Anda di halaman 1dari 24

-3-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
NOMOR: HK.02.03/IX.1/67.15/2018
TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN
KRITERIA MASUK DAN KRITERIA KELUAR
INSTALASI PERAWATAN INTENSIF DI
RSUP PERSAHABATAN

KEBIJAKAN PELAKSANAAN KRITERIA MASUK DAN KRITERIA KELUAR


INSTALASI PERAWATAN INTENSIF DI RSUP PERSAHABATAN

KRITERIA MASUK INSTALASI PERAWATAN INTENSIF

I. Kriteria Masuk Intensive Care Unit


Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Intensive Care Unit (ICU) maka
diperlukan adanya kriteria pasien masuk dan keluar, yaitu dengan
menggunakan 3 kategori :
A. Kriteria Masuk Berdasarkan Prioritas
IPI merupakan suatu unit yang memberikan pelayanan dengan
menggunakan peralatan canggih dan terapi intensif. Pada kondisi saat ini,
dimana kebutuhan pasien akan ICU semakin tinggi, maka untuk itu perlu
adanya mekanisme skrining misal : pasien yang memerlukan terapi intensif
(prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan
pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit
dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke
IPI. Yang dimaksud dengan 3 kategori tersebut :
1) Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien prioritas (1) merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan
ventilasi dan alat penunjang fungsi organ/sistem yang lain, infus obat-
obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan
kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara
lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
2) Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien prioritas (2) memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU,
sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,
misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter.
Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit
dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah
mengalami pembedahan major.
-4-

3) Pasien prioritas 3 (tiga)


Pasien prioritas (3) adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatannya dikarenakan penyakit yang mendasari, atau penyakit
akut, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh
pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau
pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi
penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien kategori ini hanya untuk
mengatasi kegawatanakutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

B. Berdasarkan Fisiolologis
1) Penilaian Sistem Respirasi
a) Bila RR > 24 x/mnt atau RR < 8x/mnt dan adanya
retraksi/penggunaan otot bantu nafas.
b) Bila PaO2 < 60 mmHg / SaO2 < 90%.
c) Bila FiO2 > 50% / ada peningkatan FiO2 dalam 4-8 jam terakhir.
d) Bila PCO2 > 45 mmHg atau pH < 7,32.
e) Bila diperlukan intubasi dalam 4-8 jam terakhir.
f) Bila diperlukan pemasangan ventilator mekanik.
2) Penilaian Sistem Gastro Intestinal
a) Bila ada perdarahan traktus gastrointestinal bagian-bagian atas
atau diduga ada perdarahan akut > 500 mL.
b) Bila ada gangguan fungsi hepar yang yang menyebabkan
ensefalopati akut.
3) Penilaian Sistem Saraf Pusat
a) Bila GCS < 10.
b) Bila ada penurunan kesadaran 2 poin atau lebih nilai GCS dalam 12
jam terakhir.
c) Kejang-kejang yang tidak terkontrol .
d) Kelemahan otot-otot nafas yang progresif.
e) Meningitis akut dengan kelainan neurologik.
4) Penilaian Sistem Ginjal
Bila produksi urine < 0.5 mg/kg/jam atau membutuhkan terapi renal
replacement.
5) Penilaian Sistem Vaskular
a) Bila BP sistolik < 90 mmHg atau MAP < 65 dan membutuhkan terapi
inotropik maupun vasapressor.
b) Bila BP > 220 mmHg.
-5-

c) Gangguan irama jantung

C. Berdasarkan Diagnosis
Digunakan pada kondisi spesifik atau penyakit dalam penentuan ICU, yaitu :
1) Sistem Kardiak
a) Infark miokard akut dengan komplikasi
b) Syok Kardiogenik
c) Aritmia komplek yang memerlukan pengawasan dan intervensi ketat
d) Gagal jantung kongestif akut dengan gagal napas dan atau
memerlukan topangan hemodinamik
e) Hipertensi emergensi
f) Unstable angina, khususnya dengan aritmia, instabilitas
hemodinamik, atau nyeri dada persisten
g) Keadaan henti jantung atau setelahnya
h) Tamponade jantung atau konstriksi dengan instabilitas hemodinamik
i) Diseksi aneurisma aorta
j) Total blok jantung
2) Sistem Pulmonar
a) Gagal napas akut yang membutuhan dukungan ventilasi mekanik
b) Emboli paru dengan instabilitas hemodinamik
c) Pasien di Ruang intermediate yang mengalami perburukan fungsi
respirasi
d) Kebutuhan perawatan paru yang tidak memungkinkan di ruang
perawatan biasa meskipun intermediate
e) Batuk darah masif
f) Gagal napas dengan intubasi iminen atau kemungkinan akan di
intubasi
3) Kelainan Neurologis
a) Stroke akut dengan penurunan kesadaran
b) Koma metabolik, toksik atau anoksik
c) Perdarahan intrakranial dengan potensi herniasi
d) Perdarahan subarachnoid akut
e) Meningitis dengan penurunan kesadaran atau perburukan respirasi
f) Kelainan sistem saraf pusat ( ssp ) atau neuromuskular dengan
penurunan fungsi neurologis atau pulmoner
4) Penyerapan Obat Dan Overdosis Obat
a) Penyerapan obat yang tidak stabil secara hemodinamik
b) Obat yang secara signifikan menurunkan status kesadaran dengan
ketidakcukupan proteksi jalan napas
c) Kejang setelah mengkonsumsi obat
-6-

