Anda di halaman 1dari 23

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KRITIS SERTA SPESIFIKASI DAN

KOMPETENSI PERAWAT ICU

DOSEN PENGAJAR:
Eva Yustilawati, S.Kep.Ns.,M.Kep.
Musdalifah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. Muslimin M 70300118001
2. Desy 70300118002
3. Triyasni Listia Harun 70300118003
4. Nur Risma 70300118036
5. Darti D 70300118037

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERIODE 2021
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KRITIS SERTA SPESIFIKASI DAN
KOMPETENSI PERAWAT ICU

A. Definisi perawat dan pengertian perawat kritis


1. Definisi perawat
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang kesehatan, mendefinisikan
perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Wianti, 2017).
2. Pengertian perawat kritis
Keperawatan kritis merupakan perawatan yang mengkhususkan pada
hal-hal yang mengancam nyawa. Pasien dengan sakit yang parah beresiko
tinggi untuk mengalami atau berpotensi terhadap kondisi yang mengancam
nyawa. (Black & Jane, 2014) dalam (Astuti, 2020).
Keperawatan perawatan kritis merupakan bidang praktik keperawatan
yang kompleks di mana keahlian klinis, keterampilan klinis, dan praktik
perawatan (AANC, 2014) dalam (Astuti, 2020).
Perawat perawatan kritis adalah praktek dalam pengaturan di mana
pasien memerlukan pengkajian yang kompleks, terapi intensitas tinggi dan
intervensi dan berkesinambungan kewaspadaan keperawatan. Perawat
perawatan kritis mengandalkan tubuh khusus pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman untuk memberikan perawatan kepada pasien dan keluarga dan
menciptakan lingkungan yang menyembuhkan, manusiawi dan peduli (Astuti,
2020).
Pengertian perawatan kritis pada intinya adalah kegiatan yang tidak
hanya menangani keperawatan pada lingkungan yang khusus atau perawatan
yang tidak hanya menangani keperawatan pada lingkungan yang khusus atau
perawatan atau peralatan khusus namun lebih pada proses pengambilan
keputusan dan kemauan untuk mengambil keputusan oleh perawat (Musliha,
2010). Untuk dapat mencapai hal tersebut maka seorang perawat yang

1
bertugas di bagian kekritisan haruslah memiliki kemampuan pengetahuan
mengenai fisiologi dan patofisiologi tubuh, proses keperawatan, dasar
pengetahuan untuk dapat menginterpretasikan dan dapat berespon terhadap
masalah-masalah klinis dengan keterampilan yang tinggi (Astuti, 2020).
B. Peran perawat kritis
Menurut Musliha (2010) dalam (Astuti, 2020) peran perawat kritis yaitu:
1. Support hidup
2. Monitoring pasien kritis dan respon pasien terhadap tindakan yang diberikan
3. Mencegah komplikasi
4. Penatalaksanaan infeksi Noskominal
5. Perhatian pada kenyamanan pasien dan
6. Dapat mengerti, bekerjasama dan memberi informasi dan penyuluhan pada
keluarga.
C. Fungsi perawat kritis
Fungsi perawat kritis menurut (Astuti, 2020) adalah sebagai berikut :
1. Life Saving atau menyelamatkan kehidupan
2. Meningkatkan kualitas hidup
3. Mempertahankan fungsi organ
4. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pada pasien
5. Mencegah perburukan kondisi
D. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan
perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek
fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan
keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya
dengan perawatan intensif oleh karenanya memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan
fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya
(Indrawati, 2018).

