan terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yangtelah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan focus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan
5. Manajemenkeperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervise, koordinasi, dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawanuntuk memperlihatkan penampilan
kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai.
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan

[Type text] Page 17


prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standard
an memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
D. Bagian-bagian dalam Model Praktik Keperawatan Professional
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari:
1. Perencanaan
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan
visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal -
hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
dilakukan. Jenis - jenis perencanaan terdiri dari:
1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun
untuk 3 sampai 10 tahun.
2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
4) Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
 Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan :
1) Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu
dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai
landasan perencanaan organisasi (Marquis & Houston, 1998).
2) Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi
yang telah ditetapkan (Marquis & Houston, 1998).
3) Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan
jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu (Marquis &
Houston, 1998).
4) Kebijakan Di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan
keputusan (Marquis & Houston, 1998).
5) Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP

[Type text] Page 18


Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana
harian, bulanan dan tahunan :
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing - masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre
conference (Marquis & Houston, 1998).
 Rencana Harian Kepala Ruangan Isi rencana harian Kepala Ruangan
meliputi :
a. Asuhan keperawatan
b. Supervisi Katim dan Perawat pelaksana.
c. Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait.
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
a. Operan
b. Pre conference dan Post conference
c. Mengecek SDM dan sarana prasarana
d. Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus
e. Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
f. Hubungan dengan bagian lain terkait rapat - rapat terstruktur/insidentil
g. Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi.
h. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk
sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien (Marquis &
Houston, 1998).
 Rencana Harian Ketua Tim
 Isi rencana harian Ketua Tim adalah :
a. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawabnya
b. Melakukan supervisi perawat pelaksana
c. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
d. Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas (Marquis & Houston,
1998).
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
a. Operan
b. Pre conference dan Post conference
c. Merencanakan asuhan keperawatan
d. Melakukan supervisi perawat pelaksana
e. Menulis dokumentasi

[Type text] Page 19


f. Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
g. Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas (Marquis &
Houston, 1998).
 Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk
sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat
pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam
satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat
pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Kegiatan
tersebut meliputi antara lain:
a. Operan
b. Pre conference dan Post conference
c. Mendokumentasikan askep
d. Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui
observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian (Marquis &
Houston, 1998).
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada
akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-
masing perawat (Marquis & Houston, 1998).
b) Rencana bulanan
 Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat
pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala
ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan
kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
a. Membuat jadwal dan memimpin case conference.
b. Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
c. Membuat jadwal dinas
d. Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
e. Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
f. Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana.
g. Melakukan audit dokumentasi
h. Membuat laporan bulanan (Marquis & Houston, 1998).
 Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup
rencana bulanan Katim adalah :
a. Mempresentasikan kasus dalam case conference
b. Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

[Type text] Page 20


c. Melakukan supervisi perawat pelaksana (Marquis & Houston, 1998).
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup :
a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
b. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
c. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan–
pelatihan (Nursalam 2011).
 Rencana kegiatan jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP yaitu :
1. Operan
Menurut Alvarad, (1996) dalam Sigit S, (2002), aktivitas komunikasi
berbagi informasi tentang rencana asuhan keperawatan, identifikasi keselamatan
pasien, dan kelanjutan informasi antara perawat pada pergantian sif biasa disebut
operan. Operan sif berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan
keperawatan selama 24 jam. Ada beberapa macam model operan Hawley et all,
(1995) dalam Sigit S, (2002), yaitu model tradisional dan operan disisi tempat
tidur ruangan. Implementasi operan di ruang MPKP berupa komunikasi dan
proses serah terima antara sif pagi, sore, dan malam. Operan dilaksanakan secara
tertulis dan verbal di kantor perawatan ( ners station) dan di lanjutkan ke sisi
pasien guna memvalidasi data.
2. Conference
Conference klinik adalah pengalaman belajar kelompok yang menjadi
bagian integral dari pengalaman klinik (Billings dan Judith,1999) dalam Sigit S,
(2002). Conference merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa
aspek klinik. Ada dua bentuk conference, yaitu pre conference dan spost
conference. Pre dan post conference adalah sesi diskusi kelompok yang
dilakukan sebelum dan sesudah praktik klinik.
Conference dilaksanakan oleh ketua tim dan perawat pelaksana dalam
MPKP. Kegiatan perawat pada Pre conference antara lain berbagi informasi
tentang pengalaman yang akan dihadapi, saling bertanya, mengungkapkan
perhatian dan melakukan klarifikasi tentang rencana kerja atau rencana
intervensi keperawatan. Proses diskusi pada Post conference dapat menghasilkan
strategi efektif dan mengasah kemampuan berpikir kritis untuk merencanakan

[Type text] Page 21


kegiatan pada layanan perawatan selanjutnya agar dapat bersinambungan (Sigit,
2002)
3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, efektif dan psikomotor. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan (Nursalam 2011). Manfaat dari Ronde Keperawatan yaitu :
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c) Terciptanya komunikasi keperawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar (Nursalam 2011).
4. Penerimaan Pasien Baru.
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang komprehensif melibatkan klien dan keluarga, di mana sangat
mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien
dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan
asuahan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien
baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu
ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan (Nursalam 2011).
2. Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas, tujuan organisasi dan daftar
alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di
ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi keperawatan tim
primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana, setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien (Nursalam 2011).
3. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim
motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai pandangan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang

[Type text] Page 22


bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis
& Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas - tugas yang mampu kelola,
jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh
staf, seorang manajer harus melakukan upaya - upaya (Marquis & Houston, 1998)
sebagai berikut :
a. Menciptakan iklim motivasi
b. Mengelola waktu secara efisien
c. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi negosiasi (Marquis & Houston,
1998).
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1) Menciptakan budaya motivasi
2) Manajemen waktu rencana harian
3) Komunikasi efektif melalui kegiatan
4) Operan antar shift
5) Pre conference tim
6) Post conference tims
7) Manajemen konflik
8) Pendelegasian dan supervisi (Marquis & Houston, 1998).
4. Pengendalian
Fayol mendefinisikan kontrol sebagai pemeriksaan apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip -prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengontrolan penting dilakukan
untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isu dapat segera direspon
dengan cara duduk bersama (Robin, 2007).
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah
ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan
dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan
dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit
dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang
akan datang (Robin, 2007).
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Jadi pengendalian
manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan
aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta

[Type text] Page 23


pengevaluasian penampilan, langkah - langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/ pengontrolan meliputi:
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif (Robin, 2007).
E. Komponen - komponen Model Praktek Keperawatan Profesional
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit Hoffart
Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima komponen, yakni :
1. Nilai-nilai profesional
Pengembangan MPKP didasarkan dengan nilai profesional. Nilai-nilai profesional
menjadi komponen utama dari praktik keperawatan profesional. Nilai-nilai seperti
penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk
klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
Keperawatan merupakan profesi yang didasarkan pada caring. Caring mempunyai
makna perhatian, tanggung jawab dan ikhlas menurut Kozier di dalam (Basuki, 2018).
Perawat sebagai suatu profesi dalam menjalankan praktik keperawatan harus sesuai
dengan kode etik 14 keperawatan. Penerapan MPKP ini PP dan PA melakukan kontrak
dengan klien/ keluarga yang merupakan bentuk penghargaan atas harkat dan martabat
manusia. Hubungan antara perawat dan klien terus terbina selama klien dirawat
sehingga klien / keluarga menjadi mitra dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Pendekatan manajemen
Pendekatan manajemen dilakukan untuk mengelola sumber daya yang ada
meliputi : sumber daya manusia, alat, fasilitas, serta menetapkan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK). Model Praktik Keperawatan Profesional menerapkan pendekatan
manajemen tampak pada peran perawat primer (PP) sebagai pembuat keputusan untuk
pasien sebagai manajer asuhan klinik. Kepala ruang mempunyai peran sebagai
fasilitator atau mentor menurut Sitorus 2011 di dalam (Basuki, 2018).
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan mempunyai makna suatu penugasan bagi
tenaga perawat yang digunakan dalam memberikan pelayanan praktik keperawatan pada
klien. Metode tersebut mendeskripsikan falsafah organisasi, strukur, pola ketenagaan
dan klien. Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan profesional, digunakan
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metode kasus, fungsional,
tim dan keperawatan primer. Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang
paling memungkinkan pemberian 15 asuhan keperawatan profesional adalah metode
keperawatan yang menggunakan keperawatan primer.
4. Hubungan profesional
Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional memungkinkan adanya
hubungan profesional antara perawat dan praktisi kesehatan lain. Pemberian asuhan
kesehatan pada klien diberikan oleh beberapa anggota tim kesehatan. Tetapi memiliki
fokus pada pemberian asuhan kesehatan pada klien. Karena banyaknya anggota tim

[Type text] Page 24


kesehatan terlibat, maka diperlukan kesepakatan tentang cara melakukan hubungan
kolaborasi tersebut. Hubungan ini terjadi malalui sistem pendokumentasian klien,
operan tugas jaga, konferensi awal dan akhir serta pada pembahasan kasus.
Konfrensi merupakan suatu pertemuan antar tim yang dilakukan setiap hari yang
bertujuan untuk :
a. Membahas masalah klien berdasarkan recana perawatan yang telah dibuat oleh PP
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA
c. Membahas rencana tindakan keperawatan klien setiap hari
d. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi merupakan salah 16 satu faktor yang dapat
meningkatkan motivasi seseorang. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada
MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada hasil kesepakatan
bahwa layanan keperawatan adalah pelayanan profesional. Notoatmojo, 2009 di dalam
(Basuki, 2018) mengatakan bahwa pemberian kompensasi yang memadai merupakan
bentuk penghargaan organisasi kepada prestasi kerja karyawan yang dapat
meningkatkan periku karyawan sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
F. Karakteristik MPKP
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang mebmberikan asuhan
keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat
Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat
tersebut. Peran dan funsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan
terdapat tanggung jawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra)
Standar renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil observasi, penulisan renpra
sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan 17 mencakup 14 kebutuhan dasar
manusia menurut Potter & Perry, 1997 di dalam (Basuki, 2018).
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat satu
orang perawat profesional yang disebut perawat primer (PP) yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat
Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam
memberikan asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis
pada masa yang akan datang.

[Type text] Page 25


BAB III

PENGKAJIAN, MASALAH DAN INTERVENSI

Pengkajian dilakukan sejak tanggal 21 september 2022 sampai dengan 27 september 2022.
Pengkajian dilakukan terhadap fungsi manajemen di Ruangan Paru dan juga pengkajian
tentang kinerja perawat.
1. Responden
Responden pengkajian adalah kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana serta 15
orang perawat lainnya sehingga jumlah responden secara keseluruhan adalah 18
responden.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah : wawancara, kuesioner, observasi.
3. Sasaran
Sasaran dalam pengkajian ini meliputi area manajemen pelayanan keperawatan di
Ruangan Paru tentang fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian di Ruangan Paru.
4. Hasil Pengkajian
Pengkajian umum tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang ada di
Ruangan Paru. Hasil pengkajian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
A. Analisa Situasi Ruangan
1. SUMBER DAYA MANUSIA (M1-Man)
a. Struktur Organisasi Ruang Paru-paru

KEPALA RUANGAN

Martha M. E. T Pentury, S. Kep.

KETUA TIM I KETUA TIM II

Anjela. Matulessy, Amd. Kep Yulivia. M. Matatula, Amd. Kep

ANGGOTA TIM I ANGGOTA TIM II

1.Siti J. Solissa, S.Kep, Ns 1. Sri Hartuti. S.Kep., Ns

2.Hansina Manusama, Amd. Kep 2. Ns. Agustina Telehala S.kep

3.Veraina Rehatta, Amd. Kep 3. Ns. Wanda Meha S, Kep

4.Marni Maros, S. Kep 4. Feldya Lesnusa, Amd. Kep

5.Natal L. Luarmase, S. Kep, Ns 5. Marsela Sahureka, Amd. Kep

6.Noortje Talapessy, Amd. Kep 6. Olivia Simaow, S.Kep, Ns

7.Indriyati Launuru, Amd. Kep 7. Meigy Tuasela Amd. Kep

8.Berta Pareallo,Keterangan
S. Kep :

= garis komando

[Type text] Page 26


Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 21 September 2022 di Ruangan


Paru terdapat 27 tempat tidur pasien. Ruang Paru dipimpin oleh Kepala ruangan. Di ruangan
paru menggunakan MAKP tim modifikasi, pada shift (24 jam), kepala ruangan, 2 ketua tim
yang berdinas selama 8 jam, 2 perawat asosiate yang berdinas selama 8 jam,13 perawat
pelaksana yang berdinas selama 24 jam dan kepala ruangan.

b. Jumlah tenaga di Ruang Paru-paru


5. Tenaga keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Jenis Pelatihan yang diikuti

1 Profesi (Ners) 6 PNS BTCLS, PANI, PPI,


CODE BULE,
2 S-1 Keperawatan 3 PNS
PELATIHAN EKG
3 D-3 Keperawatan (Amd. 7 PNS
Kep) 2 Honor

6. Tenaga Non keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Jenis

1 Ahli Gizi 1 PNS

2 Cleaning Service 2 Kontrak

3 Kesling 0 PNS

Di ruang Paru-paru, yang sudah menjalani sekolah S1 keperawatan sebanyak 3 orang,


yang sudah menjalani profesi Ners 6 orang, yang sedang menjalani profesi Ners 2
orang, serta DIII Keperawatan 8 orang. Di ruangan sudah dilakukan pelatihan sebagian
perawat , pelatihan yang diberikan seperti: BTCLS, EKG,PPI,PANI, CODE BLUE

[Type text] Page 27


c. Alur masuk pasien
ALUR PASIEN MASUK RUANGAN PARU-PARU

IGD Poliklinik Paru

Di Terima oleh petugas ruangan paru


Penatalaksaan sesuai SOP

Alih Rawat Administrasi

PULANG

B. Visi, Misi, Ruangan Paru

 Visi
“Menjadi pusat pelayanan keperawatan penyakit paru di maluku”

 Misi
a. Menerapkan konsep pemberian obat secara baik dan benar.
b. Memberdayakan masyarakat tentang pentingnya pengobatan TB.
c. Memberikan pelayanan yang baik untuk mempercepat proses peyembuhan
dan menekan angka kematian.

