Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN

PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


RSIA TANJUNGSARI

2021

Jalan Mahakam no 147-149 Kota Blitar


Telp : (0342) 4559741
Email : rsia.tanjungsari.blitar@gmail.com

i
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TANJUNGSARI
NOMOR : 004/RSIAT/MDS/PER/DIR/I/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TANJUNGSARI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari,
perlu mengatur Pedoman pelayanan Intensive Care
Unit (ICU) Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada
huruf a, diatas perlu ditetapkan Peraturan direktur
tentang Pedoman pelayanan Intensive Care Unit
(ICU)
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktek Kedokteran;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 834/MENKES/SK/VII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan HIGH CARE
UNIT (HCU) di Rumah Sakit.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang
Pedoman Peyelenggaraan Pelayanan Intensive Care

ii
Unit (Icu) Di Rumah Sakit

5. Keputusan Direktur PT Bunda Subaga Tanjungsari


Blitar Nomor 005/BST/SK/VII/2017 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari.

6. Keputusan Direktur PT Bunda Subaga Tanjungsari


Blitar Nomor 005.1/BST/SK/VII/2017 tentang
Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Tanjungsari;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK TANJUNGSARI TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
BAB 1
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat
2) Standar Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) adalah
tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga keperawatan dalam menyelenggarakan
pelayanan di Intensive Care Unit (ICU).
3) Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) diberikan
kepada pasien dengan kondisi kritis yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan
pemantauan secara ketat tanpa
memakai/memakai penggunaan alat bantu
(misalnya ventilator) dan terapi titrasi.
4) Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari

iii
rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi,perawatan, dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit cidera atau
penyuli-penyulit yang mengancam nyawa dengan
prognosis dubia
5) High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di
Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil
dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran
namun masih memerlukan pengobatan,
perawatan, dan pemantauan secara ketat.
Tujuannya ialah agar bisa diketahui secara dini
perubahan-perubahan yang membahayakan,
sehingga bisa dengan segera dipindah ke ruangan.
BAB II
TUJUAN
PASAL 2
Pengaturan Standar Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit bertujuan untuk:
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di
rumah sakit.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan
pasien ICU dirumah sakit.
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di
rumah sakit.

BAB III
PELAYANAN KRITERIA MASUK DAN KELUAR
ICU
PASAL 3
3.1 KRITERIA MASUK DAN KELUAR ICU
a. Pasien yang memerlukan pelayanan Intensif Care
Unit (ICU) sesuia indikasi adalah:

iv
1) Pasien dari Unit Gawat Darurat
2) Pasien dari Kamar Operasi atau kamar
tindakan yang lain seperti kamar bersalin
3) Pasien dari Ruang rawat inap

b. Indikasi pasien masuk Intensive Care Unit (ICU)


1) Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi,
seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan
alat bantu suportif organ/sistem yang lain,
infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu
tertitrasi, misalnya pasca bedah obgyn yang
butuh observasi ketat, pasien sepsis berat,
gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa.Terapi
pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya
tidak mempunyai batas.
2) Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan
pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi
intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter..
3) Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis,
yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya,
atau penyakit akutnya, secara sendirian atau
kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini
sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain
pasien dengan keganasan metastatik disertai

v
penyulit infeksi, pericardial tamponade,
sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit
jantung, penyakit paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan
pada pasien golongan ini hanya untuk
mengatasi kegawatan akutnya saja, dan
usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi jantung
paru.
4) Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas
persetujuan Kepala Instalasi Rawat Intensif,
indikasi masuk pada beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan, dengan catatan
bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari
ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut
dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2,
3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong
demikian antara lain:
1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk
tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi “perawatan
yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan
pasien dengan perintah “DNR (Do Not
Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-pasien
ini mungkin mendapat manfaat dari
tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.
2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3. Pasien gagal yang berpotensi mempunyai
resiko tinggi untuk terjadi komplikasi
4. Pasien yang memerlukan perawatan dan