2
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di
Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di
bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus
yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia (Indrawati, 2018).
E. Tujuan perawatan intensif di ICU
Menurut (Astuti, 2020) terdapat beberapa tujuan dari ICU yaitu sebagai
berikut :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi
dan monitoring yang ketat, disertai kemampuan menginterpretasikan setiap
data yang didapat dan melakukan tindak lanjut
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian dan kecatatan pasien kritis dan mempercepat
proses penyembuhan pasien
F. Spesifikasi perawat ICU
Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama yaitu,
life support, memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat pengobatan
dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, diperlukan satu
perawat untuk setiap pasien dengan pipa endotrakeal baik dengan menggunakan
ventilator maupun yang tidak. Di Australia diklasifikasikan empat kriteria dan
spesifikasi perawat ICU yaitu perawat ICU yang telah mendapat pelatihan lebih
dari dua belas bulan ditambah dengan pengalaman, perawat yang telah mendapat
latihan sampai dua belas bulan, perawat yang telah mendapat sertifikat pengobatan
kritis (critical care certificate) dan perawat sebagai pelatih (trainer) (Indrawati,
2018).
Di Indonesia, ketenagaan perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan

3
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit. Dalam putusan
tersebut spesifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen terhadap waktu (Indrawati, 2018). Uraian spesifikasi ketenagaan
berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Spesifikasi Perawat ICU
Strata/Klasifikasi Pelayanan
No Jenis Tenaga
Primer Sekunder Tersier
1. Kepala ICU a. Dokter spesialis a. Dokter Dokter intensivis
anestesiologi intensivis
b. Dokter spesialis b. Dokter
lain yang terlatih spesialis
ICU (jika belum anestesiologis
ada dokter (jika belum
spesialis ada dokter
anestesiologi) intensivis)
2. Tim Medis a. Dokter spesialis a. Dokter a. Dokter
sebagai konsultan spesialis (yang spesialis (yang
(yang dapat dapat dapat
dihubungi setiap memberikan memberikan
diperlukan) pelayanan pelayanan
b. Dokter jaga 24 setiap setiap
jam dengan diperlukan diperlukan
kemampuan b. Dokter jaga 24 b. Dokter jaga 24
resusitasi jantung jam dengan jam dengan
paru yang kemampuan kemampuan
bersertifikat ALS/CLS, dan ALS/CLS, dan
bantuan hidup FCCS FCCS

4
dasar dan bantuan
hidup lanjut
3. Perawat Perawat terlatih yang Minimal 50% dari Minimal 75% dari
bersertifikat bantuan jumlah seluruh jumlah seluruh
hidup dasar dan perawat di ICU perawat di ICU
bantuan hidup lanjut merupakan merupakan
perawat terlatih perawat terlatih
dan bersertifikat dan bersertifikat
ICU ICU
4. Tenaga non a. Tenaga a. Tenaga a. Tenaga
kesehatan administrasi di administrasi di administrasi di
ICU harus ICU harus ICU harus
mempunyai mempunyai mempunyai
kemampuan kemampuan kemampuan
mengoperasikan mengoperasika mengoperasik
komputer yang n komputer an komputer
berhubungan yang yang
dengan masalah berhubungan berhubungan
administrasi. dengan dengan
b. Tenaga pekarya masalah masalah
c. Tenaga kebersihan administrasi. administrasi.
b. Tenaga b. Tenaga
pekarya laboratorium
c. Tenaga c. Tenaga
kebersihan kefarmasian
d. Tenaga
pekarya
e. Tenaga
kebersihan

5
f. Tenaga rekam
medik
g. Tenaga untuk
kepentingan
ilmiah dan
penelitian

G. Standar kompetensi perawat ICU


Menurut buku Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit, Direktorat
Bina Upaya Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, Direktorat Jendral
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, untuk dapat memberikan
pelayanan sesuai dengan kompleksitas pasien di ICU maka dibutuhkan perawat
yang memiliki kompetensi klinis ICU (Gafir, 2021). Standar kompetensi minimal
atau dasar dan khusus atau lanjutan yang harus dimiliki oleh perawat ICU sebagai
berikut :
Tabel 2. Kompetensi Perawat ICU
KOMPETENSI DASAR MINIMAL KOMPETENSI KHUSUS/LANJUTAN
1. Memahami konsep keperawatan 1. Seluruh kompetensi dasar no. 1 s/d 23
intensif 2. Mengelola pasien yang menggunakan
2. Memahami issue etik dan hukum pada ventilasi mekanik
perawatan intensif 3. Mempersiapkan pemasangan kateter
3. Mempergunakan keterampilan arteri
komunikasi yang efektif untuk 4. Mempersipkan pemasangan kateter
mencapai asuhan yang maksimal vena sentral
4. Melakukan pengkajian dan 5. Mempersiapkan pemasangan kateter
menganalisa data yang didapat arteri pulmonal
khususnya mengenai : henti nafas dan 6. Melakukan pengukuran curah jantung
jantung, status pernafasan, gangguan 7. Melakukan pengukuran tekanan vena
irama jantung, status hemodinamik sentral