C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari, yaitu tanggal 21 sampai dengan 23
september 2022 dan dilanjutkan tanggal 24 september dibarengi dengan roll play. meliputi 3
komponen utama : (1) tenaga perawat / M1, (2) sarana dan prasarana / M2, dan (3) metode
pemberian asuhan keperawatan / M3. Data yang diperoleh, dianalisis dengan analisa SWOT
sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih 1 sebagai prioritas
masalah.

[Type text] Page 28


2. SUMBER DAYA MANUSIA (M1-Man)
d. Struktur Organisasi Ruang Paru-paru

KEPALA RUANGAN

Martha M. E. T Pentury, S. Kep.

KETUA TIM I KETUA TIM II

Anjela. Matulessy, Amd. Kep Yulivia. M. Matatula, Amd. Kep

ANGGOTA TIM I Anggota tim II


1. Sri Hartuti. S.Kep., Ns
1. Siti J. Solissa, S.Kep, Ns
2. Ns. Agustina Telehala S.kep
2. Hansina Manusama, Amd. Kep
3. Veraina Rehatta, Amd. Kep 3. Ns. Wanda Meha S, Kep
4. Feldya Lesnusa, Amd. Kep
4. Marni Maros, S. Kep
5. Marsela Sahureka, Amd.Kep
5. Natal L. Luarmase, S. Kep, Ns
6. Olivia Simaow, S.Kep, Ns
6. Noortje Talapessy, Amd. Kep
7. Meigy Tuasela Amd. Kep
7. Indriyati Launuru, Amd. Kep
8. Berta Pariallo, S. Kep
Keterangan :

= garis komando

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 21 September 2022 di Ruang


Paru-paru terdapat 27 bed pasien. ruang PARU-PARU dipimpin oleh Kepala ruangan. Di
ruang PARU-PARU menggunakan MAKP tim modifikasi, pada shif (24 jam), kepala
ruangan, 2 ketua tim yang berdinas selama 8 jam, 2 perawat asosiate yang berdinas selama 8
jam,13 perawat pelaksana yang berdinas selama 24 jam dan kepala ruangan.

e. Jumlah tenaga di Ruang Paru-paru


7. Tenaga keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Jenis Pelatihan yang diikuti

1 Profesi (Ners) 6 PNS BTCLS, PANI, PPI,


CODE BULE,
2 S-1 Keperawatan 3 PNS
PELATIHAN EKG
3 D-3 Keperawatan (Amd. 7 PNS
Kep) 2 Honor

[Type text] Page 29


8. Tenaga Non keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Jenis

1 Ahli Gizi 1 PNS

2 Cleaning Service 2 Kontrak

3 Kesling 0 PNS

Di ruang Paru-paru, yang sudah menjalani sekolah S1 keperawatan sebanyak 3 orang,


yang sudah menjalani profesi Ners 6 orang, yang sedang menjalani profesi Ners 2
orang, serta DIII Keperawatan 8 orang. Di ruangan sudah dilakukan pelatihan sebagian
perawat , pelatihan yang diberikan seperti: BTCLS, EKG,PPI,PANI, CODE BLUE

d. Alur masuk pasien


ALUR PASIEN MASUK RUANGAN PARU-PARU

IGD Poliklinik Paru

Di Terima oleh petugas ruangan paru


Penatalaksaan sesuai SOP

Alih Rawat Administrasi

PULANG

2. SARANA DAN PRASARANA (M2- MATERIAL)


Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 20 sampai dengan 23 september
2022.

[Type text] Page 30


a. Lokasi dan Denah Ruangan

MDR
LANTAI I

KP I1 GUDANG WC

Nurse Station

RD B1 B2
R1 R2
C. T

LANTAI II

MDR
KM

GUDAN
R1 I2 I3 I4 T2 WC
G

Nurse Station

K B1 B2
RD KG

Keterangan :
R1: Ruang karu T : Tindakan
R2: Ruang Ganti MDR
R.D: Ruang Dokter K: Kamar cuci tangan
B : Bangsal C T: Cuci tangan
I: Isolasi K. P: Kamar perawat
WC

b. Peralatan dan fasilitas


Sarana dan Prasarana didapatkan dari hasil wawancara dan observasi sebagai
berikut :

[Type text] Page 31


NO. JENIS ALAT Merek Kondisi alat
Jumlah Baik Rusak Rusak
sedang berat
1 Tempat tidur pasien Platinum 27 √ - -
inspiration
2 Meja pasien 27 √ - -
3 Standar O2 3 √ - -
4 troli O2 1 √ - -
5 O2 Transpor tabung 1 √ - -
6 Tensi air raksa One med 4 √ - -
7 EKG 2 √ - -
8 Kursi roda 3 2 - 1
9 Saturasi O2 3 √ - -
10 Sampiran 2 √ - -
11 Nebulizer 3 √ - -
12 Termometer 3 √ - -
13 Infus pump 3 √ - -
14 Manometer 24 √ - -
15 Syrimpump 3 √ - -
16 Lemari troli 2 √ - -
17 O2transport konsentrak 4 √ - -
18 Lampu poto thorax 3 √ - -
19 Bold warmer 2 √ - -

2. Alat non Medik


JUMLAH
NO NAMA BARANG KONDISI
BARANG

1. Ac 14 1 Rusak, 13 baik

2. Cermin 2 Baik

3. Jam dinding 1 Baik

4. Meja makan 20 Baik

5. Lemari 1 Baik

6. Gayung 2 Baik

7. Ember 6 Baik

[Type text] Page 32


8. Closet duduk 2 Baik

9. Keset 10 Baik

10. Papan nama 1 Baik

11. Tempat sampah 8 Baik

12. Rak sepatu 2 Baik

13. Hand rub 2 Baik

14. Papan penunjuk arah 2 Baik

15. Tempat sampah 2 Baik


kecil

16. Kursi pengunjung 27 Baik

3. Linen
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG

1. Sarung bantal putih 27 Baik

2. Sarung bantal hijau 27 Baik

3. Stik laken putih 10 Baik

4. Stik laken hijau 10 Baik

5. Bantal 27 Baik

SUMBER ; Ruangan paru-paru 2022

4. Alat kantor
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG

1. Ordener 20 Baik

2. Pembolong kertas 2 Baik

[Type text] Page 33


3. Bak stempel 1 Baik

4. Telepon 2 Baik

5. Lemari berkas 2 Baik

6. Ners station 2 Baik

7. Kursi perawat 7 Baik

8. Jam dinding 2 Baik

9. Alat tulis 1 Baik

10. Apar 2 Baik

11. Box file 12 Baik

12. Helmet Emergency 4 Baik

13. Televisi 1 Baik

14. Wifi 1 Baik

SUMBER ; Ruangan paru-paru 2022

5. Daftar 5 penyakit terbanyak


N Nama Penyakit Jumlah
O
1 TB PARU 22
2 PNEUMONIA 16
3 CHF 7
4 TB MDR 4
5 PPOK 2
6. Fasilitas untuk petugas kesehatan :
1. Kasur :5
2. Air galon :3
7. Administrasi penunjang
a. Buku register alat :1
b. Buku laporan pasien :2
c. Buku ekspedisi :1
d. Buku BHP :1
e. Buku dokumentasi komunikasi S BAR :1
f. Buku obat :1
g. Buku Briving :1

