Anda di halaman 1dari 44

PEDOMAN

PELAYANAN RAWAT INTENSIF ( ICU )

RSI " SULTAN HADLIRIN JEPARA


2016
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan Intensive. Saat ini pelayanan
di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga
meliputi berbagai jenis pasien dewasa, yang mengalami lebih dari satu disfungsi / gagal
organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi,
Ruang Rawat, ataupun kiriman dari Rumah Sakit lain.
Intensive Care Unit ( ICU ) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah,
dengan staf khusus yang ditujukan untuk observasi, rawat dan terapi pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit- penyulit yang mengancam jiwa atau potensial
mengancam jiwa. ICU menyediakan kemampuan, sarana dan prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi - fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf
medis, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan -keadaan
tersebut.
Keadaan yang sedemikian akan tercapai bila pelaksanaan pelayanan di ICU
dilakukan dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga - tenaga yang terampil, profesional
dan bermutu. Ruang lingkup pelayanan meliputi pemberian dukungan fungsi organ -
organ vital seperti pernapasan, kardiovaskular, susunan syaraf pusat, renal dan lain-
lainnya.
Mengingat diperlukannya tenaga - tanaga khusus dan terbatasnya sarana serta
mahalnya peralatan yang diperlukan di Intensive Care Unit Rumah Sakit , maka perlu
disusun Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit yang diharapkan bisa
sebagai panduan semua pihak yang terlibat didalamnya.

2
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Pedoman pelayanan Intensive Care Unit Rumah Sakit ini dimaksudkan untuk
memberikan panduan dalam meiaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan penyelenggaraan pelayanan di Intensive Care Unit
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di Intensive
Care Unit

b. Tujuan Khusus
Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia.
Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan di Intensive Care Unit
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan
Intensive Care Unit terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya
membutuhkan pelayanan pengawasan saja.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di Intensive Care Unit adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam
nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa
hari;
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar;
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik; dan
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat / mesin dan orang lain.

D. BATASAN OPERASIONAL
Intensiv Care Unit adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh
kegagalan / disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi
yang masih ada harapan hidupnya (reversible).

3
Pelayanan Intensiv Care Unit harus dilakukan oleh staf yang terlatih secara formal
dan mampu memberikan pelayanan yang optimal dan terbebas dari tugas - tugas lain
yang membebani, seperti kamar operasi, praktek dan tugas - tugas kantor.
Staff yang bekerja harus berpartisipasi dalam sistem yang menjamin kelangsungan
pelayanan intensive care 24 jam. Hubungan pelayanan Intensive Care Unit yang
terorganisir dengan bagian - bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada dalam
organisasi rumah sakit.

E. LANDASAN HUKUM
1. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 779 / Menkes / SK / VIII / 2008, tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit
2. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan No HK. 02.04/ / 1966 / 11, tentang
Petunjuk Tehnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit Di Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No 519 / Menkes / PER / III / 2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anesthesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit
4. Kep.Menkes RI tahun 2012, Pedoman Teknis ruang perawatan Intensif Rumah
Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang
Intensif Care Unit.
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 129/Menkes /SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek
Kedokteran.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
10. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1778/MENKES/SK/XII/2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit (ICU) Di
Rumah Sakit .
11. Surat keputusan Yarsi no.02/Yarsi/II/2008/tentang peraturan internal (Hospital
By Laws)
12. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1778/MENKES/SK/XII/2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit (ICU) Di
Rumah Sakit .

4
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1054/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga yang bekerja di Intensive Care Unit harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen tehadap waktu.
Uraian kualifikasi ketenagaan di pelayanan Intensiv Care Unit Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Intensiv Care Unit adalah :
NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI FORMAL KETERANGAN
1 Penanggung jawab Dokter Specialis Dalam
Intensive Care Unit
2 Kepala Intensiv Dokter umum yang sudah
Care Unit bersertifikat FCCS dan Sudah
mengikuti onjob training
2 Tim Medis Dokter spesialis sebagai Dapat dihubungi
konsultan setiap diperlukan
Dokter jaga 24 jam Mempunyai
kemampuan resusitasi
jantung paru yang
bersertifikat bantuan hidup
dasar dan bantuan hidup
lanjut
3 Perawat Pelaksana Minimal D III Pengalaman di ruang
Intensiv Care Unit Keperawatan rawat inap 1 tahun
Bersertifikat
ICU/ICCU/ BLS /
BCLS/PPGD
/BT N CLS