6
pasien dan status kesadaran pasien. 8. Melakukan persiapan pemasangan
5. Mempertahankan bersihan jalan nafas Intra Aortic Baloon Pump (IABP)
pada pasien yang terpasang Endo 9. Melakukan pengelolaan asuhan
Tracheal Tube (ETT) keperawatan pasien yang terpasang
6. Mempertahankan potensi jalan nafas IABP
dengan menggunakan ETT 10. Melakukan persiapan pemasangan alat
7. Melakukan fisioterapi dada hemodialisis, hemofitrasi (Continous
8. Memberikan Terapi inhalasi Arterial Venous Hemofiltration
9. Mengukur saturasi oksigen dengan [CAVH]/ Continous Venous Venous
menggunakan pulse oximetri Hemofiltration [CVVH]
10. Memberikan terapi oksigen dengan 11. Melakukan pengelolaan pengukuran
berbagai metode tekanan intra kranial
11. Melakukan monitoring hemodinamik 12. Melakukan pengelolaan pasien yang
non invasive terpasang kateter invasive (Arteri line,
12. Memberikan BLS (Basic Life Support) Cup line, kateter Swan Ganz)
dan ALS (Advanced Life Support) 13. Melakukan pengelolaan pasien yang
13. Melakukan perekaman menggunakan terapi trombolitik
eloktrokardiogram (EKG) 14. Melakukan pengukuran PETCO2
14. Melakukan interpretasi hasil rekaman (Konsentrasi CO2 pada akhir
EKG : ekspirasi).
a. Gangguan Sistem Konduksi
b. Gangguan Irama
c. Pasien dengan gangguan
miokard (iskemik, injury dan
infark)
15. Melakukan pengambilan contoh darah
untuk pemeriksaan analisa gas darah
(AGD)
16. Melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan AGD

7
17. Melakukan pengambilan terhadap
hasil analisa untuk pemeriksaan
elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil
analisa gas darah yang tidak normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto
thorax
20. Melakukan persiapan pemasangan
Water Seal Drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian terapi
melalui syringe pump dan infus pump
22. Melakukan pengelolaan pasien dengan
nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien dengan
terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien dengan
sindroma koroner akut
25. Melakukan penanggulangan infeksi
nosokomial di ICU

H. Ruang lingkup ICU (ruang perawatan intensif)


Ruang lingkup pelayanan ruang Intensif Care Unit (ICU), menurut Kemenkes
(2011) dalam (Astuti, 2020) meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan pelaksanaan spesifik problema dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic

8
4. Serta memeberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya
sangat bergantung pada alat/mesin dan orang lain

Pelayanan yang diberikan di ICU pun meliputi pengelolaan pasien,


administrasi unit, pendidikan dan penelitian. Pengelolaan pasien dilakukan
langsung oleh dokter intensivis dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total
pada pasien sakit kritis. Sebelum pasien masuk ke ICU, dokter yang merawat
pasien di ICU harus mengevaluasi keadaan pasien terlebih dahulu berdasarkan
keilmuaannya. Seorang kepala ICU akan memberikan evaluasi menyeluruh,
membuat kesimpulan, serta memberikan instruksi tertulis terhadap anggota tim
dengan mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya. Kepala ICU akan
berkonsultasi dengann konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-usulan
dari anggota tim lainnya. Karena ICU memiliki keterbatasan tempat tidur, maka
pentingnya melakukan prioritas serta indikasi masuk ICU. Setiap dokter yang
hendak pasiennya dirawat di ICU harus memperhatikan indikasi masuk ICU dengan
benar sehingga tidak terjadi penempatan pasien yang salah (Astuti, 2020).
I. Klasifikasi pelayanan ICU
Menurut (Astuti, 2020) pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
yaitu :
1. ICU Primer: Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada
pasien yang memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan
intensif mampu melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan ventilasi
bantu 24-48 jam. Kekhususan yang dimiliki ICU primer yaitu :
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat,
dan ruang rawat pasien lain
b. Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar
c. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala
d. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru
e. Konsulen yang membantu harus siap dipanggil
f. Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat

9
pelatihan perawatan intensif, minimal satu orang per shift
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
rontgen untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
2. ICU Sekunder: Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus
mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan
hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU
sekunder yaitu :
a. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruang rawat lain
b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan
c. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi
setiap saat bila diperlukan
d. Memiliki seorang Kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif
care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang
bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal
mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan
hidup lanjut)
e. Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan
minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama
3 tahun
f. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan
dalam batas tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha
penunjang hidup
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
Rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi
3. ICU Tersier: Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek
perawatan intensif, mampu memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk
dukungan atau bantuan hidup multi system yang kompleks dalam jangka
waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan bantuan renal

10
ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasive dalam jangka waktu
yang terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU tersier yaitu :
a. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
b. Memilik kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan
c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap
saat bila diperlukan
d. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau
dokter ahli konsultan intensif care yang lain, yang bertanggung jawab
secara keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi
jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
e. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama tiga
tahun
f. Mampu melakukan semua bentuk pemantuan dan perawatan intensif
baik invasive maupun non-invasif
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
Rontgen untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medic dan
perawat agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien
i. Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga
rekam medic, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.

11
INTEGRASI KEISLAMAN

Bimbingan rohani islam bagi pasien merupakan pelayanan yang memberikan


sentuhan rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan do’a, cara
bersuci, shalat dan amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam keadaan sakit (Bina
Rohani, 1998:6) dalam (Sholihah, 2019). Adz-Dzaky (2001:185) dalam (Sholihah,
2019) mengatakan bahwa sumber bimbingan, nasihat dan obat untuk menanggulangi
permasalahan-permasalahan adalah al-Qur’an. Sebagai mana firman Allah SWT:

‫آخ ُر َد ْع َواهُ ْم َأ ِن ْال َح ْم ُد‬


ِ ‫ك اللَّهُ َّم َوتَ ِحيَّتُهُ ْم ِفيهَا َساَل ٌم ۚ َو‬
َ َ‫َد ْع َواهُ ْم ِفيهَا ُسب َْحان‬
َ ‫هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (orang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman”.(Q.S. Yunus, 10:57)

Materi bimbingan rohani Islam tentunya bersumber dari kitab suci yang menjadi
pedoman dan tuntunan hidup umatnya. Al-Qur’an didalamnya merupakan bimbingan
bagi manusia, sebagai mana ditegaskan:

َ ُ‫ين يَ ْع َمل‬
‫ون‬ َ ِ‫ ِم ْن لَ ُد ْنهُ َويُبَ ِّش َر ْال ُمْؤ ِمن‬t‫قَيِّ ًما لِيُ ْن ِذ َر بَْأسًا َش ِدي ًدا‬
tَ ‫ين الَّ ِذ‬
‫ت َأ َّن لَهُ ْم َأجْ رًا َح َسنًا‬ ِ ‫الصَّالِ َحا‬
Artinya :”sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapatkan
pembalasan yang baik” (QS. Al Kahfi :

12
Ayat diatas dapat dijadikan pedoman bahwa materi yang disampaikan
rohaniawan itu bertujuan untuk member bimbingan atau pengajaran ilmu kepada mad’u
(pasien) antara lain menyampaikan kabar gembira, peringatan, dan anjuran beramal
saleh. Materi bimbingan baik dari al-Qur’an maupun alHadist yang sesuai untuk
disampaikan kepada pasien diantaranya mencakup aqidah, akhlak, ahkam, ukhuwah,
pendidikan dan amal ma’ruf nahi munkar. Sementara menurut Salim, materi bimbingan
psikospiritual pasien antara lain cobaan adalah sunnatullah sejak zaman dahulu,
penyakit adalah nikmat dan anugerah Allah, kebahagiaan bagi orang yang sedang sakit,
menerima ketentuan Allah dengan sabar, tawakal dan lapang dada, dan setiap penyakit
ada obatnya (Sholihah, 2019).