[Type text] Page 34


h. Buku Bayar :1
i. Buku permintaan Tabung O2 :1
j. Buku Tamu Paru :1
k. Buku Pre dan Post Conference : 1
l. Buku Transfusi :1
m. Buku Rekap GD Stik :1
n. Buku Dokumen SAK :1
1) Sarana penunjang:
a. Sumber listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, diperlukan aliran listrik yang
cukup, sumber listrik dari PLN
b. Sumber air
Sumber air yang digunakan diruang Paru-paru cukup baik untuk memenuhi
kebutuhan air
c. Penerangan
Penerangan diruang Paru-paru sangat baik, setiap ruangan ada lampu penerangan
d. Alat komunikasi
Ruangan belum dilengkapi bel tetapi memiliki iphone
2) Ruang perawatan
a. Fasilitas ruang perawatan
- Ruang Kamar Bangsal dan Isolasi dilengkapi dengan tempat tidur, kursi
penunggu dan juga lemari
- Ruang Paru-paru dilengkapi dengan tempat tidur, kursi penunggu dan juga
almari, Ruang MDR
- WC/kamar mandi
- Gudang
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan
1) Ruang Nurse Station
2) Ruang Kepala Ruang
3) Ruang Perawat
4) Ruang Dokter
5) WC/Kamar mandi

3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-METHOD)


f. Penerapan Model MAKP
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara, observasi dan pembagian
kuesioner dapat disimpulkan bahwa metode pemberian asuhan keperawatan yang
diterapkan di Ruangan paru-paru adalah metode tim.
Sebagai ruangan yang melaksanakan MAKP seharusnya melaksanakan komponen-
komponen yang dilaksanakan pada MAKP dengan benar, antara lain : pre dan post
conference, timbang terima, ronde keperawatan, pengelolaan logistik dan obat,
penerimaan pasien baru, discharge planning, supervisi dan dokumentasi.

[Type text] Page 35


1. Pre dan post conference
Pre confrence merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat sebelum
memulai pelaksanaan asuhan keperawatan setiap sif. Post conference merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk mengevaluasi kegiatan asuhan
keperawatan pada setiap sif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pre conference di Ruangan Paru-Paru sudah
maksimal. Pada saat brifing pagi perawat jaga malam dan jaga pagi berkumpul
dan membahas kondisi pasien dan kondisi-kondisi lain di ruangan selama
berdinas. Pre conference yang benar hanya diikuti oleh perawat yang akan
melanjutkan asuhan pada hari itu. Sebagai contoh, pada dinas pagi maka yang
mengikuti pre conference adalah perawat jaga pagi, demikian juga dengan pre
conference sore dan malam hari. Pre conference dilakukan sesudah timbang
terima. Sedangkan post conference sudah dilakukan di Ruangan Paru-paru, karena
diintegrasikan ketika melakukan operan berikutnya.
2. Timbang Terima
Timbang terima di Ruangan Paru-Paru dilakukan setiap kali pergantian sif (24
jam). Dari hasil observasi dalam pelaksanaan timbang terima sudah menggunakan
format timbang terima sebagaimana yang disarankan belum MAKP yang
dilampirkan di rekam medik pasien. Timbang terima di ruang Paru-Paru sudah
maksimal dilakukan mulai dari nurse station dan kemudian di setiap bed pasien.

3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilakukan untuk membahas masalah pasien yang sudah
terselesaikan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ronde keperawatan
tidak dilakukan di Ruangan Paru-paru.
Masalah : Belum dilaksanakannya ronde keperawatan
4. Pengelolaan Logistik dan Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya perawat. Ruangan
Paru-paru telah melakukan sentralisasi obat dengan baik di mana semua obat-
obatan pasien dikelola oleh perawat, baik obat oral, obat injeksi maupun obat
suppositoria. Obat-obatan pasien dituliskan oleh perawat di dalam buku obat
pasien yaitu jenis obat dan jumlahnya. Pengelolaan obat di Ruangan Paru-paru
dilakukan di ruangan penyimpanan obat.
5. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru di Ruangan Paru-Paru dilaksanakan dengan mengacu
pada 3P yaitu : pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain, peraturan rumah
sakit, penyakit termasuk sentralisasi obat. Setelah perawat menjelaskan hal-hal di
atas, maka perawat meminta pasien atau keluarga untuk menandatangani
penjelasan yang diberikan.
6. Discharge Planning

[Type text] Page 36


Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan discharge planing di Ruangan Paru-Paru
belum dilakukan dengan baik. Discharge planning dilakukan sejak pasien masuk
rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit. Perawat di Ruangan Paru-Paru
melakukan pengisian discharge planning pada saat pasien hendak pulang,
penjelasan yang disampaikan kepada pasien juga sudah menyeluruh sesuai
kebutuhan.
7. Supervisi
Supervisi dilakukan untuk menilai kinerja perawat dengan mengacu kepada suatu
acuan. Kinerja perawat mengacu pada Standar Prosedur Operasional (SPO)
Semua responden (100%) mengatakan tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan SOP. Dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Berdasarkan data yang
diperoleh dari responden, semua perawat (100%) mengatakan dalam pelayanan
ASKEP dilaksanakan sudah sesuai SAK. Supervisi keperawatan di ruangan rawat
inap dilakukan secara berjenjang, di mana kepala ruangan melakukan supervisi
terhadap tugas ketua tim dan juga kinerja perawat pelaksana. Ketua tim
melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana. Supervsi yang baik
menggunakan instrumen supervisi. Pelaksanaan supervisi di Ruangan Paru-paru
hanya dilakukan oleh kepala ruangan. Supervisi yang dilakukan kepala ruangan
hanya secara lisan tanpa menggunakan instrumen supervisi. Supervisi yang
dilaksanakan pun masih bersifat insidentil karena kepala ruangan belum memiliki
jadwal supervisi secara terstruktur. Menurutn data dari hasil pembagian kuesioner
didapatkan data bahwa semua responden (100%) mengatakan bahwa tidak ada
supervise yang terjadwal. Kepala ruangan juga mengatakan bahwa belum ada
jadwal supervise.
Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan supervisi keperawatan.
8. Dokumentasi
Berdasarkan hasil observasi pada rekam medis pasien di Ruangan Paru-Paru
didapatkan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan memiliki belum malksimal.
Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi pada pengkajian belum lengkap, diagnois
keperawatan ditulis sesuai dengan SAK, intervensi dituliskan sesuai SAK,
implementasi dituliskan sesuai dengan intervensi tetapi sebagian perawat belum
memahami cara mengimplementasikan suatu perencanaan, evaluasi dituliskan
sesuai dengan tujuan. Namun ada beberapa dokumentasi yang masih kurang
seperti dokumentasi pada catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), di
mana pada beberapa CPPT penulisan SOAP masih mengulang penulisan SOAP
pada hari-hari sebelumnya.
Masalah: sebagian perawat belum memahami cara mengimplemenasikan suatu tindakan
berdasarkan SAK
4. Keuangan (M4)
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa rumah sakit tidak memberikan dana
operasional kepada Ruangan Paru-paru untuk dikelola sendiri. Hal-hal kecil yang
membutuhkan dana di Ruangan Paru-Paru, dananya bersumber dari perawat di ruangan,

[Type text] Page 37


sedangkan jika hal yang membutuhkan biaya besar, kepala ruangan melakukan
koordinasi kepada bagian terkait.