6
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Intensiv Care Unit (dibagi dalam 3 (tiga) shift yang
masing - masing shift terdiri dari:

JUMLAH PERBANDINGAN
NO SHIFT KETERANGAN
PERAWAT PERAWAT: PASIEN
1 Orang Incharge / KATIM
Pagi
1 4 1 :2 2 Orang Pelaksana
(07.00-14.00)

1 Orang Incharge / KATIM


Sore
2 3 1 :2 2 Orang Pelaksana
(14.00-21.00)

1 Orang Incharge / KATIM


Malam 1 Orang Pelaksana
3 2 1 :2
(21.00-07.00)

4 Libur 3

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Tim Medis
a. Dokter Spesialis Konsulen
Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu masing -
masing
Dokter spesialis konsulen harus bisa dihubungi sewaktu - waktu jika
diperlukan.
Jika salah satu dokter konsulen berhalangan hadir maka wajib memberitahu
kemudian dialihkan ke dokter jaga icu
b. Dokter jaga
Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal yang ada

7
2. Pengaturan Jaga Tenaga Keperawatan
a. Pengaturan jadwal dinas perawat Intensiv Care Unit dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh Ka.Ruang Intensiv Care Unit dan disetujui oleh
Kepala Instalasi Rawat Intensiv dan Kepala Bidang Keperawatan
b. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, sore, malam, lepas malam, libur dan cuti
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana Intensiv Care Unit setiap satu bulan.
d. Jika ada keperluan penting pada hari tertentu ( direncanakan ), maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
e. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada ( apa bila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui )
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberikan informasi kepada Ka. Ruang Intensive Care Unit
secepatnya, hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu Ka. Ruang Intensive
Care Unit mengatur personil yang jaga saat itu
g. Apabila ada tenaga perawat tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan
( tidak terencana ) karena sakit / anak sakit dan sebagainya maka perawat
tersebut harus memberikan informasi kepada Ka. Ruang Intensive Care Unit
secepatnya, hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu mencarikan perawat
pengganti saat itu

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Terlampir

B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas Peralatan di Instalasi Rawat Intensif
a. Tempat tidur khusus yang bisa dirubah posisinya sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
b. Alat pengukur tekanan darah mobile
c. Pulse oxymetri dewasa, anak, dan bayi
d. ECG 12 lead, Nabulaizer,
e. Resusitator, Jucksion Reese, Papan resusitasi
f. Bed side Monitor ECG,
g. Infus pump, Syring pump,
h. O2 transport,
i. CVC set, Alat pengukur tekanan Vena Central
j. Standart infuse
k. Suction continous pump
l. Alat Pengukur suhu tubuh pasien.
m. Alat penghisap (suction) portabel
n. Alat ventilasi manual dewasa, anak dan bayi dan alat penunjang jalan nafas.
o. Ventilator
p. Oksigen sentral
q. Lampu untuk melakukan tindakan
r. Defibrilator Biphasic
s. Peralatan drain thoraks
t. Troley emergency yang berisi alat dan obat - obat untuk emergency

2. Peralatan lain di Ruang ICU


a. Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus dalam
keadaan steril.
b. Resterilisasi alat ICU diiakukan setiap 3 x 24 jam sekali.
c. Instrumen, alat - alat suction, bila selesai dipakai pada pasien.direndam dengan
cairan desinfektan (garnisep )baru kemudian disterilkan di ruang sterilisasi.

9
d. Setiap pasien yang memeriukan suction harus mempunyai slang suction sendiri
sendiri (single use )
e. Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 3 x 24 jam dan tiap-tiap
pasien sendiri - sendiri
f. Set linen yang dipakai dengan perbandingan 1 TT: 6 set linen

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT

A. KLASIFIKASI PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT


Pelayanan ICU primer (Standart minimal)
Merupakan Intensive Care Unit ICU yang mampu melakukan resusitasi dan
ventilasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini berkedudukan di rumah sakit
tipe C atau B1