5) Kelainan Gastrointestinal
a) Perdarahan gastro intestinal yang mengancam nyawa, meliputi
hipotensi, angina, perdarahan kontinu, atau dengan komorbid
lainnya.
b) Gagal hati fulminan.
c) Pankreatitis berat.
d) Perforasi esofagus dengan atau tanpa mediatinitis.
6) Endokrin
a) Ketoasidosis diabetikum komplikata dengan instabilitas
hemodinamik, penurunan kesadaran, insufisiensi, atau asidosis
berat.
b) Badai tiroid atau koma mix edema dengan instabilitas hemodinamik
c) Status hiperosmolar dengan koma dan atau tanpa instabilitas
hemodinamik.
d) Masalah endrokrin lainnya seperti krisis adrenal dengan instabilitas
hemodinamik.
e) Hiperkalsemia berat dengan penurunan kesadaran yang
membutuhkan pengawasan hemodinamik.
f) Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
g) Hipo atau hipermagnesemia dengan pemburukan hemodinamik atau
disritmia.
h) Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot.
i) Hipo fosfatemia dengan kelemahan otot.
7) Surgikal/Pasca Bedah
Pasien paska pembedahan yang membutuhkan pengawasan
hemodinamik, dukungan ventilasi maupun perawatan intensif.
8) Lain- Lain
a) Syok septik dengan instabilitas hemodinamik.
b) Pengawasan hemodinamik.
c) Kondisi klinis yang membutuhkan perawatan level ICU.
d) Luka akibat bencana alam (kilatan halilintar, tenggelam, hipo/
hipertermia).
e) Terapi baru/eksperimental dengan potensi komplikasi.
-7-

Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala IPI, indikasi masuk
pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari IPI agar fasilitas
IPI yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien -
pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di
IPI untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke IPI untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.

Keputusan masuk ruang Intensive Care Unit terlebih dahulu harus melalui
persetujuan Intensivis atas dasar indikasi masuk sebagai berikut :
1) Pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan monitoring dan terapi intensif
untuk mencegah kematian /gagal organ akut.
2) Pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan monitoring secara ketat.
3) Pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan terapi titrasi obat-obatan kontinyu
dan keperawatan secara intensif.
4) Pasien pasca operasi yang membutuhkan pemantauan ketat dan perawatan
intensif

Setelah melakukan pemeriksaan pada pasien yang akan masuk ke ruang intensif
maka dokter jaga melaporkan hasil pemeriksan kepada kepala ICU untuk
menentukan masuk atau tidak atas dasar hasil pemeriksaan. Sedangkan yang
dinyatakan tidak ada indikasi masuk ICU antara lain :
1) Pasien-pasien dengan brain injury dugaan adanya brain death, dapat dimasukan
ke ICU bila potensial sebagai donor organ, tujuan menunjang fungsi-fungsi organ
hanyasementara menunggu donasi organ.
2) Pasien dengan vegetatif permanen.
3) Pasien dengan GCS ≤ 5.
4) Pasien dengan keganasan stadium lanjut.
5) Pasien dengan penyakit kronik stadium terminal.
6) Pasien yang indikasi masuk ICU tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang
agresif.
-8-

Pengecualian : pasien yang tidak mempunyai kriterian yang sesuai untuk masuk ICU
tetapi karena ada pertimbangan luar biasa, dapat masuk atas persetujuan Dokter KIC
(indikasi sosial).

II. Kriteria Masuk Respiratory Intensive Care Unit


Keputusan masuk RICU terlebih dahulu harus melalui persetujuan DPJP
(dokter KIC) atas dasar indikasi masuk sebagai berikut :
 Pasien-pasien dengan kegawatan respirasi yang membutuhkan monitoring
dan terapi intensif untuk mencegah kematian/gagal organ akut.
 Pasien-pasien dengan kegawatan respirasi yang membutuhkan monitoring
secara ketat.
 Pasien-pasien dengan kegawatan respirasi yang membutuhkan terapi titrasi
obat-obatan yang terus menerus dan keperawatan secara intensif.