5. Mutu Pelayanan Keperawatan (M5)


Ruangan Paru-paru telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana
terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya sebagai berikut:
a. Keselamatan Pasien (Pasien Safety)
Secara umum, berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Ruangan Paru-Paru
telah melaksanakan upaya keselamatan pasien, meskipun masih terdapat beberapa
kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu disebabkan karena tidak tersedianya sarana
dan prasarana untuk melakukan upaya tersebut. Sebagai contoh, kekurangan sabun
untuk mencuci tangan, kekurangan masker untuk pasien, di ruang Paru-Paru sudah
tersedia gelang identifikasi. Meskipun terdapat kekurangan sarana prasarana tetapi
tetap melaksanakan upaya keselamatan pasien dengan memaksimalkan yang ada.
b. Angka kejadian decubitus
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan Paru-
Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien dekubitus yang terjadi di rumah
sakit.
c. Kesalahan pemberian obat oleh perawat
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya kesalahan pemberian obat yang
dilakukan oleh perawat.

d. Pasien jatuh
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien jatuh di Ruangan Paru-
Paru.
e. Infeksi nosokomial
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien yang mengalami infeksi
yang didapat di rumah sakit.
f. Flebitis
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien yang mengalami flebitis.

g. Data Layanan

1) TT : Tempat tidur berjumlah 27 buah


2) Bed Occupancy Rate (BOR)
Rumus :
( Jumlah hari perawatan dirumah sakit )
x 100 %
( Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari )

[Type text] Page 38


43
x 100 % = 0,22 x 100 %=22 %
189
Nilai parameter BOR yang ideal 60-85%. Maka nilai parameter BOR ruang
perawatan Paru-paru termasuk nilai belum ideal karena nilai parameter BOR
yang diperoleh yaitu 22%.
Masalah: penggunaan jumlah tempat tidur di ruangan belum sepenuhnya
terpakai
3) Lentgth Op Stay ( LOS )
Rumus :

( Jumlah hari perawatan dirumah sakit dalam periodetertentu )


( Jumlah penderita keluar ( hidup +mati ) )
43
= 5 hari
9
LOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Secara
umum nilai LOS yang ideal adalah antara 3-12 hari.

[Type text] Page 39


BAB IV
ANALISIS , IDENTIIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH DI RUANG PARU-PARU
A. Analisis Fungsi Manajemen Ruangan Paru-paru
1.Angket Tenaga perawat dan Ketua Tim
Dari hasil kuesioner yang dibagikan terhadap 18 perawat sebagai responden di dapatkan
data sebagai berikut :
a. Umur
Distribusi kelompok umur perawat yang ada di ruang perawatan neurologi sebagian
besar perawat yang berdinas di Ruang perawatan paru-paru paling banyak berada
pada kelompok .>40 tahun sebanyak 8 perawat dan <40 tahun sebanyak 10 orang
b. Pendidikan Terakhir
Distribusi Pendidikan Terakhir perawat yang ada di ruang perawatan PARU-PARU
adalah sebagai berikut : tingkat pendidikan Perawat di ruang PARU-PARU
didapatkan 9 orang pendidikan DIII, 6 orang berpendidikan Provesi Ners dan 3
berpendidikan S1 Kep.
c. Lama Bekerja
Distribusi perawat berdasarkan lama bekerja perawat yang ada di ruang perawatan
paru-paru dapat dilihat pada table sebagai berikut : bahwa Perawat di ruang paru-
paru didapatkan 7 orang perawat yang sudah bekerja dalam rentang waktu <10
tahun, dan 11 perawat telah bekerja selama > 10 tahun.

a) Angket Ketua Tim


1) Fungsi manajemen (Perencanaan)
Distribusi fungsi manajemen perencanaan perawat yang ada di ruang perawatan
paru-paru sebagai berikut: fungsi manajemen perencanaan di ruang paru-paru
didapatkan baik dengan persentase (100%) .
2) Fungsi manajemen (Pengorganisasian)
Distribusi fungsi manajemen pengorganisasian perawat yang ada di ruang
perawatan paru-paru dapat dilihat bahwa fungsi manajemen pengorganisasian di
ruang paru-paru didapatkan baik dengan persentase (100%).
3) Fungsi manajemen Pengarahan
Distribusi fungsi manajemen pengarahan perawat yang ada di ruang perawatan
paru-paru bahwa fungsi manajemen pengarahan di ruang paru-paru didapatkan baik
dengan persentase (100%).
4) Fungsi manajemen pengontrolan
Distribusi fungsi manajemen pengarahan perawat yang ada di ruang perawatan
paru-paru menunjukan bahwa fungsi manajemen pengontrolan di ruang paru-paru
didapatkan baik dengan persentase (100%).

b) Angket perawat pelaksana

[Type text] Page 40


1) Planning (Perencanaan)
a) Rencana harian
Berdasarkan data kuesioner yang diperoleh dari 18 responden, didapatkan
hasil perawat mengatakan ‘’YA’’ (90%) dan ‘Tidak’(10%). Dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan paru-paru didapatkan data bahwa perawat
sering menyusun rencana harian. Namun, dari hasil observasi di dapatkan
rencana harian tidak dilakukan secara tertulis
b) SAK disosialisasikan oleh kepala ruangan.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 18 responden, didapatkan hasil
17 perawat mengatakan ‘YA (90%) dan 1 perawat menjawab ‘TIDAK’
(10%). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di dapatkan hasil SAK
telah disosialisasikan dalam ruang Paru-paru.
c) Membaca SAK
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
18 perawat mengatakan ‘’YA’’(100%) yang menjawab membaca SAK
sebelum melakukan tindakan keperawatan. Dari hasil observasi yang di
dapatkan hasil, belum optimal dalam membaca SAK, karena belum di revisi.
d) Penjelasan tugas dan fungsi perawat
Berdasarkan data yang diperoleh dari 15 responden berdasarkan hasil
kuesioner 14 perawat menjawab ‘Ya’ (90%), dan 1 Perawat menjawab
‘’Tidak’’ (10%) menjawab kepala ruangan selalu menjelaskan tugas dan
fungsi dari perawat pelaksana.
e) Jadwal supervise
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
14 perawat mengatakan ‘’Ya’’ (90%) dan 1 perawat menjawab ‘’Tidak’’
(100%), yang mengatakan bahwa supervise tidak terjadwal. Dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan, tidak ada jadwal supervise, namun dari
hasil observasi yang dilakukan supervise tidak pernah dilaksanakan secara
tertulis.
Masalah : Tidak adanya jadwal supervise dari kepala ruangan/ ketua tim
2) Organizing/pengorganisasian
a) Rencana harian dikerjakan secara konsisten
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% perawat menjawab ‘’Ya’’ yang mengatakan rencana harian dikerjaklan
secara konsisten. Namun dari hasil observasi di dapatkan hasil rencana harian
tidak tertulis.
b) Pelayanan ASKEP dilaksanakan sesuai SAK
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
15 orang perawat menjawab ‘’Ya’’ (100%) yang menjawab pelayanan askep
telah dikerjakan sesaui dengan SAK. Namun dari hasil observasi yang
dilakukan, SAK yang digunakan ruangan belum di revisi

