PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, di
era globalisasi kedudukan di Rumah Sakit menjadi sangat penting dikarenakan tidak hanya
untuk memberikan kesembuhan kepada kliennya, namun merupakan tuntutan masyarakat
dalam hal kualitas, sehingga pelayanan keperawatan sangat menentukan keberadaannya,
untuk itu pengelolaan kasus dibidang keperawatan sangat menjadi penting untuk dijadikan
perhatian para Direktur / Manager Rumah Sakit pada umumnya dan kepala bidang
perawatan pada khususnya.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2015).
Arah perkembangan profesi keperawatan sendiri telah menuntut adanya penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan agar dapat mendukung peningkatan kualitas
penyelenggaraan pendidikan keperawatan. Penataan ini diperlukan pula untuk menetapkan
sistem penempatan dari berbagai jenis tenaga keperawatan, khususnya yang berasal dari
jenjang pendidikan tinggi keperawatan agar dapat melakukan peran dan fungsinya secara
optimal untuk meningkatkan kinerja profesinya melalui kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan (Sitorus, Ratna, 2012).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di
sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan keperawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Keberhasilan sebuah proses manajemen
tergantung dari jenis dan kualitas tanggapan yang berkembang dari para perawat, dimana
upaya-upaya manajemen diterapkan, karena manajemen keperawatan suatu proses bekerja
yang berkesinambungan penting bagi perawat untuk mengetahui teknik manajemen yang
akan mendukung dalam pelaksanaan perawatan terhadap klien seefektif dan seefisien
mungkin serta bertanggung jawab sebagai pemimpin maupun manajer dari diri sendiri,
klien, maupun profesi itu sendiri.
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini yang berorientasi pada
sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab menjadi desentralisasi. Dengan pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab berfokus pada kegiatan koordinasi, memungkinkan
manajemen keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata baik di
rumah sakit maupun dalam komunitas sehingga perawatan perlu memahami konsep dan
aplikasinya.
Program pendidikan profesi Ners khususnya pada stase manajemen keperawatan
merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan kesepakatan kepada mahasiswa untuk
dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat dari materi kuliah manajemen
keperawatan dalam kenyataan di lapangan untuk mengelola pelayanan keperawatan maupun
asuhan keperawatan.
3 Kesling 0 PNS
A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2013).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan
terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil (Nursalam, 2013).
Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok
dari keperawatan manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan
profesi mereka. Menurut Gillies (2000), tugas manajer keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan
dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomi
pada pasien.
2. Fungsi manajemen keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing ( pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing
(pengarahan), Controling (pengendalian/evaluasi).
a. Planning (perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya (2004), fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin
fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas
akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
Kepala Ruangan
Paien / klien
Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
b. Sangat baik bagi rumah sakit yang kekurangan tenaga.
Kepala ruangan
Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus.
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda.
Kekurangan :
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
3. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada
pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
PP I PP I
PA I PA I
PA 2 PA 2
Pasien Pasien
Perawat primer
Pasien/klien
Gambar 2.4 Diagram Asuhan Keperawatan Primer (Bessie L. Marquis & Carol J. Hutson, 2010)
Kelebihan :
a. Bersifat kontinuitas dan komprensif
b. Perawat primer mendapatkan akun tabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.
Keuntungan yang disarankan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model
primer karan senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komperhensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer adalah : adanya tanggung jawab dan tanggung gugat,
ada otonomi, ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer :
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komperensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f. Menerima dan mengesuaikan rencana.
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan lembaga sosial di
masyarakat.
i. Membuat jadwal perjanjian klinis.
j. Mengadakan kunjungan rumah.
Pengkajian dilakukan sejak tanggal 21 september 2022 sampai dengan 27 september 2022.
Pengkajian dilakukan terhadap fungsi manajemen di Ruangan Paru dan juga pengkajian
tentang kinerja perawat.
1. Responden
Responden pengkajian adalah kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana serta 15
orang perawat lainnya sehingga jumlah responden secara keseluruhan adalah 18
responden.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah : wawancara, kuesioner, observasi.
3. Sasaran
Sasaran dalam pengkajian ini meliputi area manajemen pelayanan keperawatan di
Ruangan Paru tentang fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian di Ruangan Paru.
4. Hasil Pengkajian
Pengkajian umum tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang ada di
Ruangan Paru. Hasil pengkajian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
A. Analisa Situasi Ruangan
1. SUMBER DAYA MANUSIA (M1-Man)
a. Struktur Organisasi Ruang Paru-paru
KEPALA RUANGAN
8.Berta Pareallo,Keterangan
S. Kep :
= garis komando
3 Kesling 0 PNS
PULANG
Visi
“Menjadi pusat pelayanan keperawatan penyakit paru di maluku”
Misi
a. Menerapkan konsep pemberian obat secara baik dan benar.
b. Memberdayakan masyarakat tentang pentingnya pengobatan TB.
c. Memberikan pelayanan yang baik untuk mempercepat proses peyembuhan
dan menekan angka kematian.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari, yaitu tanggal 21 sampai dengan 23
september 2022 dan dilanjutkan tanggal 24 september dibarengi dengan roll play. meliputi 3
komponen utama : (1) tenaga perawat / M1, (2) sarana dan prasarana / M2, dan (3) metode
pemberian asuhan keperawatan / M3. Data yang diperoleh, dianalisis dengan analisa SWOT
sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih 1 sebagai prioritas
masalah.