13
ANALISIS JURNAL
1. Judul Artikel
Eksplorasi Peran Perawat dsn Ahli Gizi dalam Pemberian Nutrisi pada Pasien Kritis
2. Kata Kunci (Keywords)
Peran perawat, peran multidisipliner tim, nutrisi care
3. Penulis
Angela Dwi Pitri, Suhartini Ismail, Meira Erawati
4. Instansi Terkait
Magister Keperawatan Departemen Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Diponegoro
5. DOI/ISSN
e-ISSN 2548-7051
6. Nama Jurnal dan Tahun Terbit
Nama jurnal : Jurnal perawat Indonesia
Tahun terbit : 2019
7. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pandangan perawat dan ahli gizi tentang
peran mereka dalam gizi.
8. Format Isi Artikel
P Perawat dan ahli gizi Rumh Sakit

I Jurnal ini merupakan bukan penelitian intervensi melainkan sebuah jurnal yang
menggambarkan pengalaman perawat dalam memberikan perwatan terkait
pemberian nutrisi pada pasien kritis
C Tidak terdapat intervensi pembanding pada jurnal ini

O Hasil wawancara yang telah di lakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Peran perawat dalam pemberian nutrisi
2. Memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan

14
3. Peran ahli gizi dan perawat dalam dukungan nutrisi
T Peneliti melakukan wawancara dengan responden dengan durasi wawancara kurang
lebih 60 menit setiap 1 orang responden.

9. Telaah Step 1 (Fokus Penelitian)


Problems Kesuksesan dukungan nutrisi pasien terletak pada kesinambungan antara
terapi obat, perawatan, diet dan peran interdisipliner tim diantaranya
perawat dan ahli gizi.
Malnutrisi menjadi masalah umum selama perawatan dirumah sakit yang
berdampak negatif terutama peningkatan biaya perawatan yang dapat
merugikan pasien.
Penelitian melaporkan prevalensi tingkat internasional malnutrisi rumah
sakit sebanyak 19-60% angka kejadian. Prevalensi malnutrisi rumah sakit
di Australia sebesar 35-63% dan malnutrisi rumah sakit di indonesia
sebesar 61.1%. Sebuah studi di Indonesia melaporkan malnutrisi
mendorong peningkatan Length of Stay (LOS) 4-7 hari dengan status
malnutrisi 31,8%, LOS 8-14 hari dengan status malnutrisi 33,7% dan LOS
≥ 14 hari dengan status malnutrisi 61,1%.
Pasien kritis biasanya akan diberikan makanan dalam bentuk cair melalui
NGT. Makna nutrisi tidak hanya sebatas makanan masuk ke tubuh pasien.
Tetapi, bagaimana makanan dapat memaksimalkan proses penyembuhan
pasien. Oleh karena itu, nutrisi pasien kritis dikelola oleh multidisiplin
ilmu. Seperti dokter, apoteker, ahli gizi dan perawat (Pitri et al., 2019).
Intervention Jurnal ini tidak termasuk penelitian yang berbasis intervensi melainkan
jurnal yang menggambarkan pengalaman perawat dalam memberikan
perwatan terkait pemberian nutrisi pada pasien kritis
Compariso Tidak terdapat intervensi pembanding pada jurnal ini
n