[Type text] Page 41


Masalah : SAK yang digunakan merupakan SAK keluaran tahun 2018 dan
belum direvisi

c) Melakukan Tindakan sesuai SOP


Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan
hasil 100% yang mengatakan tindakan telah dilakukan sudah sesuai dengan
SOP.
Masalah: sesuai data kuisioner ditemukan tindakan SOP 100% dilakukan,
namun sesuai data observasi bahwa tindakan SOP belum 100% dan lembaran
SOP tidak berada pada Nurse station
d) Fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat pelaksana
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
90%, yang mengatakan ‘’Ya’’ dan 10% mengatakan ‘’Tidak’’untuk fungsi dan
tanggung jawab sebagai perawat pelakasana.
e) Kepala ruang/ketua tim melakukan supervise sesuai jadwal
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
17 perawat menjawab ‘’Ya’’ (90%), 1 perawat menjawab ‘’TIDAK’’ (10%).
f) Kepala ruangan atau ketua tim memberikan bimbingan dalam pelaksanaan
askep
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% mengatakan ‘’YA’’.
g) Penanggung jawab/manajer kasus/ CCM memberikan bimbngan dalam
pelayanan askep.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
didapatkan hasil 100% mengatakan ‘’YA’’.
h) Terlibat dalam penyususnan jadwal dinas
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
9 perawat menjawab ‘’YA’’ (60%), Dan 6 perawat menjawab ‘’Tidak’’ (40%).
i) Pertimbangan hari raya,hari libur, cuti dalam penyusunan jadwal dinas.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% mengatakan ‘’Ya’’
3) Pengarahan
a) Kepala ruangan melakukan pengarahan tentang pembuatan dan pelaksanaan
rencana harian.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% mengatakan ‘’Ya’’
b) Kepala ruangan/ketua tim melakukan pembimbingan dalam pelaksanaan
ASKEP dan SAK
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% mengatakan ‘’Ya’’
c) Kepala ruangan melakukan bimbingan pelaksanaan tindakan sesuai SOP.

[Type text] Page 42


Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% mengatakan ‘’Ya’’
d) Kepala ruangan / ketua tim mendelegasikan tugas yang berhubungan dengan
pelaksanaan ASKEP kepada anda.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
13 perawat menjawab ‘’Ya’’ (80%), Dan 2 perawat menjawab ‘’Tidak’’ (20%).
e) Pendelegasikan (pelimpahan tugas ) di lakukan secara lisan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
10 perawat mengatalkan ‘’Ya’’(60%), dan 5 perawat mengatakan ‘’Tidak’’
(40%)
f) Pendelegasikan di lakukan secara tertulis
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
13 perawat mengatakan ‘’Ya’’ (80%) dan 2 perawat menjawab ‘’Tidak’’ (20%)
g) Anda melaporakan hasil pendelegasian tugas kepada kepala ruangan / ketua
atau manager kasus
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
900% menjawab’ YA’ dan 10% menjawab ‘Tidak’
h) Kepala ruangan melakukan supervisi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan .
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
90% menjawab ‘Ya’ dan 10% menjawab ‘Tidak’
i) Kepala ruangan / ketua tim memberikan penghargaan (pujian ) atas tugas yang
di selesaikan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
13 perawat menjawab tidak pernah (80%), 2 perawta menjawab ‘Tidak’ (20%)
j) Penanggung jawab/ manager kasus / CCM memberikan penghargaan ( pujian )
atas apa yang di selesaikan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
10 perawta menjawab ‘Ya’ (70%), 5 perawat menjawab ‘Tidak’ (30%)
k. Kepala ruangan / ketua tim memberikan motivasi kepada anda dalam
menyelesaikan tugas
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% menjawab ‘Ya’.
k) Konflik diselesaikan secara musyawarah
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% menjawab ‘Ya’
4) Pengawasan
a) Manajemen RS melakukan evaluasi terhadap kepuasaan perawat.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
11 perawat menjawab ‘Ya’ (60%), 4 perawat menjawab tidak pernah (40%).
b) Manajemen RS melakukan evaluasi terhadap kepuasan pasien dan keluarga
terhadap pelayanan keperawatan di RS

[Type text] Page 43


Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% menjawab ‘Ya’

c) Kepala ruangan mengecek kehadiran di ruangan.


Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100% menjawab ‘Ya’
d) Kepala ruangan/ ketua tim melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
dokumentasi keperawatan.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
e) Kepala ruangan/ ketua tim melakukan bimbingan dan evaluasi pelaksanaan
ASKEP.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan 8
perawat menjawab (80%) dan 2 perawat menjawab kadang-kadang (20%).
5) Penghargaan
a) Apakah perawat baru diorientasikan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
b) Selama orientasi mendapat bimbingan oleh kepala ruangan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
90% menjawab ‘Ya’ dan 10% menjawab ‘Tidak’
c) Manajemen memberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan dan
pendidikan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
9 perawat menjawab ‘Ya’ (70%), 6 perawat menjawab ‘Tidak’ (30%).
d) Kepala ruangan melakukan penilaian terhadap kinerja Anda di ruangan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, dengan hasil
%100 menjawab ‘Ya’
e) Anda diberikan penjelasan tentang kontrak kerja pada saat awal masuk.
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
11 perawat yang menjawab ‘Ya’ (60%) dan 4 perawat yang menjawab ‘Tidak’
(40%)
6) Hubungan professional
a) Mengikuti visite dokter bila kepala ruangan atau perawat primer tidak
ditempat
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 10 responden, didapatkan hasil
100%
b) Kepala ruangan menjadwalkan pertemuan rutin di ruangan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
15 perawat menjawab ‘Ya’ (100%).
c) Melakukan komunikasi dengan tim kesehatan lain sehubungan dengan
pelaksanaan ASKEP kepada pasiens

