LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
NOMOR: HK.02.03/IX.1/67.15/2018
TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN
KRITERIA MASUK DAN KRITERIA KELUAR
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF DI
RSUP PERSAHABATAN
B. Berdasarkan Fisiolologis
1) Penilaian Sistem Respirasi
a) Bila RR > 24 x/mnt atau RR < 8x/mnt dan adanya
retraksi/penggunaan otot bantu nafas.
b) Bila PaO2 < 60 mmHg / SaO2 < 90%.
c) Bila FiO2 > 50% / ada peningkatan FiO2 dalam 4-8 jam terakhir.
d) Bila PCO2 > 45 mmHg atau pH < 7,32.
e) Bila diperlukan intubasi dalam 4-8 jam terakhir.
f) Bila diperlukan pemasangan ventilator mekanik.
2) Penilaian Sistem Gastro Intestinal
a) Bila ada perdarahan traktus gastrointestinal bagian-bagian atas
atau diduga ada perdarahan akut > 500 mL.
b) Bila ada gangguan fungsi hepar yang yang menyebabkan
ensefalopati akut.
3) Penilaian Sistem Saraf Pusat
a) Bila GCS < 10.
b) Bila ada penurunan kesadaran 2 poin atau lebih nilai GCS dalam 12
jam terakhir.
c) Kejang-kejang yang tidak terkontrol .
d) Kelemahan otot-otot nafas yang progresif.
e) Meningitis akut dengan kelainan neurologik.
4) Penilaian Sistem Ginjal
Bila produksi urine < 0.5 mg/kg/jam atau membutuhkan terapi renal
replacement.
5) Penilaian Sistem Vaskular
a) Bila BP sistolik < 90 mmHg atau MAP < 65 dan membutuhkan terapi
inotropik maupun vasapressor.
b) Bila BP > 220 mmHg.
-5-
C. Berdasarkan Diagnosis
Digunakan pada kondisi spesifik atau penyakit dalam penentuan ICU, yaitu :
1) Sistem Kardiak
a) Infark miokard akut dengan komplikasi
b) Syok Kardiogenik
c) Aritmia komplek yang memerlukan pengawasan dan intervensi ketat
d) Gagal jantung kongestif akut dengan gagal napas dan atau
memerlukan topangan hemodinamik
e) Hipertensi emergensi
f) Unstable angina, khususnya dengan aritmia, instabilitas
hemodinamik, atau nyeri dada persisten
g) Keadaan henti jantung atau setelahnya
h) Tamponade jantung atau konstriksi dengan instabilitas hemodinamik
i) Diseksi aneurisma aorta
j) Total blok jantung
2) Sistem Pulmonar
a) Gagal napas akut yang membutuhan dukungan ventilasi mekanik
b) Emboli paru dengan instabilitas hemodinamik
c) Pasien di Ruang intermediate yang mengalami perburukan fungsi
respirasi
d) Kebutuhan perawatan paru yang tidak memungkinkan di ruang
perawatan biasa meskipun intermediate
e) Batuk darah masif
f) Gagal napas dengan intubasi iminen atau kemungkinan akan di
intubasi
3) Kelainan Neurologis
a) Stroke akut dengan penurunan kesadaran
b) Koma metabolik, toksik atau anoksik
c) Perdarahan intrakranial dengan potensi herniasi
d) Perdarahan subarachnoid akut
e) Meningitis dengan penurunan kesadaran atau perburukan respirasi
f) Kelainan sistem saraf pusat ( ssp ) atau neuromuskular dengan
penurunan fungsi neurologis atau pulmoner
4) Penyerapan Obat Dan Overdosis Obat
a) Penyerapan obat yang tidak stabil secara hemodinamik
b) Obat yang secara signifikan menurunkan status kesadaran dengan
ketidakcukupan proteksi jalan napas
c) Kejang setelah mengkonsumsi obat
-6-
5) Kelainan Gastrointestinal
a) Perdarahan gastro intestinal yang mengancam nyawa, meliputi
hipotensi, angina, perdarahan kontinu, atau dengan komorbid
lainnya.
b) Gagal hati fulminan.
c) Pankreatitis berat.
d) Perforasi esofagus dengan atau tanpa mediatinitis.