Dengan satu atau lebih KRITERIA sebagai berikut :


A. Penilaian Sistem Respirasi
1. Bila frekuensi napas > 24 x/mnt atau frekuensi napas < 8x/mnt dan
terdapat retraksi/penggunaan otot bantu napas
2. Bila PaO2 >60 mmHg / SaO2 < 90%
3. Bila FiO2 > 50% / ada peningkatan FiO2 dalam 4-8 jam terakhir
4. Bila PCO2 > 45 mmHg atau pH < 7,32
5. Bila diperlukan pemasangan ventilasi noninvasif
6. Bila diperlukan intubasi dalam 4-8 jam terakhir
7. Bila diperlukan pemasangan ventilasi mekanik

B. Penilaian berdasarkan diagnosis atau terdapat kondisi lain seperti :


1. Bila ada dugaan batuk darah masif (lihat kriteria batuk darah masif)
2. Bila ada dugaan sepsis (lihat kriteria sepsis)
3. Bila ada dugaan edema paru
4. Bila ada dugaan ARDS (lihat kriteria ARDS)
5. Bila ada dugaan gangguan kesadaran
6. Penyakit paru dengan komorbid

C. Berdasarkan prioritas
1. Prioritas 1
Merupakan pasien dengan penyakit paru baik tanpa komorbid maupun
dengan komorbid yang mengalami sakit kritis dan tidak stabil tetapi
memerlukan terapi intensif berupa dukungan / bantuan ventilasi
noninvasif maupun ventilasi mekanis dan infus obat–obatan. Pasien yang
termasuk dalam prioritas 1 adalah pasien dengan penyakit paru yang
mengalami gagal napas dengan atau tanpa komorbid, pasien dengan batuk
-9-

darah masif, asma eksaserbasi, ppok eksaserbasi, penyakit paru dengan


sepsis, acute respiratory distress syndrome (ARDS).
2. Prioritas 2
Pasien dengan penyakit paru yang memerlukan terapi intensif segera.
Pasien yang termasuk dalam prioritas 2 adalah pasien dengan penyakit
paru terkait tindakan paru, pasien dengan penyakit paru yang yang
memerlukan tindakan bedah paru (pra- dan pasca bedah).
3. Prioritas 3
Pasien dengan penyakit paru kritis dan tidak stabil dengan status
kesehatan sebelumnya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan
dan/atau mendapat manfaat dari terapi di RICU. Pasien yang termasuk
prioritas 3 adalah pasien dengan keganasan paru terminal maupun pasien
dengan penyakit paru yang tidak dapat disembuhkan atau diperbaiki
(PPOK, destroyed lung, fibosis paru luas, dan lain-lain).

III. Kriteria Masuk Intensive Cardiology Care Unit


A. Kriteria Masuk ICCU Berdasarkan Fisiologis
1. Kondisi syok oleh karena halapapun dengan tekanan darah sistolik < 90
mmHg atau 30 mmHg dibawah baseline atau membutuhkan support
inotropik dan atau vasopressor untuk mencapai tekanan darah sistolik>
90 mmHg yang dapat disertai satu penanda perfusi yang kurang
baikseperti :
a. Gangguankesadaran
b. Ekstremitasdingin
c. Produksiurin< 0,5 mm/KgBB/jam
d. Nilai Laktat serum ≥ 2 mmol/L
2. Laju nadi ≥ 130 kali / menit
3. Pasien dengan ancaman gagal napas, dengan criteria sebagai berikut :
a. Tampak sesak dengan laju respirasi ≥ 30 kali/menit
b. Saturasi oksigen yang diukur dari pulse oxymetry< 95%
walaupun telah mendapatkan terapi oksigen dan terapi awal gagal
jantung akut.
c. Hasil analisa gas darah (AGD) menunjukan adanya gagal napas
dengan PaO2 ≤ 60mmHg dan atau PaCO2 ≥ 60 mmHg.
4. Penurunan kesadaran dengan Glasgow Comma Scale < 8 yang
diperkirakan oleh karena suatu sebab metabolic atau hemodinamik yang
dapat dikoreksi.
- 10 -

B. Kriteria pasien masuk ICCU berdasarkan diagnosis:


1. Pasien dengan Sindroma Koroner Akut (SKA) dengan atau tanpa
komplikasi penyakit penyerta.
2. Semua pasien dengan kecurigaan infark miokard akut (IMA) dengan
elevasi segmen ST sampai 24 jam dari timbul gejala, khususnya yang
sesuai untuk tindakan terapi trombolitik dan tindakan intervensi
angioplasty.
3. Semua pasien IMA dengan onset kurang dari atau lebih dari 24 jam
dengan komplikasi atau pasien resiko tinggi yang tidak stabil (gagal
jantung yang membutuhkan terapi intravena atau pengamatan
trombolitik atau bantuan balon intra aortic, disritmia jantung yang
serius, gangguan hantaran, pacu jantung sementara).
4. Pasien dengan Sindrom Koroner Akut tidak stabil dengan resiko tinggi
(nyeri dada berulang, gagal jantung, depresi segmen ST yang bermakna,
perubahan ST segmen yang dinamik, troponin yang meningkat).
5. Pasien pasca Percutaneus Coronary Intervention (PCI) yang tidak stabil
dan membutuhkan perhatian khusus.
6. Pasien dengan aritmia jantung yang mengancam jiwa, yang dapat
disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, kardiomiopati, penyakit
jantung rematik, ganguan elektrolit, efek dan keracunan obat
7. Pasien dengan edema paru akut yang tidak respon dengan terapi awal
dan bergantung pada kondisi sebelumnya.
8. Pasien yang memerlukan pengamatan hemodinamik akibat penyakit
jantung untuk menilai terapi yang diberikan dan kestabilan
hemodinamik.
9. Pasien dengan emboli paru massif.
10. Kegawatan penyakit jantung katup (malfungsi katup prostetik).
11. Kegawatan jantung bawaan pada pasien dewasa.
12. Kegawatan vakular (diseksi aorta dengan atau tanpa aneurisma aorta,
acute limb ischaemic).
13. Kegawatan kardiovaskuler lainnya (endocarditis, miokarditis, tamponade
jantung).
14. Pasien kardiovaskuler yang membutuhkan Continue Renal Replacement
Therapy (CRRT).