[Type text] Page 44


Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
15 perawat menjawab ‘Ya’ (100%).
7) Asuhan keperawatan
a) Membaca renpra yang telah dibuat berdasarkan SAK
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
b) Membina hubungan terapeutik dengan klien / keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan kepala ruangan atau penanggung jawab kasus
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi klien / keluarga jika kepala ruangan dan katim tidak ditempat
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
d) Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan RENPRA
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang telah tersedia
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
f) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
g) Mengisi buku registrasi pasien
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
h) Mengomunikasikan kepada kepala ruangan atau penanggung jawab kasus bila
menemukan masalah yang perlu diselesaikan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan dan
tindakan
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
k) Melakukan inventarisasi fasilitas
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
l) Membantu perawat/ tim lain yang membutuhkan

[Type text] Page 45


Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan perawat primer
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan 14
perawat menjawab ‘Ya’ (90%) dan 1 perawat menjawab ‘Tidak’ (10%).
n) Melakukan evaluasi dan melaporkan kepada kepala ruangan atau penanggung
jawab kasus evaluasi dari pasien yang menjadi kelolaannya
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%
o) Melaksanakan tindakan sesuai SPO
Berdasarkan data kusioner yang diperoleh dari 15 responden, didapatkan hasil
100%

a. Analisa SWOT Ruang Paru-Paru


1. Analisa internal
Tabel 4.2
Analisa internal ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M haulussy Ambon
N KEKUATAN (Strength) BOBOT RATING SCORE
O
1 Jumlah TT memadai 0,1 4 0,4
2 Rata-rata perawat sudah memiliki STR dan
0,2 3 0,6
mengikuti BTCLS
3 Pengalaman kerja perawat lebih dari 5 tahun 0,1 4 0,4
4 Metode tim digunakan sebagai metode MAKP 0,1 3 0,3
5 Prosedur program rencana operasional ruangan
0,1 2 0,2
(tahunan, bulan, minggu, harian)
6 Dokumentasi perawat cukup optimal 0,2 3 0,6
7 Sarana untuk petugas terpenuhi 0,1 3 0,3
8 Adanya struktur organisasi ruangan 0,1 2 0,4
9 Jenis ketenagaan
- Profesi Ners 6 orang
- S1 keperawatan 3 orang ( 2 orang mengikuti 0.3 3 1,2
pendidikan profesi Ners
- DIII keperawatan 9 orang
- Pekarya 2

TOTAL 1 27 4.4

N
KELEMAHAN (W) BOBOT RATING SCORE
O
1 Belum optimalnya penerapan SAK 0,2 2 0.4
Pelaksanaan supervise keperawatan belum optimal
2 0,2 3 0,6
dilaksanakan
3 tidak tersedianya MOTO 0,1 3 0.3
4 Tidak terpaparnya SOP pada nurse station 0,1 2 0.2
Belum optimalnya pelaksana tindakan yang sesuai
5 0,1 3 0.3
dengan SOP
6 Belum optimalnya pelaksanaan ronde 0,1 3 0,3
1 16 2,1

[Type text] Page 46


TOTAL

S–W 4.4 – 2,1 2,3

2. Analisa Eksternal
Tabel 4.3
Analisa Eksternal ruangan neurologi RSUD Dr. M haulussy Ambon
NO PELUANG BOBOT RATING SCORE
1 Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan 0,2 2 0,4
kejenjang lebih tinggi
2 Adanya mahasiswa yang melakukan praktek 0,3 3 0,9
3 Kebijakan pemerintah terkait profesionalisme 0,1 3 0,3
perawat
4 Adanya program pelatihan bagi tenaga 0,2 2 0,4
keperawatan
5 Adanya program akreditasi rumah sakit dari 0,2 3 0,6
pemerintah

TOTAL 1 13 2,6

NO ANCAMAN (T) BOBOT RATING SCORE


1 Persaingan antara ruangan lain 0,2 3 0,6
2 Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat yang 0,2 2 0,4
lebih professional
3 Adanya tuntutan dari manajemen rumah sakit 0,2 2 0,4
untuk lebih meningkatkan mutu diruangan
4 Tuntutan dari masyarakat tentang mutu 0,2 2 0,4
pelayanan
5 Adanya pers yanmg dapat memeberikan 0,2 2 0,4
infomasi dengan cepat

TOTAL 1 11 2,2

O–T 2,6 – 2,2 = 0,4

b. Identifikkasi Masalah
Menurut (Ratna Sitorus, 2006 dalam Nursalam, 2012), Setelah diidentifikasi,
selanjutnya masalah tersebut diprioritaskan berdasarkan metode pembobotan dengan
memperhatikan kecenderungan besar dan seringnya masalah tersebut (Magnitude =
Mg), besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv), bisa dipecahkan
(Managebility =Mn), perhatian bidang keperawatan (NursingConcern=Nc) dan
ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)
Dari masing-masing dinilai untuk setiap aspek tersebut, masing-masing askep memiliki
bobot sendiri dengan rentang 1-5 yaitu: (1) Sangat kurang penting, (2) Kurang penting,
(3) Cukup, (4) Penting, (5) Sangat penting.

[Type text] Page 47


Tabel 4.3
Pembobotan Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total
1 Pelaksanaan supervise keperawatan 4 4 4 4 3 768

2 Belum optimalnya penerapan SAK 5 4 4 4 3 960

Belum optimalnya pelaksana tindakan


3 yang sesuai dengan SOP 4 3 4 2 3 288

4 Belum optimalnya pelaksanaan ronde 2 2 3 3 2 108

5 tidak tersedianya Moto 2 2 2 2 2 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui susunan prioritas masalah berdasarkan urutan
dari nilai tertinggi ke nilai terendah, antara lain :

1. Belum optimalnya penerapan SAK (960)


2. Pelaksanaan supervise keperawatan belum optimal dilaksanakan (768)
3. Belum optimalnya pelaksana tindakan yang sesuai dengan SOP (288)
4. Belum optimalnya pelaksanaan ronde (108)
5. tidak tersedianya Moto (100)

Atas dasar pertimbangan waktu, kemampuan kinerja perawat dan fasilitas kesehatan atau
kemampuan atas masalah manajemen keperawatan diRuang Neurologi, maka hanya Tiga
masalah dari 8 masalah yang terindentifikasi, Yaitu :

1. Belum optimalnya penerapan SAK (960)


2. Pelaksanaan supervise keperawatan belum optimal dilaksanakan (768)
3. Belum optimalnya pelaksana tindakan yang sesuai dengan SOP (288)

Pada tanggal 05 september 2022 dilakukan pertemuan bersama dengan kepala ruangan dan
preseptor untuk menentukan masalah yang akan diintervensi, dan atas kesepakatan ditetapkanlah
1 (Satu) masalah yaitu: Pelaksanaan Supervisi Ketua tim kepada Perawat Pelaksana

4. Pemecahan Masalah (POA = Plan of Action)


Tabel 4.4
Pemecahan dan Pemecahan Masalah
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Penanggung Waktu
keberhasilan jawab
1 Pelaksanaan Terlaksananya 1. Membuat Mahasiswa 25
supervise supervisi instrumen 1. Adanya instrumen/ Ners SEPTEMBER
keperawatan sipervisi SOP supervisi 2022
belum optimal 2. Tentukan 2. Adanya pasien
dilaksanakan pasien yang untuk dilakukan
akan dilakukan supervisi
supervisi 3. Supervisi
3. Simulasikan terlaksana sesuai
supervisi dengan apa yang