B. KRITERIA MASUK DAN KELUAR INTENSIVE CARE UNIT


1. Pelayanan Intensive Care Unit adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
dalam keadaan sakit berat dan perlu dirawat khusus, serta memerlukan pantauan
ketat dan terus menerus serta tindakan segera.
2. Indikasi pasien masuk Intensive Care Unit:
1) Prioritas 1
Pasien yang mengalami gangguan akut pada organ vital yang
memerlukan tindakan dan terapi yang intensif cepat yaitu utamanya pada
pasien dengan gangguan pada sistem Pernafasan (B1), Sirkulasi Darah (B2),
Susunan syaraf pusat (B3) yang tidak stabil contoh :
Gangguan atau gagal nafas akut
Gangguan atau gagal sirkulasi / Kardiovaskuler.
Gangguan atau gagal susunan syaraf
Gangguan atau gagal ginjal
2) Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pemantauan dengan mempergunakan peralatan
monitor, misalnya:
Observasi intensif pasca bedah operasi: post trepanasi, post laparatomy
dengan komplikasi,dll.
Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung
3) Prioritas 3
pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan
kecil untuk disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat sangat
kecil. Pasien ini hanya memerlukan terapi intensif pada penyakit akutnya
tetapi tidak diiakukan intubasi atau Resusitasi Kardiopulmoner.

11
3. Pasien yang masuk ke Intensive Care Unit boleh dari IGD, Poliklinik, Ruang Rawat
Inap, Kamar Operasi, Rujukan / pindahan dari RS lain dan dari dokter praktek,
asalkan sesuai dengan kriteria pasien masuk Instalasi Rawat Intensif berdasar
prioritas 1,2,3 di atas.
4. Yang menentukan pasien bisa masuk Intensive Care Unit adalah DPJP
5. Indikasi Pasien Keluar Intensive Care Unit:
Pada pasien yang dengan'terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan atau
tidak memberikan hasil, dan sesuai dengan prioritas yaitu :
1) Prioritas I
Dipindah apabila pasien tidak membutuhkan Rawat intensif lagi, tetapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan
bila rawat intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau
lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
Misalnya:
Pasien yang mengalami MBO (mati batang otak)
Pasien ARDS stadium akhir

2) Prioritas II
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa
rawat intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak
diperlukan lagi, misalnya :
Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut

3) Prioritas III
Tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensif jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit
manfaatnya misalnya :
Pasien dengan penyakit lanjut.
Pasien dengan penyakit paru kronis
Penyakit liver terminal
Metastase carcinoma.
4) Pasien yang hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada
pasien yang lebih gawat dan lebih memerlukan terapi atau pemantauan
intensif lebih lanjut

12
5) Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di Intensive Care Unit
/pulang atas permintaan sendiri.

6) Pasien bisa keluar dari Intensive Care Unit selain berdasar kriteria 1,2,3
diatas adalah apabila pasien / keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di
Instalasi Rawat Intensif ( Keluar Atas Permintaan Sendiri )

6. Apabila Intensive Care Unit terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk dan keluar
dari Intensive Care Unit dilakukan oleh DPJP

7. Apabila DPJP berhalangan, maka koordinasi penggunaan ruang Intensive Care Unit
dilaksanakan oleh dokter jaga dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan kepala
Intensive Care Unit.

C. STANDART PELAYANAN MINIMUM INTENSIVE CARE UNIT


Dalam penyelenggaraan pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit , standart
pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh staf di Intensive Care Unit adalah sebagai
berikut:
1. Resusitasi Jantung Paru
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanik
3. Terapi oksigen
4. Pemasangan Catheter Vena Central
5. Pemantauan EKG, Puls oksimetri dan tekanan darah non invasive
6. Pelaksanaan terapi secara titrasi
7. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
8. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
9. Observasi fungsi vital dengan alat - alat portable selama transportasi pasien gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada

D. INFORMED CONSENT
1. Sebelum pasien dimasukkan di Intensive Care Unit, pasien dan atau
ketuarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ruang intensif, serta
berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin diiakukan selama pasien dirawat
di ruang intensif serta prognosa penyakit yang diderita pasien
2. Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter yang bertugas pada saat itu

13
3. Setelah mendapatkan penjelasan, pasien dan atau keluarganya bisa
menerima atau tidak bisa menerima.
4. Pernyataan pasien dan atau keluarganya tersebut harus dinyatakan dalam
formulir yang ditanda tangani.

E. ALUR PELAYANAN
Pasien yang memeriukan pelayanan Intensive Care Unit dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain misalnya kamar bersalin, dan
sebagainya.
3. Pasien dari ruang rawat inap

Bagan Alur Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit

PASIEN GAWAT

TIDAK YA

POLIKLINIK IGD

KAMAR INTENSIVE CARE RUANG


OPERASI UNIT RAWAT INAP
RUANG

14
F. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
1. Pelayanan dan Pengelolaan Intensive Care Unit dilaksanaan mengacu pada
Kebijakan dan prosedur tertulis.