C. Kriteria Pengecualian Pasien Masuk Ruang ICCU:


Terdapat beberapa golongan pasien yang dapat dikecualikan walaupun
golongan tersebut telah memenuhi criteria masuk di Ruang PerawatanI
CCU, yaitu :
- 11 -

1. Pasien atau keluarga menolak bantuan hidup dengan alat bantu hidup
yang agresif.
2. Pasien yang sudah dinyatakan DNR (Do Not Resuscitate) sesuai dengan
kebijakan RSUP Persahabatan.
3. Pasien dalam keadaan vegetative parmanen.

IV. Kriteria Masuk Neonatal Intensive Care Unit


Yang dimaksud kriteria masuk NICU adalah memasukan bayi ke ruang
perawatan intensif dengan kebutuhan peralatan pernapasan dan monitoring
berdasarkan indikasi rawat NICU antara lain :
1. Bayi dengan gangguan hemodinamik (CRT > 3 detik, Syok)
2. Apnoe
3. Gawat napas sedang atau berat memerlukan CPAP atau ventilasi
mekanik
4. BBLSR< 1500 gr
5. Usia gestasi < 32 minggu
6. Bayi dengan kejang
7. Bayi dengan pemeriksaan neurologis abnormal
8. Bayi yang perlu transfusi tuker untuk hiperbilirubinemia atau
polisitemia
9. Nutrisi paraenteral total < 7 hari
10. Memerlukan alat monitoring( saturasi. Tekanan darah, dll)

Pasien dari IGD atau ruangan lain bila diindikasikan masuk NICU maka melalui
konsul dokter ruang NICU terlebih dahulu,baru selanjutnya disetujui masuk
NICU.

V. Kriteria Masuk Ruang Isolasi PINERE (Penyakit Infeksi New-Emerging dan


Re-Emerging)
Kriteria masuk R. Isolasi PINERE bisa meliputi beberapa kriteria masuk pasien
dengan infeksi: 1. Avian Influenza (H5N1), 2. Influenza A Baru (H1N1), 3. SARS,
4. MERS-COV.

A. Kriteria Masuk Pasien Flu Burung (H5N1)


Yang dimaksud dengan kriteria pasien masuk dan keluar isolasi Flu Burung
(H5N1) adalah penentuan kriteria paisen yang masuk perawatan ruang
isolasi Flu Burung di rumah sakit. Kriteria pasien masuk isolasi Flub
Burung (H5N1) adalah sebagai berikut:
1) Seorang dalam investigasi
Seorang yang telah diputuskan oleh petugas kesehatan setempat (untuk
rumah sakit oleh dokter setempat) untuk diinvestigasi terkait
- 12 -

kemungkinan infeksi Flu Burung (H5N1). Kegiatan yang dilakukan


berupa surveilans semua kasus Influenza Lika Illness (ILI) dan
Pneumonia dirumah sakit serta mereka yang kontak dengan pasien Flu
Burung (H5N1) di rumah sakit. Dasar untuk memutuskan orang perlu
diinvestigasi adalah bila ada kontak erat dalam waktu kurang dari 7 hari
dengan pasien suspek, probabel dan terkonfirmasi Flu Burung (H5N1)
atau disekitar wilayahnya terdapat banyak unggas (ayam, burung,
bebek, angsa, entok) yang mati diduga atau terbukti Flu Burung (H5N1)

2) Kasus suspek
Seseorang yang menderita demam dengan suhu >380C disertai satu atau
lebih gejala dibawah ini:
a) Batuk
b) Sakit tenggorokan
c) Pilek
d) Sesak napas

Definisi kasus dari suspek H5N1 diatas dibagi 2 yaitu:


a) Seseorang dengan demam ≥380C dan ILI dan disertai satu atau lebih
pajanan dibawah ini dalam 7 hari sebelum mulainya gejala:
1) Kontak erat (dalam jarak ±1 meter) seperti merawat, berbicara
atau bersentuhan dengan pasien suspek, propabel atau kasus
H5N1 yang sudah terkonfirmasi.
2) Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak
ayam, unggas liar, unggas air, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam wilayah
terjangkit dalam satu bulan terakhir.
3) Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yagn tidak dimasak
dengan sempurna dari wilayah yang dicurigai atau dipastikan
terdapat hewan atau manusia yang terkonfirmasi H5N1 dalam
satu bulan terakhir.
4) Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar) misalnya kucing atau babi yagn telah terkonfirmasi
terinfeksi H5N1. Memegang/menangani sampel (hewan atau
manusia) yang dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu
laboratorium atau tempat lain.
- 13 -