vi
pengawasan perioperatif.
5. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak
stabil dan memerlukan dokter, perawat,
profesi lain yang terkait secara
terkoordinasi dan berkelanjutan,serta
memerlukan perhatian yang teliti, agar
dapat dilakukan pengawasan yang ketat
dan terus menerus serta terapititrasi;
6. Pasien-pasien yang dalam bahaya
mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat
dan terus menerus serta dilakukan
intervensi segera untuk mencegah
timbulnya penyulit yang merugikan..
BAB IV
PENUTUP
PASAL 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas
rahmat dan Karunia-Nya, Pedoman pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari ini dapat diterbitkan. Kami berharap buku pedoman
ini dapat membantu pimpinan dan staf Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan.
Pihak rumah sakit dapat menerapkan pedoman ini sesuai dengan kemampuan
Rumah Sakit. Pedoman ini senantiasa akan disesuaikan dengan perkembangan
ilmu dan teknologi serta kebijakan dan peraturan program yang berlaku.
Tidak lupa kami mengucapkan terimaksaih kepada pihak yang telah
membantu sehingga Pedoman pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Tanjungsari ini dapat disusun. Kami menyadari pula bahwa masih
banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi dalam
upaya mengimplementasikan buku pedoman ini, oleh karena itu kami mengharapkan
saran perbaikan, sumbangan pemikiran, kritik serta saran untuk lebih
meyempurnakan pedoman ini.
Akhir kata kami mengharapkan mudah-mudahan pedoman ini dapat
bermanfaat dan diimplementasikan dalam memberikan pelayanan bagi pasien di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari Blitar,

Blitar, Maret 2021

Tim Penyusun

viii
ix
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK TANJUNGSARI
NOMOR 004/RSIAT/MDS/PER/DIR/I/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT
(ICU)

PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana sertaperalatan khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilanstaf
medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-
keadaan tersebut. Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak
timbul pada saat pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale
mengusulkananestesisampai ke masapasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942,
Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana pasien-pasien pasca bedah
dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi-fungsi vitalnya, serta
bebas dari pengaruh sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar
merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak
pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah

B. TUJUAN PEDOMAN PELAYANAN ICU


1. Tujuan Umum
Standarisasi pelayanan ICU di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari

1
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di rumah sakit.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di rumah
sakit.
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di rumah sakit.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dandapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari;
2) Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar;
3) Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik; dan
4) Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain
5) Kriteria masuk dan keluar ruang ICU

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Intensive Care Unit(ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawadengan prognosis
dubia
2. Pasien yang dimaksud pada point 1 tersebut adalah pasien yang memerlukan
tingkat pelayanan yang berada diantara ICU/HCU dapat dirawat di ruang
rawat inap biasa karena masih memerlukan pemantauan yang ketat).
3. Waktu penyelenggaraan pelayanan ICU berlangsung selama 24 jam sehari 7
hari seminggu.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran;

2
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
834/MENKES/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
HIGH CARE UNIT (HCU) di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Peyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit (Icu) Di Rumah Sakit
5. Keputusan Direktur PT Bunda Subaga Tanjungsari Blitar Nomor
005/BST/SK/VII/2017 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Tanjungsari.
6. Keputusan Direktur PT Bunda Subaga Tanjungsari Blitar Nomor
005.1/BST/SK/VII/2017 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Tanjungsari;

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


No Jabatan Kualifikasi personil
1 Kepala ICU 1. Pendidikan:
a. Dokter spesialis anestesi
b. Memiliki STR dan SIP yang masih berlaku
2. Sertifikat:
Memiliki sertifikat pelatihan ACLS
3. Pengalaman
Dokter spesialis anestesi fungsional di rumah sakit lebih
dari 3 tahun
2 Kepala ruang 1. Pendidikan:
ICU a. SI/DIII Keperawatan
b. Memiliki STR dan SIP yang masih berlaku
2. Sertifikat:
1. Pelatihan penanganan gawat darurat ACLS/
BTCLS/BCLS/BLS
2. Pelatihan komunikasi efektif
3. Pengalaman:
Perawat pelaksana di ICU rumah
sakit telah bekerja selama < 3 tahun
3 Perawat 1. Pendidikan:
pelaksana a. SI/DIII keperawatan yang sudah bekerja
b. Memiliki STR dan SIP yang masih berlaku
2. Sertifikat
Pelatihan penanganan gawat darurat
BTCLS/BCLS/BLS
3. Pengalaman
Perawat pelaksana yang sudah bekerja di rumah sakit
selama < 3 tahun

4
B. Distribusi Ketenagaan
No Jabatan Jumlah Standar Waktu kerja
1 Dokter spesialis 1 1 Oncall 24 jam
2 Kepala Ruang ICU 1 1 Dinas pagi
3 Perawat pelaksana 3 1 3 shif