2. Prosedur pengelolaan dan pelayanan Intensive Care Unit secara rinci diatur dalam
tiap-tiap SPO.
SPO di Intensive Care Unit meliputi:
a. SPO Pemasangan CVP
b. SPO Pemasangan stomach tube
c. SPO Intubasi dan perawatannya
d. SPO Ekstubasi
e. SPO Balance cairan
f. SPO Penggunaan alat medis, antara lain:
Patien Monitor
Syringe pump
Suction

3. Secara berkala dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan


di Intensive Care Unit

4. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan Dan Obat - obatan


a. Tersedianya obat - obat emergency yang memadai untuk menunjang life
saving, seperti Sulfas Atropin, Adrenalin, Anti Aritmia, lidokain, dopamine dan lain
- lain .
Obat - obat tersebut diletakkan di tempat yang mudah terjangkau untuk
memudahkan dalam penggunaan saat tindakan emergency ke pasien.

b. Tersedianya alkes, cairan infus dan alat - alat yang menunjang untuk
kebutuhan emergency yang diletakkan di tempat yang mudah terjangkau,
seperti : Nasopharing, Oropharing, Laringoscop, Endotrakeal Tube, alat ventilasi
manual, masker oksigen, infus RL, NaCl 0,9 %, Koloid 6 %, dan juga spuit dari
ukuran 1 cc hingga 50 cc beserta water injeksi.

c. Daftar obat - obatan emergency dan alat - alat kesehatan sebagaimana


tercantum dalam daftar

15
5. Perencanaan Peralatan / Peremajaan
a. Program Perencanaan peralatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan rumah sakit, apabila ada hal - hal yang insidentil dan mendesak bisa
dilaksanakan sewaktu -waktu.

b. Peremajaan peralatan diiakukan bekerjasama dengan Logistik, Keuangan dan


Pihak terkait dari peralatan tersebut

G. PENANGGULANGAN KEGAWATAN

1. Resusitasi Jantung Paru


a. Bantuan Hidup Dasar yang harus segera diberikan adalah yang sesuai
dengan American Heart Association (AHA) 2010, yaitu DRCAB (Danger,
Respont, Circulation, Airway dan Breathing)
Danger : Pastikan aman penolong, pasien dan lingkungan
Respont : Kaji respon (panggil, goncangan lembut, rangsang nyeri), lihat
nafas, bila tidak ada atau nafas gasping segera panggil
bantuan,
Circulation : Cek nadi Carotis tidak lebih dari 10 detik, bila tidak teraba
atau ragu segera cari titik kompresi (center of chest) kompresi
30x, kecepatan tidak kurang dari 100x/menit dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 5 cm
Airway : Buka jalan nafas (head tilt-chin lift / jaw thrust), keluarkan
benda asing yang ada dalam mulut ( cross fingers, fingers
sweep)
Breathing : Berikan 2 kali bantuan nafas (1detik/nafas) kaji adanya
pengembangan dada, lanjutkan RJP sampai 5 siklus (30
kompresi : 2 ventilasi)

b. Algoritma penanganan henti jantung (terlampir)

16
17
1. VENTRICULER FIBRILASI
VF

18
2. VENTRICULER TACHICARDIA
( VT PULSELESS )

19
20
21
22
23
3. VT / VF Tanpa Denyut Carotis (PULSESES)
a. Harus segera mendapatkan defibrilasi
b. Jika tidak ada defibrillator BHD harus segera dimulai
c. Jika henti jantung sempat disaksikan dimonitor maka lakukan resusitasi awal dengan
PRECORDIAL THUMP

4. Bukan VF / VT
Prognosis sangat jelek, kecuali penyebab segera dapat segera dikoreksi

5. Asistole
a. Penting sekali dipastikan kabel elektroda tidak tetiepas
b. BHD harus segera dimulai selama 3 menit, pastikan jalan nafas terbuka
c. Lakukan intubasi dan berikan ventilasi dengan oksigen 100%
d. Pertahankan akses intravena untuk jalus obat - obat resusitasi agar segera beredar
dalam sirkulasi sistemik.