b) Seseorang dengan demam ≥380C dan ILI dan disertai gejala dibawah
ini:
1) Leukopenia dan tampak gambaran pneumonia pada foto toraks
Temua Laboratorium N %
Leukopenia 115 82,1%
Limfositopenia 38 (115/140)*
Thrombositopenia 91 32,8% (38/116)*
Temuan radiologi 69,4% (91/133)*
Pneumonia 132
Effusi Pleura 74 99,2%
(132/133)*
55%(74/133)*
Dan disertai satu atau lebih pajanan dibawah ini dalam 7 hari
sebelum mulainya gejala foto toraks menggambarkan pneumonia
yang cepat memburuk pada serial foto.
2) Kontak erat (dalam jarak ±1 meter) seperti merawat, berbicara
atau bersentuhan dengan pasien suspek, propabel atau kasus
H5N1 yang sudah terkonfirmasi.
3) Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak
ayam, unggas liar, unggas air, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam wilayah
terjangkit dalam satu bulan terakhir.
4) Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yagn tidak dimasak
dengan sempurna dari wilayah yang dicurigai atau dipastikan
terdapat hewan atau manusia yang terkonfirmasi H5N1 dalam
satu bulan terakhir.
5) Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar) misalnya kucing atau babi yagn telah terkonfirmasi
terinfeksi H5N1.
6) Memegang/menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lain.
7) Ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit dibawah nilai normal)
8) Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan sel darah merah kuda atau uji
ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
9) Foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk
pada serial foto.
- 14 -

e) Seorang yang mempunyai gejala ILI secara klinis dan radiologis


yang cepat mengalami perburukan meskipun riwayat kontak tidak
jelas.

3) Kasus Probabel H5N1


Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan
dibawah ini:
a) Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 pada masa akut
dan konvalesen, minimum 4 kali, dengan pemeriksaan uji HI
menggunakan eritrosit kuda atau ji ELISA
b) Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi
antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan
uji netralisasi (dikirim ke laboratorium rujukan)
Atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas akut
yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang secara epidemiologis
berkaitan dengan aspek wakut, tempat dan pajanan terhadap suatu
kasus probabel atau suatu kasus H5N1 yang terkonfirmasi.

4) Kasus H5N1 Terkonfirmasi


Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probabel dan
disertai satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu
laboratorium influenza, yang hasil pemeriksaan H5N1-nya:
a) Hasil PCR H5 positif.
b) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil
<7 hari setelah awitan penyakit) dan titer antibodi netralisasi
konvalesen harus pula >1/80.
c) Isolasi virus H5N1.
d) Titer antibodi mikronetralsasi H5N1 > 1/80 pada spesimen serum
yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan penyakit disertai hasil
positif >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

B. Kriteria masuk Pasien Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)


Kriteria Masuk Isolasi Pinnere Salah satunya adalah pasien dengan
tersangka SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome),dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Kasus Suspek SARS
Seorang yang mengalami gejala seperti berikut :
a) Demam lebih dari 38°C, dan
b) Batuk atau sesak napas dan :
- 15 -

 Dalam 10 hari terakhir kontak langsung dengan seseorang


suspek/probabel atau terkonfirmasi SARS atau
 Dalam 10 hari terakhir riwayat berpergian kedaerah transmisi
lokal SARS atau
 Penduduk dari daerah transmisi lokal SARS.
c) Seseorang yang meninggal akibat ARDS yang tidak diketahui
penyebabnya atau tidak dilakukan autopsi, dan satu atau lebih
 Dalam 10 hari terakhir kontak langsung dengan seseorang
suspek/probabel atau terkonfirmasi SARS atau
 Dalam 10 hari terakhir riwayat berpergian kedaerah transmisi
lokal SARS atau
 Penduduk dari daerah transmisi lokal SARS.
d) Gejala tambahan lain: sakit kepala, otot kaku, nasfu makan
berkurang, lesu, binggung, kemerahan pada kulit, diare.

2) Kasus Probabel SARS


a) Penderita suspek SARS, pada foto toraks terdapat gambaran
pneumonia atau Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
b) Penderita suspek SARS, meninggal setelah di autopsi, dari hasil PA
ditemukan gambaran ARDS dangan penyebab tidak jelas.

3) SARS Terkonfirmasi
Seseorang yang sudah terbukti berdasarkan pemeriksaan di bawah ini :
a) Konfirmasi positif PCR untuk SARS
 Paling sedikit ditemukan dari 2 bahan klinik yang berbeda atau
 Bahan klinik sama tapi dilakukan 2 hari kemudian atau lebih
dalam masa sakit atau
 Cara penilaian yang berbeda atau ulang PCR dengan bahan klinik
asli
b) Serokonversi dengan ELISA atau IFA
 Antibodi (-) pada masa akut antibodi test (+) pada masa
konvelesen, atau
 Titer antibodi meningkat 4 x atau lebih diantara fase akut dan
konvalesen
c) Isolasi virus
 Isolasi dari SARS coronavirus pada kultur sel dengan PCR
- 16 -

C. Kriteria Masuk Pasien dengan Influenza A Baru (H1N1)


Yang dimaksud dengan kriteria masuk pasien dengan Influenza A Baru
(H1N1) adalah pasien tersangka kasus H1N1 yang akan masuk ke ruang
isolasi Pinnere,dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kasus suspek H1N1
Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam >380C)
mulai dari yang ringan (Influenza like illnes) sampai dengan
pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini :
a) Dalam 7 hari sebelum sakit kontak dengan kasus konfirmasi
influenza A (H1N1).
b) Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang
terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi Influenza A (H1N1)

2) Kasus Probabel H1N1


Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium positif terhadap influenza A tetapi tidak dapat diketahui
subtipenya dengan menggunakan reagen influenza musiman
Atau
Seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernasapan
akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara
epidemiologi (kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus
probable atau konfirmasi.