C. Pengaturan Jaga
Unit ICU melakukan pelayanan selama 24 jam sehingga dalam pengaturan jam
kerjanya dibagi ke dalam 3 shift. Pembagian shift nya adalah sebagai berikut:
1. Shift pagi, yaitu jam 06.30 – 14.00
2. Shift siang, yaitu jam 14.00 – 21.00
3. Shift maalam, yaitu jam 21.00 -07.00

5
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1 DENAH RUANG

3.2 STANDAR FASILITAS

1. Bangunan

Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan di ICU memenuhi ketentuan


sebagai berikut :
a. Intensive Care Unit (ICU) satu komplek dengan ruang perinatology dan
kamar bersalin
b. Memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban,
tekanan, dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
2. Sarana

Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
menunjang fungsi dan proses pelayanan Intensive Care Unit (ICU), menjamin
lingkungan kerja yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem
komunikasi Rumah Sakit. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan Intensif
Care Unit (ICU), terdiri dari

6
NO Fasilitas jumlah

1 Bed 2

2 Monitor 1

3 Almari 1

4 AC 1

5 Westafel 1

6 Troli monitor 1

7 Troli dc shock 1

8 Meja perawat 1

9 Kursi petugas 2

3. Peralatan

No Peralatan Jumlah

1 Infus pump 1

2 Syringe pump 1

3 Monitor 1

4 Defibrillator 1

5 Oksigen sentral 1

6 Ventilator 1

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 KRITERIA MASUK DAN KELUAR ICU


A. Pasien yang memerlukan pelayanan Intensif Care Unit (ICU) sesuai
indikasi adalah:
a. Pasien dari Unit Gawat Darurat
b. Pasien dari Kamar Operasi atau kamar tindakan yang lain seperti
kamar bersalin
c. Pasien dari Ruang rawat inap

B. Indikasi pasien masuk Intensive Care Unit (ICU)


a. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, misalnyapasca bedah
kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit yang mengancam nyawa.Terapi pada pasien prioritas 1
(satu) umumnya tidak mempunyai batas.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh
pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar
jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai
batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh
pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai

8
penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau
pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi
penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk
mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
C. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala Instalasi
Rawat Intensif, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa
dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
a) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang
aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR
(Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
b) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
c) Pasien gagal yang berpotensi mempunyai resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi
d) Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.
e) Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan
dokter, perawat,profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan
berkelanjutan,serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat
dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta
terapititrasi;
f) Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi
fisiologis sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus
menerus serta dilakukan intervensi segera untuk mencegah
timbulnya penyulit yang merugikan..

9
D. Prosedur masuk Intensive Care Unit (ICU)
1) Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan kepada
penanggung jawab pasien terkait kondisi pasien untuk masuk Intensive
Care Unit (ICU).
2) Menyiapkan perlengkapan dan peralatan pasien
3) Serah terima pasien dengan petugas yang mengantar pasien beserta
catatan medis yang lengkap
4) Observasi tanda vital: tekanan darah, heart rate, pernafasan, saturasi
oksigen dan suhu
5) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat kesadaran, pupil, fungsi
motorik, dll
6) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telaah terpasang sebelumnya,
seperti infus, drain, dower kateter, NGT, dll
7) Membaca advise dokter ysng tercantum di rekam medis pasien
8) Dokter atau perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke dokter
penanggung jawab Intensive Care Unit (ICU).
9) Melaksanakan terapi dan pemeriksaan sesuai advise dokter
10)Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien

c. Kriteria Keluar Intensive Care Unit (ICU)


Pasien yang sudah stabil dan tidak membutuhkan pemantauan yang
ketatdapatdipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh DPJP
ruang ICU dan tim yang merawat pasien.
1. Kriteria Umum
Bila kondisi fisiologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan perawatan
ICU sudah tidak diperlukan lagi. Bila kondisi fisiologis pasien memburuk
dan tidak ada lagi rencana intervensi aktif, layak untuk keluar dari ICU dan
mendapatkan tingkat perawatan lebih rendah.