5. EMD/PEA
a. ECG masih menunjukkan irama yang seolah - olah diikuti adanya sirkulasi
darah (curah jantung memadai) tetapi denyut nadi carotis tidak ada / henti jantung.
b. Pertolongan mungkin bisa berhasil jika penyebab henti jantungnya dapat
dikoreksi
c. Lakukan BHD sambil mencari faktor 4 H ( Hypoxia, Hypovolemia,
Hyperkalemia / Hypokalemia, Hypotermia ) dan 4 T ( Tension Pneumothorax,
Tamponade Jantung, Thromboemboli, Toksik / Over Dosis Obat)

6. Obat - obatan untuk Resusitasi Jantung Paru


a. Epinephrin (Adrenalin )
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau
syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diutang setiap 3-5 menit, dapat diberikan intratrakeal
atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi
atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20
menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus
dengan dosis 1mg (1 mg = 1 ; 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCI 0,9 %, dosis
dewasa 1 mg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat
mencapai 2-10 mg/mnt

24
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor ft adrenergic dan meningkatkan
aliran darah ke otak dan jantung

25
b. Lidokain (lignocaine, xylocaine)
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT,
Ventrikel Ekstra Sistoi yang multipel, multifokal, konsekutif / salvo dan R on T
Dosis 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 - 5 menit sampai dosis
total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai
24 j dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis IV
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler

c. Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki
sistim konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV
blok derajat fl tipe 2 atau derajat ill (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi
dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 /derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra
vena diencerkan menjadi 10 cc

d. Natrium bikarbonat (Nabic)


Diberikan untuk dugaan hiperkatemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

e. Kalsium gluconat / Kalsium klorida


Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot
jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif
atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan secara pelahan-lahan (V selama 10-20 menit atau dengan
menggunakan drip
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium
klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul
Kalsium gluconat
26
7. Obat - obat pada periode peri arrest
a. Dopamin
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktiiitas miokard,
curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
Dosis 2-10 ug/kgBB/menit dalam syringe pump.

b. Digoxin
Indikasi Fibrilasi Atrium dengan respon ventrikel cepat
Kegagaian ventrikel kiri
Dosis Awal : 0,5 mg dilarutkan dalam 10 cc D5 % IV diberikan selama 10
menit
Lanjut : 0,25 mg oral ( 1 / 2 kali) sampai tercapai dosis total 0,75-1 mg
/ 24jam

c. Verapamil
Indikasi SVT dan Angina Pectoris
Dosis awal diberikan 5 - 10 mg IV dalam 2 menit dapat diulang 5 mg lagi setelah
5 menit
Verapamil IV hanya diberikan pada SVT yang sudah pasti karena efek inotropik
negatifnya cukup besar.
efek anti aritmia berlangsung sekitar 6 jam

d. Dobutamin
Efek inotropik positif pada infark miokard,bedah jantung, kardiomiopati, syok
septik dan syok kardiogenik (IONI hal 173, 2008)
Dobutamin bekerja dengan memperkuat daya kontraksi jantung akibat stimulasi
01 adrenoreseptor di jantung. Dobutamin juga berdaya vasodilatasi karena
stimulasi D2 reseptor (Tan Hoan Tjay hal 599, 2007).

8. Obat - obat emergency lainnya


a. Magnesium Sulfat
Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel
takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5%
diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam

27
b. Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac
arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5-30 menit

c. Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan
untuk mengurangi edema cerebri

d. Furosemide
Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang beiiebih adalah
hipotensi, dehidrasi dan hypokalemia
Dosis 20 - 40 mg intra vena

e. Diazepam
Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, ekfamsia, gaduh gelisah dan
tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

f. Norepineprin
Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik : hipotensi signifikan (TDS <
70 mmHg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah
Diberikanhanya melalui jalur IV
Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 250 ml D5%, atau campur
dengan 50 cc D5 % dengan menggunakan syringe pump
Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk meningkatkan perfusi yang adekuat
pada kasus drug-induced hypotension
Meningkatkan oxygen demand miocard, TD dan HR
Bisa menginduksi aritimia. Hati-hati penggunaan pada pasien iskemia akut;
monitor cardiac output

28
Ekstravasasi obat menimbulkan nekrosis jaringan, jika terjadi : campur
phentolamin 5 - 10 mg ke dalam 10 - 15 ml NS, infiltrasikan ke area
ekstravasasi

g. Cairan Resusitasi
Kristaloid
Keloid
H. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di Intensive Care Unit dilakukan oleh perawat dan selanjutnya
dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.
Langkah langkah pelaksanaan monitoring adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
a. Kardio vaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP
b. Respirasi: menghitung pernafasan , setting ventilator, menginterprestasikan hasil
BGA, keluhan, pemeriksaan fisik dan foto thorax.
c. Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam
d. Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare
e. Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh / penurunan (hipotermi), pemeriksaan
kultur, berapa lama antibiotic diberikan
f. Nutrisi klien : enteral, parenteral
g. Mencatat hasil lab yang abnormal.
h. Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh proses
perawatan
i. Menghitung intake / output (balance cairan)

3. Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :


a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian

29
I. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI
1. Pemeriksaan laboratorium Intensive Care Unit terpusat di laboratorium dan bisa
diiakukan 24 jam on site.
a. Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas Intensive Care Unit memberitau ke
petugas Laborat tentang pemeriksaan yang diminta.
b. Petugas Intensive Care Unit membuatkan surat permintaan pemeriksaan laborat
pada lembar pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan dokter.
c. Petugas laborat datang ke Intensive Care Unit untuk melakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan laborat sesuai dengan surat permintaan
tersebut.
d. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas laborat mengantar ke ICU
e. Pemeriksaan laboratorium sito bisa diminta sewaktu-waktu

2. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan bisa dilakukan 24 jam on site.


a. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas Intensive Care Unit memberitaukan
ke petugas radiologi tentang pemeriksaan radiologi yang diminta.
b. Petugas Intensive Care Unit mengantarkan pasien ke ruang radiologi untuk
diiakukan pemeriksaan
c. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas radiologi mengantar hasilnya ke
Intensive Care Unit.
d. Pemeriksaan radiologi sito dapat diminta sewaktu-waktu 24 jam

30
J. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas /
wewenang dan tanggung jawab secara timbale balik baik horizontal maupun vertical
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena
keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.

1. Jenis Rujukan

a. Rujukan Eksternal
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari :

Rujukan vertical
Rujukan dari Intensive Care Unit Rumah Sakit ke Rumah Sakit yang memiliki
kemampuan dan rtingkatan lebih tinggi
Contoh : Rujukan dari Intensive Care Unit Rumah Sakit ke Rumah Sakit dr.
Kariadi Semarang

Rujukan horizontal
Rujukan dari Intensive Care Unit Rumah Sakit ke Rumah Sakit yang memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam suatu tingkatan yang sama
Contoh : Rujukan dari Intensive Care Unit Rumah Sakit ke Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus.

b. Rujukan Internal
Rujukan didalam fasilitas pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan ke tenaga
kesehatan lainnya (dokter ke dokter, residen ke spesialis, rujukan triage).
Ruang lingkup rujukan, terdiri dari:
Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit
Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien / kasus, specimen dan pengetahuan tentang penyakit
Rujukan permasalahan kesehatan
Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan berupa fasilitas, tehnologi dan operasional

2. Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang memeriukan


pelayanan diluar kemampuan pelayanan rumah sakit

31
3. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk
tersebut akan mendapatkan penanganan segera

4. Rujukan balik kefasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus diiakukan segera
setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah tertangani. Oleh karena itu rujukan
merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer
informasi diantara fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Tujuan rujukan
Tujuan diiakukan rujukan adalah :
a. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (Second Opinion)
b. Memeriukan pemeriksaan yang tidak tersedia difasilitas tersebut
c. Memerluklan intervensi medis diluar kemampuan fasilitas kesehatan tersebut
d. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya.
e. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.

K. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke rawat inap
a. Pasien pindah dari Intensive Care Unit dengan kriteria :
Pindah alas persetujuan dokter
Pindah atas permintaan sendiri

b. Pemindahan pasien dari Intensive Care Unit:


Petugas (perawat) memastikan pasien telah ada kepastian pindah ruangan
Petugas ( perawat ) memberikan informasi pada keluarga pasien, dan
meminta keluarga pasien untuk memilih kamar yang diinginkan di unit
pendaftaran.
Petugas pendaftaran meminta persetujuan kepada keluarga pasien dan
selanjutnya memesankan kamar sesuai dengan yang diinginkan oleh keluarga
pasien tersebut
Perawat Intensive Care Unit mempersiapkan pemindahan pasien ke ruang
rawat inap, antara lain : membuat / mengisi formulir hand over, obat -obatan,
status pasien, dan hasil pemeriksaan penunjang.