15
Intervention
Outcome Hasil wawancara yang telah di lakukan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran perawat dalam pemberian nutrisi
Dalam penelitian ini, perawat berpendapat bahwa mereka menjadi
manager dalam manajemen nutrisi pasien setiap hari.Perawat
melakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi resiko malnutrisi,
mengawasi waktu makan pasien, menyediakan akses masuknya
makanan dan mengevaluasi makanan yang diserap. First line
digambarkan sebagai kemandirian perawat dalam mengelolan
managemen nutrisi sesuai dengan peran dan tanggungjawab
profesional perawat.
2. Memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan
Perawat menganggap penting untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung supaya pasien dapat beradaptasi ketika kontak dengan
makanan baru. Perawat fokus pada kenyamanan pasien selama
pemberian makan, perawat meminimalisir lingkungan yang
mengganggu saat makan dan mendorong partisipasi keluarga dalam
pemberian makan.
3. Peran ahli gizi dan perawat dalam dukungan nutrisi
Ahli gizi sebagai konselor dan perawat sebagai asesor. Ahli gizi
berpendapat bahwa mereka memiliki kewenangan terkait segala sesuatu
tentang gizi dan perawat berpendapat bahwa dirinya adalah asesor
yang bertanggungjawab mengkaji terus menerus untuk mengetahui
perubahan status nutrisi pasien (Pitri et al., 2019).
Time Peneliti melakukan wawancara dengan responden dengan durasi
wawancara kurang lebih 60 menit setiap 1 orang responden.

10. Telaah Step 2 (Validitas)

16
Recruitment 1. Metode penelitian
Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologis yang
menghadirkan peran perawat dan ahli gizi dalam mendukung nutrisi
pasien kritis melalui sumber informasi dari perawat dan ahli gizi
melalui wawancara mendalam dengan teknik wawancara semi-
terstruktur. Pendekatan kualitatif bermanfaat membantu peneliti
menggali informasi terkait peran perawat dan ahli gizi pada
perawatan Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif studi
intensif
2. Penentuan sampel
Data penelitian diambil di ruang ICU rumah sakit umum daerah di
kabupaten Semarang Indonesia. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara mendalam yang dilakukan kepada lima perawat dan satu
ahli gizi.
3. Kriteria Inklusi-Ekslusi
Tidak dijelaskan kriteria insklusi dan ekslusi pada penelitian ini
Maintenance Pendekatan kualitatif bermanfaat membantu peneliti menggali informasi
terkait peran perawat dan ahli gizi pada perawatan intensif.
Measurement 1. Alat pengumpulan data
Media bantu peneliti yaitu aplikasi recorder yang tersedia di
handphone. Wawancara dipandu kuesioner yang terdiri dari 10
pertanyaan dengan teknik wawancara semiterstruktur
2. Uji statistic yang digunakan
Analisis data menurut panduan interpretive phenomenological
analysis (IPA) dengan pendekatan giving voice dan making sence
untuk mencapai pemahaman.
3. Hasil pengukuran
Total partisipan 6 orang yang terdiri dari lima orang perawat dan
satu orang ahli gizi, rentang lama bekerja 1,5 – 18 tahun, laki-laki

17
(n=3), wanita (n=3) dengan status pendidikan ditingkat sarjana (n=5)
dan tingkat diploma (n=1). Hasil wawancara ditemukan 3 tema, yaitu
perawat berperan sebagai; 1) First line dalam dukungan nutrisi, 2)
memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan, 3)
Ahli gizi sebagai konselor dan perawat sebagai asessor (Pitri et al.,
2019).

11. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)


a. Adanya sumber daya manusia
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara pada petugas kesehatan di ruang ICU rumah sakit umum daerah
di kabupaten Semarang . Dalam penelitian ini sumber daya manusia cukup
memadai karena dukungan dari isntansi dan pihak pihak terkait. Jumlah
partisipan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang perawat dan satu ahli gizi.
b. Biaya
Dalam jurnal tidak di jelaskan biaya penelitian bersal dari mana
c. Kebijakan
Peneliti memiliki akses penuh dalam mengumpulkan data dimana data data
penelitian diambil di ruang ICU rumah sakit umum daerah di kabupaten
Semarang Indonesia. Dalam penelitian peneliti telah memnuhi etika
penelitian yaitu dengan tidak mneyebutkan nama dari responden. Penelitian
ini telah di publikasikan dan dapat di akses di internet, sehingga layak untuk
dijadikan referensi bagi masyarakat karena telah mendapat izin dan telah ada
ISSN- nya yang berarti telah di akui.
d. Hasil
Perawat bertanggungjawab agar target nutrisi tercapai yang meliputi kualitas
dan kuantitas. Perawat berperan sebagai first line merupakan gambaran
seorang manager yang memiliki otonomi dalam mengatur diri sendiri
mengelola nutrisi. Perawat memaksimalkan asupan nutrisi dengan
memodifikasi lingkungan membuat pasien senyaman mungkin serta