3) H1NI terkonfirmasi
Seseorang dengan gejala di atas sudah konfirmasi laboratorium
influenza A (H1N1) dengan pemeriksaan satu atau lebih tes di bawah
ini :
a) Real time (RT) PCR
b) Kultur virus
c) Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A (H1N1) dengan
netralisasi tes

Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis


1. Kriteria ringan yaitu gejala ILI, tanpa sesak napas, tidak disertai
pneumonia dan tidak ada faktor risiko.
2. Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko,
penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau
disertai keluhan gastrointestinal yang mengganggu seperti mual,
muntah, diare atau berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.
- 17 -

3. Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral,


multilobar), gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom
sesak napas akut (ARDS) atau gagal multi organ

D. Kriteria Masuk Pasien dengan : MERS – CoV (Middle East Respiratory


Syndrome Corona Virus

Yang dimaksud dengan kriteria masuk pasien dengan Influenza A Baru


(H1N1) adalah pasien tersangka kasus H1N1 yang akan masuk ke ruang
isolasi Pinnere,dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kasus dalam penyelidikan MERS-COV
a) Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan
tiga keadaan di bawah ini:
 Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
 Batuk,
 Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system kekebalan


tubuh (immuno-compromised) karena gejala dan tanda tidak jelas.
DAN
salah satu kriteria berikut :
 Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah
(negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali
ditemukan etiologi/ penyebab penyakit lain.
 Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah
merawat pasien ISPA berat (SARI/ Severe Acute Respiratory
Infection), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif,
tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian,
kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
 Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit yang sama) dalam
periode 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit
lain.
 Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun
dengan pengobatan yang tepat, tanpa memperhatikan tempat
tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/
penyebab penyakit lain.
- 18 -

b) Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan


sampai berat yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus
konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam waktu 14
hari sebelum sakit

2) Kasus Probabel MERS-COV


a) Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,
radiologis atau histopatologis
DAN
Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil
laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan spesimen yang
tidak adekuat.
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi
MERS-CoV.

b) Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,


radiologis atau histopatologis
DAN
Hasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif (pemeriksaan skrining
hasilnya positif tanpa konfirmasi biomolekular).
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi
MERS-CoV.

3) Kasus Konfirmasi MERS –COV


Seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dengan hasilpemeriksaan
laboratorium positif

VI. Kriteria pasien masuk rawat ruang isolasi TB MDR


Kriteria masuk :
1. Keadaan umum lemah
2. Tidak memungkinkan mobilisasi
3. Diagnosis TB MDR sudah ditegakkan
4. Mengalami gejala/efek samping OAT MDR

VII. Kriteria Pasien masuk PICU


Pasien anak sakit kritis yang bersifat akut dan reversible, membutuhkan
pemantauan ketataan prosedur invasive yang mengharuskan dirawat di ruangan
PICU. Dalam pengambilan keputusan, criteria perawatan senantiasa penilaian
- 19 -

klinis dari dokter yang bertugas, tidak berdasarkan hasil pemeriksaan


penunjang semata.
Skala prioritas pasien yang akan dirawat di PICU adalah :
Prioritas 1 :
Pasien anak dengan kondisi kritis yang dengan terapi intensif dapat
sembuh seperti sedia kala, termasuk tumbuh dan berkembang
sesuai potensi genetiknya.
Prioritas 2 :
Pasien anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis
belum dapat ditanggulangi, namun kondisi kritisnya dapat diatasi
dengan perawatan intensif hingga kondisinya dapat dipulihkan
seperti sebelum dirawat di PICU.
Prioritas 3 :
Pasien anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang menyebabkan
anak kehilangan kontak dengan lingkungannya secara permanen,
dan tidak tumbuh atau berkembang.
Prioritas 4 :
Pasien anak sakit kritis dengan prognosis yang buruk, dimana
perawatan intensif pun dinilai tidak dapat menyelamatkan
nyawanya
- 20 -

Alur Pasien Masuk ICU, RICU, ICCU, NICU

Pasien dari IGD atau Rawat Inap

Asesmen sebelum pasien dikirim ke ruangan


ICU,RICU, ICCU, NICU

ICU,RICU, ICCU, NICU


 Asesmen segera setelah pasien datang
 Komprehensif asesmen
 Masalah keperawatan/Diagnosa Keperawatan
 Perencanaan
 Intervensi: mandiri, dan kolaborasi
 Evaluasi
 Dokumentasi