32
Perawat Ruang Rawat Inap ( sesuai dengan kamar yang diminta oleh
keluarga pasien) menjemput pasien di Intensive Care Unit.
Perawat Intensive Care Unit melakukan serah terima / hand over dengan
perawat Ruang Rawat Inap
Jika kondisi memungkinkan Perawat Intensive Care Unit membantu dalam
pemindahan pasien tersebut ke ruang rawat inap

2. Pengiriman ke kamar operasi


Pengiriman pasien yang akan diiakukan operasi, pengiriman ke kamar operasi sesuai
dengan SPO persiapan pasien perioperasi.

3. Pengiriman pasien untuk pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan penunjang medis ( CT Scan, EEG, MRI ) dan tindakan medis
(Haemodialisa) dilaksanakan diluar Rumah Sakit
b. Pelaksanaan pengiriman pasien sesuai dengan SPO pemeriksaan penunjang
dan tindakan medis diluar Rumah Sakit

4. Pengiriman Pasien dalam kerjasama dengan pelayanan rujukan


a. Instalasi Rawat Intensif melakukan rujukan ke rumah sakit yang mempunyai
tingkat pelayanan yang lebih tinggi kemampuannya.
b. Pasien rujuk / pindah rumah sakit berdasarkan :
- Saran dokter yang merawat dengan pertimbangan akan mendapatkan terapi
lebih lanjut dan alat yang lebih tinggi tingkat kemampuannya.
- Permintaan dari keluarga pasien .

c. Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit menerima rujukan dari rumah sakit atau klinik
yang tingkat pelayanannya lebih rendah.

d. Kriteria pasien rujukan yang masuk Instalasi Rawat Intensif sesuai dengan kebijakan
pasien masuk Instalasi Rawat Intensif.

L. PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Catatan di Intensive Care Unit di verifikasi dan ditanda tangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan dan dokter tersebut harus bertanggung jawab terhadap semua
yang telah dikerjakan

2. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi diagnosis lengkap yang
menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus

33
(jantung, paru, ginjal, dan sebagainya ) secara berkala, jenis dan jumlah asupan
nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari
pasien

3. Pencatatan nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh perawat ICU
minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai dengan kondisi pasien
4. Pemantauan dan pelaporan secara umum dan khusus setiap pagi dan sore hari oleh
dokter jaga atau perawat ICU kepada DPJP

5. Dalam keadaan emergency laporan bisa dilaksanakan sewaktu - waktu sesuai


dengan kondisi pasien dengan menggunkan Metode SBAR

6. Hal hal yang perlu dilaporkan adalah pemantauan umum yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan fisik
c. Balans cairan diiakukan tiap 3 - 6 jam
d. Evaluasi
e. Pemeriksaan laboratorium antara lain :
Analisa gas darah, Gula darah, Darah rutin, SE,
BUN, Creatinin, Keton darah, Keton urine, FH, SGOT, SGPT sesuai indikasi
Pemeriksaan lain bila dibutuhkan

7. Urutan pelaporan kondisi pasien didasarkan pada 6B yaitu :


a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian

8. Pelaporan secara umum setiap pagi oleh dokter jaga atau perawat ICU kepada
kepala Instalasi Rawat Intensif, jika di perlukan.

9. Pelaporan umum meliputi:


a. Jumlah dan kondisi pasien yang di rawat di Instalasi Rawat Intensif
b. Rencana pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan

34
10. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ICU ditulis dalam Buku Register
Pasien, buku laporan harian tiap shif dan sensus harian.

M. REKAM MEDIS

1. Cara Pengisian DRM Intensive Care Unit berdasarkan JUKNIS pengisian DRM
Instalasi Rawat Intensif.

2. Berkas DRM Intensive Care Unit dimasukkan dalam berkas rawat inap kemudian
disimpan di rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut pulang
atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien tersebut
pulang atas permintaan sendiri, atau pindah RS lain.

3. Bila pasien keluar dari Intensive Care Unit tetapi masih dirawat di ruang Rawat lain
dalam RS , maka berkas DRM Intensive Care Unit disertakan dalam status rawat
inap pasien tersebut.