18
melibatkan keluarga, kemudian perawat sebagai asesor berinteraksi dengan
ahli gizi sebagai konselor. Perawat dan ahli gizi saling berinteraksi dan
saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan ahir didefinisikan sebagai
kolaborasi interdisipliner.
12. Kelebihan dan Kekurangan Artikel
a. Kelebihan artikel
1) Para responden yang di lakukan wawancara memberikan informasi
yang detail terkait pengalaman mereka dalam merawat pasien dan cara
mereka memnuhi nutrisi pasien sehingga peneliti mendapatkan
infromasi yang akurat dari para responden.
2) Peneliti dalam penelitian ini mejelaskan dengan detail metode
penelitian yang digunakan, alat-alat yang digunakan dalam melakukan
penelitian, uji statistik dan hasil pengukuran yang telah peneliti lakukan
3) Dalam penelitian menjelaskan bagaimana kolaborasi antara perawat dan
ahli gizi dalam menuhi kebutuhan dasar pasien yaitu kebutuhan nutrisi
pasien
b. Kekurangan
1) Dalam peneliti tidak menjelaskan kriteria inklusi dan eksklusi
penentuan responden pada penelitian ini
2) Dalam penelitian ini tidak dijelaskan berapa lama penelitian dilakukan,
hanya mnejelaskan durasi wawancara setiap 1 orang responden
3) Yang menjadi reponden pada penelitian ini masih sedikit
13. Implikasi Jurnal
a. Kolaborasi pemberian nutrisi kepada pasien khususnya di ruangan intensif
seperti ICU sangat di perlukan untuk mencegah malnutrisi dimana ahli gizi
yang berperan sebagai konselor dan perawat sebagai asesor. Ahli gizi yang
mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan menghitung jumlah dan konsistensi
nutrisi yang diperlukan pasien. Sedangkan perawat yang akan memberikan
nutrisi yang diberikan oleh ahli gizi , selain itu perawat yang memonitorin
pasien.

19
b. Perawat perlu memahami bahwa pasien tidak terbiasa dengan makanan di
rumah sakit dan juga pasien tidak terbiasa dengan lingkungan sekitar pasien,
untuk itu perlunya perawat memodifikasi lingkungan agar pasien merasa
nyaman pada saat makan
c. Salah satu peran perawat adalah kolaborasi, perlu untuk melakukan
kolaborasi antara petugas kesehatan lainnya contohnya dengan ahli gizi demi
pelayanan kesehatan yang baik di rumah sakit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H. S. & V. W. (2020). Buku Ajar Keperawatan Kritis: Pendekatan Evidence


Base Practice Nursing. Chakra Brahmanda Lentera.
Gafir, A. (2021). Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lain. Gadjah Mada
University Press.
Indrawati, U. (2018). Modul Pembelajaran : Keperawatan Kritis. Icme Press.
Pitri, A. D., Ismail, S., & Erawati, M. (2019). Eksplorasi Peran Perawat dan Ahli Gizi
dalam Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis. Jurnal Perawat Indonesia, 3(2), 109.
https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.316
Sholihah, N. (2019). PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI KESEMBUHAN
PASIEN DI RUANG ICU RUMAH SAKIT ISLAM NU DEMAK. Universitas Islam
Negeri Walisongo.
Wianti, Y. N. & A. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. LovRinz Publishing.

21
LAMPIRAN ANALISIS JURNAL
(silakan klik dua kali pada jurnal untuk membuka file)

22

Anda mungkin juga menyukai