ICU,RICU, ICCU, NICU


Asesmen ulang (On going asesmen)
Lakukan Pencatatan SOAP (CPPT)

Ruang Rawat Inap Keluar RS

Keluar sakit/pulang Atas Keluar meninggal Rujuk


kemauan sendiri
- 21 -

Tata cara pengelolaan pelayanan IPI


1) Setelah pasien dilakukan pemeriksaan di IGD oleh dokter IPI dan atau
dokter jaga IPI kemudian dilaporkan ke KA IPI, atas indikasi masuk IPI
selama jam kerja sedangkan diluar jam kerja atas indikasi dari DPJP
dan dr. Jaga Anastesi Onsite.
2) IGD melaporkan ke IPI dan koordinasi dengan Admition tentang
kesedian tempat ada atau tidak, bila ada maka akan diberikan nomor
tempat tidur.
3) Dengan didampingi perawat dan dokter pasien dikirim ke ruangan IPI
(ICU,RICU, ICCU, NICU)
4) Pasien diterima oleh perawat yang bertugas di IPI.
5) Perawat, dokter Intensif melakukan asesmen awal terhadap pasien,
merumuskan/memberikan intervensi, dan melakukan evaluasi serta
memberikan dischage planing.
6) Perawat melakukan pendampingan pasien saat dilakukan pemeriksaan
medis.
7) Setelah pasien dilakukan pemeriksaan medis ,melanjutkan intervensi
yang berhubungan dengan masalah kemudian di delegasikan /mandat
kepada perawat.
- 22 -

KRITERIA PASIEN KELUAR INSTALASI PERAWATAN INTENSIF


I. Kriteria Keluar Intensive Care Unit (ICU)
Yang dimaksud adalah prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan
pertimbangan medis oleh kepala ICU dan atau tim yang merawat pasien,
antara lain :
Prioritas 1 :
Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil,
sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif
lebih lanjut.
Prioritas 2 :
Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif
tidak bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien.
Apabila pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu
mekanis khusus ( seperti ventilasi mekanis ).
Sebelum dikeluarkan dari ICU sebaiknya keluarga pasien diberikan
penjelasan alasan pasien dikeluarkan dari ICU

Berdasarkan fisiologis
1. Bila ada perbaikan penyakit akut.
2. Bila pasien tidak membutuhkan lagi monitoring dan terapi intensif.
3. Bila ada keputusan dari pasien/keluarga dan DPJP bahwa terapi intensif
di ICU tidak dibutuhkan lagi.
4. Bila kondisi klinis stabil dengan kriteria sebagai berikut:
a. Penilaian Sistem Respirasi
1) Bila RR 8-24 x/mnt
2) Bila sudah dilepas dari ventilator mekanik
3) Bila pasien sudah 12 jam ekstubasi
4) Bila PaO2 > 60 mmHg dan SaO2 > 90
5) Reflek batuk adekuat
b. Penilaian Sistem Gastrointestinal
2) Bila tidak ada lagiperdarahan traktus gastrointestinal atas
dan bawah
3) Bila kondisi ensefalopati hepatik mengalami perbaikan/stabil.
c. Penilaian Sistem Renal
1) Bila produksi urin > 0,5/kBB perjam
2) Penghentian CRRT dan dialihkanke hemodialisa (HD) secara
berkala (intermitten HD).
d. Penilaian Sistem Saraf Pusat
1) Bila GCS > 10 dan stabil
2) Bila kejang sudah terkontroldan stabil dengan obat-obatan
dalam 24 jam terakhir.
- 23 -

e. Penilaian Kardiovaskuler
1) Bila BP sistolik > 90 mmHg atau MAP > 65, laktat < 2,0
mmol/liter
2) Bila pasien dengan hipertensi maka target BP Sistolik > 180
mmHg atau MAP > 120

II. Kriteria Keluar Respiratory Intensive Care Unit (RICU)


Yang dimaksud adalah hal–hal yang mendasari penilaian untuk dapat ke
luar dari ruang RICU, antara lain :
1. Bila ada perbaikan penyakit akut
2. Bila pasien tidak membutuhkan lagi monitoring dan terapi intensif
3. Bila ada keputusan dari pasien/keluarga dan DPJP bahwa terapi intensif
di RICU tidak dibutuhkan lagi
4. Bila Kondisi klinis stabil dengan kriteria sebagai berikut :
a. Penilaian sitem respirasi, antara lain:
1) Bila RR 8-24 x/mnt
2) Bila PaO2 > 60 mmHg dan SaO2 > 90
3) Bila sudah dilepas dari ventilasi noninvasif
4) Bila sudah dilepas dari ventilasi mekanis
5) Bila pasien sudah 12 jam ekstubasi
6) Bila sudah terdapat perbaikan organ-organ lain
b. Penilaian kondisi-kondisi lain
1) Bila ada perbaikan batuk darah masif
2) Bila ada perbaikan sepsis
3) Bila ada perbaikan dugaan edema paru
4) Bila ada perbaikan ARDS
5) Bila ada perbaikan kesadaran
6) Bila ada perbaikan komorbid