KEPALA RUANGAN
= garis komando
3 Kesling 0 PNS
PULANG
MDR
LANTAI I
KP I1 GUDANG WC
Nurse Station
RD B1 B2
R1 R2
C. T
LANTAI II
MDR
KM
GUDAN
R1 I2 I3 I4 T2 WC
G
Nurse Station
K B1 B2
RD KG
Keterangan :
R1: Ruang karu T : Tindakan
R2: Ruang Ganti MDR
R.D: Ruang Dokter K: Kamar cuci tangan
B : Bangsal C T: Cuci tangan
I: Isolasi K. P: Kamar perawat
WC
1. Ac 14 1 Rusak, 13 baik
2. Cermin 2 Baik
5. Lemari 1 Baik
6. Gayung 2 Baik
7. Ember 6 Baik
9. Keset 10 Baik
3. Linen
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG
5. Bantal 27 Baik
4. Alat kantor
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG
1. Ordener 20 Baik
4. Telepon 2 Baik
3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilakukan untuk membahas masalah pasien yang sudah
terselesaikan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ronde keperawatan
tidak dilakukan di Ruangan Paru-paru.
Masalah : Belum dilaksanakannya ronde keperawatan
4. Pengelolaan Logistik dan Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya perawat. Ruangan
Paru-paru telah melakukan sentralisasi obat dengan baik di mana semua obat-
obatan pasien dikelola oleh perawat, baik obat oral, obat injeksi maupun obat
suppositoria. Obat-obatan pasien dituliskan oleh perawat di dalam buku obat
pasien yaitu jenis obat dan jumlahnya. Pengelolaan obat di Ruangan Paru-paru
dilakukan di ruangan penyimpanan obat.
5. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru di Ruangan Paru-Paru dilaksanakan dengan mengacu
pada 3P yaitu : pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain, peraturan rumah
sakit, penyakit termasuk sentralisasi obat. Setelah perawat menjelaskan hal-hal di
atas, maka perawat meminta pasien atau keluarga untuk menandatangani
penjelasan yang diberikan.
6. Discharge Planning
d. Pasien jatuh
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien jatuh di Ruangan Paru-
Paru.
e. Infeksi nosokomial
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien yang mengalami infeksi
yang didapat di rumah sakit.
f. Flebitis
Selama mahasiswa melakukan pengkajian manajemen keperawatan di Ruangan
Paru-Paru, mahasiswa tidak menemukan adanya pasien yang mengalami flebitis.
g. Data Layanan
TOTAL 1 27 4.4
N
KELEMAHAN (W) BOBOT RATING SCORE
O
1 Belum optimalnya penerapan SAK 0,2 2 0.4
Pelaksanaan supervise keperawatan belum optimal
2 0,2 3 0,6
dilaksanakan
3 tidak tersedianya MOTO 0,1 3 0.3
4 Tidak terpaparnya SOP pada nurse station 0,1 2 0.2
Belum optimalnya pelaksana tindakan yang sesuai
5 0,1 3 0.3
dengan SOP
6 Belum optimalnya pelaksanaan ronde 0,1 3 0,3
1 16 2,1
2. Analisa Eksternal
Tabel 4.3
Analisa Eksternal ruangan neurologi RSUD Dr. M haulussy Ambon
NO PELUANG BOBOT RATING SCORE
1 Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan 0,2 2 0,4
kejenjang lebih tinggi
2 Adanya mahasiswa yang melakukan praktek 0,3 3 0,9
3 Kebijakan pemerintah terkait profesionalisme 0,1 3 0,3
perawat
4 Adanya program pelatihan bagi tenaga 0,2 2 0,4
keperawatan
5 Adanya program akreditasi rumah sakit dari 0,2 3 0,6
pemerintah
TOTAL 1 13 2,6
TOTAL 1 11 2,2
b. Identifikkasi Masalah
Menurut (Ratna Sitorus, 2006 dalam Nursalam, 2012), Setelah diidentifikasi,
selanjutnya masalah tersebut diprioritaskan berdasarkan metode pembobotan dengan
memperhatikan kecenderungan besar dan seringnya masalah tersebut (Magnitude =
Mg), besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv), bisa dipecahkan
(Managebility =Mn), perhatian bidang keperawatan (NursingConcern=Nc) dan
ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)
Dari masing-masing dinilai untuk setiap aspek tersebut, masing-masing askep memiliki
bobot sendiri dengan rentang 1-5 yaitu: (1) Sangat kurang penting, (2) Kurang penting,
(3) Cukup, (4) Penting, (5) Sangat penting.