[Type text] Page 48


diruang perawat
dan kamar diharapkan
pasien
2 Belum Tersedianya Menyusun SAK Karu dan CI 02
optimalnya SAK Tersedianya SAK yang lahan september
Sesuai panduan telah direvisi
penerapan 2022
SAK SDKI,SLKI,SIKI
3 Tidak Menyediakan Tersedianya visi dan Karu dan CI 02
tersedianya beberapa lahan september
Menyusun visi dan misi yang telah dibuat
visi misi fasilitas yang 2022
telah misi ruangan
direncanakan
diruangan

[Type text] Page 49


BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Supervisi
1. Menyusun instrument Supervisi Instrumen Supervisi yang disusun adalah
proposal Supervisi, SOP Tindakan , dan format Penilaian kerja perawat
pelaksana (Terlampir)
2. Menentukan pasien yang akan dilakukan Tindakan untuk Penilaian Supervisi
dan sudah di persiapkan sebelum
3. Menentukan ketua tim dan perawat pelaksana untuk tindakan supervise.
4. Pasien diberikan penjelasan tentang tujuan Tindakan yang akan dilakukan
5. Setelah semuanya disiapkan, maka selanjutnya adalah melaksanakan Supervisii
ketuua tim kepada perawat pelaksana. Roleplay ini dilakukan pada tanggal 29
Agustus 2022 Pelaksanaan Supervisi diikuti oleh seluruh mahasiswa dengan
peranan masing-masing (laporan Supervisi terlampir).
6. Simulasi supervise yang dilakukan disaksikan oleh kepala ruangan, ketua tim,
perawat pelaksana dan preceptor lahan
7. Evaluasi Akhir Preceptor lahan Memberikan arahan, masukan, serta apresiasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan
B. Penyusunan SAK

1. Melihat hasil survey dari ruangan terhadap masalah keperawatan yang sering kali
terjadi pada pasien
2. Menyiapkan panduan buku SDKI, SLKI, SIKI untuk membantu proses penyusunan
SAK
3. SAK disusun sesuai dengan Diagnosa prioritas,
4. Setelah disusun, pada tanggal 12 SEPTEMBER 2022 dilakukan presentasi laporan hasil
pengkajian serta melampirkan SAK, dan dilihat langsung oleh kepala ruangan, ketua
tim, dan preceptor Lahan.
5. SAK berjumlah 17 Diagnosa
6. SAK yang telah dibuat dan diserahkan ke Ruangan Neurologi untuk tindak lanjuti
atau direvisikan dengan Kesepakatan bersama.

50
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan di Ruangan Paru- Paru

RSUD dr. M. Haulussy Ambon, berikut kesimpulan yang dapat ditarik oleh mahasiswa:

1. Temuan masalah pada pengkajian selanjutnya disusun berdasarkan skala prioritas

kemudian diidentifikasi alternatif pemecahannya. Masalah yang menjadi fokus

intervensi ialah pelaksanaan timbang terima yang belum optimal dan belum

dilakukannya ronde keperawatan. Pada saat implementasi telah dilakukan

implementasi berdasarkan prioritas pemecahan masalah yaitu: penyusunan

instrumen timbang terima dan ronde keperawatan, sosialisasi elemen timbang

terima dan ronde keperawatan dan simulasi timbang terima dan ronde keperawatan

di Ruangan Paru- Paru RSUD dr. M. Haulussy Ambon.

2. Kepala ruangan juga memiliki target untuk memastikan pasien dan keluarga

menerima perawatan terbaik, dengan budaya keselamatan pasien (patient safety)

sebagai nilai penggeraknya, sebab itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan

sesuai dengan filosofi keperawatan.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan untuk kemajuan manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Paru-Paru RSUD dr. M. Haulussy Ambon yaitu:

1. Agar kegiatan timbang terima dan ronde keperawatan ini efektif dalam

mengarahkan setiap individu perawat dalam melaksanakan tanggung jawabnya,

perlu dilaksanakan evaluasi pada aspek input, process, dan output.

2. Agar mutu pelayanan yang diharapkan tercapai melalui fungsi pengorganisasian

dan pengarahan yang baik dengan timbang terima dan ronde keperawatan ini,

51
pihak kepala ruangan dan bidang keperawatan menentukan strategi implementasi

yang efektif dan efisien agar dicapai perubahan perilaku perawat dan budaya kerja

sesuai standar. Hal ini demi pencapaian mutu layanan keperawatan yang

ditargetkan oleh Ruangan Paru-Paru dan RSUD dr. M. Haulussy Ambon.

3. Tenaga keperawatan di Ruangan Interna Wanita didominasi oleh perawat-perawat

muda, karenanya perlu untuk mengerahkan energinya untuk membangun

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pribadi yang sesuai dengan etika

keperawatan.

4. Bagi mahasiswa program profesi stase manajemen keperawatan selanjutnya dapat

menggunakan laporan praktik manajemen keperawatan ini sebagai acuan

melaksanakan praktik manajemen keperawatan selanjutnya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Alvarad & Supriyatno Heru, 1996. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC.
Billings & Judith. (1999). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
Yogjakarta.
Grant, AB., & Massey, V. H. 1999. Nursing Leadership, Management, and Research.
Pennsylvania : Springhouse corporation.
Gillies, Douglas. A. 1989. Nursing Management : System Aproaches. Edisi 2. Philadelphia
W. B. Sunders Co.
Herlambang Susanto. 2012. Cara Muda Memahami Manejemen Kesehatan dan Rumah Sakit.
Edisi 1. Jogjakarta.
Huber, D. L. 2006. Leadership and Nursing Care Management 3rd ed .USA : Elsevier.
Rowland. 2007. Nursing Adminitration Hand Book. 4th ed. Maryland : An Aspen Pub.
Hoffart & Woods. 1996. Nursing Management. Preatice Hall Internasional, New York.
Marquis, B. L. & C. J. Huston. 1998. The Managerial Grid. Houston 3rd Ed. New York :
Lipincott - Raven.
MC Laughin. F. E. Thomas, & M. Barter. 1995. “Changes Related to Care Delivery Paterns“
JONA. 25 (5: 20-26).
Muninjaya, A. A.G. 2004. Manajemen Kesehatan. ed 1. EGC. Jakarta.
Nursalam. 2001. Manejemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Pelaksanaan
Profesional. Edisi 1. Jakarta. Salemba Medika.

Nursalam. 2002. Manejemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Pelaksanaan


Profesional. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika.

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. ed. 2.Salemba Medika. Jakarta.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. ed. 3. Salemba Medika. Jakarta.

Putra Syah Candra. Ns.,M.Kep.2017. Buku Ajar Manajemen Keperawatan teori dan aplikasi
praktek. IN MEDIA : Bogor

53
54

Anda mungkin juga menyukai