III. Kriteria Keluar Intensive Cardiology Care Unit (ICCU)


Pasien yang sudah dirawat di Unit Perawatan ICCU dapat dipindahkan ke
unit yang lebih rendah yaitu ruang perawatan. Dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Kegawatan kardiovaskular sudah teratasi dengan kriteria fisiologi
a. Bebas nyeri 24 – 48 jam
b. Tekanan darah> 90/60 mmHg atau< 180/130 mmHg
c. Laju pernapasan< 28 x/menit
d. Laju nadi> 60 x/menit atau< 100x/menit
e. Nilai hemoglobin > 7.5 gr%/dL
f. Tidak lagi membutuhkan alat bantu napas, IABP ( Intaaortic
Balloon Pump ) atau CRRT ( Continue Renal Replacement Therapy
- 24 -

g. Masih memerlukan monitoring hemodinamik namun tidak ketat


seperti ICCU.
h. Dapat menggunakan obat inotropik atau vasopressor dengan dosis
minimal sampai sedang.

2. Kriteria Khusus Pasien Keluar Ruang Perawatan ICCU


Pasien dengan gagal terapi dan prognosis dubia at malam, atau
kemungkinan sembuh dan manfaat terapi intensif kontinyu yang kecil
akibat dari komplikasi pasca operasi bedah jantung, thoraks, pembuluh
darah besar elektif ataupun emergensi.

IV. Kriteria Keluar Neonatus Intensive Care Unit (NICU)


Kriteria pasien keluar dari NICU dengan kriteria sebagai berikut,antara lain:
1. Gangguan sirkulasi sudah teratasi tanpa obat-obatan inotropik
2. Bebas apnoe 2x24 jam
3. Bebas pemakain CPAP atau ventilasi mekanik 2x24 jam
4. Bebas kejang 2x24 jam
5. Setelah 7 hari pemasangan PICC
6. Tidak memerlukan monitor saturasi
7. Berat badan sama dengan BB lahir atau di atas 1500 gram

Secara rutin dokter ahli yang merawat menilai perkembangan pasien dan
mengklasifikasikan sesuai tingkat prioritas dan setelah pasien dinyatakan
stabil maka dokter ahli yang merawat akan memutuskan pasien pindah
ruang rawat perinatologi level II.

V. Kriteria Keluar Ruang Isolasi Pinere


Yang dimaksud dengan kriteria keluar pasien dari ruang Isolasi Pinere
adalah pasien-pasien yang disangkakan dengan kasu-kasus tersebut diatas
diperbolehkan pindah dari ruang isolasi Pinere, antara lain:
1. Gejala klinis menghilang
2. Kondisi klinis stabil, dengan penilaian sitem respirasi, antara lain:
 Bila RR 8-24 x/mnt
 Bila PaO2 > 60 mmHg dan SaO2 > 90
 Bila sudah dilepas dari ventilasi noninvasif
 Bila sudah dilepas dari ventilasi mekanis
 Bila pasien sudah 12 jam ekstubasi
 Bila sudah terdapat perbaikan organ-organ lain
3. Pemeriksaan titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dinyatakan negatif
dalam 3 kali pemeriksaan
- 25 -

4. Apabila penderita suspect atau probable SARS sudah dapat


disingkirkan dari diagnosa SARS karena telah ditemukan diagnosa lain
maka kontak ini dapat dikeluarkan dari surveilans dan dipulangkan
atau dirawat sebagai penderita penyakit biasa

VI. Kriteria pasien keluar rawat ruang isolasi TB MDR


Kriteria keluar : Perbaikan keadaan umum pasien sampai mampu mobilisasi
atau stabil.

VII. Kriteria pasien keluar PICU


Pasien yang tidak membutuhkan lagi tindakan atau pemantauan intensif,
dapat dikeluarkan dari PICU. Kriteria tersebut berdasarkan :
1. Parameter hemodinamik stabil
2. Fungsi respirasi stabil (tidak memerlukan ventilasi tekanan positif,
AGD normal, kebutuhan oksigen minimal)
3. Pasien dengan ketergantungan ventilator mekanik kronik harus telah
teratasi kondisi akutnya, dan dapat dilakukan perawatan dengan
ventilator biasa di luar ruang intensif atau di rumah
4. Tidak membutuhkan tunjangan inotropic, vasodilator atau anti aritmia
dalam dosis yang besar dengan pemabntauan ketat
5. Status neurology stabil, kejang terkontrol
6. Kateter pemantauan hemodinamik telah dilepas, atau tidak difungsikan
lagi
7. Pasien dengan trakeomalasia tidak lagi memerlukan pengisapan lender
ekspresif
8. Staf Medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan
menyepakati bahwa tidak ada lagi keuntungan untuk tetap
mempertahankan anak di ruang rawat intensif
- 26 -

Alur Pasien Pindah dari IPI

ICU /ICCU/NICU/RICU/PICU
(Pasien di Rawat Inap)

Carter Tempat
(Admission)

Ada Tidak ada

Pindah ke ruangan Menunggu

DIREKTUR UTAMA,

MOHAMMAD ALI TOHA

Anda mungkin juga menyukai