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total
1 Pelaksanaan supervise keperawatan 4 4 4 4 3 768
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui susunan prioritas masalah berdasarkan urutan
dari nilai tertinggi ke nilai terendah, antara lain :
Atas dasar pertimbangan waktu, kemampuan kinerja perawat dan fasilitas kesehatan atau
kemampuan atas masalah manajemen keperawatan diRuang Neurologi, maka hanya Tiga
masalah dari 8 masalah yang terindentifikasi, Yaitu :
Pada tanggal 05 september 2022 dilakukan pertemuan bersama dengan kepala ruangan dan
preseptor untuk menentukan masalah yang akan diintervensi, dan atas kesepakatan ditetapkanlah
1 (Satu) masalah yaitu: Pelaksanaan Supervisi Ketua tim kepada Perawat Pelaksana
A. Pelaksanaan Supervisi
1. Menyusun instrument Supervisi Instrumen Supervisi yang disusun adalah
proposal Supervisi, SOP Tindakan , dan format Penilaian kerja perawat
pelaksana (Terlampir)
2. Menentukan pasien yang akan dilakukan Tindakan untuk Penilaian Supervisi
dan sudah di persiapkan sebelum
3. Menentukan ketua tim dan perawat pelaksana untuk tindakan supervise.
4. Pasien diberikan penjelasan tentang tujuan Tindakan yang akan dilakukan
5. Setelah semuanya disiapkan, maka selanjutnya adalah melaksanakan Supervisii
ketuua tim kepada perawat pelaksana. Roleplay ini dilakukan pada tanggal 29
Agustus 2022 Pelaksanaan Supervisi diikuti oleh seluruh mahasiswa dengan
peranan masing-masing (laporan Supervisi terlampir).
6. Simulasi supervise yang dilakukan disaksikan oleh kepala ruangan, ketua tim,
perawat pelaksana dan preceptor lahan
7. Evaluasi Akhir Preceptor lahan Memberikan arahan, masukan, serta apresiasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan
B. Penyusunan SAK
1. Melihat hasil survey dari ruangan terhadap masalah keperawatan yang sering kali
terjadi pada pasien
2. Menyiapkan panduan buku SDKI, SLKI, SIKI untuk membantu proses penyusunan
SAK
3. SAK disusun sesuai dengan Diagnosa prioritas,
4. Setelah disusun, pada tanggal 12 SEPTEMBER 2022 dilakukan presentasi laporan hasil
pengkajian serta melampirkan SAK, dan dilihat langsung oleh kepala ruangan, ketua
tim, dan preceptor Lahan.
5. SAK berjumlah 17 Diagnosa
6. SAK yang telah dibuat dan diserahkan ke Ruangan Neurologi untuk tindak lanjuti
atau direvisikan dengan Kesepakatan bersama.
50
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
RSUD dr. M. Haulussy Ambon, berikut kesimpulan yang dapat ditarik oleh mahasiswa:
intervensi ialah pelaksanaan timbang terima yang belum optimal dan belum
terima dan ronde keperawatan dan simulasi timbang terima dan ronde keperawatan
2. Kepala ruangan juga memiliki target untuk memastikan pasien dan keluarga
sebagai nilai penggeraknya, sebab itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan
B. SARAN
1. Agar kegiatan timbang terima dan ronde keperawatan ini efektif dalam
dan pengarahan yang baik dengan timbang terima dan ronde keperawatan ini,
51
pihak kepala ruangan dan bidang keperawatan menentukan strategi implementasi
yang efektif dan efisien agar dicapai perubahan perilaku perawat dan budaya kerja
sesuai standar. Hal ini demi pencapaian mutu layanan keperawatan yang
keperawatan.
52
DAFTAR PUSTAKA
Alvarad & Supriyatno Heru, 1996. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC.
Billings & Judith. (1999). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
Yogjakarta.
Grant, AB., & Massey, V. H. 1999. Nursing Leadership, Management, and Research.
Pennsylvania : Springhouse corporation.
Gillies, Douglas. A. 1989. Nursing Management : System Aproaches. Edisi 2. Philadelphia
W. B. Sunders Co.
Herlambang Susanto. 2012. Cara Muda Memahami Manejemen Kesehatan dan Rumah Sakit.
Edisi 1. Jogjakarta.
Huber, D. L. 2006. Leadership and Nursing Care Management 3rd ed .USA : Elsevier.
Rowland. 2007. Nursing Adminitration Hand Book. 4th ed. Maryland : An Aspen Pub.
Hoffart & Woods. 1996. Nursing Management. Preatice Hall Internasional, New York.
Marquis, B. L. & C. J. Huston. 1998. The Managerial Grid. Houston 3rd Ed. New York :
Lipincott - Raven.
MC Laughin. F. E. Thomas, & M. Barter. 1995. “Changes Related to Care Delivery Paterns“
JONA. 25 (5: 20-26).
Muninjaya, A. A.G. 2004. Manajemen Kesehatan. ed 1. EGC. Jakarta.
Nursalam. 2001. Manejemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Pelaksanaan
Profesional. Edisi 1. Jakarta. Salemba Medika.
Putra Syah Candra. Ns.,M.Kep.2017. Buku Ajar Manajemen Keperawatan teori dan aplikasi
praktek. IN MEDIA : Bogor
53
54