2. Tanda vital.
a. Nadi > 60 atau < 100 kali/menit

b. Mean arterial pressure> 65mmHg

c. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg

10
d. Frekuensi napas 8 - 30kali/menit

e. Diuresis >0,5ml/kgBB/jam

f. SpO2 > 93% dengan nasal kanule

g. Pasien sadar /tidak sadar sudah terpasang Tracheostomitube

3. Nilai laboratorium
a. Natrium serum 125-150 mEq/L

b. Kalium serum 3 -5,5 mEq/L

c. PaO2 > 60 mmHgd.pH 7,3 -7.5

d. Glukosa serum 80 -180 mg/dl

e. Kalsium serum 2 -2,5 mmol/L

f. Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2)

11
BAB V
LOGISTIK
A. Logistik unit alat tulis icu

No Jenis barang

1 Pensil blu red

2 Bolpoint hitam

3 Pensil

4 Penggaris 30 cm

5 Tipe-x

6 Buku tulis

7 Gunting

8. cutter

9. Pervorator

10. Strapless

B. Logistik unit icu bahan habis pakai

No Jenis barang

1 Handscoon

2 Alcohol 70%

3 Betadine

4 Kasa steril

5 Ok plast

6 Hipavix

7 Tegaderm

12
8. Spuit 25cc/50cc

8. Extension tube panjang 150cm

9. Orofaringeal tube

10. Venflon no 16/18/20/22/24/26

11. Electrode

12. masker

13. Treeway

14. Alcohol swab

15. Gygazime

Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang ke


bagian logistik yaitu:

1. Petugas menulis di buku permintaan barang

2. Buku permintaan dicek dan ditanda tangani oleh kepala unit untuk disetujui dan
diserahkan bagian pengadaan

3. Petugas pengadaan menerima permintaan barang

4. Serah terima barang di bagian pengadaan

5. Petugas melakukan pengecekan antara buku permintaan dengan barang


yang diserahkan.

6. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, petugas dan


bagian logistik menandatangani penerimaan pada buku permintaan.

13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sstem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
assesmen risisko, identififkasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. System tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien danmasyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan

C. Tatalaksana keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan ICU adalah


1. Pelabelan identitas yang tepat
2. Terpasangnya gelang identitas pasien rawat inap
3. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR
4. Medikasi ketepatan obat
5. Ketepatan transfusi
6. Menjaga agar pasien tidak jatuh
7. Jika terjadi kejadian yang tidak diinginkan (KTD) maka pelaporannya sesuai
dengan alur pelaporan KTD di rumah sakit

14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja/ aktifitas
karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSIA Tanjungsari
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
3. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaanya menjadi bertambah

C. Tata laksana keselamatan kerja


Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan
infeksi yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien ICU dapat menularkan
2. Menggunakan alat pelindung diri (APD) terutama bila terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen yaitu : urine, darah, muntah, sekret
3. Melakukan tindakan sesuai prosesdur yang ada, misalnya: memasang
kateteter, menyuntik menjahit luka memasang infus, dll.
4. Mencuci tangan dengan sabun aseptik sebelum dan sesuai kontak dengan
pasien
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
6. Menegelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
a. Dekomtaminasi dengan larutan gigazym dan stabimed
b. Pencucian
7. Melakukan upaya-upaya media yang tepat dalam menangani kasus:
HIV/AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

15
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Prinsip
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mutu pelayanan rumah sakit
B. Definisi indikator
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik
C. Kriteria
Spesifikasi dari indikator
D. Standar
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggungjawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut. Suatu norma
atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. Sesuatu
ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu. Dalam
melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan
prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan dan kepuasan pasien
d. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses.
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah
Sakit.
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk di monitor.
e. Didasarkan pada data yang ada.

16
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik
dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
a. Acuan dari berbagai sumber.
b. Benchmarking dengan rumah sakit yang setara.
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan.
5. Indikator mutu dalam pelayanan unit ICU adalah sebagai berikut:
a. kepatuhan identifikasi dengan benar
b. kepatuhan komunikasi verbal yang efektif
c. angka kepatuhan cuci tangan
d. angka reaksi tranfusi
e. reaksi obat yang tidak diharapkan
f. kejadian kesalahan pengobatan

17
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Intensive care unit Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari ini bertujuan
untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan berdasarkan kriteria pasien masuk dan keluar ICU di rumah sakit.
Selain itu, Pedoman Intensive care unit ini akan bermanfaat bagi seluruh petugas
yang berhubungan dengan petugas untuk mengurangi paparan dari infeksi dan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja petugas.

Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan


pedoman pelayanan ICU ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan dan referensi. Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan
pedoman dikesempatan berikutnya. Semoga pedoman ini berguna bagi tim
penyusun di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Ditetapkan di Blitar

Pada tanggal 10 Maret 2021

DIREKTUR RSIA TANJUNGSARI,

(dr.GABRIEL ARNI SABBATINA)

18

Anda mungkin juga menyukai