6) Endokrin
a) Ketoasidosis diabetikum komplikata dengan instabilitas
hemodinamik, penurunan kesadaran, insufisiensi, atau asidosis
berat.
b) Badai tiroid atau koma mix edema dengan instabilitas hemodinamik
c) Status hiperosmolar dengan koma dan atau tanpa instabilitas
hemodinamik.
d) Masalah endrokrin lainnya seperti krisis adrenal dengan instabilitas
hemodinamik.
e) Hiperkalsemia berat dengan penurunan kesadaran yang
membutuhkan pengawasan hemodinamik.
f) Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
g) Hipo atau hipermagnesemia dengan pemburukan hemodinamik atau
disritmia.
h) Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot.
i) Hipo fosfatemia dengan kelemahan otot.
7) Surgikal/Pasca Bedah
Pasien paska pembedahan yang membutuhkan pengawasan
hemodinamik, dukungan ventilasi maupun perawatan intensif.
8) Lain- Lain
a) Syok septik dengan instabilitas hemodinamik.
b) Pengawasan hemodinamik.
c) Kondisi klinis yang membutuhkan perawatan level ICU.
d) Luka akibat bencana alam (kilatan halilintar, tenggelam, hipo/
hipertermia).
e) Terapi baru/eksperimental dengan potensi komplikasi.
-7-
Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala IPI, indikasi masuk
pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari IPI agar fasilitas
IPI yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien -
pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di
IPI untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke IPI untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.
Keputusan masuk ruang Intensive Care Unit terlebih dahulu harus melalui
persetujuan Intensivis atas dasar indikasi masuk sebagai berikut :
1) Pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan monitoring dan terapi intensif
untuk mencegah kematian /gagal organ akut.
2) Pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan monitoring secara ketat.
3) Pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan terapi titrasi obat-obatan kontinyu
dan keperawatan secara intensif.
4) Pasien pasca operasi yang membutuhkan pemantauan ketat dan perawatan
intensif
Setelah melakukan pemeriksaan pada pasien yang akan masuk ke ruang intensif
maka dokter jaga melaporkan hasil pemeriksan kepada kepala ICU untuk
menentukan masuk atau tidak atas dasar hasil pemeriksaan. Sedangkan yang
dinyatakan tidak ada indikasi masuk ICU antara lain :
1) Pasien-pasien dengan brain injury dugaan adanya brain death, dapat dimasukan
ke ICU bila potensial sebagai donor organ, tujuan menunjang fungsi-fungsi organ
hanyasementara menunggu donasi organ.
2) Pasien dengan vegetatif permanen.
3) Pasien dengan GCS ≤ 5.
4) Pasien dengan keganasan stadium lanjut.
5) Pasien dengan penyakit kronik stadium terminal.
6) Pasien yang indikasi masuk ICU tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang
agresif.
-8-
Pengecualian : pasien yang tidak mempunyai kriterian yang sesuai untuk masuk ICU
tetapi karena ada pertimbangan luar biasa, dapat masuk atas persetujuan Dokter KIC
(indikasi sosial).
C. Berdasarkan prioritas
1. Prioritas 1
Merupakan pasien dengan penyakit paru baik tanpa komorbid maupun
dengan komorbid yang mengalami sakit kritis dan tidak stabil tetapi
memerlukan terapi intensif berupa dukungan / bantuan ventilasi
noninvasif maupun ventilasi mekanis dan infus obat–obatan. Pasien yang
termasuk dalam prioritas 1 adalah pasien dengan penyakit paru yang
mengalami gagal napas dengan atau tanpa komorbid, pasien dengan batuk
-9-
1. Pasien atau keluarga menolak bantuan hidup dengan alat bantu hidup
yang agresif.
2. Pasien yang sudah dinyatakan DNR (Do Not Resuscitate) sesuai dengan
kebijakan RSUP Persahabatan.
3. Pasien dalam keadaan vegetative parmanen.
Pasien dari IGD atau ruangan lain bila diindikasikan masuk NICU maka melalui
konsul dokter ruang NICU terlebih dahulu,baru selanjutnya disetujui masuk
NICU.
2) Kasus suspek
Seseorang yang menderita demam dengan suhu >380C disertai satu atau
lebih gejala dibawah ini:
a) Batuk
b) Sakit tenggorokan
c) Pilek
d) Sesak napas
b) Seseorang dengan demam ≥380C dan ILI dan disertai gejala dibawah
ini:
1) Leukopenia dan tampak gambaran pneumonia pada foto toraks
Temua Laboratorium N %
Leukopenia 115 82,1%
Limfositopenia 38 (115/140)*
Thrombositopenia 91 32,8% (38/116)*
Temuan radiologi 69,4% (91/133)*
Pneumonia 132
Effusi Pleura 74 99,2%
(132/133)*
55%(74/133)*
Dan disertai satu atau lebih pajanan dibawah ini dalam 7 hari
sebelum mulainya gejala foto toraks menggambarkan pneumonia
yang cepat memburuk pada serial foto.