35
BAB V
LOGISTIK

Instalasi ICU RSI Sultan Hadlirin setiap bulannya mengajukan permintaan


bahan habis pakai ( BHP ) dan alat tulis kantor ( ATK ) yang dilakukan
seminggu dua kali meliputi :
1) BHP yang berkaitan dengan obat, desinfektan, kertas EKG termasuk Bahan
Habis Pakai ( BHP ) ke Gudang Farmasi sesuai kebutuhan
2) Alat tulis kantor ke Logistik sesuai kebutuhan
3) Form-form pasien ke Rekam Medis sesuai kebutuhan
4) Pengaturan linen bersih dan kotor setiap hari melalui Loundry

A. FARMASI

No NAMA BARANG
1 Alkohol 70 %
2 Povidon Iodin 60ml
3 Dressing IV catheter
4 Handscoon Dispo
5 Alcohol Swap
6 Gaas Hidrofil / steril
7 Hans Sanitizer 1L
8 Kassa Gulung 60cm
9 Hipafik 10cmx5cm
10 H2O2
11 Bahan desinfektan
12 Fixomul
13 Masker
14 Verban
15 Aquades
16 Surgical mask
17 Jelly Aqua sonik
18 Alkohol 70%
19 H2O2
20 Bahan desinfektan
21 Fixomul
22 Masker
23 Verban
24 Aquades
25 Surgical mask
26 Jelly Aqua sonik
27 Alkohol 70%
28 Alkohol Swap
29 EKG Elektroda

36
30 Kasa Gulung 60cm
31 Kasa Gulung 80cm
32 Ekg paper
33 EKG Elektroda
34 Prosonil Us Gel
35 Aqua Dm 20 L
36 Nidle no.!8
37 Leucoplas

B. REKAM MEDIS

1 Form Pencegahan Pasien Resiko Jatuh


2 Form Pengkajian Kep.SPF Kritis
3 Lembar Catatan Terintegrasi
4 Form Pelayanan ambulance
5 Surat Rujukan
6 Form Catatam Pemindahan/ Penerimaan Pasien
7 Form Permintaaan pemeriksaan Laborat Klinik
8 Form Permintaan Rontgen
9 Surat keterangan kematian
10 Form Permintaan Darah
11 Rm 24
12 Resep Pasien Rawat inap Bpjs/Jamkesda
13 Resep Pasien Rawat Inap Umum
14 Form permohonan Tindakan Dokter/Keperawatan
15 Form Permohonana cuti
16 Blangko EKG
17 Form Survailans harian infeksi rs
18 Form Laporan audit kepatuhan 6 skp
19 Form penolakan dan persetujuan tindakan
20 Form pernyataan permintaan obat paten
21 Form ket pulang paksa
22 Skd
23 Surat rujukan
24 Kartu penggunaan o2

C. LOGISTIK

NO NAMA BARANG
1 Buku Kuarto
2 Buku Folio besar bergaris
3 Kertas HVS
4 Amplop sedang
5 Amplop besar
6 Penggaris
7 Pensil

37
8 Pisau Cutter
9 Penghapus
10 Spidol Marker
11 Spidol Boardmarker
12 Double tape
13 Batu battery
14 kalkulator
15 Staples
16 Isi staples
17 Pelobang kertas
18 Bak dan Tinta stempel
19 Klip kertas
20 Binder
21 Map Plastik
22 Box file
23 Stabilo Boss
24 Lakban
25 File Holder
26 Isolasi transparan
27 Buku register pasien
28 Plastik hitam besas
29 Plastik hitam kecil
30 Plastik kuning besar
31 Plastic kuning kecil
32 Hand soap
33 Safety box
34 Tissue
35 Senter
37 Tipe x

38
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

39
D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
1. Adverse event:
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis / bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah ( Unpreventable Adverse Event) :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

E. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


1. Near Miss:
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi:
KarenaM keberuntungan"
Karena" pencegahan"
Karena" peringanan"
2. Kesalahan Medis (Medical Errors) :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

F. KEJADIAN SENTINEL (SENTINEL EVENT)


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata "sentinel" terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkap adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

G. TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD -
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien

40
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir " Pelaporan Insiden
Keselamatan"

41
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajtbannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip "Universal Precaution".

C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

42
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan Instalasi Rawat Intensif merupakan suatu
program yang bersifat obyektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah
yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart
klinis yang bermutu

Indikator mutu di Instalasi Rawat Intensif adalah sebagai berikut:


1. Angka ketidak lengkapan rekam medis
2. Angka ketidak lengkapan Asuhan Keperawatan
3. Angka kematian spesifik
4. Angka infeksi nosokomial (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)
5. Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien

43
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif di Rumah Sakit ini diharapkan dapat menjadi
panduan bagi seluruh staf di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit . Pedoman Pelayanan
Instalasi Rawat Intensif disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi sumber daya,
sarana, prasarana dan peralatan. Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini ,
selanjutnya dijabarkan dalam standar prosedur operasional guna kelancaran
pelaksanaannya.

44

Anda mungkin juga menyukai