2) Kontak erat (dalam jarak ±1 meter) seperti merawat, berbicara
atau bersentuhan dengan pasien suspek, propabel atau kasus
H5N1 yang sudah terkonfirmasi.
3) Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak
ayam, unggas liar, unggas air, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam wilayah
terjangkit dalam satu bulan terakhir.
4) Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yagn tidak dimasak
dengan sempurna dari wilayah yang dicurigai atau dipastikan
terdapat hewan atau manusia yang terkonfirmasi H5N1 dalam
satu bulan terakhir.
5) Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar) misalnya kucing atau babi yagn telah terkonfirmasi
terinfeksi H5N1.
6) Memegang/menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lain.
7) Ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit dibawah nilai normal)
8) Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan sel darah merah kuda atau uji
ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
9) Foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk
pada serial foto.
- 14 -
3) SARS Terkonfirmasi
Seseorang yang sudah terbukti berdasarkan pemeriksaan di bawah ini :
a) Konfirmasi positif PCR untuk SARS
Paling sedikit ditemukan dari 2 bahan klinik yang berbeda atau
Bahan klinik sama tapi dilakukan 2 hari kemudian atau lebih
dalam masa sakit atau
Cara penilaian yang berbeda atau ulang PCR dengan bahan klinik
asli
b) Serokonversi dengan ELISA atau IFA
Antibodi (-) pada masa akut antibodi test (+) pada masa
konvelesen, atau
Titer antibodi meningkat 4 x atau lebih diantara fase akut dan
konvalesen
c) Isolasi virus
Isolasi dari SARS coronavirus pada kultur sel dengan PCR
- 16 -
3) H1NI terkonfirmasi
Seseorang dengan gejala di atas sudah konfirmasi laboratorium
influenza A (H1N1) dengan pemeriksaan satu atau lebih tes di bawah
ini :
a) Real time (RT) PCR
b) Kultur virus
c) Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A (H1N1) dengan
netralisasi tes
Berdasarkan fisiologis
1. Bila ada perbaikan penyakit akut.
2. Bila pasien tidak membutuhkan lagi monitoring dan terapi intensif.
3. Bila ada keputusan dari pasien/keluarga dan DPJP bahwa terapi intensif
di ICU tidak dibutuhkan lagi.
4. Bila kondisi klinis stabil dengan kriteria sebagai berikut:
a. Penilaian Sistem Respirasi
1) Bila RR 8-24 x/mnt
2) Bila sudah dilepas dari ventilator mekanik
3) Bila pasien sudah 12 jam ekstubasi
4) Bila PaO2 > 60 mmHg dan SaO2 > 90
5) Reflek batuk adekuat
b. Penilaian Sistem Gastrointestinal
2) Bila tidak ada lagiperdarahan traktus gastrointestinal atas
dan bawah
3) Bila kondisi ensefalopati hepatik mengalami perbaikan/stabil.
c. Penilaian Sistem Renal
1) Bila produksi urin > 0,5/kBB perjam
2) Penghentian CRRT dan dialihkanke hemodialisa (HD) secara
berkala (intermitten HD).
d. Penilaian Sistem Saraf Pusat
1) Bila GCS > 10 dan stabil
2) Bila kejang sudah terkontroldan stabil dengan obat-obatan
dalam 24 jam terakhir.
- 23 -
e. Penilaian Kardiovaskuler
1) Bila BP sistolik > 90 mmHg atau MAP > 65, laktat < 2,0
mmol/liter
2) Bila pasien dengan hipertensi maka target BP Sistolik > 180
mmHg atau MAP > 120
Secara rutin dokter ahli yang merawat menilai perkembangan pasien dan
mengklasifikasikan sesuai tingkat prioritas dan setelah pasien dinyatakan
stabil maka dokter ahli yang merawat akan memutuskan pasien pindah
ruang rawat perinatologi level II.
ICU /ICCU/NICU/RICU/PICU
(Pasien di Rawat Inap)
Carter Tempat
(Admission)
DIREKTUR UTAMA,